• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Pendidikan Karakter Prespektif K.H. Ahmad Dahlan - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Konsep Pendidikan Karakter Prespektif K.H. Ahmad Dahlan - Test Repository"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER

PERSPEKTIF

K.H. AHMAD DAHLAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

AISYAH KRESNANINGTYAS

NIM: 111-12-196

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO

Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka

merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS. Ar Ra’du:11)

Katakan pada diri sendiri tuk “tidak menyerah” untuk selalu melakukan perbaikan

(7)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

 Bapakku, Sunarto yang sudah memberikan kasih sayang, doa-doa terbaik teruntuk putra-putrinya, dan motivasi, baik dari segi materil atau non

materil sehingga skripsi ini bisa penulis selesaikan, serta doa teruntuk ibuk kami Nining Setyowati yang sudah berada di pangkuan-Nya semoga Allah

menempatkan engkau di Raudotan min Riyadil Jinan, Amin…

 Mas-mas ku tercinta, Ahmad Dwi Arianto & Ahmad Khoironi Arianto yang selalu memberikan perhatian baik dari segi materil atau non materil

serta kebersamaan terhangat dalam keluarga,” maternuwun mas sampun

sabar kaleh isah anis”.

 Saudara-saudara perempuan dikeluarga kami teteh kesayangan Anisy Syahida yang selalu ikhlas menjadi ibu dan mbak buat kami, my twiin Aisyah Khoirun Nisa’ yang menjadi pendengar terbaik ketika mbak nya

ini butuh nasehat dan saran, serta keponakan manis kami Annisa Istifianza

Bihurinin Arianto” selalu jadi kebanggaan abiumi ya nduk”

 Dosen pembimbing skripsi Bapak Achmad Maimun, M.Ag yang senantiasa membimbing dan mendidik penulis dengan penuh keikhlasan dan kesabaran.

 Sahabat-sahabat seperjuangan Primagama Cendana Jogjakarta, Maisaroh Choirotunnisa yang cantik, Rizaty Rosyada, Dwi Agustina yang selalu

menjadi alarem terbaik “ayo ais, skripsinya gimana? Udah bulan apa ini”

(8)

mengoreksi dan memberikan masukan dan mendorong penulis untuk menyelesaikan karya sederhana ini.

 Teman seperjuangan skripsi Siti Mujayanah yang selalu memberi motivasi

kepada penulis. “maternuwun yo nda”.

 Teman karib yang selalu ada dan motivator selama di Salatiga mbak Ima, dek Ika, Endang, mbak Atik, Dita , mbak Cinta, Fajri, Wisnu, mbak Fitri,

dek Hade, Fia, Lia. “maternuwun ya kesayangan”.

 Keluarga besar cabang & komisariat Himpunan Mahasiswa Islam Salatiga yang memberikan warna dalam berproses selama ini.

 Keluarga besar LAZIS JATENG Salatiga yang memberikan penulis ruang dan waktu dalam proses belajar mengajar selama ini.

 Santri-santri kesayangan TPQ Nurul Fikri yang selalu menjadi obat

mujarab penulis ketika lelah. “semoga kalian menjadi putra-putri masa

depan yang sholeh & sholehah ya dek” amin….

 Teman-teman PPL, KKL, dan KKN yang berjuang bersama dalam suka dan duka untuk menyelesaikan tugas Negara.

 Teman-teman seperjuangan di kampus IAIN

(9)

KATA PENGANTAR

ميح ّرلا نمح ّرلا الله مسب

Puji syukur penulis panjatkan kepada Sang Raja alam semesta (Allah

‘Azza wa Jalla). atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini, meskipun dalam wujud yang sederhana dan jauh dari sempurna. Sholawat dan salam Allah SWT, semoga senantiasa terlimpahkan kepada Sang Pemimpin hidup manusia dan yang menjadi

cakrawala rindu para umatnya (Nabi Muhammad SAW).

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan dapat

diselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

3. Ibu Siti Ruhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pedidikan Agama Islam. 4. Bapak Achmad Maimun, M.Ag selaku pembimbing yang telah

membimbing dalam penulisan skripsi ini.

5. Bapak Alm.Joko Sutopo, selaku dosen pembimbing akademik yang telah

membimbing dan mengarahkan sejak awal semester hingga akhir hayat beliau dengan penuh keikhlasan.

(10)

7. Bapak/ ibu dosen dan seluruh karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan pelayanan kepada penulis.

8. Bapakku dan seluruh keluargaku yang telah mendo’akan dan membantuku dalam menyelesaikan studi di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga

dengan penuh kasih sayang dan kesabaran.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu kelancaran penulisan skripsi ini.

Atas jasa-jasa dan kebaikan beliau di atas, penulis berdo’a semoga Allah SWT menerima amalnya dan memberikan balasan yang lebih baik.

Pada akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, semua itu karena keterbatasan penulis. Tiada kalimat yang pantas penulis ucapkan kecuali kalimat Al-Hamdulillahi Robbil ‘Alamiin.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik di dunia maupun di akhirat.

Salatiga,14 September 2016 Penulis

(11)

ABSTRAK

Kresnaningtyas, Aisyah. 2016. Konsep Pendidikan Karakter Prespektif K.H. Ahmad Dahlan. Skripsi. JurusanPendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Achmad Maemun M.Ag.

Kata kunci: K.H. Ahmad Dahlan, Pendidikan Karakter.

Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah konsep K.H. Ahmad Dahlan tentang pendidikan karakter; (2) Bagaimana relevansi Nilai Pendidikan Karakter Kemendiknas dengan Pendidikan Karakter Perspektif K.H. Ahmad Dahlan

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan (library research). Sumber data primer adalah falsafah ajaran K.H. Ahmad Dahlan, sumber sekundernya adalah buku-buku lain yang bersangkutan dan relevan dengan penelitian. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Metode Analisis Isi (Content Analysis).

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

LEMBAR BERLOGO... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN……… v

MOTTO... vi

PERSEMBAHAN... vii

KATA PENGANTAR ... ix

ABSTRAK... xi

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL……….. xiv

DAFTAR GAMBAR………. xiv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A.Latar Belakang……….………. 1

B.RumusanMasalah……… 6

C.Tujuan Penelitian………... 6

D.Kegunaan Penelitian……… 6

E.Penegasan Istilah………...……….. 7

F.Metode Penelitian……..…………..……… 8

(13)

H.Sistematika Penulisan Skripsi.……… 12

BAB II BIOGRAFI K.H. AHMAD DAHLAN …….………. 15

A. Riwayat Hidup K.H.Ahmad Dahlan ……….. 15

B. Latar Belakang Pendidikan………. 19

C. Peran K.H. Ahmad Dahlan………….………. 27

D. Usaha dan Jasa K.H AhmadDahlan……... 33

E. Cita-Cita K.H. Ahmad Dahlan……… 36

F. Perjuangan K.H. Ahmad Dahlan ……… 38

G. K.H. Ahmad Dahlan Politik dan Nasionalisme... 40

BAB III PENGERTIAN PENDIDIKAN KARAKTER………… 42

A. Pengertian Karakter………..………... 42

B. Pengertian Pendidikan Karakter………. 43

C. Tujuan Pendidikan Karakter………... 45

D. Dasar Hukum Pendidikan Karakter………..……. 47

E. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter………...……. 48

BAB IV PENDIDIKAN KARAKTER PRESPEKTIF K.H. AHMAD DAHLAN ………. 53 A. Pendidikan Menurut K.H. Ahmad Dahlan…...……... 53

B. Pendidikan Karakter K.H. Ahmad Dahlan……….... 63

(14)

2. Konsep Pendidikan Karakter………. 65

3. Materi Pendidikan Karakter K.H. Ahmad Dahlan…... 70

4. Karakter Ilmu Menurut K.H. Ahmad Dahlan …...……... 74

5. Metode Pendidikan Karakter………. 77

C. Pendidikan Karakter Dalam Tujuh Falsafah dan pesan-pesan K.H. Ahmad Dahlan……… 80 D. Relevansi Pendidikan Karakter K.H. Ahmad Dahlan Dengan Unsur-Unsur Karakter KEMENDIKNAS………… 91 BAB V PENUTUP………...……… 104

A. Kesimpulan……… 104

B. Saran………. 106

DAFTAR PUSTAKA ………. 108

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel

3.1

Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter

Bangsa

50

Tabel

3.2

Nilai-Nilai yang Merupakan Nilai turunan dari Nilai-Nilai Inti

51

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1

Nilai-Nilai Inti (Core Values) yang Dikembangkan dalam Pendidikan Karakter Indonesia

52

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk yang paling mulia yang diciptakan oleh

Allah. Berawal dari konsep tentang kejadian manusia yang dimulaikan dari sejarah awal kejadiannya sebagai makhluk Allah SWT yang mempunyai potensi dasar dibekali potensi akal dan ilmu, disamping untuk menjalankan

misi untuk mengabdi sebagai khalifah Allah di bumi ini. Supaya dapat menjalankan amanat dan tanggung jawab tersebut diperlukan adanya tuntunan

dan bimbingan melalui pendidikan.

Pendidikan dapat menjadi tolok ukur bagi kemajuan dan kualitas suatu bangsa, sehingga dapat dikatakan bahwa kemajuan suatu negara dapat dicapai

salah satunya dengan pembaharuan dan penataan pendidikan yang baik. Jadi pendidikan mempunyai peran penting dalam menciptakan masyarakat yang

cerdas, pandai, berilmu pengetahuan yang luas, berjiwa demokratis serta berakhlaqul karimah.

Pendidikan adalah usaha secara sadar dan terrencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran secara aktif untuk mengemban potensi diri memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

(17)

Melalui proses pendidikan, setiap warga negara Indonesia dibina untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa,

akhlaq mulia dalam kepribadiannya. Untuk meningkatkan salah satu tujuan pendidikan nasional yang mempunyai peran penting dalam pembentukan

manusia yang berkarakter yaitu melalui pendidikan.

Persoalan karakter bangsa kini menjadi sorotan tajam dalam masyarakat. Sorotan itu mengenai berbagai aspek kehidupan yang tertuang

dalam berbagai tulisan baik dimedia cetak maupun media elektronik. Selain itu para ahli, pemuka masyarakat dan pengamat pendidikan juga

membicarakan persoalan karakter bangsa belakangan ini sudah mulai luntur pada generasi penerus bangsa, berbagai forum seminar, baik lokal, nasional maupun internasional. Persoalan yang muncul di masyarakat sekarang ini

seperti korupsi, kekerasan, kejahatan seksual, perusakan, perkelahian antar pelajar, dan sebagainya yang menjadi pembahasan hangat di media massa, dan

diberbagai kesempatan.

Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasiatau mengurangi masalah karakter bangsa yang dirasa semakin menurun ini adalah

dengan pendidikan, yaitu dengan pembiasaan menanamkan nilai-nilai agama dan moral sejak dini. Melalui hal-hal tersebut diharapkan dapat

(18)

Pendidikan karakter merupakan salah satu dimensi pendidikan yang memiliki pengaruh terhadap anak didik. Dunia pendidikan dalam beberapa

aspeknya tidak lepas dari pendidikan karakter, hal ini disebabkan karakter merupakan dasar sikap dan kepribadian setiap manusia. Upaya pembentukan

pendidikan karakter yang sesuai dengan bangsa ini tidak hanya teori-teori yang disampaikan di sekolah melalui serangkaian kegiatan belajar mengajar saja, akan tetapi melalui pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari, seperti

halnya jujur, disiplin, toleran, kerja keras, cinta damai, tanggung jawab, dan lain sebagainya. Pembiasan tersebut perlu dikembangkan yang pada akhirnya

akan menjadi cerminan hidup bangsa Indonesia.

Karakter anak akan terbentuk dan tertanam hingga dewasa yang mencerminkan kepribadian seseorang. Hal ini akan terwujud melalui

pembiasaan-pembiasaan yang distimulasi mulai sejak usia dini. Apabila pembiasaan yang diberikan adalah pembiasaan yang baik maka akan

menghasilkan karakter yang baik demikian pula sebaliknya. Penanaman nilai-nilai agama dan moral yang baik akan lebih efektif diberikan kepada anak sejak usia dini, karena perkembangan anak berlangsung secara

berkesinambungan yang berarti bahwa tingkat perkembangan yang dicapai pada suatu tahap diharapkan meningkat baik secara kuantitatif maupun

kualitatif pada tahap-tahap selanjutnya.

Pendidikan karakter tidak terlepas dengan pendidikan moral yang sebenarnya bukan gagasan baru lagi tetapi merupakan gagasan lama dengan

(19)

besar mempunyai dua tujuan utama yaitu, untuk membantu anak-anak menjadi pintar dan baik. Sejak zaman plato masyarakat yang bijak telah

menjadikan pendidikan moral sebagai tujuan pendidikan. Mereka memberikan pendidikan karakter yang disatukan dengan pendidikan

intelektual, kesusilaan dan literasi, serta budi pekerti dan pengetahuan. Mereka mencoba membentuk masyarakat yang menggunakan kecerdasan untuk kemaslahatan orang lain dan diri mereka, dan untuk pembangunan

dunia yang lebih baik.

Pendidikan dan karakter sangat erat sekali hubungannya karena

keduanya saling berkaitan. Pendidikan harus memiliki karakter di dalamnya. Akan tetapi saat ini hubungan antara pendidikan dengan karakter tidak saling berkaitan disebabkan adanya stigma yang lebih mengutamakan hasil dari

pada proses yang harus dilewati menuju pendidikan yang bersinergi.

Dalam rangka menuju cita-cita pendidikan yang berkarakter, penulis

mencoba mengurai pemikiran yang pernah ditawarkan oleh tokoh pembaharuan, K.H. Ahmad Dahlan, hal ini dimaksudkan untuk mencoba mencari solusi terhadap problematika pendidikan di Indonesia saat ini.

K.H. Ahmad Dahlan merupakan tipe man of action sehingga sudah pada tempatnya apabila mewariskan cukup banyak amal usaha. Oleh sebab

itu untuk menelusuri bagaimana konsep pendidikan karakter Ahmad Dahlan mestinya lebih banyak merujuk pada bagaimana ia membangun sistem pendidikan. Dengan usaha beliau di bidang pendidikan, Ahmad Dahlan dapat

(20)

menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi Islam yaitu, ketertinggalan umat Islam di bidang pendidikan. K.H. Ahmad Dahlan senantiasa

memikirkan anak-anak generasi dimasa yang akan datang supaya selalu dapat menjadi generasi Islam yang memiliki nilai juang yang tinggi terhadap Islam.

Untuk itu di tengah-tengah sakitnya yang semakin parah diawal tahun 1923, K.H. Ahmad Dahlan memberikan beberapa nasehat dan wasiat. Dalam nasehat dan wasiat tersebut terdapat pembahasan mengenai pendidikan

karakter yang sudah mulai mengalami kemerosotan, nasehat dan wasiat itu ialah sebagai berikut, kemunduran umat sebagian besar pemeluk islam sudah

terlalu jauh meninggalkan ajaran Islam yang membuat Islam mengalami kemunduran. Kemunduran Islam tersebut disebabkan kemerosotan akhlak sehingga mengalami penuh ketakutan seperti kambing dan tidak memilki

keberanian seperti harimau. Melihat keadaan yang demikian K.H. Ahmad Dahlan pun berwasiat, “karena itu aku terus memperbanyak amal dan

berjuang bersama anak-anakku sekalian untuk menegakkan akhlak dan moral

yang sudah mulai bengkok” (Abdul Munir Mulkhan, 1990:95).

(21)

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep K.H. Ahmad Dahlan mengenai pendidikan karakter?

2. Bagaimana Relevansi Nilai Pendidikan Karakter Kemendiknas dengan Pendidikan Karakter Perspektif K.H. Ahmad Dahlan ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian yang berjudul “Konsep Pendidikan Karakter Perspektif

K.H.Ahmad Dahlan” bertujuan:

1. Untuk mengetahui Konsep Pendidikan Karakter Perspektif K.H.Ahmad Dahlan.

2. Untuk mengetahui Relevansi Nilai Pendidikan Karakter Kemendiknas

dengan Nilai Pendidikan Karakter Perspektif K.H. Ahmad Dahlan ?

D. Kegunaan Penelitian

1. Memberikan sumbangan pemikiran untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang pendidikan.

2. Untuk memberikan pemahaman konsep pendidikan karakter perspektif

K.H. Ahmad Dahlan kepada seluruh masyarakat sebagaimana yang diharapkan K.H. Ahmad Dahlan maupun oleh Agama, khususnya agama

Islam.

(22)

E. Penegasan Istilah

Sebelum penulis membahas lebih lanjut yang menjadi inti

permasalahan dan untuk menghindari kesalahan penafsiran, maka perlu penulis jelaskan istilah-istilah yang berkaitan dengan judul di atas yaitu

Konsep Pendidikan karakter.

Concept berarti konsep, buram, bagan, dan rencana (M. cchols dan

Shadily, 1976: 135).Konsep adalah ide abstrak dari peristiwa konkret yang

dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau pengolongan yang pada umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata

(KBBI, 2007:588).

Pendidikan adalah usaha manusia untuk mengembangkan dan mengarahkan fitrahnya agar dapat berkembang sampai titik optimal untuk

menciptakan tujuan yang dicita-citakan (Arifin, 1998: 12). Secara etimologis (bahasa), menurut Heri Gunawan, karakter berasal dari bahasa

latin kharakter, kharassein, dan kharax. Dalam bahasa Yunani, character berasal dari kata charassein, yang berarti membuat tajam atau membuat dalam. Kamus Besar bahasa Indonesia menyebutkan karakter adalah

sifat-sifat kejiwaan, akhlaq atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain. atau bermakna bawaan hati, jiwa, kepribadian, budi

(23)

F. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal pokok yang mendasari

penelitian, yaitu: jenis penelitian, sumber data, metode pengumpulan data, dan analisis data.

1. Jenis penelitian

Penelitian yang dipakai termasuk penelitian literature yang berfokus pada referensi buku dan sumber-sumber yang

relevan.Penelitian literature lebih terfokus kepada studi kepustakaan.(Amirin, 1995:135).

2. Sumber Data

Penelitian ini (berjenis penelitian) literature (kepustakaan), sehingga penelitian ini menggunakan kajian terhadap buku-buku yang

ada kaitannya dengan judul skripsi ini, yaitu buku-buku yang membahas pemikiran KH. Ahmad Dahlan. Dengan judul diantaranya.

a. KH. Ahmad Dahlan Sang Pencerah, pendidik dan pendiri Muhammadiyah.

b. Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam (Drs. H. Musthofa

Kamal Pasha, B.Ed, Drs. H. Ahmad Adaby Darban, SU, 2005).

c. Majalah yang terkait dengan topik pembahasan: Majalah Suara Muhammadiyah.

Di dalam buku-buku tersebut memuat tentang sejarah berdirinya

(24)

K.H. Ahmad Dahlan dengan perjuangannya dan masih bayak pembahasan yang lainnya.Dari buku yang diambil sebelumnya,

penulis juga menggunakan buku-buku yang berkaitan tentang pemikiran K.H. Ahmad Dahlan.

Selain itu juga masih banyak sumber-sumber yang berkaitan tentang K.H. Ahmad Dahlan, salah satunya buku milik Drs. H. M. Zulfa, M. Ag.Beliau mengatakan bahwa pada zaman tersebut Ahmad

Dahlan bertujuan memberantas TBC atau yang lebih dikenal dengan

tahayul, bid’ah, dan khufarat. Dalam pendidikan menciptakan

pembaharuan diantaranya pendidikan disatukan dengan pendidikan tradisional dengan pendidikan umum dan moderen. Dalam pembaharuan K.H. Ahmad Dahlan memaparkan bahwa pendidikan

diupayakan supaya di ruang kelas terdapat meja,kursi, papan tulis dan keperluan pembelajaran yang lainnya, sehingga akan menjadi metode

pembelajaran yang lebih efisien. Dalam pendidikan sekolah beliau juga memberikan pelajaran umum.

3. Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian dicari dengan pendekatan library research yaitu suatu penelitian kepustakaan murni.Dengan demikian

(25)

catatan, transkip, buku, majalah dan benda-benda tulis lainnya. (Arikunto,2010:202).

Dimana data-data atau variabel-variabel tersebut berupa karya-karya mengenai beliau baik tentang sejarah kehidupannya,

kebiasaan-kebiasaan kesehariannya ataupun pemikirannya. Untuk itu penulis menggunakan metode dokumentasi melalui mengumpulkan tulisan-tulisan sahabat dan murid K.H. Ahmad Dahlan serta karya-karya

monumental beliau yang berupa sekolah-sekolah, panti asuhan, rumah sakit dan amal usaha Muhammadiyah untuk menambah validitas data

yang telah diperoleh. Studi dokumen ini dilakukan terhadap sumber-sumber primer maupun sekunder.

4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan penulis dalam penulisan skripsi ini adalah:

a. Deduktif

Metode deduktif adalah metode berfikir yang berangkat dari pengetahuan yang bersifat umum dan bertitik tolak dari

pengetahuan yang umum itu kita hendak menilai sesuatu kejadian yang khusus.(Hadi, 1981:42). Metode ini digunakan untuk

(26)

b. Induktif

Metode induktif adalah metode berfikir yang berangkat

dari fakta-fakta peristiwa khusus yang bersifat umum (Hadi, 1981:42). Metode ini digunakan untuk membahas beberapa

konsep pemikiran pendidikan karakter perspektif KH. Ahmad Dahlan guna ditarik kesimpulan dalam dunia pendidikan

nasional dewasa kini.

G. Telaah Pustaka

K.H. Ahmad Dahlan merupakan seorang pendiri

Muhammadiyah.Kepemimpinannya itu sangat penting didalam tubuh Muhammadiyah tidak hanya beliau sosok yang dikenal aktif dalam menggulirkan gagasannya tentang gerakan pendidikan maupun dakwah

sekaligus entrepreneur yang cukup sukses.Di ranah pendidikan sosok K.H. Ahmad Dahlan sangat tergerak untuk melakukan aktifitas yang

menerapkan pendidikan dengan metode barat. System yang dibangun pendidikan yang berorientasi pada pendidikan modern dengan menggunakan system yang klasikal. Dengan system tersebut dalam

pendidikan mendapatkan gagasan pembaharuan guna menambah wacana pendidikan berkemajuan.

(27)

1. Ditulis oleh Abdul Munir Mulkham, dengan judul “Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah dalam Perspektif Perubahan Sosial”, Diterbitkan oleh Bumi Aksara pada tahun 1990 di Jakarta.

2. Ditulis oleh Abdul Munir Mulkhan, dengan judul “Jejak Pembaharuan

Sosial dan Kemanusiaan Kiai Ahmad Dahlan”, Diterbitkan oleh PT

Kompas Media Nusantara pada tahun 2010.

3. Ditulis oleh Muttaqin, dengan judul “Pencerahan Pendidikan Agama

Islam di Indonesia dan Aktualisasinya (telaah sosiokultural perjuangan K.H. Ahamd Dahlan)” Diterbitkan di STAIN pada tahun 2014 di

Salatiga.

4. Ditulis oleh Deni Al Asy’ari, dengan judul “Pemberontakan Kaum

Muda Muhammadiyah”, Diterbitkan oleh Resist Book pada tahun

2005 di Yogyakarta.

5. Ditulis oleh Robert W. Hefner, Sukindi Mulyadi dan Abdul Munir Mulkhan dengan judul “Api Pembaharuan Kiai Ahmad Dahlan”,

Diterbitkan oleh PT Multi Pressido pada tahun 2008 di Yogyakarta. Dari beberapa sumber tulisan tersebut, sejauh pengamatan penulis

masih ada yang perlu untuk dilengkapi kembali yang membahas mengenai Pendidikan Karakter menurut pemikiran beliau. Harapan

(28)

H. Sistematika Penulisan

Dalam menyusun skripsi ini secara menyeluruh terdapat lima bab

untuk membahas Konsep Pendidikan Karakter Perspektif K.H. Ahmad Dahlan. Sistematika penulis disusun sebagai berikut:

BAB 1: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan dan manfaat penelitian D. Definisi Operasional

E. Metode Penelitian F. Sistematika Penulisan

BAB II: BIOGRAFI K.H. AHMAD DAHLAN

A. Riwayat hidup K.H. Ahmad Dahlan

B. Latar belakang pendidikan K.H. Ahmad Dahlan C. Peran K.H. Ahmad Dahlan

D. Usaha dan Jasa K.H. Ahmad Dahlan

E. Cita-cita K.H. Ahmad Dahlan F. Perjuangan K.H. Ahmad Dahlan

(29)

BAB III: TEORI PENDIDIKAN KARAKTER

A. Pengertian karakter

B. Pengertian pendidikan karakter C. Tujuan pendidikan karakter

D. Dasar hukum pendidikan karakter E. Nilai-nilai pendidikan karakter

BAB IV: PEMBAHASAN

Pada bab ini membahas konsep pendidikan karakter perspektif K.H. Ahmad Dahlan dan Relevansi Nilai Pendidikan Karakter Kemendiknas dengan Pendidikan Karakter Perspektif K.H. Ahmad Dahlan. Dalam konsep pendidikan

karakter K.H. Ahmad Dahlan berupaya menanamkan karakter kepada peserta didiknya.Diantaranya melalui pendidikan akhlaq, salah satu usaha supaya dapat

menumbuhkan karakter yang baik yang sesuai Al-Qur’an dan As -sunnah.Selanjutnya pendidikan individu, pendidikan yang menggabungkan antara akal dan pikiran, kenyakinan dan intelektual serta kebahagiaan dunia dan

akherat.Dan yang terakhir yakni pendidikan kemasyarakatan, yaitu pendidikan yang menggabungkan antara pendidikan individu dengan pendidikan

bermasyarakat.

Relevansi Pendidikan Karakter K.H. Ahmad Dahlan Dengan Unsur-Unsur Pendidikan Karakter Kemendiknas Diantaranya yaitu, nilai karakter religius, jujur,

(30)

kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat atau komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli sosial, dan tanggungjawab. Adapun

pendidikan Karakter K.H. Ahmad Dahlan dapat mendukung pendidikan karakter Kemendiknas sehingga mampu menciptakan pendidikan karakter yang efektif.

BAB V: PENUTUP

(31)

BAB II

BIOGRAFI AHMAD DAHLAN

A. Riwayat Hidup K.H. Ahmad Dahlan

K.H. Ahmad Dahlan lahir di kampung Kauman Yogyakarta pada tanggal 1 Agustus 1986 M atau 1285 H dengan nama Muhammad Darwis.

K.H. Ahmad Dahlan merupakan putra keempat dari tujuh bersaudara dari seorang ayah bernama Kyai Haji Sulaiman yang menjabat khatib masjid

besar Mataram Yogyakarta (Sucipto, 2010: 49) .Ibunya bernama Siti Aminah puteri dari H. Ibrahim yang juga menjabat sebagai penghulu di

kalsutanan Yogyakarta.

Menurut silsilah garis keturunan, Muhammad Darwis termasuk keturunan kedua belas dari Maulana Malik Ibrahim, salah seorang yang

terkemuka diantara Walisongo, yaitu pelopor penyebaran agama Islam di Jawa. Jika dirunut silsilahnya tersebut ialah Maulana Malik Ibrahim,

Maulana Ishak, Maulana Ainun Jakin, Maulana Fadhulloh (Sunan Prapen), Maulana Sulaiman (Ki Ageng Gribig), Demang Djurang Djuru Sepisan, Demang Djurang Djuru Kapindo, Kyai Ilyas, Kyai Murtadlo, KH

Muhammad Sulaiman, K.H. Abu Bakar dan Muhammad Darwis (K.H. Ahmad Dahlan) Depot Pengajaran Muhammadiyah (1968:5). Beliau

tumbuh dalam lingkungan yang penuh dengan nuansa religius yang tinggi, yaitu masyarakat kauman. Kyai Haji Abu Bakar memberi nama puteranya itu Muhammad Darwis. Putera yang dilahirkan termasuk keturunan ke-12

(32)

dengan sebutan Nyai Abu Bakar, merupakan putri kyai Haji Ibrahim bin kyai Haji Hasan dengan nama Siti Aminah. Kyai Haji Ibrahim sendiri

menjabat penghulu keratin sehingga dengan demikian jelas bahwa Muhammad Darwis dari segi ayah dan ibu dilahirkan dan hidup dalam

keluarga muslim yang taat.

Kampung Kauman terletak di jantung kota Yogyakarta, tepatnya disebelah barat alun-alun utara keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Pada

awal mulanya kampung Kauman dihuni oleh para ulama yang bertugas memakmurkan masjid Gede Keraton Yogyakarta sebagai khatib, imam, mu’adzin, serta kyai penghulu atau Qadli keraton dengan staff dan

pegawainya (Utomo, 2011: 66). Jumlah khatib ada dua belas orang dan seorang diantaranya adalah kiai Haji Abu Bakar dengan gelar Khatib

Amin.Setelah Kyai Haji Abu Bakar wafat maka jabatan khatib beralih kepada puteranya, K.H. Ahmad Dahlan.Para kyai dan ulama’ penduduk

Kauman itu kemudian saling berbesanan dan anak serta cucu-cucu mereka itulah yang akhirnya merupakan penghuni kampung Kauman.

Sewaktu kecil, Muhammad Darwis bergaul akrab dengan

kawan-kawan tetangganya.Beliau dikenal sebagai anak yang rajin, jujur, dan suka menolong, serta mempunyai kelebihan yaitu pandai membuat kerajinan

(33)

Di usia remaja ia juga sudah menunjukkan sikap dan berbagai keunggulan dibanding teman-teman sebayanya. Terutama dalam

kecermatan dan kehati-hatiannya dalam menghadapi persoalan, saat mengambil keputusan dan bertindak.Kemampuan akal pikirannya

dikembangkan secara maksimal, sehingga kecerdasan kedinamisan serta kreatifitas Dahlan kecil sudah Nampak.

Pada usianya yang masih belia umur 15 tahun, beliau memutuskan

untuk pergi haji dan tinggal di Mekkah.Keberangkatannya itu tidak lepas dari peran kakak iparnya bernama Kyai Haji Soleh, seorang kyai yang juga

saudagar kaya.Di mana beliaulah yang membiayai segala keperluan Dahlan, agar bisa berangkat ke tanah suci. Di sanalah awal mula terjadinya pergolakan K.H. Ahmad Dahlan dengan pemikiran-pemikiran K.H.

Ahmad Dahlan dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afgani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah

(Winda, 2009: 15). Pada tahun 1888 beliau kembali ke Indonesia dan mengganti nama menjadi Ahmad Dahlan yang diambil dari nama seorang mufti yang terkena l dari Mazhab Syafi’I di Makkah yaitu Ahmad bin

Zainal Dahlan. Beliau pun membantu ayahnya mengajar pengajian anak-anak. Keadaan ini telah menyebabkan pengaruh Ahmad Dahlan semakin luas di Masyarakat sehingga ia diberi gelar “Kyai”. Sebagai seorang kyai,

ia dikategorikan sebagai ulama atau intelektual. Namun tidak berselang lama, tepatnya pada tahun 1903 ia kembali lagi ke Makkah dan menetap

(34)

berguru pada Syekh Ahmad Khatib yang juga guru dari pendiri NU, KH Hasyim Asy’ari.

Sepulang dari Makkah pada tahun 1889 M, saat itu berusia 24 tahun, ia menikah dengan Siti Walidah, sepupunya sendiri. Anak Kyai penghulu

Haji Fadhil yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan, seorang pendiri Aisyiyah (Sucipto, 2010: 52). Dari perkawinannya dengan Siti Walidah, K.H. Ahmad Dahlan mendapatkan enam orang anak yaitu:

Johannah (lahir 1890), Siraj Dahlan (lahir 1898), Siraj Busyro (lahir 1903), Irfan Dahlan dan Siti Aisyah (lahir kembar, tahun 1905) dan Siti

Zuharoh (lahir 1908) (Sucipto, 2010: 52).

Pada tahun 1869 M ayah dari K.H. Ahmad Dahlan (KH.Abu Bakar) meninggal dunia. Jenazah KH. Abu Bakar mendapat penghormatan yang

besar dari masyarakat dan para bangsawan keraton Yogyakarta.Setelah dishalatkan di Masjid Gede Kauman, jenazahnya dimakamkan di

pemakaman umum Nitikan, satu makam dengan ayahnya, KH. Sulaiman (Wibowo 2011: 91). Sesuai dengan kebiasaan yang berlaku di Keraton Yogyakarta, sebagai anak laki-laki yang paling besar, Ahmad Dahlan

diangkat sebagai Ketib Amin menggantikan ayahnya.

Semasa hidupnya, K.H. Ahmad Dahlan adalah seorang khatib atau

lebih dikenal dengan sebutan “ketib”(juru khutbah) di masjid kesultanan

Yogyakarta menggantikan ayahnya. Masa itu Masjid Kasultanan Yogyakarta mempunyai 12 orang ketib (khatib, pemberi khutbah jum’at)

(35)

yang terkenal dengan sebutan “ketib amin”. Sebagai seorang khatib, setiap

bulannya beliau mendapatkan gaji sebesar 7 (tujuh) golden (rupiah jaman

Belanda) (Anshory, 2010: 49).Di samping sebagai khatib beliau juga menerima pekerjaan membuat batik, juga berdagang batik, bahkan beliau

berdagang sampai ke Jawa Timur dan Jawa Barat.

Bertepatan pada hari jum’at malam sabtu, tanggal 7 Rajab tahun

1334 H, bertepatan pada tanggal 23 Februari 1923 M di Yogyakarta

menjelang tengah malam, Allah Swt. Memanggil hamba yang tidak pernah lelah mengabdi kepada-Nya itu. K.H. Ahmad Dahlan menghembuskan

nafas yang terakhir dikamar tidurnya. (Wibowo, 2011: 183). K.H. Ahmad Dahlan wafat pada usia 54 tahun. Tanggal 27 Desember 1961 Pemerintah Republik Indonesia berdasarkan SK Presiden RI NO.657/1961

mengangkat K.H. Ahmad Dahlan sebagai pahlawan kebangkitan Nasional (Winda, 2009: 15).

B. Latar Belakang Pendidikan K.H. Ahmad Dahlan

1. Pendidikan Masa Kecil K.H. Ahmad Dahlan

Semasa kecil Ahmad Dahlan tidak pergi kesekolah.Hal ini karena sikap orang-orang Islam pada waktu itu melarang anak-anaaknya

memasuki sekolah Gubernemen.sebagai gantinya Ahmad Dahlan memulai pendidikannya pada masa kanak-kanak dibimbing langsung oleh kedua orang tuanya yaitu ayahnya yang bernama K.H Abu Bakar dan ibunya Siti

(36)

keraton jogjakartaa. Pendidikan Ahmad Dahlan ini waktu dia memasuki usia sekolah Ahmad Dahlan tidak disekolahkan di sekolahan formal,

melainkan diasuh dan dididik mengaji Al Qur’ann dan dasar-dasar ilmu

agama Islam oleh ayahnya sendiri di rumah. Model pembelajaran yang

diperoleh dari Ahmad Dahlaan adalah homeschooling. (Tengku-Zubaidah, 2014: 187).

Pada usia delapan tahun ia telah lancer membaca Al Qur’an hingga

khatam. Tidak hanya itu dia mempunyai keahlian membuat barang-barang-barang kerajinan dan mainan seperti halnya anak laki-laki pada

umumnya. Seiring dengan usia yang semakin bertambah, ia pun mulai belajar ilmu Agama Islam tingkat lanjut. Tidak hanya sekedar membaca

Al-Qur’an saja melainkan ilmu-ilmu umum. Guru-gurunya antara lain K.H

Abu Bakar (ayahnya), kemudian ia belajar ilmu fiqih kepada kepada K.H Muhammad Shaleh, dan nahwu kepada K.H Muhsin (keduannya masih

iparnyaa sendiri) ia juga berguru dengan K.H Muhammad Nur dan K.H Abdul Hamid. Pengetahuan dalam ilmu falaq diperoleh dari gurunya yang lain yaitu K.H Raden Dahlan (putra kyai termas), ilmu hadits ia berguru

pada Syekh Khayyat, Qiroatul Qur’an Syekh Amin dan Sayyid Bakri

(37)

2. Pendidikan Ahmad Dahlan Masa Remaja.

Setelah beberapa waktu belajar dengan sejumlah guru, pada tahun

1890 Daahlan berangkat ke Makkah untuk melanjutkan studinya dan bermukim disana selama setahun. Merasa tidak puas dengan kunjungannya

yang pertama, maka pada tahun 1903, ia berangkat lagi ke Makkah dan menetap selama dua tahun. Ketika mukim kedua kalinya, ia banyak bertemu dan melakukan diskusi dengan sejumlah ulama di Indonesia yang

bermukim di Makkah. Diataranya ulama-ulama tersebut adalah Syekh Muhammad Khati Al Minangkabawi dari minangkabau, Kyai Nawawi Al

Bahteni dari Banten, Kiyai Mas Abdullah, dan kiyi Fiqih Kumambang dari gresik (Sucipto, 2010: 61).

Semangat Ahmad dahlan dalam menempuh jalanya untuk

berdakwah dan menuntut ilmu tidak berhenti, hal ini ditunjukan semangatnya dalam mencari ilmu dengan berguru kepada para ulama di

Arab Saudi saat perjalanannya menunaikan ibadah haji. Beliau pernah belajar ilmu hadits kepada kyai mahfudh Termas dan Syekh Khayat, belajar ilmu Qiraah kepada Syekh Amien dan Sayid Bakhri Syatha dan ia

juga pernah berguru pada Syekh Hasan tentang mengatasi racun Binatang. Tidak hanya samapai disitu saja, Ahmad Dahlan ini belajar pengetahuan

(38)

Referensi pemikir tokoh seperti Ibnu Taimiyah, Muhammad Abduh, Jamaludin Al Afghani, Muhammad bin Abduh Wahab,

Muhammad Raasyid Ridha, dan lainnya, berdasarkan koleksi buku-buku yang ditinggalkan Ahmad Dahlan sebagian besar adalah buku yang yang

dipengaruhi oleh ide-ide pembaharuan. Diantara buku-buku yang sering dibaca Ahmad Dahlan antara lain: “Tauhid“ dan “Tafsir Jus’Ama”, “Al Islam wa-al Nasrani”, “Kanz al-Ulum“ dan “Dairah Al Ma’arif“ (Farid

Wajdi), “Fi Al-Bid ’ah“ dan “Al Tawassul wa-al Wasillah“ (Ibnu Taimiyah), “Izar al-Haq“ (Rahmah al Hindi), “Tafshil al- Nasyatain Tashil

al Sa’adatsin”, “Matan al- Hikmah”(Atha Allah) dan “Al-Qashaid

al-Athasiyyah” (Abdul al Athtas).

Buku-buku lainya yang dipelajari oleh beliau secara otodidak

antara lain karya-karya: Imam Syafi’i, Imam Al-Ghozali, Ibnu Taimiyyah, Muhammad Abdduh dan Rayid Ridha. Dengan latar belakang pendidikan

Islam yang dimilikinya membuatnya dikenal dengan keahlian dalam membaca dan memahami literature Arab.Melalui kitab-kitab yang dikarang oleh reformer Islam, telah membuka wawasan Ahmad Dahlan

tentang Univeralitas Islam.Ide-ide tentang reinterprestasi Islam dengan gagasan kembali pada Al-Qur’an dan Sunnah mendapat perhatian khusus.

(39)

3. Pendidikan Ahmad Dahlan Masa Dewasa

Ketika Ahmad Dahlan berusia 40 tahun 1909, K.H Ahmad Dahlan

membuat trobosan strategi.Beliau berabung dengan Budi Utomo dan Jami’at kahair. Secara personal Ahmad Dahlan mengenal Budi Utomo

melalui pembicaraan atau diskusi dengan Joyosumarto, seorang anggota Budi Utomo di Yogyakarta sekaligus pembantu di bidang kedokteran, Dr. Wahidin Sudirohusodo salah seorang pemimpin Budi Utomo yang tinggal

di Ketandan Yogyakarta. Ia mempuyai banyak keluarga di kauman. Suatu hari ketika ia bersilaturahim di kauman Dahlan mengajak untuk singgah

kerumah. Dari pertemuan itulah ia mulai mengenal Budi Utomo. Kemudian keinginannya bertemu dengan pengurus Budi Utomo disampaikan kepadanya (Suharto, 2006: 295).

Melalui Joyosumarto ia berkenalan dengan dr.Wahidin Sudirohusodo secara pribadi. Ia pun sering hadir dalam rapat anggota

maupun pengurus yang diselenggarakan Budi Utomo. Setelah banyak mendengar tentang aktivitas dan tujuan Budi Utomo melalui pembicaraan langsung dan pribadi secara resmi Ahmad Dahlan sebagai anggota Budi

Utomo pada tahun 1909.Keterlibatannya di Budi Utomo memberikan pengetahuan yang banyak kepada Ahmad Dahlan perihal keorganisasian

dan mengatur organisasi secara modern (Nizar, 2002:109).

Dalam perkembangan selanjutnya Ahmad Dahlan tidak hanya menjadi anggota biasa, melainkan pengurus kring kauman dan salah satu

(40)

Ahmad Dahlan bias menyampaikan pelajaran Agama pada anggotanya. Lebih dari pada itu, oleh karena anggota Budi Utomo pada umumnya

bekerja di sekolah-sekolah, di kantor-kantor pemerintahan.Pada akhirnya membuat Ahmad Dahlan dapat mengajar ilmu-ilmu Agama di

sekolah-sekolah. Terbukti dengan apa yng diajarkan kepada anggota-aanggota Budi Utomo di terima degan baik. Beliau juga diterima sebagai tenaga pengajar di Kweekschool Jetis akan tetapi megajarnya diluar jam pelajaran

resmi, yang biasanya dilakukan pada hari sabtu sore (Nata, 1997: 205). Selanjutnya pada tanggal 1 Desember tahun 1911, Ahmad Dahlan

berhasil mendirikan sebuah sekolah agama di lingkungan kraton, dengan system pendidikan Gubernemen yang memberikan pelajaran umum.Di sekolah ini, Dahlan menerapkan segala gagasan fikirannya mengenai

pendidikan.Dengan menggunakan metode pendidikan barat memakai kursi, meja dalam bentuk klasikal, sekolah ini sebagai cikal baakaal

tumbuhnya gagasan pendirian Muhammadiyah.Raden Sosrosoegondo dan Mas Radji juga menyarankan Ahmad Dahlan mendirikan sekolah sendiri secara terpisah.Sekolah tersebut hendaknya didukung oleh suatu organisasi

atau kumpulan yang bersifat permanen.

Dalam musyawarah dengan kepala Kweekschool, Budiharjo dan

sekertaris Budi Utomo Dwidjosewodjo memberikan beberapa saran kepada Ahmad Dahlan.Budi Utomo siap membantu mendirikan organisasi baru. Apabila Ahmad Dahlan didukung tujuh angggota Budi Utomo,

(41)

menyutujui di bentuknya organisasi baru diantaranya, Ahmad Dahlan, Raden Haji Syarkawi, Haji Mohammad soedja, haji Moehammad Hisja,

Haji Moehammad Fachruddin, dan Haji Moehammad Tamim. Dengan kesepakatan itu tanggal 18 oktober 1912 berdirilah organisasi

Muhammadiyah. Sejak awal Ahmad Dahlan sudah menetapkan organisasi muhammadiyah bukan organisasi politik tetapi bersifat soosial dan bergerak dibidang pendidikan. Tujuan organisasi ini untuk menyebarkan

pengajaran Rasulullah kepada peduduk bumi putera dan memajukan hal agama Islam kepada para anggota-anggotanya (Suharto, 2006: 297).

Tepat pada tangal 20 desember 1912 Ahmad Dahlan mengajukan permohonan kepada pemerintah hindia belanda untuk mendapatkan badan hokum.Permohonan itu baru dikabulkan pada 1914 dengan Surat

ketetapan No.81 tanggal 22 Agustus 1914. Izin itu hanya berlaku untuk daerah Yogyakarta dan organisasi itu hanya berlaku untuk daerah

Yogyakarta dan organisasi ini hanya boleh bergerak di daerah Yogyakarta, meskipun begitu Muhammadiyah berhasil tersebar keberbagai daerah, diantaranya Sradakan, Wonosari, dan Imogiri dan lain-lain.

Berdirinya organisasi Muhammadiyah ini padaa awalnya hanya ada delapan pengurus diantaraanya Ahmad Daahlan sebagai ketua,

sekretaris: Abdullah Sirrat, Angggota: Ahmad, Abdul Rahman, Sarkawi, Muhammad, Jaelani, Akis dan Muhammad Fakih. Agar dapat mengatasi permasalahan yang timbul karena dipersempitnya ruang gerak organisasi

(42)

Yogyakarta. Dan pada akhirnya dengan jalan keluar yang dipilih tersebut organisasi ini dapat berkembang ke berbagai daeraah diantaraanya Nurul

Islah di pekalongan, Al Munir di Ujung Padaang, dan Sidiq Amanaah Tabligh Fatonah (SATF) di Solo.

Semakin berkembangnya organisasi ini pada akhirnya semakin banyak jemaahnya dan tidak hanya itu pergerakannya semakin digencarkan dalam bidang dakwah yakni dengan mengadakan pegajian

dan perkumpulan yang membahas kepentingan Islam, perkumpulan-perkumpulan yang membahas kepentingan Islam mendapat dukungan

penuh dari Muhammadiyah. Perkumpulan-perkumpulan yang mendapat dukungan Muhammaddiyah diantaranya Ihwanul Muslimin, Taqwimmudin, Cahaya Muda, Hambudi Suci, Khayatul Qulub, Priya

Utama, Dewan Islam, Thaharatul Qulub, Thaharatul-aba, Ta’awanu alal

birri, Ta’aruf bima kanu wal-Fajri, Wal- Ashri, Jamiatul Muslimin dan

Syahrotul Mubtadi.

Semakin lama Muhammadiyah yang dipimpin Ahmad Daahlan semakin berkembang di seluruh pelosok negeri Indonesia. Maka pada

tanggal 7 Mei 1921 Ahmad Dahlan mengajukan surat permohonan kepada pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan cabang-cabang

Muhammadiyah di seluruh Indonesia. Hingga pada akhirnya permohonan ini disetujui tepatnya pada tanggal 2 September 1921.

Selain itu Ahmad Dahlan pada tahun 1910, juga aktif di Jami’at

(43)

masyarakat Arab Indonesia bersama Husein Jayadiningrat. Dalam Organisasi ini memuat tentang sekolah agama, Bahasa Arab serta bergerak

dibidang sosial, juga sangat giat membangun jaringan dengan pemimpin-pemimpin di Negara-negara Islam yang maju.

Selain di muhammadiyah, Budi Utomo, Jami’at Khair, Ahmad

Dahlan juga aktif di Serekat Islam (SI) sejak tahun 1913. Bahkan ia menjadi komisaris sentral SI dan adviser (penasehat pusat) SI sekaligus

sebagai ahli propaganda dari aspek dakwwah bagi SI. Ia termasuk rombongan yang mewakili pengurusan pengesahan Badan Hukum Serekat

Islam (BHSI) bersama Cokroaminoto (Sucipto, 2010: 76).

C. Peran K.H. Ahmad Dahlan

1. Peran Dalam Bidang Sosial

Ahmad Dahlan lahir dari keluarga yang terpandang. Beliau putra dari seorang ulama dan khatib terkemuka di masjid kesultanan

Yogyakarta. Menurut silsilah garis keturunan Ahmad Dahlan termasuk keturunan ke-12 dari Maulana Malik Ibrahim salah seorang yang terkemuka diantara Wali Songo. Ia lahir dan tumbuh kembang dalam

lingkungan yang penuh dengan nuansa religius yang tinggi yaitu masyarakat Kauman. Dari segi sikap tingkah laku yang dimiliki Ahmad

Dahlan ini sangat baik, dia sebagai pemimpin yang bertanggung jawab, dan juga welas asih terhadap masyarakat-masyarakat yang kurang mampu. Dalam kehidupannya dia sebagai tenaga pengajar agama Islam yang baik

(44)

Ia pada masa kecilnya senang bergaul dengan anak-anak di kampung tempat ia tinggal. Seorang yang dekat dengan rakyat, karena

pada masa kecilnya sampai sekarang saling menghormati. Beliau juga adalah seorang yang lebih pragmitikus yang sering menekan semboyan

kepada murid-muridnya, sedikit bicara banyak kerja.

Untuk memenuhi kehidupan sehari-harinya Ahmad Dahlan berdagang kain. Oleh karena itu ia sering berpergian dan mengadaakan

perdagangaan dengan pedagang lainnya, termasuk dengan sejumlah pedagang Arab. Selain kegiatan berdagangnya kegiatan sosial lainnya

yang ia lakukan adalah memberikan pengajian kepada beberapa kelompok orang, terutama pada sekelompok murid-murid pendidikan pribumi di

Yogyakarta (Mulkhan, 2010: 86).

2. Peran Dalam Bidang Keagamaan.

Masalah yang selalu muncul dalam pengajian adalah tentang kajian

Islam dan kehidupan tepatnya menetapkan posisi diri dengan takdir Tuhan.Yakni suatu kehidupan sejarah yang masih ada unsur keterlibatan antara takdir dan peran aktif manusia itu sendiri, masalah ini tak pernah

terpecahkan secara tuntas. Sepanjang sejarah para ulama dan pemimpin Islam sering berselisih paham tentang bagaimana realitas kehidupan sosial

(45)

ibadah, organisasi, dan pemahaaman sumber-sumber ajaran Islam (Mulkhan, 2010: 87).

Jadi hampir dari seluruh pikirannya berangkat dari keprihatinannya terhadap situasi dan kondisi global umat Islam. Waktu itu yang

tengggelam dalam kejumudan (stagnasi) kebodohan serta keterbelakangan. Kondisi ini diperparah degan politik kolonial Belanda yang sangat merugikan masyarakat Indonesia. Latar belakang situasi dan kondisi

tersebut telah mengilhami munculnya ide-ide pembaharuan dapat diklasifikasikan kepada dua dimensi yaitu: pertama, berupa memurnikan (purifikasi) ajaran Islam dari Khurafat, tahayul dan bid’ah yang selama ini

telah bercampur dalam aqidah dan ajaran Islam. Kedua, mengajak umat Islam untuk keluar dari jaringan pemikiran tradisional melalui

reinterpretasi terhadap doktrin Islam dalam rumusan dan penjelasan yang dapat diterima oleh rasio (Nizar, 2002: 103).

Pergaulannya pun sangat luas meliputi hampir semua golongan keagamaan, kebudayaan, dan kelas sosial. Ahmad Dahlan berguru dan berteman dengan kyai-kyai terkemuka dari berbagai daerah, orang-orang

dari kalangan elit, priyayi, dan ulama-ulama dari Timur Tengah dan Asia.Ia bergaul dengan kalangan elit seperti Budi Utomo, pimpinan

Agama lain, pejabat hindia Belanda.

Pada masanya beliau perah memiliki gagasan-gagasannya selalu di tolak dan dianggap kafir. Namun hal itu ia terima selama apa yang

(46)

masyarakat dalam pengentasan dari kemiskinan, pemberdayaaan umat dan

pencerdasan rakyat (Sucipto, 2010: 11).

3. Peran dalam Dunia Pendidikan.

Di Indonesia akibat penjajahan dari Belanda pendidikan mengalami kemunduran. Mahmud Yunus menuliskan “pendeknya keadaan

pendidikan Islam seluruh Indonesi sebelum tahun 1900 itu sama saja, yaitu kemunduran pendidikan Islam, sebagai akibat penjajah belanda (Yunus,

1996: 203).

Dalam sebuah buku di jelaskan bahwa Ahmad Dahlan dan

organisasi Muhammadiyah membangun sekolah modern yang mengajarkan ilmu-ilmu duniawi sebagai bekal bagi pendidikan untuk menempuh kehidupan yang lebih baik (Mulkhan, 2000: 88) ide atau

gagasan Ahmad Dahlan sangat besar terbukti dari kutipan tersebut dimana setiap manusia harus mampu mengarungi hidup yang lebih baik. Untuk

menyandaarkan seseorang tentng nasib tersebut tidak ada jalan lain kecuali dengan pendidikan.

4. Peran Sebagai Pejuang

Selama ratusan tahun bangsa Indonesia merasakan penderitan dibawah tindasan penjajah belanda, berbagai penderitaan, penyiksaan,

(47)

Semangat pejuangan bangsa Indonesia untuk melawan penjajah dan merebut hak-hak mereka memggelorakaan semangat persatuan dan

kesatuan. Hingga pada abad 19, kesadaran akan kesatuan dan persatuan bangsa dirasakan oleh berbagai elemen bangsa, dengan persatuan dan

kesatuaan bangsa itu menjadi senjata untuk memenangkan hak-hak bangsa Indonesia yang telah lama menderita karena penjajahan.

Sebagai bentuk realisasi semangat persatuan dan kesatuan mulai

terbentuklah organisasi-organisasi perjuangan untuk mewadahi cita-cita bangsa. Dari organisasi inilah akan menjadi tonggak untuk

mensosialisasikan semangat persatuan dan kesatuan kepada masyaarakat luas serta membentuk konsolidasi antar anggota kepada masyarakat luas.

Di Jawa terdapat organisasi yang mewadahi perjuangan dan

mewujudkan cita-cita bangsa yakni organisasi Budi Utomo, Sarekat Islam. Tidak hanya itu untuk mengembangkan bentuk semangat persatuaan daan

kesatuan Indonesia, bangsa Indonesia yang ada di luar negeri bergabung dalam Perhimpunaan Indonesia, dan mereka mulai menggunakan nama Indonesia dalam konsep geografis, antropologis dan konsep politik.

Demikian dengan pelajar Indonesia di Timur Tengah, mereka ikut berperan dalam menyatukan semangat kemerdekaan diantaranya

KH.Ahmad Dahlan, KH.Hasyim Asy’ari dan beberapa ulama di tanah suci

Makkah, bahkan mereka berikrar di Multazam untuk bersama memperjuangkan kemerdekaan sekembalinya dari tanah suci (Sucipto,

(48)

Sekembalinya dari Makkah Ahmad Dahlan bergabung dengan organisasi-organisasi seperti Budi Utomo, Serikat Islam dan membentuk

organisasi Muhammadiyah yang tujuannya pun tidak lepas dari memperjuangkan kemerdekaan daan menjadikan bangsa yang lebih baik

lagi.Demikianlah peran besar dari Ulama, Ahmad Dahlan dalam perjunagan melawan penjajah.

5. Peran sebagai Pendidik

Pada abad ke 17 hingga 18 M. bidang pendidikan di Indonesia berada dalam pengawasan dan control ketat (VOC) sebuah kongsi

perusahaan dagang milik Belanda. Pada kondisi ini kondisi pendidikan Indonesia dapat dikatakan tidak lepas dari kepentingan komersial. Pendidikan diadakan hanya untuk memenuhi kebutuhan para pegawai

VOC dan keluarganya disamping itu untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja muda terlatih dari kalangan pribumi. Berangkat dari keprihatinan

inilah yang mendorong para pejuang bangsa melalui bidang pendidikan menjadi pejuang serius para tokoh-tokoh pejuang bangsa, karena dengan cara inilah bangsa Indonesia dapat lepas dari cengkeraman kaum

Imperialisme (Sucipto, 2010: 104)

Dimulai dari pendakwah Ahmad Dahlan menjelaskan semua hal

tentang Islam pada msyarakaat luas untuk mengamalkan ayat-ayat

al-Qur’an dan ajaran-ajaran Islam. Selain itu Ahmad Dahlan juga mengajar di

Kweekschool meski mengajarnya hanya pada jam tambaahan namun hal

(49)

melalui itulah ia dapat lebih mudah lagi dalam menyerap ilmu dalam hal sistem pendidikan, pada tanggal 1 Desember 1911 Ahmad Dahlan mulai

mendirikan sekolah di lingkungan keraton dengan sistem pendidikan Gubernemen yang memberikan pelajaran Umum. Sekolah ini menurut

Steenbrink merupakan sekolah Islam pertama di Indonesia yang memenuhi syarat untuk mendapat subsidi dari pemerintah. Setelah adanya

sekolah itu lahirlah sekolah-sekolah berbasis pesantren modern.

D. Usaha dan Jasa-jasa K.H. Ahmad Dahlan

Dengan keahlian dalam bidang agama dan ketekunannya dalam

mengikuti gagasan-gagasan pembaharu Islam. Kemudian aktif dalam pengumpulan-pengumpulan dengan menyebarkan dengan cara diskusi, dakwah melalui berdagang batik, khutbah dan mengajar di

sekolah-sekolah sampai kepelosok-pelosok tanah air. Berdirilah organisasi Muhammadiyah pada tahun 1912.

Ahmad Dahlan adalah seorang seorang yang berani membela kebenaran yang menurutnya benar sesuai dengan al-Qur’an dan as -Sunnah. Meskipun itu harus mengorbankan kekuasaannya. Beliau patut

diberi penghargaan atas jasa-jasanya dalam dalam pembaharuan ide, jasa, perjuangannya terutama pada bidang pendidikan. Usaha dan jasa-jasanya

bias dibuktikan sebagai berikut:

(50)

pendakwah yang dijuluki Mubaligh Jawa Tengah karena membawa pembaharuan yang baik di Indonesia dengan hail pemikirannya.

2. Memberantas Bid’ah, Khurafat dan tahayul yang bertentangan dengan ajaran Islam. Bid’ah, Khurafat dan tahayul merupakan tiga hal yang dilarang dalam Islam. Pengertiannya adalah sebagai berikut, Bid’ah

adalah suatu amalan yang diada-adakan atau menambah amalan dalam ritual ibadah, padahal tidak diperintahkan oleh Allah SAW dan tidak

dilaksanakan oleh Nabi Muhammad SAW. Pengertian Khurafat adalah kepercayaan adanya kekuatan dalam diri manusia, hewan,

tumbuh-tumbuhan, benda-benda, dan kata-kata serta kepercayaan adanya jiwa dan ruh yang dapat mempengaruhi alam manusia. Pengertian Tahayul adalah suatu kepercayaan yang sampai kini masih melekat dalam diri

sebagian umat islam tentang bulan safar, yaitu bulan naas, bulan yang penuh kesialan. Alasannya, karena safar berarti sejenis penyakit di

dalam perut, berbentuk ulat besar yang dapat mematikan. Tiga hal ini yang sering dikenal dengan singkatan (TBC).

3. Mendirikan perkumpulan Muhammadiyah pada tanggal 18 November

1912. Senin Legi Dzulhijah 1330 H yang tersebar ke seluruh penjuru Indonesia. Pada awal pembentukan organisasi ini Ahmad Dahlan harus

(51)

4. Mengubah arah kiblat sesuai dengan ketentuan yang benar. Dalam pembenaran arah kiblat Ahmad Dahlan membuat acara musyawarah

yang mengundang 17 orang ulama yang ada di sekitar Yogyakarta. Yang bertujuan untuk memusyawarahkan tentang arah kiblat di surau

milik keluarganya. Musyawarah ini berlangsung hingga subuh dalam hal ini Ahmad Dahlan sudah mempersiapkan kitab-kitab sebagai acuannya daalam berpendapatnya. Pendapatnya yang menyatakan arah

kiblat tidak pada arah barat pas namun sedikit cindong ke utara + 24 derajat, sampai pada akhirya tidak berujungnya permasalahan sultan

Hamengkubuwono IX memerintahkan Ahmad Daahlan untuk belajar ke Tanah Suci dengan biaya Sultan untuk mempelajari arah kiblat.

5. Membangun panti asuhan yaitu tempat-tempat bagi anak kurang

mampu. Tujuannya agar anak-anak ini lebih terawat secara sikis maupun psikisnya.

6. Memulai sekolah mulai dari Taman Kanak-Kanak jenjang dasar, tengah, menengah perguruan tinggi. Tidak hanya itu membangun pesantren yang modern sesuai kdengan kemajuan zaman.

7. Mendirikan Badan usaha agar masyarakat ini bias mengembangkan perekonomian dalam kehidupan semakin maju.

8. Mendirikan rumah sakit Muhammadiyah.

9. Mendirikan organisasi wanita Aisyiyah yang dipimpin oleh istrinya yang benama Siti Walidah gerakan ini didirikan untuk wanita-wanita

(52)

Muhammadiyah untuk pembaharuan dan mengangkat derajat manusia kearah yang lebih baik dengan meninggikan derajat wanita melalui

optimalisasi perannya dalam hal pembangunan bangsa (Mulkhan, 1990: 31).

Pemikiran-pemikiran tentang pengembangan kehidupan berbangsa ke araha yang lebih baik baik itu dalam bidang soosial maupun pendidikan menjadikan Ahmad Dahlan sebagai salah satu pahlawan Nasional yang di

tetapkan oleh pemerintah Republik Indonesia berdasarkan keputusan Presiden no 657 tanggal 27 Desember 1961. Dengan Dasar-Dasar

penetapan sebagai berikut:

a. K.H Ahmad Dahlan telah mempelopori kebangkitan umat Islam untuk menyadari nasibnya sebagai bangsa yang masih harus belajar dan

berbuat.

b. Organisasi Muhammadiyahnya yang didirikannya telah banyak

memberikan ajaran Islam yang murni bagi bangsanya. Ajaran yang menuntut kemajuan, kecerdasan, dan beramal bagi Masyarakat dan umat, dengan dasar iman dan Islam

c. Organisasi Muhammadiyah telah banyak berkontribusi dalam mempelopori amal usaha dalam hal sosial dan pendidikan demi

kemajuan bangsa.

(53)

pendidikan dan berfungsi sosial, setingkat kaum pria (Sucipto, 2010:

198).

E. Cita-Cita K.H. Ahmad Dahlan

Cita-cita pendidikan yang digagas oleh K.H. Ahmad Dahlan adalah lahirnya manusia-manusia baru yang mampu tampil sebagai “ulama

intelek” atau “intelek-ulama”. Yaitu seorang muslim yang memiliki keteguhan iman dan ilmu yang luas, kuat jasmani dan rohani. Dalam

rangka mengintegrasikan kedua sistem pendidikan tersebut, K.H. Ahmad Dahlan melakukan dua tindakan sekaligus; memberi pelajaran agama di

sekolah-sekolah Belanda yang sekuler, dan mendirikan sekolah-sekolah sendiri, dimana agama dan pengetahuan umum diajarkan bersama-sama, dijelaskan dalam buku Moh Ahmad Ali (2005:95). Dengan kedua tindakan

tersebut diharapkan bangsa Indonesia dapat dididik menjadi bangsa yang utuh berkepribadian, yaitu pribadi yang berilmu pengetahuan umum luas

dan agama yang mendalam (Rasyad, 1988: 30).

Terlahir keluarga ulama besar, K.H. Ahmad Dahlan memiliki cita-cita yang tinggi, memperbaiki masyarakat Indonesia dari keterpurukan dan

penindasan berlandaskan cita-cita Islam berdasarkan ajaran al-Qur’an dan Hadist (Sucipto, 2010: 61).Usaha-usahanya lebih ditujukan untuk hidup

beragama dengan berbekal keyakinan, untuk membangun masyarakat berbangsa haruslah terlebih dahulu di bangun semangat bangsa.

K.H. Ahmad Dahlan juga mengharapkan agar guru-guru sekolah

(54)

mereka pula. Ternyata pelajaran yang diberikan olehnya memenuhi harapan. Guru-guru yang diajarnya menyarankan agar K.H. Ahmad

Dahlan membuka sekolah yang diatur dengan rapi dan didukung oleh organisasi yang bersifat permanen. Ini dilakukan untuk menghindari nasib

kebanyakan pesantren tradisional yang terpaksa ditutup apabila pemilk pesantren meninggal (Anshory, 2010: 54).

Menurut pandangan K.H. Ahmad Dahlan, untuk membebaskan

bangsa Indonesia dari penjajahan bangsa Belanda, harus dengan meningkatkan ilmu pengetahuan dan kecerdasan melalui lembaga

pendidikan. K.H. Ahmad Dahlan senantiasa menyerukan kepada masyarakat untuk beramal dan berorganisasi, dan hendaklah berpegangan pada prinsip “senantiasa mempertanggungjawabkan tindakan kepada Allah

SWT”. K.H. Ahmad Dahlan menyerukan perlunya setiap pemimpin

menambah terus ilmu sehingga bijaksana dalam mengambil keputusan dan

perlunya dilakukan perubahan menuju kearah yang lebih baik.

Dalam memahami agama, K.H. Ahmad Dahlan selalu berpegang pada prinsip: 1) memahami ajaran Islam sumbernya hanya al-Qur’an dan

Hadist; 2) untuk dapat memahaminya dengan tepat harus menggunakan akal yang sehat sesuai dengan jiwa agama Islam (Sucipto, 2010: 63).

Menurut K.H. Ahmad Dahlan ide-ide pembaharuan dapat dilaksanakan melalui berbagai cara, salah satunya dengan pendidikan. Karena pendidikan adalah upaya strategis untuk menyelamatkan umat

(55)

umumnya, agar berubah menuju pemikiran yang dinamis, cerdas, kritis dan memiliki daya analisis tajam dalam memetakan dinamika kehidupan

di masa depan. Oleh sebab itu hendaknya pendidikan ditempatkan pada skala prioritas dalam proses pembangunan umat.

F. Perjuangan K.H. Ahmad Dahlan

Selama ratusan tahun, puluhan juta rakyat Indonesia telah merasakan penderitaan dibawah penjajahan Belanda. Berbagai

penderitaan, penyiksaan, bahkan kemiskinan dan kebodohan adalah warisan dari penjajahan. Sebagai bentuk realisasi dari semangat yang

diperjuangkan bersama, mulailah terbentuk beberapa organisasi untuk mewadahi cita-cita bangsa ini. Demikian pula halnya para pelajar di Indonesia menyatukan semangat kemerdekaan. Diantaranya K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari dan beberapa ulama lainnya (Sucipto,

2010: 189). Kondisi demikianlah yang mendorong K.H. Ahmad Dahlan

untuk mendorong untuk membentuk sebuah wadah organisasi yang berusaha mengembalikan ajaran Islam yang sesungguhnya.

Menurutnya, sikap keberagaman yang dipenuhi dengan mitos

menjadi penyebab utama kelemahan akidah dan semangat juang umat Islam.Karena itu, tidak ada kata untuk menuju trasformasi sosial dan

memperjuangkan kemerdekaan adalah dengan melakukan reformasi agama (Sucipto, 2010: 194).

Atas jasa-jasa K.H. Ahmad Dahlan dalam membangkitkan

(56)

pemerintah Republik Indonesia menetapkannya sebagai pahlawan nasional Indonesia dengan surat keputusan Presiden No. 657 Tahun 1961.

Dasar-dasar penetapan itu ialah sebagai berikut:

1. K.H. Ahmad Dahlan telah memelopori kebangkitan umat Islam untuk

menyadari nasibnya sebagai bangsa terjajah.

2. Dengan organisasi Muhammadiyah yang didirikannya, beliau telah banyak memberikan ajaran Islam yang murni kepada bangsanya.

3. Dengan organisasinya Muhammadiyah telah memelopori amal usaha sosial dan pendidikan yang amat diperlukan bagi kebangkitan dan

kemajuan bangsa dengan jiwa ajaran Islam.

4. Dengan organisasinya, Muhammadiyah bagian wanita (Aisyiyah) telah memelopori kebangkitan wanita Indonesia untuk mendapatkan

pendidikan dan berfungsi sosial (Anshory, 2010: 63).

K.H. Ahmad Dahlan melalui organisasinya Muhammadiyah, telah

berhasil membangun organisasi yang bergerak di bidang sosial dan pendidikan. Hingga menjelang kemerdekaan, lembaga pendidikan berdiri di saentro negeri Indonesia. Beberapa rumah sakit Muhammadiyah yang

(57)

G. K.H. Ahmad Dahlan, Politik dan Nasionalisme

Sejak awal berdirinya Muhammadiyah berpaut erat dengan

perjuangan dan Keindonesiaan. Secara khusus Ir. Soekarno memberikan apresiasi tinggi terhadap peran K.H. Ahmad Dahlan dalam perintisan

gagasan nasionalisme bangsa. Presiden pertama RI ini menyebut K.H. Ahmad Dahlan sebagai salah satu tokoh yang berpengaruh terhadap pergaulatan intelektualisme Indonesia (Nugraha, 2010: 106).

Bukan rahasia lagi bahwa K.H. Ahmad Dahlan bukanlah seseorang tokoh politik ataupun negarawan yang hanya memikirkan keuntungan

sesaat Negara dan bukan seseorang tokoh sosiawan yang hanya berbuat kebaikan dan menolong sesame hidup, atau tokoh kebatinan yang hanya mengemudi kesucian pribadi menghadap kepada Tuhan Yang Maha Esa

saja. Akan tetapi beliau adalah seorang yang tergolong alim ulama dan cerdik pandai, yang mendasarkan gerak amalnya atas agama Islam,

mengambil contoh teladan, mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW, memimpin dan bekerja dalam bidang kemasyarakatan yang menuju keridhaan Allah (Salam, 1968: 17). Sebagaimana juga Muhammadiyah

yang didirikannya, bukan sebagai organisasi politik, tetapi sebagai

organisasi “gerakan agama” yang menuju pembentukan masyarakat Islam

yang sebenar-benarnya.

Ditinjau dari segi kepentingan nasional, usaha dan tindakan K.H. Ahmad Dahlan ini mempertebal kepercayaan kepada bangsa Indonesia

(58)

pemerintah kolonial. Tindakan dan usaha beliau tersebut merugikan kedudukan pemerintah Belanda, karena dengan demikian lambat laun,

sesudah bangsa Indonesia memiliki kepandaian dan ilmu pengertahuan, akan sampai pada keinsyafan bahwa bangsa Indonesia tidak mau dijajah

(59)

BAB III

PENDIDIKAN KARAKTER

A. Pengertian Karakter

Secara harfiah menurut beberapa bahasa, karakter memiliki berbagai arti seperti: “kharacter” (latin) berarti instrument of marking, “charessein” (Prancis) berarti to engrove (mengukir), “watek” (Jawa) berarti ciri wanci;

“watak” (Indonesia) berarti sifat pembawaan yang mempengaruhi tingkah

laku, budi pekerti, tabiat, dan peringai. Menurut Koesoema (2007: 80) istilah

karakter dianggap sebagai ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari

lingkungan.

Menurut Douglas (dalam Samani dan Hariyanto, 2012: 41) karakter tidak diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun secara berkesinambungan hari

demi hari melalui pikiran dan perbuatan, pikiran demi pikiran, tindakan demi tindakan. Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas pada setiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup

keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.

Karakter merupakan suatu kebiasaan berupa sikap seseorang yang

(60)

sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma

agama, hukum, tata karma, budaya, adat istiadat, dan estetika. Lickona (82: 2012) menyatakan bahwakarakter yang baik terdiri dari mengetahui hal yang

baik, menginginkan hal yang baik, dan melakukan hal yang baik.

Berdasarkan beberapa pengertian karakter di atas dapat disimpulkan bahwa karakter merupakan nilai dasar yang membentuk jati diri seseorang

sehingga menjadi ciri khas yang membedakan dengan orang lain yang kemudian diwujudkan melalui sikap dan tingkah laku dalam kehidupan

sehari-hari. Setiap manusia memiliki ciri khas atau karakter yang berbeda-beda. Hal inilah yang dijadikan sebagai tolok ukur baik buruknya setiap individu dalam lingkungan masyarakat. Karakter tidaklah lepas dari nilai dan norma yang

berlaku di lingkungan masyarakat. Seseorang yang memiliki karakter yang kuat maka dia akan mampu bersosialisasi dengan baik di lingkungan

masyarakat. Sedangkan seseorang yang tidak memiliki karakter, maka dia akan cenderung melakukan tindak kejahatan dan keburukan sehingga dia tidak

dapat beradaptasi dengan baik di lingkungan masyarakat.

B. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang membawa unsur

karakter dalam segala proses kegiatan pendidikan. Winton (dalam Samani dan Hariyanto 2012: 43) menyatakan “pendidikan karakter adalah upaya sadar dan

sungguh-sungguh dari seorang guru untuk mengajarkan nilai-nilai kepada para

Gambar

Tabel 2.1 Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Gambar 2.1 Nilai-Nilai Inti (Core Values) yang Dikembangkan dalam Pendidikan Karakter Indonesia (Sumber: Samani dan Hariyanto, 2012: 134)
Tabel 2.2 Nilai-Nilai yang Merupakan Nilai turunan dari Nilai-Nilai Inti (Core Values) (Sumber: Samani dan Hariyanto, 2012: 138)

Referensi

Dokumen terkait

RIKA MELIANSYAH. Peranan Gulma sebagai Inang Alternatif Geminivirus di Pertanaman Cabai di Jawa. Dibimbing oleh SRI HENDRASTUTI HIDAYAT dan KIKIN HAMZAH MUTAQIN. Geminivirus

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas enam sekolah dasar di Kota Denpasar, Bali yang berjumlah 12.268 siswa (DepDikNas Propinsi Bali, 2012). Denpasar dipilih

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “KUALITAS PELAYANAN PUBLIK (STUDI KASUS KESENJANGAN KUALITAS PELAYANAN RAWAT INAP DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR)” adalah

Hasil analisis hubungan antara proses pelayanan klinis dengan kepuasan pasien diperoleh bahwa ada 4 orang (66,7%) yang merasa puas pada mereka yang merasa proses pelayanan

merumuskan klausul-klausul baku yang fundamental berbeda dari klausul-klausul baku usaha laundry lain, setidaknya usaha laundry yang pernah menjadi objek penelitian

Zink oksida > 5.0g / kg Tidak dikelaskan > 5.0g / kg Tidak dikelaskan Bahan Gas Kategori Wap Kategori Habuk / kabus Kategori Xylene Tidak berkaitan 6700 ppm 4

Masing-masing indikator akan diberi skor ukuran tinggi dan rendah terhadap harapan serta kenyataan yang terjadi selama ini, pemberian skor pada indikator akan

Untuk mempermudah jemaat menyampaikan persembahan secara online, GKI Kranggan kini telah memiliki QR code dari QRIS BCA yang bisa digunakan sebagai alternatif untuk