• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, dan kerja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, dan kerja"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

A. Diabetes Melitus 1. Definisi

Menurut American Diabetes Association (ADA) 2003, diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, dan kerja insulin. WHO 1980 menyatakan bahwa diabetes mellitus secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomi dan kimiawi yang merupakan akibat dari sejumlah faktor dimana ditemukan defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin. (Sidartawan Soegondo, 2003).

2. Patofisiologi

Pankreas merupakan kelenjar penghasil insulin yang terletak di belakang lambung, merupakan kumpulan pulau langerhans berisi sel beta yang menghasilkan hormon insulin untuk mengatur kadar glukosa dalam darah. Insulin berfungsi membantu masuknya glukosa ke dalam sel, kemudian di dalam sel glukosa tersebut dimetabolisasikan menjadi tenaga.

Bila tidak terdapat insulin, maka glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel dengan akibat kadar glukosa dalam darah meningkat.

Keadaan ini yang terjadi pada diabetes tipe 1 ( Slamet Suyono, 2005).

4

(2)

Pada keadaan diabetes tipe 2, jumlah insulin bisa normal bahkan lebih banyak, tetapi jumlah reseptor insulin di permukaan sel kurang, maka glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit, sehingga sel kekurangan glukosa sebagai sumber tenaga, dalam hal lain mengakibatkan kadar glukosa dalam darah meningkat. Insulin yang kualitasnya kurang baik dapat mempengaruhi masuknya glukosa ke dalam sel. Selain itu, diabetes dapat terjadi akibat gangguan glukosa itu sendiri sehingga gagal digunakan sebagai bahan bakar untuk metabolisme energi ( Imam Subekti, 2005 ).

Diabetes mellitus tipe 2 telah banyak dilaporkan dan diperkirakan meliputi 90% dari semua kasus diabetes di seluruh dunia, yang disebabkan karena gaya hidup dan pola makan yang salah dan tidak sehat ( Mirza Maulana, 2008 ).

3. Gejala – gejala diabetes a. Keluhan klasik

1. Penurunan berat badan dan rasa lemah

Hal ini disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Maka sumber tenaga diambil dari cadangan lain yaitu sel lemak dan otot, akibatnya penderita menjadi kurus (Imam Subekti, 2005).

(3)

2. Poliuri

Kadar gula darah jika lebih dari 160-180 mg/dL, menyebabkan glukosa sampai ke kemih, jika kadarnya lebih tinggi maka ginjal akan membuang air tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita sering berkemih dalam jumlah yang banyak (Mirza Maulana,2008).

3. Polidipsi

Merupakan akibat dari banyaknya tubuh menghasilkan air kemih, maka penderita merasakan haus yang berlebihan sehingga banyak minum agar tubuh tidak dehidrasi (Mirza Maulana,2008).

4. Polifagi

Penderita selalu merasa lapar karena kalori dari makanan yang dimetabolisasikan menjadi glukosa dalam darah, tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan secara semestinya (Imam Subekti, 2005).

b. Keluhan lain

1. Ganguan syaraf tepi atau kesemutan

Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan pada kaki di waktu malam, sehingga mengganggu waktu istirahat (Imam Subekti, 2005).

(4)

2. Gangguan penglihatan

Pada fase awal penyakit diabetes sering dijumpai gangguan pengelihatan yang mendorong penderita untuk mengganti kacamatanya berulang kali agar tetap dapat melihat lebih baik (Imam Subekti, 2005).

3. Gatal atau bisul

Kelainan kulit berupa gatal biasanya terdapat di daerah kemaluan atau daerah lipatan kulit seperti ketiak atau di bawah payudara. Sering juga dikeluhkan bisul dan luka yang lama sembuhnya (Imam Subekti, 2005 ).

4. Gangguan ereksi

Pria penderita diabetes memiliki 2 sampai 5 kali lebih besar menderita impotensi, karena penyakit ini dapat merusak pembuluh darah perifer dan syaraf yang mengatur otot-otot ereksi ( Mirza Maulana, 2008 ).

5. Keputihan

Pada wanita, keputihan dan gatal merupakan keluhan yang sering ditemukan dan kadang merupakan satu-satunya gejala yang dirasakan (Imam Subekti, 2005).

4. Komplikasi diabetes mellitus

Diabetes sering disebut sebagai the great imitator yaitu penyakit yang dapat menyerang semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai

(5)

keluhan. Penyakit ini timbul secara perlahan-lahan, sehingga orang tidak menyadari adanya berbagai perubahan dalam dirinya. Jelas bahwa diabetes bisa menjadi penyebab terjadinya komplikasi baik akut maupun kronis (Mirza Maulana, 2008).

1. Komplikasi akut

Terjadi jika kadar gula darah seseorang meningkat atau menurun dengan tajam dalam waktu relatif singkat. Kadar glukosa darah bisa menurun drastis jika penderita menjalani diet yang terlalu ketat. Perubahan yang besar dan mendadak dapat berakibat fatal (Mirza Maulana, 2008).

2. Komplikasi kronis

Komplikasi kronis diartikan sebagai kelainan pembuluh darah yang bisa menyebabkan serangan jantung, gangguan fungsi ginjal, dan gangguan syaraf. Komplikasi kronis sering dibedakan berdasarkan bagian tubuh yang mengalami kelainan, seperti kelainan di bagian mata, mulut, jantung, urogenital, syaraf dan kulit (Mirza Maulana, 2008).

a. Pembuluh darah

Plak aterosklerotik terbentuk dan menyumbat arteri di jantung, otak, tungkai dan penis. Dinding pembuluh darah kecil mengalami pengrusakan sehingga pembuluh tidak dapat mentransfer oksigen secara normal dan mengalami kebocoran. Sirkulasi buruk menyebabkan penyembuhan luka yang lama dan bisa menyebabkan penyakit jantung, stoke, ganggren kaki dan tangan, impoten serta infeksi (Mirza Maulana, 2008).

(6)

b. Mata

Terjadi kerusakan di pembuluh darah kecil retina. Gangguan pengelihatan dan akhirnya bisa terjadi kebutaan (Mirza Maulana, 2008) c. Ginjal

Penebalan pembuluh darah ginjal mengakibatkan protein tidak dapat tersaring dan masuk ke dalam air kemih. Fungsi ginjal yang buruk tersebut dapat mengakibatkan gagal ginjal jika terus-menerus (Mirza Maulana, 2008).

d. Saraf

Gangguan pada syaraf, banyak ditimbulkan salah satunya mononeuropati yaitu salah satu syaraf yang mengalami kelainan fungsi, seperti lemah, kesemutan dan nyeri (Mirza Maulana, 2008).

e. Sistem syaraf otonom

Kerusakan pada syaraf yang mengendalikan tekanan darah, saluran pencernaan dan yang mengakibatkan tekanan darah tidak stabil, kesulitan menelan dan gangguan pencernaan (Mirza Maulana, 2008).

f. Kulit

Berkurangnya aliran darah ke kulit dan hilangnya kepekaan rasa yang menyebabkan cidera berulang berakibat infeksi dalam, dan penyembuhan luka yang lama (Mirza Maulana, 2008).

g. Darah

Terjadi gangguan fungsi sel darah putih, sehingga mudah terkena infeksi saluran kemih dan kulit (Mirza Maulana, 2008).

(7)

h. Jaringan ikat

Glukosa tidak dimetabolisasi secara normal sehingga jaringan menebal atau berkontraksi (Mirza Maulana, 2008).

B. Glukosuria

Pengukuran kadar glukosa urin menggambarkan kadar glukosa darah secara tidak langsung dengan nilai normal 180mg/dl. Pemeriksaan ini tidak dapat menunjukkan kadar glukosa darah sehingga tidak dapat membedakan normoglikemia atau hipoglikemia. Pemeriksaan berikut dapat dipakai untuk memantau glukosuria penderita diabetes mellitus, dengan uji reduksi urin seperti pemeriksaan benedict dan uji enzimatik berupa pemeriksaan carik- celup ( Pradana Soewondo, 2005)

a. Cara Benedict

Dengan membaca hasil reduksi urin, yang sebelumnya ditambahkan reagen Benedict sesuai prosedur untuk menentukan kadar glukosa dalam urin secara semi kuantitatif, berupa negatif (-), positif 1 (1+), positif 2 (2+), positif 3 (3+), positif 4 (4+), dan selanjutnya (R.

Gandasoebrata, 2007).

b. Cara carik-celup

Carik-celup berupa strip yang dilekati kertas berisi dua macam enzim, yakni glukosa oxidasa dan peroxidasa serta semacam zat o-tolidine yang berubah warna jika teroksidasi. Jika ditemukan glukosa maka enzim tersebut menghasilkan asam glukonat dan hidrogen peroksida, karena pengaruh peroxidasa hydrogen peroxida yang menghasilkan oksigen

(8)

untuk otolidine sehingga berubah warna menjadi biru. Lebih banyak glukosa lebih tua warna yang terjadi, sehingga dapat dilakukan penilaian semi kuantitatif (R. Gandasoebrata, 2007).

Cara dengan memakai carik-celup cukup spesifik untuk glukosa dan hanya memerlukan waktu yang singkat. Hasil negatif palsu dapat terjadi bila urin mengandung zat-zat mereduksi lain seperti vitamin C, keton-keton dan asam homogentisat ( R. Gandasoebrata, 2007).

C. Protenuria

Protenuria yaitu terdapatnya protein dalam urin 300mg/jam atau >100 mg/dl. Protenuria tidak selalu menunjukkan kelainan ginjal. Ginjal terdiri dari jutaan unit penyaring (glomerulus), kadar gula darah yang tinggi secara perlahan akan merusak selaput penyaring ini. Akibat rusaknya penyaring ini, terjadi kebocoran lalu protein keluar bersama urin. Hal ini dapat terjadi pada penderita diabetes mellitus yang menahun atau akut. Nilai diagnosis proteinuria tergantung dari derajat protenuria, menetap atau disertai kelainan urin lainnya (Letta Sari Lintang,1999).

Ada beberapa pemeriksaan protenuria yang sering dipakai untuk menyatakan ada atau tidaknya protein dalam urin yaitu dengan reagen asam sulfosalicyl, pemanasan dengan asam asetat, Osgood ( untuk protein Bence Jones), dan carik-celup. Untuk penetapan jumlah protein dipakai urin 24 jam atau 12 jam, dengan metode Esbach (modifikasi Tsuchiya).

(9)

a. Dengan asam sulfosalisil

Test dengan asam sulfosalisil tidak bersifat spesifik meskipun sangat peka, dapat menyatakan protein dalam konsentrasi 0,002%.

Penilaian semi kuantitatif, dari derajat kekeruhan sebelum dilakukan pemanasan, dengan konsentrasi 20% (R.Gandasoebrata, 2007).

b. Pemanasan dengan asam asetat

Pemeriksaan ini cukup peka, dapat menyatakan protein sebanyak 0,004%. Konsentrasi asam asetat yang dipakai bisa sampai 6%, dengan tetap memperhatikan pH. Sumber reaksi negatif palsu pada percobaan pemanasan dengan asam asetat ialah pemberian asam asetat yang berlebihan, kekeruhan yang halus mungkin hilang (R. Gandasoebrata, 2007).

Sumber positif palsu (kekeruhan yang tidak disebabkan oleh albumin atau globulin) mungkin :

1. Nukleoprotein, kekeruhan terjadi pada pemberian asam asetat sebelum pemanasan.

2. Mucin, kekeruhan terjadi pada saat pemberian asam asetat sebelum pemanasan.

3. Proteose (albumose), terjadi setelah campuran reaksi mendingin, jika dipanasi menghilang lagi.

4. Asam-asam resin, kekeruhan zat ini larut dalam alkohol.

5. Protein Bence Jones

(10)

c. Osgood

Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui protein Bence Jones, merupakan protein patologik yang mempunyai sifat larut pada titik didih urin. Pemeriksaan pada urin berdasarkan hasil reduksi urin dengan penambahan asam asetat sesuai prosedur ( R. Gandasoebrata, 2007).

d. Cara Esbach (modifikasi Tsuchiya)

Merupakan salah satu pemeriksaan kualitatif untuk menentukan protein di dalam urin secara kualitatif, pemeriksaan ini dapat menemukan protein dalam urin kurang dari 0,05% atau 0,5 g/l, cara Esbach yang asli tidak diberikan batu apung pada saat pengujian, dan dibaca setelah 18-24 jam (R. Gandasoebrata, 2007).

e. Cara carik celup

Carik celup yang dipakai untuk pemeriksaan protenuria berdasarkan kesalahan pH oleh adanya protein, indikator tertentu memperlihatkan warna lain dalam cairan yang bebas protein dan cairan yang berisi protein pada pH tertentu. Derajat perubahan warna ditentukan oleh kadar protein dalam cairan, sehingga perubahan warna itu menjadi ukuran semi kuantitatif pada pemeriksaan protenuria. Indikator yang terdapat pada carik celup diantaranya tetrabrom-phenolblue yang berwarna kuning pada pH 3 dan berubah warna menjadi hijau sampai hijau-biru sesuai banyaknya protein dalam urin (R. Gandasoebrata, 2007).

Pembacaan warna carik-celup harus sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh produsen carik celup, hal ini lebih penting dari menilai

(11)

derajat kepositifan. Pemeriksaan carik-celup merupakan salah satu cara pemeriksaan untuk menyatakan adanya proteinuria. Prosedur konvensional seperti cara dengan asam sulfosalisil perlu digunakan sebagai kontrol pemeriksaan carik celup (R. Gandasoebrata, 2007).

D. Carik - Celup

Carik celup merupakan pemeriksaan penyaring yang sering dilakukan (dip –and - read test strip, regent strip). Pemeriksaan carik celup biasanya

sangat mudah, cepat dan spesifik. Carik celup berupa secarik plastik kaku yang salah satu sisinya dilekati dengan satu sampai sembilan kertas isap atau bahan penyerap lain yang masing-masing mengandung reagen-reagen spesifik terhadap salah satu zat yang mungkin ada dalam urin, dan banyaknya zat yang dicari ditandai oleh perubahan warna tertentu pada bagian yang mengandung reagen spesifik, skala warna yang menyertai carik celup memungkinkan penilaian semi kuantitatif ( R. Gandasoebrata, 2007).

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan teori Christaller yang dimaksud tempat yang sentral dapat berupa : kota-kota besar, pasar (pusat perbelanjaan), rumah sakit, dan sebagainya

These codes were: Leadership in Energy and Environmental Design (LEED) – US Green Building Council USA; Green Mark – Singapore; Green Neighbourhoods Planning and

maka Pokja 5 (lima) Unit Layanan Pengadaan Kordinator Wilayah Pengadilan Tinggi Sulawesi Tenggara menetapkan Pemenang pada Paket tersebut di atas sebagai berikut

Kondisi ini disebabkan oleh menurunnya Ib pada seluruh subsektor meliputi hortikultura sebesar 0,79 persen, tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,75 persen, tanaman pangan

Hal ini berarti bahwa 33,8% variabel manajemen laba dapat dijelaskan oleh variabel- variabel independen yaitu auditor big four , leverage , growth , nilai absolut dari total

Mahkamah Agung dan Pengadilan Tinggi, yang dalam masalah-masalah administrasi yang menyangkut Hakim perlu diikutsertakan, berpendapat bahwa kesalahan dalam menjalankan tugas

Adapun dengan pertimbangan biaya produksi, biaya operasional, serta besarnya RAP yang dapat di recycle maka variasi Bitumen Murni Ex-RAP 30% + Bitumen Fresh 70% + Additive

Di zaman yang modern dan canggih saat ini banyak Perkembangan industri manufaktur baik industri jasa maupun yang menghasilkan produk, contohnya produk setrika dan kompor