• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN AKHLAK DENGAN MENGGUNAKAN KITAB AKHLAK LIL BANIIN DI PONDOK PESANTREN DARUT TAUCHID AL‟ALAWIYAH AL AWWALIYAH KORIPAN TEGALREJO KABUPATEN MAGELANG SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PEMBELAJARAN AKHLAK DENGAN MENGGUNAKAN KITAB AKHLAK LIL BANIIN DI PONDOK PESANTREN DARUT TAUCHID AL‟ALAWIYAH AL AWWALIYAH KORIPAN TEGALREJO KABUPATEN MAGELANG SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam"

Copied!
166
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN AKHLAK DENGAN

MENGGUNAKAN KITAB AKHLAK LIL BANIIN DI

PONDOK PESANTREN DARUT TAUCHID

AL‟ALAWIYAH AL AWWALIYAH

KORIPAN

TEGALREJO KABUPATEN MAGELANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

ROYKHAN „ABID

NIM 11109151

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara:

Nama : ROYKHAN „ABID

NIM : 11109151

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul : PEMBELAJARAN AKHLAK DENGAN

MENGGUNAKAN KITAB AKHLAK LIL BANIIN DI PONDOK PESANTREN DARUT TAUCHID AL‟ALAWIYAH AL AWWALIYAH KORIPAN TEGALREJO KABUPATEN

MAGELANG Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.

Salatiga, 24 Agusutus 2016 Pembimbing

(3)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Roykhan „Abid

NIM : 11109151

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

(4)

KEMENTERIAN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN JL. Tentara Pelajar 02 Telp. 323706 Fax. 323433 kode pos. 50721 Salatiga Website : http//www.iainsalatiga.ac.id E-mail : administrasi@iainsalatiga.ac.id

SKRIPSI

PEMBELAJARAN AKHLAK DENGAN MENGGUNAKAN KITAB AKHLAK LIL BANIIN DI PONDOK PESANTREN DARUT TAUCHID AL‟ALAWIYAH

AL AWWALIYAH TEGALREJO KABUPATEN MAGELANG DISUSUN OLEH

ROYKHAN „ABID

NIM: 11109151

(5)

MOTTO

Demi masa, Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan

nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.





(6)

PERSEMBAHAN

Syukur Alhamdulillah terurai dari sanubari atas karunia dan rahmat Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dan skripsi ini penulis persembahkan untuk orang-orang yang telah memberikan kisah kasih tentang makna hidup serta langkah bijak dalam meniti lika-liku kehidupan.

Kepada...

 Kedua Orang Tua yang selalu memberikan doa, Bpk Syhuhada‟

Fahrudin dan Ibu Siti Muslikah.

 Adik-adiku Muhammad Ghufron dan Naf‟an Ahmad

 Keluarga besarku yang telah memberikan dukungan dan do‟a.

 Lembaga IAIN SALATIGA

 Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan pelajaran yang begitu berharga.

 Zulfa Dewi Kartika yang sanggup menemani, memberikan

motivasi dan bantuan-bantuan selama di STAIN sampai menjadi IAIN Salatiga.

 Teman-teman seperjuangan angkatan 2009, khususnya PAI E yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

 Al-Mubajirut Genk; Catur, Roji, Arif, Dul Aziz, Ambon, Roji, Khotim,

(7)

ABSTRAK

„Abid, Roykhan. 2016. Pembelajran Akhlak dengan Menggunakan Kitab Akhlak Lil Baniin di Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah Dawung Koripan Tegalrejo Kabupaten Magelang. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing Dra. Ulfah Susilawati, M.SI.

Kata kunci: Pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin

Kitab Akhlak Lil Baniin adalah salah satu kitab akhlak paling dasar untuk pembelajaran akhlak siswa atau santri yang baru belajar di Pondok Pesantren, karena di dalam kitab ini menjelaskan beberapa akhlak yang pantas untuk ditiru dan dihindari oleh santri.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tentang bagaimana pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin di Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah Dawung Koripan Tegalrejo Kabupaten Magelang, dan bagaimana hasil pembelajaran kitab akhlak lil banin dalam perubahan akhlak santri.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dengan responden, metode ini lebih peka dan dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. Dalam hal ini teknik pengumpulan data yang digunakan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.

Berdasarkan dari penelitian yang diperoleh peneliti, dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin di Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah Koripan Tegalrejo berjalan dengan baik dibuktikan dengan adanya pembagian kelas, waktu, serta ustadz yang mengajarkan, selain itu pembelajarannya juga menggunakan beberapa metode, diantaranya bandungan, tanya jawab dan ceramah. Untuk mengetahui hasil pembelajaran, sistem evaluasi juga digunakan yaitu dengan sistem ulangan harian dan pengamatan dalam keseharian.

(8)

KATA PENGANTAR

ّﺮﻠﺍﷲﻡﺴﺒ ّﺮﻠﺍﻥﻤﺤ

ﻡﻴﺤ

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, taufiq, dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “PEMBELAJARAN

AKHLAK DENGAN MENGGUNAKAN KITAB AKHLAK LIL BANIIN DI

PONDOK PESANTREN DARUT TAUCHID AL ALAWIYAH AL

AWWALIYAH KORIPAN TEGALREJO”. Skripsi ini merupakan salah satu sayarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Islam di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Penulis sadar bahwa kemampuan yang penulis miliki sangatlah terbatas sehingga dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Arahan dan bimbingan dari berbagai pihak sangatlah membantu terselesainya skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Bapak Suwardi, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

3. Bapak Mufiq, M.Phil, yang telah membantu penulis dalam melanjutkan penulisan skripsi.

(9)

5. Bapak Drs. A. Bahrudin, MA,. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberikan bimbingan dan motivasi.

6. Ibu Dra. Ulfah Susilawati, M.SI, selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan sabar dan penuh perhatian telah meluangkan waktu, untuk memberikan pengarahan serta bimbingan sejak awal penulisan skripsi ini sampai dapat terselesaikan dengan baik.

7. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu kepada penulis.

8. K.H Ichsanuddin Abdan selaku pengasuh Pondok Pesantren Awwal dan seluruh keluarga besar Pondok Pesantren Awwal.

9. Pengurus, Ustadz dan seluruh santri Pondok Pesantren Awwal yang banyak membantu dalam penelitian ini.

10.Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara yang telah memberikan dukungan moril dan materiil serta do‟a yang tiada henti-hentinya hingga terselesaikannya skripsi ini.

11.Para legenda, Arya Rahmantika, Sukma Narji, Nailu F, dan semuanya.

12.FK_WAMA (Forum Komunikasi Mahasiswa Magelang).

13.Keluarga besar SMPN 2 Mertoyudan, karena mereka skripsi ini terselesaikan. 14.Semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materiil dalam

penulisan skripsi ini.

(10)

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Dengan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis, skripsi ini sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Salatiga, 24 Agusutus 2016

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

HALAMAN LOGO

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Penegasan Istilah ... 8

(12)

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 9

2. Kehadiran Peneliti ... 10

3. Lokasi Penelitian ... 10

4. Sumber Data ... 11

5. Prosedur Pengumpulan Data ... 12

6. Analisis Data ... 15

7. Pengecekan Keabsahan Temuan ... 17

8. Tahap-tahap Penelitian ... 17

G. Sistematika Penulisan Skripsi ... 18

BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajran ... 21

1. Pengertian ... 21

2. Strategi Pembelajaran ... 23

3. Media Pembelajaran ... 28

4. Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran ... 31

B. Akhlak ... 33

1. Pengertian ... 33

2. Prinsip Dasar Akhlak ... 35

3. Ruang Lingkup Akhlak ... 40

4. Jenis-Jenis Akhlak ... 43

5. Manfaat Keutamaan Akhlak ... 44

6. Aspek-Aspek yang Mempengaruhi Akhlak ... 46

(13)

1. Isi Kitab Akhlak Lil Baniin ... 49

2. Metode Pendidikan Akhlak dalam Kitab Akhlak Lil Baniin 69

BAB III PAPARAN DATA DAN HASIL TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Pondok Pesantren ... 76

1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren ... 76

2. Visi dan Misi Pondok Pesantrem ... 77

3. Letak Geografis ... 77

4. Struktur Kepengurusan ... 78

5. Sarana dan Prasarana ... 79

B. Biografi Syaikh Umar bin Achmad Baradja ... 79

1. Riwayat Hidup ... 78

2. Riwayat Intelektual ... 80

3. Latar Sosial dan Kultural ... 84

BAB IV ANALISIS DATA A. Pelaksanaan Pembelajaran Kitab Akhlak Lil Baniin ... 93

1. Tujuan Pembelajaran Kitab Akhlak Lil Baniin ... 93

2. Metode Pembelajaran Kitab Akhlak Lil Baniin ... 94

3. Evaluasi Pembelajaran Kitab Akhlak Lil Baniin ... 101

B. Hasil Pembelajaran Kitab Akhlak Lil Baniin ... 103

(14)

B. Saran ... 123 C. Penutup ... 124

DAFTAR PUSTAKA ... 125

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Globalisasi telah melanda dunia, di mana nilai-nilai yang selama ini mapan mudah berubah akibat tidak ada batas lagi antar ruang dan waktu, sehingga nilai-nilai tersebut berubah menjadi relatif dan subyektif. Semua berkaitan perilaku, budi pekerti, etika dan moral tidak bisa dikatakan obyektif karena nilai yang dianggap sebagai landasan perilaku itu sendiri mudah berubah. Hal-hal yang belakangan ini muncul seperti batasan antara pornografi dan pornoaksi dengan seni sangat tipis, apakah berpakaian ketat dan minim termasuk pornoaksi atau bagian daripada seni. Ini sangat sulit dibedakan. Oleh karena nilai-nilai tersebut mudah luntur maka dibutuhkan penguatan kembali nilai-nilai yang berdasarkan al-Qur‟an dan al-Hadis yang disebut akhlak. Akhlak ini merupakan cermin setiap pribadi apakah ia punya rasa malu, muru‟ah, amanah, jujur, adil,

lemah-lembut, rasa kasih sayang terhadap sesama, dermawan, ikhlas dalam berbuat, suka menolong, dan sebagainya. (Alwan Khiri, dkk, 2005:2).

Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting sekali, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dan bangsa. Sebab jatuh-bangunnya, jaya-hancurnya,

sejahtera-rusaknya suatu bangsa dan masyarakat, tergantung

(16)

sejahtera lahir batin, akan tetapi apabila akhlaknya buruk (tidak berakhlak), maka rusaklah lahir dan batinnya.(Rachmat Djatnika, 1996:11).

Dari kenyataan tersebut, ditarik sebuah pemahaman bahwa akhlak manusia adalah sesuatu yang harus diusahakan, diikhtiarkan, dibiasakan dan dilatih terus-menerus. Jika hanya mengandalkan potensi alamiah saja, tidak cukup untuk menjadi seorang yang berakhlak. Tetapi perlu latihan, pembelajaran, penggemblengan dan usaha tanpa henti sehingga seorang terbiasa berakhlak yang baik.

Jadi, akhlak itu sendiri bukan perbuatan, melainkan gambaran bagi jiwa yang tersembunyi. Akhlak dapat dikatakan sebagai nafsiah (bersifat kejiwaan) atau maknawiyah (sesuatu yang abstrak), dan bentuknya yang kelihatan kita namakan muamalah (tindakan) atau suluk (perilaku), dengan kata lain akhlaksebagai sumbernya dan perilaku adalah bentuknya.

Perlu dijelaskan pula bahwa perbuatan itu memang sering dilakukan secara kebetulan tanpa ada kemauan dan tanpa dikehendaki, atau sesuatu perbuatan yang dilakukan sekali atau beberapa kali saja, begitu pula suatu perbuatan yang dilakukan tanpa ada ikhtiar dan kebebasan, dalam arti dilakukannya perbuatan tersebut dengan terpaksa, maka perbuatan-perbuatan seperti tersebut di atas tidak dapat dikatagorikan ke dalam akhlak.

(17)

hanya sekali dua kali saja atau mungkin dalam pemberian itu karena terpaksa (gengsi, dan sebagainya). Jadi pemberian tersebut mesti tidak dikehendaki, atau mungkin dalam pemberian itu masih memerlukan perhitungan dan pemikiran (masih merasa berat). Padahal faktor kehendak atau kemauan ini memegang peran yang penting, karena dengan kehendak tersebut menunjukkan adanya unsur ikhtiar dan kebebasan, yang karenanya dapatlah disebut dengan akhlak.(Mustofa,1997:16).

Usaha dan pembelajaran yang dilakukan secara terus-menerus dinamakan pendidikan. Pendidikan inilah yang nantinya akan menanamkan nilai-nilai akhlak dalam kehidupannya, sehingga akan membentuk sebuah kepribadian dan perilaku yang berakhlak baik dalam kehidupan sehari-hari.

Pembentukan akhlak melalui penanaman nilai bagi peserta didik akan lebih efektif jika peserta didik berada dan berintraksi dalam

lingkungan pendidikan non-formal yang terpantau. Lingkungan

(18)

Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al

Awwaliyahmerupakan lembaga pendidikan non-formal yang

menggunakan sistem asrama. Santri yang menuntut ilmu di sana disediakan asrama, walaupun ada sebagian santri yang tinggal di luar asrama dengan alasan dekat dengan tempat tinggal. Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyahsecara teoritis memberikan lingkungan yang efektif bagi para santri, selain masih tetap eksis menggunakan metode khalaf yang mana dengan dibuktikan adanya penggunaan kurikulum madrasah diniyah serta diperbolehkanya santri mengenyam pendidikan formal lain diluar Pesantren akan tetapi tidak meningalkan metode salaf yakni dengan adanya metode pengajian sorogan dan bandongan di dalamnya. Lingkungan Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah merupakan lingkungan yang sangat

mendukung untuk pembentukan akhlak para santri sehingga akan menjadi manusia yang berakhlakul karimah bisa sebagai teladan ketika berada di masyarakat. Baik tutur katanya, maupun tingkah lakunya. Salah satu bentuk Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah

dalam menggembleng akhlak santrinya yaitu dengan pembelajaran kitab

Akhlak Lil Baniin.

(19)

laku, serta sikap dalam pergaulan sehari-hari. Juga ada beberapa faktor yang mempengaruhi akhlak santri di antaranya adalah: santri berasal dari keluarga, desa, kota, provinsi, bahkan pulau yang berbeda dengan latar belakang pendidikan yang berbeda, adat istiadat, dan lingkungan yang berbeda. Ada santri yang sopan santun ketika diajak bicara ada pula santri yang terkesan menghiraukan ketika diajak bicara. Ada santri yang mendengarkan dengan tekun dan penuh sopan ketika pembelajaran sedang berlangsung ada pula yang asyik berbicara dengan teman sebelahnya. Oleh karena itu, bisakah para santri menerapkan akhlak dalam kesehariannya seperti dalampembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin.

Dari pernyataan di atas jelas bahwa ada ketidaksamaan antara akhlak santri satu dengan santri yang lainnya, ada santri yang berakhlak dan ada santri yang kurang berakhlak. Dengan adanya pembelajaran kitab

Akhlak Lil Baniinapakah akan merubah perilaku atau akhlak santri dalam bertutur kata dan tingkah laku dalam keseharian. Akhlak dalam kitab

Akhlak Lil Baniinakan dijelaskan pada skripsi ini. Pembelajarankitab

Akhlak Lil Baniindi Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al

Awwaliyah diselenggarakan pada malam Kamis dan Sabtu pada pukul 20.00-21.00 WIB. Kitab Akhlak Lil Baniinmerupakan salah satu pelajaran yang ditetapkanoleh Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al

(20)

Dari pernyataan di atas, menjadi latar belakang penulis untuk mengadakan penelitian tentang PEMBELAJARAN AKHLAK DENGAN MENGGUNAKAN KITAB AKHLAK LIL BANIIN DI PONDOK PESANTREN DARUT TAUCHID AL „ALAWIYAH AL AWWALIYAH KORIPAN TEGALREJO. Semoga penelitian ini dapat dijadikan tambahan pengetahuan khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian menyatakan pokok persoalan yang menjadi pusat penelitian, agar penelitian ini tidak melebar dan terlalu luas. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pembelajaran kitab Akhlak Lil Baniin di Pondok pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah?

2. Bagaimana akhlak peserta didik Pondok pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyahsetelah mengikuti pembelajaran akhlak

menggunakan kitab Akhlak Lil Baniin? C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui metode pembelajaran yang digunakan dalam

(21)

2. Untuk mengetahui akhlak peserta didik Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah setelah mengikuti pembelajaran

akhlak dengan menggunakan kitab Akhlak Lil Baniin.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang positif untuk semua kalangan masyarakat, baik manfaat secara teoritis maupun secara praktis.

1. Secara teoritis

Secara teori, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berarti bagi cabang ilmu pendidikan khususnya mengenai pendidikan keagamaan dan sosial di Panti Asuhan, serta dapat memperkaya kepustakaan.

2. Secara praktis

a. Agar dapat memberikan kontribusi positif terhadap lembaga lembaga pendidikan Islam;

b. Agar dapat memberikan kontribusi pemikiran dalam melaksanakan program pendidikan akhlak bagi peserta didik;

c. Memperkaya khasanah keilmuan, pengetahuan, dan pemahaman nilai-nilai pendidikan akhlak;

d. Menjadi bekal bagi para calon guru agar dapat melaksanakan kegiatan pendidikan dengan akhlak secara baik dan benar; dan e. Menambah kepustakaan dalam dunia pendidikan, khususnya di

(22)

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalah pahaman dalam menafsirkan maksud yang terkandung dalam istilah-istilah pada judul skripsi ini, maka penulis akan menjelaskan istilah-istilah pokok dalam skripsi sebagai berikut:

1. Pembelajaran

Pembelajaran adalah sesuatu proses yang kompleks yang didalamnya melibatkan berbagai unsur yang dinamis. (Aunurrahman, 2009:143). Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai interaksi antara ustadz (pengajar) dan santri (pembelajar), yaitu membicarakan suatu materi atau melakukan suatu aktifitas guna mencapai tujuan yang diinginkan. Pembelajaran merupakan suatu proses, cara, dan menjadikan makhluq hidup belajar. Sedangkan belajar adalah usaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingkahlaku, atau tanggapan yang disebabkan oleh pengamalan.

2. Akhlak

(23)

Kesamaan akar kata di atas mengisyaratkan bahwa dalam akhlak tercakup pengertian terciptanya keterpaduan antara kehendak

khaliq (Tuhan) dengan prilaku makhluq (manusia). Atau dengan kata lain, tata perilaku seseorang terhadap orang lain dan lingkungannya baru mengandung nilai akhlak yang hakiki manakala tindakan atau prilaku tersebut didasarkan kepada kehendak kholiq (Tuhan). (Yunahar Ilyas, 1999:1).

3. Kitab Akhlak Lil Baniin

Kitab Akhlak Lil Baniin adalah karya Syaikh Umar bin Achmad Baradja, yang terdiri dari empat juz. Diterbitkan oleh Maktabah Muhammad bin Ahmad Nabhan Waauladuha di kota Surabaya Indonesia. Kitab ini ditulis untuk semua peserta didik Islam di Indonesia. Isi kitab ini sangatlah komprehensif dalam konteks keseluruhan kehidupan insan, adanya pelajaran tentang pendidikan akhlak, baik melalui jalur komunikasi vertikal maupun horizontal. F. Metode Penelitian

Dalam penulisan metode skripsi ini, penulis mengunakan beberapa metode penelitian, baik untuk memperoleh data maupun untuk menganalisis data-data yang ada, antara lain:

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

(24)

hasil, analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara analisa induktif dan makna merupakan hal yang esensial. Menurut Lexy Moleong dalam bukunya Metodologi Kualitatif (2002) pendekatan kualitatif adalah “prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat dialami”.

2. Kehadiran Peneliti

Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperan serta, sebab peranan penelitilah yang menentukan keseluruhan skenarionya. (Lexy Moleong, 2002 : 117).

Untuk itu, dalam hal ini peneliti adalah sebagai instrumen kunci, partisipasi penuh sekaligus pengumpul data. Sedangkan instrumen yang lain, seperti catatan dokumen dan foto adalah sebagai penunjang.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah, karena dilandaskan beberapa pertimbangan,

antara lain ;

(25)

b) Adanya pembelajaran akhlak dengan menggunakan kitab Akhlak Lil Baniin karangan ulama asli Indonesia sehingga dapat dikatakan materi yang ada di dalam kitab tersebut merupakan materi akhlak yang bersifat budaya Indonesia.

c) Keberhasilan proses pembelajaran tidak hanya dilihat dari keaktifan peserta didik dalam mengikuti pelajaran di kelas dan keaktifan mengikuti kegiatan lain, tapi harus dilihat juga dari meningkatnya pengendalian diri pada santri dalam kehidupan sehari-hari.

4. Sumber data

Sumber data yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu:

a. Sumber data primer.

Sumber data primer adalah Sumber data yang langsung memberikan informasi kepada pengumpul data (peneliti). Dalam penelitian ini sebagai sumber primernya adalah kata-kata dan tindakan dari sumber informan atau sebjek penelitian di Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah dengan

segala fasilitasnya di antaranya Pengasuh beserta

kepengurusannya, ustadz dan santri (peserta didik) Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah.

(26)

Yaitu sumber data yang mengandung dan melengkapi sumber data primer (peneliti). Adapun sumber data sekunder dalam penyusunan skripsi ini adalah dokumentasi diantaranya: sumber data tertulis, foto, inventaris serta data-data yang lainnya yang diperlukan.

5. Prosedur Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data secara serempak. (Sugiyono, 2006 : 241). Sebab bagi peneliti kualitatif fenomena dapat di mengerti maknanya secara baik, apabila dilakukan interaksi dengan subyek melalui wawancara mendalam dan observasi pada latar, dimana fenomena tersebut berlangsung dan di samping itu untuk melengkapi data diperlukan dokumentasi (tentang bahan-bahan yang ditulis oleh atau tentang subyek).

a) Wawancara

(27)

mengkonstruksikan kebulatan-kebulatan demikian yang dialami masa lalu.

Dalam penelitian ini, teknik wawancara yang peneliti gunakan adalah wawancara mendalam artinya peneliti mengajukan beberapa pertanyaan secara mendalam yang berhubungan dengan fokus permasalahan. Sehingga data-data yang dibutuhkan dalam penelitian dapat terkumpul secara maksimal. Dan kemudian hasil wawancara di catat dalam bentuk transkrip wawancara.

Sedangkan subjek peneliti dengan teknik Purposive Sampling yaitu pengambilan sampel bertujuan, sehingga memenuhi kepentingan peneliti.

Adapun jumlah informan sebagai subjek peneliti yang diambil terdiri dari: 1). Pengasuh Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah; 2).Ustadz yang mengajar kitab

Akhlak Lil Baniin; 3). Santri/Peserta didik yang mengikuti pengajian kitab Akhlak Lil Baniin.

b) Teknik Observasi.

(28)

Dalam penelitian ini digunakan teknik observasi yang pertama di mana pengamat bertindak sebagai partisipan. Kemudian hasil observasi dicatat dalam bentuk transkrip observasi. (Lexy Moloeng, 2002 : 135).

Hal ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana letak geografis Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyahdan kegiatan pembelajaran akhlak di Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah.

c) Teknik Dokumentasi.

Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber non insani, sumber ini terdiri dari dokumen dan rekaman. Rekaman sebagai setiap tulisan atau pernyataan yang dipersiapkan oleh atau untuk individual atau organisasi dengan tujuan membuktikan adanya suatu peristiwa atau memenihi accounting. Sedangkan dokumen digunakan untuk mengacu atau bukan selain rekaman, yaitu tidak dipersiapkan secara khusus untuk tujuan tertentu, seperti: surat-surat, buku harian, catatan khusus, foto-foto dan sebagainya. (Suharsimi Arikunto, 1998 : 229-236).

Metode ini digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data mengenai sejarah dan perkembangan Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyah, struktur organisasi Pondok

(29)

santri/peserta didik dan ustadz Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyahserta keadaan sarana prasarana.

Dalam penelitian ini digunakan dokumen berupa catatan khusus (hasil wawancara), foto-foto dan kemudian hasil dokumen di catat dalam bentuk transkrip dokumentasi.

6. Analisis Data

Setelah semua data terkumpul, maka langkah berikutnya adalah pengelolahan dan analisa data. Yang dimaksud dengan analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh dirinya sendiri atau orang lain.

Analisis data dalam kasus ini menggunakan analisis data kualitatif, maka dalam analisis data dilakukan secara terus menerus sejak awal sampai akhir penelitian yang di lakukan dengan menggunakan salah satu model milik Spradley, yaitu melalui teknik analisa domain.(Jonathan Sarwono, 2006 : 240). Kemudian di proses dengan menggunakan model milik Miles & Huberman, yaitu:

(30)

Pada tahap penjelajahan dengan teknik pengumpulan data grand tour question, yakni pertama dengan memilih situasi sosial (place, actor, activity). Kemudian setelah memasuki lapangan, dimulai dengan menetapkan seseorang informan “key informant” yaitu Pengasuh, Ustadz akhlak dan beberapa santri/peserta didik Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyahyang merupakan informan dapat

dipercaya dan mampu “membukakan pintu” kepada peneliti

untuk memasuki obyek penelitian. Setelah itu peneliti melakukan wawancara kepada informan tersebut, dan mencatat hasil wawancara.

Karena data yang di peroleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu di catat secara teliti dan rinci. Seperti di kemukakan, semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data semakin banyak, komplek dan rumit. Sehingga dilakukan analisis data dengan mereduksi data yakni merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.

(31)

b) Proses display

Proses display adalah proses penyajian data. Penyajian data dalam penelitian ini menggunakan teks yang bersifat naratif yang merupakan hasil dari pencarian domaian pada proses awal yang datanya akan selalu dan terus menerus di uji melalui wawancara, observasi dan dokumentasi terfokus sehingga akan menjadi teori yang grounded.

Teori grounded adalah teori yang ditemukan secara induktif, berdasarkan data-data yang ditemukan di lapangan, dan selanjutnya diuji melalui pengumpulan data yang terus-menerus.

c) Proses conclusion

Proses conclusion adalah penarikan kesimpulan dan verivikasi. Setelah data yang terkumpul sudah dapat di display dan telah di dukung oleh data-data yang mantap, melalui wawancara, observasi dan dokumentasi yang terseleksi maka dapat di sajikan kesimpulan yang kredibel.

7. Pengecekan Keabsahan Temuan

Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaruhi dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas). Derajat

kepercayaan keabsahan data (kredebilitas) dapat diadakan

(32)

Ketekunan pengamatan yang dimaksud adalah menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari.

8. Tahapan-tahapan Penelitian

Tahapan-tahapan penelitian ini ada tiga tahapan dan ditambah dengan tahap terakhir penelitian yaitu tahap penulisan laporan hasil penelitian. Tahap-tahap penelitian tersebut adalah (1) tahap pra lapangan, yang meliputi menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajagi dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian dan menyangkut persoalan etika penelitian; (2) tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan serta sambil mengumpulkan data, (3) tahap analisis data, yang meliputi analisis selama dan setelah pengumpulan data; (4) tahap penulisan hasil laporan penelitian.

G. Sistematika Penulisan Skripsi

Agar terdapat kejelasan secara garis besar dan mudah dimengerti, maka dalam pembahasannya secara berurutan penulis membagi dalam lima bab, yaitu Bab I Pendahuluan, Bab II Kajian pustaka, Bab III Paparan data dan hasil temuan penelitian, Bab IV Pembahasan, Bab V Penutup.

(33)

Dalam bab ini berisi latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, serta sistematika penulisan skripsi.

BAB II : Landasan Teori

Dalam bab ini dijelaskan mengenai telaah pustaka dan kerangka teoritik yang membahas tentang pembelajaran,

meliputi: pembelajaran akhlak, strategi dalam

pembelajaran akhlak dan media yang digunakan dalam pembelajaran akhlak; Tinjauan tentang akhlak meliputi definisi, prinsip dasar akhlak, jenis dan dasar akhlak, manfaat akhlak serta pentingnya akhlak dalam perkembangan muslim; Kitab Akhlak Lil Baniin.

BAB III : Gambaran umum Pondok Pesantren Darut Tauchid Al „Alawiyah Al Awwaliyahdan Biografi Syaikh Umar Bin

Achmad Baradja.

Gambaran umum berisi tentang sejarah singkat, letak geografis, visi-misi, sarana dan prasarana, serta biografi Syaikh Umar bin Achmad Baradja, yang meliputi karangan beliau, guru-guru beliau, dan pemikiran beliau dalam kitab Akhlak Lil Baniin.

(34)

Dalam bab ini tujuan diberlakukannya pembelajaran akhlak dengan kitab Akhlak Lil Baniin, strategi yang

digunakan serta perubahan yang terjadi pada

santri/peserta didik setelah mengikuti pembelajaran akhlak tersebut, definisi akhlak hubungan dengan metode pendidkan jiwa.

BAB V : Penutup

Dalam bab ini dijelaskan mengenai kesimpulan penelitian dan saran dalam penulisan skripsi.

(35)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pembelajaran

1. Pengertian pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. ( Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang pendidikan, 2006 : 7 ). Pembelajaran diartikan sebagai acara dari peristiwa eksternal yang dirancang oleh pendidik guna mendukung terjadinya kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta didik. ( Abdurrahman Saleh, 2006 : 217 ). Sedang menurut Djasuri, “pembelajaran adalah metode atau cara yang

digunakan untuk mengadakan hubungan dengan peserta didik pada saat berlangsungnya pengajaran. Dalam interaksi ini pendidik berperan sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan peserta didik berperan berperan sebagai penerima atau yang dibimbing.” (Djasuri, 1999 : 122)

(36)

peristiwa belajar yang dilakukan oleh peserta didik. ( Mahmud, MM, 2006 : 31 )

Pembelajaran ialah suatu kegiatan yang menyangkut

pembinaan anak didik mengenai segi kognitif dan psikomotor semata-mata, yaitu supaya anak didik lebih banyak pengetahuannya, lebih cakap berfikir kritis, sistematis dan objektif serta terampil dalam mengerjakan sesuatu, misalnya terampil menulis, membaca, lari cepat, loncat tinggi, berenang, membuat pesawat radio dan sebagainya. ( Ahmad Tafsir, 1996 : 7 )

Dari beberapa pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa: Pembelajaran adalah proses yang berfungsi membimbing

peserta didik di dalam kehidupan, yakni membimbing

mengembangkan diri sesuai dengan tugas-tugas perkembangan yang mencakup kebutuhan hidup baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.

(37)

dibimbing. Oleh Karena itu metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar.

2. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran adalah pola umum perbuatan pendidik-peserta didik dalam mewujudkan kegiatan pembelajaran. Pengertian strategi dalam hal ini menunjukkan pada karakteristik abstrak perbuatan pendidik peserta didik dala peristiwa belajar aktual tertentu. (Basyirudin Usman, 2002 : 22 ).

Strategi pembelajaran adalah rencana dan cara-cara

membawakan pengajaran agar segala prinsip dasar dapat terlaksana dan segala tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif. Strategi pembelajaran tidak sama dengan metode pembelajaran. Strategi pembelajaran merupakan rencana kegiatan untuk mencapai tujuan, sedangkan metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan.

Dilihat dari kegiatan pengolahan pesan atau materi, maka strategi pembelajaran dapat dibedakan dalam dua jenis:

1. Strategi pembelajaran ekspositori di mana pendidik mengolah secara tuntas pesan/materi sebelum disampaiakan di kelas sehingga peserta didik tinggal menerima saja.

(38)

Untuk melaksanakan stategi tertentu diperlukan seperangkat metode pembelajaran. Suatu program pembelajaran yang diselenggarakan oleh pendidik dalam setiap kali tatap muka, bisa dilaksanakandengan berbagai metode.

Metode pembelajaran ialah alat yang merupakan perangkat atau bagian dari strategi suatu pembelajaran. Strategi pembelajaran juga merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk mencapai tujuan.

Adapun pengertian metode pembelajaran disini adalah

cara-cara yang ditempuh atau dipergunakan dalam upaya

menyampaikan materi kepada objeknya yaitu anak didik didik berdasarkan ketentuan dan petunjuk yang berlaku.( Abdul Majid, 2007 : 36 ).

Dengan pengertian yang demikian, maka metode

pembelajaran menjadi salah satu unsur dalam strategi

pembelajaran. Unsur lain seperti sumber belajar, kemampuan yang dimiliki oleh pendidik dan peserta didik, media pendidikan, materi pembelajaran, organisasi kelas, waktu yang tersedia dan kondisi kelas dan lingkungannya merupakan unsur-unsur yang mendukung strategi pembelajaran.

(39)

pembelajaran akhlak, karena metode lahir untuk merealisasikan pendekatan. Macam pendekatan ada empat, yaitu:

a. Pendekatan Religius, bahwa manusia diciptakan memiliki potensi dasar (fithrah) atau bakat agama.

b. Pendekatan Filosofis, bahwa manusia adalah makhluk rasional atau berakal fikiran untuk mengembangkan diri dan kehidupannya.

c. Pendekatan Rasio-Kultural, bahwa manusia adalah makhluk bermasyarakat dan berkebudayaan sehingga latar belakangnya mempengaruhi proses pendidikan.

d. Pendekatan scientific, bahwa manusia memiliki kemampuan kognitif, dan afektif harus di tumbuh kembangkan.( Armai Arief, 2002 : 41 ).

Dibawah ini akan dijelaskan beberapa metode pembelajaran yang dikenal secara umum antara lain adalah:

1) Metode Ceramah

Metode ceramah adalah teknik penyampaian pesan pengajaran secara lisan.

2) Metode Diskusi

(40)

3) Metode Tanya Jawab

Ialah penyampaian pesan pengajaran dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan peserta didik memberikan jawaban, atau sebaliknya peserta didik diberi kesempatan bertanya dan pendidik menjawab pertanyaan.

4) Metode Demonstrasi dan Eksperimen

Metode demonstrasi adalah salah satu teknik mengajar yang dilakukan seorang pendidik atau orang lain dengan sengaja diminta atau peserta didik sendiri ditunjuk untuk memperlihatkan tentang suatu proses atau cara melakukan sesuatu.

Metode eksperimen adalah cara pengajaran dimana pendidik dan peserta didik bersama-sama melakukan suatu latihan atau percobaan untuk mengetahui atau akibat dari suatu aksi. 5) Metode Resitasi

Metode resitasi biasa disebut metode pekerjaan rumah, karena peserta didik diberikan tugas-tugas khusus di luar jam pelajaran.

6) Metode Kerja Kelompok

(41)

Metode drill atau disebut latihan dimaksudkan untuk memperoleh ketangkasan atau keterampilan latihan terhadap apa yang telah dipelajari. ( Basyirudin Usman, 2002 : 49-50 ).

Selain itu ada beberapa metode pembelajaran pesantren yang menjadi ciri khas pesantren, yaitu:

Pertama, Sorogan; adalah sistem pengajaran dengan pola sorogan dilaksanak didikan dengan jalan santri yang biasa pandai menyorog-kan sebuah kitab kepada kiai atau ustadz. Dalam sistem ini, seorang santri/peserta didik harus betul-betul menguasai ilmu yang dipelajarinya sebelum mereka dinyatakan lulus, karena sistem ini dipantau langsung oleh kyai/ustadz.

Dalam perkembangan selanjutnya sistem ini jarang dipraktekkan dan ditemui karena memakan waktu yang lama.

Kedua, Wetonan; sistem pengajaran dengan jalan wetonan ini dilaksanakan dengan jalan kyai/ustadz membaca suatu kitab dalam waktu tertentu dan santri dengan membaca kitab yang sama mendengarkan dan menyimak bacaan kyai/ustadz. ( Binti Maunah, 2009 : 29 – 30 ).

(42)

membahas atau mengkaji materi atau persoalan yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam pelaksanaannya, santri bebas untuk mengajukan pertanyaan ataupun pendapat.

Keempat, hafalan; metode hafalan ialah kegiatan belajar santri dengan cara menghafal suatu teks tertentu di bawah bimbingan dan pengawasan seorang kyai atau ustadz. Para santri diberi tugas untuk menghafal bacaan-bacaan dalam jangka waktu tertentu. Hafalan yang dimiliki santri ini kemudian dilafalkan di hadapan ustad secara periode atau tergantung kepada petunjuk pendidiknya tersebut.

Kelima, demonstrasi/praktek ibadah; ialah cara

pembelajaran yang dilakukan dengan cara memperagakan suatu keterampilan dalam hal pelaksanaan ibadah tertentu yang dilakukan secara perorangan maupun kelompok di bawah petunjuk atau bimbingan ustadz.

Keenam, rihlah ilmiah/study tour; ialah kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan melalui kegiatan kunjungan (perjalanan) menuju ke suatu tempat tertentu sengan tujuan untuk mencari ilmu.

(43)

3. Media Pembelajaran.

Yang dimaksud dengan media pembelajaran adalah alat perlengkapan mengajar untuk melengkapi pengalaman belajar bagi pendidik. ( Djasuri,1999 : 130 ).

Adapun tujuan dan fungsi media pembelajaran adalah:

a. Pengajaran akan lebih menarik peserta didik, sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

b. Bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya, dapat lebih dipahami oleh peserta didik, dan memungkinkan peserta didik menguasai tujuan pelajaran dengan lebih baik.

c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata berbentuk komunikasi verbal melalui lisan pendidik.

d. Peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan

belajar karena peserta didik tidak sekedar mendengarkan uraian

pendidik, tetapi juga mengamati, melakukan dan

mendemonstrasikan bahan-bahan pelajaran yang sedang dihadapi.

Ada beberapa media pembelajaran yang dapat membantu pencapaian pengajaran akhlak, antara lain:

a. Melalui bahan bacaan atau bahan cetak

(44)

dan pengertian-pengertian dengan menggunakan indra penglihatan. Yang termasuk media ini buku teks akhlak, buku teks agama pelengkap, bahan bacaan umum seperti, majalah, koran dan sebagainya.

b. Melalui alat-alat audio visual (AVA)

Melalui media ini peserta didik akan memperoleh pengalaman secara langsung dan mendekati kenyataan, misalnya dengan alat-alat dua dan tiga dimensi, maupun dengan alat-alat teknologi modern seperti televisi, radio, internet dan sebagainya. Ini semua untuk mempercepat sasaran yang ingin dicapai.

c. Melalui contoh-contoh kelakuan

Melalui profil pendidik yang baik, dalam

menyampaikan bahan pengajaran diharapkan peserta didik bisa meniru tingkah laku pendidik, misalnya mimik, berbagai gerakan badan dan anggota badan, dramatisasi, suara dan prilaku sehari-hari.

(45)

d. Melalui media masyarakat dan alam sekitar

Untuk memperoleh suatu pemahaman dan pengalaman yang komprehensif, pendidik dapat membawa anak didik ke luar kelas untuk memperoleh pengalaman langsung dan masyarakat maupun alam sekitar. Bentuk-bentuk media yang dimaksudkan, di antaranya:

1) Peninggalan dan pengalaman kegiatan masyarakat

2) Berbagai objek/tempat peninggalan sejarah, sepertinya para wali, bekas-bekas kerajaan Islam dan museum.

3) Berbagai dokumentasi sejarah keagamaan.

4) Kegiatan keagamaan, perayaan hari-hari besar keagamaan dan sebagainya.

e. Dari kenyataan alam

Yaitu melibatkan peserta didik pada kegiatan darma wisata, berkemah, menikmati keindahan alam dan membawa peserta didik ke planetarium untuk melihat gambaran penataan alam semesta.

f. Dari contoh kelakuan masyarakat

(46)

3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi pembelajaran

Dalam pembelajaran banyak sekali faktor yang

mempengaruhinya. Dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi pembelajaran, dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu

1. Faktor-faktor Stimuli

Yaitu segala hal di luar individu yang merangsang individu itu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. meliputi: panjangnya bahan pelajaran, kesulitan bahan pelajaran, berartinya bahan pelajaran, beratringannya tugas, suasana lingkungan eksternal.

2. Faktor-Faktor Metode Belajar

Metode mengajar yang dipakai oleh pendidik sangat mempengaruhi metode belajar yang dipakai oleh peserta didik. Dengan perkataan lain, metode yang dipakai oleh pendidik menimbulkan perbedaan yang berarti bagi proses pembelajaran. Meliputi: kegiatan praktek, drill, resitasi selama pembelajaran, pengenalan tentang hasil belajar, bimbingan,dan kondisi.

3. Faktor-Faktor Individual

(47)

B. Akhlak

1. Pengertian Akhlak

Dalam bahasa Indonesia, قلاخأ dapat diartikan dengan akhlak, moral, etika, watak, budi pekerti, tingkah laku, perangai, kesusilaan. (R. Soegarda Poerbakawatja dan H.A.H. Harahap, 1982 ; 12 ). Pengertian akhlak secara etimologi bisa digunakan untuk mengartikan akhlak secara umum, namun akan menimbulkan anggapan bahwa segala sesuatu perbuatan yang sudah dibiasakan dalam masyarakat, baik itu berupa nilai-nilai budaya, adat kebiasaan dan hasil pemikiran manusia akan disebut juga sebagai akhlak. Anggapan ini tidak sepenuhnya tepat, sebab akhlak bersumber pada agama, sedangkan moral, etika (watak, kesusilaan) dan adat kebiasaan berasal dari pemikiran manusia yang tidak terlepas dari pengaruh hawa nafsu. ( Hamzah Ya‟cub, 1988 ; 11).

Secara terminologi kata akhlak memiliki banyak definisi. Para tokoh pendidikan dan ulama pun tidak ketinggalan memberikan pemaparannya, di antaranya Ibnu Miskawaih mengatakan bahwa akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran terlebih dahulu. ( Mansur, 2005 : 226 )

(48)

atau tingkah laku yang membuat seseorang menjadi istimewa. Karakteristik-karakteristik ini membuat kerangka psikologi seseorang dan membuatnya berprilaku sesuai dengan dirinya dan nilai yang cocok dengan dirinya dalam kondisi yang berbeda-beda.” ( Ali Abdul Halim Mahmud, 2004 : 26 – 27 )

Menurut Ibn Miskawaih akhlak adalah “sifat yang tertanam

dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.” ( Abudin Nata, 1996 : 1 )

Menurut Ahmad Amin akhlak adalah “kehendak yang

dibiasakan. Artinya, kehendak itu bila membiasakan sesuatu, kebiasaan itu dinamakan akhlak. Menurut beliau lagi kehendak ialah ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah bimbang, sedang kebiasaan merupakan perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah melakukannya. Masing-masing dari kehendak dan kebiasaan ini mempuyai kekuatan, dan gabungan dari dua kekuatan ini menimbulkan kekuatan yang lebih besar. Kekuatan yang besar inilah yang bernama akhlak.” ( Zahruddin, AR, 2004 : 4-5 )

(49)

sejauh yang dapat diketahui oleh akal fikiran manusia. Akan tetapi dalam usaha mencapai tujuan itu, etika mengalami kesulitan, karena pandangan masing-masing golongan di dunia ini tentang baik dan buruk mempunyai ukuran yang berlainan dan sifatnya relatif. Setiap golongan mempunyai konsepsi sendiri-sendiri. ( Mustofa, 1995 : 15 )

Dengan demikian akhlak adalah tingkah laku yang muncul dari dorongan dalam jiwa. Jika tingkah laku itu baik dan sudah menjadi kebiasaannya disebut akhlaknya baik. Begitu pula sebaliknya perbuatan seseorang adalah cerminan dari akhlaknya bukan dari akhlaknya sendiri.

Dari beberapa pengertian akhlak di atas, dapatlah dimengerti bahwa akhlak adalah tabiat atau sifat seseorang, yakni keadaan jiwa yang telah terlatih, sehingga dalam jiwa tersebut benar-benar telah melekat sifat-sifat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa difikirkan dan diangan-angan lagi.

2. Prinsip Dasar Akhlak

a. Prinsip Dasar Akhlak dalam Islam

(50)

berbeda-beda.(DR. Marjuki, 2009; 34). Seseorang mengatakan bahwa sesuatu itu baik, tetapi orang lain belum tentu menganggapnya baik. Begitu juga sebaliknya, seseorang menyebut sesuatu itu buruk, padahal yang lain bisa saja menyebutnya baik.

Semua umat Islam sepakat pada kedua dasar pokok itu (al-Qur‟an dan Sunnah) sebagai dalil naqli yang tinggal mentransfernya

dari Allah SWT, dan Rasulullah SAW. Keduanya hingga sekarang masih terjaga keautentikannya, kecuali Sunnah Nabi yang memang dalam perkembangannya banyak ditemukan hadis-hadis yang tidak benar (dha‟if/palsu).

Melalui kedua sumber inilah kita dapat memahami bahwa sifat sabar, tawakkal, syukur, pemaaf, dan pemurah termasuk sifat-sifat yang baik dan mulia. Sebaliknya, kita juga memahami bahwa sifat-sifat syirik, kufur, nifaq, ujub, takabur, dan hasad merupakan sifat-sifat-sifat-sifat tercela. Jika kedua sumber itu tidak menegaskan mengenai nilai dari sifat-sifat tersebut, akal manusia mungkin akan memberikan nilai yang berbeda-beda. Namun demikian, Islam tidak menafikan adanya standar lain selain al-Qur‟an dan Sunnah untuk menentukan baik dan buruknya akhlak manusia.

(51)

diutus untuk menyempurnakan Akhlak. Manusia dengan hati nuraninya dapat juga menentukan ukuran baik dan buruk, sebab Allah memberikan potensi dasar kepada manusia berupa tauhid. Allah Swt. berfirman:

Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”.” (QS. al-A‟raf: 72).

(52)

sesungguhnya orang yang berakhlak mulia bisa mencapai derajat orang yang berpuasa dan shalat.”(Sunan Tirmidzi: Sahih)

Selain itu yang menjadi dasar pijakan Akhlak adalah Iman, Islam, dan Islam. Al-Qur‟an menggambarkan bahwa setiap orang yang beriman itu niscaya memiliki akhlak yang mulia yang diandaikan seperti pohon iman yang indah hal ini dapat dilihat pada surat Ibrahim ayat 24, yang berbunyi:

Artinya: “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikit pun. Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang lalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki”. (www.quran_word.com)

(53)

yang berbicara mengenai dasar-dasar akhlak dengan menafikan pemikiran Islam, seperti relativisme akhlak. Yang mana berkat pembuktian realisme, maka kemutlakan akhlak adalah pendapat yang sahih dan relativisme akhlak tidak dapat diterima.(Mujtaba Misbah, 2008; 102)

Ada sebuah ungkapan yang mengatakan bahwa, kita akan memanen apa yang kita tanam. Dari ungkapan tersebut dapat kita tarik benang merah, bahwasannya apa yang kita lakukan tidak ada hubungannya dengan sesuatu diluar diri kta, karena hubungan perbuatan kita berhubungan langsung dengan Tuhan. Tanpa ada pihak ke-3. Oleh karena itulah dasar ahklak memerlukan disipln moral.

Kant, filosof Jerman berpendapat bahwa rasio spekulatif, yaitu agen didalam mekanisme tidak bernilai tinggi; namun rasio praktis, yaitu agen dari pelaksanaan hal-hal praktis, yang juga dimaknai sebagai “kesadaran akhlak” memiliki kegunaan yang pasti dan printah -printahnya bersifat mengikat.(Syekh Z A Qurbani Lahiji, 2001; 38) Dan hal ini sering di maknai sebagai kesadaran akhlak.

b. Landasaan Dasar Yuridis

Dalam pendidikan di Indonesia, akhlak juga merupakan suatu tujuan yang harus diwujudkan, hal ini berdasarkan dengan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam undang-undang negara, diantaranya;

(54)

a) Pasal 31, ayat 3 menyebutkan, “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang

meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur

dengan undang-undang.”

b) Pasal 31, ayat 5 menyebutkan, “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menunjang tinggi

nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban

serta kesejahteraan umat manusia.”

2) Tujuan Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003.

a) Pasal 3 menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

3. Ruang Lingkup Akhlak

(55)

akhlak terhadap lingkungan. ( Uus Ruswandi, 2004 : 309 ). Untuk lebih jelasnya Qurais Shihab memberikan penjelasan ketiga aspek tersebut. ( Qurais Shihab : 1996 : 261 ).

a. Akhlak Terhadap Allah

Akhlak terhadap Allah dapat diartikan sebagai sikap yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada Tuhan sebagai Khaliknya. Dalam hal ini, banyak cara yang dapat dilakukan manusia dalam berprilaku kepada Allah sebagai Rabbnya. Akhlak tersebut, di antaranya tidak menyekutukan-Nya (Q.S. 4:116), mensyukuri nikmat-Nya (Q.S. 2:152), selalu berdo‟a kepada-Nya (Q.S. 40:60), beribadah (Q.S. 51:56), meniru sifat-sifat nabi dan selalu berusaha mencari keridlaan-Nya (Q.S. 48:29), selalu memuji-Nya (Q.S. 27:93), bertawakkal kepada-Nya (Q.S. 3:159).

b. Akhlak Terhadap Sesama Manusia

Akhlak terhadap sesama manusia pada prinsipnya merupakan implikasi dari tumbuh dan berkembangnya iman seseorang. Salah satu indikator kuatnya iman seseorang nampak dalam prilakunya terhadap orang lain. Dengan kata lain mereka senantiasa memperlakukan sesama manusia sama.

(56)

Ajaran Islam yang bersumber pada al-Qur‟an dan al-Sunnah banyak mengungkap tentang hubungan manusia dengan manusia, misalnya: mengucapkan sesuatu yang baik (Q.S. 24:58), senantiasa mengucapkan yang benar (Q.S. 33:70), jangan mengucikan seseorang, berprasangka buruk, menceritakan keburukan orang dan memanggil seseorang dengan panggilan yang buruk (Q.S. 49:11-12). Di samping itu, masih banyak ayat-ayat al-Qur‟an yang mengungkap prilaku manusia, baik terhadap orang tua ataupun lainnya.

c. Akhlak Terhadap Lingkungan

Manusia diberi wewenang dan tanggung jawab untuk mengelola isi dunia demi kemakmuran dirinya, sebagai anugrah dari Allah SWT yang harus dijaga dan dipelihara kelestariannya. Demi terciptanya keserasian yang harmonis dan keseimbangan yang ekolog.

Akhlak manusia seperti yang telah dikemukakan di atas, mecerminkan bahwa mereka tidak mau merusak lingkungan yang telah dianugrahkan oleh Allah kepadanya. oleh sebab itu, pantas Allah sangat tidak menyukai orang-orang yang suka berbuta kerusakan di muka bumi ini (Q.S. 28:77).

(57)

Sesuai dengan ajaran agama tentang adanya perbedaan manusia dalam segala seginya, ada dua jenis akhlak, yaitu:

a. Akhlak Dhalury

Yaitu akhlak yang asli, otomatis yang merupakan pemberian Allah SWT secara langsung, tanpa memerlukan latihan, kebiasaan dan pendidikan. Akhlak ini hanya dimiliki oleh manusia-manusia pilihan Allah, keadaannya terpelihara dari perbuatan-perbuatan maksiat dan selalu terjaga dari larangan Allah, yaitu para Nabi dan Rasul-Nya. Dan tidak tertutup kemungkinan bagi orang mukmin yang shaleh mereka sejak lahir sudah berakhlak mulia dan berbudi luhur.

b. Akhlak Muktasabah

Yaitu akhlak atau budi pekerti yang harus dicari dengan cara melatih dan membiasakan kebiasaan yang baik serta cara berfikir yang tepat. Tanpa dilatih, dididik dan dibiasakan akhlak ini tidak akan terwujud. Akhlak ini yang dimiliki oleh sebagian besar manusia.usaha mendidik dan membiasakan kebajikan sangat dianjurkan, bahkan diperintahkan dalam agama, walaupun mungkin tadinya kurang rasa tertarik, tetapi apabila terus menerus dibiasakan, maka kebiasaan ini akan mempengaruhi sikap batinnya juga.( Djasuri, 1999 : 112-113 )

(58)

Orang yang berakhlak karena ketaqwaan kepada Tuhan sematamata, maka dapat menghasilkan kebahagiaan, antara lain:

a. Mendapat tempat yang baik di dalam masyarakat. b. Akan disenangi dalam pergaulan.

c. Akan dapat terpelihara dari hukuman yang sifatnya manusiawi dan sebagian makhluk yang diciptakan oleh Tuhan.

d. Orang yang bertaqwa dan berakhlak mendapat pertolongan dan kemudahan dalam memperoleh keluhuran, kecukupan, dan sebutan yang baik.

e. Jasa manusia yang berakhlak mendapat perlindungan dari segala penderitaan dan kesukaran. ( Mustofa, 1995 : 26 )

Dalam Islam akhlak sangat penting bagi manusia, bahkan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Kepentingan akhlak ini tidak saja dirasakan oleh manusia itu sendiri dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat bahkan dalam kehidupan bernegara.

Akhlak merupakan mutiara hidup yang membedakan makhluk manusia dengan makhluk yang lain, sebab seandainya manusia tanpa akhlak, maka hilang derajat kemanusiaannya.

Hamzah Ya‟qub mengatakan bahwa manfaat keutamaan akhlak

adalah sebagai berikut:

(59)

Tujuan ilmu pengetahuan ialah meningkatkan kemajuan manusia di bidang rohani atau bidang mental spiritual. Antara orang yang berilmu pengetahuan tidaklah sama derajatnya dengan orang yang tidak berilmu pengetahuan. Orang yang berilmu, praktis memiliki keutamaan dengan derajat yang tinggi.

b. Sebagai penuntun kebaikan

Rasulullah sebagai teladan yang utama, karena beliau mengetahui akhlak mulia yang menjdai penuntun kebaikan manusia. Sekaligus beliau menjadi panutan bagi umat manusia semuanya.

c. Memperoleh kesempurnaan iman

Iman yang sempurna akan melahirkan kesempurnaan akhlak. Untuk menyempurnakan iman, haruslah menyempurnakan akhlak dengan mempelajari ilmunya.

d. Memperoleh kesempurnaan di hari akhir.

Orang-orang yang berakhlak luhur, akan menempuh kedudukan yang terhormat di hari akhir. sebagaimana sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah yang artinya: “Tiada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin

di hari kiamat dari akhlak mulia. Dan sesungguhnya dengan akhlak mulia derajat seseorang menyamai orang-orang yang melaksanak didikan ibadah puasa dan shalat”. (H.R. Turmudzi)

(60)

Akhlak merupakan faktor mutlak dalam menegakkan keluarga sejahtera. Keluarga yang tidak dibina dengan akhlak yang baik, tidak akan bahagia, sekalipun kekayaan materinya yang berlimpah ruah. Akhlak yang luhur akan mengharmoniskan rumah tangga, menjalin cinta dan kasih sayang semua pihak. Segala tantangan dan badai rumah tangga yang sewaktu-waktu datang melanda, dapat dihadapi dengan rumus-rumus akhlak. Tegasnya bahagialah rumah tangga yang dirangkai dengan keindahan akhlak. ( Djasuri, 1999 : 114-116 ).

6. Aspek-Aspek Yang Mempengaruhi Akhlak

Segala tindakan dan perbuatan manusia yang memiliki corak yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, pada dasarnya merupakan akibat adanyas pengaruh dari dalam diri manusia (insting)

dan motivasi yang disuplai dari luar dirinya seperti milieu, pendidikan dan aspek Wiratsah. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi akhlak dan memotivasinya adalah:

a) Insting

(61)

Segenap naluri insting manusia itu merupakan paket yang inheren dengan kehidupan manusia yang secara fitrah sudah ada dan tanpa perlu dipelajari terlebih dahulu. Dengan potensi naluri itulah manusia dapat memproduk aneka corak prilaku sesuai dengan corak instingnya.

b) Adat/Kebiasaan

Adat/kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan, seperti berpakaian, makan, tidur, olahraga dan sebagainya.

Perbuatan yang telah menjadi adat kebiasaan, tidak cukup hanya diulang-ulang saja, tetapi harus disertai kesukaan dan kecenderungan hati terhadapnya. Orang yang sedang sakit, rajin berobat, mematuhi nasihat dokter, rajin berobat, minum obat, mematuhi nasihat-nasihat dokter, tidak bisa dikatakan adat kebiasaan, sebab dengan begitu dia mengharap sakitnya cepat sembuh. Apabila dia telah sembuh, dia tidak berobat lagi kepada dokter. Jadi terbentuknya kebiasaan itu, adalah karena kecenderungan hati yang diiringi perbuatan. Adapun sifat-sifat adat kebiasaan, ialah:

1) Mudah diperbuat.

2) Menghemat waktu dan perhatian

(62)

Perbincangan Wiratsah berhubungan dengan faktor keturunan. Dalam hal ini secara langsung atau tidak langsung, sangat mempengaruhi sikap dan tingkah laku seseorang.

Sifat-sifat asasi anak didik merupakan pantulan sifat-sifat asasi orang tuanya. Kadang-kadang anak didik itu mewarisi sebagian besar dari salah satu sifat orang tuanya. Ilmu pengetahuan belum menemukan secara pasti, tentang ukuran warisan dari campuran atau prosentase warisan orang tua terhadap anak didiknya. Peranan keturunan, sekalipun tidak mutlak, dikenal setiap suku, bangsa dan daerah.

Adapun sifat yang diturunkan orang tua kepada anak didiknya itu bukanlah sifat yang dimiliki yang tumbuh dengan matang karena pengaruh lngkungan, adat, dan pendidikan, melainkan sifat-sifat bawaan (persediaan) sejak lahir. Sifat-sifat yang biasa diturunkan itu pada garis besarnya ada dua macam: 1) Sifat-sifat jasmaniah. Yakni sifat kekuatan dan kelemahan otot

dan urat syaraf orang tua dapat diwariskan kepada anak didik-anak didiknya. Orang tua yang kekar ototnya kemungkinan mewariskan kekekaran itu kepada anak didik cucunya.

(63)

(insting), tetapi kekuatan naluri itu berbeda-beda. Ada orang yang instingnya begitu kuat, sehingga ia menjadi pemberani dan pahlawan yang gagah perkasa. Kelebihan dalam naluri ini dapat diwariskan kepada keturunannya. Demikian juga dalam kecerdasan, kesabaran (ketahanan mental), keuletan dan sifat-sifat mental lainnya dapat diturunkan dari ayah kepada anak didiknya atau dari nenek kepada cucunya.

d) Milieu

Salah satu aspek yang turut memberikan saham dalam terbentuknya corak sikap tingkah laku seseorang adalah faktor milieu (lingkungan dimana seseorang berada).

Milieu artinya suatu yang melingkupi tubuh yang hidup, melingkupi tanah dan udara, sedangkan lingkungan manusia , ialah apa yang mengelilinginya, seperti lautan, udara dan masyarakat. Dengan perkataan lain, milieu adalah segala apa yang melingkupi manusia dalam arti yang seluas-luasnya.( Zahruddin, AR, 2004 : 99 ).

C. Kitab Akhlak Lil Baniin

1. Isi Kitab Akhlak Lil Baniin

(64)

(ulamaterdahulu) yang bernama Syaikh Umar bin Achmad Bardja. Beliau hidup pada akhir abad keenam hijriyah, zaman kemunduran dan kemerosotan Daulah Abbasiyah.( Drs. H. Busyiri madjidi, 1997 : 101).

Kitab Akhlak Lil Baniin, telah disyarahi oleh Syeikh Djamilah Bachmid. Menurut pensyarah ini, kitab tersebut banyak disukai dan mendapat tempat secukupnya dikalangan para pelajar dan para guru.Terutama di masa pemerintahan Murad Khan bin Salim, pada abad XIV Masehi.

Kitab ini adalah kitab Akhlak, bukan kitab hukum, ialah Akhlak dalam menuntut ilmu. Yaitu Akhlak yang membawa kesuksesan anak dalam menuntut ilmu, kepentingannya adalah untuk menjabarkan tata cara bagaimana agar sukses dalam menutut ilmu.

Dengan demikian sangatlah penting bagi seorang anak pada khususnya dan para pelajar pada umumnya untuk mempelajari tentang banyak keilmuan yang berhubungan dengan akhlak, budi pekerti, moral dan sikap mental kemasyarakatan yang bertanggung jawab.

Kitab Akhlak Lil Baniin itu sendiri merupakan salah satu dari bermacam-macam kitab kuning yang ada di pesantren-pesantren pada umumnya. Adapun tujuan mempelajari kitab kuning menurut Zamakhsari Dhofir adalah sebagai berikut:

(65)

2. Untuk mencari pengalaman dalam hal pendalaman perasaan keagamaan.( Zamakhsari Dhofir, 1984 : 50).

Kemudian secara umum tujuan pengajaran kitab Akhlak Lil Baniin adalah untuk membantu anak dalam memahami dirinya dan lingkungannya dalam menuntut ilmu, memilih guru, ilmu, teman dan sebagainnya, baik di lingkungan pesantren, sekolah maupun di tempat-tempat lain dalam menuntut ilmu yang akan membentuk akhlak yang sesuai, serasi dan seimbang dengan diri dan lingkungannnya.

Anak pada saat ini sangat membutuhkan akan bimbingan akhlak dalam menuntut ilmu, sehingga akhirnya mereka dapat memahami dan menela‟ah akhlak yang sesuai dengan eksistensinya

sebagai seorang anak.

(66)

Dalam Kitab Akhlak Lil Baniin terdapat banyak pasal yang mencakup tentang akhlakul karimah. Disini penulis menjabarkan beberapa materi pendidikan akhlak anak yang diantarnya :

1. Dengan apa seorang anak beradab?

1) Wajib atas seorang anak berakhlak dengan akhlak yang baik dari kecilnya, agar kehidupannya dicintai ketika dewasa. Tuhannya akan ridho padanya, dan keluarganya akan senantiasa mencintainya, dan seluruh manusia. Ia harus pula menjauhi akhlak yang buruk, agar tidak menjadi orang yang dibenci, tidak dimurkai Tuhannya, tidak dibenci keluarganya, dan tidak dibenci siapapun.

2) Wajib juga atas seorang anak yang beradab, menjauhi dari akhlak yang tercela, agar tidak menjadi orang yang dibenci. Tuhannya tidak ridho padanya,dan keluarganya tidak mencintainya dan juga seluruh manusia.

2. Seorang anak yang beradab.

1) Seorang anak yang beradab ia memuliakan kedua orang tuanya, para pengajarnya, para saudaranya yang lebih besar, dan semua orang yang lebih besar darinya, serta menyayangi saudaranya yang lebih kecil, dan semua orang yang lebih kecil darinya. 2) Seorang anak yang beradab selalu jujur dalam setiap

Referensi

Dokumen terkait

Dibuktikan dengan terjadi perubahan visi, logo, struktur organisasi, sistem kerja (manajemen pondok), sarana prasarana, kurikulum, dan SDM di Pondok Pesantren

Peneliti tertarik untuk meneliti mengenai hubungan tingkat pengetahuan santri dengan perilaku pencegahan terhadap skabies di pondok pesantren Darut Taqwa Bulusan

49 Data hasil wawancara dengan Ust. Muhammad Ilyas pembina pondok pesantren Al- Qur’an Babussalam Selayar, 12 Juli 2021.. besar memiliki akhlak yang terpuji, begitu pula

Tesis dengan judul “ Manajemen Pondok Pesantren Dalam Menjawab Tantangan Modernitas (Studi Multi Situs Pondok Pesantren Lirboyo dan Pondok Pesantren Al-Falah

Tujuan Penelitian ini adalah adalah (1) Untuk mengetahui peranan pondok pesantren Darut Tawwabin melalui kegiatan istighozah dalam membina akhlak masyarakat Desa Menganti

Peranan Pondok Pesantren Darut Tawwabin melalui Kegiatan Kajian Kitab Kuning dalam Membina Akhlak Masyarakat Desa Menganti Kabupaten Gresik. Peran yang dilakukan

Peneliti tertarik untuk meneliti mengenai hubungan tingkat pengetahuan santri dengan perilaku pencegahan terhadap skabies di pondok pesantren Darut Taqwa Bulusan

Tahapan-Tahapan Penerapan Metode Al-Miftah di Pondok Pesantren Miftahul Hikmah Cupel Negara Bali Landasan yang digunakan oleh pondok pesantren Miftahul Hikmah dalam penerapan metode