• Tidak ada hasil yang ditemukan

PPPPTK MATEMATIKA - KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PPPPTK MATEMATIKA - KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MEMBANDINGKAN PECAHAN

MENGGUNAKAN MEDIA GARIS BILANGAN LIMBAH TRIPLEK PADA SISWA KELAS 3

SDN BATOK 01 KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

Mohamad Ridwan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PROGRAM LINEAR MELALUI STRATEGI

PEMBELAJARAN INKUIRI DAN APLIKASI GEOGEBRA

SISWA KELAS XII IPA1 SMA N 1 TOMPOBULU

Sulfiaty Idris

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN REPRESENTASI

DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

Suprapto, M.Pd.

CASYOPEE DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Nelly Yuliana

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN

TEAMS GAMES TOURNAMENT

DENGAN PENDEKATANSAINTIFIK PADA MATERI OPERASIALJABAR

Via Yustitia

PEDOMAN PENSKORAN

Sumaryanta

TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVIS PIAGET DAN VYGOTSKY

Sri Wulandari Danoebroto

Volume

2

Nomor

3

Tahun 201

5

PPPPTK MATEMATIKA - KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

IDEAL MATHEDU

INDONESIAN DIGITAL JOURNAL

OF MATHEMATICS AND EDUCATION

mo

o

r

N

3

(2)

PPPPTK MATEMATIKA

Penanggung jawab

:

Kepala Subag TU dan RT

Yasri Aznam, S.Sos.

Redaktur

: Marfuah, S,Si.,M.T.

Penyunting/Editor

:

1. Muh. Tamimuddin H, M.T.

2. Muda Nurul Khikmawati, S.Kom,. M.Cs.

3. Dr. Sumardyono, M.Pd.

4. Wiworo, S.Si., M.M.

5. Dra. Th. Widyantini, M.Si.

6. Untung Trisna Suwaji, S.Pd., M.Si.

7. Adi Wijaya, S.Pd.,M.A.

8. Fadjar Noer Hidayat, M.Ed.

9. Hanan Windro Sasongko, S.Si.

10. Sigit Tri Guntoro, S.Si., M.Si.

11. Drs. Agus Suharjana, M.Pd.

12. Choirul Listiani, M.Si.

13. Joko Purnomo, M.T.

14. Drs. Marsudi Raharjo, MSc.Ed.

15. Dra. Puji Iryanti, Msc.Ed.

16. Ratna Herawati, M.Si.

17. Sumaryanta, M.Pd.

18. Titik Sutanti, M.Ed.

19. Sri Wulandari Danoebroto, S.Si.,M.Pd.

20. Jakim Wiyoto, S.Si.

Desain Grafis dan Layout

:

1. Cahyo Sasongko, S.Sn.

2. Muhammad Fauzy

3. Samsul Bahri

Sekretariat

:

1. Harwasono, S.Kom.

2. Sri Pujiastuti, A.Md.

3. Nur Amini Mustajab, S.Pd.Si.

4. Aditya Kristiawan, S.H.

3. Anggrahini Suharto, S.I.P.

Alamat redaksi

:

PPPPTK Matematika

Jl. Kaliurang km.6, Sambisari, Depok, Sleman

Kotak Pos 31 Yk-Bs Yogyakarta

Telp. (0274) 885725, 881717

Fax. (0274) 885752

(3)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR

MEMBANDINGKAN PECAHAN

MENGGUNAKAN MEDIA GARIS BILANGAN

LIMBAH TRIPLEK PADA SISWA KELAS 3

SDN BATOK 01 KECAMATAN GEMARANG

KABUPATEN MADIUN

Mohamad Ridwan

SDN Batok 01, Kec. Gemarang Kab. Madiun, Email : ridwan.poerbo.sapoetro@gmail.com

Abstrak, Hasil belajar matematika pada siswa kelas III SDN Batok 01 Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun, materi membandingkan pecahan semester II tahun pelajaran 2013/2014, pada kondisi awal masih banyak dibawah KKM. Hasil belajar siswa yang dilihat dari nilai rata-rata kelas tes individu menunjukan bahwa dari siswa 15 anak, sebanyak 11 anak tidak tuntas, dan hanya 4 anak tuntas. Hal ini disebabkan karena kurangngya pemahaman siswa terhadap materi pelajaran, tidak adanya media belajar yang tepat, siswa masih pada tahap operasional konkret, aktifitas siswa dan guru yang kurang optimal dalam proses pembelajaran dan penggunaan model pembelajaran yang masih konvensional. Dengan menggunakan media belajar berupa media garis bilangan yang terbuat dari limbah triplek, maka dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai upaya peningkatan hasil belajar terhadap materi pelajaran tersebut. Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran melalui PTK selama 2 siklus, maka hasil belajar siswa dari instrumen tes individu mengalami peningkatan. Pada siklus I nilai rata-rata kelas dari tesindividu sebesar dengan rincian 7 siswa tuntas, dan 8 Siswa tidak tuntas. Meningkat lagi pada siklus II dengan nilai rata-rata kelas sebesar 88,67 sebanyak 13 siswa tuntas dan 2 siswa tidak tuntas. Dengan demikian media garis bilangan dari limbah triplek dapat meningkatkan hasil belajar membandingkan pecahan Kata Kunci: PTK, Media Pembelajaran, Hasil Belajar.

1.

Pendahuluan

Lahirnya Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, mengubah paradigma baru dalam proses pembelajaran di sekolah, khususnya bagi guru atau pendidik yang mengajar di dalam kelas. Jika sebagian besar proses pembelajaran masih menggunakan model pembelajaran konvensional, yaitu pembelajaran terpusat pada guru, siswa hanya diam mendengarkan, mencatat dan mengerjakan tugas yang diberikan, maka dengan lahirnya UU dan perkembangan zaman, paradigma baru telah muncul yaitu dengan model pembelajaran modern yang berorintasikan sebuah proses pembelajaran yang terpusat pada siswa. Dalam model pembelajaran modern ini, guru atau pendidik hanya bersifat sebagai fasilitator saja dalam proses pembelajaran.

Kegiatan atau proses belajar mengajar di dalam kelas, tidak lepas dari berbagai masalah yang ada. Dimuai dari keadaan kelas, psikis siswa, hingga pada hasil bekajar siswa terhadap suatu materi pelajaran yang dismpaikan oleh guru kepada siswa. Perubahan paradigma baru

(4)

tersebut, tentunya tidak semudah membalikan telapak tangan. Perlu adanya pendekatan atau model pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran yang disampaikan kepada diswa. Pemilihan sebuah model, metode, atau media belajar yang menarik dan mudah dipahami oleh siswa, tentunya akan membawa dampak yang baik pula terhadap hasil belajar siswa di dalam kelas dalam memahami dan mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru.

Beberapa mata pelajaran yang disampaikan kepada siswa tentunya mempunyai struktur dan karakteristik yang berbeda antara pelajaran satu dan lainnya. begitu juga dengan karakteristik siswa yang berbeda jika dilihat dari segi tingkat satuan pendidikan. Anak susia SD tentu berbeda dengan abak seusia SMP atau SMA. Pada anak usia SD yang masih diselimuti usia anak-anak khususnya pada kelas rendah ( kelas 1 -3 ) masih pada tahap operasional konret. Yang artinya, proses pembelajaran masih perlu bantuan atau bimbingan dengan memberikan contoh-contoh konkret yang mudah dipahami. Berbeda dengan anak usia SMP dan SMA yang telah masuk pada tahap operasional abstrak.

Salah satu mata pelajaran yang mempunyai karakteristik dan ciri khusus yang memerlukan contoh – contoh konkret adalah matematika. Mata pelajaran matematika, baik yang diberikan pada tingkat dasar mauun menengah, memerlukan pemahaman dan logika berpikir yang lebih optimal. Sesuai dengan salah sau cirinya, bahwa matematika terdiri dari angka, simbol abstrak dan sebagainya, maka tidak heran jika mata pelajaran matematika untuk sebagian besar siswa merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit dan menakutkan. Kondisi demikian berujung pada hasil belajar siswa yang masih rendah dan tidak sedikit terjadi angka mengulang kelas, terutama pada siswa tingkat sekolah dasar. Sesuai dengan kenyataan di lapangan, bahwa matematika dirasa sulit dan menakutkan bagi siswa terutama untuk siswa SD, maka guru sebagai pendidik hendaknya mempunyai suatu strategi pembelajaran, baik berupa model, metode atau media pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran matematika yang akan disampaikan kepada siswa.

Hasil belajar siswa kelas III SDN Batok 01 Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun semester II tahun pelajaran 2013/2014 pada mata pelajaran matematika materi membandingkan pecahan yang dinilai dari tes individu, sebagian besar masih dibawah KKM yang ditentukan yaitu nilai 70, baik secara individu maupun nilai rata-rata kelas. Setelah dilakukan rekapitulasi terhadap nilai tes individu, maka didapatkan nilai rata-rata kelas sebesar 62,67, dengan perincian bahwa dari 15 siswa kelas III, sejumlah 4 siswa telah memenuhi standart KKM yang ditetapkan. Namun, sebanyak 11 siswa masih mendapatkan nilai dibawah KKM.

Berdasarkan kondisi awal nilai hasil belajar siswa tersebut, maka peneliti melakukan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas (PTK) pada mata pelajaran matematika materi membandingkan pecahan dengan alternatif pemecahan masalah menggunakan media garis bilangan dari limbah triplek. Materi membandingkan pecahan yang terdapat pada mata pelajaran matematika kelas III SD yang akan diteliti adalah membandingkan pecahan sederhana mulai dari pecahan sampai dengan pecahan . Pada materi ini, siswa masih merasa kesulitan dalam membandingkan pecahan antara lebih besar, sama dengan atau lebih kecil. Hal ini karena pada penyampaian materi guru tidak menggunakan metode dan media belajar yang tepat dalam menjelaskan dan menanamkan

(5)

pemahaman konsep materi pelajaran kepada siswa, guru masih menggunakan model pembelajaran konvensionaldalam mengajar. Lebih lanjut, materi membandingkan pecahan ini, perlu diberikan media belajar yang konkret agar siswa dapat memahami materi sehingga hasil belajar siswa akan meningkat.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah dalam penelitian ini, yaitu , (1) pembelajaran yang bersifat konvensional atau tradisional. Pembelajaran terpusat pada guru, (2) tidak digunakannya media belajar yang konkret dalam penyampaian materi pelajaran, (3) kinerja guru yang kurang maksimal dalam proses pembelaaran, (3) aktifitas siswa yang kurang terlibat pada proses pembelajaran di dalam kelas, (4) rendahnya minat belajar siswa terhadap pelajaran matematika khususnya materi membandingkan pecahan, dan (5) rendahnya nilai belajar siswa pada materi pelajaran membandingkan pecahan tesebut. Dari beberapa identifikasi masalah diatas, dapat ditarik beberapa analisis masalah yang dijadikan acuan dalam penelitian tindakan kelas ini, yaitu (1) model pembelajaran yang konvensional dalam proses pembelajaran, (2) media belajar yang belum ada dalam proses pembelajaran, (3) aktifitas siswa yang kurang maksimal, dan (4) hasil belajar siswa pada materi membandingkan pecahan.

Dengan adanya berbagai permasalahan yang melatarbelakangi penelitian ini, maka dapat dirumuskan masalah yaitu, apakah menggunakan media garis bilangan dapat meningkatkan hasil belajar membandingkan pecahan pada siswa kelas III SDN Batok 01 Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014?. Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki kinerja dan aktfitas guru dalam proses pembelajaran dikelas, menumbuhkembangkan minat belajar siswa melalui model, metode dan media belajar yang interaktif dan menarik. Selain itu, tujuan pokok dari penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar membandingkan pecahan pada siswa kelas III SDN Batok 01 Kecamaan Gemarang Kabupaten Madiun pada semester II tahun pelajaran 2013/2014 sesuai atau lebih besar dari KKM yang ditetapkan.

Lebih lanjut, penelitian tindakan kelas ini pada akhirnya dapat bermanfaat bagi siswa khususnya siswa kelas 3 SD antara lain, memberikan sajian proses pembelajaran yang menarik, melatih siswa untuk aktif terlibat serta melatih siswa untuk lebih kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran. Bagi guru penelittian ini dapat meningkatkan profesionalitasnya sebagai seorang pendidik, meningkatkan kinerjanya dalam mengajar siswa, mengenbangkan ide dan gagasan serta kreativitasnya dalam mengajar, khususnya di SDN Batok 01 kecamaan Gemarang kabupaten Madiun. Sedangkan bagi sekolah, sebagai tolok ukur dalam meningkatkan kemajuan pendidikan di sekolah, sebagai sarana dalam meningkatkan kemampuan dan kreatifitas para gurunya, serta dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk penelitian lainnya. Indikator keberhasilan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah, (1) jika nilai tes individu setiap siswa lebih besar atau sama dengan KKM (70) maka dinaytakan tuntas, (2) nilai rata – rata kelas lebih besar atau sama dengan KKM 70, maka pembelajaran dinyatakan tuntas, dan (3) tingkat ketuntasan seluruh kelas > 75 %.

(6)

2.

Kajian Teori

2.1.

Media belajar

Media belajar dapat digunakan berbagai alat peraga sesuai dengan materi dan mata pelajaran yang ingin disampaikan. Media belajar dapat berupa buku teks pelajaran, alat peraga, atau audio visual. Tergantung bagaima guru memilih dan menerapkan media tersebut untuk pembelajaran di dalam kelas. Alat peraga merupakan bagian dari media pembelajaran yang diartikan sebagai semua benda (dapat berupa manusia, objek atau benda mati) sebagai perantara di mana digunakan dalam proses pembelajaran (Sitanggang, 2013:4).

Lebih lanjut Sukayati dan Suharjana (2009) menyatakan bahwa media pembelajaran diartikan sebagai semua benda yang menjadi perantara dalam terjadinya pembelajaran. Berdasar fungsinya media dapat berbentuk alat peraga dan sarana. Dalam penyampaian suatu mata pelajaran di kelas, masih banyak guru yang tidak menggunakan alat perga sebagai media pembelajaran. Masih banyak juga guru yang menggunakan pengelolaan kelas secara klasikal. Artinya, semua siswa diperlakukan sama untuk menerima materi pembelajaran. Dari uraian dan pendapat beberapa ahli diatas, maka media pembelajaran atau media belajar adalah suatu alat bantu yang digunakan oleh guru dalam memyampaikan sebuah materi pelajaran agar siswa mampu menerima materi pelajaran dengan baik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

2.2.

Hasil Belajar

Oemar Hamalik dalam Isriyanto (2010) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seseorang guru sebagai pengajar. Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru terpadu dalam satu kegiatan. Diantara keduannya itu terjadi interaksi dengan guru. Kemampuan yang dimiliki siswa dari proses belajar mengajar saja harus bisa mendapatkan hasil dan bisa juga melalui kreatifitas seseorang itu tanpa adanya intervensi orang lain sebagai pengajar.

Oleh karena itu hasil belajar yang dimaksud disini adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah ia menerima perlakukan dari guru, Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil penilaian guru terhadap siswa setelah siswa menjalani berbagai uji kompetensi terkait hasil pembelajaran yang telah disampaikan oleh guru, sedangkan hasil belajar siswa bisa berupa instrumen tes tulis baik kelompok maupun individu, tes lisan, observasi dan sebagainya. Dalam penelitian ini, maka hasil belajar siswa didasarkan pada perolehan penilaian atau skor akhir dari tes tertulis yang diberikan oleh peneliti atau guru setelah menyampaikan materi pembelajaran matematika materi membandingkan pecahan sederhana. Dalam hasil belajar ini akan dilihat berapa siswa yang tuntas maupun tidak tuntas dalam mengikuti proses pembelajaran matematika dengan acuan KKM yang ditetapkan yaitu 70.

(7)

2.3.

Matematika

Musetyo (2013) menyatakan bahwa matematika mempunyai ciri – ciri yaitu a) abstrak, b) dedukif, c) konsisten, d) hierarkis dan d) logis. Lebih jauh Sumardyono (2004) menyebutkan bahwa matemtika mempunyai karakteristik sebagai a) memiliki kajian objek yang abstrak, b) bertumpu pada kesepakatan, c) berpola pikir deduktif, d) konsisten dalam sistemnya, e) memiliki simbol yang kosong dari arti, f) memperhatikan semesta pembicaraan.

Dengan demikian maka matemtika dapat disimpulkan sebagai mata pelajaran yang bersifat abstrak, konsisten, deduktif, konsiten dan memiliki simbol–sombol dari arti. Sehingga pada pembelajaran matemtika khususnya di jenjang sekolah dasar memerlukan sebuah strategi dan model pembelajaran yang mudah diserap dan dipahami oleh peserta didik. Dalam penelitian ini, fokus penelitian pada materi membandingkan bilangan pecahan sederhana pada mata pelajaran matematika kelas III sekolah dasar.

2.4.

Media Garis Bilangan Limbah Triplek

Media belajar ini merupakan modifikasi dan pengembangan dari cara membandingkan pecahan menggunakan garis bilangan. Jika menggunakan garis bilangan yang terdapat pada buku ataupun siswa membuat, menggambar garis bilangan masih banyak kelemahan, maka media ini membantu siswa untuk memahami konsep sekaligus meningkatkan hasil belajarnya pada materi membandingkan pecahan sederhana. Media Garis Bilangan pecahan ini terbuat dari limbah triplek dengan ukuran 20 cm x 2,5 cm. Dengan disertai gambar geometri, maka media ini merupakan bentuk konkret dari garis bilangan untuk membandingkan pecahan.

Penggunaan media garis bilangan limbah triplek ini dengan menysuun dua atau lebih garis bilangan sesuai dengan pecahan yang akan dibandingkan. Kemudian menbandingkan pecahan dengan ketentuan jika pecahan berada di sebelah kiri pecahan lain, maka pecahan bernilai lebih kecil dengan simbol ” < “, sedangkan bila berada si belah kanan pecahan lainnya maka pecahan tersebut bernilai lebih besar “> “, dan apabila pecahan tersebut sejajar lurus ke bawah dengan pecahan lain, maka bernilai sama besar dengan simbol “=”.

(8)

3.

Metode

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SDN Batok 01 Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun, dengan populasi seluruh siswa kelas III sejumlah 15 anak terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 5 siswa perempuan. Waktu pelaksanaan penelitian yaitu selama 3 bulan dimulai pada bulan Januari sampai dengan bulan Maret tahun 2014, pada kurun waktu semester II tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 1 x pertemuan masing-masing pertemuan menggunakan alokasi waktu 3 x 35 menit ( 3 jam pelajaran ). Agar tidak mengganggu kegiatan proses belajar mengajar di sekolah, maka pelaksanaan setiap siklus disesuaikan dengan jadwal yang sudah ada. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 17 Februari 2014 dan siklus II pada tanggal 06 Maret 2014.

PTK yang dilakukan adalah PTK Kolaboratif yakni peneliti bekerjasama dengan teman sejawat yang bertindak sebagai observer. Observer membantu peneliti dalam melaksanakan penelitian termasuk didalamnya memantau, mengamati dan memberikan masukan serta kesimpulan di setiap siklus penelitian. PTK yang dilaksanakan ini mengacu pada jenis PTK Kemmis & Mc Taggart (1998), yang terdiri dari empat tahapan untuk setiap siklusnya yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi dari hasil penelitian setiap siklus untuk dijadikan tolok ukur dan tindak lanjut serta mengambil kesimpulan dari hasil penelitian. Instrumen dalam pengumpulan data yang digunakan dalam peneneitian ini berupa lembar observasi dan lembar tes individu. Lembar observasi digunakan oleh observer untuk mengamati, memantau dan mencatat serta memberikan masukan terkait proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.terdiri dari beberapa indikator yang telah disesuaikan dan disepakati bersama dengan observer. Lembar tes individu digunakan untuk mengukur dan melihat hasil belajar siswa setiap siklusnya. Hasil nilai dari tes ini, akan dibandingkan dengan indikator kberhasilan sebelumnya, untuk selanjutnya diambil kesimpulan terhadap proses pembelaaran berlangsung. Tes individu berisi 20 soal isian dimana jawaban yang akan digunakan hanya berupa tanda > (lebih besar), = (sama dengan) atau < (lebih kecil) diantara dua pecahan yang disajikan dalam soal.

Analisis data terhadap instrumen yang ada, menggunakan teknik analisis data kalitatif dan kuantitatif. Tehnik analissi data kualitatif digunakan pada lembar observasi yang ada dengan memberikan tanda ceklist (√ ) pada kolom yang sudah disediakan. Selanjutnya, observer akan memberikan kesimpulan terhadap PTK yang dilakukan dengan memberikan catatan atau komentar deskriptif. Sedangkan teknik analisisi tes ini, berupa teknik analisis data kuantitif dimana pengolahan dan penyajian data menggunakan perhitungan dan kriteria penilaian berupa tes indiviu didasarkan pada skor yang diperoleh terhadap beberapa soal pertanyaan tersebut. Setiap nomor atau jawaban benar maka mendapatkan nilai 1, sedangkan jawaban salah mendapatkan nilai nol ( 0 ). Nilai akhir (NA) yang digunakan sebagai tolok ukur ketuntasan siswa menggunakan rumus :

(9)

Selanjutnya untuk menghitung nilai rata – rata kelas digunakan rumus :

Dimana adalah rata-rata kelas, adalah jumlah nilai akhir seluruh siswa, adalah jumlah seluruh siswa kelas 3. Sesuai dengan indikator keberhasilan yang telah ditentukan sebelumnya, maka jika NA≥70 maka siswa dinyatakan tuntas, jika > 70 maka proses pembelajaran dinyatakan tuntas dengan prosenstasi siswa tuntas minimal sebanyak 75 % dari seluruh siswa kelas III.

4.

Hasil dan Pembahasan

4.1.

Deskripsi per Siklus

Kondisi awal sebelum penelitian atau pra siklus, nilai rata-rata kelas hasil belajar yang diperoleh dari tes individu pada materi membandingkan pecahan sebesar 62,67 dengan perincian bahwa dari 15 siswa, sebanyak 4 siswa (27%)sudah tuntas dan sebanyak 11 siswa (73%) tidak tuntas. Dengan melihat hasil tersebut, maka perlu diadakan perbaikan pembelajaran menggunakan media garis bilangan dari limbah triplek.

Berdasarkan hasil pembelajaran pada kondisi awal tersebut (pra siklus), maka dilaksanakan perbaikan pembelajaran sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. Penggunaan media garis bilangan limbah triplek diterapkan pada proses pembelajaran siklus I. Hasil belajar siklus I setelah menggunakan media garis bilangan limbah triplek, menunjukkan bahwa dari 15 siswa, sebanyak 7 siswa (47%) sudah tuntas dan sebanyak 8 siswa (53%) tidak tuntas. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh sebesar 68,33.

Hasil perbaikan pembelajaran pada siklus II dengan menggunakan media garis bilangan limbah triplek, nilai rata-rata kelas 88,67 dengan rincian sebanyak 13 siswa (87%) tuntas sesuai dengan indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu > KKM. Sedangkan 2 siswa (23%) tidak tuntas karena memperoleh nilai dibawah KKM dan memang mempunyai prestasi rendah dan faktor lain yang tidak diteliti dalam PTK.

4.2.

Pembahasan

Hasil nilai belajar yang dilihat dari nilai rata-rata seluruh kelas mengalami peningkatan pada setiap siklusnya dibandingkan dengan nilai rata-rata pada kondisi awal atau pra siklus. Pada kondisi awal (pra siklus) nilai rata-rata kelas sebesar 62,67 dengan tingkat ketuntasan sebesar 27 % ( 4 siswa ). Tidak adanya media belajar sebagai alat bantu dalam memperjelas materi yang disampaikan merupakan faktor utama nilai hasil belajar siswa masih dibawah KKM selain kinerja guru yang kurang maksimal dan model pembelajaran yang masih konvensional tersebut. Setelah dilakukan kajian bersama dengan teman sejawat, maka akan dilakukan perbaikan pembelajaran selama dua siklus. Melalui empat tahapan dalam PTK yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi, maka hasil pembelajaran matematika materi membandingkan pecahan mengalami peningkatan.

Pada siklus I, siswa diberikan media garis bilangan limbah triplek, guru menjelaskan tentang cara mempergunakan, dan berdiskusi mengerjakan soal kelompok, terlihat siswa semakin antusias dan berminat mengikuti proses pebelajaran matematika. Dengan bantuan media ajar

(10)

berupa garis bilangan limbah triplek tersebut, siswa semakin kreatif dan paham bagaimana membandingkan pecahan dengan memasangkan 2 buah garis bilangan pecahan yang akan dibandingkan. Namun demikian masih ada beberapa siswa yang kesulitan dalam menggunakan alat peraga, masih ada beberapa siswa yang ramai dan gaduh saat guru berkeliling membantu siswa atau kelompk lain, kinerja gurupun dalam membimbing siswa kurang maksimal, guru belum banyak melibatkan siswa dalam pemecahan masalah, pembelajaran masih dominan menggunakan ceramah dan guru banyak memberikan jawaban alternatif dibandingkan siswa yang menjawab pertanyaan. Peningkatan hasil belajar siswa dilihat dari nilai rata-rata kelas sebesar 9 % atau menjadi 68,33 dengan tingkat ketuntasan sebesar 47%. ( 7 siswa ). Sesuai dengan indikator keberhasilan, maka pembelajaran siklus I dinyatakan belum tuntas dan perlu perbaikan dan peningkatan pada siklus selanjutnya. Hasil refleksi yang telah dilakukan setelah pelaksanaan siklus I, maka proses perbaikan pembelajaran dilanjutkan pada siklus II. Pada siklus II ini tahapan proses pembelajaran mengacu pada RPP yang telah disusun sebelumnya, dan tidak berbeda dengan siklus I. Proses pembelajaran di dalam kelas, berdasarkan pengamatan observer sudah mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan pada kondisi awal (pra siklus) dan siklus I. Aktifitas siswa sudah terlihat meningkat dalam mengikuti semua proses pembelajaran di dalam kelas. Siswa semakin aktif dan antusias dalam menjawab pertanyaan atau soal yang diberikan. Hal ini dikarenakan siswa sudah mulai terbiasa dan mengerti bagaimana cara mempergunakan media belajar berupa media garis bilangan limbah triplek yang dibagikan oleh guru untuk setiap kelompoknya. Kinerja guru pada siklus II ini juga sudah mengalami peningkatan. Guru menjelaskan kepada siswa secara runtut, sesuai dengan tujuan pembelajaran. Guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator saja. Guru sudah banyak melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Siswa lebih banyak diminta mempraktekan ke depan kelas dengan menggunakan alat peraga media garis bilangan limbah triplek.

Lebih lanjut, guru menyampaikan kepada siswa jika dalam proses pembelajaran tidak ada alat peraga yang sejenis, siswa dapat menggunakan kertas berpetak karena pembagian dan garis bilangan yang dibuat akan lebih mudah dibagi atau dipecah. Hasil belajar siswa siklus II dilihat dari nilai rata-rata kelas tes individu, maka hasil yang didapat mengalami kenaikan sebesar 30% menjadi 88,67 dengan tingkat ketuntasan naik sebesar 86 % dari siklus I menjadi 86 % ( 13 siswa ). Berdasarkan hasil pembelajaran siklus II tersebut, maka sesuai dengan indikator keberhasilan yang telah ditentukan, pembelajaran siklus II dinyatakan sebagai siklus pemantapan dan penelitian berhenti pada siklus II. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat perbandingan ketuntasan pada tabel dan grafik dibawah ini.

Tabel 1. Jumlah Ketuntasan per Siklus

No Ketuntasan Siklus

Pra I II

1 Tidak Tuntas 11 8 2

2 Tuntas 4 7 13

(11)

Gmbar 2. Grafik Jumlah Ketuntasan per Siklus Sedangkan nilai rata-rata kelas per siklus dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 2.

Nilai Rata-rata Kelas per Siklus

Nilai Rata-rata Kelas

Pra Siklus Siklus I Siklus II

62,67 68,33 88,67

Gambar 3. Perbandingan Nilai Rata-rata Kelas per Siklus

5.

Kesimpulan dan Saran

5.1.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan selama dua siklus, maka dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model , media dan metode pembelajaran yang menarik dapat membuat aktifitas belajar siswa tumbuh dan meningkat sehingga hasil belajar siswa sesuai dengan yang diharapkan. Lebih lanjut sesuai dengan tujuan penelitian maka media garis bilangan limbah triplek dapat meningkatkan hasil belajar

11 8 2 4 7 13 0 3 6 9 12 15 1 2 3

(1) Pra Siklus, (2) Siklus I, (3) Siklus II

Tidak Tuntas Tuntas 62.67 68.33 88.67 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00

(12)

membandingkan pecahan pada siswa kelas 3 SDN Batok 01 Kec. Gemarang Kab. Madiun semester II tahun pelajaran 2013/2014.

5.2.

Saran

Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran matematika khusunya untuk tingkat SD, para guru atau pendidik dapat mempergunakan alat perga atau media belajar sebagai alat bantu dalam menyampaikan materi pelajaran, salah satunya dengan menggunaan media garis bilangan limbah triplek pada materimembandingkan pecahan kelas III Sekolah Dasar.

Daftar Pustaka

Dirjendikdas.(2009). Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SD. Jakarta. Depdiknas. Mujiyani Yustina, (2012). Peningkatan Prestasi Belajar Pecahan Menggunakan Media Garis

Bilangan Pecah pada Siswa Kelas III SD Tampirwetan Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang Tahun 2011–2012. Yogyakarta. Jurnal UNY Vol. I No. 1 Tahun 2012 Sitanggang, A. (2013). Alat Peraga Matematika Sederhana Untuk Sekolah Dasar. Sumatera Utara.

Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan.

Sukayati. (2003). Pecahan. Yogyakarta. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPG) Matematika.. Supinah, dkk (2009). Strategi Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Sleman. PPPTK

Matemtika.

Taufik, Agus. (2012). Pendidikan Anak di SD. Jakarta. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Untung. (2010). Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Dasar Bilangan Pecahan Menggunakan Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswa Kelas III SD Negeri Guci 01, Kecamatan Bumijawa,Kabupaten Tegal Tahun Ajaran 2009/2010. Penelitian Tindakan Kelas. Surakarta. FIKIP UNS.

(13)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR

PROGRAM LINEAR MELALUI STRATEGI

PEMBELAJARAN INKUIRI DAN GEOGEBRA

SISWA KELAS XII IPA1 SMA N 1 TOMPOBULU

Sulfiaty Idris

SMA Negeri 1 Tompobulu, Perm.Saumata Indah Blok I no 19 Kecamatan Somba Opu,

Kabupaten Gowa; sulfy_jie@yahoo.co.id

Abstrak. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Program Linear melalui Strategi Pembelajaran Inkuiri dan aplikasi GeoGebra Siswa Kelas XII IPA1 SMA Negeri 1 Tompobulu pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014, dengan jumlah siswa sebanyak 28 orang. Siklus I dilaksanakan selama 5 kali pertemuan dan Siklus II juga dilaksanakan selama 5 kali pertemuan termasuk pemberian akhir tes Siklus I dan tes Siklus II. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan tes hasil belajar dan lembar observasi. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan analisis kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1). Nilai rata-rata hasil belajar Siswa Kelas XII IPA1 SMA Negeri 1 Tompobulutes akhir siklus I adalah 59,14 dengan kategori sedang sedangkan nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II adalah 73,64 dengan kategori tinggi dan (2). Hasil belajar siswa Kelas XII IPA1 SMA Negeri 1 Tompobulu pada siklus I ke siklus II mengalami peningkatan melalui strategi pembelajaran inkuiri dan aplikasi GeoGebra.

Kata Kunci. Hasil Belajar, Program Linear, Inkuiri, GeoGebra

1.

Pendahuluan

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan formal memegang peranan penting, karena matematika merupakan sarana berpikir ilmiah yang sangat mendukung untuk mengkaji IPTEK. Realisasi pentingnya pelajaran matematika diajarkan pada peserta didik, tercermin pada ditempatkannya matematika sebagai salah satu ilmu dasar untuk semua jenis dan jenjang pendidikan.

Dalam pembelajaran matematika banyak guru yang mengeluhkan rendahnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal matematika. Hal ini terlihat dari banyaknya kesalahan siswa dalam mengerjakan soal dan rendahya prestasi belajar siswa (nilai) baik dalam ulangan harian, ulangan semester, maupun UN. Padahal dalam pelaksanaan proses pembelajaran di kelas biasanya guru memberikan tugas secara kontinyu berupa latihan soal. Tetapi ternyata latihan tidak sepenuhnya dapat meningkatkan kemampuan siswa memecahkan masalah matematika.

Berdasarkan pengalaman mengajar, program linear merupakan salah satu materi matematika yang sulit dipahami siswa. Ini terkait materi prasyarat yang harus dikuasai siswa untuk mempelajari program linear. Misalnya sistem persamaan dan pertidaksamaan linear. Siswa kadang berdalih mengatakan bahwa materi prasyarat belum dipahami padahal materi itu

(14)

sebenarnya telah ada di jenjang sebelumnya (SMP). Namun yang paling dominan muncul adalah kesulitan siswa dalam memahami soal cerita sehingga berakibat pada rendahnya nilai hasil tes mereka. Hal ini dibuktikan dengan hasil tes materi program linear pada siswa kelas XII IPA SMA Negeri 1 Tompobulu tahun pelajaran 2012/2013 dengan nilai rata-rata 53. Strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Strategi pembelajaran ini dimaksudkan untuk lebih memberikan kesempatan yang luas kepada siswa agar merasa ikut ambil bagian dan berperan aktif dalam proses belajar mengajar untuk mengatasi masalah atau menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru.

Selain itu, model pembelajaran yang dapat meningkatkan motifasi belajar siswa adalah pembelajaran berbasis komputer. Karena dengan komputer, penyajian materi pelajaran dapat ditampilkan lebih menarik dengan berbagai modifikasi program yang ada. Misalnya saja tampilan power point dengan animasi yang beragam akan membawa pembelajaran lebih menyenangkan bagi siswa. Hal ini tentu saja akan meningkatkan perhatian dan konsentrasi belajar mereka.

GeoGebra adalah salah satu software komputer untuk pendidikan matematika. Software ini dapat digunakan untuk belajar (visualisasi, komputasi, ekplorasi dan eksperimen) dan mengajar materi geometri, aljabar, dan kalkulus. Hal paling sederhana yang dapat dilakukan dengan GeoGebra adalah menggambar titik, ruas garis, vektor, garis, poligon, irisan kerucut, dan kurva dua dimensi. Program linear merupakan salah satu materi matematika yang dapat diselesaikan dengan pemanfaatan GeoGebra. Mulai dari persamaan linear dua variabel, pertidaksamaan linear sampai kepada penyelesaian optimalisasi dengan metode uji titik pojok atau dengan garis selidik.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dalam penelitian ini diterapkan Strategi Pembelajaran Inkuiri dan aplikasi GeoGebra dalam pembelajaran program linear untuk meningkatkan hasil belajar Siswa Kelas XII IPA1 SMA Negeri 1 Tompobulu. Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah: 1)Bagi siswa. diharapkan dengan penggunaan Strategi Pembelajaran Inkuiri dan aplikasi GeoGebra khususnya pada materi program linear dapat memperoleh hasil yang lebih baik. 2)Bagi guru, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan atau bahan pertimbangan alternatif pembelajaran untuk mata pelajaran matematika sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa. 3)Bagi sekolah, hasil penelitian ini memberikan sumbangan yang baik kepada sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran guna meningkatkanhasil belajar siswa sehingga dapat menopang pencapaian target yang diharapkan.

2.

Kajian Teori

2.1.

Hasil Belajar

Hasil belajar siswa dapat diukur dengan menggunakan alat evaluasi yang biasanya disebut tes hasil belajar sedangkan hasil belajar matematika yang dikemukakan oleh Hudoyo (1990) adalah tingkat keberhasilan atau penguasaan seorang siswa terhadap bidang studi

(15)

matematika setelah menempuh proses belajar mengajar yang terlihat pada nilai yang diperoleh dari tes hasil belajarnya.

Adapun Soedijarto (Masnaini, 2003) menyatakan bahwaHasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh pelajar dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Hasil belajar dalam kerangka studi ini meliputi kawasan kognitif, afektif, dan kemampuan/kecepatan belajar seorang pelajar. Sedangkan Keller (Abdurrahman, 1999), mengemukakan hasil belajar adalah prestasi aktual yang ditampilkanoleh anak, hasil belajar dipengaruhi oleh besarnya usaha (perbuatan yang terarah pada penyelesaian tugas-tugas belajar) yang dilakukan oleh anak.

Hasil belajar siswa dapat diukur dengan menggunakan alat evaluasi yang biasanya disebut tes hasil belajar sedangkan hasil belajar matematika yang dikemukakan oleh Hudoyo (1990) adalah tingkat keberhasilan atau penguasaan seorang siswa terhadap bidang studi matematika setelah menempuh proses belajar mengajar yang terlihat pada nilai yang diperoleh dari tes hasil belajarnya.

Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika adalah tingkat keberhasilan dalam menguasai bidang studimatematika setelah memperoleh pengalaman atau proses belajar mengajar dalam kurun waktu tertentu yang akan diperlihatkan melalui skor yang diperoleh dalam tes hasil belajar. Hasil belajar matematika dalam penelitian ini merupakan kecakapan nyata yang dapat diukur langsung dengan menggunakan tes hasil belajar matematika. Kecakapan tersebut menyatakan seberapa jauh atau seberapa besar tujuan pembelajaran atau instruksional yang telah dicapai oleh siswa dalam belajar matematika.

2.2.

Program Linear

Pemecahan masalah dengan rumusan program linear ditemukan oleh seorang matematikawan Rusia L.V. Kantorovich pada 1939 (Khairuddin, 2012). Ketika itu Kantorovich bekerja untuk Kantor Pemerintah Uni Soviet. Ia diberi tugas untuk mengoptimalkan produksi pada industri plywood. Ia kemudian muncul dengan teknik matematis yang dikenal sebagai pemrograman linear. Seorang matematikawan Amerika George Bernard Dantzig secara independen juga mengembangkan pemecahan masalah tersebut, di mana hasil karyanya pada masalah tersebut pertama kali dipublikasikan pada tahun 1947. Ketika itu tahap-tahap yang dilakukan dalam modelisasi dan optimasi solusi suatu masalah meliputi (1) pendefinisian masalah, (2) merumuskan model, (3) memecahkan model, (4) pengujian keabsahan model dan (5) implementasi hasil akhir.Program linear (linear programming) merupakan model optimasi persamaan linear yang berkenaan dengan masalah-masalah pertidaksamaan linear, Masalah program linear berarti masalah nilai optimum (maksium atau minimum) sebuah fungsi linear pada suatu sistem pertidaksamaan linear yang harus memenuhi optimasi fungsi objektif.

2.3.

Strategi Pembelajaran Inkuiri

Strategi Pembelajaran inkuiri (SPI) adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berfikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran

(16)

ini sering juga dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan (Sanjaya, 2008).

Menurut Gulo (2002) dalam Trianto (2010), menyatakan strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.

Strategi pembelajaran ini menekankan pada proses mencari dan menemukan. Jerome S.Bruner seorang ahli psikologi (1915) dari Universitas Harvard, Amerika Serikat, mengemukakan bahwa belajar dengan menggunakan metode penemuan memberikan hasil yang baik sebab anak dituntut untuk berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung, peran siswa dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing untuk belajar (Sanjaya, 2010). Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI) dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: 1) orientasi, 2) merumuskan masalah, 3) merumuskan hipotesis, 4) mengumpulkan data, 5) menguji hipotesis, dan 6) merumuskan kesimpulan.

2.4. GeoGebra

GeoGebra = Geometri + Aljabar. Oleh pengembangnya, GeoGebra diberi sebutan Dynamic Mathematics for Schools (Sahid dalam Idris, 2013), maksudnya sebagai software untuk mengerjakan matematika secara dinamis di sekolah. Semula GeoGebra ditulis oleh Markus Hohenwarter(sejak 2001) dari Universitas Atlantik di Florida (FAU), kemudian secara bersama-sama oleh Yves Kreis (Universitas Luxembourg, sejak 2005), Loic Le Coq (Perancis, 2006), Joan Carles Naranjo, Victor Franco, Eloi Puertas (Universitas Barcelona, 2007), dan Philipp Weissenbacher (Austria, 2007). Antarmuka GeoGebra sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa termasuk bahasa Indonesia. Pengembangan software GeoGebra didukung oleh bergai pihak, baik individu maupun lembaga serta menggunakan software-software pendukung gratis lain.

Dalam pembelajaran (TIM, 2013), GeoGebra dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, misalnya:1)Membuat dokumen terkait pembelajaran matematika, misalnya untuk penyiapan bahan ajar, modul belajar, makalah, bahan presentasi dll. Sebagai contoh GeoGebra digunakan untuk melukis bangun geometri. Gambar yang dihasilkan ini dapat disalin ke aplikasi lain semisal ke aplikasi pengolah kata (misalnya MS Word), aplikasi presentasi (misalnya MS Powerpoint), atau aplikasi lain untuk diolah lebih lanjut. 2)Membuat media pembelajaran atau alat bantu pengajaran matematika. Media ini dapat digunakan untuk menjelaskan konsep matematika atau dapat juga digunakan untuk eksplorasi, baik untuk ditayangkan di depan kelas oleh guru atau siswa bereksplorasi menggunakan komputer sendiri. 3)Membuat lembar kerja digital dan interaktif. 4)Menyelesaikan atau mem-verifikasi permasalahan matematika. Dalam hal ini dapat dimanfaatkan untuk mengecek jawaban soal. Namun, perlu diperhatikan bahwa siswa jangan diarahkan untuk mencari jawaban dengan

(17)

GeoGebra tapi lebih kepada mengecek jawaban, penekanannya adalah kepada proses yang benar.

3.

Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang terdiri dari beberapa tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII IPA1 SMAN 1 Tompobulu sebanyak 28 orang, pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014.

Penelitian tindakan kelas (PTK) dilaksanakan sebanyak dua siklus yaitu dengan siklus I sebanyak 5 kali pertemuan dan siklus II sebanyak 5 pertemuan dengan masing-masing 4 kali pertemuan pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran inkuiri dan aplikasi GeoGebra dan 1 kali pertemuan untuk tes di akhir siklus.

Gambaran umum prosedur penelitian untuk tiap siklus adalah sebagai berikut: Tahap Perencanaan

Hal-hal yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah: (1) menelaah kurikulum matematika SMA kelas XII IPA, (2) menyusun alokasi waktu penelitian dan menyiapkan bahan ajar, (3) membimbing siswa untuk menginstal GeoGebra pada laptop mereka, (4) membuat RPP, lembar observasi dan tes akhir siklus.

Tahap Tindakan

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah: (1) melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang menerapkan Strategi Pembelajran Inkuiri dan aplikasi GeoGebra dengan model pembelajaran kooperatif (2) melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran di kelas serta respon yang diberikan siswa serta menganalisis hasil belajar yang diperoleh. Tahap Observasi

Pada tahap ini observasi dilakukan terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan dengan mencatat semua kejadian yang terjadi dalam pelaksanaan tindakan serta pada saat mengadakan evaluasi.

Tahap Refleksi

Hasil yang diperoleh dari tahap obervasi dan evaluasi kemudian dianalisis pada tahap ini, untuk melihat apakah kegiatan yang dilakukan telah dapat meningkatkan hasil belajar matematika dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri dan aplikasi GeoGebra. Pada tahap ini dilihat sampai dimana faktor-faktor yang diselidiki telah dicapai. Hal-hal yang dipandang masih kurang akan ditindak lanjuti pada siklus II dengan menggunakan keempat tahap seperti pada siklus I dan memberikan model tindakan yang lebih memperbaiki dengan tetap mempertahankan apa yang sudah baik.

Jenis data yang didapatkan adalah data kuantitatif yang diperoleh dari hasil tes hasil belajar dan data kualitatif yang diperoleh dari hasil observasi tentang kondisi pelaksanaan pembelajaran.

(18)

Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Data mengenai hasil belajar siswa dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan analisis deskriptif yang terdiri atas rataan (mean), rentang, median, standar deviasi, nilai maksimum dan nilai minimum yang diperoleh.Adapun teknik analisis data kualitatif adalah dengan menggunakan hasil observasi.

Kriteria yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah teknik kategorisasi standar yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Nuramar, 2006) sebagai berikut:

Tabel.1.Kriteria Analisis Kuantitatif

Skor Kategori 0 – 34 Sangat Rendah 35 – 54 Rendah 55 – 64 Sedang 65 – 84 Tinggi 85 – 100 Sangat Tinggi

4.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada siklus I hasil belajar siswa diukur dari hasil tes hasil belajar program linear yang

diberikan di akhir siklus. Hasil analisis deskriptif skor siswa yang diperoleh setelah dilaksanakan pembelajaran dengan strategi pembelajaran inkuiri dan aplikasi geogebra adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Statistik Skor Tes Hasil Belajar Program LinearSiklus I

Statistik Nilai Subjek 28 Skor Ideal 100 Skor Tertinggi 97 Skor Terendah 26 Rentang Skor 71 Skor Rata-rata 59,14 Median 58,50 Standar Deviasi 24,31

Jika skor hasil belajar matematika siswa dikelompokkan ke dalam skala lima, maka distribusi skor siswa seperti adalah sebagai berikut:

Tabel 3.Distribusi Frekuensi Kriteria Tes Hasil Belajar Program Linear Siswa Siklus I. No. Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. 0 - 34 Sangat Rendah 7

7

25,00

2. 35 – 54 Rendah 6 21,43

(19)

4. 65 – 84 Tinggi 8 28,57

5 85 – 100 Sangat Tinggi 5 17,86

Jumlah 28 100

Dari catatan hasil observasi selama siklus I diperoleh bahwa:

a. Umumnya siswa belum mampu mengkonstruksi sendiri ide-ide atau pengetahuan yang dimiliki untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari masalah yang diberikan. b. Meskipun pada awalnya guru telah memberikan arahan cara-cara menyelesaikan LKS

dan menjelaskan intisari materi yang ingin dipelajari, namun siswa tetap bingung menyelesaikan pertanyaan dari LKS yang diberikan.

c. Hampir semua kelompok selalu bertanya dan meminta bimbingan yang penuh dalam mengaplikasikan Geogebra dan menyelesaikan LKS, sehingga untuk membimbing semua kelompok memerlukan waktu yang banyak, sementara waktu yang tersedia terbatas.

d. Pada saat berlangsungnya belajar kelompok terdapat beberapa siswa dari kelompok tertentu yang hanya berbincang-bincang di luar masalah diskusi, ada pula yang melakukan pekerjaan lain di laptop mereka semisal main game, facebookan dan melihat-lihat foto.Yang paling antusias menyelesaikan tugas dalam setiap kelompok rata-rata hanya 2-3 siswa. Mereka adalah siswa-siswi yang memang kemampuan awalnya tergolong tinggi, yang lain hanya berpartisipasi saja, tetapi masih ada juga siswa yang pura-pura ikut aktif apabila diawasi oleh peneliti atau observer.

e. Dalam hal merangkum atau menyimpulkan materi, siswa masih takut mengeluarkan pendapat serta cara penyampaian dan isi rangkuman belum terlalu tepat.

Sedangkan hasil analisis deskriptif tes hasil belajar program linear setelah dilaksanakan pembelajaran dengan strategi pembelajaran inkuiri dan aplikasi GeoGebra pada siklus II adalah sebagai berikut:

Tabel 4

. Statistik Skor Tes Hasil Belajar Program Linear Siswa Siklus II

Statistik

Nilai Statistik

Subjek

28

Skor Ideal

100

Skor Tertinggi

100

Skor Terendah

35

Rentang Skor

65

Skor Rata-rata

73,64

Median

69,00

Standar Deviasi

18,24

Apabila skor tes hasil belajar matematika siswa pada Siklus II

dikelompokkan ke dalam skala lima maka distribusi skor hasil belajar matematika

siswa dapat dilihat pada Tabel berikut:

(20)

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Kriteria Tes Hasil Belajar Program Linear Siswa Siklus II

No. Skor

Kategori

Frekuensi Persentase

1.

0 - 34

Sangat Rendah

0

1

0,00

2.

35 – 54

Rendah

4

14,29

3.

55 – 64

Sedang

2

7,14

4.

65 – 84

Tinggi

12

42,86

5

85 – 100

Sangat Tinggi

10

35,71

Jumlah

28

100.00

Dalam siklus IIini, lembar observasi yang digunakan sama dengan di siklus I menyangkut aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Beberapa perubahan tidakan yang dilakukan adalah upaya perbaikan berdasarkan refleksi dari siklus I diantaranya: (1) dilakukan pergantian anggota kelompok tanpa mengubah struktur kelompok, (2) lebih memperketat pengawasan pada siswa yang melakukan perbuatan kurang positif, (3) lebih memotivasi dan memberikan penghargaan kepada siswa yang aktif dalam pembelajaran.

Berdasarkan hasil pengamatan observer selama siklus II, tercatat bahwa:

a. Perhatian siswa mendengarkan arahan guru menjelaskan langkah kerja dalam melakukan kegiatan penemuan juga semakin meningkat.

b. Siswa sudah mulai aktif dalam mengaplikasikan Geogebra dan mengerjakan LKS secara berkelompok, kekompakan siswa dalam bekerja secara kelompok sudah mulai terlihat. c. Sebagian siswa sudah mampu mencari sendiri jawaban dari pertanyaan yang diberikan,

ini terlihat dari kurangnya siswa yang memerlukan bimbingan dalam menyelesaikan LKS.

d. Kemampuan siswa dalam merangkum materi pelajaran sudah mengalami kemajuan. Tercatat disetiap pertemuan dalam siklus II, sudah ada beberapa siswa yang bisa merangkum materi, meskipun hasil kesimpulannya belum terlalu sempurna.

Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar program linear siswa kelas XII IPA1 SMANegeri 1 Tompobulu yang diajar dengan Strategi Pembelajaran Inkuiri dan aplikasi GeoGebra mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hal ini terlihat disebabkan karena dengan pendekatan inkuiri dan aplikasi GeoGebra yang dipadu dengan model pembelajaran kooperatif, siswa mengembangkan kemampuan berfikir kreatifnya dalam memecahkan berbagai masalah yang ada dalam pemikirannya. Sehingga siswa dapat membangun kemampuan diri mencari dan menemukan sendiri jawaban dari masalah yang diberikan. Siswa juga lebih termotivasi dengan GeoGebra karena selain tampilannya yang menarik, GeoGebra juga membantu siswa untuk menemukan jawaban dari masalah yang diberikan. Siswa merasa senang karena dalam belajar program linear mereka juga dapat menambah pengetahuan mereka tentang IT.

Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi dari siklus I sampai II ternyata strategi pembelajaran inkuiri dan aplikasi GeoGebra yang diterapkan pada pokok bahasan program linear menjadikan siswa memperoleh pengalaman belajar yang menyenangkan dan keaktifan siswa dapat ditumbuhkembangkan. Dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri dan aplikasi GeoGebra pada proses belajar mengajar maka siswa lebih termotivasi karena materi

(21)

yang disajikan tidak langsung disampaikan oleh guru dan mereka merasa tertarik dengan hasil tampilan GeoGebra. Siswa yang mengkonstruksi sendiri materi yang akan dipelajari. Guru hanya bertindak sebagai fasilitator dan membimbing siswa seperlunya, sehingga pembelajaran lebih menyenangkan dan lebih bermakna.

Pada pendekatan ini pula siswa dituntut lebih aktif dimana pengetahuan yang mereka peroleh merupakan hasil dari mereka sendiri dengan bimbingan dari guru dan bantuan GeoGebra sehingga pengetahuan tersebut akan membekas lebih lama dipikiran mereka. Tetapi tidak semua topik atau pokok bahasan bisa disajikan dengan menggunakan strategi inkuiri dan juga dalam menyajikan materi dengan strategi ini membutuhkan waktu yang agak lama. Siswa merasa tertarik dengan masalah yang harus diselesaikan dalam evaluasi sehingga mereka termotivasi untuk belajar. Selain itu, materi yang didapatkan menjadi pengetahuan yang melekat dalam jangka waktu yang tidak singkat karena di diperoleh dari hasil penemuan siswa sendiri dengan sedikit bimbingan dari guru.Dengan demikian hipotesis tindakan dan indikator kinerja dapat dicapai sehingga tidak perlu dilakukan pelaksanaan siklus selanjutnya.

5.

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan data-data hasil penelitian tindakan kelas yang berlangsung selama dua siklus maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

a. Nilai rata-rata hasil belajar Siswa Kelas XII IPA1 SMA Negeri 1 Tompobulu tes akhir siklus I adalah 59,14 dengan kategori sedang sedangkan nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II adalah 73,64 dengan kategori tinggi

b. Hasil belajar siswa Kelas XII IPA1 SMA Negeri 1 Tompobulu pada siklus I ke siklus II mengalami peningkatan melalui strategi pembelajaran inkuiri dan aplikasi GeoGebra. Dari hasil penelitian ini disarankan:

a. Dalam kegiatan pembelajaran dengan strategi pembelajaran inkuiri, peneliti harus lebih memotivasi siswa dan siswa dituntut untuk aktif sehingga terjalin komunikasi yang baik antar siswa, maupun guru dengan siswa.

b. Mengaplikasikan GeoGebra dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan motivasi belajar siswa

c. Sebagai tindak lanjut penerapan, pada saat proses belajar mengajar berlangsung, diharapkan guru lebih kreatif menyajikan permasalahan yang bervariasi agar siswa lebih termotivasi, lebih aktif dan lebih terlatih untuk menemukan penyelesaian.

Daftar Pustaka

Abdurrahman, M. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:Penerbit Rineka Cipta. Hudojo, Herman. 1990. Strategi Mengajar Belajar Matematika. Malang:IKIP Malang.

Khairuddin,

http://media.p4tkmatematika.org/wp-content/uploads/2013/01/Prolin_Geogebra2.pdf,diakses 22 Oktober 2013

Masnaini. 2003. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Pemberian Kuis Dengan Mencongak di Awal Setiap Pertemuan Pada Siswa Kelas V SDN 353 Patalabunga. Skripsi. Makassar:Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar.

(22)

Nuramar. 2006. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII4 SMP Negeri 3 Makassar Melalui Pembelajatan Koperatif dengan Mengintensifkan Scaffolding. Skripsi. Makassar:Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar. Sahid, Aktivitas Belajar Persamaan Lingkaran dan Garis Singgungnya dengan Software

GeoGebra,http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/10_GeoGebra4Lingkaran.pdf, diakses 20 Oktober 2013.

Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:Prenada Media Grup.

TIM PPPPTK Matematika. 2013. Pengenalan Aplikasi GeoGebra, Diklat Online-PPPPTK Matematika.

(23)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP

PENINGKATAN KEMAMPUAN REPRESENTASI

DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

SISWA

Suprapto, M.Pd.

SMPN 3 Pringsewu, Kab.Pringsewu Lampung, s2suprapto@gmail.com

Abstrak. Penelitian dilatarbelakangi pada kenyataan bahwa sebagian besar siswa merasa kesulitan menyelesaikan soal pemecahan masalah. Sementara itu, kemampuan representasi matematis mempunyai peranan penting dalam pemecahan masalah matematis. Siswa yang memiliki kemampuan representasi baik akan dapat memecahkan masalah matematis dengan baik pula. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan desain pretest – posttest control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX SMP Negeri 3 Pringsewu Tahun Pelajaran 2013/2014. Penelitian ini melibatkan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Instrumen yang dipergunakan adalah soal kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis yang berbentuk uraian. Hasil analisis terhadap data skor pretest ditemukan bahwa sebelum diberi perlakuan kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang sama, dan hasil analisis terhadap data skor posttest ditemukan bahwa kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh pembelajaran STAD lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Sebagai kesimpulan, penelitian ini membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis siswa.

Kata Kunci. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, Representasi Matematis, Pemecahan Masalah Matematis.

1.

Pendahuluan

Matematika termasuk mata pelajaran yang wajib dipelajari pada jenjang pendidikan dasar maupun menengah. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi mata pelajaran matematika SMP/MTs menyebutkan tujuan diberikannya mata pelajaran matematika pada jenjang SMP/MTs antara lain agar peserta didik memiliki kemampuan memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh serta dapat mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. Namun kenyataannya sebagian besar siswa merasa kesulitan menyelesaikan soal pemecahan masalah yang disebabkan rendahnya kemampuan representasi matematis siswa. Populasi dalam penelitian ini memiliki karakteristik terbiasa belajar secara individu, sebagian siswa bersikap tertutup terhadap teman dan bergaul hanya kepada orang tertentu

(24)

saja. Para siswa umumnya enggan untuk bertanya atau bekerja sama dalam menyelesaikan tugas-tugas matematis yang diberikan guru, sehingga siswa yang memiliki kemampuan yang rendah akan semakin tertinggal prestasi belajarnya. Bila kondisi seperti ini dibiarkan, maka akan berdampak kurang baik terhadap prestasi belajar matematika, khususnya pada aspek kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis.

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis siswa. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) menganalisis kemampuan representasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran STAD dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional, 2) menganalisis kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh pembelajaran STAD dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

2.

Kerangka Dasar Teori

2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Teori belajar telah banyak dikemukakan oleh para ahli pendidikan, salah satunya adalah teori belajar kostruktivisme. Dalam pandangan konstruktivisme, pengetahuan seseorang dibangun (dikonstruksi) dari hasil pengalaman belajarnya. Para konstruktivis menekankan pentingnya interaksi dengan teman sebaya melalui pembentukan kelompok belajar. Slavin (1995) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi dan menghargai pendapat orang lain.

Pembelajaran kooperatif juga dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman. Dengan alasan tersebut, penggunaan model pembelajaran kooperatif mampu meningkatkan kualitas pembelajaran karena siswa dapat berpartisipasi aktif dalam satu kelompok kecil dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Hal ini sejalan dengan pendapat Johnson & Johnson (Khan & Inamullah,2011) yang mengemukakan,

“Cooperative learning is a method used by educators can help students develop necessary social skills. Healthy interaction skills, success of the individual student and group members, and formation of personal and professional relationships are the results of cooperative learning”.

STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan model pembelajaran kooperatif yang berlandaskan pada pendekatan konstruktivisme dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 hingga 6 orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Dalam STAD guru menyampaikan pokok materi pelajaran dan setiap siswa dalam kelompok harus memastikan bahwa semua anggota kelompok dapat menguasai materi pelajaran tersebut. Akhirnya semua siswa mengikuti kuis yang bersifat individu dan pada saat kuis mereka tidak diperkenankan saling membantu. Selanjutnya, nilai-nilai hasil kuis siswa diperbandingkan dengan nilai rata-rata mereka sendiri yang diperoleh sebelumnya. Berdasarkan nilai-nilai tersebut, siswa diberi penghargaan atau reward menurut peningkatan nilai yang mereka capai. Nilai-nilai yang

(25)

diperoleh anggota kelompok kemudian dijumlahkan untuk mendapat nilai kelompok. Kelompok yang mencapai kriteria tertentu akan mendapatkan sertifikat atau reward lainnya.

2.2 Kemampuan Representasi Matematis

Kemampuan representasi matematis adalah kemampuan seseorang untuk melakukan translasi suatu masalah atau ide matematis dalam bentuk baru berupa diagram, gambar, tabel dan ekspresi matematis termasuk didalamnya dari gambar atau model fisik ke dalam bentuk simbol, kata-kata atau kalimat. Kemampuan representasi mempunyai peranan yang amat penting dalam pembelajaran matematika sehingga perlu dimiliki oleh setiap siswa. Arti penting kemampuan representasi matematis dinyatakan dalam NCTM (National Council of Teacher of Mathematics) bahwa representasi merupakan salah satu dari lima kemampuan berpikir matematis yang harus dimiliki siswa. Kelima kemampuan tersebut adalah problem solving, reasoning, communication, connection, dan representation.

Siswa yang memiliki kemampuan representasi yang baik akan dapat menyelesaikan masalah matematis dengan baik pula. Kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis ini akan berimplikasi terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Nakahara (2008) mengklasifikasikan representasi ke dalam lima kategori, yaitu : (1) symbolic representation, yaitu representasi yang menggunakan notasi matematika seperti angka, huruf, dan simbol; (2) linguistic representation, yaitu representasi yang menggunakan bahasa sehari-hari; (3) illustrative representation, yaitu representasi yang menggunakan ilustrasi, angka, grafik, dan sebagainya; (4) manipulative representation, yaitu representasi yang menggunakan alat peraga yang dibuat secara artifisial atau model; (5) realistic representation, yaitu representasi yang menggunakan benda-benda aktual.

2.3 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kemampuan untuk melakukan suatu tindakan dalam menyelesaikan suatu masalah matematis, yang menuntut untuk diselesaikan tetapi belum diketahui dengan segera prosedur ataupun cara penyelesaiannya. Reys, Suydams, Lindquist dan Smith (Afgani,2011) menyatakan bahwa masalah (problem) adalah suatu keadaan di mana seseorang menginginkan sesuatu, akan tetapi tidak mengetahui dengan segera apa yang harus dikerjakan untuk mendapatkannya.

Kusumah (2011) menyatakan “matematika benar-benar penting dalam menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari karena terdapat masalah nyata yang dapat disederhanakan dan diselesaikan dengan menggunakan ide dan konsep matematis“. Oleh karena itu, seorang guru matematika perlu mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa secara optimal, karena para siswa akan menghadapi berbagai permasalahan sehari-hari yang kompleks dan rumit.

Baroody (Afgani,2011) membedakan tiga jenis masalah, yakni exercises, problems, dan enigmas. Exercises adalah equates a problems with an assigment, maksudnya adalah, guru biasanya memberikan sesuatu prosedur atau rumus/formula, kemudian memberikan latihan,

(26)

tugas ”problem” perhitungan. Dengan demikian, anak telah siap dengan strategi untuk memperoleh penyelesaiannya karena cara menentukan jawaban dari masalah yang diberikan telah diketahuinya. Problems dapat didefinisikan sebagai suatu situasi puzzling, dimana seseorang tertarik untuk mengetahui penyelesaiannya, akan tetapi strategi penyelesaiannya belum diketahui. Lebih jelasnya suatu problems memuat (1) keinginan untuk mengetahui; (2) tidak adanya cara yang jelas untuk mendapatkan penyelesaiannya; dan (3) memerlukan suatu usaha dalam menyelesaikannya. Enigmas adalah suatu tugas yang diterima oleh seseorang sebagai suatu masalah yang tidak terselesaikan (unsolvable) karena orang yang mendapatkan masalah tersebut tidak tertarik untuk mendapatkan jawabannya.

Reys, Suydams, Lindquist dan Smith (Afgani,2011) menyebutkan bahwa masalah dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu masalah rutin dan masalah tidak rutin. Masalah rutin adalah masalah yang telah diketahui prosedur penyelesaiannya, siswa tinggal mengikuti langkah-langkah penyelesaian yang telah diajarkan gurunya. Sedangkan masalah tidak rutin adalah masalah yang memuat banyak konsep serta belum dapat diketahui prosedur penyelesaiannya. Sementara itu Polya (Muzdalipah,2009) menyatakan bahwa terdapat empat langkah dalam pemecahan masalah, yaitu memahami masalah, membuat rencana penyelesaian, melakukan perhitungan, mengecek kembali jawaban yang diperoleh.

3.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan desain pretest - posttest control group design. Dalam penelitian kuasi eksperimen subyek penelitian tidak dikelompokkan secara acak akan tetapi subyek diterima apa adanya. Hal ini karena kelas sudah terbentuk sebelumnya. Rancangan eksperimen dalam penelitian ini disajikan pada tabel berikut : Tabel 1. Rancangan Eksperimen

Kelompok Pretest Treatment Posttest

Eksperimen T1 X1 T2

Kontrol T1 X2 T2

(dalam Sudjana dan Ibrahim,2009) Keterangan :

T1 : Pretest X1 : Perlakuan pembelajaran STAD

T2 : Posttest X2 : Perlakuan pembelajaran konvensional

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas IX SMP Negeri 3 Pringsewu Tahun Pelajaran 2013/2014. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen diberikan pembelajaran kooperatif tipe STAD, sedangkan pada kelompok kontrol diberikan pembelajaran konvensional. Instrumen dalam penelitian ini adalah soal tes kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis.

Gambar

Gambar 1. Contoh penggunaan media garis bilangan triplek pada pecahan
Tabel 1.  Jumlah Ketuntasan per Siklus
Gambar 3.  Perbandingan Nilai Rata-rata Kelas per Siklus
Tabel 3.Distribusi Frekuensi Kriteria Tes Hasil Belajar Program Linear Siswa Siklus I
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam pembelajaran IPA kegiatan belajar mengajar mengalami kemajuan yang sangat baik, hal ini dapat terlihat dari

Dalam kegiatan ini, langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut: 1) siswa membaca teks cerpen yang berjudul “Kisah Seorang Pen- jual Koran” dengan sungguh-sungguh serta

Dapat menyediakan laporan sesi B&amp;K tetapi memerlukan bimbingan menyediakan laporan program B&amp;K mengikut prosedur ditetapkan Memerlukan bimbingan dalam

7 13.45-14.30  Pengisian Format Laporan Kemajuan /Keterlaksanaan OJL oleh setiap peserta ( Format 1.Peserta).  Pengisian format instrumen monitoring keterlaksanaan OJL

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah: 1 adakah pengaruh penggunaan media flip chart terhadap prestasi belajar mata pelajaran IPS geografi kompetensi dasar keragaman

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran pneumatik siswa kelas XI SMKN 2 Kendal setelah proses kegiatan belajar

TGL UJIAN : 2010-08-12 SURVEI STATUS KESEGARAN JASMANI SISWA KELAS IV DAN V SDN KEPUNDUHAN 01 DAN SDN KEPUNDUHAN 02 KECAMATAN KRAMAT KABUPATEN TEGAL TAHUN PELAJARAN 2009/2010 ABSTRAK

Haryanto TGL UJIAN : 2009-12-29 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI BERBASIS CD INTERAKTIF PADA SISWA KELAS 4 DI SD NEGERI MANGKUKUSUMAN 9