• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGESAHAN PEMBIMBING. Jurnal. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Multi Level Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Suhu Dan Kalor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGESAHAN PEMBIMBING. Jurnal. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Multi Level Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Suhu Dan Kalor"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGESAHAN PEMBIMBING

Jurnal

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Multi Level Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Suhu Dan Kalor

(Suatu Penelitian di SMA Negeri 1 Anggrek, Kab. Gorontalo Utara)

Oleh Titi Pauno 421 410 024

(2)

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Multi Level Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Suhu Dan Kalor

(Suatu Penelitian di SMA Negeri 1 Anggrek, Kab. Gorontalo Utara) Jurusan Fisika

Fakultas MIPA

Universitas Negeri Gorontalo 2014

ABSTRAK

Titi Pauno. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Multi Level Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Suhu Dan Kalor Suatu Penelitian di SMA Negeri 1 Anggrek, kab. Gorontalo Utara. Skripsi, Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing 1 Dr. Sunarty S Eraku M.Pd dan Pembimbing II Tirtawaty Abdjul M.Pd.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif multi level dengan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran kooperatif learning together. Penelitian eksperimen dengan populasi siswa kelas X di SMA NEGERI 1 ANGGREK, Kab. Gorontalo Utara, sedangkan sampel adalah kelas X1 sebagai kelas eksperimen dengan jumlah 25 siswa dan kelas X4 sebagai kelas kontrol dengan jumlah 25 siswa. Berdasarkan uji hipotesis diperoleh harga Fhitung= 47,00 sedangkan Ftabel sebesar 4,05 untuk taraf 5 %. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara hasil belajar yang menggunakan model pembelajaran kooperatif multi level dengan kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif learning together. Perbedaan tersebut ditunjukkan oleh skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kontrol yang memiliki perbedaan sebesar 17,6%. Jadi, hasil diperoleh model pembelajaran kooperatif multi level dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.

Kata Kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Multi Level, Hasil Belajar Siswa, Suhu dan Kalor 1

1TITI PAUNO, 421410024, JURUSAN FISIKA, FAKULTAS MIPA, SUNARTY S ERAKU,

(3)

Pendidikan merupakan landasan atau dasar yang harus dimiliki oleh setiap manusia dizaman yang serba canggih. Tanpa adanya pendidikan, manusia akan sulit untuk menghadapi kemajuan zaman yang semakin meningkat dan semakin kompleks, dimana kemajuan zaman mewajibkan bahwa setiap manusia harus memiliki keterampilan, produktivitas, dan kreativitas yang tinggi untuk menghadapi setiap tantangan yang ada. Untuk mencapai kemajuan dalam dunia pendidikan diperlukan strategi yang tepat dengan memperhatikan komponen-komponen yang mendukung seperti materi, metode serta media pembelajaran.

Mata pelajaran fisika saat ini merupakan mata pelajaran yang belum terlalu diminati dikalangan siswa. Hal ini karena banyak anggapan mata pelajaran fisika merupakan mata pelajaran yang sulit dipahami karena terdapat banyak rumus matematis di dalamnya, sehingga siswa kurang siap dalam proses belajar mengajar yang mengakibatkan suasana kelas kurang kondusif sehingga berakibat pemahaman konsep fisika yang dangkal, yang pada akhirnya hasil belajar fisika siswa belum sesuai dengan harapan.

Salah satu faktor yang menyebabkan materi pelajaran fisika sulit dipahami siswa, antara lain adalah penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat dalam pembelajaran. Guru selalu menerapkan kegiatan belajar mengajar yang sama untuk semua materi dan mata pelajaran. Hal ini menyebabkan sebagian siswa kesulitan untuk dapat menerima materi pembelajaran dengan baik dan membuat jenuh siswa dalam mengikuti pelajaran karena kegiatannya yang monoton.

Dalam mengajar hendaknya pendidik berupaya menciptakan kondisi belajar dimana peserta didik terlibat secara aktif untuk memehami konsep-konsep yang dipelajari dalam fisika. Untuk itu diperlukan model pembelajaran yang tepat guna menciptakan pembelajaran yang kondusif didalam kelas, sehingga berdampak pada hasil belajar yang diharapkan.

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif multi level. Model pembelajaran kooperatif multi level adalah belajar dalam kelompok kecil dengan menumbuhkan kerja sama secara maksimal melalui kegiatan pembelajaran oleh teman sendiri dengan sistem multi level

(4)

didalamnya untuk mencapai kompetensi dasar. Dengan begitu, guru tidak terlalu banyak berperan dalam menjelaskan materi, tetapi siswa sendiri yang membantu siswa lain yang kurang pandai dalam memahami materi tersebut.

Untuk menyelesaikan permasalahan di atas, maka model pembelajaran kooperatif multi level ini adalah satu alternatif untuk membantu siswa dalam pembelajaran fisika di kelas, dan berdasarkan penelitian F.A. Suprapto Mukti Nugroho dengan judul “Pengembangan Pembelajaran IPA/Fisika Menggunakan Model Pembelajaran Langsung

(direct instruction) Dengan Teknik “Multi Level Learning (MML)” menunjukkan

peningkatan hasil belajar, sehingga peneliti ingin menggunakan model pembelajaran

kooperatif multi level ini pada materi fisika suhu dan kalor.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti termotivasi untuk mengadakan penelitian tentang penggunaan model pembelajaran kooperatif multi level dalam pembelajaran fisika dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Multi Level Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Suhu Dan Kalor”.

Dari masalah yang ditemukan dalam pembelajaran maka dapat diidentifikasi permasalahan mencangkup:

1. Penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat dalam pembelajaran.

2. Kecenderungan penerapan model pembelajaran yang sama untuk semua materi dan mata pelajaran.

3. Pemahaman konsep fisika yang dangkal sehingga hasil belajar rendah.

Rumusan masalah secara umum yaitu bagaimanakah pengaruh model pembelajaran

kooperatif multi level terhadap hasil belajar siswa? untuk melihat pengaruhnya, maka digunakan pembanding sehingga dapat terlihat perbedaan hasil belajar siswa, maka rumusan operasionalnya, apakah terdapat perbedaan antara hasil belajar siswa pada kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif multi level dengan kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatiflearning together?

Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh model pembelajaran kooperatif multi mevel terhadap hasil belajar siswa. Tujuan penelitian secara

(5)

operasional adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa pada kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif multi level dengan kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif learning together.

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat :

1. Bagi tenaga pendidik khususnya guru, dapat menyajikan pembelajaran yang aktif, kreatif, menyenangkan dan memiliki daya serap yang tinggi sehingga kegiatan yang semula berpusat pada guru menjadi banyak berpusat pada siswa.

2. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan mampu menumbuhkan kerjasama dalam kelompok kecil secara maksimal melalui kegiatan pembelajaran oleh teman sendiri. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen dengan desain tipe PretesPosttest Control Group Design dengan satu macam perlakuan. Sebelum dimulai perlakuan, kedua kelompok diberi tes awal atau pretest untuk mengukur kondisi awal (01). Pada kelompok ekperimen diberi perlakuan model pembelajaran kooperatif multi

level (X1) dan pada kelompok pembanding diberi perlakuan yang menggunakan model pembelajaran kooperatif learning together (X2). Sesudah perlakuan, kedua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok pembanding diberi tes lagi sebagai post tes (02) . Gambar 1. Desain Penelitian

E : 01 X1 O2 P : 01 X2 O2 Keterangan :

E : Simbol untuk kelas eksperimen.

P : Simbol untuk kelompok kontrol/pembanding.

O1 : Hasil belajar siswa untuk kelas eksperimen dan kontrol sebelum diberi perlakuan. X1 : Perlakuan pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif

(6)

X2 : Perlakuan pada kelas kontro menggunakan model pembelajaran kooperatif learning

together.

O2 : Hasil belajar siswa sesudah diberi perlakuan. Pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatifmulti level dan

pada kelas kontrol menggunakan pembelajaran kooperatif learning together.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang diperoleh yaitu berupa skor hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yang diperoleh melalui tes hasil belajar yang diberikan kepada siswa dengan menggunakan tes evaluasi. Pengambilan data pada kelas eksperimen yang menggunakan model kooperatif multi level dan pada kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran kooperatif learning together dilakukan sebanyak dua kali yaitu pretes dan

posttes. Skor rata-rata hasil belajar siswa untuk pretest pada kelas eksperimen hampir sama dengan kelas kontrol dimana perbedaan hanya 1,4%. Namun skor rata-rata hasil belajar siswa untuk posttes pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran

kooperatif multi level lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran kooperatif learning together dengan perbedaan 17,6%.

Berdasarkan hasil perhitungan dan pengujian normalitas data yang terdapat pada lampiran 11 Diperoleh harga x2 pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif multi level untuk pretest adalah 6,446 dan posttest adalah 6,70 sedangkan pada kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran kooperatif learning together untuk pretest adalah 5,362 untuk posttest adalah 4,708. Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa x2hitungx2tabelkarena nilai yang ditunjukkan pada table distribusi x2 yang terdapat pada lampiran 18 untuk kelas eksperimen adalahx2table = 12,6 dan untuk kelas kontrol adalahx2tabel =11,1. Hal menunjukkan skor hasil belajar siswa untuk kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif multi level dan kelas kontrol yang menggunakan model kooperatif learning together adalah terdistribusi normal.

(7)

Pengujian homogenitas varians diuji secara statistik. Uji homogenitas dihitung dengan menggunakan rumus uji Barlett. Karena2 hitung <2 tabel yaitu dengan nilai 2,04<124,3 maka kelompok sampel adalah homogen atau tidak terdapat perbedaan di antara kelompok sampel. Artinya, tidak terdapat perbedaan kemampuan belajar siswa pada kelas eksperimen dan siswa pada kelas kontrol yakni merupakan wakil yang baik dari populasi.

Pengujian hipotesis pada penelitian ini adalah menggunakan analisis kovarian, dimana hasil uji hipotesis adalah Fhitung47,00 dan Ftabel 4,05 Karena Fhitung > Ftabel, maka diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan pada hasil belajar siswa bila ditinjau dari penerapan model pembelajaran kooperatifmulti level.

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa tujuan dari penelitian ini yaitu untuk melihat pengaruh model pembelajaran kooperatif multi level terhadap hasil belajar siswa antara kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif multi level dan kelas kontrol yang menggunakan model kooperatif learning together. Sebelum dilakukan pengumpulan data, yakni lembar tes dan lembar keterlaksanaan model pembelajaran. Pengumpulan data yang dilakukan melalui tes tersebut pertama-tama diujicoba dan divalidasi dikelas lain yang bertujuan untuk mengetahui apakah tes tersebut valid dan layak untuk digunakan.

Pembelajaran model pembelajaran kooperatif multi level dilaksanakan dengan cara menggelompokkan siswa menjadi 3 level yaitu level 1, 2, dan 3 dimana guru hanya memberikan tutoring kepada siswa level 1, siswa level 1 memberikan tutoring kepada siswa level 2, siswa level 1 dan level 2 bersama sama memberikan tutoring kepada siswa level 3. Pada model pembelajaran kooperatif multi level ini, siswa yang berperan aktif dalam pembelajaran dan mempunyai tanggung jawab untuk memberikan tutoring kepada siswa lainya, maka pembelajaran tidak terpusat pada guru saja, melainkan guru hanya menjadi validator dalam proses pembelajaran.

Dari hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif multi level lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran kooperatif

(8)

learning together dengan perbedaan 17,6%. Berikut ini adalah presentase skor hasil belajar siswa tiap butir soal dan tingkatan kognitif .

Untuk butir soal nomor satu dapat dilihat bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen rendah dari kelas kontrol dengan perbedaan 4 %. Untuk butir soal nomor dua dapat dilihat bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol dengan perbedaan 16 %. Untuk butir soal nomor tiga dapat dilihat bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol dengan perbedaan 28 %. Untuk butir soal nomor empat dapat dilihat bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas control dengan perbedaan 28 %. Untuk butir soal nomor sebelas dapat dilihat bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol dengan perbedaan 4 %. Untuk butir soal nomor dua belas dapat dilihat bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol dengan perbedaan 28 %. Untuk butir soal nomor tiga belas dapat dilihat bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen sama dengan kelas kontrol. Untuk butir soal nomor empat belas dapat dilihat bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol dengan perbedaan 8 %. Untuk butir soal nomor lima belas dapat dilihat bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen sama dengan kelas kontrol. Untuk soal pada aspek C1 (Pengetahuan), hasil belajar pada kelas eksperimen masih lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol kecuali untuk butir soal nomor 1 kelas kontrol sedikit lebih unggul dari kelas eksperimen dan untuk butir soal nomor 13, 15, mempunyai hasil belajar yang sama antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk butir soal nomor lima, dapat dilihat bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol dengan perbedaan 24 %. Untuk butir soal nomor enam dapat dilihat bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol dengan perbedaan 4 %. Untuk butir soal nomor enam belas dapat dilihat bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen rendah dari kelas kontrol dengan perbedaan 20 %. Untuk butir soal nomor tujuh belas dapat dilihat bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol dengan perbedaan 24 %. Untuk soal C2 (Pemahaman) hasil belajar pada kelas eksperimen masih lebih tinggi dibandingkan

(9)

kelas kontrol. Kecuali untuk butir soal nomor 16, hasil belajar siswa pada kelas kontrol lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen. Untuk butir soal nomor tujuh, dapat dilihat bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol dengan perbedaan 44 %. Untuk butir soal nomor delapan dapat dilihat bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol dengan perbedaan 28%. Untuk butir soal nomor Sembilan dapat dilihat bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol dengan perbedaan 20%. Untuk butir soal nomor sepuluh dapat dilihat bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol dengan perbedaan 16% . Untuk soal nomor delapan belas dapat dilihat bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol dengan perbedaan 12 %. Untuk butir soal nomor sembilan belas dapat dilihat bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol dengan perbedaan 36%. Untuk butir soal nomor dua puluh dapat dilihat bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol dengan pebedaan 8%. Untuk butir soal C3 (penerapan), hasil belajar pada kelas eksperimen masih lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol.

Berdasarkan hasil analisis hipotesis, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif multi level dengan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif learning together, maka dapat dinyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif multi level berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Eka L. Koncara pada tahun 2008 dengan judul “ Belajar matematika dengan Strategi Belajar Kooperatif Multi Level”.Dalam penelitiannya didapatkan hasil yang cukup signifikan, siswa sangat antusias dalam proses pembelajaran,bagi anak yang kurang pandai ternyata penjelasan dari teman lebih mudah diterima. Begitu juga dengan penelitian Nurwidiyanto dengan judul “Perbandingan keefektifan model kooperatif multi level, model group investigation, dan model advance organizer terhadap hasil belajar dengan materi penerapan fungsi linier dan kuadrat pada matematika ekonomi siswa kelas XI semester genap program kejuruan akuntansi dan penjualan SMK YPPM boja kabupaten kendal tahun 2009/2010” menunjukkan peningkatan hasil belajar.

(10)

SIMPULAN SARAN

KESIMPULAN

1. Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki oleh siswa dalam memecahkan problem (masalah). Pada dasarnya, hasil belajar bergantung pada prosesnya. 2. Pada butir soal C1 (Pengetahuan) hasil belajar pada kelas eksperimen masih lebih

tinggi dibandingkan kelas control, kecuali untuk butir soal nomor 1 kelas kontrol sedikit lebih unggul dari kelas eksperimen dan untuk butir soal nomor 13, 15, mempunyai hasil belajar yang sama antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. 3. Pada soal C2 (Pemahaman) hasil belajar pada kelas eksperimen masih lebih tinggi

dibandingkan kelas control, kecuali untuk butir soal nomor 16, hasil belajar siswa pada kelas kontrol lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen.

4. Pada butir soal C3 (penerapan), hasil belajar pada kelas eksperimen masih lebih tinggi dibandingkan kelas control.

SARAN

1. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran hendaknya guru diharapkan dapat melatih peserta didik untuk memiliki keterampilan berfikir (thinking skill) seperti keterampilan untuk mengemukakan pendapat, menerima saran, bekerja sama, dan rasa setia kawan, maupun keterampilan sosial (social skill)

2. Menjadikan model kooperatif multi level sebagai salah satu rujukan dalam membelajarkan siswa didalam kelas.

3. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan materi-materi fisika lainnya dan tidak menutup kemungkinan untuk mata pelajaran yang lain.

(11)

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto. Suharsimi. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Anita. 2002. Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia Widiasarana.

Belajar Matematika dengan Strategi Belajar Kooperatif Multi Level. Universitas Pendidikan Indonesia. 2008. http://www.scribd.com/doc/15190069/Strategi-Belajar-Multi-Level-Dalam-Matematika. Di akses tgl 3 Desember 2013.

F.A. Suprapto Mukti Nugroho. 2008. Pengembangan pembelajaran IPA/Fisika Menggunakan Model Pembelajaran Langsung (direct instruction) dengan Teknik “Multi Level Learning” (MML).

Furchan. Arief. 2004. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Jakarta: Pustaka Pelajar. Giancoli. Douglas. 2001. FISIKA Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Hartutik. Sri. strategi belajar matematika di SD dengan cara kooperati Multi Level. Tersedia http://media.diknas.go.id/media/document/5214.pdf. diakses pada tanggal 11 januari 2014.

Ismail. 2003. Model-model Pembelajaran. Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu SLTP

Rahayu. Penerapan model pembelajaran kooperatif learning together. Medan. 2012.

http://digilib.unimed.ac.id/penerapan-model-pembelajaran-kooperatif-learning-together. diakses pada tgl 28 maret 2014.

Rusman. 2010. Model Model Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Setya Nurach Mandani. 2009. FISIKA 1 untuk SMA/MA kelas X . Jakarta: Pusat Perbukuan.

Sudjana. 2008. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sudjana. Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Roasdakarya.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2006. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Suprijono. Agus. 2010. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Winarsunu. Tulus. 2009. Statisik Dalam Penelitian: Psikologi & Pendidikan. Malang: UMM PRESS

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dari hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengguaan alat penilaian kinerja pada kegiatan praktikum mata pelajaran teknik pemeliharaan ikan mampu

Pemberian Tugas Dengan Media Kartu Kata Bergambar Untuk Meningkatkan Pembelajaran Bahasa Inggris Pada Siswa Kelas 4 Sd Negeri Jogosimo Tahun Pelajaran 2013/2014 ”

dapat diterapkan dalam bentuk direct mail sederhana misalnya pengiriman brosur perkenalan mengenai toko ke rumah-rumah yang relatif dekat dengan lokasi toko oleh lebih dari

Sedangkan data yang didapatkan pada tahun 2017 terakhir sebesar 3.2 % dari 65 balita dan untuk gizi kurang 3,8 % dari 85 balita.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh antara persepsi dan berpikir kritis siswa dengan keterampilan menulis karangan argumentasi hal ini dibuktikan dari

Bagi Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara, sebagai bahan masukan dan informasi berkaitan dengan faktor risiko yang mempengaruhi kasus

Metode secara kuantitatif dimaksudkan untuk mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi sehingga dapat dihitung konsumsi zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi