• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI LUKA OPERASI (ILO) NOSOKOMIAL PADA RUANG RAWAT INAP BEDAH DAN KEBIDANAN RSAM DI BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI LUKA OPERASI (ILO) NOSOKOMIAL PADA RUANG RAWAT INAP BEDAH DAN KEBIDANAN RSAM DI BANDAR LAMPUNG"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

344

IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI LUKA OPERASI

(ILO) NOSOKOMIAL PADA RUANG RAWAT INAP BEDAH DAN

KEBIDANAN RSAM DI BANDAR LAMPUNG

Efrida Warganegara, Etty Apriliana, dan Ryan Ardiansyah

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Jl. Sumantri Brojonegoro No. 1. Bandarlampung

ABSTRAK

Infeksi luka operasi merupakan salah satu dari infeksi yang terjadi di Rumah Sakit (infeksi nosokomial), terutama yang memiliki pelayanan perawatan dan tindakan pembedahan yang kurang atau belum memadai. Terjadinya infeksi ini terutama dapat berasal dari internal penderita sendiri, namun dapat juga berasal dari ekternal seperti peralatan medis dan petugas kesehatan. Akibat infeksi nosokomial ini akan menyebabkan biaya perawatan dan masa inap di RS akan bertambah. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi bakteri penyebab infeksi luka operasi nosokomial pada ruang rawat inap bedah dan Kebidanan RSAM di Bandar Lampung. Jenis bakteri penyebab infeksi dapat digunakan sebagai rujukan dalam mengobati infeksi luka operasi nosokomial di RSAM. Metode penelitian adalah deskriptif laboratorik, dengan sampel diambil dari masing-masing 30 pasien diruang rawat inap bedah dan kebidanan. Identifikasi bakteri dilakukan dengan kultur, pewarnaan Gram dan uji biokimiawi. Hasil penelitian didapatkan 4 jenis bakteri terbanyak, pada ruang rawat inap bedah adalah Pseudomonas sp (29,27%), Staphylococcus epidermidis (21,95%), dan Klebsiella sp. (14,63%), serta pada ruang rawat inap kebidanan adalah Pseudomonas sp. (25%), Escherichia coli (19,44%) dan Klebsiella sp. (16,67%). Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa bakteri penyebab infeksi luka operasi yang terbanyak adalah bakteri Gram negatip batang yang merupakan flora normal dari usus (Pseudomonas sp,. Escherichia coli dan Klebsiella sp.) selain flora normal dari kulit yaitu bakteri Gram positif kokus (Staphylococcus epidermidis).

Kata kunci : Infeksi Nosokomial, Infeksi Luka Operasi (ILO), Bakteri penyebab ILO

1. PENDAHULUAN

Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat oleh penderita rawat inap di rumah sakit dalam waktu 3 kali 24 jam, dan penyebab utamanya adalah bakteri. Jenis infeksi nosokomial yang terbanyak adalah infeksi luka operasi (ILO), saluran kemih (ISK) dan pneumonia nosokomial. Infeksi nosokomial dapat terjadi akibat bakteri yang berada baik dalam tubuh penderita sendiri (endogen) maupun dari luar penderita (eksogen), seperti lingkungan rumah sakit, udara ruang operasi, peralatan kesehatan, bahan cairan atau petugas rumah sakit yang kurang menerapkan cara sterilisasi yang baik dan benar sehingga terjadilah suatu infeksi. Akibat dari infeksi nosokomial ini, dapat menyebabkan biaya perawatan dan masa inap di RS akan bertambah (Light RW, 2001).

Diagnosis Infeksi luka operasi (ILO) sebagai salah satu infeksi nosokomial ditegakkan atas dasar adanya nanah, rasa nyeri, serta kemerahan pada luka bekas operasi, dan pada biakan dari pus tersebut didapatkan berbagai bakteri sebagai

penyebab infeksi, baik bakteri Gram positip maupun Gram negatip (Suparman, 2006). Beberapa peneliti telah melaporkan angka kejadian ILO dengan 3 jenis bakteri penyebab infeksi terbanyak, misalnya di RSU Bangladesh bakteri teridentifikasi adalah Pseudomonas sp., Staphylococcus epidermidis dan Escherichia coli (Alsaimari dan Mezaal, 2009). Di RS M. Djamil Padang didapatkan Klebsiella sp., Staphylococcus aureus, dan Enterobacter aglomerans, sedangkan di RS Moewardi Surakarta didapatkan bakteri penyebabnya adalah Enterobacter sp., Pseudomonas sp., dan Proteus sp. (Raihana, 2011). Karena kedua RS di Indonesia tersebut adalah RS Pendidikan type B seperti RSAM maka peneliti bertujuan ingin mengetahui kejadian penyebab ILO di RSAM Bandar Lampung yang dipakai sebagai RS Pendidikan Fakultas Kedokteran Unila.. 2. METODE PENELITIAN

Desain penelitian adalah penelitian deskriptif laboratorik. Penelitian

(2)

345 dilaksanakan di RSAM Bandar Lampung

dan Laboratorium Mikrobiologi FK Unila. Pengambilan sampel dilakukan pada pasien 72 jam post operasi di ruang rawat inap Bedah dan Kebidanan RSUD A. Moeloek Bandar Lampung. Penelitian mikrobiologi dilakukan di laboratorium mikrobiologi FK Unila, pada bulan Oktober 2011-Januari 2012. Sampel kemudian diperiksa secara mikroskopik dengan pengecatan Gram, baru dilakukan kultur pada media yang sesuai dengan hasil pengecatan Gram, setelah itu diidentifikasi dengan reaksi biokimia untuk masing-masing bakteri yang sesuai sampai didapatkan genus dan spesies dari bakteri tsb.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dari penelitian mengenai jumlah bakteri dan identifikasi jenis bakteri pada masing-masing 30 sampel pada ruang rawat inap bedah dan kebidanan di RSAM, dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jenis dan Jumlah bakteri dari isolat ILO di ruang rawat inap RSAM

No.

Ruang Rawat Inap

Jumlah Jenis

Bakteri Identifikasi Bakteri Total Sampel Satu Jenis Dua Jenis Gram (-) Gram (+) ( % ) ( % ) ( % ) ( % ) ( % ) 1 Bedah 19 11 28 13 30 63.33 36.67 68.29 31.71 100 2 Kebidanan 24 6 27 9 30 80 20 75 25 100

Disini terlihat bahwa dari tiap sampel kebanyakan disebabkan oleh satu jenis bakteri, dan dua jenis bakteri saja, yang menunjukkan bahwa bakteri tsb benar penyebab infeksi dan bukan karena kontaminasi saat pengambilan dan saat pemeriksaan sampel tersebut. Selain itu bakteri yang teridentifikasi adalah bakteri Gram negatip batang sekitar 68.29-75%, sedangkan bakteri Gram positif kokus sekitar 25-31.71%.

Hasil identifikasi penentuan genus atau spesies dari bakteri penyebab infeksi pada masing-masing sampel di Ruang Rawat Inap Bedah dan Kebidanan RSAM dapat dilihat pada Tabel 2 dan 3 serta Gambar 1 dan 2.

Tabel 2. Jenis Bakteri dari ILO di Ruang Rawat Inap Bedah RSAM

No. Spesies Bakteri Jumlah Isolat (%) 1 Staphylococcus epidermidis 9 (21.95) 2 Staphylococcus saprophyticus 2 (4.88) 3 Staphylococcus aureus 2 (4.88) 4 Pseudomonas sp. 12(29.27) 5 Klebsiella sp. 6 (14.63) 6 Escherichia coli 3 (7.32) 7 Enterobacter sp. 2 (4.88) 8 Proteus mirabilis 3 (7.32) 9 Proteus vulgaris 1 (2.44) 10 Alcaligenes sp. 1 (2.44) T o t a l 41

Tabel 3. Jenis Bakteri dari ILO di Ruang Rawat Inap Kebidanan RSAM

No. Spesies Bakteri Jumlah Isolat (%) 1 Staphylococcus epidermidis 5 (13.89) 2 Staphylococcus saprophyticus 1(2.78) 3 Staphylococcus aureus 3 (8.33) 4 Pseudomonas sp. 9 (25) 5 Klebsiella sp. 6 (16.67) 6 Escherichia coli 7 (19.44) 7 Enterobacter sp. 2 (5.56) 8 Proteus mirabilis 1 (2.78) 9 Providencia sp. 1 (2.78) 10 Alcaligenes sp. 1 (2.78) T o t a l 36

Gambar 1. Jenis Bakteri dari ILO di Ruang Rawat Inap Bedah RSAM Bandar Lampung

(3)

346 Pseudomonas sp. (25%) Staphylococc us epidermidis (13.89%) Escherichia coli (19.44%)

Gambar 2. Jenis Bakteri dari ILO di Ruang Rawat Inap Kebidanan RSAM Bandar Lampung Tabel 2 dan 3 serta Gambar 1 dan 2 menunjukan bahwa sebagian besar (63.33-80%) isolat mengandung hanya 1 jenis bakteri, yang menandakan jelas bakteri tersebut sebagai penyebab infeksi, bukan suatu kontaminasi. Hasil identifikasi bakteri kedua ruang rawat inap bedah dan kebidanan RSAM didapat hampir semua jenis bakteri yang diidentifikasi adalah sama, hanya beda 1 jenis saja yaitu Proteus vulgarius pada Ruang Rawat Inap Bedah dan Providencia sp. pada Ruang Rawat Inap Kebidanan. Namun jumlah isolate yang ditemukan yang memiliki perbedaan, pada ruang rawat inap bedah didapatkan 41 isolat, sedangkan pada ruang rawat inap kebidanan didapatkan 36 isolat bakteri dari 30 sampel klinik ILO. Jumlah isolate yang banyak pada ruang rawat inap bedah adalah dikarenakan banyaknya tipe-tipe operasi (16 jenis) dan adanya jenis operasi yang “kotor” sehingga memungkinkan banyaknya bakteri sebagai penyebab infeksi. Tiga jenis operasi yang menempati urutan terbanyak adalah Craniotomi, Laparotomi dan Apendiktomi sekitar 43.3%. Selain itu dari data terlihat bahwa karena operasi dilakukan pada umur muda, umur tua yang mungkin juga menderita sakit kencing manis, yang semuanya ini sangat rentan terhadap infeksi, disamping operasi dilakukan melibatkan saluran pencernaan yang dihuni oleh bakteri flora normal dan dapat menyebabkan infeksi bila berada diluar habitat normalnya (Broock, 2005). Pada ruang rawat inap kebidanan, biasanya operasinya adalah operasi bersih (direncanakan) dan jenis operasinya hanya 1 (satu) jenis saja yaitu sectio caesaria. Selain itu jumlah pengunjung juga berperan karena pada pasien bedah umumnya orang sakit sehingga banyak yang mengunjungi,

dibandingkan dengan pasien kebidanan yang umumnya mereka tidak sakit.

Empat bakteri yang terbanyak baik pada ruang rawat inap bedah dan kebidanan adalah sama dalam jenisnya hanya berbeda dalam jumlah, yaitu Pseudomonas sp. (29.27% dan 25%), Kelbsiella sp. (14.63% dan 16.67%), sedangkan Staphylococcus epidermidis (21.95%) pada ruang rawat inap bedah dan Escherichia coli (19.44%) pada ruang rawat inap kebidanan. Pseudomonas sp. adalah merupakan suatu flora normal pada usus dan kulit manusia, Klebsiella sp. dan Escherichia coli adalah flora normal usus, sedangkan Staphylococcus epidermidis adalah suatu bakteri flora normal pada kulit, hidung dan tenggorokan manusia. Dari hasil penelitian ini ternyata sesuai dengan hasil penelitian oleh Alsaimary I.E. dan Mezaal T.J. di RSU Bangladesh dan Masaadeh dkk. di FK Universitas Jordan yang menyatakan bahwa bakteri penyebab ILO adalah Pseudomonas sp. (75.86% dan 27.8%), Selain itu Pseudomonas sp. tumbuh subur pada air bak, juga pada larutan desinfektans, sehingga bakteri ini dengan sangat mudah untuk menyebar dengan cepat pada pasien dan pada lingkungan di rumah sakit (Ducel, 2002; Alsaimary I.E. dan Mezaal T.J., 2009; Masaadeh dkk. 2009). Pada penelitian di RS Moewardi Surakarta didapatkan bahwa Pseudomonas sp. merupakan bakteri terbanyak kedua sebagai penyebab ILO Nosokomial. Hal ini mungkin karena terdapatnya kesamaan tipe rumah sakit yaitu type b pendidikan seperti di RSAM, sehingga terdapat kesamaan sarana, prasarana dan lingkungan sekitarnya, selain sterilitas ruang operasi turut berperan serta dalam terjadinya ILO di RSAM (Guntur, 2004; Nur Ayni T, 2006; Mirza A, 2010).

Bakteri terbanyak kedua pada ruang rawat inap bedah adalah bakteri Gram positif kokus yaitu Stapylococcus epidermidis (21.95%). Karena bakteri ini merupakan flora normal pada ku;it maka hampir setiap orang mempunyai bakteri ini pada kulit, hidung atau tenggorokan. Infeksi oleh Staphylococcus epidermidis biasanya sulit disembuhkan karena beberapa strainnya telah menjadi resistensi terhadap sebagian besar antibiotic (multiresisten). Selain Pseudomonas sp., bakteri batang Gram negative Klebsiella sp. merupakan bakteri terbanyak ketiga baik pada ruang rawat

(4)

347 inap bedah (14.63%) maupun kebidanan

(16.67%). Klebsiella sp. di RS M.Djamil Padang ternyata merupakan penyebab yang dominan dari ILO diruang rawat kebidanan. Hal ini dikarenakan Klebsiella sp. merupakan flora normal multiresisten yang umum dijumpai pada saluran usus dan saluran kemih. Salah satu spesies Klebsiella adalah Klebsiella pneumonia terdapat dalam saluran nafas dan feces pada sekitar 5% orang normal. Operasi yang melibatkan saluran usus dan saluran kemih berpeluang untuk terjadinya kontaminasi Klebsiella sp. yang menyebabkan infeksi pada luka post operasi. Pseudomonas sp. disini ternyata merupakan penyebab ILO terbanyak ketiga, berbeda dengan yang didapatkan di RSAM. Hal ini terjadi karena kemungkinan sampel operasi diambil dari ruang rawat inap kebidanan (laparoskopi) sehingga rentan terhadap kontaminasi bakteri flora normal usus (Raihana N, 2011). Bakteri flora normal usus lainnya yang ditemukan pada ILO adalah Escherichia coli (19.44%) yang merupakan bakteri dominan kedua pada ruang rawat inap kebidanan. Bakteri ini akan berubah jadi pathogen dan menyebabkan infeksi bila berada diluar habitat normalnya (diluar usus) seperti misalnya pada kulit luka operasi. Kontaminasi ini dapat terjadi bila operasi laparoskopi ataupun konyak langsung dari lingkungan rumah sakit, personal hygiene pasien sendiri ataupun dari petugas kesehatan yang merawat luka operasi tersebut.(Brock,2005).

Diketahui bahwa penyebab infeksi nosokomial secara umum, termasuk ILO Nosokomial adalah berasal dari autoinfeksi (endogen, self inection) yaitu suatu bakteri yang memang sudah ada di tubuh manusia dan berpindah ke tempat lain di tubuh kita dan berasal dari eksogen (cross infection) yang berasal dari lingkungan rumah sakit seperti udara ruang operasi, udara ruang rawat inap, peralatan yang tidak steril, maupun petugas rumah sakit yang kurang menerapkan perilaku aseptic dan antiseptic (Suparman, 2006). Agar tidak terjadi infeksi nosokomial, ruang operasi setiap akan digunakan wajib disterilkan terlebih udaranya dan sebagai standar angka kuman pada udara ruang operasi adalah sekitar 10 CFU/m3, sehingga angka kuman lebih besar dari 10 dapat berpeluang menyebabkan infeksi luka operasi nosokomial (Nur Ayni T, 2009; Mirza A, 2010). Selain itu udara ruang rawat inap di

rumah sakit sebaiknya mempunyai ventilasi yang baik, udara keluar masuk bebas, lantai disapu dan dipel setiap hari, serta sprei tempat tidur diganti setiap hari (Muslih M, 2006). Peralatan yang steril dan petugas yang bekerja secara aseptic seperti misalnya sterilitas semua peralatan yang dipakai baik diruang operasi, diruangan rawat inap, tindakan cuci tangan, pemakaian sarung tangan, dan pemakaian masker sangat berperan dalam mencegah terjadinya infeksi nosokomial seperti Infeksi Luka Operasi.(Nurkusuma dan Dudy, 2009).

Terjadinya infeksi luka operasi nosokomial di RSAM dapat terjadi kemungkinan disebabkan oelh beberapa hal seperti misalnya perilaku tidak cuci tangan, tidak memakai sarung tangan steril, tidak menggunakan masker saat mengganti balutan oleh petugas kesehatan. Di RSAM penggunaan masker saat penggantian balutan belum rutin dilakukan sehingga ILO terjadi karena transmisi bakteri sulit dicegah dari mulut dan ubang hidung petugas. Satu set alat ganti balut sebaiknya digunakan utk satu pasien, namun karena keterbatasan alat dan bahan yang tersedia (kadang-kadang digunakan untuk luka kotor) sehingga alat ganti dipakai lagi dengan hanya disterilkan dengan merendamnya pada cairan desinfektans. Ruang operasi juga juga dapat meningkatkan resiko ILO terutama pada ruang operasi yang padat jadwalnya, sehingga terkadang tidak sempat mensterilkan ruang operasi dalam waktu 2 jam sebelum operasi dilaksanakan (Nurkusuma, 2009; Muslih M, 2006; Nur Ayni T, 2009; dan Mirza A, 2009). Selain itu yang tidak kalah pentingnya adalah bakteri penyebab ILO umumnya bersifat resisten terhadap antibiotika sehingga sulit dieliminasi, hal ini mungkin karena dilingkungan rumah sakit sangat banyak

dipergunakan antibiotika untuk

menanggulangi penyakit infeksi, sehingga bakteri sering terpapar dengan antibiotika dan kondisi ini menyebabkan terjadi mutasi pada gen menjadikan bakteri resistensi terhadap antibiotika yang biasa digunakan (Ducel, 2002).

4. SIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan, didapatkan tiga spesies bakteri terbanyak hasil identifikasi dari luka operasi di ruang rawat inap bedah RSAM adalah Pseudomonas sp. (29.27%),

(5)

348 Staphylococcus epdermidis (21.95%),

Klebsiella sp. (14.63%), sedangkan hasil identifikasi dari luka operasi di ruang rawat

inap kebidanan RSAM adalah

Pseudomonas sp. (25%), Escherichia coli (19.44%), dan Klebsiella sp. (16.67%). Saran untuk peneliti lain adalah melakukan identifikasi bakteri dari infeksi nosokomial lainnya dan melakukan tindakan pencegahan terhadap kejadian infeksi nosokomial yang lebih intensif di rumah sakit, selain menggunakan hasil identifikasi bakteri untuk tindakan terapi terhadap bakteri penyebab infeklsi nosokomial.

UCAPAN TERIMAKASIH

Pada kesempatan ini saya mengkhaturkan terimakasih yang tak terhingga pada dr. Betta Kurniawa dan Bayu atas bantuannya dalam memberikan masukan-masukan dan membantu dalam pelaksanaan penelitian ini hingga selesai tepat pada waktunya. PUSTAKA

Alsaimary I.E., and Mezaal T.J., 2009, Evaluation of efficiency of some disinfectans and Antibacterial agents on bacterial pathogenesis isolatated from postoperative wounds, The Journal of Microbiology, Vol. 6, No. 2.

Brooks, Geo F., Butel, Janet S, Morse, Stephen A, 2005, Jawetz, Melnicks & Adelberg’s Mikrobiologi Kedokteran, Alih Bahasa Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedoolkteran

Universitas Airlangga,

Salemba Medika, Jakarta.

Ducel dkk., 2002, Prevention of Hospital-acquired Infection, World Health Organization.

Guntur H, 2004, Terapi secara empiris pada suatu daerah, dilakukan berdasarkan pada pola kuman yang didapatkan pada ru mah sakit setempat berdasarkan pola kuman dan kepekaan di RSUD Dr. Moewardi Fakultas Kedokteran UNS, Surakarta.

Light R.W., 2001, Infectious disease, Nosocomial infection, Harrison’s Principle of Internal Medicine, 15ed. McGraw-Hill Professional, New

York.

Masaadeh, Hani M, and Adnan S Jaran, 2009, Incidence of Pseudomonas aeruginosa in Post Operative Wound Infection, American Journal of Infectious Disease, Faculty ofMedicine Jordan University of Sciences and Technology, Irbid Jordan Departement of Biological science.

Mirza A, 2010, Pengaruh Frekuensi Operasi dengan Angka Bakteri pada Ruang Operasi Bedah Ortopedi RSUD Dr.Hi.Abdul Moeloek Bandar Lampung (Skripsi), Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, Bandar Lampung.

Muslih M, 2006, Faktor-faktor yang mempengaruhi Terjadinya Infeksi Nosolomial pada Pasien Pasca Operasi Bersih di Bangsal Bedah RSUD Brebes, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro, Semarang

Nur Ayni T, 2007, Sterilisasi Udara Ruang Operasi Bedah Syaraf di RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek Bandar Lampung (Skripsi), Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, Bandar Lampung.

Nurkusuma dan Dudy Disyadi, 2009, Faktor yang Berpengaruh terhadap Kejadian Methicillin-resistant Stapulococcus aureus (MRSA) pada Kasus Infeksi Luka Pasca Operasi di Ruang Perawatan Bedah RS dr. Kariadi, Semarang, Universitas Diponegoro, Semarang

Raihana N, 2011, Profil Kultur dan Uji Sensitifitas Bakteri Aerob dari Infeksi Luka Operasi Laparotomi di Bangsal Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang, Fakultas Farmasi Universitas Andalas Padang

Soeparman dkk., 2006, Ilmu Penyakit Dalam Edisi ke-3, Balai Penerbit FKUI, Jakarta

Gambar

Tabel  2.  Jenis  Bakteri    dari  ILO  di  Ruang  Rawat  Inap Bedah RSAM
Gambar 2. Jenis Bakteri dari ILO di Ruang Rawat Inap  Kebidanan RSAM Bandar Lampung

Referensi

Dokumen terkait

Penulisan ilmiah ini membahas tentang bagaimana membuat Website Bengkel L.A Custom menggunakan Macromedia Dreamweaver MX, PHP dan MySQL, pembuatan Website Bengkel L.A Custom

Menentukan aspek yang memiliki dampak signifikan terhadap

Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan di wilayah kerja Puskesmas Pauh pada tanggal 13-16 Juni 2016, kepada 10 orang pasien diabetes melitus tipe 2 didapatkan

Setelah diuji coba dengan ketukan-ketukan ringan tersebut efektifitas untuk menghilangkan sakit fisik maupun emosi mencapai 80%(Faiz Zainudin, 2009). Terapi

(1991) Tersedianya hara makro dan mikro yang lebih baik dari organik cair akan dapat mendukung pertumbuhan yang lebih baik, dan pada akhirnya hasil tanaman juga lebih baik,

Tugas utama guru adalah mengajar dan dalam proses pembelajaran yang dihadapi adalah anak manusia yang bersifat “unik”. Kata unik mengandung berbagai

Yang dilakukan Golden Section dalam algoritma First Fit Decreasing adalah sebagai pembatas, sehingga jika ada elemen dengan ukuran lebih kecil dan paling mendekati nilai Golden