• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - 8. BAB I Revisi I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - 8. BAB I Revisi I"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Literasi sains merupakan kemampuan untuk memakai pengetahuan sains, proses identifikasi dari pertanyaan-pertanyaan, memberi kesimpulan yang berasal dari bukti-bukti dalam menguasai dan memberikan kepastian tentang perubahan alam yang dilaksanakan atas alam dari manusia. Kemampuan literasi sains dinyatakan seperti keahlian dari seseorang dalam mengidentifikasi fakta sains berdasarkan oleh beragam informasi, mempelajari dan menganalisis kemampuan dalam mengorganisasi,

menginterprestasikan serta informasi sains1. Literasi sains merupakan kemampuan kompleks seseorang sehingga seseorang mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya terutama dalam menghadapi persaingan global saat ini2. Selaras dengan firman Allah SWT pada Al- Qur’an surat Al- Alaq yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan pemerintahan untuk belajar, yaitu:

                        

1 Lutfi Rizkita, Hadi Suwono, and Herawati Susilo, ‘Analisis Kemampuan Awal Literasi Sains Siswa SMA Kota Malang’, 2016. h, 772

(2)

Artinya:bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Q.S Al-‘Alaq 96 ayat: 1-5).3

Allah SWT memerintahkan dalam ayat tersebut untuk membaca yaitu mempelajari ilmu pengetahuan harus berfikir secara teratur.Sebab, manusia lahir tidak mengetahui apa-apa sehingga membaca merupakan kunci dari ilmu

pengetahuan. Pengetahuan manusia didapatkan dari proses pembelajaran yang disatukan oleh akal serta pendengaran dan penglihatan.

Literasi sains sangat penting untuk di kuasi oleh peserta didik, khususnya untuk peserta didik yang mendekati akhir wajib sekolah atau yang berusia 15 tahun yang mana di usia ini peserta didik mempersiapkan dalam menemui tantangan bagaimana peserta didik bisa mengetahui lingkungan hidup, ekonomi, kesehatan serta masalah-masalah lain pada masyarakat zaman modern4. Indonesia sudah berpartisifasi untuk study Internasiaonal Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) dan Program For International Student Assessment (PISA) dari tahun 1999. Hasil studi beberapa kali laporan dari TIMSS dan PISA bahwa pencapaian peserta didik Indonesia kurang. Hal ini dikarenakan sebagian besar materi uji yang dinyatakan di TIMSS dan PISA belum ada pada kurikulum Indonesia5. Literasi sains diukur pencapaian skor rata-rata empat tahun sekali menggunakan TIMSS dan PISA.

3 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Surabaya: CV Agung Harapan, 2016), h. 904.

4 Risa Hartati and Ardian Asyhari, ‘Profil Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Siswa Melalui Pembelajaran Saintifik’, Pendidikan Fisika Al-Biruni, 4.1 (2015). h, 2

(3)

Tabel 1.1 Skor Kemampuan Literasi Sains Peserta Didik Indonesia Hasil Studi TIMSS dari Tahun 1999-2011.

Tahun Studi X Ind X 1 N

1999 435 32 38

2003 420 31 46

2007 433 35 49

2011 406 40 45

Hasil tersebut menyatakan peringkat literasi sains peserta didik Indonesia menurun, serta semakin banyak negara yang mengikuti tes literasi sains maka negara Indonesia semakin menurun tingkat prestasinya.Selain itu, menurut PISA pencapaian literasi sains pesrrta didik Indonesia dapat diukur secara periodik setiap lima tahun sekali6.

Tabel 1.2 Skor Kemampuan Literasi Sains Peserta Didik Indonesia Hasil Studi PISA dari Tahun 2000-2012.

Tahun Studi X Ind X 1 N

2000 393 38 41

2003 395 38 40

2006 393 50 57

2009 383 60 65

2012 382 64 65

Keterangan:

X Ind : Skor yang didapat Indonesia X 1 : Pringkat Prestasi

N : Jumlah Negara yang mengikuti tes literasi sains

Negara yang selalu konsisten mengikuti penilaian dari PISA yaitu salah satunya Indonesia. Menurut PISA, Indonesia telah jauh di bawah rata-rata

internasional dari rata-rata skor prestasi literasi sains. Hal tersebut menyatakan bahwa

(4)

Indonesia masih rendah dalam kemampuan literasi sains7 Rendahnya literasi sains terjadi juga di MTs Hasanuddin Teluk Betung Bandar Lampung yang ditunjukkan pada tebel di bawah ini.

Tabel 1.3 Hasil Awal Kemampuan Literasi Sains Peserta didik

Indikator Literasi Sains Presentasi Keterangan

Pengetahuan Sains 21 % Sangat Rendah

Mengidentifikasi Permasalahan Secara Ilmiah

19 % Sangat Rendah Menjelaskan Fenomena Sains

Secara Ilmiah

27 % Sangat Rendah

Menggunakan Bukti Ilmiah 16 % Sangat Rendah

Tabel 1.4 Katagori Literasi Sains

Interval Keterangan

86 % – 100% Sangat Tinggi 76 % – 86 % Tinggi

60 % – 75 % Sedang 55 % - 59 % Rendah

≤ 54 % Sangat Rendah Sumber: dimodifikasi dari Purwanto

Berdasarkan tabel 1.3 hasil kemampuan awal literasi sains peserta didik yang diuji dengan memakai instrumen tes bentuk 20 soal pilihan ganda yang didapatkan sangat rendah. Untuk mengatasi rendahnya literasi sains peserta didik, maka peneliti memberikan solusi yaitu dengan menggunakan model pembelajaran bisa membuat peserta didik dapat berfikir keras pada saat pembelajaran berlangsung sehingga kemampuan literasi sains peserta didik bisa meningkatkan. Cara dalam mengatasi masalah diatas salah satunya dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

Talking Stick dan Group investigation.

(5)

Model pembelajaran Kooperatif tipe Taking Stick yaitu pembelajaran kelompok berbantu tongkat. Model pembelajaran tersebut masuk dalam model pembelajaran aktif yang bisa membuat peserta didik mengingat serta menguji kemampuan dari apa yang sudah mereka pelajari pada saat pendidik menyampaikan materi pembelajaran8. Sesuai dengan yang terkandung dalam Al-Qur’an surat Ali-Imran ayat 191 yaitu:

                    



Artinya :

“(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka” (Q.S Ali-Imran ayat: 191).9

Ayat diatas menyatakan, Allah SWT memberitahukan supaya manusia selalu aktif serta berpikir kritis. Berfikir merupakan potensi dasar dari kemampuan peserta didik menggunakan akalnya. Manusia mendaptkan pengetahuan dari berpikir maka pemikiran manusia akan semakin mendalam. Pengetahuan dapat diperoleh dari sekolah, antara lain dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam. Jika dikaitkan pada model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick dan Group Investigation (GI) sehingga ayat tersebut menyatakan sebagaian dari model pembelajaran bahwa manusia yang selalu aktif dan berfikir kritis. Dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick dan Group Investigation (GI) dapat

8 Wahyudiantari, Parmiti, and Wayan Romi Sudhita, ‘Pengeruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick Berbantuan Multimedia Pembelajaran Interaktif Dalam Meningkatkan Hasil Belajar’, Universitas Pendidikan Ganesha, Jurusan Teknologi, 3.1 (2015). h, 2

(6)

menilai pesiapan peserta didik dalam belajar. Membentuk pengetahuan peserta didik untuk membaca dan memahami isi materi serta mempengaruhi peserta didik agar siap dalam segala hal10.

Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) ialah model pembelajaran yang mampu membentuk kemampuan berfikir peserta didik secara mandiri dan kritis, juga dapat membantu peserta didik untuk memecahkan permasalahan pada kelompok11. Group Investigation (GI) ialah suatu jenis

pembelajaran kooperatif yang mudah pada penerapanya, mengaitkan seluruh aktivitas peserta didik tanpa adanya perbedaan status, mengaitkan tugas peserta didik selaku tutor sebaya yang memuat unsur penguatan. Pada model tersebut peserta didik dibagi kedalam beberapa tim yang berbeda-beda jenis kelamin, tingkat kemampuan dan latar belakang etniknya. Kelompok tersebut terdiri dari empat sampai enam orang.

Pendidik akan menyampaikan masalah dari suatu fenomena yang harus dipelajari bersama tim yang telah ditentukkan. Selanjutnya dilaksanakan evaluasi tahap akhir pembelajaran guna melihat seluruh anggota tim sudah memahami pelajaran. Penerapan model tersebut bisa membuat proses pembelajaran menarik bagi peserta didik dan menumbuhkan ketrampilan proses peserta didik sehingga peserta didik dapat termotivasi serta mendapat minat dalam belajar.

Hasil dari wawancara guru mata pelajaran IPA kelas VIII MTs Hasanuddin Teluk Betung Bandar Lampung, bisa diberi kesimpulan bahwa model pembelajaran

10 Wahyudiantari, Parmiti, and Sudhita., Op. Cit, h, 3

11 Wahyu Wijayanti, Sudarno Herlambang, and Marhadi K Slamet, ‘Pengaruh Model

(7)

yang diterapkan oleh pendidik bervariasi namun kurang menarik dan membosankan. Dalam proses pembelajaran pendidik menggunakan metode ceramah dan diskusi. Sehingga dalam proses pembelajaran masih berpusat pada pendidik (Teacher Center). Dan di sekolahan tersebut belum pernah menekankan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dan group investigation terhadap kemampuan literasi sains peserta didik12. Sehingga peneliti melaksanakan penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Talking Stick dan Group Investigation Terhadap Kemampuan Literasi Sains Peserta Didik”.

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah berdasarkan latar belakang diatas, yaitu ; 1. Rendahnya Kemampuan literasi sains peserta didik.

2. Penggunaan model pembelajaran belum berorientasi dalam peningkatan kemampuan literasi sains.

3. Pada saat pembelajaran berlangsung metode yang digunakan ialah ceramah dan diskusi.

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah pada penelitian ini berdasarkan identifikasi masalah, ialah :

1. Model pembelajaran menggunakan model Kooperatif tipe Talking Stick dan

Group Investigation (GI)

(8)

2. Aspek yang digunakan untuk kemampuan literasi sains yaitu aspek kompetensi, pengetahuan serta konteks sains.

3. Subyek dalam penelitian yaitu peserta didik kelas VIII semester ganjil tahun pelajaran 2018/2019 di MTs Hasanuddin Bandar Lampung.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dikemukakan, sehingga rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah Terdapat Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Taking Stick dan Group Investigation Terhadap Kemampuan Literasi Sains Peserta Didik?

2. Apakah Ada Perbedaan Antara Masing-Masing Kategori Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick dan Group Investigation (GI) Terhadap Kemampuan Literasi Sains Peserta Didik?

E. Tujuan Penelitian

(9)

1. Apakah Terdapat Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Taking Stick dan Group Investigation Terhadap Kemampuan Literasi Sains Peserta Didik

2. Apakah Ada Perbedaan Antara Masing-Masing Kategori Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking StickDanGroup Investigation (GI) Terhadap Kemampuan Literasi Sains Peserta Didik

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini, ialah : 1. Bagi Peneliti

Membantu mendapatkan informasi tentang literasi sains yang diperoleh pada pembelajaran dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dan group investigation (GI).

2. Bagi Pendidik

a. Membantu mendapatkan informasi kepada pendidik tentang model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dan group investigation yang alternatif untuk menumbuhkan literasi sains peserta didik.

b. Memberikan informasi mengenai sikap respon peserta didik dari diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dan

(10)

a. Membantu mendapatkan pengelaman baru, peserta didik lebih terdorong terlibat pada pembelajaran di kelas, sehingga kemampuan literasi sains peserta didik bisa meningkat.

b. Dengan mengunakan model pembelajran kooperatif tipe talking stick dan

group investigation dapat mempermudahkan peserta didik dalam meningkatkan kemampuan literasi sains.

4. Bagi Sekolah

Memberikan pengetahuan mengenai model pembelajaran kooperatif tipe

Gambar

Tabel 1.2  Skor Kemampuan Literasi Sains Peserta Didik Indonesia Hasil Studi PISA dari Tahun 2000-2012.
Tabel 1.3 Hasil Awal Kemampuan Literasi Sains Peserta didik

Referensi

Dokumen terkait

Madrasah Aliyah Kota Yogyakarta merupakan madarasah yang berada di Kota Yogyakarta yang terdiri dari dua Madrasah Aliyah Negeri, yaitu Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1

“Penerapan Model CTL (Contextual Teaching and Learning) menggunakan CD interaktif untuk meningkatkan hasil belajar IPS Siswa kelas V SD negeri plumbon 02 Kab.semarang”

Penelitian ini dilakukan dengan merumuskan tiga permasalahan yaitu : Pertama adalah Bagaimana bargaining position dalam keluarga pada suami peserta KB metode

Nilai durasi interval PR selama teranestesi yang ditunjukkan oleh grup I tidak berbeda dengan nilai awalnya, begitu pula grup II, III, IV, dan grup V, menandakan bahwa perlakuan

Dalam perkembangannya, muncul tuntutan agar Kementerian Luar Negeri beserta jajaran sumber daya manusianya maupun anggaran yang disediakan harus berkinerja, dengan

Keluhan yang sering muncul pada ibu hamil berkaitan dengan eliminasi adalah konstipasi dan sering buang air kecil. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan

[r]

Dengan mengetahui bahwa keragaman dan pengambilan keputusan memiliki pengaruh terhadap elaborasi informasi tim serta berdampak terhadap kinerja tim, maka diharapkan