PENGGUNAAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI GAYA MAGNET DI KELAS V SDN TEMBONG 2 KEC. CIPOCOK JAYA KOTA
SERANG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
SITI HAERUNISA 0903761
PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS SERANG
Siti Haerunisa, 2013
PENGGUNAAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI GAYA MAGNET DI KELAS V SDN TEMBONG 2 KEC. CIPOCOK JAYA KOTA
SERANG
Oleh
Siti Haerunisa
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Siti Haerunisa 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
LEMBAR PERSETUJUAN
SITI HAERUNISA
0903761
PENGGUNAAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI GAYA MAGNET DI KELAS V SDN TEMBONG 2 KECAMATAN CIPOCOK
JAYA KOTA SERANG
Pembimbing 1
Dra. Sri Wuryastuti, M.Pd. NIP: 195806141986032002
Pembimbing 2
Dra. Hj. Nunu Nuchiyah, M.Pd. NIP: 195307121980032002
Siti Haerunisa, 2013
ABSTRAKSI
Siti Haerunisa (0903761): “Penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Gaya Magnet di kelas V SDN Tembong 2 Kec. Cipocok Jaya Kota Serang”. 2013
Dikatakan bahwa IPA adalah ilmu yang berlandaskan pengamatan. Ada kemungkinan siswa memperoleh gambaran yang keliru tentang pengamatan yang dilakukan. Sehingga muncul masalah-masalah seperti pada saat guru menilai mata pelajaran IPA mereka hanya mengambil soal dari buku paket IPA yang sudah lazim digunakan guru. Dalam setiap pembelajaran IPA siswa belum menunjukkan sikap kritis, siswa kurang mandiri dalam mengerjakan latihan, motivasi siswa kurang dalam mempelajari IPA, dan kebanyakan siswa kurang memahami konsep dasar.
Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu alternatif pembelajaran yang tepat bagi peserta didik karena LKS membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktifitas siswa pada materi gaya magnet dengan menggunakan LKS dan meningkatkan hasil belajar siswa pada materi gaya magnet melalui penggunaan LKS.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yakni menggunakan rancangan PTK kolaboratif yang dilaksanakan dengan tiga siklus yang terdiri atas empat komponen, meliputi: (1) perencanaan, (2) aksi/tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi.
Pembelajaran dengan menggunakan LKS dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, hal ini dapat di lihat dari analisis pengamatan pada aktivitas siswa pada siklus I yaitu 50% pada siklus II mencapai 73,75% dan pada siklus III mencapai 82,5%.
Dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam pembelajaran IPA kegiatan belajar mengajar mengalami kemajuan yang sangat baik, hal ini dapat terlihat dari nilai rata-rata hasil belajar siswa yang diperoleh pada tahap pra siklus adalah 5,3 pada siklus I mencapai 6,4 pada siklus II mencapai 7,5 dan pada siklus III mencapai hasil yang maksimal yaitu 8,7. Kegiatan siswa menjadi lebih aktif, karena hampir 90% siswa dapat terlibat langsung dalam proses pembelajaran bukan hanya mendengar, mencatat apa yang disampaikan guru tetapi siswa dapat mengamati, merasakan, meneliti, dan membuktikan langsung secara maksimal dalam proses pembelajaran.
iv
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN
B. Kajian Hasil Penelitian terdahulu ... 23
BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian ... 42
B. Hasil Penelitian ... 62
C. Pembahasan ... 65
D. Jawaban Hipotesa ... 66
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 67
B. Rekomendasi ... 68
vi
Siti Haerunisa, 2013
DAFTAR TABEL
3.1 Lembar Observasi Aktivitas Siswa dengan menggunakan LKS ... 39
4.1 Nilai Tes Hasil Belajar Siswa Tahap Pra Siklus ... 45
4.2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I ... 49
4.3 Nilai Tes Hasil Belajar Siswa pada Tahap Siklus I ... 51
4.4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II ... 55
4.5 Nilai Tes Hasil Belajar Siswa pada Tahap Siklus II ... 57
4.6 Hasil Observasi Aktivitas pada Siklus III ... 60
4.7 Nilai Tes Hasil Belajar Siswa pada Tahap Siklus III ... 62
4.8 Rekapitulasi Hasil Analisis Pengamatan Aktivitas Siswa ... 64
DAFTAR GAMBAR
3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas model Kemmis & Taggart ... 33
4.1 Grafik Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran IPA ... 65
viii
Siti Haerunisa, 2013
DAFTAR LAMPIRAN
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III
4. Lembar Kerja Siswa Siklus I
5. Lembar Kerja Siswa Siklus II
6. Lembar Kerja Siswa Siklus III
7. Hasil Evaluasi Siklus I
8. Hasil Evaluasi Siklus II
9. Hasil Evaluasi Siklus III
10.Foto-Foto Kegiatan Penelitian
11.Surat Keputusan Pengangkatan Dosen Pembimbing Penyusunan Skripsi
12.Surat Permohonan Izin Mengadakan Penelitian dari UPI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dapat dipandang sebagai produk dan
sebagai proses. Secara definisi, IPA sebagai produk adalah hasil temuan-temuan
para ahli saintis, berupa fakta, konsep, prinsip, dan teori-teori. Sedangkan IPA
sebagai proses adalah strategi atau cara yang dilakukan para ahli saintis dalam
menemukan berbagai hal tersebut sebagai implikasi adanya temuan-temuan
tentang kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa alam. IPA sebagai produk tidak
dapat dipisahkan dari hakekatnya IPA sebagai proses. http://fip.uny.ac.id.
Ilmu Pengetahuan Alam berhubungan dengan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan pengetahuan yang
berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan
suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi
peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas,
2006) secara terperinci adalah: (1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran
Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam
ciptaan-Nya, (2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep
2
Siti Haerunisa, 2013
(3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan
masyarakat, (4) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, (5) meningkatkan
kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan
lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan
(7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar
untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.
Kita menyadari bahwa banyak masalah dalam pendidikan, pendidikan
IPA pada khususnya. Pendidikan IPA di sekolah dasar dihadapkan pada berbagai
masalah seperti fasilitas, buku, media, dan alat peraga, sehingga dalam praktiknya
tampak ada kurang perhatian.
Pada dasarnya pembelajaran merupakan proses komunikasi antara guru
dan siswa. Proses komunikasi yang terjadi tidak akan selamanya berjalan dengan
lancar, bahkan proses komunikasi dapat menimbulkan salah pengertian, ataupun
salah konsep. Untuk itu guru harus mampu memberikan suatu alternatif
pembelajaran bagi peserta didiknya agar dapat memahami konsep-konsep yang
telah diajarkan. Salah satu alternatifnya adalah guru menggunakan LKS untuk
meningkatkan pemahaman siswa SD terhadap konsep-konsep IPA.
Khusus untuk IPA di SD hendaknya membuka kesempatan untuk
memupuk rasa ingin tahu anak didik secara alamiah. Hal ini akan membantu
mereka mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban atas
3
(ilmiah). Fokus program pengajaran IPA di SD hendaknya ditujukan untuk
memupuk minat dan pengembangan anak didik terhadap dunia mereka di mana
mereka hidup.
Dikatakan bahwa IPA adalah ilmu yang berlandaskan pengamatan. Ada
kemungkinan siswa memperoleh gambaran yang keliru tentang pengamatan yang
dilakukan. Sehingga muncul masalah-masalah seperti pada saat guru menilai mata
pelajaran IPA mereka hanya mengambil soal dari buku paket IPA yang sudah
lazim digunakan guru. Dalam setiap pembelajaran IPA siswa belum menunjukkan
sikap kritis, siswa kurang mandiri dalam mengerjakan latihan, motivasi siswa
kurang dalam mempelajari IPA, dan kebanyakan siswa kurang memahami konsep
dasar.
Dalam pelaksanaan pembelajaran IPA di SDN Tembong 2 khususnya
kelas 5, siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami konsep materi
magnet karena kurangnya suasana belajar yang kondusif. Selain itu penyampaian
materi kurang merangsang pemikiran anak yang lebih tinggi serta rendahnya nilai
hasil belajar siswa pada pelajaran sains yaitu dibawah KKM (kriteria ketuntasan
minimal) sebesar 50. Hasil observasi menunjukkan bahwa dalam mengajar guru
belum menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS). Solusi yang ditawarkan oleh
peneliti adalah guru memberikan pengarahan serta memberikan LKS kepada
siswa.
Guru harus lebih kreatif untuk menyampaikan pelajaran yang membuat
siswa lebih cepat paham. Salah satu cara adalah dengan menggunakan Lembar
4
Siti Haerunisa, 2013
siswa. Sedangkan bagi siswa, LKS bermanfaat sebagai panduan dalam melakukan
dan mengerjakan soal-soal dan latihan. (Depdikbud, 1990).
Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran yang berisi tugas yang harus
dikerjakan oleh peserta didik. LKS biasanya berupa petunjuk, langkah untuk
menyelesaikan suatu tugas, suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan
harus jelas kompetensi dasar yang akan dicapainya. (Depdiknas, 2004:18).
Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu alternatif pembelajaran
yang tepat bagi peserta didik karena LKS membantu peserta didik untuk
menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar
secara sistematis. (Suyitno, 1997:40). Tetapi pada kenyataannya LKS yang telah
dimiliki oleh siswa selama ini belum mampu membantu dalam menemukan
konsep, karena hanya berisi materi dan soal-soal. Selain itu ditinjau dari segi
penyajiannya pun kurang menarik. Dengan adanya Lembar Kerja Siswa (LKS)
diharapkan dapat menjadikan siswa menjadi lebih aktif dan cepat tanggap, serta
kreatif. LKS Dapat pula digunakan dalam pendekatan keterampilan proses,
dimana siswa berlatih mengumpulkan konsep sebanyak-banyaknya tentang materi
yang akan dipelajari melalui LKS dan kemudian didiskusikan untuk memperoleh
kesimpulan mengenai definisi dan karakteristik materi yang dipelajari.
Berdasarkan hasil temuan di SDN Tembong 2 Kecamatan Cipocok Jaya
khususnya kelas V, menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam, khususnya yang berkaitan dengan pemahaman siswa
tentang materi gaya magnet belum maksimal. Ketika diadakan evaluasi belajar
5
menunjukkan bahwa dalam mengajar guru belum menggunakan Lembar Kerja
Siswa (LKS).
Mengingat masalah rendahnya pemahaman siswa tentang materi gaya
magnet maka penulis merasa tertarik untuk mengkajinya melalui suatu kegiatan
penelitian. Pokok-pokok pikiran inilah yang mendorong penulis untuk
mengangkat permasalahan ini yang selanjutnya diformulasikan dalam satu judul
penelitian “Penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa pada Materi Gaya Magnet di kelas V SDN Tembong 2 Kec.
Cipocok Jaya Kota Serang”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah aktifitas belajar siswa pada materi gaya magnet dengan
menggunakan LKS ?
2. Apakah melalui penggunaan LKS dapat meningkatkan hasil belajar siswa
pada materi gaya magnet?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Ingin meningkatkan aktifitas siswa pada materi gaya magnet dengan
menggunakan LKS.
2. Ingin meningkatkan hasil belajar siswa pada materi gaya magnet melalui
6
Siti Haerunisa, 2013
D. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak
sebagai berikut.
1. Bagi Peneliti
a. Mengembangkan kompetensi yang dimiliki peneliti dalam merancang
LKS dalam pembelajaran IPA.
b. Menambah wawasan dan pemikiran baru bagi peneliti dalam
memberikan saran dan masukan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran.
c. Memperoleh wawasan tentang bagaimana merumuskan LKS yang baik
dan benar.
2. Bagi Siswa
a. Meningkatkan minat, motivasi dan aktifitas belajar siswa.
b. Meningkatkan daya ingat belajar siswa pada materi gaya magnet
melalui penggunaan LKS.
c. Memberikan pengalaman baru dan diharapkan memberikan kontribusi
terhadap peningkatan belajarnya.
3. Bagi Guru
a. Mengembangkan kompetensi guru dalam merancang LKS untuk
pembelajaran.
b. Melalui LKS guru akan memperoleh kesempatan untuk memancing
7
c. Memberikan kesadaran guru untuk memperbaiki dan meningkatkan
kualitas pembelajaran yang disesuaikan dengan tujuan, materi,
karakteristik siswa, dan kondisi pembelajaran.
d. Mengembangkan potensi guru dalam menyusun langkah-langkah
pembuatan LKS.
4. Bagi Kepala Sekolah
a. Menambah wawasan dan pemikiran baru bagi kepala sekolah dalam
memberikan saran dan masukan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran.
b. Mendorong para guru untuk melakukan inovasi dalam proses
pembelajaran dan mendukung kegiatan guru dalam melakukan inovasi
pembelajaran.
E. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka
didefinisikan istilah-istilah penting yang menjadi pokok pembahasan utama dalam
karya tulis yaitu :
1. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran yang berisi tugas yang
harus dikerjakan oleh peserta didik. LKS biasanya berupa petunjuk, langkah
untuk menyelesaikan suatu tugas, suatu tugas yang diperintahkan dalam
lembar kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang akan dicapainya.
8
Siti Haerunisa, 2013
bantu pembelajaran. Secara umum, LKS merupakan perangkat pembelajaran
sebagai pelengkap atau sarana pendukung pelaksanaan rencana pembelajaran.
Penggunaan LKS sebagai alat bantu pengajaran akan dapat
mengaktifkan siswa. Dalam hal ini, sesuai dengan pendapat Tim Instruktur
Pemantapan Kerja Guru (PKG) dalam Sudiati (2003 : 11), menyatakan secara
tegas “salah satu cara membuat siswa aktif adalah dengan menggunakan
LKS”.
2. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan bukan suatu penguasaan hasil latihan,
melainkan perubahan kelakuan (Hamalik, 2009:36). Hasil belajar adalah
kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa
setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat
mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.
Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah
proses belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah laku
baik pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan siswa sehingga
menjadi lebih baik dari sebelumnya.
3. Gaya Magnet
Magnet adalah setiap bahan (logam) yang menghasilkan medan
magnet. Benda ada yang bersifat magnetis dan tidak magnetis. Benda yang
dapat ditarik oleh magnet dan dapat dibuat magnet disebut benda yang
bersifat magnetis. Benda yang mengalami tolakan oleh magnet dan tidak
9
Gaya magnet adalah gaya tarik menarik atau tolak menolak yang
timbul akibat dua benda yang bersifat magnet saling berinteraksi.
Magnet memiliki sifat-sifat tertentu, antara lain mempunyai kekuatan
gaya tarik terhadap benda tertentu, gaya magnet dapat menembus benda
tertentu, mempunyai dua kutub, serta mempunyai kekuatan gaya tolak
terhadap magnet lain.
Kekuatan gaya magnet tidak merata di seluruh bagiannya, tapi
kekuatan yang paling besar terdapat pada bagian kutub-kutubnya, baik kutub
selatan maupun utara. Semakin jauh jarak benda magnetis dengan magnet,
26
Siti Haerunisa, 2013
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Lokasi yang menjadi tempat penelitian tindakan kelas ini adalah SDN
Tembong 2 Kecamatan Cipocok Jaya Kota serang.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas 5 yang berjumlah 30 siswa. Adapun
memilih sekolah tersebut sebagai subjek penelitian adalah rendahnya nilai hasil
belajar siswa pada pelajaran sains yaitu dibawah KKM (kriteria ketuntasan
minimal) sebesar 65. Informasi yang diperoleh dari guru yang mengajar IPA
bahwa terdapat masalah yakni siswa masih mengalami kesulitan dalam
memahami konsep materi. Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk
mengadakan penelitian di SDN Tembong 2 Kecamatan Cipocok Jaya.
C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yakni menggunakan
rancangan PTK. Peneliti memilih PTK dalam penelitian ini karena masalah yang
dihadapi peneliti adalah masalah yang riil dan harus dicari jalan keluarnya melalui
PTK. Selain itu, peneliti juga melihat adanya luaran yang diharapkan dapat
dihasilkan dari PTK, yaitu peningkatan atau perbaikan mutu proses dan hasil
pembelajaran antara lain peningkatan atau perbaikan terhadap kinerja belajar
27
1. Pengertian PTK
Penelitian Tindakan kelas (PTK) yang dikenal dengan nama
Classroom Action Reserch merupakan suatu model penelitian yang
dikembangkan di kelas. Ide tentang penelitian tindakan pertama kali
dikembangkan oleh Kurt dan lewin pada tahun 1946.
Menurut Suharsimi (2012:58) Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah
penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan
memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. PTK berfokus pada
kelas atau pada proses belajar mengajar yang terjadi di kelas, bukan pada
input kelas (silabus, materi, dan lain-lain) ataupun output (hasil belajar). PTK
harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas. PTK
bertujuan untuk memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis dalam
peningkatan mutu pembelajaran dikelas yang dialami langsung dalam
interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar.
Penelitian tindakan yang dilakukan dengan bermaksud memberitahu
dan mengubah praktik-praktik pembelajarannya di masa mendatang.
Penelitian tindakan ini berpengaruh pada lingkungan guru bekerja yaitu
siswa-siswa dan sekolah di mana guru bekerja. Ketika orang menyebut
seorang guru professional, berarti guru tersebut sudah mampu merubah
minimal lingkungan kerjanya menjadi lebih efektif dan efisien dari pada
keadaan sebelumnya.
Secara lebih luas penelitian tindakan diartikan sebagai penelitian yang
28
Siti Haerunisa, 2013
pemecahan masalah pada sekelompok subyek yang diteliti dan mengamati
tingkat keberhasilan atau akibat tindakannya, untuk kemudian diberikan
tindakan lanjutan yang bersifat penyempurnaan tindakan atau penyesuaian
dengan kondisi dan situasi sehingga diperoleh hasil yang lebih baik.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) didefenisikan sebagai suatu
penelitian tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru yang
sekaligus sebagai peneliti di kelasnya atau bersama-sama dengan orang lain
(kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan, dan merefleksikan
tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk
memperbaiki atau meningkatkan mutu (kualitas) proses pembelajaran di
kelasnya malalui tindakan (treatment) tertentu di dalam suatu siklus
(Kusnandar, 2008: 45).
Pada intinya PTK bertujuan untuk memperbaiki berbagai persoalan
nyata dan praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran dikelas yang dialami
langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang belajar.
2. Kelebihan PTK
PTK memiliki kelebihan yaitu tumbuhnya rasa memiliki melalui kerja
sama dalam PTK, tumbuhnya kreativitias dan pemikiran kritis lewat interaksi
terbuka yang bersifat reflektif/evaluatif dalam PTK, dalam kerja sama ada
saling merangsang untuk berubah dan meningkatnya kesepakatan lewat kerja
29
PTK memiliki keunggulan menurut Intan Pulungan, (2005:16) yaitu:
Praktis dan langsung relevan untuk situasi yang aktual
Kerangka kerja teratur
Berdasarkan pada observasi nyata dan objektif Fleksibel dan adaptif
Dapat digunakan untuk inovasi pembelajaran.
Dapat digunakan untuk mengembangkan kurikulum tingkat kelas.
Dapat digunakan untuk meningkatkan kepekaan atau profesionalisme
guru. (sumut.kemenag.go.id)
3. Model PTK
Peneliti memilih model Penelitian Tindakan Kelas dari Kemmis dan
Mc. Taggart. Model PTK yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart
adalah model pengembangan dari model Kurt Lewin. Dikatakan demikian,
karena di dalam suatu siklus terdiri atas empat komponen, keempat
komponen tersebut, meliputi: (1) perencanaan, (2) aksi/tindakan, (3)
observasi, dan (4) refleksi. Sesudah suatu siklus selesai di implementasikan,
khususnya sesudah adanya refleksi, kemudian diikuti dengan adanya
perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam bentuk siklus tersendiri.
Menurut Kemmis dan Mc Taggart (dalam Rafi′uddin, 1996) penelitian
tindakan dapat dipandang sebagai suatu siklus spiral dari penyusunan
perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi
yang selanjutnya mungkin diikuti dengan siklus spiral berikutnya. Dalam
30
Siti Haerunisa, 2013
rencana tindakan (yang didasarkan pada pengalaman) sehingga dapat
langsung memulai tahap tindakan. Ada juga peneliti yang telah memiliki
seperangkat data, sehingga mereka memulai kegiatan pertamanya dengan
kegiatan refleksi.
Akan tetapi pada umumnya para peneliti mulai dari fase refleksi awal
untuk melakukan studi pendahuluan sebagai dasar dalam merumuskan
masalah penelitian. Selanjutnya diikuti perencanaan, tindakan, observasi, dan
refleksi yang dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Perencanaan
Penyusunan perencanaan didasarkan pada hasil penjajagan refleksi
awal. Secara rinci perencanaan mencakup tindakan yang akan dilakukan
untuk memperbaiki, meningkatkan atau mengubah perilaku dan sikap yang
diinginkan sebagai solusi dari permasalahan-permasalahan. Perlu disadari
bahwa perencanaan ini bersifat fleksibel dalam arti dapat berubah sesuai
dengan kondisi nyata yang ada.
2. Tindakan
Pelaksanaan tindakan menyangkut apa yang dilakukan peneliti
sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang dilaksanakan
berpedoman pada rencana tindakan. Jenis tindakan yang dilakukan dalam
PTK hendaknya selalu didasarkan pada pertimbangan teoritik dan empiric
agar hasil yang diperoleh berupa peningkatan kinerja dan hasil program yang
31
3. Observasi (pengamatan)
Kegiatan observasi dalam PTK dapat disejajarkan dengan kegiatan
pengumpulan data dalam penelitian formal. Dalam kegiatan ini peneliti
mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau
dikenakan terhadap siswa. Istilah observasi digunakan karena data yang
dikumpulkan melalui teknik observasi.
4. Refleksi
Pada dasarnya kegiatan refleksi merupakan kegiatan analisis, sintesis,
interpretasi terhadap semua informasi yang diperoleh saat kegiatan tindakan.
Dalam kegiatan ini peneliti mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan
hasil-hasil atau dampak dari tindakan. Setiap informasi yang terkumpul perlu
dipelajari kaitan yang satu dengan lainnya dan kaitannya dengan teori atau
hasil penelitian yang telah ada dan relevan. Melalui refleksi yang mendalam
dapat ditarik kesimpulan yang mantap dan tajam.
Refleksi merupakan bagian yang sangat penting dari PTK yaitu untuk
memahami terhadap proses dan hasil yang terjadi, yaitu berupa perubahan
sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan. Pada hakekatnya model Kemmis
dan Taggart berupa perangkat-perangkat atau untaian dengan setiap perangkat
terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan
refleksi yang dipandang sebagai suatu siklus. Banyaknya siklus dalam PTK
tergantung dari permasalahan-permasalahan yang perlu dipecahkan, yang
32
Siti Haerunisa, 2013
dilaksanakan oleh para guru di sekolah pada umumnya berdasar pada model
(2) ini yaitu merupakan siklus-siklus yang berulang.
Secara mudah PTK yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart
33
?
Gambar 3.1
Siklus Penelitian Tindakan Kelas Sumber: Suharsimi Arikunto (2012:16)
PRA SIKLUS
Observasi
Refleksi
Perencanaan
Pelaksanaan
SIKLUS I
Pengamatan
Refleksi
Perencanaan
Pelaksanaan
SIKLUS II
34
Siti Haerunisa, 2013
D. Prosedur Penelitian
Secara mendetail Kemmis dan Taggart menjelaskan tahap-tahap
penelitian tindakan yang dilakukannya. Permasalahan penelitian difokuskan
kepada siswa dalam pembelajaran. Daur ulang dalam penelitian tindakan kelas
diawali dengan perencanaan tindakan (planning), penerapan tindakan (action),
mengobservasi dan mengevaluasi proses (observation and evaluation) dan refleksi
(reflecting). Dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan
tercapai (kriteria keberhasilan).
1. Pra Siklus
a. Observasi
Pada kegiatan ini peneliti mengamati aktivitas siswa selama proses
pembelajaran berlangsung. Dalam proses pembelajaran IPA siswa belum
menggunakan LKS, sehingga kurangnya suasana belajar yang kurang
kondusif. Hasil observasi menunjukkan bahwa dalam mengajar guru
belum menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) atau guru jarang
melakukan pembelajaran secara berkelompok dengan menggunakan
LKS, sehingga interaksi antara siswa yang satu dengan yang lain
masih kurang.
b. Refleksi
Setelah melakukan observasi, peneliti bersama guru mengkaji atau
mengevaluasi kelemahan-kelemahan dan kekurangan yang muncul pada
35
mengadakan revisi untuk perencanaan tindakan selanjutnya. Dari
permasalahan di atas akan dijadikan bahan bagi peneliti untuk
memperbaiki proses pembelajaran IPA melalui penggunaan Lembar Kerja
Siswa (LKS). Dengan menggunakan LKS diharapkan mampu
meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA.
2. Siklus I
a. Perencanaan
Siklus I diawali dengan perencanaan. Kegiatan ini dimaksudkan
untuk mengadakan rancangan kegiatan yang akan dilakukan setelah
melihat dan mengamati keadaan sebenarnya di lapangan. Rancangan
kegiatan ini didapat setelah diadakan diskusi antara peneliti dan guru yang
bersangkutan menyangkut perbaikan (revisi). Adapun langkah-langkah
perencanaan disusun sebagai berikut :
1) Menetapkan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan materi yang
akan diajarkan.
2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
3) Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan sebagai alat
peraga.
4) Membuat LKS disertai pedoman penilaian.
5) Membuat bahan tes evaluasi
b. Tindakan
Pada tahap ini guru mulai melakukan tindakan-tindakan dalam
36
Siti Haerunisa, 2013
kelas V dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS dirancang
dengan mengembangkan pada aspek bagaimana kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah sesuai dengan tujuan penelitian.
c. Observasi
Kegiatan observasi dilakukan oleh peneliti selama proses kegiatan
belajar IPA berlangsung. Sasaran yang diamati atau dipantau adalah proses
belajar siswa serta penilaian dan hasilnya. Pengamatan tersebut dilengkapi
dengan adanya lembar observasi dan hasil belajar.
d. Refleksi
Mengkaji atau mengevaluasi hasil temuan atau
kelemahan-kelemahan yang muncul, baik yang berkaitan dengan aktifitas guru
maupun siswa di kelas dan menentukan revisi rencana tindakan untuk
siklus berikutnya.
E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini akan digunakan beberapa instrumen penelitian
diantaranya obseravsi, studi dokumentasi, dan tes hasil belajar. Tiga teknik
tersebut diuraikan sebagai berikut :
1. Observasi
Observasi dapat diartikan sebagai suatu pengamatan yang dilakukan
secara sengaja, sistematis mengenai fenomena sosial dengan psikis untuk
37
Observasi adalah suatu usaha sadar untuk mengumpulkan data yang
dilakukan secara sistematis dengan prosedur yang standar. (Suharsimi,
2006:222).
Observasi dalam PTK digunakan sebagai pemantau guru dan siswa.
observasi digunakan untuk mencatat setiap tindakan guru dalam siklus
kegiatan pembelajaran untuk menemukan kelemahan guru guna dievaluasi
dan diperbaiki pada siklus pembelajaran berikutnya. Dan observasi juga
digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang perilaku-perilaku para
siswa terhadap tindakan yang diberikan oleh guru.
Metode observasi yang digunakan oleh peneliti adalah model
sistematis, dimana peneliti sebelum melakukan observasi ke lapangan terlebih
dahulu membuat instrument observasi, yang akan digunakan pada proses
pembelajaran IPA pada materi Gaya Magnet baik dengan LKS atau tanpa
LKS.
Tabel 3.1
Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran IPA dengan
menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS)
38
pertanyaan, jelas atau
berbelit-belit.
1.Partisipatis peran serta
siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
2. Aktivitas siswa dalam
setiap fase kegiatan
pembelajaran.
informasi tentang materi
gaya magnet.
4 Keaktifan siswa dalam
diskusi
1. Partisipatif dalam
diskusi kelompok.
39
kelompok teman sekelompok.
3. Inisiatif yang timbul
dalam kegiatan diskusi
kelompok.
4. Kekompakan dalam
diskusi kelompok.
Jumlah nilai yang diperoleh Persentase
Kriteria Penilaian :
Nilai 4 Jika 4 deskriptor tampak
3 Jika 3 deskriptor tampak
2 Jika 2 deskriptor tampak
1 Jika 1 deskriptor tampak
Untuk mengetahui persentase belajar siswa
Keterangan :
Presentase rata-rata (%):
80 atau lebih : Sangat baik
60 - 79,99 : Baik
40 - 59,99 : Cukup
20 - 39,99 : Kurang
0 – 19,99 : Sangat Kurang Persentase =jumlah skor yang diperoleh
40
Siti Haerunisa, 2013
2. Tes Hasil Belajar
Tes merupakan serangkaian soal yang harus dijawab oleh siswa. Tes
merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau
mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang telah
ditentukan (Suharsimi, 2005:53). Dalam penelitian tes digunakan untuk
menjaring data tentang hasil belajar siswa. Pemberian tes ditujukan untuk
mengetahui sejauh mana perkembangan dari setiap siklus. Menurut
Suharsimi Arikunto (1996:138) “Tes adalah serentetan pertanyaan atau
latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu
atau kelompok”.
Tes dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang hasil belajar
terhadap materi Gaya Magnet, tes dilaksanakan pada setiap tindakan. Bentuk
tes yang digunakan yaitu tes objektif bentuk soal isian singkat berjumlah 10
soal .
Kriteria penilaian adalah sebagai berikut:
41
F. Analisis Data
1. Kategorisasi Data
Data yang diperoleh peneliti dan guru, dipilah-pilah dan disusun
menjadi dua kategori yaitu hasil belajar siswa dan aktifitas siswa dalam
pembelajaran. Hal ini mempermudah dalam menganalisis data.
2. Analisis Data
Data yang terkumpul, baik melalui tes maupun hasil observasi akan
dilakukan analisis deskriptif sesuai dengan fokus penelitian. Analisi deskriptif
yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a) Analisis Pengamatan Aktifitas Siswa
Untuk menganalisis data aktifitas siswa yang diamati digunakan teknik
presentase (%).
b) Analisis Tes Hasil Belajar
Data yang diperoleh dari hasil tes yang dilakukan pada akhir
pembelajaran kemudian dianalisis dengan menggunakan indikator Daya
Serap Klasikal (DSK), sebagai berikut:
DSK = jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥70
42
Siti Haerunisa, 2013
Ketuntasan hasil belajar klasikal dinyatakan berhasil jika persentase
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu alternatif pembelajaran
yang tepat bagi peserta didik karena LKS membantu peserta didik untuk
menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar
secara sistematis.
Dengan adanya Lembar Kerja Siswa (LKS) diharapkan dapat menjadikan
siswa menjadi lebih aktif dan cepat tanggap, serta kreatif. LKS Dapat pula
digunakan dalam pendekatan keterampilan proses, dimana siswa berlatih
mengumpulkan konsep sebanyak-banyaknya tentang materi yang akan dipelajari
melalui LKS dan kemudian didiskusikan untuk memperoleh kesimpulan
mengenai definisi dan karakteristik materi yang dipelajari.
Hendaknya guru harus lebih kreatif untuk menyampaikan pelajaran yang
membuat siswa lebih cepat paham. Salah satu cara adalah dengan menggunakan
Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS dapat membantu guru dalam pemberian tugas
kepada siswa khususnya mata pelajaran IPA.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1. Penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam pembelajaran IPA
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi gaya magnet. Hal
68
Siti Haerunisa, 2013
siklus mencapai rata-rata 5,3 pada siklus I mencapai 6,4 sedangkan
pada siklus mencapai 7,5 dan pada siklus III mencapai 8,7.
2. Penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam pembelajaran IPA
dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi gaya magnet.
Hal ini dapat kita lihat dari persentase hasil analisis pengamatan pada
aktivitas siswa. Pada siklus I hanya sebesar 50% sedangkan siklus II
sebesar 73,75% dan pada siklus III sebesar 82,5%.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti merekomendasikan kepada
pihak-pihak yang terkait, diantaranya:
1. Guru
Hendaknya guru harus lebih kreatif untuk menyampaikan pelajaran
yang membuat siswa lebih cepat paham. Salah satu cara adalah
dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS dapat
membantu guru dalam pemberian tugas kepada siswa khususnya mata
pelajaran IPA. Hal ini sangat penting agar siswa terbiasa untuk
menemukan dan menciptakan sesuatu yang berguna dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Kepala Sekolah
Kepala sekolah diharapkan agar memberikan kesempatan kepada guru
untuk menambah wawasannya, misalnya dengan mengikuti seminar,
pelatihan, penelitian yang dapat mendukung kepada proses belajar
69
sekolah harus terus memotivasi para guru untuk selalu meningkatkan
aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dan menciptakan
pembelajaran yang efektif serta menyenangkan.
3. Peneliti Lain
Hasil studi ini dapat dijadikan rujukan untuk mengembangkan
kemampuan meneliti agar ditemukan cara baru yang lebih efektif
untuk meningkatkan profesionalisme guru dalam kegiatan belajar
Siti Haerunisa, 2013
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S., Suhardjono. dan Supardi. (2012). Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Bumi Aksara.
Azhar, Arsyad. (2004). Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Bulu, Batjo. (1993). Menulis dan Menerapkan LKS. Ujung Pandang : Depdikbud
Sulsel.
Dhari, HM. dan Dharyono, AP. (1988). Perangkat Pembelajaran. Malang:
Depdikbud.
Depdiknas, (2006). KTSP: Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPA Sekolah
Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Pusat Kurikulum.
Depdiknas, (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Kerangka Dasar.
Jakarta: Pusat Kurikulum.
Hamalik, Oemar. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta.
Hamdani. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
Hasjim. (2001). Kiat Belajar Sukses. Surakarta : Tiga Serangkai.
Kunandar, dkk. (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai
Pengembangan Profesi Guru.Jakarta: Rajawali Press.
Mulyasa, E. (2005). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Laksmi, Shrie Saraswati. (2003). Upaya Menumbuhkan Keberanian Siswa SLTP
untuk Mengajukan Pertanyaan dan Mengemukakan Gagasan Melalui Model
Latihan Inkuiri. Tesis pada Program Pascasarjana UPI Bandung : tidak
Listiana, Lina. (2012). Penggunaan Lembar Kerja Siswa Dalam Pembelajaran
Sains Pada Konsep Energi Bunyi Dalam Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa. Skripsi pada KD UPI Serang: Tidak diterbitkan.
Nasution. (1996). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.
Nurlaili. (2011). “Pengukuran Tingkat Keterbacaan Wacana dalam LKS Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas 4-6 SD dan Keterampilannya”. 1, 167.
Rahmat., Sunarto. (2007). Sains Sahabatku. Jakarta: Ganeca Exact.
Rohaeti, Eli, dkk. “ Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Mata Pelajaran Sains Kimia Untuk SMP Kelas VII, VIII, IX”. 19.
Samatowa, Usman. (2006). Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Syarifudin, dkk. (2006). Landasan Pendidikan. UPI PRESS. Bandung.
Sudiati. (2004). Kiat Menulis Esai Ulasan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Suryabrata, Sumadi. (2006). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Suyanto. (1997). Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Pengenalan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Dirjen Dikti.
Suyitno. (2006). Petunjuk Praktis Penelitian Tindakan Kelas Untuk Penyusunan
Skripsi. Semarang : Universitas Negeri Semarang.
http://fip.uny.ac.id [15 Januari 2013]
http://sumut.kemeneg.go.id [20 Februari 2013]
http://lenterakecil.com/pengertian-lembar-kerja-siswa-lks/ [21 Januari 2013 ]
http://www.dhanay.co.cc/2010/10/langkah-langkah-penulisan-lks.html [25 Februri
2013]
Siti Haerunisa, 2013