• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI GAYA MAGNET DI KELAS V SDN TEMBONG 2 KEC. CIPOCOK JAYA KOTA SERANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI GAYA MAGNET DI KELAS V SDN TEMBONG 2 KEC. CIPOCOK JAYA KOTA SERANG."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI GAYA MAGNET DI KELAS V SDN TEMBONG 2 KEC. CIPOCOK JAYA KOTA

SERANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

SITI HAERUNISA 0903761

PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS SERANG

(2)

Siti Haerunisa, 2013

PENGGUNAAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI GAYA MAGNET DI KELAS V SDN TEMBONG 2 KEC. CIPOCOK JAYA KOTA

SERANG

Oleh

Siti Haerunisa

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Siti Haerunisa 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

LEMBAR PERSETUJUAN

SITI HAERUNISA

0903761

PENGGUNAAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI GAYA MAGNET DI KELAS V SDN TEMBONG 2 KECAMATAN CIPOCOK

JAYA KOTA SERANG

Pembimbing 1

Dra. Sri Wuryastuti, M.Pd. NIP: 195806141986032002

Pembimbing 2

Dra. Hj. Nunu Nuchiyah, M.Pd. NIP: 195307121980032002

(4)

Siti Haerunisa, 2013

(5)

ABSTRAKSI

Siti Haerunisa (0903761): “Penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Gaya Magnet di kelas V SDN Tembong 2 Kec. Cipocok Jaya Kota Serang”. 2013

Dikatakan bahwa IPA adalah ilmu yang berlandaskan pengamatan. Ada kemungkinan siswa memperoleh gambaran yang keliru tentang pengamatan yang dilakukan. Sehingga muncul masalah-masalah seperti pada saat guru menilai mata pelajaran IPA mereka hanya mengambil soal dari buku paket IPA yang sudah lazim digunakan guru. Dalam setiap pembelajaran IPA siswa belum menunjukkan sikap kritis, siswa kurang mandiri dalam mengerjakan latihan, motivasi siswa kurang dalam mempelajari IPA, dan kebanyakan siswa kurang memahami konsep dasar.

Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu alternatif pembelajaran yang tepat bagi peserta didik karena LKS membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktifitas siswa pada materi gaya magnet dengan menggunakan LKS dan meningkatkan hasil belajar siswa pada materi gaya magnet melalui penggunaan LKS.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yakni menggunakan rancangan PTK kolaboratif yang dilaksanakan dengan tiga siklus yang terdiri atas empat komponen, meliputi: (1) perencanaan, (2) aksi/tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi.

Pembelajaran dengan menggunakan LKS dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, hal ini dapat di lihat dari analisis pengamatan pada aktivitas siswa pada siklus I yaitu 50% pada siklus II mencapai 73,75% dan pada siklus III mencapai 82,5%.

Dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam pembelajaran IPA kegiatan belajar mengajar mengalami kemajuan yang sangat baik, hal ini dapat terlihat dari nilai rata-rata hasil belajar siswa yang diperoleh pada tahap pra siklus adalah 5,3 pada siklus I mencapai 6,4 pada siklus II mencapai 7,5 dan pada siklus III mencapai hasil yang maksimal yaitu 8,7. Kegiatan siswa menjadi lebih aktif, karena hampir 90% siswa dapat terlibat langsung dalam proses pembelajaran bukan hanya mendengar, mencatat apa yang disampaikan guru tetapi siswa dapat mengamati, merasakan, meneliti, dan membuktikan langsung secara maksimal dalam proses pembelajaran.

(6)

iv

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN

B. Kajian Hasil Penelitian terdahulu ... 23

(7)

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian ... 42

B. Hasil Penelitian ... 62

C. Pembahasan ... 65

D. Jawaban Hipotesa ... 66

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 67

B. Rekomendasi ... 68

(8)

vi

Siti Haerunisa, 2013

DAFTAR TABEL

3.1 Lembar Observasi Aktivitas Siswa dengan menggunakan LKS ... 39

4.1 Nilai Tes Hasil Belajar Siswa Tahap Pra Siklus ... 45

4.2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I ... 49

4.3 Nilai Tes Hasil Belajar Siswa pada Tahap Siklus I ... 51

4.4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II ... 55

4.5 Nilai Tes Hasil Belajar Siswa pada Tahap Siklus II ... 57

4.6 Hasil Observasi Aktivitas pada Siklus III ... 60

4.7 Nilai Tes Hasil Belajar Siswa pada Tahap Siklus III ... 62

4.8 Rekapitulasi Hasil Analisis Pengamatan Aktivitas Siswa ... 64

(9)

DAFTAR GAMBAR

3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas model Kemmis & Taggart ... 33

4.1 Grafik Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran IPA ... 65

(10)

viii

Siti Haerunisa, 2013

DAFTAR LAMPIRAN

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III

4. Lembar Kerja Siswa Siklus I

5. Lembar Kerja Siswa Siklus II

6. Lembar Kerja Siswa Siklus III

7. Hasil Evaluasi Siklus I

8. Hasil Evaluasi Siklus II

9. Hasil Evaluasi Siklus III

10.Foto-Foto Kegiatan Penelitian

11.Surat Keputusan Pengangkatan Dosen Pembimbing Penyusunan Skripsi

12.Surat Permohonan Izin Mengadakan Penelitian dari UPI

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dapat dipandang sebagai produk dan

sebagai proses. Secara definisi, IPA sebagai produk adalah hasil temuan-temuan

para ahli saintis, berupa fakta, konsep, prinsip, dan teori-teori. Sedangkan IPA

sebagai proses adalah strategi atau cara yang dilakukan para ahli saintis dalam

menemukan berbagai hal tersebut sebagai implikasi adanya temuan-temuan

tentang kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa alam. IPA sebagai produk tidak

dapat dipisahkan dari hakekatnya IPA sebagai proses. http://fip.uny.ac.id.

Ilmu Pengetahuan Alam berhubungan dengan cara mencari tahu tentang

alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan pengetahuan yang

berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan

suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi

peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek

pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.

Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas,

2006) secara terperinci adalah: (1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran

Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam

ciptaan-Nya, (2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep

(12)

2

Siti Haerunisa, 2013

(3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan

masyarakat, (4) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam

sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, (5) meningkatkan

kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan

lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan

(7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar

untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.

Kita menyadari bahwa banyak masalah dalam pendidikan, pendidikan

IPA pada khususnya. Pendidikan IPA di sekolah dasar dihadapkan pada berbagai

masalah seperti fasilitas, buku, media, dan alat peraga, sehingga dalam praktiknya

tampak ada kurang perhatian.

Pada dasarnya pembelajaran merupakan proses komunikasi antara guru

dan siswa. Proses komunikasi yang terjadi tidak akan selamanya berjalan dengan

lancar, bahkan proses komunikasi dapat menimbulkan salah pengertian, ataupun

salah konsep. Untuk itu guru harus mampu memberikan suatu alternatif

pembelajaran bagi peserta didiknya agar dapat memahami konsep-konsep yang

telah diajarkan. Salah satu alternatifnya adalah guru menggunakan LKS untuk

meningkatkan pemahaman siswa SD terhadap konsep-konsep IPA.

Khusus untuk IPA di SD hendaknya membuka kesempatan untuk

memupuk rasa ingin tahu anak didik secara alamiah. Hal ini akan membantu

mereka mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban atas

(13)

3

(ilmiah). Fokus program pengajaran IPA di SD hendaknya ditujukan untuk

memupuk minat dan pengembangan anak didik terhadap dunia mereka di mana

mereka hidup.

Dikatakan bahwa IPA adalah ilmu yang berlandaskan pengamatan. Ada

kemungkinan siswa memperoleh gambaran yang keliru tentang pengamatan yang

dilakukan. Sehingga muncul masalah-masalah seperti pada saat guru menilai mata

pelajaran IPA mereka hanya mengambil soal dari buku paket IPA yang sudah

lazim digunakan guru. Dalam setiap pembelajaran IPA siswa belum menunjukkan

sikap kritis, siswa kurang mandiri dalam mengerjakan latihan, motivasi siswa

kurang dalam mempelajari IPA, dan kebanyakan siswa kurang memahami konsep

dasar.

Dalam pelaksanaan pembelajaran IPA di SDN Tembong 2 khususnya

kelas 5, siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami konsep materi

magnet karena kurangnya suasana belajar yang kondusif. Selain itu penyampaian

materi kurang merangsang pemikiran anak yang lebih tinggi serta rendahnya nilai

hasil belajar siswa pada pelajaran sains yaitu dibawah KKM (kriteria ketuntasan

minimal) sebesar 50. Hasil observasi menunjukkan bahwa dalam mengajar guru

belum menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS). Solusi yang ditawarkan oleh

peneliti adalah guru memberikan pengarahan serta memberikan LKS kepada

siswa.

Guru harus lebih kreatif untuk menyampaikan pelajaran yang membuat

siswa lebih cepat paham. Salah satu cara adalah dengan menggunakan Lembar

(14)

4

Siti Haerunisa, 2013

siswa. Sedangkan bagi siswa, LKS bermanfaat sebagai panduan dalam melakukan

dan mengerjakan soal-soal dan latihan. (Depdikbud, 1990).

Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran yang berisi tugas yang harus

dikerjakan oleh peserta didik. LKS biasanya berupa petunjuk, langkah untuk

menyelesaikan suatu tugas, suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan

harus jelas kompetensi dasar yang akan dicapainya. (Depdiknas, 2004:18).

Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu alternatif pembelajaran

yang tepat bagi peserta didik karena LKS membantu peserta didik untuk

menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar

secara sistematis. (Suyitno, 1997:40). Tetapi pada kenyataannya LKS yang telah

dimiliki oleh siswa selama ini belum mampu membantu dalam menemukan

konsep, karena hanya berisi materi dan soal-soal. Selain itu ditinjau dari segi

penyajiannya pun kurang menarik. Dengan adanya Lembar Kerja Siswa (LKS)

diharapkan dapat menjadikan siswa menjadi lebih aktif dan cepat tanggap, serta

kreatif. LKS Dapat pula digunakan dalam pendekatan keterampilan proses,

dimana siswa berlatih mengumpulkan konsep sebanyak-banyaknya tentang materi

yang akan dipelajari melalui LKS dan kemudian didiskusikan untuk memperoleh

kesimpulan mengenai definisi dan karakteristik materi yang dipelajari.

Berdasarkan hasil temuan di SDN Tembong 2 Kecamatan Cipocok Jaya

khususnya kelas V, menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran

Ilmu Pengetahuan Alam, khususnya yang berkaitan dengan pemahaman siswa

tentang materi gaya magnet belum maksimal. Ketika diadakan evaluasi belajar

(15)

5

menunjukkan bahwa dalam mengajar guru belum menggunakan Lembar Kerja

Siswa (LKS).

Mengingat masalah rendahnya pemahaman siswa tentang materi gaya

magnet maka penulis merasa tertarik untuk mengkajinya melalui suatu kegiatan

penelitian. Pokok-pokok pikiran inilah yang mendorong penulis untuk

mengangkat permasalahan ini yang selanjutnya diformulasikan dalam satu judul

penelitian “Penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa pada Materi Gaya Magnet di kelas V SDN Tembong 2 Kec.

Cipocok Jaya Kota Serang”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah aktifitas belajar siswa pada materi gaya magnet dengan

menggunakan LKS ?

2. Apakah melalui penggunaan LKS dapat meningkatkan hasil belajar siswa

pada materi gaya magnet?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Ingin meningkatkan aktifitas siswa pada materi gaya magnet dengan

menggunakan LKS.

2. Ingin meningkatkan hasil belajar siswa pada materi gaya magnet melalui

(16)

6

Siti Haerunisa, 2013

D. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak

sebagai berikut.

1. Bagi Peneliti

a. Mengembangkan kompetensi yang dimiliki peneliti dalam merancang

LKS dalam pembelajaran IPA.

b. Menambah wawasan dan pemikiran baru bagi peneliti dalam

memberikan saran dan masukan untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran.

c. Memperoleh wawasan tentang bagaimana merumuskan LKS yang baik

dan benar.

2. Bagi Siswa

a. Meningkatkan minat, motivasi dan aktifitas belajar siswa.

b. Meningkatkan daya ingat belajar siswa pada materi gaya magnet

melalui penggunaan LKS.

c. Memberikan pengalaman baru dan diharapkan memberikan kontribusi

terhadap peningkatan belajarnya.

3. Bagi Guru

a. Mengembangkan kompetensi guru dalam merancang LKS untuk

pembelajaran.

b. Melalui LKS guru akan memperoleh kesempatan untuk memancing

(17)

7

c. Memberikan kesadaran guru untuk memperbaiki dan meningkatkan

kualitas pembelajaran yang disesuaikan dengan tujuan, materi,

karakteristik siswa, dan kondisi pembelajaran.

d. Mengembangkan potensi guru dalam menyusun langkah-langkah

pembuatan LKS.

4. Bagi Kepala Sekolah

a. Menambah wawasan dan pemikiran baru bagi kepala sekolah dalam

memberikan saran dan masukan untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran.

b. Mendorong para guru untuk melakukan inovasi dalam proses

pembelajaran dan mendukung kegiatan guru dalam melakukan inovasi

pembelajaran.

E. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka

didefinisikan istilah-istilah penting yang menjadi pokok pembahasan utama dalam

karya tulis yaitu :

1. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran yang berisi tugas yang

harus dikerjakan oleh peserta didik. LKS biasanya berupa petunjuk, langkah

untuk menyelesaikan suatu tugas, suatu tugas yang diperintahkan dalam

lembar kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang akan dicapainya.

(18)

8

Siti Haerunisa, 2013

bantu pembelajaran. Secara umum, LKS merupakan perangkat pembelajaran

sebagai pelengkap atau sarana pendukung pelaksanaan rencana pembelajaran.

Penggunaan LKS sebagai alat bantu pengajaran akan dapat

mengaktifkan siswa. Dalam hal ini, sesuai dengan pendapat Tim Instruktur

Pemantapan Kerja Guru (PKG) dalam Sudiati (2003 : 11), menyatakan secara

tegas “salah satu cara membuat siswa aktif adalah dengan menggunakan

LKS”.

2. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan bukan suatu penguasaan hasil latihan,

melainkan perubahan kelakuan (Hamalik, 2009:36). Hasil belajar adalah

kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa

setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat

mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.

Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah

proses belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah laku

baik pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan siswa sehingga

menjadi lebih baik dari sebelumnya.

3. Gaya Magnet

Magnet adalah setiap bahan (logam) yang menghasilkan medan

magnet. Benda ada yang bersifat magnetis dan tidak magnetis. Benda yang

dapat ditarik oleh magnet dan dapat dibuat magnet disebut benda yang

bersifat magnetis. Benda yang mengalami tolakan oleh magnet dan tidak

(19)

9

Gaya magnet adalah gaya tarik menarik atau tolak menolak yang

timbul akibat dua benda yang bersifat magnet saling berinteraksi.

Magnet memiliki sifat-sifat tertentu, antara lain mempunyai kekuatan

gaya tarik terhadap benda tertentu, gaya magnet dapat menembus benda

tertentu, mempunyai dua kutub, serta mempunyai kekuatan gaya tolak

terhadap magnet lain.

Kekuatan gaya magnet tidak merata di seluruh bagiannya, tapi

kekuatan yang paling besar terdapat pada bagian kutub-kutubnya, baik kutub

selatan maupun utara. Semakin jauh jarak benda magnetis dengan magnet,

(20)

26

Siti Haerunisa, 2013

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Lokasi yang menjadi tempat penelitian tindakan kelas ini adalah SDN

Tembong 2 Kecamatan Cipocok Jaya Kota serang.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas 5 yang berjumlah 30 siswa. Adapun

memilih sekolah tersebut sebagai subjek penelitian adalah rendahnya nilai hasil

belajar siswa pada pelajaran sains yaitu dibawah KKM (kriteria ketuntasan

minimal) sebesar 65. Informasi yang diperoleh dari guru yang mengajar IPA

bahwa terdapat masalah yakni siswa masih mengalami kesulitan dalam

memahami konsep materi. Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk

mengadakan penelitian di SDN Tembong 2 Kecamatan Cipocok Jaya.

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yakni menggunakan

rancangan PTK. Peneliti memilih PTK dalam penelitian ini karena masalah yang

dihadapi peneliti adalah masalah yang riil dan harus dicari jalan keluarnya melalui

PTK. Selain itu, peneliti juga melihat adanya luaran yang diharapkan dapat

dihasilkan dari PTK, yaitu peningkatan atau perbaikan mutu proses dan hasil

pembelajaran antara lain peningkatan atau perbaikan terhadap kinerja belajar

(21)

27

1. Pengertian PTK

Penelitian Tindakan kelas (PTK) yang dikenal dengan nama

Classroom Action Reserch merupakan suatu model penelitian yang

dikembangkan di kelas. Ide tentang penelitian tindakan pertama kali

dikembangkan oleh Kurt dan lewin pada tahun 1946.

Menurut Suharsimi (2012:58) Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah

penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan

memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. PTK berfokus pada

kelas atau pada proses belajar mengajar yang terjadi di kelas, bukan pada

input kelas (silabus, materi, dan lain-lain) ataupun output (hasil belajar). PTK

harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas. PTK

bertujuan untuk memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis dalam

peningkatan mutu pembelajaran dikelas yang dialami langsung dalam

interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar.

Penelitian tindakan yang dilakukan dengan bermaksud memberitahu

dan mengubah praktik-praktik pembelajarannya di masa mendatang.

Penelitian tindakan ini berpengaruh pada lingkungan guru bekerja yaitu

siswa-siswa dan sekolah di mana guru bekerja. Ketika orang menyebut

seorang guru professional, berarti guru tersebut sudah mampu merubah

minimal lingkungan kerjanya menjadi lebih efektif dan efisien dari pada

keadaan sebelumnya.

Secara lebih luas penelitian tindakan diartikan sebagai penelitian yang

(22)

28

Siti Haerunisa, 2013

pemecahan masalah pada sekelompok subyek yang diteliti dan mengamati

tingkat keberhasilan atau akibat tindakannya, untuk kemudian diberikan

tindakan lanjutan yang bersifat penyempurnaan tindakan atau penyesuaian

dengan kondisi dan situasi sehingga diperoleh hasil yang lebih baik.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) didefenisikan sebagai suatu

penelitian tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru yang

sekaligus sebagai peneliti di kelasnya atau bersama-sama dengan orang lain

(kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan, dan merefleksikan

tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk

memperbaiki atau meningkatkan mutu (kualitas) proses pembelajaran di

kelasnya malalui tindakan (treatment) tertentu di dalam suatu siklus

(Kusnandar, 2008: 45).

Pada intinya PTK bertujuan untuk memperbaiki berbagai persoalan

nyata dan praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran dikelas yang dialami

langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang belajar.

2. Kelebihan PTK

PTK memiliki kelebihan yaitu tumbuhnya rasa memiliki melalui kerja

sama dalam PTK, tumbuhnya kreativitias dan pemikiran kritis lewat interaksi

terbuka yang bersifat reflektif/evaluatif dalam PTK, dalam kerja sama ada

saling merangsang untuk berubah dan meningkatnya kesepakatan lewat kerja

(23)

29

PTK memiliki keunggulan menurut Intan Pulungan, (2005:16) yaitu:

 Praktis dan langsung relevan untuk situasi yang aktual

 Kerangka kerja teratur

 Berdasarkan pada observasi nyata dan objektif  Fleksibel dan adaptif

 Dapat digunakan untuk inovasi pembelajaran.

 Dapat digunakan untuk mengembangkan kurikulum tingkat kelas.

 Dapat digunakan untuk meningkatkan kepekaan atau profesionalisme

guru. (sumut.kemenag.go.id)

3. Model PTK

Peneliti memilih model Penelitian Tindakan Kelas dari Kemmis dan

Mc. Taggart. Model PTK yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart

adalah model pengembangan dari model Kurt Lewin. Dikatakan demikian,

karena di dalam suatu siklus terdiri atas empat komponen, keempat

komponen tersebut, meliputi: (1) perencanaan, (2) aksi/tindakan, (3)

observasi, dan (4) refleksi. Sesudah suatu siklus selesai di implementasikan,

khususnya sesudah adanya refleksi, kemudian diikuti dengan adanya

perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam bentuk siklus tersendiri.

Menurut Kemmis dan Mc Taggart (dalam Rafi′uddin, 1996) penelitian

tindakan dapat dipandang sebagai suatu siklus spiral dari penyusunan

perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi

yang selanjutnya mungkin diikuti dengan siklus spiral berikutnya. Dalam

(24)

30

Siti Haerunisa, 2013

rencana tindakan (yang didasarkan pada pengalaman) sehingga dapat

langsung memulai tahap tindakan. Ada juga peneliti yang telah memiliki

seperangkat data, sehingga mereka memulai kegiatan pertamanya dengan

kegiatan refleksi.

Akan tetapi pada umumnya para peneliti mulai dari fase refleksi awal

untuk melakukan studi pendahuluan sebagai dasar dalam merumuskan

masalah penelitian. Selanjutnya diikuti perencanaan, tindakan, observasi, dan

refleksi yang dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Perencanaan

Penyusunan perencanaan didasarkan pada hasil penjajagan refleksi

awal. Secara rinci perencanaan mencakup tindakan yang akan dilakukan

untuk memperbaiki, meningkatkan atau mengubah perilaku dan sikap yang

diinginkan sebagai solusi dari permasalahan-permasalahan. Perlu disadari

bahwa perencanaan ini bersifat fleksibel dalam arti dapat berubah sesuai

dengan kondisi nyata yang ada.

2. Tindakan

Pelaksanaan tindakan menyangkut apa yang dilakukan peneliti

sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang dilaksanakan

berpedoman pada rencana tindakan. Jenis tindakan yang dilakukan dalam

PTK hendaknya selalu didasarkan pada pertimbangan teoritik dan empiric

agar hasil yang diperoleh berupa peningkatan kinerja dan hasil program yang

(25)

31

3. Observasi (pengamatan)

Kegiatan observasi dalam PTK dapat disejajarkan dengan kegiatan

pengumpulan data dalam penelitian formal. Dalam kegiatan ini peneliti

mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau

dikenakan terhadap siswa. Istilah observasi digunakan karena data yang

dikumpulkan melalui teknik observasi.

4. Refleksi

Pada dasarnya kegiatan refleksi merupakan kegiatan analisis, sintesis,

interpretasi terhadap semua informasi yang diperoleh saat kegiatan tindakan.

Dalam kegiatan ini peneliti mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan

hasil-hasil atau dampak dari tindakan. Setiap informasi yang terkumpul perlu

dipelajari kaitan yang satu dengan lainnya dan kaitannya dengan teori atau

hasil penelitian yang telah ada dan relevan. Melalui refleksi yang mendalam

dapat ditarik kesimpulan yang mantap dan tajam.

Refleksi merupakan bagian yang sangat penting dari PTK yaitu untuk

memahami terhadap proses dan hasil yang terjadi, yaitu berupa perubahan

sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan. Pada hakekatnya model Kemmis

dan Taggart berupa perangkat-perangkat atau untaian dengan setiap perangkat

terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan

refleksi yang dipandang sebagai suatu siklus. Banyaknya siklus dalam PTK

tergantung dari permasalahan-permasalahan yang perlu dipecahkan, yang

(26)

32

Siti Haerunisa, 2013

dilaksanakan oleh para guru di sekolah pada umumnya berdasar pada model

(2) ini yaitu merupakan siklus-siklus yang berulang.

Secara mudah PTK yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart

(27)

33

?

Gambar 3.1

Siklus Penelitian Tindakan Kelas Sumber: Suharsimi Arikunto (2012:16)

PRA SIKLUS

Observasi

Refleksi

Perencanaan

Pelaksanaan

SIKLUS I

Pengamatan

Refleksi

Perencanaan

Pelaksanaan

SIKLUS II

(28)

34

Siti Haerunisa, 2013

D. Prosedur Penelitian

Secara mendetail Kemmis dan Taggart menjelaskan tahap-tahap

penelitian tindakan yang dilakukannya. Permasalahan penelitian difokuskan

kepada siswa dalam pembelajaran. Daur ulang dalam penelitian tindakan kelas

diawali dengan perencanaan tindakan (planning), penerapan tindakan (action),

mengobservasi dan mengevaluasi proses (observation and evaluation) dan refleksi

(reflecting). Dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan

tercapai (kriteria keberhasilan).

1. Pra Siklus

a. Observasi

Pada kegiatan ini peneliti mengamati aktivitas siswa selama proses

pembelajaran berlangsung. Dalam proses pembelajaran IPA siswa belum

menggunakan LKS, sehingga kurangnya suasana belajar yang kurang

kondusif. Hasil observasi menunjukkan bahwa dalam mengajar guru

belum menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) atau guru jarang

melakukan pembelajaran secara berkelompok dengan menggunakan

LKS, sehingga interaksi antara siswa yang satu dengan yang lain

masih kurang.

b. Refleksi

Setelah melakukan observasi, peneliti bersama guru mengkaji atau

mengevaluasi kelemahan-kelemahan dan kekurangan yang muncul pada

(29)

35

mengadakan revisi untuk perencanaan tindakan selanjutnya. Dari

permasalahan di atas akan dijadikan bahan bagi peneliti untuk

memperbaiki proses pembelajaran IPA melalui penggunaan Lembar Kerja

Siswa (LKS). Dengan menggunakan LKS diharapkan mampu

meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA.

2. Siklus I

a. Perencanaan

Siklus I diawali dengan perencanaan. Kegiatan ini dimaksudkan

untuk mengadakan rancangan kegiatan yang akan dilakukan setelah

melihat dan mengamati keadaan sebenarnya di lapangan. Rancangan

kegiatan ini didapat setelah diadakan diskusi antara peneliti dan guru yang

bersangkutan menyangkut perbaikan (revisi). Adapun langkah-langkah

perencanaan disusun sebagai berikut :

1) Menetapkan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan materi yang

akan diajarkan.

2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

3) Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan sebagai alat

peraga.

4) Membuat LKS disertai pedoman penilaian.

5) Membuat bahan tes evaluasi

b. Tindakan

Pada tahap ini guru mulai melakukan tindakan-tindakan dalam

(30)

36

Siti Haerunisa, 2013

kelas V dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS dirancang

dengan mengembangkan pada aspek bagaimana kemampuan siswa dalam

memecahkan masalah sesuai dengan tujuan penelitian.

c. Observasi

Kegiatan observasi dilakukan oleh peneliti selama proses kegiatan

belajar IPA berlangsung. Sasaran yang diamati atau dipantau adalah proses

belajar siswa serta penilaian dan hasilnya. Pengamatan tersebut dilengkapi

dengan adanya lembar observasi dan hasil belajar.

d. Refleksi

Mengkaji atau mengevaluasi hasil temuan atau

kelemahan-kelemahan yang muncul, baik yang berkaitan dengan aktifitas guru

maupun siswa di kelas dan menentukan revisi rencana tindakan untuk

siklus berikutnya.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini akan digunakan beberapa instrumen penelitian

diantaranya obseravsi, studi dokumentasi, dan tes hasil belajar. Tiga teknik

tersebut diuraikan sebagai berikut :

1. Observasi

Observasi dapat diartikan sebagai suatu pengamatan yang dilakukan

secara sengaja, sistematis mengenai fenomena sosial dengan psikis untuk

(31)

37

Observasi adalah suatu usaha sadar untuk mengumpulkan data yang

dilakukan secara sistematis dengan prosedur yang standar. (Suharsimi,

2006:222).

Observasi dalam PTK digunakan sebagai pemantau guru dan siswa.

observasi digunakan untuk mencatat setiap tindakan guru dalam siklus

kegiatan pembelajaran untuk menemukan kelemahan guru guna dievaluasi

dan diperbaiki pada siklus pembelajaran berikutnya. Dan observasi juga

digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang perilaku-perilaku para

siswa terhadap tindakan yang diberikan oleh guru.

Metode observasi yang digunakan oleh peneliti adalah model

sistematis, dimana peneliti sebelum melakukan observasi ke lapangan terlebih

dahulu membuat instrument observasi, yang akan digunakan pada proses

pembelajaran IPA pada materi Gaya Magnet baik dengan LKS atau tanpa

LKS.

Tabel 3.1

Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran IPA dengan

menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS)

(32)

38

pertanyaan, jelas atau

berbelit-belit.

1.Partisipatis peran serta

siswa dalam kegiatan

pembelajaran.

2. Aktivitas siswa dalam

setiap fase kegiatan

pembelajaran.

informasi tentang materi

gaya magnet.

4 Keaktifan siswa dalam

diskusi

1. Partisipatif dalam

diskusi kelompok.

(33)

39

kelompok teman sekelompok.

3. Inisiatif yang timbul

dalam kegiatan diskusi

kelompok.

4. Kekompakan dalam

diskusi kelompok.

Jumlah nilai yang diperoleh Persentase

Kriteria Penilaian :

Nilai 4 Jika 4 deskriptor tampak

3 Jika 3 deskriptor tampak

2 Jika 2 deskriptor tampak

1 Jika 1 deskriptor tampak

Untuk mengetahui persentase belajar siswa

Keterangan :

Presentase rata-rata (%):

80 atau lebih : Sangat baik

60 - 79,99 : Baik

40 - 59,99 : Cukup

20 - 39,99 : Kurang

0 – 19,99 : Sangat Kurang Persentase =jumlah skor yang diperoleh

(34)

40

Siti Haerunisa, 2013

2. Tes Hasil Belajar

Tes merupakan serangkaian soal yang harus dijawab oleh siswa. Tes

merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau

mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang telah

ditentukan (Suharsimi, 2005:53). Dalam penelitian tes digunakan untuk

menjaring data tentang hasil belajar siswa. Pemberian tes ditujukan untuk

mengetahui sejauh mana perkembangan dari setiap siklus. Menurut

Suharsimi Arikunto (1996:138) “Tes adalah serentetan pertanyaan atau

latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,

pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu

atau kelompok”.

Tes dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang hasil belajar

terhadap materi Gaya Magnet, tes dilaksanakan pada setiap tindakan. Bentuk

tes yang digunakan yaitu tes objektif bentuk soal isian singkat berjumlah 10

soal .

Kriteria penilaian adalah sebagai berikut:

(35)

41

F. Analisis Data

1. Kategorisasi Data

Data yang diperoleh peneliti dan guru, dipilah-pilah dan disusun

menjadi dua kategori yaitu hasil belajar siswa dan aktifitas siswa dalam

pembelajaran. Hal ini mempermudah dalam menganalisis data.

2. Analisis Data

Data yang terkumpul, baik melalui tes maupun hasil observasi akan

dilakukan analisis deskriptif sesuai dengan fokus penelitian. Analisi deskriptif

yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a) Analisis Pengamatan Aktifitas Siswa

Untuk menganalisis data aktifitas siswa yang diamati digunakan teknik

presentase (%).

b) Analisis Tes Hasil Belajar

Data yang diperoleh dari hasil tes yang dilakukan pada akhir

pembelajaran kemudian dianalisis dengan menggunakan indikator Daya

Serap Klasikal (DSK), sebagai berikut:

DSK = jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥70

(36)

42

Siti Haerunisa, 2013

Ketuntasan hasil belajar klasikal dinyatakan berhasil jika persentase

(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu alternatif pembelajaran

yang tepat bagi peserta didik karena LKS membantu peserta didik untuk

menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar

secara sistematis.

Dengan adanya Lembar Kerja Siswa (LKS) diharapkan dapat menjadikan

siswa menjadi lebih aktif dan cepat tanggap, serta kreatif. LKS Dapat pula

digunakan dalam pendekatan keterampilan proses, dimana siswa berlatih

mengumpulkan konsep sebanyak-banyaknya tentang materi yang akan dipelajari

melalui LKS dan kemudian didiskusikan untuk memperoleh kesimpulan

mengenai definisi dan karakteristik materi yang dipelajari.

Hendaknya guru harus lebih kreatif untuk menyampaikan pelajaran yang

membuat siswa lebih cepat paham. Salah satu cara adalah dengan menggunakan

Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS dapat membantu guru dalam pemberian tugas

kepada siswa khususnya mata pelajaran IPA.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

1. Penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam pembelajaran IPA

dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi gaya magnet. Hal

(38)

68

Siti Haerunisa, 2013

siklus mencapai rata-rata 5,3 pada siklus I mencapai 6,4 sedangkan

pada siklus mencapai 7,5 dan pada siklus III mencapai 8,7.

2. Penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam pembelajaran IPA

dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi gaya magnet.

Hal ini dapat kita lihat dari persentase hasil analisis pengamatan pada

aktivitas siswa. Pada siklus I hanya sebesar 50% sedangkan siklus II

sebesar 73,75% dan pada siklus III sebesar 82,5%.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti merekomendasikan kepada

pihak-pihak yang terkait, diantaranya:

1. Guru

Hendaknya guru harus lebih kreatif untuk menyampaikan pelajaran

yang membuat siswa lebih cepat paham. Salah satu cara adalah

dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS dapat

membantu guru dalam pemberian tugas kepada siswa khususnya mata

pelajaran IPA. Hal ini sangat penting agar siswa terbiasa untuk

menemukan dan menciptakan sesuatu yang berguna dalam kehidupan

sehari-hari.

2. Kepala Sekolah

Kepala sekolah diharapkan agar memberikan kesempatan kepada guru

untuk menambah wawasannya, misalnya dengan mengikuti seminar,

pelatihan, penelitian yang dapat mendukung kepada proses belajar

(39)

69

sekolah harus terus memotivasi para guru untuk selalu meningkatkan

aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dan menciptakan

pembelajaran yang efektif serta menyenangkan.

3. Peneliti Lain

Hasil studi ini dapat dijadikan rujukan untuk mengembangkan

kemampuan meneliti agar ditemukan cara baru yang lebih efektif

untuk meningkatkan profesionalisme guru dalam kegiatan belajar

(40)

Siti Haerunisa, 2013

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S., Suhardjono. dan Supardi. (2012). Penelitian Tindakan Kelas.

Jakarta: Bumi Aksara.

Azhar, Arsyad. (2004). Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Bulu, Batjo. (1993). Menulis dan Menerapkan LKS. Ujung Pandang : Depdikbud

Sulsel.

Dhari, HM. dan Dharyono, AP. (1988). Perangkat Pembelajaran. Malang:

Depdikbud.

Depdiknas, (2006). KTSP: Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPA Sekolah

Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Pusat Kurikulum.

Depdiknas, (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Kerangka Dasar.

Jakarta: Pusat Kurikulum.

Hamalik, Oemar. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta.

Hamdani. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

Hasjim. (2001). Kiat Belajar Sukses. Surakarta : Tiga Serangkai.

Kunandar, dkk. (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai

Pengembangan Profesi Guru.Jakarta: Rajawali Press.

Mulyasa, E. (2005). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Laksmi, Shrie Saraswati. (2003). Upaya Menumbuhkan Keberanian Siswa SLTP

untuk Mengajukan Pertanyaan dan Mengemukakan Gagasan Melalui Model

Latihan Inkuiri. Tesis pada Program Pascasarjana UPI Bandung : tidak

(41)

Listiana, Lina. (2012). Penggunaan Lembar Kerja Siswa Dalam Pembelajaran

Sains Pada Konsep Energi Bunyi Dalam Meningkatkan Hasil Belajar

Siswa. Skripsi pada KD UPI Serang: Tidak diterbitkan.

Nasution. (1996). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Nurlaili. (2011). “Pengukuran Tingkat Keterbacaan Wacana dalam LKS Mata

Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas 4-6 SD dan Keterampilannya”. 1, 167.

Rahmat., Sunarto. (2007). Sains Sahabatku. Jakarta: Ganeca Exact.

Rohaeti, Eli, dkk. “ Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Mata Pelajaran Sains Kimia Untuk SMP Kelas VII, VIII, IX”. 19.

Samatowa, Usman. (2006). Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar.

Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Syarifudin, dkk. (2006). Landasan Pendidikan. UPI PRESS. Bandung.

Sudiati. (2004). Kiat Menulis Esai Ulasan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana

Indonesia.

Suryabrata, Sumadi. (2006). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Suyanto. (1997). Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Pengenalan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Dirjen Dikti.

Suyitno. (2006). Petunjuk Praktis Penelitian Tindakan Kelas Untuk Penyusunan

Skripsi. Semarang : Universitas Negeri Semarang.

http://fip.uny.ac.id [15 Januari 2013]

http://sumut.kemeneg.go.id [20 Februari 2013]

http://lenterakecil.com/pengertian-lembar-kerja-siswa-lks/ [21 Januari 2013 ]

http://www.dhanay.co.cc/2010/10/langkah-langkah-penulisan-lks.html [25 Februri

2013]

(42)

Siti Haerunisa, 2013

Gambar

 Gambar 3.1Siklus Penelitian Tindakan Kelas
Tabel 3.1

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (i) hubungan sosial ekonomi pengamba’ dan nelayan berpola patron-klien, (ii) permodalan yang diberikan oleh pengamba’ nelayan berdampak

Hanya saja, kondisi menyayat hati yang demikian, hingga hari ini masih banyak 

terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII materi bangun datar segitiga di MTsN Tunggangri tahun pelajaran 2015/2016. Windows terhadap

Berdasarkan rumusan masalah, cara untuk membuat sistem pemberian pakan pada kandang kucing adalah dengan berbagai peralatan seperti ATMega16, relay , motor dc ,

Tahun Anggaran 2016, maka bersama ini kami Kelompok Kerja Konstruksi Unit Layanan Pengadaan Barang / Jasa Daerah Kabupaten Lamandau mengundang Direktur

Berdasarkan latar belakang dan masalah pokok yang dikemukakan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis yaitu “Bahwa pemberian program kesejahteraan karyawan

Berkenaan dengan hal tersebut, agar Saudara dapat membawa dokumen asli atau rekaman yang sudah dilegalisir oleh pihak yang berwenang dan jaminan penawaran asli untuk setiap data

Penambahan ekstrak buah mangga dengan konsentrasi berbeda (0, 1, 3 dan 5%) pada drink yoghurt memberikan hasil yang berbeda nyata (P<0,05) terhadap nilai pH dan tekstur