• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL TERHADAP AKTIVITAS PENGENDALIAN PADA AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAHAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL TERHADAP AKTIVITAS PENGENDALIAN PADA AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAHAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL TERHADAP AKTIVITAS PENGENDALIAN PADA AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAHAN

( Studi Pada Kelurahan Tlogomas di Kota Malang ) 1)Tarwiyani, 2)Poppy Indrihastuti, 3)Sukarno Himawan Fakultas Ekonomi Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang

Jl. Tlagawarna Blok C Tlogomas Malang, 65144

ABSTRAK

Akuntansi Basis Akrual (Accrual Basis of Accounting) merupakan suatu basis akuntansi di mana transaksi ekonomi dan peristiwa lainnya diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya transaksi tersebut, tanpa memperhatikan waktu kas atau setara kas diterima atau dibayarkan sesuai dengan saat terjadinya arus sumber daya. Penerapan basis akrual mencakup pencatatan transaksi keuangan dan juga penyiapan laporan keuangan, sehingga basis akrual dapat menyediakan informasi yang paling komprehensif karena seluruh arus sumber daya dicatat. Dalam menilai efektifitas penerapan akuntansi berbasis akural maka perlu ada aktivitas pengendalian agar laporan keuangan yang dibuat bisa dipertanggungjawabkan.

Penelitian mengunakan metode Deskriptif (Descriptive Reasearch), dengan lebih banyak bersifat uraian dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah wawancara dan dokumentasi. Tujuan penelitian untuk mengetahui penerapan akuntansi berbasis akrual terhadap aktivitas pengendalian pada akuntanbilitas keuangan di Kelurahan Tlogomas kota Malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapkan Akuntansi Berbasis Akrual dalam pembuatan laporan keuangan kelurahan berdampak pada kemudahan mengontrol aktivitas pengendalian akuntansi, pengendalian akuntabilitas keuangan pemerintah dan memudahkan dalam memahami laporan keuangan sehingga mampu meningkatkan transparansi keuangan di Kelurahan Tlogomas Kota Malang. Sedangkan aktivitas pengendalian laporan keuangan mampu meningkatkan akuntabilitas manajemen aset serta mampu meningkatkan efisiensi dan efektifitas keuangan dalam sektor publik Kelurahan Tlogomas Kota Malang.

Kata kunci: Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual, Aktivitas Pengendalian Dan Akuntabilitas Keuangan Pemerintahan.

(2)

PENDAHULUAN

Basis Akrual adalah basis

akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar. Basis ini telah menggantikan basis kas, karena basis sebelumnya yaitu menurut Indra

Bastian (2006), basis kas hanya

mengakui arus kas masuk dan arus kas keluar.

Indonesia termasuk salah satu Negara berkembang dengan jumlah penduduk relative besar dan wilayah

yang terbesar mulai melakukan

pembenahan sistem Pemerintahan.

Sejak pergantian kepemimpinan dari Orda baru, Demokrasi dan otonomi menjadi lebih baik. Dalam sistem otonomi, peranan daerah menjadi lebih

besar dalam mengatur organisasi

pemerintahan (Mahmudi, 2007).

Laporan keuangan pemerintah

daerah adalah bentuk pertanggung

jawaban daerah yang berbentuk

kompilasi dokumen perencanaan

anggaran sampai dengan realisasi dari

perencanaan anggaran pemerintah

daerah (Bastian, 2006). Pemerintah daerah harus meninjau nilai informasi

yang disuguhkan dalam laporan

keuangan untuk keperluan perencanaan,

pengendalian, dan pengambilan

keputusan. Informasi akuntansi yang berada di dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) harus

mempunyai beberapa karakteristik

kualitatif yang disyaratkan.

Di Indonesia ada beberapa

peraturan dan undang-undang yang ditetapkan untuk mengatur laporan

keuangan disebuah instansi

pemerintahan. Hal ini bertujuan sebagai pengendalian dari pemerintah pusat

terhadap pemerintah daerah serta

sebagai standar dan payung hukum yang menaungi lembaga atau instansi

pemerintah untuk menyusun laporan keuangan.Termasuk pula dalam catatan Laporan Keuangan sebagai penyajian

informasi yang diharuskan dan

dianjurkan oleh Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan, seperti kewajiban koninjensi dan komitmen-komitmen lainnya.

Salah satu bentuk usaha

pemerintah untuk meningkatkan

kualitas keuangan pemerintah yaitu penerapan sistem akuntansi berbasis

akrual yang merupakan bentuk

Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010

tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan (SAP) sebagai pengganti

dari Peraturan Pemerintah (PP)

Republik Indonesia Nomor 24 Tahun

2005 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan (SAP). Dalam

pengelolaan keuangan daerah. Maka dari itu, diperlukan akuntabilitas dari sebuah laporan keuangan sangat penting bagi sebuah instansi pemerintah bahkan dapat dikatakan bahwa peranan laporan keuangan sebagai media akuntabilitas

lebih menonjol pada akuntansi

pemerintah dibandingkan dengan

peranannya untuk penilaian organisasi seperti halnya dalam sektor swasta (Simanjuntak, 2010).

Basis Akrual merupakan basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar (Mardiasmo, 2002). Basis ini telah menggantikan basis kas, karena basis sebelumnya yaitu menurut Indra Bastian (2006), basis kas hanya mengakui arus kas masuk dan arus kas keluar.

Rekening keuangan akhir akan

dirangkum dalam buku kas, sehingga laporan keuangan tidak bisa dihasilkan

(3)

karena ketiadaan data tentang aset dan kewajiban.

Akuntabilitas oleh pemerintah

daerah sangat penting karena

merupakan salah satu bentuk

pertanggungjawaban pemerintah daerah sebagai entitas yang mengelola dan bertanggung jawab atas penggunaan

kekayaan daerah. Dalam konteks

demokrasi, masyarakat sebagai pihak yang memberikan kekuasaan kepada pemerintah daerah berhak memperoleh informasi atas kinerja pemerintah.

Dengan adanya akuntabilitas

pemerintah daerah, masyarakat dapat berperan dalam pengawasan atas kinerja pemerintah daerah, sehingga jalannya pemerintahan dapat berlangsung dengan baik.

Laporan laporan keuangan

merupakan media sebuah entitas dalam

hal ini pemerintah untuk

mempertanggungjawabkan kinerja

keuangnya kepada publik. Pemerintah harus mampu menyajikan laporan keuangan yang mengandung informasi keuangan yang berkualitas. Dalam Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dijelaskan bahwa laporan keuangan

yang berkualitas itu memenuhi

karakteristik yang relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami TINJAUAN PUSTAKA

1. Akuntansi Berbasis Akrual

Menurut Hearing, (2006), basis

akuntansi akrual, seperti telah

disimpulkan oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) dari berbagai sumber, adalah suatu basis akuntansi di mana transaksi ekonomi dan peristiwa lainnya diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya transaksi tersebut, tanpa memperhatikan waktu kas atau setara kas diterima atau dibayarkan

(recording) sesuai dengan saat

terjadinya arus sumber daya, sehingga dapat menyediakan informasi yang

paling komprehensif karena seluruh arus sumber daya dicatat. Dengan demikian, pendapatan diakui pada saat penghasilan telah diperoleh (earned) dan beban atau biaya diakui pada saat kewajiban timbul atau sumber daya dikonsumsi.

Penerapan basis akrual mencakup pencatatan transaksi keuangan dan juga

penyiapan laporan keuangan.

Selanjutnya, dalam makalah yang sama,

KSAP menyatakan bahwa dalam

akuntansi berbasis akrual, waktu

pencatatan (recording) sesuai dengan saat terjadinya arus sumber daya, sehingga dapat menyediakan informasi

yang paling komprehensif karena

seluruh arus sumber daya dicatat. Dengan demikian, pendapatan diakui pada saat penghasilan telah diperoleh (earned) dan beban atau biaya diakui pada saat kewajiban timbul atau sumber daya dikonsumsi. Penerapan basis akrual mencakup pencatatan transaksi keuangan dan juga penyiapan laporan keuangan.

Thompson dalam Widjajarso. (2008), menyampaikan beberapa tujuan penggunaan basis akrual yakni sebagai berikut:

a. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem keuangan dalam sektor publik.

b. Untuk meningkatkan pengendalian fiskal, manajemen aset dan budaya sektor publik.

c. Untuk meningkatkan akuntabilitas dalam program penyediaan barang dan jasa oleh pemerintah.

d. Menyediakan informasi yang lebih lengkap bagi pemerintah untuk mengambil keputusan.

e. Untuk mereformasi sistem

anggaran belanja.

f. Untuk mencapai transparasi yang lebih luas atas biaya pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah.

(4)

2. Basis Kas Menuju Akrual

Definisi dasar kas yang telah dimodifikasi (modified cash basis) adalah campuran antara dasar kas dengan dasar akrual. Dalam standar akuntansi pemerintahan yang ditetapkan dengan PP No 24 tahun 2005, basis akuntansi yang digunakan pemerintah menggunakan basis modifikasi kas menuju akrual (cash toward accrual). Dalam kerangka konseptual akuntansi pemerintahan dalam PP 24/2005, basis akuntansi yang digunakan adalah basis

kas untuk pengakuan pendapatan,

belanja dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban dan ekuitas dalam neraca.

Basis kas untuk Laporan Realisasi Anggaran berarti bahwa pendapatan diakui pada saat kas diterima di rekening kas umum Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan dan belanja diakui pada saat kas dikeluarkan dari rekening kas umum Negara/Daerah atau entitas pelaporan. Basis akrual untuk neraca berarti bahwa aset, kewajiban dan ekuitas dan diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat

kejadian atau kondisi lingkungan

berpengaruh pada keuangan pemerintah, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar (Kieso, dkk, 2008).

3. Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual

Fenomena yang terjadi dalam

perkembangan sektor publik di

Indonesia dewasa ini adalah

menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di pusat maupun di daerah. Akuntabilitas dapat diartikan sebagai bentuk kewajiban mempertanggungjawabkan keberhasilan

atau kegagalan pelaksanaan misi

organisasi dalam mencapai tujuan dan

sasaran yang telah ditetapkan

sebelumnya melalui suatu media

pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodic (Stanbury, 2003) dalam (Mardiasmo, 2002).

Disamping itu, amanat yang

tertuang dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dalam Pasal 36 ayat (1) yang berbunyi sebagai berikut:

“Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 13, 14, 15, dan 16

Undang-Undang ini dilaksanakan

selambat-lambatnya dalam 5 (lima)

tahun. Selama pengakuan dan

pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas.”

Karena hal-hal tersebutlah,

Komite Standar Akuntansi

Pemerintahan (KSAP) menyusun

Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)

berbasis akrual. Dalam wacana

akuntansi, secara konseptual akuntansi

berbasis akrual dipercaya dapat

menghasilkan informasi yang lebih akuntabel dan transparan dibandingkan

dengan akuntansi berbasis kas.

Akuntansi berbasis akrual mampu mendukung terlaksananya perhitungan biaya pelayanan publik dengan lebih wajar. Nilai yang dihasilkan mencakup seluruh beban yang terjadi, tidak hanya jumlah yang telah dibayarkan. Dengan memasukkan seluruh beban, baik yang sudah dibayar maupun yang belum dibayar, akuntansi berbasis akrual dapat menyediakan pengukuran yang lebih baik, pengakuan yang tepat waktu, dan

pengungkapan kewajiban di masa

mendatang. Dalam rangka pengukuran kinerja, informasi berbasis akrual dapat

menyediakan informasi mengenai

penggunaan sumber daya ekonomi yang sebenarnya. Oleh karena itu, akuntansi berbasis akrual merupakan salah satu

(5)

sarana pendukung yang diperlukan

dalam rangka transparasi dan

akuntabilitas pemerintah KSAP. 4. Akuntabilitas

Akuntabilitas (accountability)

secara bahasa dapat diartikan sebagai

pertanggungjawaban (Ihyaul Ulum,

2004). Akuntabilitas mengandung arti pertanggungjawaban, baik oleh

orang-orang maupun badan-badan yang

dipilih, atas pilihan-pilihan dan

tindakan-tindakannya (Budi Mulyana,

2006). Menurut The Oxford Advance

Learner’s Dictionary dalam LAN RI dan BPKP, 2001, akuntabilitas adalah required or expected to give an explanation for one’s action. Artinya

dalam akuntabilitas terkandung

kewajiban untuk menyajikan dan

melaporkan segala tindak tanduk dan kegiatan yang dilakukan. Akuntabilitas publik yang harus dijalankan oleh organisasi sektor publik mempunyai beberapa dimensi. Ellwood (dalam Mardiasmo, 2002) menjelaskan terdapat empat dimensi akuntabilitas yang harus dipenui oleh organisasi sektor publik, yaitu:

1. Akuntabilitas Kejujuran dan

Akuntabilitas hukum

(accountability for probity and legality) Akuntabilitas kejujuran terkait dengan penyalahgunaan

jabatan (abuse of power),

sedangkan akuntabilitas hukum terkait dengan jaminan adanya kepatuhan terhadap aturan hukum dan aturan lain yang disyaratkan dalam penggunaan sumber dana publik.

2. Akuntabilitas Proses (process

accountability) Akuntabilitas proses terkait apakah prosedur

yang digunakan dalam

melaksanakan tugas sudah cukup baik dalam hal kecukupan sistem

informasi akuntansi, sistem

informasi manajemen, dan

prosedur administrasi.

3. Akuntabilitas Program (program accountability) Akuntabilitas

program terkait dengan

pertimbangan apakah tujuan yang ditetapkan dapat dicapai atau

tidak, dan apakah telah

mempertimbangkan alternatif

program yng memberikan hasil

yang optomal dengan biaya

minimal.

4. Akuntabilitas Kebijakan (policy accountability) Akuntabitas

kebijakan terkait dengan

pertanggungjawaban baik pusat maupun daerah atas

kebijakan-kebijakan yang diambil

pemerintah terhadap DPR/DPRD dan masyarakat luas.

Tuntutan akuntabilitas publik

mengharuskan lembaga-lembaga sektor publik untuk lebih menekankan pada

pertanggungjawaban horisontal

(horizontalaccountability) bukan hanya pertanggungjawaban vertikal (vertical accountability). Pertanggungjawaban perlu dilakukan melalui media yang

selanjutnya dapat dikomunikasikan

kepada pihak internal maupun pihak

eksternal (publik) secara periodik

maupun insidental sebagai suatu

kebijakan hukum dan bukan hanya suka rela (Ihyaul Ulum, 2004).

Menurut Hafiz, (2011).

Menyebutkan bahwa laporan keuangan pemerintah daerah yang dihasilkan melalui proses akuntansi merupakan bentuk transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan publik. Guna dapat menghasilkan laporan keuangan

yang semakin baik (tantangan)

dibutuhkan tenaga-tenaga akuntansi

terampil pada pemerintah daerah, hal ini

dapat dilakukan melaui kegiatan

bimbingan teknis akuntansi bagi

(6)

ditugaskan sebagai pengelola keuangan atau melalui rekrutmen pegawai baru yang memiliki kemampuan akuntansi keuangan daerah. Tidak hanya tenaga-tenaga akuntansi terampil tersebut, juga dibutuhkan adanya sistem dan prosedur

pembukuan yang memadai dan

kebijakan akuntansi sebagai pedoman pegawai dalam mengelola keuangan daerah.

Akuntabilitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) menjadi hal penting karena merupakan bentuk pertanggungjawaban pemerintah daerah terhadap pelaksanaan APBD. Untuk

mengetahui akuntabilitas laporan

keuangan pemerintah daerah perlu

dilakukan pemeriksaan (diaudit).

Pemeriksaan tentang akuntabilitas

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) dilakukan BPK RI sebagai pemeriksa pengelolaan dan tanggung

jawab tentang keuangan Negara

sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 15 tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan.

5. Aktivitas Pengendalian

Pengendalian adalah merupakan salah satu fungsi terpenting dari manajemen. Pengendalian secara umum bertujuan untuk memastikan bahwa kegiatan dapat berjalan sesuai dengan apa yang seharusnya atau seperti apa yang telah direncanakan (Mardiasmo,

2009). Permasalahan lemahnya

pengendalian akan membawa dampak kepada kerugian yang besar dan bahkan

kemungkinan terjadinya kegagalan

organisasi. Mengingat arti pentingnya, pengendalian hampir selalu disebutkan dalam setiap literatur manajemen. METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di kelurahan Tlogomas Malang pada bulan Pebruari sampai Bulan Mei 2015. Penelitian

mengunakan metode Deskriptif

(Descriptive Reasearch), dengan

pendekatan kualitatif. Teknik

pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Metode analisa data yang di gunakan adalah mengumpulkan, mendeskripsikan, mengevaluasi dan memberi kesimpulan data.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1 Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual.

Peraturan menteri dalam Negeri Republik Indonesia nomor 64 tahun

2013 tentang penerapan standar

akuntansi pemerintahan berbasis akrual

pada pemerintah daerah yaitu

menetapkan bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 7 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010

tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan (SAP), perlu menetapkan

Peraturan Menteri Dalam Negeri

Republik Indonesia tentang Penerapan

Standar Akuntansi Pemerintahan

Berbasis Akrual Pada Pemerintah

Daerah, karena mengingat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4437) sebagaimana telah diubah

beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2008

Nomor 59, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4844).

Akuntansi berbasis akrual

menyediakan informasi yang paling

komprehensif karena seluruh arus

(7)

internal dan arus ekonomi lainnya. Secara sederhana, dikatakan bahwa penerapan akuntansi berbasis akrual

ditujukan untuk mengatasi

ketidakcukupan basis kas untuk

memberikan data yang lebih akurat. Adapun hal ini sesuai dengan pendapat Tutik Minarti selaku staf keuangan Kelurahan Tlogomas Kota Malang menjelaskan:

“Kelurahan Tlogomas Kota Malang sudah menerapkan akuntansi berbasis

akrual dalam pengendalian

akuntabilitas keuangan pemerintah, sesuai dengan ketentuan Pasal 7 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 71

Tahun 2010 tentang Standar

Akuntansi Pemerintahan, serta

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia tentang Penerapan

Standar Akuntansi Pemerintahan

Berbasis Akrual Pada Pemerintah Daerah” (Wawancara, tanggal 25 September 2015).

Berdasarkan pendapat tersebut diketahui bahwa Kelurahan Tlogomas

Kota Malang sudah menerapkan

akuntansi berbasis akrual dalam

pengendalian akuntabilitas keuangan

pemerintah. Penerapan Akuntansi

Berbasis Akrual yang berdampak pada

kemudahan dalam pengendalian

akuntabilitas keuangan pemerintah di kelurahan Tlogomas Kota Malang. Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual memudahkan dalam pembuatan laporan keuangan dan mampu meningkatkan

pengendalian pada akuntabilitas

manajemen aset serta mampu

meningkatkan efisiensi dan efektifitas keuangan dalam sektor publik kelurahan Tlogomas Kota Malang. Adapun hal ini sesuai dengan pendapat staf keuangan Kelurahan Tlogomas Kota Malang menjelaskan:

“penerapan akuntansi berbasis akrual memudahkan dalam penjajian laporan keuangan, karena akuntansi berbasis

akrual mudah dioperasikan dan

laporan keuangan yang disediakan lengkap sehingga mampu mengontrol kecurangan dalam penyajian laporan keuangan” (Wawancara, tanggal 25 September 2015).

Dari hasil penelitian maka dapat diketahui bahwa Kelurahan Tlogomas

Kota Malang sudah menerapkan

akuntansi berbasis akrual dalam

pengendalian akuntabilitas keuangan pemerintah, sesuai dengan Peraturan

menteri dalam Negeri Republik

Indonesia nomor 64 tahun 2013 tentang

penerapan standar akuntansi

pemerintahan berbasis akrual pada pemerintah daerah yaitu menetapkan bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 7 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar

Akuntansi Pemerintahan (SAP).

Adapun penerapan akuntansi berbasis akrual memudahkan dalam penjajian laporan keuangan, karena akuntansi berbasis akrual mudah dioperasikan dan laporan keuangan yang disediakan lengkap sehingga mampu mengontrol kecurangan dalam penyajian laporan keuangan serta mampu meningkatkan pengendalian pada akuntabilitas dan manajemen aset di kelurahan Tlogomas Kota Malang kerena akuntansi basis akrual menyediakan informasi yang

paling komprehensif, basis akrual

digunakan untuk menyajikan aset, kewajiban, dan ekuitas dana.

Aktivitas pengendalian merupakan

kebijakan, prosedur, teknik, dan

mekanisme yang digunakan untuk menjamin arahan manajemen telah dilaksanakan. Aktivitas pengendalian

seharusnya efesien dan efektif,

menyajikan kehandalan pelaporan

keuangan, pengamanan aset daerah, ketaatan/kepatuhan terhadap undang-undang, kebijakan dan peraturan lain untuk mencapai tujuan pengendalian itu

(8)

keuangan Kelurahan Tlogomas Kota Malang menjelaskan:

“penerapan akuntansi berbasis akrual

mempunyai keunggulan tersendiri

dalam penyajian laporan keuangan” (Wawancara, tanggal 25 September 2015).

Laporan keuangan yang dibuat berdasarkan akuntansi berbasis akrual perlu dievaluasi lagi agar laporan keuangan semakin relevan dan akurat agar laporan keuangan yang dibuat lebih transparansi. Menurut pendapat Tutik Minarti selaku staf keuangan Kelurahan Tlogomas Kota Malang menjelaskan:

“Aktivitas pengendalian harus

dilakukan dengan efesien dan efektif

agar tidak menganggu dalam

pembuatan laporan keuangan kerena proses pemeriksaan harus sesuai

dengan waktu yang ditentukan”

(Wawancara, tanggal 25 September 2015).

Dari data dapat ketahui bahwa penerapan akuntansi berbasis akrual

mampu meningkatkan aktivitas

pembuatan laporan keuangan yang cepat dan dengan adanya penerapan

akuntansi berbasis akrual akan

memudahkan dalam pengendalian

aktivitas laporan keuangan, agar

pengendalian berjalan dengan

semsetinya maka dilakukan dengan

efesien dan efektif agar tidak

menganggu dalam pembuatan laporan keuangan kerena proses pemeriksaan harus sesuai dengan waktu yang ditentukan.

Dari hasil analisis diketahui

bahwa penerapan akuntansi berbasis akrual terhadap aktivitas pengendalian

pada akuntabilitas keuangan

pemerintahan yaitu penerapan akuntansi berbasis akrual di kelurahan Tlogomas

Kota Malang berdampak pada

kemudahan mengontrol aktivitas

pengendalian akuntansi. Dari hasil wawancara diketahui bahwa kelurahan

Tlogomas Kota Malang sudah

menerapkan akuntansi berbasis akrual dalam pembuatan laporan keuangan

kelurahan. Dalam pengendalian

akuntabilitas keuangan pemerintah,

sesuai dengan Peraturan menteri dalam Negeri Republik Indonesia nomor 64 tahun 2013 tentang penerapan standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual

pada pemerintah daerah yaitu

menetapkan bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 7 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010

tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan (SAP).

Penerapan akuntansi berbasis

akrual memudahkan dalam pembuatan

laporan keuangan dan mampu

meningkatkan pengendalian pada

akuntabilitas manajemen aset serta mampu meningkatkan efisiensi dan

efektifitas keuangan dalam sektor

publik kelurahan Tlogomas Kota

Malang. Dengan adanya penerapan

akuntansi berbasis akrual maka

berdampak pada kemudahan dalam pengendalian akuntabilitas keuangan pemerintah dan memudahkan dalam memahani laporan keuangan sehingga

mampu meningkatkan transparansi

keuangan di Kelurahan Tlogomas Kota Malang.

Dengan adanya aktivitas

pengendalian laporan keuangan di kelurahan Tlogomas Kota Malang

mampu meningkatkan aktivitas

pembuatan laporan keuangan yang cepat dan dengan adanya penerapan

akuntansi berbasis akrual akan

memudahkan dalam pengendalian

aktivitas laporan keuangan. Aktivitas

pengendalian laporan keuangan

merupakan kebijakan, prosedur, teknik, dan mekanisme yang digunakan untuk

(9)

menjamin arahan manajemen telah dilaksanakan. Aktivitas pengendalian

seharusnya efesien dan efektif,

menyajikan kehandalan pelaporan

keuangan, pengamanan aset daerah, ketaatan/kepatuhan terhadap undang-undang, kebijakan dan peraturan lain untuk mencapai tujuan pengendalian itu sendiri.

Adapun aktivias pengendalian

laporan keuangan kelurahan Tlogomas Kota Malang meliputi; pemisahan fungsi/tugas/ wewenang yang cukup; otorisasi transaksi dan aktivitas lainnya yang sesuai; pengendalian secara fisik terhadap aset dan catatan; evaluasi

secara independen atas kinerja;

pengendalian terhadap pemrosesan informasi, hal ini berkaitan dengan

proses otorisasi, kelengkapan dan

keakuratan data keuangan dan

pengendalian pemrosesan informasi

yang digolongkan menjadi dua yaitu pengendalian umum dan pengendalian aplikasi.

Akuntansi basis akrual

menyediakan informasi yang paling

komprehensif karena seluruh arus

sumber daya dicatat, termasuk transaksi internal dan arus ekonomi lainnya. Secara sederhana, dikatakan bahwa penerapan akuntansi berbasis akrual ditujukan untuk mengatasi ketidak cukupan basis kas untuk memberikan data yang lebih akurat. Adapun tujuan penggunaan akuntansi basis akrual yakni; untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem keuangan dalam sektor publik, untuk meningkatkan pengendalian fiskal, manajemen aset dan budaya sektor publik; untuk

meningkatkan akuntabilitas dalam

program penyediaan barang dan jasa

oleh pemerintah; menyediakan

informasi yang lebih lengkap bagi

pemerintah untuk mengambil

keputusan; untuk mereformasi sistem anggaran belanja dan untuk mencapai

transparasi yang lebih luas atas biaya

pelayanan yang dilakukan oleh

pemerintah (Kieso, Dkk. 2008).

Tujuan penerapan basis akuntansi akrual pada dasarnya untuk memperoleh informasi yang tepat atas jasa yang diberikan pemerintah dengan lebih transparan dan untuk meningkatkan

kualitas pengambilan keputusan

pemerintah. Akuntansi berbasis akural meliputi pengakuan beberapa aktiva, namun tidak seluruhnya, seperti aktiva

fisik, dan pengakuan beberapa

kewajiban, namun tidak seluruhnya, seperti utang pensiun.

Untuk mendukung kegunaan

akuntansi berbasis akural maka perlu menerapka aktivitas pengendalian yang merupakan kebijakan, prosedur, teknik, dan mekanisme yang digunakan untuk menjamin arahan manajemen telah dilaksanakan. Menurut Hearing (2006),

aktivitas pengendalian seharusnya

efesien dan efektif, menyajikan

kehandalan pelaporan keuangan,

pengamanan aset daerah,

ketaatan/kepatuhan terhadap undang-undang, kebijakan dan peraturan lain untuk mencapai tujuan pengendalian itu sendiri. Didalam menjalankan fungsinya pemerintahan dituntut untuk lebih akuntabel. Untuk mewujudkan hal

tersebut maka pelaksana roda

pemerintahan diharapkan lebih terbuka dan berhati-hati dalam menggunakan anggaran atau kekayaan daerah untuk kepentingan masyarakat. Hal ini tidak terlepas dari aktivitas pengendalian yang dibuat menjadi laporan hasil evaluasi dari aktivitas pengendalian dan

mengkomunikasikan kejadian yang

relevan, handal, dan tepat waktu. KESIMPULAN

Penerapan Akuntansi Berbasis

Akrual dapat memudahkan

pengendalian akuntabilitas keuangan

pemerintah dan memudahkan

(10)

mampu meningkatkan transparansi keuangan di Kelurahan Tlogomas Kota

Malang. Sedangkan aktivitas

pengendalian laporan keuangan mampu meningkatkan akuntabilitas manajemen

aset serta mampu meningkatkan

efisiensi dan efektifitas keuangan dalam sektor publik

SARAN

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam penerapan akutansi berbasis akrual, kedepan harus lebih meningkatkan lagi pengawasan dan perlu adanya pelatihan khususnya tentang akuntansi berbasis akrual. DAFTAR PUSTAKA

Bastian, Indra. 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.

Budi Mulyana. 2006. Pengaruh

Penyajian Neraca Daerah dan Aksebilitas Laporan Keuangan Terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah. Jurnal Akuntansi Pemerintahan.

Hafiz Tanjung, A. 2011. Akuntansi, Transparansi, dan Akuntabilitas Keuangan Publik. (Sebuah Tantangan).

Hearing, 2006. Memorandum

Pembahasan Penerapan Basis Akrual Dalam Akuntansi Pemerintahan Di Indonesia: Bahan

Bahasan untuk Limited.bKomite

Standar Akuntansi Pemerintahan, Jakarta Khan, A., dan Mayes, S.,

2009. Transition to Accrual

Accounting. (online). (http://

http://blog-pfm.imf.org/files/fad-technical-manual-2.pdf).

Ihyaul Ulum. 2004. Sebuah Pengantar Akuntansi Sektor Publik. UMM Press: Malang.

Kieso, Donald E. Dkk. 2008. Akuntansi Intermediate, Edisi Keduabelas, Jilid 1 . Terjemahan oleh Emil Salim. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Mahmudi. 2007. Manajemen Kinerja

Sektor Publik. Yogyakarta : UPP STIM YKPN.

Mardiasmo. 2002. Otonomi Daerah

Sebagai Upaya Memperkokoh Basis Perekonomian Daerah. Jurnal Ekonomi Rakyat. (Online),artikel 1,

No.4, http://www.ekonomi

rakyat.org/edisi_4/artikel_3.htm.

Mardiasmo, 2009. Akuntansi Sektor

Publik. Andi: Yogyakarta.

Simanjuntak, B., 2010. Moving

Towards Accrual Accounting.

Makalah Disajikan pada Regional

Public Sector Conference. 8

November. Jakarta.

Widjajarso, B. 2008. Penerapan Basis Akrual Pada Akuntansi Pemerintah Indonesia: Sebuah Kajian Pendahuluan.

Referensi

Dokumen terkait

Pada kegiatan ini pengenalan notasi diawali dengan membaca melodi yakni pada notasi-notasi dengan harga nada yang paling sederhana (not utuh, setengah dan seperempat)

2) Kegiatan yang dilakukan merupakan sesuatu yang sudah direncanakan, sehingga didalamnya terkandung gairah semangat untuk mengerahkan potensi yang dimilikinya sehingga apa

Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Astrini (2013) yang menyatakan bahwa laju pertumbuhan PDRB tidak berpengaruh signifikan terhadap

Secara umum bisa disimpulkan bahwa dampak kegiatan penyuluhan ini sangat penting dengan semakin tumbuh dan kuatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya mewaspadai bahaya

Adapun judul dari penelitian ini adalah “ Faktor yang Menyebabkan Masyarakat Tidak Menggunakan Hak Pilihnya dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Tahun 2013

1. Fungsi artikulasi dan agregasi kepentingan. Fungsi penerapan aturan. Dari hal tersebut, bisa tergambarkan bahwa UNICEF merupakan organisasi internasional yang

Tumpang tindih kewenangan antara sub sistem dalam sistem peradilan pidana tentang siapa yang berwenang melakukan penyidikan pada perkara tindak pidana korupsi

Dalam penulisan tugas akhir ini masalah dibatasi pada antrian di bagian Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Inap (TPPRI) dan pelayanan di ruang perawatan Instalasi Rawat Inap A dan B