• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH CEKAMAN KEKERINGAN TERHADAP HASIL GENOTIPE JAGUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH CEKAMAN KEKERINGAN TERHADAP HASIL GENOTIPE JAGUNG"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH CEKAMAN KEKERINGAN TERHADAP

HASIL GENOTIPE JAGUNG

Suwardi dan M. Azrai Balai Penelitian Tanaman Serealia

ABSTRAK

Pengembangan jagung toleran kekeringan merupakan salah cara dalam meningkatkan produksi jagung di lahan kering.Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui genotipe jagung hibrida yang toleran terhadap cekaman kekeringan. Penelitian dilaksanakan di rumah kasa beratap plastik di KP. Maros, Balitsereal, pada bulan Januari – Mei 2013 menggunakan rancangan acak kelompok 2 faktor, tiga ulangan. Faktor pertama adalah genotipe CY 12/MR 14, CY 7/MR 14, CY 10/MR 14, CY 12/MR 14, CY 15/MR 14, CY 16/MR 14, CY 12/NEI 9008 P, CY 7/NEI 9008 P, CY 10/NEI 9008 P, CY 12/NEI 9008 P, CY 15/NEI 9008 P, CY 16/NEI 9008 P dan sebagai pembanding adalah varietas Bima 11, DK 979, dan NK 33. Faktor kedua adalah pengairan tanaman dengan interval 10-15 hari dari sejak tanam sampai menjelang masak fisiologi dan perlakuan cekaman kekeringan sedang yaitu dengan menghentikan pemberian air dua minggu sebelum tanaman berbunga dan diairi kembali dua minggu setelah fase berbunga sampai menjelang masak fisiologi. Dosis pupuk Urea 300 kg/ha dan NPK Ponska (15:15:15) 250 kg/ha. Sepertiga takaran N, seluruh NPK Ponska diberikan pada 7 – 10 hst, dan sisanya N (2/3 dari takaran) diberikan pada 35 hst. Hasil penelitian menunjukkan hasil tertinggi diberikan oleh genotipe CY 10/MR 14 yaitu 10,04 t/ha pada perlakuan normal dan CY 2/MR 14 pada perlakuan cekaman kekeringan sedang. Indek kekeringan terhadap hasil terbaik dengan cekaman kekeringan sedang adalah CY 10/MR 14 (1,27),CY 12/MR 14 (1,26), dan CY 16/MR 14 (1,32).

Kata kunci: genotipe jagung, toleran kekeringan

PENDAHULUAN

Perubahan iklim yang tidak menentu akan mengakibatkan tanaman musiman khususnya jagung sangat terganggu terutama akibat cekaman kekeringan dan cekaman genangan air. Kendala yang dihadapi tanaman pada cekaman kekeringan adalah tidak tercukupinya air dalam tanah untuk pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan tanaman jagung pada fase-fase tertentu sangat berpengaruh besar terhadap produksi.

Pengembangan pertanian pada kawasan l ahan kering yang pada umumnya didominasi oleh ultisol antara lain keterbatasan atau kadar air tanah tersedia rendah. Tanaman jagung yang tumbuh pada kondisi keterbatasan air dapat mengalami defisit air sehingga sulit memberikan hasil sesuai dengan potensi yang dimilikinya, yang berpengaruh secara langsung terhadap berbagai proses fisiologi dalam tanaman, defisit air juga mengurangi daya tanaman dalam menyerap unsur hara (Mapegau 2001).

(2)

Jagung dalam pertumbuhannya tanaman mulai dari berkecambah sampai panen, tanaman membutuhkan air untuk proses metabolism tanaman. Tingkat kebutuhan air setiap fase pertumbuhan selama siklus hidupnya tidak sama. Hal ini berhubungan dengan proses biologis dan morfologi tanaman (Kramer 1983).

Pertanaman jagung yang mendapat cekaman kekeringan secara umum ditandai dengan menggulungnya daun yang terjadi pada siang hari yang bertujuan untuk mengurangi dehidrasi pada daun. Dengan menggulungnya daun laju asimilasi neto berkurang (Ritchie 1980). Kekeringan pada masa vegetatif tidak berakibat langsung terhadap hasil, sedangkan kekeringan menjelang pembungaan, saat berbunga dan setelah pembungaan menurunkan hasil masing-masing 25%, 50% dan 20% (Denmead et al. 1960).

Akibat cekaman kekeringan menimbulkan pengaruh yang kompleks terhadap pertumbuhan tanaman. Secara morfologi dan fisiologi pengaruh cekaman air dapat dilihat pada penampilan luas daun individu, kecepatan muncul daun, aktivitas asimilasi CO2, membuka menutupnya stomata, kecepatan pertumbuhan biji dan pengisian biji (Silair et al. 2001). Stress air menurunkan luas daun, menurunkan kecepatan proses fotosintesis dan alokasi asimilat dari tajuk ke akar (Ear et al. 2003). Pada kondisi stress berat, berat kering akar meningkat 20% sehingga terjadi penurunan produksi biji (Taurchi et al. 2003).Tanaman yang mengalami kekeringan mulai pada fase berbunga sampai panen hasilnya 15-35% dari hasil tanaman yang tidak tercekam kekeringan (Banziger et al. 2000). Hal tersebut diperlukan varietas yang peka terhadap kekeringan pada fase tersebut.

Tanaman jagung yang mengalami cekaman kekeringan pada fase pembungaan akan langsung berpengaruh terhadap produksi. Oleh karena itu pada fase pembungaan sangat sesuai seleksi genotipe jagung yang toleran cekaman kekeringan dengan melihat kemampuan mempertahankan atau penurunan potensi hasil. Wahyudi et al. (2006), melaporkan bahwa laju fotosintesis setelah pembungaan tergantung pada efesiensi tanaman dalam menggunakan air yang terbatas selama pengisian biji.

Untuk mengetahui tingkat ketahanan kekeringan genotipe-genotipe yaitu dengan menghentikan pemberian air saat 2 (dua) minggu sebelum berbunga dan diairi kembali 2 (dua) minggu setelah fase berbunga sampai panen (Banziger et al. 2000).

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui genotype yang toleran terhadap cekaman kekeringan sedang.

(3)

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan di rumah kaca yang beratap dan berdinding plastik dengan ketebalan 0,6 mm. Lokasi penelitian di Kebun Percobaan Maros, Balai Penelitian Tanaman Serealia. Kegiatan penelitian dilaksanakan bulan Januari sampai Mei 2013.

Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) yang terdiri 2 (dua) faktor. Faktor pertama yaitu : Perlakuan normal pemberian air dilakukan dengan interval waktu 10-15 hari sampai menjelang masak fisiologis, perlakuan cekaman kekeringan sedang pada 2 minggu sebelum berbunga tidak diari kemudian diairi kembali 2 minggu setelah fase berbunga sampai menjelang masak fisiologis. Faktor kedua jenis : genotype CY2/MR 14, CY7/MR 14, CY10/MR14, CY12/MR14, CY15/MR14, CY16/MR14, CY2/NEI 9008P, CY7/NEI 9008P, CY10/NEI 9008P, CY12/NEI 9008P, CY15/NEI 9008P, CY16/NEI 9008P, dan Varietas Bima 11, DK 979, NK 33 (sebagai pembanding). Pemberian pupuk Urea 300 kg/ha dan NPK Ponska (15:15:15) 250 kg/ha. Sepertiga takaran N, seluruh NPK Ponska diberikan pada 7 – 10 hst, dan sisanya N (2/3 dari takaran) diberikan pada 35 hst. Parameter yang diamati adalah umur berbunga, ASI (Anthesis Silking Interval), tinggi tanaman, tinggi letak tongkol, produksi, panjang tongkol, diameter tongkol, jumlah baris, jumlah biji dalam barisdan toleransi kekeringan.

Indeks toleransi kekeringan (S) menurut Fischer dan Maurer (1978) :

Dimana Yp = Rata-rata suatu genotype yang mendapatkan cekaman kekeringan, Y = rata-rata suatu genotype yang tidak mendapatkan cekaman kekeringan, Xp = rata-rata dari seluruh genotype yang mendapatkan cekaman kekeringan, X = rata-rata dari seluruh genotype yang tidak mendapatkan cekaman kekeringan. Untuk menentukan tingkat toleransi kekeringan yaitu bila genotype nilai S < 0,5 maka genotipe tersebut toleran kekeringan, 0.5 <S<1.0 termasuk genotipe agak toleran dan bila S > 1,0 termasuk peka terhadap kekeringan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman dan Tinggi Letak Tongkol

Hasil analisis sidik ragam perlakuan normal menunjukkan bahwa tinggi tanaman dan tinggi letak tongkol berbeda sangat nyata. Hal ini mengindikasikan

(4)

bahwa masing-masing genotype masih memperlihatkan kemampuannya terhadap tinggi tanaman dan tinggi letak tongkol. Tabel 1 hasil pengamatan perlakuan normal tinggi tanaman terbesar CY 7/MR14 (218,5 cm) dan terendah CY 12/MR14 (182,0 cm), tinggi letak tongkol tertinggi CY 2/NEI9008P (116,6 cm) terendah CY 12/MR14 (81,2 cm).

Hasil analisis sidik ragam perlakuan cekaman kekeringan sedang tinggi tanaman dan tinggi letak tongkol berbeda sangat nyata. Hal ini mengindikasikan bahwa masing-masing genotype memperlihatkan tingkat kemampuan yang berbeda dengan adanya cekaman kekeringan menjelang berbunga sampai selesai fase berbunga terhadap tinggi tanaman dan tinggi letak tongkol. Menurut Dai at al. (1990) bahwa cekaman kekeringan menghambat pertumbuhan dan perkembangan semua varietas jagung hibrida dan pada tahap pertumbuhan yang berbeda. Tabel 1 cekaman kekeringan sedang menunjukkan bahwa nilai tertinggi tinggi tanaman tertinggi CY 2/NEI 9008P (224,5 cm) dan terendah Bima 11 (187,8 cm), tinggi letak tongkol tertinggi CY 10/NEI 9008P (124,5 cm) dan terendah CY 12/MR14 (81,7 cm).

Tabel 1. Tinggi tanaman dan tinggi letak tongkol pada perlakuan normal dan cekaman kekeringan sedang, Maros 2013.

Genotipe/ varietas

Normal Cekaman kekeringan sedang

Tinggi Tanaman (cm) Tinggi Tongkol (cm) Tinggi Tanaman (cm) Tinggi Tongkol (cm) CY 2/MR 14 207,7 abc 101,2 abc 210,0 abc 106,1 cde

CY 7/MR 14 218,5 a 106,2 abc 219,5 ab 109,1 bcd

CY 10/MR 14 210,0 abc 116,5 a 207,0 a-d 111,9 abc

CY 12/MR 14 182,0 d 81,7 d 190,5 cd 81,7 f

CY 15/MR 14 196,6 bcd 90,0 cd 206,6 a-d 96,0 de CY 16/MR 14 209,3 abc 97,6 bc 208,6 abc 93,9 ef CY 2/NEI 9008 P 216,0 ab 116,6 a 224,5 a 115,2 abc CY 7/NEI 9008 P 202,6 abc 101,1 abc 218,2 ab 110,0 a-d CY 10/NEI 9008 P 211,5 abc 115,7 a 209,9 abc 124,5 a CY 12/NEI 9008 P 205,2 abc 110,2 ab 202,9 bcd 96,0 de CY 15/NEI 9008 P 216,6 a 112,5 ab 224,5 a 114,0 abc CY 16/NEI 9008 P 213,9 ab 113,2 ab 221,6 ab 123,0 ab

Bima 11 203,0 abc 92,0 cd 187,8 d 100,5 cde

DK 979 193,4 cd 100,7 abc 212,0 ab 103,0 cde

NK 33 193,5 cd 93,6 cd 202,8 bcd 105,7 cde

Rata-rata 205,3 103,3 209,8 106,0

KK (%) 4,9 8,1 5,0 7,3

Angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji BNT.

(5)

Umur Berbunga Jantan, Bunga Betina dan ASI (Anthesis Silking Interval)

Hasil analisis sidik ragam perlakuan normal menujukkan bahwa umur berbunga jantan, umur berbunga betina dan ASI berbeda sangat nyata. Hal ini mengidikasikan tiap-tiap genotype masih mempertahankan sesuai kemampunya sehingga parameter berbeda sangat nyata. Hasil pengamatan perlakuan normal umur berbunga jantan nilai tertinggi pada CY 10/NEI 9008P (53,3 hari), umur berbunga betina terbesar adalah BIMA 11 (54,3 hari), nilai ASI terkecil CY 10/NEI 9008P (2,3 hari) (Tabel 2).

Hasil analisis sidik ragam perlakuan cekaman kekeringan sedang menunjukkan bahwa umur berbunga jantan, umur berbunga betina berbeda sangat nyata dan ASI tidak berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa cekaman kekeringan sedang berpengaruh nyata terhadap umur berbunga jantan dan betina namun tidak berpengaruh nyata terhadap ASI dimana dengan adanya cekaman kekeringan tiap genotype nilai ASI mendekati sama. Hal ini disebabkan terjadinya peningkatan ASI pada genotype genjah dan berumur dalam dengan adanya cekaman kekeringan. Kekeringan dapat mempengaruhi kecepatan fotosintesis, dimana dapat menurunkan persediaan aliran asimilat. Aliran asimilat untuk pertumbuhan organ-organ menurun, sejak perkembangan rambut (silk) selama seminggu sebagai sink. Pertumbuhan rambut (silk) akan tertunda, anthesis silking interval (ASI) meningkat, sehingga mempengaruhi polinasi (Wahyudi at al. 2006). Semakin tinggi nilai ASI maka semakin rendah hasilnya, hal ini karena tidak terjadinya sinkronisasi antara bunga jantan dan betina sehingga proses penyerbukan tidak sempurna dan bahkan tidak terbentuk biji dalam janggel.

Hasil pengamatan perlakuan cekaman sedang umur berbunga jantan nilai tertinggi pada CY 7/NEI 9008P dan DK 979 (50,6 hari) dan terendah CY 12/MR14 (48,0 hari), umur berbunga betina tertinggi adalah CY 2/MR14, CY 7/MR14, DK 979 (56,0 hari) dan terkecil DK 979 (53.00 hari), nilai ASI terbesar CY 15/NEI 9008P (6.00 hari) sedang nilai terkecil CY 2/NEI 9008P dan CY 7/NEI 9008P (4,0 hari) (Tabel 2).

(6)

Tabel 2. Rata-rata umur berbunga jantan dan betina, ASI pada perlakuan normal, cekaman kekeringansedang, Maros 2013.

Genotipe/ varietas

Normal Cekaman sedang

UBJ (hr) UBT (hr) ASI (hr) UBJ (hr) UBT (hr) ASI (hr) CY 2/MR 14 51,0 ab 53,6 abc 2,6 bc 51,0 a 56,0 a 5,0 a CY 7/MR 14 51,0 ab 54,0 ab 3,0 bc 50,3 ab 56,0 a 5,6 a CY 10/MR 14 51,0 ab 53,6 abc 2,6 bc 50,0 abc 55,3 abc 5,3 a

CY 12/MR 14 48,0 c 53,0 c 5,0 a 48,0 d 53,6 cd 5,6 a CY 15/MR 14 48,0 c 53,0 c 5,0 a 48,3 d 53,3 d 5,0 a CY 16/MR 14 48,0 c 53,0 c 5,0 a 49,0 bcd 54,3 a-d 5,3 a CY 2/NEI 9008 P 51,0 ab 53,3 bc 2,6 bc 50,6 a 54,6 a-d 4,0 a CY 7/NEI 9008 P 51,0 ab 53,3 bc 2,6 bc 51,3 a 55,3 abc 4,0 a CY 10/NEI 9008 P 52,3 a 53,6 abc 2,3 c 51,0 a 55,6 ab 4,6 a CY 12/NEI 9008 P 48,0 c 53,0 c 5,0 a 48,6 cd 53,3 d 4,6 a CY 15/NEI 9008 P 48,6 c 53,0 c 4,3 a 48,6 cd 54,6 a-d 6,0 a CY 16/NEI 9008 P 48,0 c 53,0 c 5,0 a 48,6 cd 54,0 bcd 5,3 a

Bima 11 51,0 ab 54,3 a 3,3 b 50,0 abc 54, a-d 4,3 a

DK 979 50,3 b 53,0 c 2,6 bc 50,6 a 56,0 a 5,3 a

NK 33 48,3 c 53,0 c 4,6 a 48,6 cd 53,0 d 4,3 a

Rata-rata 49,7 53,3 3,7 49,6 54,6 4,9

KK (%) 0,7 0,6 5,3 1,7 1,7 16,2

Angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji BNT.

Hasil analisis sidik ragam perlakuan normal menunjukkan bahwa produksi tidak berbeda nyata. Panjang tongkol, jumlah baris dan jumlah biji dalam baris berbeda sangat nyata. Pada kondisi normal tiap genotype masih memberikan hasih yang masih maksimal sesuai karakter tanaman itu sendiri. Hasil pengamatan produksi tertinggi pada CY 10/MR14 (10,0 t/ha) dan terendah CY, 12/NEI 9008P (7,2 t/ha), panjang tongkol terpanjang adalah CY 2/MR14 (17.56 cm) jumlah terpendek CY 2/NEI 9008P (13,4 cm),jumlah baris tertinggi CY 12/NEI 9008P (14,1) dan terendah CY 15/MR14 (10,9), jumlah biji dalam baris terbanyak CY 15/MR14 (36,8) dan paling sedikit CY 12/NEI 9008P (24,8) (Tabel 2).

Hasil analisis sidik ragam perlakuan cekaman kekeringan sedang menunjukkan bahwa produksi, panjang tongkol, jumlah baris dan jumlah biji dalam baris berbeda sangat nyataberbeda sangat nyata. Hal ini menunjukkan bahwa genotype memiliki faktor pembatas daya toleransi yang berbeda terhadap cekaman kekeringan sedang. Setiap tanaman memiliki faktor pembatas dan daya tolerasi terhadap lingkungan. Potensi tanaman ditentukan seberapa banyaknya biji yang terbentuk. Kekeringan menyebabkan berkurangnya jumlah biji karena proporsi berat kering yang dihasilkan saat pembungaan berkurang (Wahyu et al. 2006).

(7)

Hasil pengamatan produksi tertinggi pada CY 12/MR14 (7,88 t/ha) dan terendah CY 12/MR14 (4,4 t/ha), panjang tongkol terpanjang adalah CY 15/MR14 (15,2 cm), terpendek CY 12/NEI 9008P (11,3 cm), diameter tongkol terbesar CY 12/MR14 (4,7 cm) dan terkecil CY 12/MR14 (3,8 cm), jumlah baris tertinggi DK 979 (14,1) dan terendah CY 16/MR14 (11,0), jumlah biji dalam baris terbanyak CY 7/MR14 (32,7) dan paling sedikit CY 12/NEI 9008P (22,6) (Tabel 3).

Tabel 3. Komponen hasil dan karakter hasil pada perlakuan normal dan cekaman kekeringan sedang, Maros 2013.

Genotipe/ varietas

Normal Cekaman sedang

Hasil (t/ha) Panjang tongkol (cm) Jumlah baris Jumlah biji dalam baris Produksi ( t/ha) Panjang tongkol (cm) Jumlah baris Jumlah biji dalam baris CY 2/MR 14 9,96ab 17,5a 13,0 abc 35,6ab 7,88a 14,3 abc 13,7 abc 28,9 ab CY 7/MR 14 8,67a-d 16,3a-d 12,2 cde 34,2abc 6,29b-e 13,8 abc 11,4 efg 32,7 a CY 10/MR 14 10,04a 16,3a-d 12,8 a-d 33,2abc 6,0 b-e 13,4 a-d 12,4 c-g 28,8 ab CY 12/MR 14 7,43cd 15,9a-e 12,6 a-d 31,3bcd 4,48f 12,8 b-e 13,2 a-d 25,7 bc

CY 15/MR 14 8,92a-d 16,8abc 10,9 e 36,8a 7,43ab 15,2 a 11,2 ef 32,5 a

CY 16/MR 14 8,62a-d 16,9abc 11,4 de 34,8ab 5,04def 13,7 abc 11,0 g 28,4 ab CY 2/NEI 9008 P 9,40abc 13,4f 13,2 abc 32,5abc 6,41bcd 11,7 de 13,7 abc 25,9 bc CY 7/NEI 9008 P 8,75a-d 14,8d-e 13,3 abc 32,1abc 6,11b-e 11,7 de 12,5 b-f 27,0 bc CY 10/NEI 9008 P 9,31a-d 14,0ef 14,0 ab 31,4bc 6,41bcd 12,5 cde 13,8 ab 25,8 bc CY 12/NEI 9008 P 7,21d 14,1def 14,1 a 24,8d 4,80ef 11,3 e 14,0 a 22,6 c CY 15/NEI 9008 P 9,72 ab 15,0a-e 13,6 abc 31,0bcd 6,39bcd 13,0 b-e 12,8 a-e 27,1 bc CY 16/NEI 9008 P 8,27a-d 13,8ef 13,2 abc 29,5cd 5,33c-f 11,7 de 13,8 ab 26,2 bc

Bima 11 7,79bcd 17,2ab 12,5 bcd 33,0abc 4,83ef 14,5 ab 12,9 a-d 26,8 bc

DK 979 8,33a-d 15,8a-e 13,0 abc 34,3abc 6,63abc 13,5 a-d 14,1 a 28,5 ab

NK 33 9,51abc 15,8a-e 13,3 abc 32,0abc 6,16b-e 12,9 b-e 12,2 d-g 27,0 bc

Rata-rata 8,80 15,6 12,9 32,4 6,02 13,0 12,8 27,6

KK (%) 12,63 7,4 4,1 6,1 12,97 7,5 3,6 5,7

Angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji BNT.

Tabel 4 menujukkan bahwa analisis indeks kekeringan pada cekaman kekeringan sedang tingkat toleransi kekeringannya adalah peka CY 10/MR14, CY 12/MR14, CY 16/MR14, CY 2/NEI 9008 P, CY 12/NEI 9008 P, CY 15/NEI 9008 P, dan CY 16/NEI 9008 P dengan indeks toleransi 1,20 – 1,32. Genotipe tersebut mampu bertahan terhadap cekaman kekeringan sedang dengan memberikan hasil yang lebih tinggi dibanding genotipe lain. Terjadinnya kekeringan selama pengisian biji dapat menunda waktu masak dan mobilisasi karbohidrat di dalam batang tanaman (Paliwal 2000 dalam Wayudi 2006). Hal tersebut mengakibatkan terjadinya penurunan hasil yang tergantung dari tingkat ketahanan kekeringan masing-masing genotype.

(8)

Tabel 4. Indeks dan toleransi kekeringan terhadap produksi pada cekaman sedang Maros 2013.

Genotipe/varietas Indeks kekeringan Toleransi Kekeringan

CY 2/MR 14 0,66 AT CY 7/MR 14 0,87 AT CY 10/MR 14 1,27 P CY 12/MR 14 1,26 P CY 15/MR 14 0,53 AT CY 16/MR 14 1,32 P CY 2/NEI 9008 P 1,01 P CY 7/NEI 9008 P 0,96 AT CY 10/NEI 9008 P 0,99 AT CY 12/NEI 9008 P 1,03 P CY 15/NEI 9008 P 1,09 P CY 16/NEI 9008 P 1,13 P Bima 11 (a) 1,20 P DK 979 (b) 0,65 AT NK 33 (c) 1,12 P Rata-rata 1,00

Keterangan : AT = agak toleran dan P = peka

KESIMPULAN

Hasil tertinggi pada kondisi normal diberikan oleh CY 10/MR 14 (10,04 t/ha) dan CY 2/MR 14 (9,96 t/ha) dan pada kondisi cekaman kekeringan sedang diberikan oleh CY 2/MR 14 (7,88 t/ha) dan CY 15/MR 14 (7,43 t/ha). Aspek cekaman kekeringan sedang tertinggi CY 2/MR14 (IK 1,27), dan CY 12/MR14 (IK 1,26) dan CY 16/MR14 (IK 1,32) dengan toleransi kekeringan peka lebih tinggi dari pembanding.

DAFTAR PUSTAKA

Bänziger M, G.O Edmeades, D. Beck, & M. Bellon. 2000. Breeding for Drought and Nitrogen Stress. Tolerance in Maize. From Theory to Practice. Mexico, CIMMYT.

Dai, J.Y., W.L. Gu, X.Y. Shen, B. Zheng, H. Qi and S.F. Cai, 1990. Effect of drought on the development and yield of maize at different growth stages. J. Shenyang Agri. Univ., 21: 181 (Field Crop Absts., 44: 7130; 1991).

Denmead, 0. T., & R. H. Shaw. 1960. The effect of soil moisture stress at different stages of growth on the development and yield of corn. Agron. J. 52 : 272 - 274.

(9)

Earl, H. J and R. F. Davis. 2003. Effect of Drought Stress on Leaf and Whole Canopy Radiation Use Efficiency a nd Yie ld of Ma ize . Ag ron o my J o u r n a l 9 5 :6 8 8 -6 9 6 . A me r ica n Society of Agronomy.

Fischer R.A and R. Maurer. 1978. Drought Resistance in Spring Wheath Cultivar : I. Grain Yield Response. Aust J Agric Res (29): 897-912.

Kramer, P. J. 1983. Water Relations of Plants. Academic Press, London.

Mapegau, 2001. Pengaruh Pupuk Kalium dan Kadar Air Tanah Tersedia Terhadap Serapan Hara Tanaman Jagung Kultivar Arjuna. Jumal Ilmu Pertanian Indonesia. Volume 3, No. 2, 2001. Hal. 107-110.

Sinclair, R. R & Russell C. Muchow. 2001. System Analysis of Plant Traits to Increase Grain Yield on Limited Water Supplies. Agronomy Journal 93:263-270. American Society of Agronomy.

Tourchi, M., H. E. Shashidhar&T. M. G. S. Hittalmani. 2003. Performance of Backcrosses Involving Transgressant Doubled Haploid Lines in Rice under Contrasting Moisture Regimes. Crop Science 43:1448:1456.

Wahyudi, M.H., R. Setiamihardja, A. Baihaki & D. Ruswandi. 2006. Eavluasi daya gabung dan heterosis hibrida hasil persilangan dialel lima genotip jagung pada kondisi cekaman kekeringan. Zuriat. Vol. 17, No. 1, Januari-Juni.

Gambar

Tabel 1. Tinggi tanaman dan tinggi letak tongkol pada perlakuan normal dan cekaman                  kekeringan  sedang, Maros 2013
Tabel 2. Rata-rata umur berbunga jantan dan betina, ASI  pada perlakuan normal,                     cekaman kekeringansedang, Maros 2013
Tabel 3. Komponen hasil dan karakter hasil pada perlakuan normal dan cekaman kekeringan sedang,                  Maros 2013
Tabel 4. Indeks dan toleransi kekeringan terhadap produksi  pada cekaman                         sedang Maros 2013

Referensi

Dokumen terkait

Terimakasih untuk kerjasama yang luar biasa sehingga dapat menyelesaikan Program Magang 14. Saya berharap semoga apa yang dilakukan dan disampaikan, dapat

[r]

Sebagai sekolah nonformal maka homeschooling menjadi alternatif peserta didik untuk meraih cita cita masa depanya maka Homeschooling Primagama mempunya 4 program yang di

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fatmawati (2015) menyimpulkan variabel utang luar negeri dalam jangka pendek tidak berpengaruh signifikan terhadap

Pembahasan yang tersaji pada bab ini akan menunjukkan hasil dari analisis data berdasarkan pengamatan variabel bebas maupun variabel terikat yang digunakan dalam

Pemberian ekstrak etanol daun pepaya dengan dosis 10, 30 dan 100 mg/kg BB selama 1 dan 3 hari dapat meningkatkan persentase penyembuhan tukak, serta dapat menurunkan indeks tukak dan

Studi pendahuluan dilakukan untuk memperoleh data jumlah pendengar aktif pada acara CBL school show , bentuk program yang telah berjalan, permasalahan yang

13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan adalah segala upaya untuk melindungi kepentingan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dalam mewujudkan terjaminnya