BAB IV
ANALISIS SOSIAL EKONOMI DAN LINGKUNGAN
RPIJM Bidang Cipta Karya membutuhkan kajian pendukung dalam hal lingkungan dan sosial untuk meminimalkan pengaruh negatif pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya terhadap lingkungan permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan. Kajian Analisis Sosial ekonomi dan lingkungan meliputi acuan peraturan perundang-undangan, kondisi eksisting sosial ekonomi dan lingkungan, analisis dengan instrumen, serta pemetaan antisipasi dan rekomendasi perlindungan sosial ekonomi dan lingkungan yang dibutuhkan.
4.1 Analisis Sosial
Analisis sosial terkait dengan pengaruh pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya
kepada masyarakat pada taraf perencanaan, pembangunan, maupun pasca
pembangunan/pengelolaan. Pada taraf perencanaan, pembangunan infrastruktur permukiman seharusnya menyentuh aspek-aspek sosial yang terkait dan sesuai dengan isu-isu yang marak saat ini, seperti pengentasan kemiskinan serta pengaruh gender. Sedangkan pada saat pembangunan kemungkinan masyarakat terkena dampak sehingga diperlukan proses konsultasi, pemindahan penduduk dan pemberian kompensasi, maupun permukiman kembali. Kemudian pada pasca pembangunan atau pengelolaan perlu diidentifikasi apakah keberadaan infrastruktur Bidang Cipta Karya tersebut membawa manfaat atau peningkatan taraf hidup bagi kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.
4.1.1 Aspek Sosial pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Aspek sosial pada perencanaan pembangunan Bidang Cipta Karya diharapkan mampu melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral. Salah satu aspek yang perlu ditindaklanjuti adalah isu kemiskinan sesuai dengan kebijakan internasional. MDGs dan Agenda Pasca 2015, serta arahan kebijakan pro rakyat sesuai direktif presiden.
Menurut standar BPS terdapat 14 kriteria yang dipergunakan untuk menentukan keluarga/rumah tangga dikategorikan miskin, yaitu :
1) Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang. 2) Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan.
3) Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa diplester.
4) Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain. 5) Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
6) Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan. 7) Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah. 8) Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu. 9) Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.
10) Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.
11) Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.
12) Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 500 m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per bulan.
13) Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga : tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya SD.
14) Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan minimal Rp. 500.000,- seperti sepeda motor kredit/non kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.
Jika minimal 9 variabel terpenuhi maka suatu rumah tangga dikategorikan sebagai rumah tangga miskin.
4.1.2 Aspek Sosial pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya secara lokasi, besaran kegiatan, dan durasi berdampak terhadap masyarakat. Untuk meminimalisir terjadinya konflik dengan masyarakat penerima dampak maka perlu dilakukan beberapa langkah antisipasi, seperti konsultasi, pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan, serta permukiman kembali.
1. Konsultasi Masyarakat
wilayahnya. Hal ini sangat penting untuk menampung aspirasi mereka berupa pendapat, usulan serta saran-saran untuk bahan pertimbangan dalam proses perencanaan. Konsultasi masyarakat perlu dilakukan pada saat persiapan program Bidang Cipta Karya, persiapan AMDAL dan pembebasan lahan.
2. Pengadaan Lahan dan Pemberian Kompensasi Untuk Tanah dan Bangunan
Kegiatan pengadaan tanah dan kewajiban pemberian kompensasi atas tanah dan bangunan terjadi jika kegiatan pembangunan bidang cipta karya berlokasi di atas tanah yang bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil harus dilakukan untuk meningkatkan, atau memperbaiki, pendapatan dan standar kehidupan warga yang terkena dampak akibat kegiatan pengadaan tanah ini.
3. Permukiman Kembali Penduduk(resettlement)
Seluruh proyek yang memerlukan pengadaan lahan harus mempertimbangkan adanya kemungkinan pemukiman kembali penduduk sejak tahap awal proyek. Bilamana pemindahan penduduk tidak dapat dihindarkan, rencana pemukiman kembali harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga penduduk yang terpindahkan mendapat peluang ikut menikmati manfaat proyek. Hal ini termasuk mendapat kompensasi yang wajar atas kerugiannya, serta bantuan dalam pemindahan dan pembangunan kembali kehidupannya di lokasi yang baru. Penyediaan lahan, perumahan, prasarana dan kompensasi lain bagi penduduk yang dimukimkan jika diperlukan dan sesuai persyaratan.
TABEL 4.3
KEGIATAN PEMBANGUNAN CIPTA KARYA YANG MEMBUTUHKAN KONSULTASI, PEMINDAHAN PENDUDUK DAN PEMBERIAN KOMPENSASI SERTA PERMUKIMAN
KEMBALI
No.
Komponen Program dan
Kegiatan
Tahap I Tahap II Arahan Lokasi
Konsultasi
Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada TidakAda
2.
Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada TidakAda
3.
Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada TidakAda
4.
Masterplan Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada TidakAda
Ket :
*) Informasi Kegiatan Mencakup Lokasi
4.1.3 Aspek Sosial pada Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
sederhana dapat terukur, seperti kemudahan mencapai lokasi pelayanan infrastruktur, waktu tempuh yang menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk mendapatkan akses pelayanan tersebut.
4.2 Analisis Ekonomi
Untuk mengetahui dampak ekomoni kita perlu mengkaji/ menganalisa dari pembangunan bidang Cipta Karya yang telah atau akan di laksanakan
1. Data Pembangunan Bidang Cipta Karya dan dampaknya
Kegiatan Sektor Dampak Ekonomi
Bangkim
1. Penanganan Kawasan Kumuh Memperlancar akses dalam kawsn
2. Pemb.Infrastruktur Kwsn Agropolitan Memperlancar transportasi kwsn pertanian
PBL
1. Pembangunan RTH Menjadi Spot Kwsn Sosialisasi Publik
2. Pemb Kwsn Wisata Meningkatkan incame PKL di kwsn Wisata
PLP
1. Pembangunan TPA Kesehatan Masyarakat
2. Pembangunan IPAL Kesehatan Masyarakat
Air Minum
1. Pembangunan SPAM Kesehatan Masyarakat
Mempermudah Akses Air Minum
4.3. Analisis Lingkungan
Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya oleh pemerintah kabupaten/kota telah mengakomodasi prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
4.3.1. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.
Bagian ini berisikan quick assement KLHS RPIJM. Diagram alir pentahapan pelaksanaan KLHS adalah sebagai berikut :
GAMBAR 4.1 DIAGRAM ALIR PENTAHAPAN PELAKSANAAN KLHS
TABEL 4.1
KRITERIA PENAPISAN USULAN PROGRAM/KEGIATAN BIDANG CIPTA KARYA
NO KRITERIA PENAPISAN
1. Perubahan Iklim Dapat Disesuaikan Tidak Signifikan
2. Kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati
Berpengaruh pd Ekosistem
Lingkungan Alam Signifikan
3.
Peningkatan intensitas dan
cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan,
Berpengaruh pd.
Pengambilan Keputusan dan Penentuan Areal Mitigasi Bencana
Signifikan
4. Penurunan mutu dan
kelimpahan sumber daya alam
Berpengaruh pd Penentuan
Arah Kebijakan dan Strategis Signifikan
5. Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan,
Berpengaruh pd Penentuan
Arah Kebijakan dan Strategis Signifikan
6.
Peningkatan jumlah penduduk
miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat
Berpengaruh pd Penentuan
Arah Kebijakan dan Strategis Signifikan
7. Peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia
Berpengaruh pd Penentuan
Arah Kebijakan dan Strategis Tidak Signifikan
*) didukung data dan informasi yang menjelaskan apakah kebijakan, rencana dan/atau program yang ditapis menimbulkan risiko/dampak terhadap lingkungan hidup
TABEL 4.2
SAMPEL PROSES IDENTIFIKASI PEMANGKU KEPENTINGAN DAN MASYARAKAT DALAM PENYUSUNAN KLHS BIDANG CIPTA KARYA
Masyarakat dan Pemangku
Kepentingan
Contoh Lembaga
(1) (2)
Pembuat keputusan a. Bupati/Walikota
b. DPRD
Penyusun kebijakan, rencana dan/atau Dinas PU-Cipta Karya
Instansi a. Dinas PU-Cipta Karya b. BPLHD
Masyarakat yang memiliki informasi dan/atau keahlian (perorangan/tokoh/ kelompok)
a. Perguruan tinggi atau lembaga penelitian lainnya
b. Asosiasi profesi
d. LSM/Pemerhati Lingkungan hidup e. Perorangan/tokoh
f. kelompok yang memiliki data dan informasi berkaitan
dengan SDA
Masyarakat terkena Dampak a. Lembaga Adat
b. Asosiasi Pengusaha c. Tokoh masyarakat d. Organisasi masyarakat
e. Kelompok masyarakat tertentu (nelayan, petani dll)
a. Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan
Tujuan identifikasi isu pembangunan berkelanjutan adalah :
1. Penetapan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup atau keterkaitan antar ketiga aspek tersebut;
2. Pembahasan fokus terhadap isu signifikan; dan
3. Membantu penentuan capaian tujuan pembangunan berkelanjutan.
TABEL 4.3
CONTOH PROSES IDENTIFIKASI ISU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN BIDANG CIPTA KARYA
Pengelompokan Isu-isu Pembangunan
Berkelanjutan Bidang Cipta Karya Penjelasan Singkat
(1) (2)
Lingkungan Hidup Permukiman Isu 1: kecukupan air baku untuk air minum Contoh: Kekeringan, menurunnya kualitas air
Kota Parigi mempunyai sumber air baku dari Sungai Parigimpu
dan DAS Parigi-Poso, Bambalemo, Dolago, Tindaki yang masih rawan pencemaran
Isu 2: Pencemaran lingkungan oleh
infrastruktur yang tidak berfungsi maksimal Contoh: pencemaran tanah oleh septictank yang bocor, pencemaran badan air oleh air limbah permukiman
- Pembangunan TPA Sampah dan Pembangunan Sanitasi Berbasis Masyarakat dapat mengurangi resiko pencemaran di Kota Parigi
- Pembangunan TPST 3R secara bertahap
Isu 3: dampak kawasan kumuh terhadap kualitas lingkungan
Contoh: kawasan kumuh menyebabkan penurunan kualitas lingkungan
Ekonomi
Isu 4: kemiskinan berkorelasi dengan kerusakan lingkungan Contoh: pencemaran air mengurangi kesejahteraan nelayan di pesisir
- Kws. pesisir di Kab. Parigi Moutong perlu dilakukan penyediaan
infrastruktur dan PS dasar
- Penataan kws. minapolitan di Kab. Parigi Moutong dapat menarik angkatan kerja serta mengurangi kemiskinan.
Sosial
Isu 5: Pencemaran menyebabkan berkembangnya wabah penyakit Contoh: menyebarnya penyakit diare di permukiman kumuh
4.3.2 Amdal, UKL-UPL, dan SPPLH
Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 8 Tahun 2008.
Tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yaitu :
1. Proyek wajib AMDAL
2. Proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPL
TABEL 4.8
PERBEDAAN INSTRUMEN KLHS DAN AMDAL
Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)
a) Rujukan Peraturan Perundangan
i. UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
ii. Permen LH 09/2011 tentang Pedoman umum KLHS
i. UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
ii. Permen PPU 8/PRT/M/2008 tentang jenis kegiatan bidang PU wajib UKL UPL
iii. Permen LH 5/2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL
b) Pengertian Umum
Rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.
Kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Usaha dan/atau Kegiatan adalah segala bentuk aktivitas yang dapat menimbulkan perubahan terhadap rona lingkungan hidup serta menyebabkan dampak terhadap lingkungan.
c) Kewajiban
pelaksanaan Pemerintah dan Pemerintah Daerah
Pemrakarsa rencana usaha dan/atau kegiatan yang masuk kriteria sebagai wajib AMDAL (Pemerintah/swasta)
d) Keterkaitan studi lingkungan dengan:
i. Penyusunan atau evaluasi RTRW, RPJP dan RPJM ii. Kebijakan, rencana dan/atau program yang berpotensi
menimbulkan dampak dan/atau resiko lingkungan
Tahap perencanaan suatu usaha dan atau kegiatan
e) Mekanisme pelaksanaan
i. pengkajian pengaruh kebijakan, rencana, dan/ atau program
Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)
ii. perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau program; dan
iii. rekomendasi perbaikan untuk pengambilan keputusan kebijakan, rencana, dan/atau program yang
mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan.
ii. Dokumen AMDAL dinilai oleh komisi penilai AMDAL yang dibentuk oleh Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai kewenangannya dan dibantu oleh Tim Teknis.
iii. Komisi penilai AMDAL menyampaikan rekomendasi berupa kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan kepada Menteri, gubernur, dan bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
iv. Menteri, gubernur, dan bupati/walikota berdasarkan rekomendasi komisi penilai AMDAL menerbitkan Keputusan Kelayakan atau Ketidaklayakan lingkungan
f) Muatan Studi Lingkungan
i. Isu Strategis terkait Pembangunan Berkelanjutan
ii. Kajian pengaruh rencana/program dengan isu-isu strategis terkait pembangunan berkelanjutan iii. Alternatif rekomendasi untuk
rencana/program
i. Kerangka acuan;
ii. Andal; dan iii. RKL-RPL.
Kerangka acuan menjadi dasar penyusunan Andal dan RKL-RPL. Kerangka acuan wajib sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dan/atau rencana tata ruang kawasan.
g) Output Dasar bagi kebijakan, rencana, dan/atau program pembangunan dalam suatu wilayah.
Keputusan Menteri, gubernur dan bupati/walikota sesuai
Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)
h) Outcome i. Rekomendasi KLHS digunakan sebagai alat untuk
melakukan perbaikan kebijakan, rencana, dan/atau program pembangunan yang melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan.
ii. segala usaha dan/atau kegiatan yang telah melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup sesuai hasil KLHS tidak diperbolehkan lagi.
i. Dasar pertimbangan penetapan kelayakan atau ketidak layakan lingkungan
ii. Jumlah dan jenis izin perlindungan hidup yang diwajibkan iii. Persyaratan dan kewajiban pemrakarsa sesuai yang
tercantum dalam RKL RPL.
i) Pendanaan APBD Kabupaten/Kota i. Kegiatan penyusunan AMDAL (KA, ANDAL, RKL-RPL) didanai oleh pemrakarsa,
ii. Kegiatan Komisi Penilai AMDAL, Tim Teknis dan sekretariat Penilai AMDAL dibebankan pada APBN/APBD
iii. Jasa penilaian KA, ANDAL dan RKL-RPL oleh komisi AMDAL dan tim teknis dibiayai oleh pemrakarsa.
iv. Dana pembinaan dan pengawasan dibebankan pada anggaran instansi lingkungan hidup pusat, provinsi dan kabupaten/kota
j) Partisipasi Masyarakat
Masyarakat adalah salah satu komponen dalam
kabupaten/kota yang dapat mengakses dokumen pelaksanaan KLHS
Masyarakat yang dilibatkan adalah: i. Yang terkena dampak;
ii. Pemerhati lingkungan hidup; dan/atau
Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)
k) Atribut Lainnya: a. Posisi
Hulu siklus pengambilan keputusan Akhir sklus pengambilan keputusan
b. Pendekatan Cenderung pro aktif Cenderung bersifat reaktif
c. Fokus analisis Evaluasi implikasi lingkungan dan pembangunan Berkelanjutan
Identifikasi, prakiraan dan evaluasi dampak lingkungan
d. Dampak kumulatif Peringatan dini atas adanya dampak komulatif Amat terbatas
e. Titik berat telaahan Memelihara keseimbangan alam, pembangunan Berkelanjutan
Mengendalikan dan meminimalkan dampak negative
f. Alternatif Banyak alternative Alternatif terbatas jumlahnya
g. Kedalaman Luas dan tidak rinci sebagai landasan untuk mengarahkan visi dan kerangka umum
Sempit, dalam dan rinci
h. Deskripsi proses Proses multi pihak, tumpang tindih komponen, KRP merupakan proses iteratif dan kontinu
Proses dideskripsikan dengan jelas, mempunyai awal dan akhir
i. Fokus pengendalia dan dampak
Fokus pada agenda pembangunan berkelanjutan Menangani gejala kerusakan lingkungan
j. Institusi Penilai Tidak diperlukan institusi yang berwenang memberikan penilaian dan persetujuan KLHS
Diperlukan institusi yang berwenang memberikan penilaian dan persetujuan AMDAL
Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen AMDAL adalah sebagai berikut :
TABEL 4.9
PENAPISAN RENCANA KEGIATAN WAJIB AMDAL
No. Jenis Kegiatan Skala/Besaran
A. Persampahan:
a. Pembangunan TPA Sampah Domestik dengan sistem Control landfill/sanitary landfill:
- luas kawasan TPA, atau - Kapasitas Total
> 8 ha > 80.000 ton b. TPA di daerah pasang surut:
- luas landfill, atau - Kapasitas Total
semua kapasitas/
besaran
c. Pembangunan transfer station:
- Kapasitas > 500 ton/hari
d. Pembangunan Instalasi Pengolahan Sampah terpadu:
- Kapasitas > 500 ton/hari
e. Pengolahan dengan insinerator:
- Kapasitas semua kapasitas
f. Composting Plant:
- Kapasitas > 500 ton/hari
g. Transportasi sampah dengan kereta api:
- Kapasitas > 500 ton/hari
B. Pembangunan Perumahan/Permukiman:
a. Kota metropolitan, luas > 25 ha
b. Kota besar, luas > 50 ha
c. Kota sedang dan kecil, luas > 80 ha
d. keperluan settlement transmigrasi > 2.000 ha
C. Air Limbah Domestik
a. Pembangunan IPLT, termasuk fasilitas
penunjang:
- Luas, atau
- Kapasitasnya
> 2 ha
> 11 m3/hari b. Pembangunan IPAL limbah domestik, termasuk
fasilitas penunjangnya:
- Luas, atau
- Kapasitasnya
No. Jenis Kegiatan Skala/Besaran
c. Pembangunan sistem perpipaan air limbah: - Luas layanan, atau
- Debit air limbah
> 500 ha
> 16.000 m3/hari D. Pembangunan Saluran Drainase (Primer
dan/atau sekunder) di permukiman
a. Kota besar/metropolitan, panjang: > 5 km
b. Kota sedang, panjang: > 8 km
E. Jaringan Air Bersih Di Kota Besar/Metropolitan
a. Pembangunan jaringan distribusi
- Luas layanan > 500 ha
b. Pembangunan jaringan transmisi
- panjang > 8 km
Sumber : Permen LH 5/2012
Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen AMDAL tetapi wajib dilengkapi dengan dokumen UKL-UPL. Jenis kegiatan bidang Cipta karya dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL tercermin dalam Tabel 8.10
TABEL 4.10
PENAPISAN RENCANA KEGIATAN TIDAK WAJIB AMDAL TAPI WAJIB UKL-UPL
Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya
a. Persampahan i. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengansystem controlled landfillatau sanitary landfill termasuk instansi penunjang: Luas kawasan, atau < 8 Ha
Kapasitas total < 8.000 ton ii. TPA daerah pasang surut Luas landfill, atau < 5 Ha
Kapasitas total < 5.000 ton iii. Pembangunan Transfer Station
Kapasitas < 1.000 ton/hari
ii. Pembangunan Instalasi/Pengolahan Sampah Terpadu Kapasitas < 500 ton v. Pembangunan Incenerator Kapasitas < 500 ton/hari
b. Air Limbah Domestik/ Permukiman
i. Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) termasuk fasilitas penunjang
Luas < 2 ha
Atau kapasitas < 11 m3/hari
ii. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah Luas < 3 ha
Atau bahan organik < 2,4 ton/hari
iii. Pembangunan sistem perpipaan air limbah (sewerage/off-site sanitation system)diperkotaan/permukiman
Luas < 500 ha
Atau debit air limbah < 16.000 m3/hari
c. Drainase Permukaan Perkotaan
i. Pembangunan saluran primer dan sekunder Panjang < 5 km
ii. Pembangunan kolam retensi / polder diarea / kawasan pemukiman
Luas kolam retensi/polder (1–5) ha
d. Air Minum
i. Pembangunan jaringan distribusi: Luas layanan : 80 ha s.d. < 500 ha
Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya
ii. Pembangunan jaringan pipa transmisi
Metropolitan/besar, Panjang: 5 s.d <8 km Sedang/kecil, Panjang: 8 s.d. M 8 km Pedesaan, Panjang :
-iii. Pengambilan air baku dari sungai, danau sumber air permukaan lainnya (debit)
Sungai Danau : 50 lps s.d. < 250 lps Mata air : 2,5 lps s.d. < 250 lps
iv. Pembangunan Instalasi Pengolahan air lengkap Debit : > 50 lps s.d. < 80 lps
v. Pengambilan air tanah dalam untuk kebutuhan:
Pelayanan masyarakat oleh penyelenggara SPAM : 2,5 lps - < 50 lps
e. Pembangunan Gedung
i. Pembangunan bangunan gedung di atas/bawah tanah:
1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 8.000 m2
2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 8.000 m2
3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 8.000 m2
4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri.Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL
Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya
Prasarana dan atau sarana umum:
1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung
perkantoran, perdagangan, perindustrian,
2) perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 8.000 m2 3) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk
mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 8.000 m2
4) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 8.000 m2
5) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL
iii. Pembangunan bangunan gedung di bawah atau di atas air: 1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran,
perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 8.000 m2
2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 8.000 m2
3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, kebudayaan, laboratorium, dan bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 8.000 m2
Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya
f. Pengembangan kawasan
permukiman baru
i. Kawasan Permukiman Sederhana untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), misalnya PNS, TNI/POLRI, buruh/pekerja;
Jumlah hunian: < 500 unit rumah; Luas kawasan: < 8 ha
ii. Pengembangan kawasan permukiman baru sebagai pusat kegiatan sosial ekonomi lokal pedesaan (Kota Terpadu Mandiri eks transmigrasi, fasilitas pelintas batas PPLB di perbatasan);
Jumlah hunian: < 500 unit rumah; Luas kawasan: < 8 ha
iii. Pengembangan kawasan permukiman baru dengan pendekatan Kasiba/Lisiba (Kawasan Siap Bangun/ Lingkungan Siap Bangun)
Jumlah hunian: < 500 unit rumah; Luas kawasan: < 8 ha
g. Peningkatan Kualitas Permukiman
i. Penanganan kawasan kumuh di perkotaan dengan pendekatan pemenuhan kebutuhan dasar (basic need) pelayanan infrastruktur, tanpa pemindahan penduduk; Luas kawasan: < 8 ha
ii. Pembangunan kawasan tertinggal, terpencil, kawasan perbatasan, dan pulau-pulau kecil;
Luas kawasan: < 8 ha
iii. Pengembangan kawasan perdesaan untuk meningkatkan ekonomi lokal (penanganan kawasan agropolitan, kawasan terpilih pusat pertumbuhan desa KTP2D, desa pusat pertumbuhan DPP) berat di perkotaan metropolitan yang dilakukan dengan pendekatan peremajaan kota (urban renewal), disertai
dengan pemindahan penduduk, dan dapat
dikombinasikan dengan penyediaan bangunan rumah susun.
Luas kawasan: < 5 ha