• Tidak ada hasil yang ditemukan

REFLEKSI KASUS CEDERA KEPALA RINGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "REFLEKSI KASUS CEDERA KEPALA RINGAN"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

REFLEKSI KASUS CEDERA KEPALA RINGAN

Dosen Pembimbing : dr. Fajar Maskuri, Sp.S, M.Sc.

Disusun oleh :

Muhammad Buston Ardlyamustaqim 15/383078/KU/18278

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF RUMAH SAKIT AKADEMIK UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS KEDOKTERAN, KESEHATAN MASYARAKAT, DAN

KEPERAWATAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

(2)

REFLEKSI KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. M

Usia : 57 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Pogung Rejo

Pendidikan : Tidak tamat SD

Pekerjaan : Buruh Agama : Islam Status : Menikah No. RM : 13-04-xx Masuk RS : 29/07/2019 ANAMNESIS

Diperoleh dari pasien dan keluarga pasien (31/07/2019) KELUHAN UTAMA

Linglung setelah kecelakaan motor (bingung ketika diajak berbicara) RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

1 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh linglung dan disorientasi setelah kecelakaan motor. Saat kecelakaan pasien mengenakan helm pengaman. Pasien muntah 1 kali di tempat kejadian kecelakaan dan muntah 2 kali di rumah setelah kejadian. Pasien juga mengeluhkan nyeri kepala ringan dan nyeri pada hidung yang disertai keluarnya darah dari kedua lubang hidung. Terdapat trauma gigi depan lepas 1 saat kejadian. Disangkal penurunan kesadaran, kejang, pelo, perot, kelemahan/kesemutan sesisi, demam, benjolan, batuk/sesak, dan gangguan buang air kecil dan buang air besar.

Hari saat masuk rumah sakit keluhan linglung menetap. Disangkal penurunan kesadaran, kejang, pelo, perot, kelemahan/kesemutan sesisi, demam, benjolan, batuk/sesak, muntah, dan gangguan buang air kecil dan buang air besar.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Disangkal :

 Hipertensi

 Diabetes mellitus  Penyakit jantung  Kolesterol tinggi

 Riwayat stroke sebelumnya

 Trauma kepala

 Demam

 Batuk lama

 Diare lama

 Infeksi gigi, telinga, hidung, tenggorokan  Buang air besar/buang air kecil berdarah

(3)

 Benjolan / tumor pada anggota tubuh  Riwayat operasi/radioterapi/kemoterapi RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Disangkal :  Hipertensi  Diabetes mellitus  Penyakit jantung  Kolesterol tinggi  Riwayat stroke

 Benjolan / tumor pada anggota tubuh  Riwayat operasi/radioterapi/kemoterapi RIWAYAT PSIKOSOSIAL

Pasien merupakan seorang buruh. Pasien tinggal bersama istri dan 2 orang anak. Hubungan pasien dengan keluarga baik. Pasien berasal dari keluarga golongan ekonomi menengah ke bawah dan peserta JKN non-PBI.

ANAMNESIS SISTEM

Sistem serebrospinal : Nyeri kepala ringan disertai linglung dan (bingung ketika diajak berbicara) dan disorientasi

Sistem kardiovaskuler : tidak ada keluhan

Sistem respirasi : tidak ada keluhan

Sistem gastrointestinal : tidak ada keluhan

Sistem muskuloskeletal : tidak ada keluhan

Sistem integumentum : tidak ada keluhan

Sistem urogenital : tidak ada keluhan

RESUME ANAMNESIS

Laki-laki, 57 tahun dengan keluhan utama linglung (bingung ketika diajak berbicara) dan disorientasi dengan nyeri kepala ringan onset akut setelah mengalami kecelakaan motor. Disangkal penurunan kesadaran, kejang, pelo, perot, kelemahan/kesemutan sesisi, demam, benjolan, batuk/sesak, dan gangguan buang air kecil dan buang air besar.

DIAGNOSIS SEMENTARA

Diagnosis klinis : Nyeri kepala onset akut dan gangguan memori

Diagnosis topik : Bangunan peka nyeri intrakranial, lobus temporal

Diagnosis etiologi : Trauma, dd : 1. Cedera kepala ringan

2. Cedera kepala sedang

PEMERIKSAAN FISIK

1. Status Generalis (29/07/2019)

Keadaan umum : Baik, status gizi baik dengan BMI 24,2 (BB: 70 kg, TB: 170

cm)

Kesadaran : Compos mentis, GCS E4V5M6

(4)

 Tekanan darah : 130/80 mmHg

 Nadi : 88 kali per menit, reguler

 Pernafasan : 22 kali per menit, reguler

 Temperatur : 36 oC

 SpO2 : Tidak dilakukan pengukuran

 NPS : 2

Kepala : Mesosefal, konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

Leher : Limfonodi tidak teraba membesar

Toraks :

 Paru :

 Inspeksi : simetris, warna kulit, luka (-)

 Palpasi : nyeri tekan (-), fremitus taktil kanan = kiri, pengembangan dada simetris

 Perkusi : sonor diseluruh lapang paru

 Auskultasi : vesikuler (+)/(+), suara tambahan (-)/(-)

 Jantung :

 Inspeksi : simetris, warna kulit, luka (-), tidak tampak ictus cordis

 Palpasi : nyeri tekan (-), teraba ictus cordis

 Perkusi : konfigurasi jantung dalam batas normal

 Auskultasi : S I-II murni, murmur (-), gallop (-)

Abdomen :

 Inspeksi : flat, warna kulit, luka (-), bekas operasi (-)  Auskultasi : bising usus (+) normal

 Perkusi : timpani diseluruh lapang perut

 Palpasi : nyeri tekan (-), massa (-), hepar dam lien tidak teraba membesar Ekstremitas : edema (-), atrofi otot (-), akral hangat

2. Status Mental :

a. Tingkah laku dan keadaan umum

 Tingkah laku : Normal

 Pakaian : Rapi

 Cara berpakaian : Sesuai umur b. Alur pembicaraan

 Percakapan : Normal

 Bicara lemah dan miskin spontanitas : tidak  Pembicaraan tidak berkesinambungan: tidak

c. Mood dan afek

 Mengalami euforia : Tidak

 Mood sesuai isi pembicaraan : Sesuai

 Emosi labil, meluap-luap : Tidak

d. Isi pikiran

Merasakan ilusi, halusinasi, delusi : Tidak

Mengeluhkan sakit seluruh tubuh : Tidak

Delusi tentang penyiksaan, merasa diawasi : Tidak

e. Kapasitas intelektual : Menurun

f. Sensorium

 Kesadaran : Compos mentis

(5)

 Orientasi : - Waktu : Menurun - Tempat : Menurun

- Orang : Menurun

 Memori : - Jangka pendek : Menurun

- Jangka panjang: Baik  Kalkulasi : Menurun

 Simpanan informasi : Menurun

 Tilikan, pengambilan keputusan, dan perencanaan : Menurun 3. Status Neurologis

Kesadaran : Compos mentis, GCS E4V5M6

Kepala : Pupil isokor 3 mm/3 mm, reflek cahaya (+)/(+), reflek kornea (+)/(+)

Leher : kaku kuduk (-), brudzinski neck sign (-), brudzinski kontralateral sign (-), kernig sign (-)

Reflek primitif : tidak dilakukan

Saraf otak :

NERVI KRANIALIS

FUNGSI KANAN KIRI

N.I Daya penghiduan Normal Normal

N.II Daya penglihatan Normal Normal

Medan penglihatan Normal Normal

Pengenalan warna Normal Normal

N.III Ptosis (-) (-)

gerakan mata ke medial Normal Normal

gerakan mata ke atas Normal Normal

gerakan mata ke bawah Normal Normal

ukuran pupil 3 mm 3 mm

bentuk pupil Bulat Bulat

reflek cahaya langsung (+) (+)

reflek cahaya konsensual (+) (+)

reflek akomodasi (+) (+)

strabismus divergen (-) (-)

N.IV gerakan mata ke lateral bawah Normal Normal

strabismus konvergen (-) (-)

N.V Menggigit (+) (+)

membuka mulut (+) (+)

sensibilitas muka Normal Normal

reflek kornea (+) (+)

Trismus (-) (-)

N.VI gerakan mata ke lateral bawah Normal Normal

strabismus konvergen (-) (-)

Diplopia (-) (-)

N.VII kedipan mata Normal Normal

(6)

sudut mulut Normal Normal

mengerutkan dahi Normal Normal

mengerutkan alis Normal Normal

menutup mata Normal Normal

Meringis Normal Normal

menggembungkan pipi Normal Normal

daya kecap lidah 2/3 depan Normal Normal

N.VIII mendengar suara gesekan jari Normal Normal

N.IX Arkus faring Simetris

daya kecap lidah 1/3 belakang Tidak dapat

dinilai Tidak dapat dinilai reflek muntah (+) (+) Sengau (-) (-) Tersedak (-) (-)

N.X denyut nadi 88x/menit,

reguler

88x/menit, reguler

arkus faring simetris

Bersuara normal normal

Menelan normal normal

N.XI memalingkan kepala normal normal

sikap bahu normal normal

mengangkat bahu normal normal

trofi otot bahu eutrofi eutrofi

N.XII Sikap lidah tidak ada deviasi

Artikulasi normal

menjulurkan lidah tidak ada deviasi

trofi otot lidah eutrofi eutrofi

Fasikulasi (-) (-)

Ekstremitas :

GERAKAN KEKUATAN REFLEKS FISIOLOGIS

REFLEKS PATOLOGIS

KLONUS TROFI TONUS

B B +5/+5/+5 +5/+5/+5 +2 +2 (-) (-) (-) (-) Eu Eu N N B B +5/+5/+5 +5/+5/+5 +2 +2 (-) (-) Eu Eu N N Reflek patologis : Babinski (-), chaddock (-), Gonda (-), Bing (-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Laboratorium (29/07/2019)

Gula Darah Sewaktu = 83 mg/dl

(7)
(8)
(9)

Hasil CT Scan Kepala =

- Tak tampak soft-tissue swelling extracranial - Sistema tulang intak

- SPN dan air cellulae mastoidea normal - Sulci dan gyri tak prominent

- Batas cortex dan medulla tegas

- Sistema ventrikel simetrik, ukuran normal, tak tampak edema periventrikuler - Struktur mediana di tengah, tidak terdeviasi

Kesan CT Scan Kepala =

Tak tampak kelainan pada MSCT kepala ini 3. X-Ray Thorax

Hasil X-Ray Thorax (AP, supine, simetris, kondisi dan inspirasi cukup) =

- Corakan bronchovascular normal

- Sinus costophrenicus lancip terbuka - Diafragma normal, licin, tak mendatar - Cor : CTR < 0,56

Kesan X-Ray Thorax = Pulmo dan besar cor normal

RESUME PEMERIKSAAN

(10)

Kesadaran : Compos mentis, GCS E4V5M6

Tanda vital :

 Tekanan darah : 130/80 mmHg

 Nadi : 88 kali per menit, reguler

 Pernafasan : 22 kali per menit, reguler

 Temperatur : 36 oC

 NPS : 2

Status Mental :

a. Kapasitas intelektual : Menurun

b. Atensi : Menurun

c. Orientasi waktu, tempat, orang : menurun

d. Memori jangka pendek : Menurun

e. Kalkulasi : Menurun

f. Simpanan informasi : Menurun

g. Tilikan, pengambilan keputusan, dan perencanaan : Menurun

Status neurologis :

 Refleks fisiologis keempat ekstremitas (+)

Laboratorium : Gula Darah Sewaktu Normal, CT Scan Kepala Normal, X-Ray Thorax Normal

DIAGNOSIS AKHIR

Diagnosis klinis : Gangguan memori cum cephalgia onset akut

Diagnosis topik : Bangunan peka nyeri intrakranial, lobus temporal

Diagnosis etiologi : Cedera kepala ringan PENATALAKSANAAN

1. Non – farmakologi : Bed rest

Elevasi kepala 30o

Monitor kondisi umum 2. Farmakologi :

Inf Manitol 125 cc/6 jam tapering off 24 jam Inf RL:Tutofusin 20 tetes per menit

Paracetamol 500 mg PO

Inj. Vitamin B12 1 Ampul/12 jam Asam Folat 1 gr PO

PLANNING

Assessment neurobehaviour PROGNOSIS

Death : Dubia ad bonam

Disease : Dubia ad bonam

Disability : Dubia ad bonam

Discomfort : Dubia ad bonam

Disatisfaction : Dubia ad bonam

(11)

PEMBAHASAN

CEDERA KEPALA

Cedera kepala adalah trauma yang mengenai calvaria dan/atau basis kranii serta organ-organ di dalamnya, di mana kerusakan tersebut bersifat non-degeneratif/non-kongenital, yang disebabkan oleh gaya mekanik dari luar sehingga timbul gangguan fisik, kognitif maupun sosial serta berhubungan dengan atau tanpa penurunan tingkat kesadaran.

Pola cedera dapat diklasifikasikan menjadi primer (muncul segera sesaat setelah benturan) atau sekunder (muncul karena respon neurokimia atau inflamasi pasca benturan). Berdasarkan skor GCS (Glasglow Coma Scale), pasien dengan cedera kepala dapat dikelompokkan menjadi cedera kepala ringan (GCS ≥ 14), cedera kepala sedang (GCS 9-13), dan cedera kepala berat (GCS ≤ 8).

Klasifikasi Tingkat Keparahan Cedera Kepala

A. Etiologi dan Patologi

Penyebab cedera kepala di antaranya sebagai berikut: - Kecelakaan lalu lintas

- Jatuh

- Trauma benda tumpul

- Kecelakaan kerja

- Kecelakaan rumah tangga

- Kecelakaan olahraga

- Trauma tembak dan pecahan bom

Sampai saat ini penyebab terpenting cedera kepala yang serius adalah kecelakaan lalu lintas (60% kematian yang disebabkan kecelakaan lalu lintas disebabkan karena cedera kepala).

Kerusakan otak akibat cedera kepala dapat terjadi dari dua mekanisme terkait berikut: 1) Kerusakan saat impaksi:

(12)

a. Kontusio dan laserasi korteks serebri, biasanya pada lobus frontal dan lobus temporal pada sisi impaksi, atau pada sisi yang berlawanan (cedera ‘countre-coup’) b. Lesi substansi alba difus sebagai akibat regangan akson dan disrupsi akibat

deselerasi (cedera aksonal difus) 2) Komplikasi sekunder

- Hematoma (ekstradural, subdural, intraserebral), - Edema serebri

- Iskemia serebri - Coning

- Infeksi B. Gambaran Klinis

Cedera kepala, terutama karena kecelakaan lalu lintas, sering terjadi pada keadaan cedera multipel sehingga membutuhkan tata laksana resusitasi segera, yaitu:

 Airway (jalan napas), perhatian khusus pada tulang servikal, karena dapat terjadi fraktur dan/atau dislokasi

 Breathing (pernapasan)  Circulation (sirkulasi)

 Periksa adanya cedera dada mayor (hemotoraks, pneumotoraks)  Periksa adanya perdarahan abdomen mayor

Setelah semua aspek tersebut diperiksa dan ditangani, maka baru dilakukan penilaian cedera kepala, tulang belakang, kemudian anggota gerak.

Riwayat cedera kepala seringkali didapatkan dari saksi. Pertimbangan yang penting meliputi :

- Keadaan cedera – pasien mungkin mengalami cedera akibat hilangnya kesadaran sebelumnya, misalnya pada serangan kejang

- Lamanya periode hilang kesadaran, dan amnesia pascatrauma. Adanya ‘interval lusid’ antara periode awal hilangnya kesadaran pada waktu impaksi, dan tingkat kesadaran pasien yang kembali memburuk, menunjukkan adanya perkembangan komplikasi sekunder yang dapat diatasi, yaitu hematoma intrakranial.

- Nyeri kepala dan muntah persisten – mungkin menunjukkan adanya hematoma

intrakranial.

Komponen utama pemeriksaan neurologis pada pasien cedera kepala adalah sebagai berikut:

a) Bukti eksternal trauma – laserasi dan memar b) Tanda fraktur basis kranii:

- Hematoma periorbital bilateral, hematoma pada mastoid (tanda Battle)

- Hematoma subkonjungtiva – darah di bawah konjungtiva tanpa adanya batas posterior, yang menunjukkan darah dari orbita yang mengalir ke depan

- Keluarnya cairan cerebrospinal dari hidung atau telinga (cairan jernih tidak berwarna, positif mengandung glukosa)

- Perdarahan dari telinga c) Tingkat kesadaran (GCS)

(13)

d) Pemeriksaan neurologis menyeluruh, terutama refleks pupil, untuk melihat tanda-tanda ancaman herniasi tentorial.

C. Pemeriksaan Penunjang

 Radiografi kranium, untuk mencari adanya fraktur, jika pasien mengalami gangguan kesadaran sementara atau persisten setelah cedera, adanya tanda fisik eksternal yang menunjukkan fraktur pada basis kranii, fraktur fasialis, atau tanda neurologis fokal lainnya. Fraktur kranium pada regio temporoparietal pada pasien yang tidak sadar menunjukkan kemungkinan hematoma ekstradural, yang disebabkan oleh robekan arteri meningea media.

 CT scan kranial segera dilakukan jika terjadi penurunan tingkat kesadaran atau jika terdapat fraktur kranium yang disertai kebingungan, kejang, atau tanda neurologis fokal.

Indikasi CT Scan Kepala pada Cedera Kepala:

D. Tata Laksana

Secara umum, pasien dengan cedera kepala harus dirawat di rumah sakit untuk observasi. Pasien harus dirawat jika terdapat:

- Penurunan tingkat kesadaran - Fraktur kranium

- Tanda neurologis fokal

Cedera kepala ringan dapat ditangani hanya dengan observasi neurologis, dan membersihkan atau menjahit luka/laserasi kulit kepala. Untuk cedera kepala yang lebih berat, tata laksana spesialis bedah saraf diperlukan setelah resusitasi dilakukan.

Aspek spesifik terapi cedera kepala berat dapat dirangkum menjadi dua kategori berikut: Bedah

 Intrakranial – evakuasi bedah saraf segera pada hematoma yang mendesak ruang  Ekstrakranial – inspeksi untuk komponen fraktur kranium yang menekan pada laserasi

kulit kepala. Jika ada, maka hal ini membutuhkan terapi bedah segera dengan debridement luka dan menaikkan fragmen tulang untuk mencegah infeksi lanjut pada meningen dan otak

(14)

 Bolus manitol (20%, 100 ml) intravena jika terjadi peningkatan tekanan intrakranial. Hal ini dibutuhkan pada tindakan darurat sebelum evakuasi hematoma intrakranial pada pasien dengan penurunan kesadaran. Jika terjadi pembengkakan otak tanpa hematoma yang jelas, maka mungkin membutuhkan bolus berulang manitol dan hiperventilasi buatan elektif dengan memantau tekanan intrakranial secara kontinu.

 Pembatasan cairan pada 24-48 jam pertama, yaitu 1500-2000 ml/24 jam.

 Antibiotik profilaksis untuk fraktur basis kranii

 Antikonvulsan untuk kejang.

Fenitoin diberikan dengan dosis awal 1250 mg iv dalam waktu 10 menit diikuti dengan 250-500 mg per infuse selama 4 jam. Setelah itu diberikan 3x100 mg/hari per oral atau iv. Diazepam diberikan bila terjadi kejang.

 Sedatif dan obat-obat narkotik dikontraindikasikan, karena dapat memperburuk penurunan kesadaran

E. Komplikasi dan Akibat Cedera Kepala - Gejala sisa cedera kepala berat

Bahkan setelah cedera kepala berat, kebanyakan pasien dapat kembali mandiri. Akan tetapi, beberapa pasien dapat mengalami ketidakmampuan baik secara fisik (disfasia, hemiparesis, palsi saraf kranial) dan mental (gangguan kognitif, perubahan kepribadian). Sejumlah kecil pasien akan tetap dalam status vegetatif.

- Kebocoran cairan serebrospinal

Hal ini dapat terjadi mulai dari saat terjadi cedera, tetapi jika hubungan antara rongga subarakhnoid dan telinga tengah atau sinus paranasal akibat fraktur basis hanya kecil dan tertutup jaringan otak, maka hal ini tidak akan terjadi dan pasien mungkin mengalami meningitis di kemudian hari. Selain terapi infeksi, komplikasi ini membutuhkan reparasi bedah untuk robekan dura. Eksplorasi bedah juga diperlukan jika terjadi kebocoran cairan serebrospinal persisten.

- Epilepsi pascatrauma

Terutama terjadi pada pasien yang mengalami kejang awal (dalam minggu pertama setelah cedera), amnesia pascatrauma yang lama (lebih dari 24 jam), fraktur depresi kranium, atau hematoma intrakranial.

- Sindrom pascakonkusi

Nyeri kepala, vertigo, depresi, dan gangguan konsentrasi dapat menetap bahkan setelah cedera kepala ringan. Vertigo dapat terjadi akibat cedera vestibular (konkusi labirintin)

- Hematoma subdural kronik

AMNESIA PADA CEDERA KEPALA

Post-traumatic amnesia (PTA) merupakan salah satu gejala yang dapat timbul pada cedera kepala. Durasi amnesia post-traumatic (PTA) dapat dijadikan indikator tingkat keparahan cedera kepala. Meskipun begitu, PTA belum dapat dijadikan standar kesepakatan umum seperti yang disediakan oleh Glasgow Coma Scale (GCS).

Amnesia post-traumatic dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu: 1) Amnesia retrograde

(15)

Amnesia retrograde didefinisikan sebagai kehilangan sebagian atau total dari kemampuan untuk mengingat peristiwa yang terjadi selama periode sebelum cedera kepala.

2) Amnesia anterograde

Amnesia anterograde didefiniskan sebagai gangguan atau defisit dalam membentuk memori baru setelah kecelakaan, yang dapat menyebabkan penurunan perhatian dan persepsi yang tidak akurat. Memori anterograde seringkali merupakan fungsi terakhir yang kembali setelah pemulihan dari kehilangan kesadaran.

REFERENSI

Ginsberg, L. 2007. Lecture Notes: Neurology, 8th ed. London : Blackwell Publishing.

Stuss, D. T., Binns, M. A., Carruth, F. G., Levine, B., Brandys, C. E., Moulton, R. J., Schwartz, M. L. 1999. The acute period of recovery from traumatic brain injury: posttraumatic amnesia or posttraumatic confusional state? Journal of Neurosurgery, 90(4), 635–643. doi:10.3171/jns.1999.90.4.0635

Referensi

Dokumen terkait

SPA (saluran pernafasan akut ) sebenarnya merupakan self limited disease yang sembuh sendiri dalam 5 ± 6 hari jika tidak terjaidi infasi kuman lain,

Terdapat sembilan unsur yang menjadi penilaian berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 17 Tahun 2017 yakni

Oleh sebab itu maka penelitian yang akan dilakukan merupakan upaya dalam mengidentifikasi sejauhmana persepsi stakeholder dan masyarakat di Kota Sukabumi sebagai pelaku

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, karunia dan anugerah yang di berikanNya kepada saya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

Hasil uji beban statis untuk muka air tanah di atas dasar fondasi dengan berbagai variasi persentase campuran styrofoam pada lubang uji dengan media tanah lempung

Annalsevam dan Parthasarathy (1999) mengatakan bahwa penelitian terutama yang ditujukan terhadap keanekaragaman jenis pohon dan palem pada hutan tropis sudah sangat

Membran terbaik yang dapat digunakan dalam pemisahan larutan detergen ialah pada konsentrasi NPE 5% yang memiliki nilai indeks rejeksi di atas