• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pasang air laut terjadi disebabkan oleh gaya tarik bulan pada air bumi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pasang air laut terjadi disebabkan oleh gaya tarik bulan pada air bumi."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Air Pasang

Pasang air laut terjadi disebabkan oleh gaya tarik bulan pada air bumi. Pengaruh tarikan tarikan bulan pada air menyebabkan pasang setiap hari pada permukaan bumi terdekat dengan bulan. Pada saat yang sama bumi juga melakukan tarikan terhadap bulan sehingga terjadi pasang kedua pada permukaan air pada bagian terjauh dari bulan. Pasang ini bergerak mengelilingi bumi mengikuti pergerakan bulan. Pengaruh matahari terhadap pasang kurang begitu besar walaupun massa matahari jauh lebih besar dari masa bulan. Hal ini disebabkan jarak matahari ke bumi sangat jauh dibanding jarak bulan terhadap bumi. Ketika bulan dan matahari sama-sama menarik dalam arah yang berlawanan, akan menimbulkan pasang maksimum ( spring tide ), terjadi pada bulan baru dan pada bulan purnama/penuh.

Ketika bulan, bumi dan matahari membentuk posisi sudit 900 (bulan kelihatan setengah penuh) di tempat kita akan terjadi pasang minimum ( neap tide ). Bulan

mengitari bumi 13 kali dalam 1 tahun menghasilkan 26 kali pasang maksimum dan 26 kali pasang minimum di daerah pantai. Ketinggian pasang berbeda dari hari ke hari tergantung dari posisi bulan dan matahari terhadap bumi. Ketinggian pasang dipengaruhi juga oleh jarak, bentuk, ukuran dan kedalaman laut ( The World Book Encyclopedia 1982), sedangkan menurut Ensiklopedi Indonesia ( 1984 ), pengertian

(2)

topan tidak ada, air selalu bergerak ke bawah atau ke atas secara berkala. Gerakan vertikal ini selalu disertai gerakan horizontal secara berkala pula. Fenomena ini disebut sebagai pasang naik atau pasang turun. Gerakan pasang di laut ditimbulkan oleh adanya gaya tarik dari benda-benda angkasa seperti matahari dan bulan terhadap massa air di bumi. Gerakan ini juga dipengaruhi oleh rotasi bumi serta letak pulau dari benua. Tinggi rendahnya gerakan pasang di bumi terutama ditentukan oleh jarak atau letak kedua benda angkasa tersebut terhadap bumi.

Menurut Dehlinger ( 1978), pasang bumi adalah perubahan-perubahan dari bumi yang diakibatkan oleh gaya gravitasi matahari dan bulan. Tarikan-tarikan tersebut berlangsung secara periodik karena adanya perubahan-perubahan daerah gravitasi pada bumi yang disebabkan oleh rotasi bumi pada daerah gravitasi vertikal bulan matahari, mengakibatkan arah bentuk pasang berubah.

Faktor-faktor lain yang memengaruhi terjadinya gravitasi bulan dan matahari, juga dapat terjadi disebabkan oleh gempa di laut, letusan gunung berapi di laut, angin topan dan arus air laut. Derajat pasang akan semakin tinggi bila faktor-faktor penyebab pasang terjadi secara bersamaan ditambah hujan lebat pada daerah genangan dan pada hulu daerah sungai.

2.2. Genangan Pasang

Genangan pasang terjadi pada daerah-daerah yang letak tanahnya sedikit lebih rendah dari permukaan air waktu pasang. Daerah rawa-rawa, perkampungan bekas rawa, pinggiran sungai dekat muara dan dataran rendah dekat pantai yang mempunyai

(3)

ketinggian lebih rendah atau sedikit lebih tinggi dari permukaan air laut, sering dilanda genangan pasang.

Kemungkinan timbulnya genangan pasang akan semakin besar pada daerah-daerah dekat muara sungai, pada waktu pasang air sungai tertahan mengalir ke laut, sedangkan air sungai mengalir terus dari bagian hulu sungai menuju muara, kemudian timbul akumulasi air di muara sungai yang pada akhirnya meluap dan menggenangi daerah-daerah di sekitarnya. Genangan pasang pada lingkungan pemukiman dapat terjadi melalui luapan pasang, melalui saluran pembuangan atau dapat pula merembes melalui tanah.

Lamanya suatu lingkungan pemukiman tergenang pasang dipengaruhi oleh letak tempat, ketinggian pasang, cuaca dan kondisi saluran pembebas pasang.

2.3. Kualitas Hidup

Kualitas hidup manusia, menurut Emil Salim (1988 ) mencakup baik kualitas lingkungan tempat manusia bermukim, maupun kualitas diri manusia itu sendiri. Kualitas hidup manusia itu sendiri ditentukan oleh tingkat kecukupan kebutuhan dasar lahiriah yang berupa pangan, sandang dan papan maupun kebutuhan batiniah seperti pendidikan, keamanan, keagamaan, rekreasi dan lain-lain.

Kebutuhan manusia dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok, yaitu : 1. Kebutuhan pokok hidup seperti minum, makan, dan memelihara kesehatan. 2. Kebutuhan sekunder, yaitu kebutuhan akan pakaian, rumah, pendidikan dan

(4)

3. Kebutuhan tersier, yaitu kebutuhan untuk melakukan pilihan.

Terpenuhinya kebutuhan seseorang akan meningkatkan kualitas pribadinya karena seseorang yang sehat fisik dan mental akan meningkatkan kemampuan kerjanya mengelola sumberdaya. Tetapi peningkatan kebutuhan secara tidak seimbang dengan kemampuan sumberdaya untuk mendukungnya terlebih lagi apabila sumberdaya yang terbatas itu dibutuhkan oleh banyak orang, maka akan terjadi penurunan kualitas hidup manusianya.

Untuk mempertahankan kualitas hidup agar tetap baik maka perlu ditempuh langkah-langkah sebagai berikut :

1. Peningkatan kemampuan sumberdaya melalui Ilmu pengetahuan dan Teknologi.

2. Penekanan laju pertumbuhan penduduk di bawah kemampuan daya dukung lingkungan.

3. Pemenuhan konsumsi secara tidak berkelebihan.

Sebab utama turunnya kualitas lingkungan adalah cepatnya pertambahan penduduk yang membawa konsekuensi meningkatnya kebutuhan (konsumsi) manusia khususnya pangan, sandang dan perumahan. Di lain pihak kemampuan alam menyediakan lahan dan sumberdaya alam terbatas. Rendahnya produktifitas petani menimbulkan dampak negatif, yaitu tidak terpenuhinya kebutuhan keluarga sendiri bahkan untuk memenuhi kebutuhan hidup diri sendiri tidak mampu, akhirnya banyak petani pindah dari desa ke kota untuk mencari nafkah.

(5)

Penduduk miskin dari desa berbaur dengan penduduk miskin di kota, mereka berusaha mempertahankan hidupnya dengan berbagai cara seperti mengumpulkan barang-barang bekas, berdagang asongan, buruh kasar, pelayan dan lain sebagainya. Mereka kebanyakan tinggal di daerah kumuh antara lain daerah pemukiman genangan pasang. Hal ini terjadi karena mereka tidak mampu menyewa apalagi membeli rumah tempat tinggal di tempat yang layak ditinjau dari segi kesehatan, sedangkan apabila membuat gubuk di daerah terlarang seperti di pinggir rel kereta api, atau di emperan toko, cepat atau lambat mereka akan kena gusur

2.4. Sanitasi Lingkungan 2.4.1. Definisi

Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebagainya (Notoadmojo, 2003). Sanitasi lingkungan dapat pula diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan dan mempertahankan standar kondisi lingkungan yang mendasar yang memengaruhi kesejahteraan manusia. Kondisi tersebut mencakup: (1) pasokan air yang bersih dan nyaman; (2) pembuangan limbah dari hewan, manusia dan industri yang efisien; (3) perlindungan makanan dari kontaminasi biologis dan kimia; (4) udara yang bersih dan aman; (5) rumah yang bersih dan aman.

Sanitasi lingkungan ditujukan untuk memenuhi persyaratan lingkungan yang sehat dan nyaman. Lingkungan yang sanitasinya buruk dapat menjadi sumber berbagai penyakit yang dapat mengganggu kesehatan manusia, pada akhirnya jika

(6)

kesehatan terganggu, maka kesejahteraannya juga akan berkurang. Karena itu, upaya sanitasi lingkungan menjadi bagian penting dalam meningkatkan kesejahteraan.

2.4.2. Penyediaan air

Air merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi, baik untuk minum mandi maupun mencuci. Rumah yang sehat harus didukung oleh ketersediaan air bersih dalam jumlah yang cukup, tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter per orang setiap hari, kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau air minum menurut Permenkes 416 tahun 1990 dan Kepmenkes 907 tahun 2002.

Air yang tidak bersih dapat menimbulkan berbagai penyakit karena dapat menjadi tempat tumbuh berkembangnya bakteri.

Air mempunyai karakteristik sebagai pelarut yang universal karena molaritasnya yang tinggi, yang mengakibatkan hampir semua senyawa dapat larut dalam air baik dalam bentuk terlarut, tersuspensi, koloid maupun yang mudah diendapkan (Soemirat, J., 1994).

2.4.3.Kualitas Air

Kelayakan air dapat diukur secara kualitas dan kuantitas. Kualitas air adalah sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain dalam air yang mencakup kualitas fisik, kimia dan biologis (Effendi, 2003)

(7)

2.4.3.1. Kualitias fisik

Menurut Kusnaedi (2004), syarat-syarat sumber mata air yang bisa digunakan sebagai sumber air bersih adalah : a). Kekeruhan, b). Tidak berwarna, c). Rasanya tawar, d). Tidak berbau, e). Temperatur normal, e) Tidak mengandung zat padatan.

Tabel 2.1. Persyaratan Kualitas Air Bersih Secara Fisik

No. Parameter Satuan Kadar

Maksimum Keterangan

1 Warna TCU 15

2 Rasa dan bau - - Tidak berbau dan berasa 3 Temperatur 0C 3 0C

4 Kekeruhan NTU 5 NTU

Sumber : Depkes RI, 2002

2.4.3.2. Kualitas kimia

Kualitas air tergolong baik bila memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a) pH netral : pH adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas

keadaan asam atau basa sesuatu larutan (Totok Sutrisno, 2004). Air murni mempunyai pH 7. Apabila pH dibawah 7 berarti air bersifat asam, sedangkan bila pH diatas 7 air bersifat basa (Kusnaedi, 2004).

b) Tidak mengandung bahan kimia beracun : Air yang berkualitas baik

tidak mengandung bahan kimia beracun seperti Sianida, Sulifida, Fenolik (Kusnaedi, 2004).

(8)

c) Tidak mengandung garam-garam atau ion-ion logam : Air yang

berkualitas baik tidak mengandung garam-garam atau ion-ion logam seperti Fe, Mg, Ca, K, Hg, Zn, Cl, Cr, dan lain-lain (Kusnaedi, 2004).

d) Kesadahan rendah : Kesadahan merupakan sifat air yang disebabkan oleh

adanya ion-ion logam valensi dua (Sutrisno, 2004). Tingginya kesadahan berhubungan dengan garam-garam yang terlarut di dalam air terutama garam Ca dan Mg (Kusnaedi, 2004).

e) Tidak mengandung bahan-bahan organik

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002, persyaratan kimia air adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2. Persyaratan Kualitas Air Secara Kimia

No. Parameter Satuan Kadar

Maksimum 1 Antimom mg/L 0,005 2 Air Raksa mg/L 0,001 3 Arsenic mg/L 0,01 4 Barium mg/L 0,07 5 Boron mg/L 0,3 6 Kadmium mg/L 0,003 7 Kadmium (valensi 6) mg/L 0,05 8 Tembaga mg/L 2 9 Sianida mg/L 0,07 10 Fluorida mg/L 1,5 11 Timbal mg/L 0,01 12 Molydeum mg/L 0,07 13 Nikel mg/L 0,02 14 Nitrat mg/L 50 15 Nitrit mg/L 3 16 Selenium mg/L 0,01

(9)

2.4.3.3. Kualitas bakteriologi

Air tidak boleh mengandung Coliform. Air yang mengandung golongan Coli

dianggap telah terkontaminasi dengan kotoran manusia (Sutrino, 2004). Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002, persyaratan bakteriologis air minum adalah dilihat dari Colifform per 100 ml sampel air dengan kadar maksimum

yang diperbolehkan adalah 0 (nol).

2.4.4. Jamban Keluarga

Jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan mengumpulkan kotoran sehingga kotoran itu tersimpan dalam satu tempat tertentu dan tidak menjadi sarang penyakit (Notoatmodjo,1996). Jamban keluarga adalah merupakan suatu hubungan yang digunakan untuk membuang tinja/kotoran manusia/najis bagi keluarga yang lazim disebut kakus/WC (Departemen Kesehatan RI, 1983)

2.4.4.1. Jenis jamban

Tergantung dari bangunan kakus yang didirikan, tempat penampungan kotoran yang dipakai, serta cara pemusnahan kotoran, maka kakus atau jamban dapat dibedakan atas beberapa macam sebagai berikut (Azwar A, 1990)

a. Kakus cubluk (pit privy)

Kakus ini dikenal dengan sebutan jamban cemplung dimana tempat penampungan tinjanya dibangun dekat di bawah injakan, dan atau dibawah bangunan kakus. Kakus model ini ada yang mengandung air berupa sumur-sumur yang banyak

(10)

ditemui di pedesaan di Indonesia, ataupun yang tidak mengandung air, seperti kaleng, tong, lubang tanah tidak berair (the earth pit privy) ataupun lubang bor yang tidak

benar (the bore-hole latrine)

b. Kakus empang (overhung latrine)

Kakus jenis ini merupakan kakus yang dibangun di atas empang, sungai ataupun rawa. Ada yang kotorannya tersebar begitu saja, yang biasanya dipakai untuk makanan ikan, atau ada yang dikumpulkan memakai saluran khusus yang kemudian diberi pembatas berupa bambu, kayu dan lain sebagainya yang ditanam melingkar di tengah empang, sungai ataupun rawa.

c. Kakus kimia (chemical toilet)

Kakus jenis ini biasanya dibangun pada tempat-tempat rekreasi, pada alat transportasi, dan lain sebagainya. Disini tinja didessinfeksi dengan zat-zat kimia seperti caustic soda, dan sebagai pembersihnya dipakai kertas (toilet paper). Ada dua macam kakus kimia, yaitu tipe lemari (commode type) dan

tipe tanki (tank type). Kakus kimia ini sifatnya sementara, karena tinja yang

telah terkumpul perlu dibuang lagi.

d. Kakus dengan angsa latrine

Kakus jenis ini merupakan kakus yang leher lobang klosetnya berbentuk lengkungan, sehingga akan selalu terisi air yang penting untuk mencegah bau, serta mencegah masuknya binatang-binatang kecil. Kakus model ini biasanya dilengkapi dengan lubang atau sumur penampung dan lubang atau sumur

(11)

rembesan yang disebut septic tank. Kakus model ini adalah yang terbaik,

yang dianjurkan dalam kesehatan lingkungan (Warsito, 1996).

Jenis jamban yang ada di daerah pedesaan di Indonesia di golongkan menjadi 2 macam sebagai berikut (Departemen Kesehatan RI, 1983) :

1). Jamban tanpa leher angsa

Jamban jenis ini mempunyai beberapa cara pembuangan kotoran yaitu : a) Bila kotoran dibuang ke tanah disebut jamban cemplung/cubluk

b) Bila kotoran dibuang ke empang di sebut jamban empang c) Bila kotoran dibuang ke sungai disebut jamban sungai d) Bila kotoran dibuang ke laut disebut jamban laut

2). Jamban dengan leher angsa

Jenis jamban ini mempunyai 2 cara pembuangan kotoran, yaitu :

a) Tempat jongkok leher angsa berada langsung di atas lubang galian penampung kotoran.

b) Tempat jongkok tidak berada langsung di atas lubang galian penampung.

2.4.4.2. Persyaratan jamban

Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi agar pembuangan tinja atau jamban aman dan memuaskan adalah sebagai berikut :

1. Tidak boleh mengotori pemukiman 2. Tidak boleh mengotori air permukaan 3. Tidak mengotori air dalam tanah

(12)

4. Kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipakai tempat berkembang biaknya lalat atau tempat berkembang biaknya vector lainnya.

5. Kakus harus terlindung dari penglihatan orang lain 6. Pembuatannya murah dan mudah

7. Bangunan kakus atau laterine memenuhi syarat kesehatan

2.4.4.3. Manfaat dan fungsi jamban keluarga

Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan. Jamban yang baik dan memenuhi syarat kesehatan akan menjamin beberapa hal, yaitu :

1. Melindungi kesehatan masyarakat dari penyakit.

2. Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan sarana yang aman 3. Bukan tempat berkembangnya serangga sebagai vektor penyakit.

4. Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkungan.

Pembuangan tinja sebagian dari kesehatan lingkungan maka kebiasaan masyarakat memakai jamban harus terlaksana bagi setiap keluarga (Azwar, 2000).

2.4.4.4.Pemeliharaan jamban

Jamban hendaknya dipelihara baik dengan cara : 1). Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan kering

2). Tidak ada sampah berserakan dan tersedia alat pembersih 3). Tidak ada genangan air disekitar jamban

4). Rumah jamban dalam keadaan baik dan tidak ada lalat atau kecoa 5). Tempat duduk selalu bersih dan tak ada kotoran yang terlihat

(13)

6). Tersedia air bersih dan alat pembersih di dekat jamban

7). Bila ada bagian yang rusak harus segera diperbaiki (Depkes RI, 2004 )

2.4.5. Pembuangan Sampah

Pembuangan sampah menjadi penting untuk diperhatikan karena alasan kesehatan, kenyamanan dan estetika. Tempat pembuangan sampah diupayakan agar tersedia dalam jumlah yang cukup dan mudah dijangkau serta tertutup agar tidak menjadi tempat berkembangnya berbagai penyebab penyakit.

Teknik pengelolaan sampah yang baik harus memerhatikan faktor-faktor/unsur :

1). Penimbulan sampah 2). Penyimpanan sampah

3). Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali 4). Pengangkutan

5). Pembuangan

Dengan mengetahui unsur-unsur pengelolaan sampah, kita dapat mengetahui hubungan dan urgensinya masing-masing unsur tersebut agar kita dapat memecahkan masalah-masalah ini secara efisien.

2.4.6. Sistem Pembuangan Limbah

Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainya, dan pada umumnya

(14)

mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan hidup. Batasan lain mengatakan bahwa air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran dan industri, bersama-sama dengan air tanah, air permukaan dan air hujan yang mungkin ada (Haryoto Kusnoputranto, 1985).

Dari batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa air buangan adalah air yang tersisa dari kegiatan manusia, baik kegiatan rumah tangga maupun kegiatan lain seperti industri, perhotelan, dan sebagainya. Meskipun merupakan air sisa, namun volumenya besar, karena lebih kurang 80% dari air yang digunakan bagi kegiatan-kegiatan manusia sehari-hari tersebut dibuang lagi dalam bentuk yang sudah kotor (tercemar). Selanjutnya air limbah ini akhirnya akan mengalir ke sungai dan laut dan akan digunakan oleh manusia lagi. Oleh sebab itu, air buangan ini harus dikelola atau diolah secara baik.

Air limbah ini berasal dari berbagai sumber, secara garis besar dapat dikelompokan sebagai berikut :

1. Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic wastes water),yaitu air

limbah yang berasal dari pemukiman penduduk. Pada umumnya air limbah ini terdiri dari ekskreta (tinja dan air seni), air bekas cucian dapur dan kamar mandi,

dan umumnya terdiri dari bahan-bahan organik.

2. Air buangan industri (industrial wastes water), yang berasal dari berbagai jenis

industri akibat proses produksi. Zat-zat yang tergantung di dalamnya sangat bervariasi sesuai dengan bahan baku yang dipakai oleh masing-masing industri,

(15)

antara lain : nitrogen, logam berat, zat pelarut dan sebagainya. Oleh sebab itu pengolahan jenis air limbah ini tidak menimbulkan polusi lingkungan menjadi rumit.

3. Air buangan kotapraja (municipal wastes water), yaitu air buangan yang berasal

dari daerah : perkantoran, perdagangan, hotel, restoran, tempat-tempat ibadah, dan sebagainya. Pada umumnya zat-zat yang terkandung dalam jenis air limbah ini sama dengan air limbah rumah tangga.

Karakteristik air limbah perlu dikenal, karena hal ini akan menentukan cara pengolahan yang tepat, sehingga tidak mencemari lingkungan hidup. Secara garis besar karakteristik air limbah ini digolongkan menjadi sebagai berikut:

1. Karakteristik fisik

Sebagian besar terdiri dari air dan sebagian kecil terdiri dari bahan-bahan padat dan suspensi. Terutama air limbah rumah tangga, biasanya berwarna suram seperti larutan sabun, sedikit berbau. Kadang-kadang mengandung sisa-sisa kertas, berwarna bekas cucian beras dan sayur, bagian-bagian tinja, dan sebagainya.

2. Karakteristik kimiawi

Biasanya air buangan ini mengandung campuran zat-zat kimia anorganik yang berasal dari air bersih serta bermacam-macam zat organik berasal dari penguraian tinja, urine dan sampah-sampah lainya. Oleh sebab itu, pada umumnya bersifat basah pada waktu masih baru, dan cenderung ke asam apabila sudah memulai membusuk. Substansi organik dalam air buangan terdiri dari dua gabungan, yakni :

(16)

a). Gabungan yang mengandung nitrogen, misalnya: urea, protein, amine, dan

asam amino

b). Gabungan yang tak mengandung nitrogen, misalnya: lemak, sabun, dan karbohidrat, termasuk selulosa.

3. Karakteristik bakteriologis

Kandungan bakteri pathogen serta organisme golongan coli terdapat juga

dalam air limbah tergantung darimana sumbernya, namun keduanya tidak berperan dalam proses pengolahan air buangan.

Sesuai dengan zat-zat yang terkandung di dalam air limbah ini, maka air limbah yang tidak diolah terlebih dahulu akan menyebabkan berbagai gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup antara lain :

a). menjadi transmisi atau media penyebaran berbagai penyakit, terutama:

kholera, typhus abdominalis, desentri baciler

b). Menjadi media berkembang biaknya mikroorganisme pathogen

c). Menjadi tempat-tempat berkembang biaknya nyamuk atau tempat hidup larva nyamuk

d). Menimbulkan bau yang tidak enak serta pandangan yang tidak sedap e). Merupakan sumber pencemaran air permukaan, tanah, dan lingkungan

hidup lainya

f). Mengurangi produktivitas manusia, karena orang bekerja dengan tidak nyaman, dan sebagainya.

(17)

Pengolahan air limbah dimaksudkan untuk melindungi lingkungan hidup terhadap pencemaran air limbah tersebut. Secara ilmiah sebenarnya lingkungan mempunyai daya dukung yang cukup besar terhadap gangguan yang timbul karena pencemaran air limbah tersebut. Namun demikian, alam tersebut mempunyai kemampuan yang terbatas dalam daya dukungnya, sehingga air limbah perlu dibuang.

Beberapa cara sederhana pengolahan air buangan antara lain sebagai berikut :

1. Pengeceran (dilution)

Air limbah diencerkan sampai mencapai konsentrasi yang cukup rendah, kemudian baru dibuang ke badan-badan air. Tetapi, dengan makin bertambahnya penduduk, yang berarti makin meningkatnya kegiatan manusia, maka jumlah air limbah yang harus dibuang terlalu banyak, dan diperlukan air pengenceran terlalu banyak pula, maka cara ini tidak dapat dipertahankan lagi. Disamping itu, cara ini menimbulkan kerugian lain, diantaranya : bahaya kontaminasi terhadap badan-badan air masih tetap ada, pengendapan yang akhirnya menimbulkan pendangkalan terhadap badan-badan air, seperti selokan, sungai, danau, dan sebagainya. Selanjutnya dapat menimbulkan banjir.

2. Kolam oksidasi (Oxidation ponds)

Pada prinsipnya cara pengolahan ini adalah pemanfaatan sinar matahari, ganggang (algae), bakteri dan oksigen dalam proses pembersihan alamiah. Air

limbah dialirkan kedalam kolam berbentuk segi empat dengan kedalaman antara 1-2 meter. Dinding dan dasar kolam tidak perlu diberi lapisan apapun. Lokasi kolam

(18)

harus jauh dari daerah pemukiman, dan didaerah yang terbuka, sehingga memungkinkan sirkulasi angin dengan baik.

3. Irigasi

Air limbah dialirkan ke parit-parit terbuka yang digali, dan air akan merembes masuk kedalam tanah melalui dasar dan dinding parit tersebut. Dalam keadaan tertentu air buangan dapat digunakan untuk pengairan ladang pertanian atau perkebunan dan sekaligus berfungsi untuk pemupukan. Hal ini terutama dapat dilakukan untuk air limbah dari rumah tangga, perusahaan susu sapi, rumah potong hewan, dan lain-lainya dimana kandungan zat-zat organik dan protein cukup tinggi yang diperlukan oleh tanam-tanaman.

2.4.7. Rumah

Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia. Rumah atau tempat tinggal manusia, dari zaman ke zaman mengalami perubahan. Pada zaman purba manusia bertempat tinggal digua-gua, kemudian berkembang dengan mendirikan rumah tempat tinggal di hutan-hutan dan dibawah pohon. Sampai pada abad modern ini manusia sudah membangun rumah (tempat tinggalnya) bertingkat dan diperlengkapi dengan peralatan yang serba modern. Sejak zaman dahulu pula manusia telah mencoba mendesain rumahnya, dengan ide mereka masing-masing yang dengan sendirinya berdasarkan kebudayaan masyarakat setempat dan membangun rumah mereka dengan bahan yang ada setempat (local material) pula.

(19)

dengan bukan bahan-bahan setempat tetapi kadang-kadang desainnya masih mewarisi kebudayaan generasi sebelumnya (Notoadmojo, 2003).

Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya yang digunakan sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga (UU RI No. 4 Tahun 1992). Menurut WHO, rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik demi kesehatan keluarga dan individu. (Komisi WHO Mengenai Kesehatan dan Lingkungan, 2001).

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rumah sehat adalah bangunan tempat berlindung dan beristirahat serta sebagai sarana pembinaan keluarga yang menumbuhkan kehidupan sehat secara fisik, mental dan sosial, sehingga seluruh anggota keluarga dapat bekerja secara produktif. Oleh karena itu, keberadaan perumahan yang sehat, aman, serasi, teratur sangat diperlukan agar fungsi dan kegunaan rumah dapat terpenuhi dengan baik.

2.4.7.1. Kriteria Rumah Sehat

Menurut Winslow dan APHA pemukiman sehat dirumuskan sebagai suatu tempat untuk tinggal secara permanen. Berfungsi sebagai tempat untuk bermukim, beristirahat, berekreasi (bersantai) dan sebagai tempat berlindung dari pengaruh lingkungan yang memenuhi persyaratan fisiologis, psikologis, dan bebas dari penularan penyakit.

(20)

Rumusan yang dikeluarkan oleh American Public Health Association

(APHA), syarat rumah sehat harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Memenuhi kebutuhan fisiologis. Antara lain, pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.

2. Memenuhi kebutuhan psikologis. Antara lain, privacy yang cukup, komunikasi

yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah.

3. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antarpenghuni rumah, yaitu dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan air limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup.

4. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan, baik yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam membangun suatu rumah : 1. Faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, biologis maupun lingkungan sosial.

Maksudnya membangun suatu rumah harus memerhatikan tempat dimana rumah itu didirikan. Di pegunungan ataukah di tepi pantai, di desa ataukah di kota, di daerah dingin ataukah di daerah panas, di daerah pegunungan dekat gunung berapi (daerah gempa) atau di daerah bebas gempa dan sebagainya. Rumah didaerah pedesaan, sudah barang tentu disesuaikan kondisi sosial budaya

(21)

pedesaaan, misalnya bahannya, bentuknya, menghadapnya, dan lain sebagainya. Rumah didaerah gempa harus dibuat dengan bahan-bahan yang ringan namun harus kokoh, rumah didekat hutan harus dibuat sedemikian rupa sehingga aman terhadap serangan-serangan binatang buas.

2. Tingkat kemampuan ekonomi masyarakat. Hal ini dimaksudkan rumah dibangun berdasarkan kemampuan keuangan penghuninya, untuk itu maka bahan-bahan setempat yang murah misal bambu, kayu atap rumbia dan sebagainya adalah merupakan bahan-bahan pokok pembuatan rumah. Perlu dicatat bahwa mendirikan rumah adalah bukan sekadar berdiri pada saat itu saja, namun diperlukan pemeliharaan seterusnya (Notoadmojo, 2003).

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.829/Menkes/SK/VII/1999 Ketentuan persyaratan kesehatan rumah tinggal adalah sebagai berikut:

1). Bahan bangunan

Bahan bangunan tidak selalu harus mahal untuk memenuhi syarat kesehatan, bahkan di daerah pedesaan banyak alternatif bahan bangunan yang murah seperti bambu dan kayu lokal, lantai, dinding, atap genteng, lain-lain (tiang, kaso dan reng).

a. lantai

Lantai yang terbuat dari ubin atau semen adalah baik, namun tidak cocok untuk kondisi ekonomi pedesaan. Lantai kayu sering terdapat pada rumah-rumah orang yang mampu di pedesaan, dan inipun mahal. Oleh karena itu, untuk lantai rumah pedesaan cukuplah tanah biasa yang dipadatkan. Syarat

(22)

yang penting disini adalah tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada musim hujan. Untuk memperoleh lantai tanah yang padat (tidak berdebu) dapat ditempuh dengan menyiram air kemudian dipadatkan dengan benda-benda yang berat, dan dilakukan berkali-kali. Lantai yang basah dan berdebu merupakan sarang penyakit.

b. Dinding

Dinding tembok adalah baik, namun disamping mahal tembok sebenarnya kurang cocok untuk daerah tropis, lebih-lebih bila ventilasinya tidak cukup. Dinding rumah di daerah tropis khususnya di pedesaan lebih baik dinding atau papan. Sebab meskipun jendela tidak cukup, maka lubang-lubang pada dinding atau papan tersebut dapat merupakan ventilasi, dan dapat menambah penerangan alamiah.

c. Atap genteng

Atap genteng adalah umum dipakai baik di daerah perkotaan maupun pedesaan. Disamping atap genteng cocok untuk daerah tropis, juga dapat terjangkau oleh masyarakat dan bahkan masyarakat dapat membuatnya sendiri. Namun demikian, banyak masyarakat pedesaan yang tidak mampu untuk itu, maka atap daun rumbia atau daun kelapa pun dapat dipertahankan. Atap seng ataupun asbes tidak cocok untuk rumah pedesaan, di samping mahal juga menimbulkan suhu panas didalam rumah.

(23)

d. Lain-lain (tiang, kaso dan reng)

Kayu untuk tiang, bambu untuk kaso dan reng adalah umum di pedesaan. Menurut pengalaman bahan-bahan ini tahan lama, tetapi perlu diperhatikan bahwa lubang-lubang bambu merupakan sarang tikus yang baik. Untuk menghindari ini cara memotongnya harus menurut ruas-ruas bambu tersebut, maka lubang pada ujung-ujung bambu yang digunakan untuk kaso tersebut ditutup dengan kayu.

2). Pencahayaan

Rumah yang dibangun harus dirancang agar cahaya dapat masuk ke dalam rumah dalam jumlah yang cukup. Artinya, cahaya yang masuk tidak kurang dan tidak lebih. Jika ruangan di dalam rumah kurang cahaya, maka udara di dalam ruangan akan menjadi media atau tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit-bibit penyakit. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan menyebabkan silau dan dapat merusak mata. Pencahayaan yang lebih atau kurang tentunya juga akan mengurangi kenyamanan. Cahaya dalam ruangan dapat bersumber dari :

a). Pencahayaan alami

Pencahayaan alami diperoleh dengan masuknya sinar matahari ke dalam ruangan melalui jendela, celah-celah dan bagian-bagian bangunan yang terbuka. Cahaya matahari berguna untuk penerangan dan juga dapat mengurangi kelembaban ruang, mengusir nyamuk, membunuh kuman penyakit tertentu seperti TBC, influenza, penyakit mata dan lain-lain.

(24)

untuk berbagai keperluan menurut WHO dimana salah satunya adalah untuk kamar keluarga dan tidur dalam rumah adalah 60 – 120 Lux. Guna memperoleh jumlah cahaya matahari pada pagi hari secara optimal sebaiknya jendela kamar tidur menghadap ke timur dan luas jendela yang baik minimal mempunyai luas 10-20% dari luas lantai.

Gambar 1: ruangan yang kena sinar matahari masuk b) Pencahayaan buatan

Pencahayaan buatan yaitu pencahayaan yang bersumber bukan dari cahaya matahari, misalnya lampu, lilin, dan lain-lain. Pencahayaan dari sumber tidak alamiah ini diupayakan cukup terang, terutama untuk keperluan membaca agar mata kita tidak rusak. Pencahayaan buatan yang baik dan memenuhi standar dapat dipengaruhi oleh: (a) cara pemasangan sumber cahaya pada dinding atau langit- langit; (b) konstruksi sumber cahaya dalam ornamen yang dipergunakan; (c) luas dan bentuk ruangan; (d) penyebaran sinar dari sumber cahaya

(25)

3). Ventilasi

Rumah yang sehat harus memungkinkan pertukaran udara dengan luar rumah. Karena itu rumah harus dilengkapi dengan ventilasi yang cukup. Ada dua macam ventilasi yaitu :

a. Ventilasi alamiah, yaitu ventilasi yang dibuat dalam bentuk lubang udara

yang memungkinkan udara keluar ata masuk secara alamiah. Ventilasi jenis ini memiliki keuntungan yaitu tanpa menggunakan alat untuk mengalirkan udara, sehingga bisa menghemat penggunaan energi. Namun, ventilasi alamiah ini merupakan jalan masuk nyamuk dan serangga lainnya ke dalam rumah. Untuk itu, sebaiknya ditutup dengan ram kawat yang agak rapat. b. Ventilasi buatan, alat-alat khusus untuk mengalirkan udara, misalnya kipas

angin, dan mesin penghisap udara. Selain tidak hemat energi, ventilasi jenis ini harus dijaga agar udara tidak berhenti atau membalik lagi.

Ventilasi menjadi persyaratan mutlak suatu rumah yang sehat karena fungsinya sangat penting. Pertama, untuk menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Jika ventilasi kurang, maka ruangan mengalami kekurangan O2 dan bersamaan dengan itu kadar CO2 yang bersifat racun meningkat. Kedua, aliran udara yang terus menerus dapat membebaskan udara dalam ruangan dari bakteri-bakteri pathogen. Udara yang lembab menjadi media yang sangat baik bagi

berkembangnya bakteri-bakteri pathogen. Ketiga, menjaga agar ruangan tetap

(26)

Ventilasi digunakan untuk pergantian udara. Udara perlu diganti agar mendapat kesegaran badan. Selain itu agar kuman-kuman penyakit dalam udara, seperti bakteri dan virus, dapat keluar dari ruangan, sehingga tidak menjadi penyakit. Orang yang batuk dan bersin-bersin mengeluarkan udara yang penuh dengan kuman penyakit, yang dapat menginfeksi udara di sekelilingnya. Penyakit-penyakit menular yang penularannya dengan perantara udara, antara lain TBC, bronchitis, pneumonia,

dan lain-lain. Hawa segar diperlukan dalam rumah guna mengganti udara ruangan yang sudah terpakai. Udara segar diperlukan untuk menjaga temperatur dan kelembaban udara dalam ruangan. Umumnya temperatur kamar 220C – 300C sudah cukup segar. Guna memperoleh kenyamanan udara seperti dimaksud di atas diperlukan adanya ventilasi yang baik. Membuat sistem ventilasi harus dipikirkan masak-masak, jangan sampai orang-orang yang ada di dalam rumah menjadi kedinginan dan sakit. Pembuatan lubang-lubang ventilasi dan jendela harus serasi dengan luas kamar dan sesuai dengan iklim di tempat itu. Di daerah yang berhawa dingin dan banyak angin jangan membuat lubang-lubang ventilasi yang lebar, cukup yang kecil-kecil saja. Tetapi di daerah yang berhawa panas dan tidak banyak angin, lubang ventilasi dapat dibuat agak lebih besar.

Ventilasi yang baik dalam ruangan harus mempunyai syarat lainnya, di antaranya:

1. Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan. Sedangkan luas lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimum 5%. Jumlah keduanya menjadi 10% dikali luas lantai ruangan. Ukuran luas ini diatur

(27)

sedemikian rupa sehingga udara yang masuk tidak terlalu deras dan tidak terlalu sedikit.

2. Udara yang masuk harus udara bersih, tidak dicemari oleh asap dari sampah atau dari pabrik, dari knalpot kendaraan, debu dan lain-lain.

3. Aliran udara diusahakan ventilasi silang dengan menempatkan lubang hawa berhadapan antara 2 dinding ruangan. Aliran udara ini jangan sampai terhalang oleh barang-barang besar misalnya almari, dinding sekat dan lain-lain.

Gambar 2 : aliran udara melalui ventilasi 4). Luas bangunan rumah

Rumah yang sehat juga harus memperhatikan kepadatan penghuninya. Selain tidak nyaman, rumah yang jumlah penghuninya tidak sebanding dengan luas rumah juga tidak sehat, baik secara fisik maupun sosial. Setiap orang yang tinggal dalam

(28)

rumah membutukan O2 yang cukup. Jika penghuni terlalu banyak, maka kebutuhan O2 tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan setiap penghuni secara sehat. Selain itu, rumah terlalu padat (overcrowed) lebih memungkinkan terjadinya penularan

berbagai jenis penyakit. Karena itu, luas bangunan yang optimum adalah apabila dapat menyediakan 2,5– 3 m2 untuk tiap orang.

5). Fasilitas-fasilitas di dalam rumah sehat

Sebuah rumah harus mempunyai fasilitas yang dapat mendukung kebutuhan dan aktivitas penghuninya. Kebutuhan tersebut adalah : 1). Penyediaan air bersih yang cukup 2). Pembuangan tinja 3). Pembuangan air limbah 4). Pembuangan sampah 5). Fasilitas dapur dan ruang keluarga 6). Sistem Pembuangan.

Menurut Ditjen Cipta Karya, 1997 komponen yang harus dimiliki rumah sehat adalah:

1. Pondasi yang kuatguna meneruskan beban bangunan ke tanah dasar, memberi kestabilan bangunan, dan merupakan konstruksi penghubung antara bagunan dengan tanah.

2. Lantai kedap air dan tidak lembab, tinggi minimum 10 cm dari pekarangan dan 25 cm dari badan jalan, bahan kedap air, untuk rumah panggung dapat terbuat dari papan atau anyaman bambu.

3. Memiliki jendela dan pintu yang berfungsi sebagai ventilasi dan masuknya sinar matahari dengan luas minimum 10% luas lantai.

(29)

4. Dinding rumah kedap air yang berfungsi untuk mendukung atau menyangga atap, menahan angin dan air hujan, melindungi dari panas dan debu dari luar, serta menjaga kerahasiaan (privacy) penghuninya.

5. Langit-langit untuk menahan dan menyerap panas terik matahari, minimum 2,4 m dari lantai, bisa dari bahan papan, anyaman bambu, tripleks atau gipsum.

6. Atap rumah yang berfungsi sebagai penahan panas sinar matahari serta melindungi masuknya debu, angin dan air hujan.

2.5. Pencemaran Lingkungan

Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (UU Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982).

Pencemaran dapat timbul sebagai akibat kegiatan manusia ataupun disebabkan oleh alam (misal gunung meletus, gas beracun). Ilmu lingkungan biasanya membahas pencemaran yang disebabkan oleh aktivitas manusia, yang dapat dicegah dan dikendalikan. Karena kegiatan manusia, pencermaran lingkungan pasti terjadi. Pencemaran lingkungan tersebut tidak dapat dihindari, yang dapat dilakukan adalah mengurangi pencemaran, mengendalikan pencemaran, dan meningkatkan kesadaran

(30)

dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungannya agar tidak mencemari lingkungan.

Pencemaran lingkungan dapat diklasifikasikan ke dalam tiga bidang pencemaran, yaitu : a). Pencemaran air, b) Pencemaran udara dan c) Pencemaran tanah.

a). Pencemaran air

Pencemaran air timbul karena terkontaminasinya air dengan limbah kota (city sewage), buangan industri ( industrial wastes ), mengalirnya pupuk dari sawah

ke badan air, tanaman lapuk, abu, bangkai binatang, sampah radioaktif, sampah pertambangan, minyak tumpahan, asbes, plastik dan sebagainya. Limbah pemukiman mengandung limbah domestik berupa sampah organik dan sampah anorganik serta deterjen. Sampah organik adalah sampah yang dapat diuraikan atau dibusukkan oleh bakteri. Contohnya sisa-sisa sayuran, buah-buahan, dan daun-daunan. Sedangkan sampah anorganik seperti kertas, plastik, gelas atau kaca, kain, kayu-kayuan, logam, karet, dan kulit. Sampah-sampah ini tidak dapat diuraikan oleh bakteri (non biodegrable). Sampah

organik yang dibuang ke sungai menyebabkan berkurangnya jumlah oksigen terlarut, karena sebagian besar digunakan bakteri untuk proses pembusukannya. Apabila sampah anorganik yang dibuang ke sungai, cahaya matahari dapat terhalang dan menghambat proses fotosintesis dari tumbuhan air dan alga, yang menghasilkan oksigen.

(31)

Deterjen merupakan limbah pemukiman yang paling potensial mencemari air. Pada saat ini hampir setiap rumah tangga menggunakan deterjen, padahal limbah deterjen sangat sukar diuraikan oleh bakteri, sehingga tetap aktif untuk jangka waktu yang lama. Penggunaan deterjen secara besar-besaran juga meningkatkan senyawa fosfat pada air sungai atau danau. Fosfat ini merangsang pertumbuhan ganggang dan eceng gondok. Pertumbuhan ganggang dan eceng gondok yang tidak terkendali menyebabkan permukaan air danau atau sungai tertutup sehingga menghalangi masuknya cahaya matahari dan mengakibatkan terhambatnya proses fotosintesis. Jika tumbuhan air ini mati, akan terjadi proses pembusukan yang menghabiskan persediaan oksigen dan pengendapan bahan-bahan yang menyebabkan pendangkalan.

b). Pencemaran udara

Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan normalnya. Kehadiran bahan atau zat asing di dalam udara dalam jumlah tertentu serta berada di udara dalam waktu yang cukup lama, akan dapat mengganggu kehidupan manusia. Bila keadaan seperti itu terjadi maka udara dikatakan telah tercemar.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 41 tahun 1999 mengenai Pengendalian Pencemaran udara, yang dimaksud dengan pencemaran udara adalah masuknya atau dimaksuknya zat, energi dan/atau komponen lain ke

(32)

dalam udara ambien oleh kegiatan manusia sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak memenuhi fungsinya.

Udara yang banyak mengandung uap air, memberikan kelembaban yang tinggi. Kelembaban udara tinggi dapat mengganggu fungsi paru-paru (Azwar 1989). Udara lembab dapat mengikat berbagai zat pencemar udara, seperti zat-zat kimia, virus, bakteri dan lain-lain (Miller 1983) yang selanjutnya dapat tertular kepada manusia melalui saluran pernafasan, sentuhan atau melekat pada tubuh.

c). Pencemaran tanah

Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena: kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial, penggunaan pestisida, masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan, zat kimia, atau limbah. air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat.

Pencemaran tanah dapat pula terjadi sebagai akibat banjir atau genangan pasang, air yang meluap waktu banjir atau pasang, membawa kotoran, sampah dan bibit penyakit ke atas tanah. Bibit penyakit yang terdapat pada kotoran, sampah dan air tertular kepada manusia melalui sentuhan atau media perantara serangga seperti lalat dan kecoa. Jika suatu zat berbahaya telah mencemari

(33)

permukaan tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya.

2.6. Kesehatan, Penyakit Menular dalam Air, Penyebab dan Penularan 2.6.1. Pengertian sehat

Konsep sehat menurut WHO meliputi keadaan sehat fisik, mental maupun sosial dan tidak hanya bebas dari penyalit dan kelemahan. Sehat pada dasarnya adalah gambaran keadaan keseimbangan dari berbagai faktor yang mempengaruhi kesehatan tubuh, yaitu faktor agen (agent), pejamu (host) dan lingkungan (environment ).

Penyakit timbul apabila terjadi gangguan terhadap keseimbangan faktor-faktor tersebut yang disebabkan oleh adanya perubahan dari satu faktor atau lebih (Kusnoputranto 1983).

2.6.2. Penyakit menular dalam air

Banyak penyakit ditularkan kepada manusia melalui air yang terkontaminasi, tetapi dengan adanya peningkatan dan pengembangan atas air limbah, perlindungan dan penyehatan air, keberadaan penyakit-penyakit infeksi bersumber dari air telah berkurang di Negara-Negara maju.

Bardley dalam Craun (1986), megklasifikasikan penyakit-penyakit bersumber dari air atas dasar pertimbangan epidemik yang ditimbulkan, yaitu : a) Waterborne

(34)

diseases, b). Water-washed diseases, c). Water-based diseases, d). Water-vectored diseases.

Cara penularan penyakit-penyakit air kepada manusia melalui :

a) Waterborne diseases : bibit penyakit masuk ke dalam tubuh manusia melalui

air minum yang terkontaminasi seperti kolera, tipus dan lain-lain

b) Water-washed diseases : penularan bibit penyakit erat hubungannya dengan

sanitasi buruk dan kebiasaan-kebiasaan kotor dan tidak cukupnya air untuk kebersihan dan untuk mandi. Timbul penyakit pada mata dan jaringan kulit seperti trachoma, dermatitis, infeksi konjunctivitas, scabies dan

penyakit-penyakit disentri (diarrchea ).

c) Water-Based diseases : kuman pathogen berada dalam air atau tergantung

pada organism aquatic untuk kelangsungan hidupnya. Contoh,

schistosomiasis, ditularkan melalui kontak dengan air tercemar schistosomiasis.

d) Water-Vectored : penyakit-penyakit demam kuning, dengue, filariasis,

malaria dan penyakit tidur ditularkan oleh serangga yang bertelur dalam air seperti nyamuk atau serangga yang menggigit dekat air seperti cacing

(35)

2.6.3. Penyebab dan penularan penyakit

Penyebab penularan penyakit menular adalah suatu mikroorganisme. Penyakit menular termasuk ke dalam kelompok penyakit infeksi (infectious diseases). Menular

atau tidaknya suatu penyakit infeksi dipengaruhi oleh banyak faktor.

Penyakit menular secara umum dapat dibedakan atas empat kelompok, yaitu : 1). Penyakit karantina atau penyakit-penyakit wabah, seperti kolera, pes, poliomillitis

dan difteri 2). Penyakit menular dengan potensi wabah tinggi, seperti dengue, diare,

campak, pertusis dan rabies 3). Penyakit menular dengan potensi wabah rendah,

seperti malaria, meningitis, frambusia, keracunan, influensa, anthrax, tetanus neonatorium dan tipus abdominalis 4). Penyakit menular yang tidak berpotensi

wabah, seperti TBC, penyakit cacing, lepra.

Penyakit akan mudah berkembang biak pada lingkungan pemukiman kumuh dimana penduduknya padat, miskin dan jorok. Banyaknya orang yang mendiami satu rumah kecil, memudahkan penularan bibit penyakit seperti diare, TBC, penyakit kulit, batuk pilek dan lain-lain. Penularan bibit penyakit lebih besar kemungkinannya apabila ruangan lembab dan kurang mendapat ventilasi udara segar. Tidak adanya ruangan terbuka dan pohon-pohon atau tanaman hijau yang dapat menetralisir gas-gas CO2 dan sekaligus mengalirkan gas-gas O2 yang dibutuhkan tubuh untuk pembakaran energi tubuh, sehingga tubuh terasa lemas dan kurang tenaga. Bibit penyakit akan mudah tertular dalam kondisi tubuh lemah.

Lingkungan kumuh, dimana sampah berserakan, adalah tempat bersarangnya berbagai bibit penyakit. Air selokan kotor penuh dengan kotoran manusia, bangkai

(36)

binatang, zat-zat beracun buangan indsurti dan pertanian dan limbah yang lain. Selain jorok air selokan mengeluarkan bau yang tidak sedap, banyak mengundang lalat dan serangga lain. Penularan bibit penyakit kepada manusia melalui sentuhan langsung, melalui serangga dan dapat pula melalui udara.

2.7. Aspek perilaku dalam kesehatan

Perilaku ialah reaksi psikologis seseorang terhadap lingkungannya. Perilaku manusia memberikan kontribusi besar terhadap tingkat kesehatan. Perilaku selain berpengaruh langsung terhadap kesehatan, juga berpengaruh tidak langsung melalui faktor lingkungan terutama lingkungan fisik buatan manusia, sosial budaya serta fasilitas kesehatan (Umboh 1985).

Penduduk yang baru memasuki lingkungannya akan beradaptasi sehingga menjadi biasa terhadap lingkungannya. Rangsangan-rangsangan berlangsung secara konstan sehingga reaksi terhadap rangsangan akan semakin kecil, lama kelamaan akan menjadi terbiasa terhadap lingkungannya.

Pada waktu pasang menggenangi jalanan tidak menimbulkan kekuatiran akan bahaya yang timbul pada awalnya, tetapi setelah timbul wabah kekuatiran muncul apalagi dengan adanya peringatan dari pihak-pihak tertentu. Pada waktu itu meningkat pula usaha-usaha untuk mencegah atau melindungi diri terhadap wabah penyakit. Tetapi setelah wabah mulai menurun, menurun pula kekuatiran atau ketakutan penduduk yang pada akhirnya kembali kepada keadaan semula.

(37)

2.8. Kerangka konsep

Berdasarkan landasan teori diatas maka dapat dibuat kerangka konsep penelitian sebagai berikut :

Variabel bebas Variabel terikat

Gambar 3 : Kerangka Konsep           Kondisi Sanitasi : ¾ air bersih ¾ jamban ¾ pembuangan sampah ¾ pembuangan air limbah

Karakteristik air pasang :

¾

Tinggi genangan

¾

Lama genangan   Keluhan Penyakit : ¾ Diare ¾ Infeksi Kulit

 

 

Kondisi fisik rumah :

¾

Lantai

¾

pencahayaan

¾

ventilasi

Gambar

Gambar 1: ruangan yang kena sinar matahari masuk
Gambar 2 : aliran udara melalui ventilasi

Referensi

Dokumen terkait

• Melalui langkah pembelajaran model Discovery Based Learning dengan pendekatan saintifik TPACK menggunakan aplikasi Google classroom, Google meet peserta didik diharapkan

Jika lebih diperjelas lagi, untuk membuat perencanaan MIN Dusun Curup bertolak dari hasil evaluasi pembelajaran sebelumnya.Cara ini digunakan oleh MIN Dusun Curup

Demam adalah suatu kondisi tubuh yang ditandai dengan peningkatan suhu tubuh diatas 37C. Ukur suhu tubuh dengan menggunakan termometer jika tidak ada rasakan suhu

Dengan sejarah konsumsi minuman beralkohol tidak tercatat yang sudah jauh lebih tinggi dibandingkan minuman beralkohol tercatat, dapat diasumsikan bahwa konsumen minuman

Berdasarkan pada studi pendahuluan peneliti menemukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan BMT di Kabupaten Kulon Progo adalah: kepuasan

Indikasi penggunaan basis metal antara lain: penderita hipersensitif terhadap resin, penderita dengan gaya kunyah abnormal, ruang intermaksilar kecil, kasus basis dukungan

~ Realist writers from Kautilya on have stressed the significance of information (intelligence); if institutions can provide useful information, realists should see them

Untuk mengetahui pengaruh pemeriksaan pajak dan modernisasi administrasi perpajakan terhadap efektivitas penerimaan pajak melalui variabel intervening kepatuhan Wajib