• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SLTP PADA POKOK BAHASAN KALOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY-TERBIMBING PADA SLTP KRISTEN 1 KLATEN SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SLTP PADA POKOK BAHASAN KALOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY-TERBIMBING PADA SLTP KRISTEN 1 KLATEN SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Disusun oleh:

Ari Purwadi

NIM : 021424016

PRO G RA M STUDI PENDIDIKA N FISIKA

JURUSA N PENDIDIKA N M A TEM A TIKA DA N ILM U PENG ETA HUA N A LA M

FA KULTA S KEG URUA N DA N ILM U PENDIDIKA N UNIV ERSITA S SA NA TA DHA RM A

(2)

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SLTP PADA

POKOK BAHASAN KALOR DENGAN MENGGUNAKAN

METODE DISCOVERY-TERBIMBING

PADA SLTP KRISTEN 1 KLATEN

Skripsi

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Disusun oleh:

Ari Purwadi

NIM : 021424016

PRO G RA M STUDI PENDIDIKA N FISIKA

JURUSA N PENDIDIKA N M A TEM A TIKA DA N ILM U PENG ETA HUA N A LA M

FA KULTA S KEG URUA N DA N ILM U PENDIDIKA N UNIV ERSITA S SA NA TA DHA RM A

(3)

SEKRIPSI

(4)

SKRIPSI

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SLTP

PADA POKOK BAHASAN KALOR DENGAN MENGGUNAKAN

METODE DISCOVERY-TERBIMBING

PADA SLTP KRISTEN 1 KLATEN

Dipersembahkan dan ditulis oleh : Ari Purwadi

NIM : 021424016

Talah dipertahankan di depan Panitia Penguji Pada tanggal 24 Juli 2009

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda tanggan

Ketua : Drs. Domi Severinus, M.Si ……… Sekretaris : Dra. Maslichah Asy’ari, M.Pd ……… Anggota : 1. Drs. Fr. Y. Kartika Budi, M.Pd ……… 2. Dra. Maslichah Asy’ari, M.Pd ………

3. Drs. Domi Severinus, M.Si ………

Yogyakarta 24 Juli 2009

(5)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak membuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sbagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 09 Juni 2009 Penulis

Ari Purwadi

(6)
(7)

ABSTRAK

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SLTP

PADA POKOK BAHASAN KALOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY-TERBIMBING PADA SLTP KRISTEN 1 KLATEN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertama, apakah ada perbedaan pada tingkat keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar; kedua, untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang kalor; ketiga, untuk mengetahui seberapa besar tingkat minat siswa terhadap pembelajaran fisika.

Penelitian ini dilaksanakan di SLTP Kristen 1 Klaten pada tanggal 14-23 April 2009 dengan mengambil sempel 32 siswa dari kelas VIIA.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tingkat keterlibatan siswa secara individual keterlibatan menjawab pertanyaan dan mengerjakan latihan lebih banyak dibandingkan dengan keterlibatan mengajukan pertanyaan dan pada tingkat keterlibatan siswa secara klasikal tidak ada perbedaan, selain itu hasil penelitian menunjukan pembelajaran dengan menggunakan metode Discovery-Terbimbing sangat efektif untuk meningkatkan pemahaman siswa pada konsep kalor. Dan pada hasil belajar Post-Test jumlah siswa yang mendapatkan nilai baik lebih banyak dibandingkan siswa yang mendapat nilai kurang. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan prestasi belajar fisika dengan menggunakan metode Discovery-Terbimbing. Selain itu diperoleh bahwa minat belajar fisika siswa mengalami

(8)
(9)

ABSTRACT

THE EFFECTIVITY OF PHYSICS LEARNING IN JUNIOR SECONDARY SCHOOL ON THE SUBJECT MATTER OF HEAT

BY MEANS OF GUIDED-DISCOVERY METHOD AT THE SLTP KRISTEN 1 KLATEN

This research aimed at finding out, first, whether any different in student involvement in learning-teaching activity; second, to know the students’ comprehension on subject matter heat; third, to know the students interest on the physics learning.

This research was implemented in SLTP Kristen 1 Klaten from 14 to 23 of April 2009 with total samples 32 students derived from class VIIA.

The research’s result proved that student individually involve in answering questions and completing the exercise problems more often that their involvement in asking each student’s questions, while classically there was no different in their involvement. Additionally, the research suggesting that guided-discovery method was very effective in increasing students’ comprehension on heat concept. In the post-test study, more students got good mark than students who got lower mark. These results suggesting that there were increasing in students’ learning achievement by using the guided-discovery method. Moreover, students interest in learning physics was

(10)
(11)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan hidayah-Nya yang telah diberikan kepada kami, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SLTP PADA POKOK BAHASAN KALOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY-TERBIMBING PADA SLTP KRISTEN 1 KLATEN” yang disusun guna memenuhi syarat untuk mencapai gelar Sarjana pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univesitas Sanata Dharma Yogyakarta.

dalam penulisan dan penyusunan skripsi, penulis banyak mendapat bimbingan, saran dan nasehat yang bermanfaat dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Dra. Maslichah Asy’ari, M. Pd selaku dosen pembimbing yang telah membimbing saya dengan baik dan mau menerima saya dengan segala kerendahan hati membantu saya dan membimbing saya dalam penulisan skripsi ini.

2. Bapak Drs. T. Sarkim, Ed.,Ph.D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

(12)

3. Bapak Drs Sunto Hadori selaku kepala sekolah SLTP Kristen 1 Klaten yang telah membantu dalam memeberikan ijin penelitian.

4. Dosen-dosen jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam khususnya Program Studi Pendidikan Fisika yang telah memberikan bekal ilmu kepada saya.

5. Bapak Sunarjo dan bapak Sugeng sebagai Staf Tata Usaha Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang telah membantu dalam perijinan.

6. Ibu Istineng Tyas selaku guru bidang studi Fisika Di SLTP Kristen 1 Klaten yang dengan senang hati membantu penelitian ini.

7. Kepada siswa SLTP Kristen 1 kelas VIIA yang telah membantu dan rela sebagai subyek penelitian.

8. Bapak dan Ibu Mardiman atas doa, kasih sayang, perhatian dukungan, dorongan, semangat dan biaya yang tiada henti hingga semua ini dapat selesai.

9. Kepada Fransiska Dyah Susanti/soulmateku yang selalu mendoakan aku sehingga aku mampu melewatinya.

(13)

11.Segenap keluarga Bapak Petrus Sugito yang selalu menyemangati aku untuk menyelesaikan skripsi ini.

Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan pembelajaran, sekalipun penulis menyadari ketidak sempurnaan skripsi ini.

Yogyakarta, Juli 2009

Penulis

(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……… ... ii

HALAMAN PENGESAAN ……….... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………... iv

ABSTRAK………... v

ABSTRACT ………... vii

KATA PENGANTAR ………..………... ix

DAFTAR ISI ………... xii

DAFTAR TABEL……….……… xv

DAFTAR LAMPIRAN ………... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………... 1

B. Perumusan Masalah ………... 3

C. Tujuan Penelitian ………... 4

(15)

BAB II DASAR TEORI ………... 6

A. Hakikat Pembelajaran ..….………...……… 6

B. Minat Belajar Fisika ……....….……….……… 8

C. Pembelajaran Yang Efektif…….. ……….……… 11

D. Kalor ……….……….... 12

1. Pengertian Kalor………... 12

2. Perpindahan Kalor ……….…...………. 12

E. Discovery-Terbimbing …………...……… 15

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……….. 17

A. JENIS PENELITIAN ……….. 17

B. WAKTU DAN TEMPAT …………..……….. 17

C. POPULASI DAN SAMPEL …………..………. 17

D. PENGAMBILAN SAMPEL……… 17

E. INTRUMEN PENELITIAN ………... 18

F. METODE ANALISIS DATA ………... 23

1. Analisis Efektivitas Keterlibatan Siswa ………... 23

2. Analisis Efektivitas Hasil Belajar Siswa ………... 28

3. Analisis Efektivitas Minat Siswa ……….. 29

(16)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ….……… 32

A. HASIL ANALISIS DATA ………...…... 32

1. Keterlibatan Siswa ………..……….. 32

2. Hasil Belajar Siswa…….... ………... 36

3. Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika……….. 37

B. PEMBAHASAN………... 39

1. Keterlibatan Siswa ……… 39

2. Hasil Belajar Siswa ………...……….... 39

4. Kuesioner Minat.……….…….……….. 41

BAB V PENUTUP………... 42

A. KESIMPULAN ………….……… 42

B. SARAN ……….……….... 43

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Lembar Observasi .…….………... 21 Tabel 2. Lembar Catatan Keterlibatan Klasikal Siswa dari Data LKS … 22 Tabel 3. Keterlibatan Siswa Secara Individual ………. 24 Tabel 4. Kriteria Kualifikasi Keterlibatan Siswa ……….. 25 Tabel 5. Keterlibatan Setiap Siswa Menurut Hasil Kerja Siswa dalm LKS 26 Tabel 6. Distribusi Kualifikasi Keterlibatan Seluruh Siswa Pada Aspek

Menjawab Pertanyaan ………... 27 Tabel 7. Kualifikasi Efektivitas Keterlibatan Seluruh Siswa Pada Setiap

Aspek Keterlibatan Menjawab Pertanyaan ... 27 Tabel 8. Kualifikasi Pemahaman Setiap Konsep ... 28 Tabel 9. Kualifikasi Tingkat Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika

Dengan Menggunakan metode Discovery-Terbimbing Pada Pokok Bahasan Kalor ……… 31 Tabel 10. Data Keterlibatan Siswa Secara Individual ……… 33 Tabel 11. Data Kualifikasi Keterlibatan Siswa Pada Aspek Menjawab

Pertanyaan Pada Lembar Kegiatan Siswa……… 34 Tabel 12. Disteribusi Kualifikasi Keterlibatan Siswa Pada Aspek Menjawab

Pertanyaan Pada Lembar Kegiatan Siswa……… 34

(18)

Tabel 13. Kualifikasi Efektivitas Keterlibatan Siswa Pada Aspek Menjawab Pertanyaan Pada Lembar Kegiatan Siswa……… 35 Tabel 14. Data Kualifikasi Keterlibatan Siswa Pada Aspek Menyimpulkan Data

Hasil Percobaan ……….………... 35 Tabel 15. Distribusi Kualifikasi Keterlibatan Siswa Pada Aspek Menyimpulkan

Data Hasil Percobaan ……… 36 Tabel 16. Kualifikasi Efektivitas Keterlibatan Siswa Pada Aspek Menyimpulkan

Data Hasil Percobaan ……… 36 Tabel 17. Data Siswa Untuk Pre-Test Dan Post-Test Pada Pokok Bahasan

Kalor……… 37

Tebel 18. Distribusi Skor Hasil Kuesioner Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika ……….. 38 Table 19 Jumlah Siswa dan Untuk Prosentase Untuk Setiap Tingkat Minat

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Keterlibatan Siswa Secara Individual………. 46

Lampiran 2 Data Keterlibatan Semua Siswa Pada Aspek Keterlibatan Menjawab Pertanyaan Selama Percobaan………. 47

Lampiran 3 Data Keterlibatan Siswa Pada Aspek Menyimpulkan Data…… 48

Lampiran 4 Data Nilai Siswa Untuk Pre-Test Dan Post-Test Pada Pokok Bahasan Kalor………..……….. 49

Lampiran 5 Data Hasil Kuesioner Minat Siswa Terhadap Fisika Pada Pokok Bahasan Kalor Dengan Metode Discovery-Terbimbing .…... 51

Lampiran 6 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran ……….….. 53

Lampiran 7 Contoh Lembar Kegiatan Siswa..……… 59

Lampiran 8 Hand Out………. 67

Lampiran 9 Lmbar Kegiatan Siswa………..……….. 70

Lampiran 10 Soal Pre-test dan Post-Test……….. 79

Lampiran 11 Contoh Hasil Soal Pre-Test dan Post-Test …...………... 82

Lampiran 12 Kuesioner Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika... 90

Lampiran 13 Contoh Hasil Kuesioner Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika... 94

Lampiran 14 Rincian Kegiatan ... 96

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam aktifitas belajar mengajar di tingkat pendidikan Sekolah Dasar maupun di tingkat Sekolah Menengah Atas masih banyak guru cenderung menggunakan metode yang kurang bervariasi untuk pengajaran sains. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam kegiatan belajar mengajar adalah metode atau cara guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar. Guru sering mengajarkan sains (IPA) secara abstrak dan matematis. Dalam pengajaran guru kurang maksimal dalam menggunakan alat-alat peraga. Keadaan tersebut membuat siswa menjadi bosan sehingga tidak menyukai pelajaran sains dan beranggapan bahwa pelajaran fisika (sains) itu sulit. Proses belajar akan terjadi apabila ada aktifitas belajar dari murid karena belajar adalah merupakan suatu proses untuk menemukan sesuatu dari pada suatu proses untuk mengumpulkan sesuatu (Paul Suparno, 2002).

Proses belajar mengajar adalah merupakan aktifitas yang melibatkan dua pihak yaitu guru sebagai pendidik dan siswa sebagai yang terdidik, tetapi hasil belajar yang utama harus dirasakan oleh siswa sendiri maka tugas guru disini lebih sebagai fasilitator yang memberikan bimbingan kepada siswa atau anak didik untuk berproses dan bukan sebagai sumber informasi yang mendominasi kegiatan.

(21)

tersebut adalah metode Discovery. Metode Discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan studi individual, memanipulasi objek-objek dan eksperimentasi oleh siswa sebelum membuat generalisasi sampai siswa menyadari suatu konsep. Dengan kata lain discovery terjadi apabila siswa terutama terlibat dalam menggunakan proses mentalnya (misalnya mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur dan menarik kesimpulan) untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip.

(22)

Salah satu cara yang dapat melibatkan siswa dalam proses membangun pengetahuan adalah pembelajaran dengan metode Discovery, dimana metode Discovery merupakan metode yang dapat diterapkan di SD, SLTP, SLTA maupun diperguruan tinggi. Metode ini digunakan untuk penelitian di SLTP pada kelas VII yang materi pembelajaran dibatasi pada materi pokok kalor, oleh sebab itu judul penelitian ini adalah “EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SLTP PADA POKOK BAHASAN KALOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE

DISCOVERY-TERBIMBING “

B. PERUMUSAN MASALAH

1. Sejauh mana efektivitas keterlibatan siswa terhadap pembelajaran fisika di SLTP pada pokok bahasan kalor dengan metode Discovery-Terbimbing? 2. Bagaimana pemahaman konsep siswa dari pembelajaran fisika pada pokok

bahasan kalor dengan metode Discovery-Terbimbing?

(23)

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui sejauh mana efektivitas keterlibatan siswa terhadap pembelajaran fisika di SLTP pada pokok bahasan kalor dengan metode Discovery-Terbimbing.

2. Untuk mengetahui bagaimana pemahaman konsep siswa pada pokok bahasan Kalor setelah pembelajaran dengan metode Discovery-Terbimbing. 3. Untuk mengetahui bagaimana minat atau sikap siswa terhadap pembelajaran

fisika pada pokok bahasan kalor dengan metode Discovery-Terbimbing.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Guru

Sebagai masukan untuk bahan pertimbangan guru dalam meningkatkan kreatifitas dan motivasi dalam belajar melalui metode yang menarik dan diharapkan pembelajaran menjadi lebih baik.

2. Bagi Siswa

Dengan pembelajaran menggunakan metode Discovery-Terbimbing peneliti berharap siswa dapat menggunakan alat-alat sederhana dan berani mengungkapkan gagasannya atau ide-idenya.

3. Bagi Peneliti

(24)
(25)

BAB II

DASAR TEORI

A. HAKEKAT PEMBELAJARAN

1. Pengertian Belajar

Proses belajar merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimiliki seseorang. Belajar adalah suatu proses perubahan sikap dan tingkah laku setelah terjadi interaksi dengan sumber belajar. Sumber belajar dapat berupa buku, lingkungan, guru atau sesama teman.

Berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik mereka berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga sendiri (Muhibbin syah, 1995:88). Belajar terjadi dalam interaksi dengan lingkungan, namun tidak sembarang di lingkungan menjamin adanya proses belajar. Kegiatan belajar adalah kegiatan yang aktif, dimana pelajar membangun sendiri pengetahuannya. Pelajar mencari arti sendiri dari yang mereka pelajari.

Menurut W.S Winkel (1987:36) belajar adalah suatu aktifitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkam perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pengetahuan, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.

(26)

Beberapa prinsip belajar antara lain (1) belajar harus berorientasi pada tujuan, (2) belajar akan terjadi bila seseorang dihadapkan pada situasi permasalahan, (3) belajar dengan pengertian akan lebih bermakna dari pada belajar dengan hafalan, (4) belajar merupakan proses yang berkelanjutan, (5) belajar memerlukan kemauan yang kuat, (6) keberhasilan belajar ditentukan banyak faktor, (7) belajar secara keseluruhan akan lebih berhasil daripada belajar secara terbagi-bagi, (8) belajar memerlukan adanya kesesuaian antara guru dan murid, (9) belajar memerlukan kemampuan dalam menangkap inti sari pelajaran itu sendiri.

2. Pengertian pembelajaran

Pembelajaran adalah proses yang ditekankan pada kegiatan siswa dan proses pembelajaran yang baik adalah proses pembelajaran yang kegiatannya didominasi oleh siswa. Jadi yang ditekankan bukan terutama pada guru mengajar tetapi bagaimana guru menciptakan situasi, merancang kegiatan, membimbing, dan mengarahkan.

(27)

mengkomunikasikan ide ilmiahnya, (3) menyediakan sarana yang merangsang berfikir siswa secara produktif, (4) menyediakan kesempatan dan pengalaman yang paling mendukung belajar siswa, (5) menyemangati siswa dan menyediakan pengalaman konflik, (6) memonitor, mengevaluasi dan menunjukan apakah pemikiran siswa itu berjalan atau tidak, (7) guru menunjukkan dan mempertanyakan apakah pengetahuan murid itu berlaku untuk menghadapi persoalan baru yang berkaitan, (8) guru membantu dalam mengevaluasi hipotesis dan kesimpulan murid.

B. MINAT BELAJAR FISIKA

1. Pengertian Minat

Menurut Winkel, yang dimaksud dengan minat adalah kecenderungan yang agak menetap untuk merasa tertarik pada bidang – bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung di dalamnya.

(28)

menimbulkan sikap positif dan sikap positif menimbulkan minat. Jadi ada hubungan erat antara motivasi intrinsik, minat, dan perasaan senang.

Karena minat tumbuh bila perasaan siswa senang, maka guru harus dapat membuat siswa merasa senang dalam belajar, misalnya dengan cara sebagai berikuit:

a. Membina hubungan akrab dengan siswa namun tidak bertingkah seperti anak remaja.

b. Menyajikan bahan pelajaran yang tidak terlalu sulit, namun juga tidak terlalu mudah.

c. Menggunakan alat–alat pelajaran yang menunjang proses belajar mengajar.

d. Bervariasi cara mengajarnya namun tidak berganti – ganti metode sehingga siswa menjadi senang.

(Winkel, 1983 : 30-31)

(29)

2. Minat Belajar Fisika

Seperti telah dikemukakan di atas, minat adalah kecenderungan yang agak menetap untuk merasa tertarik pada bidang-bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung di dalamnya (Winkel, 1983 : 30). Berdasarkan pada difinisi minat tersebut, maka minat belajar fisika dapat dinyatakan sebagai kecenderungan yang agak menetap untuk merasa tertarik belajar fisika dan merasa senang mempelajari segala aspek dalam fisika.

Siswa yang berminat belajar fisika cenderung akan mempelajari fisika sesuai dengan hakikatnya sebagai hasil, proses dan sikap. Mereka berusaha mempelajari dan memahami hasil keilmuan fisika dengan sungguh-sungguh sehingga benar-benar paham dan mengerti tentang konsep, prinsip dan hukum fisika. Mereka tidak hanya menghafal hasil keillmuan yang telah dihasilkan oleh para ilmuwan fisika, tetapi berusaha dengan sungguh-sungguh agar memahami dan mengerti tanpa merasa terpaksa bahkan merasa senang untuk melakukan.

(30)

dari 30 siswa dan selebihnya siswa sangat berminat dan berminat. Ini membuktikan bahwa siswa berminat terhadap pembelajaran fisika karena jumlah siswa yang berminat lebih bayak.

C. PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF

Suatu pengajaran dikatakan efektif bila apa yang dikerjakan selama proses pembelajaran benar yaitu apa yang dikerjakan dan cara mengerjakannya harus sesuai dengan hakekat pembelajaran, materi dan tujuannya (Kartika Budi, 2001: 24).

Menurut Elis (1986) dalam (Kartika Budi, 2001: 25) efektivitas mengacu pada proses dan hasil. Dipandang dari hasil pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menghasilkan siswa dengan prestasi akademik tinggi. Dipandang dari proses, pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang (1) ada kesesuaian antara proses dengan tujuan yang akan dicapai yang telah ditetapkan dalam kurikulum, (2) cukup banyak tugas-tugas yang dievaluasi untuk mengetahui perkembangan siswa dan untuk memperoleh umpan balik, (3) lebih banyak tugas-tugas yang mendukung pencapaian tujuan, (4) ada variasi metode pembelajaran, (5) pemantauan atau evaluasi perkembangan atau keberhasilan dilaksanakan secara bersinambungan dan (6) memberi siswa tanggung jawab yang lebih besar pada tugas yang dilakukan.

(31)

bertanya, (2) kemauan menjawab, (3) kemauan aktif diskusi dengan teman, (5) senang memperhatikan pada saat guru menjelaskan dan (6) kemauan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

D. KALOR

a. Kalor Merupakan Bentuk Enegi

Kalor merupakan salah satu bentuk energi yang dapat berpindah dari benda satu ke benda yang lain karena adanya perbedaan suhu diantara benda-benda tersebut. Kalor berpindah dari benda yang suhunya tinggi menuju suatu benda yang suhunya rendah. Jika sejumlah kalor diberikan pada suatu benda maka suhu benda tersebut akan naik.

I. Pengaruh Kalor terhadap Suhu Benda

Jika kita mencampur segelas air panas dan air dingin campurannya menjadi hangat mengapa? Karena setelah bercampur suhu kedua air tersebut sama. Dalam hal ini air panas melepaskan kalor dan air dingin menerima kalor. Itulah sebabnya suhu air panas turun dan suhu air dingin naik setelah keduanya bercampur. Pada proses itu kalor yang dilepaskan oleh air panas diserap oleh air dingin.

Jadi banyaknya kalor yang dilepaskan sama dengan banyaknya kalor yang

diserap. Pernyataan ini dikenal sebagai asas Black. Jika banyaknya kalor

yang dilepaskan atau yang diserap dilambangkan Q, maka secara

matematis asas Black dapat ditulis

(32)

Selain contoh di atas masih banyak contoh yang lain, misalnya waktu kita memasak air. Untuk mendidihkan air dalam ceret dengan kompor, dibutuhkan waktu tertentu, misalnya semakin banyak volum air yang dididihkan, semakin lama selang waktu yag diperlukan. Hal ini menunjukkan bahwa banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu benda bergantung pada besarnya kenaikan suhu benda dan massanya. Secara matematis hubungan tersebut dapat dituliskan :

Q = m . ΔT Keterangan :

Q = bayaknya kalor yang diperlukan untuk menaikan suhu m = massa benda

ΔT = kenaikan suhu

Selain kalor bergantung pada massa dan kenaikan suhu, kalor juga bergantung pada jenis zat. Berdasarkan pembahasan diatas banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikan suhu suatu benda dapat dirumuskan:

Q = m . c . ΔT Keterangan :

Q = bayaknya kalor yang diperlukan untuk menaikan suhu (J atau Kal) C = kalor jenis (Joule/kg0C atau kal/kg0C)

m = massa benda (kg)

(33)

II. Pengaruh Kalor terhadap Wujud Zat

Jika kita memanaskan es batu, es tersebut akan mencair. Es yang mencair tersebut jika dipanaskan terus maka volumnya akan berkurang sampai akhirnya habis. Hal ini menunjukkan bahwa kalor dapat mengubah wujud zat. Perubahan wujud yang terjadi antara lain mencair, membeku, menguap, mengembun dan menyublim.

a. Mencair

Mencair adalah proses perubahan wujud dari padat menjadi cair. Contoh: Es batu yang dipanaskan

b. Membeku

Membeku adalah proses perubahan wujud dari cair menjadi padat Contoh: air menjadi es batu.

c. Menguap

Menguap adalah proses perubahan wujud dari cair menjadi uap Contoh: waktu memasak air dan air laut yang terkena sinar matahari. d. Mengembun

Mengembun adalah proses perubahan wujud dari gas menjadi cair Contoh: adanya embun pagi dan pada tutup gelas yang berisi air panas. e. Menyublim

Menyublim adalah proses perubahan wujud dari padat menjadi gas atau

gas menjadi padat

(34)

E. DISCOVERY TERBIMBING

Pembelajaran sains akan lebih menarik apabila menggunakan cara atau metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan atau melibatkan siswa secara langsung. Salah satu metode tersebut adalah Discovery. Metode Discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan pada studi individual, manipulasi objek-objek, dan eksperimentasi oleh siswa sebelum membuat generalisasi sampai siswa menyadari suatu konsep atau suatu proses mental dimana anak atau individu mengasimilasi konsep dan prinsip-prinsip. Dengan kata lain ”Discovery” terjadi apabila siswa terutama terlibat dalam menggunakan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip.

Suatu kegiatan discovery ialah suatu kegiatan atau pembelajaran yang dirancang sedemikin rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Proses mental misalnya mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur dan menarik kesimpulan.

(35)

• Discovery-Terbimbing (Guided discovery-inquiry laboratory lesson)

Istilah ” Guided discovery-inquiry” digunakan apabila di dalam kegiatan ”discovery-inquiry” guru menyediakan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa.

(36)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang berupa semi eksperimen dan kesimpulan yang akan diambil berdasarkan analisis data statistik.

B. TEMPAT DAN WAKTU

Tempat : SLTP KRISTEN 1 KLATEN

Waktu : Dilaksanakan pada semester II dari tanggal 14 s.d. 23 April 2009.

C. SOBYEK PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di kalangan siswa-siswa kelas VII A SLTP Kristen 1 Klaten yang berjumlah 32 siswa.

D. PENGAMBILAN SOBYEK

(37)

E. PENYUSUNAN INSTRUMEN

1. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran

Sebelum mengajar guru wajib membuat persiapan mengajar yang disebut Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah rencana kegiatan guru yang berupa skenario pembelajaran tahap demi tahap mengenai kegiatan atau aktivitas yang akan dilakukan siswa bersama guru terkait materi yang akan dipelajari siswa untuk mencapai kompetensi dasar yang telah ditentukan. Tujuan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disusun dimaksudkan untuk mempermudah guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Adapun format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai berikut: Satuan Pendidikan : ………..

Mata Pelajaran : ……….. Kelas/ Semester : ……….. Alokasi Waktu :………... 1. Standar Kompetensi :

Memahami wujud zat dan perubahannya. 2. Kompetensi Dasar

(38)

3. Indikator

a. Menyelidiki pengaruh kalor terhadap perubahan suhu benda dan perubahan wujud zat

b. Menyelidiki banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu zat. c. Menyelidiki kalor yang dibutuhkan pada saat mendidih dan melebur. d. Menerapkan hubungan Q = m . c . ΔT ; Q = m . U dan Q = m . L untuk

menyelesaikan masalah sederhana. 4. Materi Pokok

Kalor.

5. Uraian Materi Pokok 6. Kegiatan Pembelajaran

6. 1. Kegiatan awal 6. 2. Kegiatan Inti 6. 3. Kegiatan penutup 2. Lembar Kegiatan Siswa

(39)

Format Lembar Kegiatan Siswa

Mata pelajaran :……… Kelas / Semester :………. Alokasi Waktu :………. I. Kompetensi dasar :

II. Indikator hasil belajar : III.Petunjuk umum : IV.Kegiatan belajar : Kegiatan 1

Kegiatan 2 Kegiatan 3 3. Lembar Observasi

Lembar observasi dikembangkan dari lembar observasi yang telah digunakan oleh Kartika Budi (2001) dalam penelitiannya tentang “Berbagai Strategi Untuk Melibatkan Siswa Secara Aktif Dalam Proses Pembelajaran Fisika di SMU, Efektivitasnya dan Sikap Mereka Pada Strategi Tersebut”.

(40)

Tabel 1. Lembar Observasi Tanggal : 16 dan 21 April 2009 Sub pokok Bahasan : Kalor

Waktu : 2 x 45 menit Jenis Keterlibatan

Kode

Siswa menjawab

pertanyaan

mengajukan

pertanyaan

mengerjakan

latihan.

Frekuensi

Keterlibatan

Prosentase Kualifikasi

1 2 3 4 . . 32

Kolom keterlibatan digunakan untuk mencatat informasi–informasi yang diperoleh selama proses pembelajaran berlangsung misalnya siswa bertanya, menjawab pertanyaan dan mengerjakan latihan.

(41)

Tabel 2. Lembar Catatan Keterlibatan Klasikal Siswa Dari Data Lembar Kegiatan Siswa

Jenis Keterlibatan Kode

Siswa Menjawab

Pertanyaan

Menyimpulkan

Data Hasil

Percobaan

1 2 . . 32

4. Kuesioner Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika Pada Pokok Bahasan Kalor Dengan Metode Discovery Terbimbing.

Instrumen ini merupakan alat yang digunakan untuk mengukur minat siswa terhadap pembelajaran fisika pada pokok bahasan kalor dengan metode Discovery Terbimbing. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kuesioner tertutup, dimana responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan oleh peneliti. Soal–soal dalam kuesioner minat ini berjumlah 10 item.

(42)

5. Soal–soal Tes Hasil Belajar

a. Pre-Test

Pre-test merupakan tes awal yang diberikan untuk mengetahui pengetahuan awal yang dimiliki siswa sebelum dilakukan pembelajaran,

soal–soalnya dalam bentuk uraian singkat. b. Post-Test

Post-tes merupakan tes akhir yang diberikan kepada siswa setelah pembelajaran berlangsung. Tes ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa setelah mengikuti pembelajaran. Soal–soal post-test dalam bentuk uraian yang disusun berdasarkan materi kalor.

F. METODE ANALISIS DATA

Data dalam penelitian ini berupa angka dan uraian. Dalam proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang telah dikumpulkan baik minat siswa terhadap fisika, lembar observasi aktifitas siswa dan konsep dasar siswa.

1. Efektivitas Keterlibatan Siswa

Keterlibatan siswa yang dibedakan menjadi keterlibatan secara individual dan keterlibatan secara klasikal dianalisis dengan tahap-tahap sebagai berikut.

a. Keterlibatan Siswa Secara Individual

(43)

apabila siswa menjawab 3 pertanyaan, 2 mengajukan pertanyaan dan 1 mengerjakan latihan. Data keterlibatan siswa secara individual dapat dianalisis seperti tabel berikut.

Tabel 3. Keterlibatan Siswa Secara Individual Jenis Keterlibatan

Kode

Siswa Menjawab

pertanyaan

Mengajukan

pertanyaan

Mengerjakan

latihan.

Frekuensi

Keterlibatan

Prosentase Kualifikasi

1 2 3 4 5 . . 32

(44)

Tabel 4. Kriteria Kualifikasi Keterlibatan Siswa Jumlah Keterlibatan (%) Kualifikasi

80 – 100 70 – 79 56 – 69 50 – 55 < 50

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat renda

Yang digunakan acuan penilaian di atas berdasarkan buku karangan Arikunto (1986) stentang “dasar-dasar evaluasi pendidikan” dan nilai standar yang digunakan oleh Universitas Sanata Dharma.

b. Keterlibatan Siwa Secara Klasikal

(45)

Tabel 5. Keterlibatan Setiap Siswa Menurut Hasil Kerja Siswa Dalam Lembar Kegiatan Siswa.

No Pertanyaan

Kode Siswa

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5 . . 32

Jumlah semua siswa

yang terlibat ( Σ1 )

Prosentase ( % )

Kualifikasi

(46)

Tabel 6. Distribusi Kualifikasi Keterlibatan Siswa Pada Aspek Menjawab Pertanyaan Pada Lembar Kegiatan Siswa

Kualifikasi

Sedangkan kualifikasi efektivitasnya seperti pada tabel berikut.

Tabel 7. Kualifikasi Efektivitas Keterlibatan Siswa Pada Setiap Aspek Keterlibatan Tertentu.

Jumlah siswa yang mempunyai kualifikasi keterlibatan tertentu (%)

ST % ST+T % ST+T +S % ST+T+S+R % ST + T + S+R+SR %

(47)

2. Efektivitas Hasil Belajar Siswa

a. Analisis Hasil Pre-test dan Post-test

Prestasi belajar pada soal Pre-Test dan Post-Test dinyatakan dengan nilai. Sistem penilaian yang digunakan yaitu dengan menggunakan skor yang diperoleh siswa ketika tes. Setiap jawaban untuk pre-test dan post-tes diberi skor, kemudian data-data yang ada dihitung D dan D2. Untuk pemahaman siswa setiap aspek di kualifikasikan menjadi 5 macam yaitu sangat baik, baik, cukup, kurang dan sangat kurang seperti pada tabel berikut.

Tabel 8. Kualifikasi Pemahaman Setiap Konsep Interval Nilai Kualifikasi

10 Sangat baik

8 – 9 Baik 6 – 7 Cukup 4 – 5 Kurang 0 – 3 Sangat kurang

b. Melihat Apakah Ada Perbedaan Pemahaman Konsep Dianalisis Dengan Menggunakan Uji-T

Dalam menganalisis data Prestasi belajar aspek produk fisika, dilakukan dengan uji-T antara data Pre-Test dan Post Test siswa yang terlibat dalam proses pembelajaran menggunakan metode Discovery-Terbimbing yakni kelas VIIA. Analisis Uji-T tersebut menggunakan signifikansi perbedaan nilai sebagai berikut. T observasi , dapat dihitung dengan rumus :

(48)

)

X2: Nilai rata-rata pada Post-Test

D: Nilai hasil pengurangan

N: Jumlah siswa

Uji-T dilakukan dengan mengambil tingkat signifikansi : α = 0,05 (two tailed).

3. Efektivitas Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika Pada Pokok Bahasan Kalor Dengan Metode Discovery-Terbimbing.

Dalam proses pembelajaran ini peneliti menggunakan 5 instrumen salah satunya kuesioner yang berfungsi untuk mengetahui tingkat minat siswa pada pembelajaran sains dengan menggunakan metode Discovery-Terbimbing pada pokok bahasan kalor maka peneliti menganalisis data kuesioner melalui beberapa tahap :

a. Peneliti menentukan skor setiap butir soal kuesioner yang diajukan pada siswa. b. Peneliti memberikan skor dari jawaban siswa.

c. Peneliti menentukan interval skor sesuai dengan tingkat minat siswa. Skor terendah 10 dan skor tertinggi 40 (lihat tabel 9 hal 31)

(49)

Data dianalisis dengan memberi skor untuk setiap item pertanyaan. Untuk pertanyaan positif diberi skor sebagai berikut:

1. Sangat setuju sama dengan (4) 2. Setuju sama dengan (3)

3. Kurang setuju sama dengan (2) 4. Tidak setuju sama dengan (1)

Sedangkan untuk pertanyaan negatif diberi skor kebalikan dari pertanyaan yang positif. Pertanyaan negatif diberi skor sebagai berikut:

1. Sangat setuju sama dengan (1) 2. Setuju sama dengan (2)

3. Kurang setuju sama dengan (3) 4. Tidak setuju sama dengan (4)

Jawaban masing-masing item pertanyaan selanjutnya diubah dalam skor (1-4) sesuai dengan kriteria diatas. Skor total semua item didapatkan dengan cara menjumlahkan skor-skor setiap pertanyaan.

(50)

Tabel 9. Kualifikasi Tingkat Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika Dengan Menggunakan Metode Discovery-Terbimbing Pada Pokok Bahasan Kalor.

Interval

Skor

Kualifikasi

10 – 17 18 – 25 26 – 33 34 – 40

Tidak Berminat Kurang Berminat

(51)

BAB IV

HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. ANALISIS DATA

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memperoleh data-data yang meliputi hasil keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran dengan metode Discovery-Terbimbing, Pre-Test, Post-Tes, dan hasil minat siswa terhadap pembelajaran fisika dengan metode Discovery-Terbimbing.

A. 1. Keterlibatan Siswa

a. Keterlibatan Siswa Secara Individual

Berdasarkan data pada lampiran 1 diperoleh data sebagai berikut

(52)
(53)

b. Keterlibatan Siswa Secara Klasikal

Keterlibatan siswa secara klasikal pada aspek keterlibatan menjawab pertanyaan pada Lembar Kegiatan Siswa.

1. Berdasarkan pada lampiran 2 akan diperoleh data sebagai berikut

Tabel 11. Data Kualifikasi Keterlibatan Siswa Pada Aspek Menjawab Pertanyaan Pada Lembar Kegiatan Siswa

No Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9

∑1 28 28 27 28 26 27 28 28 28

% 87,5 87,5 84,4 87,5 81,3 84,4 87,5 87,5 87,5 Kualifikasi ST ST ST ST ST ST ST ST ST

Tabel 12. Distribusi Kualifikasi Keterlibatan Siswa Pada Aspek Menjawab Pertanyaan Pada Lembar Kegiatan Siswa

Kualifikasi

Keterlibatan

Jumlah Pertanyaan Prosentase (%)

(54)

Tabel 13. Kualifikasi Efektivitas Keterlibatan Siswa Pada Aspek Menjawab Pertanyaan Pada Lembar Kegiatan Siswa.

Jumlah Semua Siswa Yang Mempunyai Kualifikasi Keterlibatan

Tertentu (%)

ST % ST+T % ST+T +S % ST+T+S+R % ST + T + S+R+SR %

Efektivitas

100 Sangat Tinggi

2. Berdasarkan lampiran 3 akan diperoleh data sebagai berikut

Tabel 14. Data Kualifikasi Keterlibatan Siswa Pada Aspek Menyimpulkan Data Hasil Percobaan

(55)

Tabel 16. Kualifikasi Efektivitas Keterlibatan Siswa Pada Aspek Menyimpulkan Data Hasil Percobaan

Jumlah Semua Siswa Yang Mempunyai Kualifiksi Keterlibatan Tertentu (%)

ST % ST+T % ST+T +S % ST+T+S+R % ST + T + S+R+SR %

Efektivitas

100 Sangat Tinggi

A. 2. Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar siswa yang diambil dari hasil Pre-Tes dan Post-Test tentang pembelajaran fisika pada pokok bahasan kalor dapat dilihat pada lampiran 4. Data hasil penelitian sebagai berikut.

Hasil Skor Siswa Pre-Test Dan Post-Test Kelas VIIA

Tabel 17. Data Siswa Untuk Pre-Test Dan Post-Test Pada Pokok Bahasan Kalor. Frekuensi Frekuensi

(56)

sangat baik. Sedangkan pada tes hasil belajar Post-Test jumlah siswa yang dapat dimasukkan kedalam kategori cukup, baik dan sangat baik lebih banyak dibandingkan dengan siswa yang termasuk ke dalam kategori kurang dan sangat kurang.

A. 3. Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika Dengan

Menggunakan Metode Discovery-Terbimbing Pada Pokok Bahasan Kalor

Skor hasil pengisian kuesioner minat siswa terhadap pembelajaran fisika dari setiap siswa dapat dilihat pada lampiran 5. Skor hasil pengisian kuesioner minat siswa terhadap pembelajaran fisika dari lampiran 5 dapat didistribusikan seperti pada tabel 18 berikut ini:

Tabel 18. Distribusi Skor Hasil Kuesioner Minat Siswa Terhadap Pembelajaran

Fisika

No Interval skor No. Siswa Jumlah 1 10 – 17

2 18 – 25 3, 4, 6, 9, 10, 11, 14, 20, 23, 29, 30, 31,

12

3 26 – 33 1, 2, 5, 7, 8, 12, 13, 15, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 24, 25, 26, 27, 28, 32,

20

4 34 – 40

Jumlah 32

(57)

Penentuan kualifikasi tingkat minat siswa terhadap pembelajaran fisika didasarkan pada kriteria seperti tabel 9. Secara umum hasil penerapan kriteria tersebut dapat dilihat pada tabel 19 berikut.

Tabel 19.Jumlah Siswa dan Prosentase Untuk Setiap Tingkat Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika.

Tingkat Minat Jumlah Siswa Prosentase (%)

Sangat Berminat 0 -

Berminat 20 62,5 Kurang Berminat 12 37,5

Tidak Berminat 0 -

Jumlah 32 100

(Hasil lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran 4)

B. PEMBAHASAN

1. Keterlibatan Siswa

a. secara Individual

a. 1. keterlibatan siswa dalam menjawab pertannyaan

(58)

menjawab pertannyaan 28 orang (87,5%). Itu membuktikan bahwa siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran.

a. 2. keterlibatan siswa dalam mengajukan pertannyaan

Dilihat dari hasil observasi jumlah siswa dalam keterlibatan mengajukan pertanyaan sangat sedikit yaitu 4 orang 12,5%, itu dapat dikarenakan siswa kurang mampu mengungkapkan pertanyaan secara lisan atau malu untuk mengungkapkan suatu pertanyaan, hal ini dapat diatasi yaitu siswa diminta untuk mengajukan pertanyaan secara tertulis, sehingga siswa dapat leluasa untuk mengajukan pertanyaan.

a. 3. keterlibatan siswa mengerjakan latihan

Dan berdasarkan hasil analisis data pada aspek mengerjakan latihan dapat dilihat bahwa semua siswa terlibat dalam aspek menjawab pertannyaan dan keaktifannya sangat tinggi. dengan mengerjakan latihan siswa akan lebih paham

b. Secara Klasikal

(59)

2. Hasil Belajar Siswa.

Dalam penelitian ini, hasil belajar siswa diukur menggunakan instrumen berupa soal Pre-Test dan Post-Test. Hasil dari Pre-Test dan Post-Test disajikan dalam tabel 17. Berdasarkan nilai Pre-Test dan Post-Test dapat dinyatakan kategori hasil belajar siswa.

Dari data di atas disimpulkan bahwa, untuk test hasil belajar Pre-Test jumlah siswa yang dapat dimasukkan dalam kategori kurang dalam pokok bahasan kalor lebih banyak dibandingkan jumlah siswa yang dapat dikategorikan baik dan sangat baik. Sedangkan pada tes hasil belajar Post-Test jumlah siswa yang dapat dimasukkan ke dalam kategori cukup, baik dan sangat baik lebih banyak dibandingkan dengan siswa yang termasuk ke dalam kategori kurang dan sangat kurang.

Untuk mengetahui apakah ada peningkatan hasil belajar secara signifikan atau tidak digunakan uji-T

1. Hipotesa : Ho : X1 = X2 ; Hi : X1 # X2

2. Df = N – 1 = 32 – 1 = 31

3. Tcrit = 2,042 ( dari Tabel ) dengan level signifikan 0,05.

4. Berdasarkan data–data yang diperoleh Tobs dapat dihitung dengan persamaan :

(60)

Berdasarkan hasil perhitungan pada lampiran diperoleh nilai Trel = -13,23 dan dapat

disimpulkan :

Karena Trel > Tcrit, maka Ho ditolak dan Hi diterima. Jadi, Pre-Test dan Post-Test

berbeda secara signifikan. Maka setelah pembelajaran menyebabkan hasilnya lebih baik.

3. Kuesioner Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika Dengan Menggunakan Metode Discovery-Terbimbing.

Tingkat minat dari seluruh siswa kelas VIIA dapat dilihat dari tabel 19.

(61)

BAB V

PENUTUP

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data pada bab IV diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada perbedaan pada tingkat efektivitas keterlibatan siswa secara individual dalam kegiatan menjawab pertanyaan, mengajukan pertanyaan dan mengerjakan latihan. Hal ini dapat dilihat dari data yang berjumlah 32 siswa. Dalam kegiatan menjawab pertanyaan 28 siswa yang terlibat, 4 siswa yang terlibat dalam kegiatan mengajukan pertanyaan, sedangkan dalam kegiatan mengerjakan latihan semua siswa terlibat. Tetapi dilihat dari kualifikasinya banyak siswa yang dikelompokkan dalam tingkat keterlibatannya yang sangat rendah dan rendah yaitu 25 orang. Hal ini dapat dikarenakan siswa kurang mampu mengungkapkan pertanyaan secara lisan, malu atau takut untuk mengungkapkan suatu pertanyaan. Tidak ada perbedaan pada tingkat keterlibatan siswa secara klasikal dalam kegiatan menjawab pertannyaan dan menyimpulkan.

2. Pembelajaran menggunakan metode Discovery Terbimbing sangat efektif untuk meningkatkan pemahaman siswa pada konsep kalor dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan siswa tentang konsep kalor pada tes hasil belajar Pre-Test dan Post-Test yang berpusat pada peningkatan prestasi belajar siswa. 3. Pembelajaran menggunakan metode Discovery Terbimbing dapat meningkatkan

(62)

siswa. Selain itu juga dapat dilihat dari hasil analisis pada tabel kualifikasi minat siswa bahwa jumlah siswa yang berminat lebih banyak. Dengan demikian minat yang tinggi akan membuat pembelajaran menjadi lebih efektif.

2. Saran

1. Bagi guru

disarankan pada para guru untuk menggunakan metode Discovery-Terbimbing sebagai alternatif metode pembelajaran dalam menyajikan materi pembelajaran di kelas dan dalam penggunaan metode ini guru hendaknya membuat persiapan sebaik dan sematang mungkin.

2. Untuk peneliti selanjutnya

• Untuk peneliti selanjutnya diharapkan, pertama membuat instrumen penelitian dalam hal ini soal-soal sebaik mungkin agar dapat mengtahui sejauh mana pemahaman siswa mengenai konsep. Kedua dalam analisis peningkatan pemahaman sebaiknya dinilai peningkatan secara individual.

• Hendaknya penelitian dilakukan dalam waktu yang lama sehingga memungkinkan siswa untuk melakukan kegiatan lebih dari satu kali • Hendaknya jumlah anggota untuk setiap kelompok antara 3-4 siswa

(63)

DAFTAR PUSTAKA

1. Amien, Moh. 1987. Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam dengan Menggunakan Metode Discovery dan Inquiry. Jakarta: Depdikbud

2. Anonim, 2006. Pelatihan I Dosen IPA Program PGSD. Depdiknas

3. Arikunto Suharsimi. 2004. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta : Bina Aksara 4. Arikunto Suharsimi. 1986. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bima

Aksara

5. David Halliday & Robert Resnick. 1977. Fisika jilid 1. Edisi 3. Jakarta : Erlangga

6. Hadinata, Odo. Laporan Kegiatan Pelatihan SEQIP. Jakarta: Depdiknas

7. Kanginan, Marthen. 2004. Sains Fisika 2A Untuk SMP Kelas VIII. Jakarta : Erlangga

8. Kartika Budi, Fr. Y. 1991. Sikap Siswa Jurusan A1 dan A2 Sekolah Menengah Atas De Britto Dan Santa Maria Terhadap Pendekatan Ketrampilan Proses

Dengan Demonstrasi dan Pendapat Siswa Tersebut Tentang Pengaruh

Pendekatan Itu Pada Sikap Mereka Terhadap Kegiatan Mengajar Fisika

(laporan penelitian). FMIPA. IKIP Sanata Dharma Yogyakarta

9. Masidjo, Ing. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius

(64)

11.Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana

12.Suparno, Paul. 1997. Filsafat Kontruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta : Kanisius

(65)
(66)

Table 21. Data Keterlibatan Semua Siswa Pada Aspek Menjawab Pertanyaan Pada Lembar Kegiatan Siswa

(67)
(68)
(69)
(70)

Tabel 24. Data Hasil Kuesioner Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika Pada Pokok Bahasan Kalor Dengan Metode Discovery Terbimbing

(71)
(72)

Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP )

Mata Pelajaran : Fisika Kelas/Semester : VII/II

Alokasi Waktu : 10 x 45 menit ( 6 x pertemuan) I. Standar Kompetensi

Memahami wujud zat dan perubahannya II. Kompetensi Dasar

Mendiskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda serta penerapannya dalam kehidupan sehari–hari.

I. Indikator

a. Menyelidiki pengaruh kalor terhadap perubahan suhu benda. b. Menyelidiki pengaruh kalor terhadap perubahan wujud zat.

c. Menyelidiki kalor yang dibutuhkan pada saat mendidih dan melebur.

d. Menerapkan hubungan Q = m . c . ΔT ; Q = m . U dan Q = m . L untuk menyelesaikan masalah sederhana.

II. Materi Pokok Kalor

III.Uraian Materi Pokok

(73)

Kalor merupakan salah satu bentuk energi yang dapat berpindah dari benda satu ke benda yang lain karena adanya perbedaan suhu diantara benda-benda tersebut. Kalor berpindah dari benda yang suhunya tinggi menuju suatu benda yang suhunya rendah. Jika sejumlah kalor diberikan pada suatu benda maka suhu benda tersebut akan naik. 1. Pengaruh Kalor terhadap Suhu Benda

Jika kita mencampur segelas air panas dan air dingin campurannya menjadi hangat mengapa? Karena setelah bercampur suhu kedua air tersebut sama. Dalam hal ini air panas melepaskan kalor dan air dingin menerima kalor. Itulah sebabnya suhu air panas turun dan suhu air dingin naik setelah keduanya bercampur. Pada proses itu kalor yang dilepaskan oleh air panas diserap oleh air dingin.

Jadi banyaknya kalor yang dilepaskan sama dengan banyaknya kalor yang

diserap. Pernyataan ini dikenal sebagai asas Black. Jika banyaknya kalor

yang dilepaskan atau yang diserap dilambangkan Q, maka secara

matematis asas Black dapat ditulis

Qlepas = Qserap

(74)

massanya. Secara matematis hubungan tersebut dapat dituliskan :

Q = m . ΔT

Keterangan :

Q = bayaknya kalor yang diperlukan untuk menaikan suhu m = massa benda

ΔT = kenaikan suhu

Selain kalor bergantung pada massa dan kenaikan suhu, kalor juga bergantung pada jenis zat. Berdasarkan pembahasan diatas banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikan suhu suatu benda dapat dirumuskan :

Q = m . c . ΔT

Keterangan :

Q = bayaknya kalor yang diperlukan untuk menaikan suhu (J atau Kal) C = kalor jenis (Joule/kg0C atau kal/kg0C)

m = massa benda (kg)

ΔT = kenaikan suhu (0C atau Kelvin) 2. Pengaruh Kalor terhadap Wujud Zat

(75)

Mencair adalah proses perubahan wujud dari padat menjadi cair. Contoh: es batu yang dipanaskan

b. Membeku

Membeku adalah proses perubahan wujud dari cair menjadi padat Contoh: air menjadi es

c. Menguap

Menguap adalah proses perubahan wujud dari cair menjadi uap Contoh: waktu memasak air dan air laut yang terkena sinar matahari d. Mengenbun

Mengembun adalah proses perubahan wujud dari gas menjadi cair Contoh: adanya embun pagi dan pada tutup gelas yang berisi air panas e. Menyublim

Menyublim adalah proses perubahan wujud dari padat menjadi gas atau gas menjadi padat

Contoh: kapur barus lama kelamaan habis IV.Kegiatan Pembelajaran

a. Kegiatan Awal

1. Guru memasuki kelas dan memberi salam kepada siswa. 2. Memeriksa kesiapan siswa untuk mengikuti pelajaran. 3. Pengantar.

(76)

memperhatikan. Guru mengambil tiga buah bejana yang berisi air mineral/ air ledeng, air hangat dan air es. Guru meninta tiga siswa untuk memasukkan tangannya kedalam bejana, satu siswa satu bejana. Siswa melaporkan kepada siswa lain apa yang dirasakan tentang suhu air (dituliskan dipapan tulis). Guru bertanya, apa yang dapat kamu rasakan pada bejana I, II, dan III dan mengapa berbeda?

b. Kegiatan Inti

1. Perumusan pertanyaan / permasalahan tentang topik pelajaran - Mengapa suhunya berbeda?

- Mengapa es batu biasa mencair?

- Berapa besar energi kalor untuk mendidihkan air?

- Pada waktu yang sama (tidak sampai mendidih) dan massa airnya berbeda, air yang bermassa berapakah yang suhunya paling tinggi?

2. Kegiatan Berdasarkan seperti pada Lembar Kerja Siswa

• Melaksanakan kegiatan I : Menyelidiki Pengaruh Kalor Terhadap Suhu Benda seperti pada LKS I.

• Melaksanakan Kegiatan II : Menyelidiki Pengaruh Kalor Terhadap Suatu Zat dan menyelidiki kalor yang dibutuhkan pada saat mendidih dan melebur seperti pada LKS II.

(77)

• Diskusi hasil percobaan dari kegiatan I, II, dan III 4. Menjawab pertanyaan atau pemecahan masalah

• Merumusan kesimpulan dari hasil percobaan c. Kegiatan Penutup

(78)

LEMBAR KEGIATAN SISWA

Mata Pelajaran : Fisika

Materi : Kalor

Kelas : VII

Semester : II

(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)

Hand Out “KALOR” Kalor Merupakan Bentuk Enegi

Kalor merupakan salah satu bentuk energi yang dapat berpindah dari benda satu ke benda yang lain karena adanya perbedaan suhu diantara benda-benda tersebut. Kalor berpindah dari benda yang suhunya tinggi menuju suatu benda yang suhunya rendah. Jika sejumlah kalor diberikan pada suatu benda maka suhu benda tersebut akan naik.

V. Pengaruh Kalor terhadap Suhu Benda

Jika kita mencampur segelas air panas dan air dingin campurannya menjadi hangat mengapa? Karena setelah bercampur suhu kedua air tersebut sama. Dalam hal ini air panas melepaskan kalor dan air dingin menerima kalor. Itulah sebabnya suhu air panas turun dan suhu air dingin naik setelah keduanya bercampur. Pada proses itu kalor yang dilepaskan oleh air panas diserap oleh air dingin.

Jadi banyaknya kalor yang dilepaskan sama dengan banyaknya kalor yang

diserap. Pernyataan ini dikenal sebagai asas Black. Jika banyaknya kalor

yang dilepaskan atau yang diserap dilambangkan Q, maka secara

matematis asas Black dapat ditulis

Qle p a s = Qse ra p

(87)

waktu yag diperlukan. Hal ini menunjukkan bahwa banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu benda bergantung pada besarnya kenaikan suhu benda dan massanya. Secara matematis hubungan tersebut dapat dituliskan :

Q = m . ΔT Keterangan :

Q = bayaknya kalor yang diperlukan untuk menaikan suhu m = massa benda

ΔT = kenaikan suhu

Selain kalor bergantung pada massa dan kenaikan suhu, kalor juga bergantung pada jenis zat. Berdasarkan pembahasan diatas banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikan suhu suatu benda dapat dirumuskan :

Q = m . c . ΔT Keterangan :

Q = bayaknya kalor yang diperlukan untuk menaikan suhu (J atau Kal) C = kalor jenis (Joule/kg0C atau kal/kg0C)

m = massa benda (kg)

ΔT = kenaikan suhu (0C atau Kelvin) VI.Pengaruh Kalor terhadap Wujud Zat

(88)

antara lain mencair, membeku, menguap, mengembun dan menyublim. a. Mencair

Mencair adalah proses perubahan wujud dari padat menjadi cair. Contoh: Es batu yang dipanaskan

b. Membeku

Membeku adalah proses perubahan wujud dari cair menjadi padat Contoh: air menjadi es batu.

c. Menguap

Menguap adalah proses perubahan wujud dari cair menjadi uap Contoh: waktu memasak air dan air laut yang terkena sinar matahari. d. Mengenbun

Mengembun adalah proses perubahan wujud dari gas menjadi cair Contoh: adanya embun pagi dan pada tutup gelas yang berisi air panas. e. Menyublim

Menyublim adalah proses perubahan wujud dari padat menjadi gas atau gas menjadi padat

(89)

LEMBAR KEGIATAN SISWA

Mata Pelajaran : Fisika

Materi : Kalor

Kelas : VII

Semester : II

(90)

I. Pendahuluan

Kalor merupakan suatu bentuk energi yang berpindah dari sistem satu ke sistem yang lain, karena perbedaan temperatur. Kalor berpindah dari benda yang suhunya tinggi menuju benda yang suhunya rendah. Besarnya kalor dapat dicari dengan persamaan Q = m . c. ΔT, oleh karena itu satuan yang digunakan untuk mengukur kalor sama dengan satuan energi, yaitu joule. Untuk lebih jelasnya marilah kita selidiki permasalahan seperti yang diperagakan guru dengan melakukan percobaan berikut.

II. Alat dan Bahan yang dipergunakan

No Alat/bahan Jumlah 1

2 3 4 5

Bekker gelas Stop watch Termometer Pembakar spirtus Es batu

(91)

Menyelidiki Pengaruh Kalor Terhadap Suhu Benda

Alat dan bahan :

Beker gelas, Pemanas spiritus, Termometer

Langkah kerja

1. Isilah beker gelas dengan air sebanyak 100 ml, kemudian ukur suhunya.

2. Panaskan beker gelas tersebut dengan pembakar spiritus ( usahakan nyala api tetap) dan catatlah suhunya setiap selang 1 menit selama 10 menit

Suhu awal air :...0C

Menit Suhu 1

(92)

Berdasarkan pernyataan tersebut, bagaimanakah pengaruh kalor terhadap kenaikan suhu?

Jawab

(93)

IV. Kegiatan II

”Pengaruh Kalor Terhadap Suatu Zat”

Alat dan bahan:

Beker gelas, termometer, pembakar spirtus, air mineral/air kran dan air es

Langkah kerja I :

1. Masukkan es batu ke dalam bejana kaca.

2. Panaskan bagian dasar beker gelas dengan pemanas spiritus! 3. Apakah yang akan terjadi pada es batu tersebut?

Jawab :...

4. Berapa suhu pada waktu es batu berubah menjadi cair? (es batu semua sudah menjadi air/ es batu sudah tidak kelihatan lagi)

Jawab : ...

5. Dari langkah kerja 3 nyatakan tentang pengaruh kalor pada suatu zat Jawab :...

Langkah Kerja II :

1. Isilah beker gelas dengan air sebanyak 100 ml.

(94)

mendidih!

Tabel pengamatan Ukur dulu suhu awal air :...

Menit Suhu (0C) 2

4 6 8 10

4. Bagai mana kenaikan suhu setelah mendidih?

Jawab :...

5. Berapa besar kalor yang diperlukan untuk mendidihkan air tersebut? Jawab :...

6. Setelah air mendidih panaskan terus menerus selama 5 menit. Amati volum air setelah 5 menit, baca angka yang ada pada bekker gelas!

(95)

atas ?

(96)

V. Kegiatan III

” Menyelidiki Hubungan Antara Banyaknya Kalor Dengan Massa”

Alat dan bahan:

3 beker gelas, 3 pemanas spirtus dan 3 termometer. Langkah kerja:

1. Isilah tiga buah beker gelas dengan masing–masing sebanyak 50 ml, 100 ml, dan 150 ml, kemudian ukurlah suhu masing–masing air tersebut.

2. Panaskan ketiga beker gelas tersebut dengan pembakar spritus selam 5 menit dan catatlah kenaikan suhunya setiap 1 menit.

Suhu awal air massa 50 ml :...0C;

No Menit Suhu (0C) 1

2 3 4 5

1 2 3 4 5 No Menit Suhu (0C)

1 1 2 2 3 3 4 4 5 5

(97)

No Menit Suhu (0C) 1

2 3 4 5

1 2 3 4 5

3. Beker gelas manakah yang airnya mengalami kenaikan suhu paling tinggi dan paling rendah?

Jawab :

... ...

4. Jika besarnya volum nenunjukkan besarnya massa, apakah yang dapat kamu simpulkan tenang hubungan antara massa benda, banyaknya kalor, dan kenaikan suhu benda?

Jawab :

(98)

Soal Pre-Test dan Post-Test

Indikator Soal Pre-test dan Post-test 2. Menyelidiki pengaruh kalor terhadap

perubahan suhu benda, dan perubahan wujud zat

3. Menyelidiki pengaruh kalor terhadap perubahan wujud suatu zat.

4. Menyelidiki kalor yang dibutuhkan pada saat mendidih dan melebur.

5. Menerapkan hubungan Q = m . c .

ΔT ; Q = m . U dan Q = m . L untuk menyelesaikan masalah sederhana.

1. Beker gelas yang berisi air dipanaskan dengan pemanas spiritus. Apa yang terjadi pada air yang berada di dalam beker gelas tersebut ?

2. Mengapa air yang dipanaskan suhunya bisa berubah ?

3. Jika es batu diteteskan atau dipegang pada tangan, tangan akan merasa dingin. Peristiwa ini membuktikan bahwa………

4. Apa yang akan terjadi jika es batu dipanaskan ? 5. Mengapa air yang dipanaskan terus-menerus

lama-kelamaan akan habis ?

6. Bagaimana kenaikan suhu air setelah air itu mendidih ?

7. Berapa besar energi kalor yang diperlukan untuk mendidihkan air jika suhu awal air 28 0C dan massa air 10 kg (kalor jenis air 4200 joule/ Kg 0C) ?

8. Energi kalor yang diperlukan untuk memanaskan sebuah benda bergantung pada ?

(99)

Nama :

Nomor :

1. Beker gelas yang berisi air dipanaskan dengan pemanas spiritus. Apa yang terjadi pada air yang berada di dalam beker gelas tersebut ?

Jawab:

………... 2. Mengapa air yang dipanaskan suhunya bisa berubah ?

Jawab:

………... 3. Jika es batu diteteskan atau dipegang pada tangan, tangan akan merasa dingin.

Peristiwa ini membuktikan bahwa….. Jawab:

………... 4. Apa yang akan terjadi jika es batu dipanaskan ?

Jawab:

………... 5. Mengapa air yang dipanaskan terus-menerus lama-kelamaan akan habis ?

Jawab:

………...

(100)

7. Berapa besar energi kalor yang diperlukan untuk mendidihkan air jika suhu awal air 28 0C dan massa air 10 kg (kalor jenis air 4200 joule/ Kg 0C) ?

Jawab:……… ……….………. ……….. ……….. 8. Energi kalor yang diperlukan untuk memanaskan sebuah benda bergantung pada ?

Jawab:……… 9. 3 bekker gelas yang berisi air 50 kg, 100 kg, dan 150 kg dipanaskan dengan kalor

sebesar 3,15 x 105 Joule dan dalam waktu yang sama (tidak sampai mendidih). Bekker gelas manakah yang airnya mengalami kenaikan suhu paling tinggi dan paling rendah (Kalor jenis air 4200 Joule/Kg 0C).

Jawab :

(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)

Kuesioner Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika

Pada Pokok Bahasan Kalor Dengan Metode Discovery Terbimbing.

Pilih jawaban dari setiap pertanyaan yang cocok untukmu, kemudian lingkarilah pada jawaban yang sesuai denganmu.

Contoh : pelajaran fisika itu sangant menyenangkan. A. Sangat setuju

B. Setuju

C. Kurang setuju D. Tidak setuju

Bila menurutmu yang cocok adalah A, maka beri tanda seperti berikut: B C D A alternatif.

Untuk kuesioner ini tidak ada jawaban yang salah dan apapun jawabanmu tidak akan dikaitkan dengan nilai pelajaran sains. Oleh karena itu sungguh–sungguh kalian diharapkan menjawab kuesioner ini dengan sejujur–jujurnya.

Suatu kegiatan discovery ialah suatu kegiatan atau pembelajaran yang dirancang sedemikin rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Proses mental misalnya mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur dan menarik

(110)

NOMOR :

1. Saya tidak suka belajar dengan menggunkan metode Discovery-Terbimbing. b. Sangat setuju

c. Setuju

d. Kurang setuju e. Tidak setuju

2. Saya tertarik belajar sains dengan mencoba sendiri alat-alat percobaan dikelas. a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Kurang setuju d. Tidak setuju

3. Saya tidak senang belajar sains dengan membentuk kelompok-kelompok dan diskusi dengan teman-teman.

a. Sangat setuju b. Setuju

(111)

lebih cepat memahami materi. a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Kurang setuju d. Tidak setuju

5. Belajar sains dengan melakukan percobaan – percobaan di kelas membuat saya lebih aktif

a. Sangat setuju b. Setuju

c. Kurang setuju d. Tidak setuju

6. Belajar sains dengan melakukan kegiatan–kegiatan percobaan tidak membuat saya lebih mengenal kegunaan benda–benda di sekitar saya.

a. Sangat setuju b. Setuju

c. Kurang setuju d. Tidak setuju

7. Belajar sains bersama teman–teman dalam kelompok lebih menyenangkan daripada belajar seorang diri.

C. Kurang setuju D. Tidak setuju a. Sangat setuju

(112)

lebih bersemangat. a. Sangat setuju b. Setuju

c. Kurang setuju d. Tidak setuju

9. Belajar sains dengan mengerjakan soal–soal bersama–sama dengan teman 1 dalam kelompok membuat saya lebih mengerti akan sains.

a. Sangat setuju b. Setuju

c. Kurang setuju d. Tidak setuju

10.Metode Discovery-Terbimbing tidak bagus diterapkan dalam proses belajar mengajar dalam sains.

a. Sangat setuju b. Setuju

c. Kurang setuju d. Tidak setuju

(113)
(114)
(115)

Rincian Kegiatan Pelaksanaan Penelitian :

1. Pre-Test dilaksanakan pada tanggal 14 April 2009

2. Pembelajaran dilaksanakan pada tanggal 15, 16, dan 21 April 2009 3. Kuesioner dilaksanakan pada tanggal 22 April 2009

Gambar

Tabel 1. Lembar Observasi
Tabel 2. Lembar Catatan Keterlibatan Klasikal Siswa Dari Data Lembar Kegiatan Siswa Kode Jenis Keterlibatan
Tabel 3. Keterlibatan Siswa Secara Individual
Tabel 4. Kriteria Kualifikasi Keterlibatan Siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Faktor Risiko Tinggi pada Kehamilan Berdasarkan tabel 5.5 di atas menunjukkan lebih banyak ibu hamil yang mengetahui bahwa

Dalam satu kelas terdapat siswa-siswi yang berasal dari berbagai etnis di Desa Labuhan Lombok, kemudian pada materi pembelajaran mengenai peribahasa bahasa daerah maka saat itulah

Sebagai wujud usaha sekolah menciptakan suasana, iklim,dan lingkungan pendidikan yang kondusif yang mendukung gerakan anti menyontek, maka kepala sekolah dapat

ini terlihat dari kurangnya siswa yang memerlukan bimbingan dalam menyelesaikan LKS. Kemampuan siswa dalam merangkum materi pelajaran sudah mengalami

Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh kesimpulan bahwa: (1) Peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematik siswa yang memperoleh pembelajaran

Dalam BWN ditentukan bahwa antara anak luar nikah ( natuurlijke kinderen ), yakni anak tidak sah yang bukan anak zinah atau sumbang (pasal 335 BWN), dan ibunya demi

Setelah memperhatikan beberapa ketentuan yang diatur dalam UU No. 22/2009 yang dimaksudkan untuk merinci aturan-aturan menyangkut lalu lintas dan angkutan jalan, ternyata peraturan

Demikian juga pada bagian keuangan, untuk proses yang berhubungan dengan pengelolaan data penggajian karyawan, belum memiliki dukungan sistem informasi yang baik,