• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN TERAPI MUSIK UNTUK MENURUNKAN STRESS DAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI WILAYAH KECAMATAN PUSKESMAS GOMBONG II - Elib Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENERAPAN TERAPI MUSIK UNTUK MENURUNKAN STRESS DAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI WILAYAH KECAMATAN PUSKESMAS GOMBONG II - Elib Repository"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN TERAPI MUSIK UNTUK MENURUNKAN STRESS DAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI WILAYAH

KECAMATAN PUSKESMAS GOMBONG II

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan

Program Pendidikan Diploma III Keperawatan

GILANG PUJA DWI SASONGKO

A01401896

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

MUHAMMADIYAH GOMBONG

(2)
(3)
(4)
(5)

v Program Studi DIII Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong Karya Tulis Ilmiah, Agustus 2017

Gilang Puja Dwi Sasongko¹. Arnika Dwi Asti ²

ABSTRAK

PENERAPAN TERAPI MUSIK UNTUK MENURUNKAN STRESS DAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI WILAYAH KECAMATAN PUSKESMAS

GOMBONG II

Latar Belakang : Hipertensi adalah suatu kondisi di mana tekanan darah sistol adalah 140 mmHg atau lebih tinggi dan tekanan darah diastol adalah 90 mmHg atau lebih tinggi. Stres merupakan faktor risiko utama hipertensi. Terapi musik bisa menjadi cara untuk mengurangi stres dan hipertensi dengan menstimulasi sistem limbik yang berhubungan dengan emosi. WHO melaporkan bahwa sekitar 51% dari kematian akibat stroke dan 45% dari penyakit jantung koroner disebabkan oleh hipertensi.

Tujuan : Melakukan penerapan pemberian terapi musik untuk mengatasi stres dan menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitis dengan pendekatan studi kasus. Subjek makalah ilmiah ini adalah klien hipertensi. Data diperoleh melalui wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik. Data disajikan dalam bentuk teks naratif dan tabel distribusi frekuensi. Hasil : Tingkat stres sebelum diberikan terapi musik tekanan darah 160/100 mmHg dengan skor DASS 23 poin, setelah diberikan terapi musik selama 6 hari tekanan darah menjadi 130/90 mmHg dengan skor DASS 17 poin.

Rekomendasi : Pasien dengan hipertensi disarankan untuk melakukan terapi musik 2 kali sehari selama 15 menit untuk mengurangi stres dan menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.

Kata Kunci : Hipertensi, Stres, Terapi Musik. 1. Mahasiswa

(6)

vi DIII Program of Nursing Department

Muhammadiyah Health Science Institute of Gombong Scientific Paper, August 2017

Gilang Puja Dwi Sasongko¹. Arnika Dwi Asti ²

ABSTRACT

THE NURSING CARE FOR HYPERTENSION PATIENT BY APPLYING MUSICAL THERAPY TO REDUCE STRESS AND BLOOD PRESSURE IN COMMUNITY HEALTH

CENTRE II OF GOMBONG

Background: Hypertension is a condition in which the blood pressure of systole is 140 mmHg or higher and diastole blood pressure is 90 mmHg or higher. Stress is a major risk factor of hypertension. Music therapy can be a way to reduce stress and hypertension by stimulating the limbic system associated with emotions. According to WHO, about 40% of people over 25 years old have hypertension, WHO reports that about 51% of deaths due to stroke and 45% of coronary heart disease are caused by hypertension.

Objective: Performing the application of music therapy to cope with stress and lower down blood pressure of hypertensive patient.

Method: This research is an analytical descriptive with a case study approach. The subject of this scientific paper is hypertension client. Data was obtained through interview, observation, and physical examination. The data was presented in the form of narrative text and frequency distribution table.

Result: After having musical therapy for 6 days, there was a decrease in blood pressure from 160/100 mmHg with 23 points DASS score becomes 130/90 mmHg with score 17 points DASS. Recommendation: Hypertension patient is suggested to perform musical therapy twice a day for 15 minutes each to reduce stress and lower down his blood pressure.

Keywords: Hypertension, stress, music therapy.

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatakan kehadirat Alloh SWT, karena atas karunia dan rahmat -Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah

(KTI) yang berjudul “PENERAPAN TERAPI MUSIK UNTUK

MENURUNKAN STRESS DAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN

HIPERTENSI DI WILAYAH KECAMATAN PUSKESMAS

GOMBONG II” dengan sebaik-baiknya. KTI ini penulis susun sebagi persyaratan untuk menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong.

Dalam Proses penyusunan KTI ini tidak terlepas bantuan dari

berbagai pihak, sehingga KTI ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu

penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Mukhlas E.S dan Ibu Ma’rifatun Musyafaroh selaku Orang tua

yang selalu memberikan motivasi, nasihat, perhatian, kasih sayang dan

do’a serta dukungan secara material kepada penulis selama penyusunan

KTI ini.

2. Ibu Hj. Herniyatun, M.Kep.Sp.Mat, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Muhammadiyah Gombong.

3. Ibu Nurlaila, S.Kep.Ns.M.kep, selaku Ketua Prodi DIII Keperawatan

Sekolah Tiinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong.

4. Bapak Hendri Tamara Yuda, S.Kep.Ns.M.Kep Selaku dosen

pembimbing akademik yang telah membimbing selama proses

akademik.

5. Ibu Arnika Dwi Asti, M.Kep, selaku Dosen Pembimbing dan Dosen

Penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-

masukan yang membangun, perasaan yang nyaman dalam memberikan

(8)
(9)
(10)

x

1. Manfaat ... 22

2. Prosedur Terapi Musik ... 23

3. Metode ... 25

4. Kerangka Teori ... 26

5. Kerangka Konsep ... 27

BAB III METODE A.Jenis Studi Kasus... 28

B. Subyek Studi Kasus... 28

C.Fokus Studi Kasus ... 28

D.Definisi Operasional... 28

E. Instrumen... 29

F. Metode Pengumpulan Data ... 29

G.Lokasi Dan Waktu Studi Kasus ... 31

H.Etika Studi Kasus ... 31

BAB IV STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN A.Hasil Studi Kasus ... 33

B. Pembahasan ... 35

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 40

B. Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA

(11)

xi

LAMPIRAN

Lampiran Asuhan Keperawatan ...

Lampiran Jurnal ...

Lampiran Lembar Konsultasi ...

Lampiran Informed Consent ...

Lampiran SOP ...

(12)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia baik

negara maju maupun negara berkembang. Hipertensi sering disebut sebagai “silent killer” (pembunuh siluman), karena seringkali penderita hipertensi bertahun-tahun tanpa merasakan sesuatu gangguan atau gejala.

Tanpa disadari penderita mengalami komplikasi pada organorgan vital

seperti jantung, otak ataupun ginjal. (Triyanto, 2014) Menurut Riskesda

(Riset Kesehatan Daerah), sebagaimana dikutip oleh Triyanto (2014).

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah di arteri yang bersifat

sistemik dan berlangsung terus-menerus untuk jangka waktu yang lama.

Hipertensi tidak terjadi tiba-tiba, melainkan melalui proses yang

berlangsung cukup lama. Hipertensi didefinisikan sebagai rata-rata tekanan sistolik ≥140 mmHg, dan tekanan darah diastolik yaitu ≥90 mmHg. Jadi berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah tekanan darah yang ≥140/90 mmHg dengan dua kali pengukuran. Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi dalam dua golongan, yaitu

hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer adalah suatu

kondisi yang jauh lebih sering dan meliputi 95% dari hipertensi. Hipertensi

ini disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu beberapa faktor yang efek-efek

kombinasinya menyebabkan hipertensi. Hipertensi sekunder, yang

meliputi 5% dari hipertensi. Disebabkan oleh suatu kelainan spesifik pada

salah satu organ atau sistem tubuh (Noviyanti,2015).

Menurut WHO, sekitar 40% dari orang yang berusia lebih dari 25

tahun memiliki hipertensi pada tahun 2008. Dalam World Health Statistik

tahun 2012, WHO melaporkan bahwa sekitar 51% dari kematian akibat

stroke dan 45% dari penyakit jantung koroner disebabkan oleh hipertensi.

Faktor risiko utama penyebab hipertensi beberapa diantaranya adalah,

riwayat keluarga, gaya hidup, pola makan yang buruk, merokok, jenis

(13)

2

sepertiga orang dengan penyakit tekanan darah tinggi tidak ditangani

dengan benar. Itu berarti jutaan orang berisiko mengalami serangan

jantung dan stroke (Kowalksi,2007). Diperkirakan bahwa sekitar 25% dari

populasi orang dewasa di dunia mengalami hipertensi, dan akan cenderung

meningkat 29% pada tahun 2025. Di Eropa, diperkirakan 37% -55% dari

populasi orang dewasa mengalami hipertensi. Prevalensi hipertensi bahkan

lebih tinggi di beberapa negara berkembang. (Chen, dkk. 2014) .

Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah Riskesdas tahun 2013,

prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas tahun 2007 di

Indonesia adalah sebesar 31,7%. Sedangkan jika dibandingkan dengan

tahun 2013 terjadi penurunan sebesar 5,9% (dari 31,7% menjadi 25,8%).

Penurunan ini bisa terjadi berbagai macam faktor, seperti alat pengukur

tensi yang berbeda, masyarakat yang sudah mulai sadar akan bahaya

penyakit hipertensi. Meskipun terjadi penurunan pada tahun 2013, tapi

prevalensi hipertensi di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan di

Kanada. Di Kanada prevalensi hipertensi tahun 2008 sekitar 23%. Jika saat

ini penduduk Indonesia sebesar 252.124.458 jiwa maka terdapat

65.048.110 jiwa yang menderita hipertensi.

Berdasarkan prevalensi hipertensi di Provinsi Jawa tengah pada tahun

2013 didapati (25,8%), jika dibanding hasil riskesda tahun 2007

(31,7/1000) menunjukkan adanya penurunan angka prevalensi, namun hal

ini tetap perlu di waspadai mengingat hipertensi merupakan salah satu

faktor risiko penyakit degeneratif antara lain penyakit jantung, stroke dan

penyakit pembuluh darah lainnya. (Dinkesjatengprov, 2015). Kemudian

data kesehatan diwilayah kabupaten Kebumen menunjukan bahwa dari

533.194 penduduk di atas 18 tahun, telah dilakukan pemeriksaan

tekanan darah terhadap 214.565 penduduk (40,2 %) dan dari yang

diperiksa 19.988 (9,32 %) mengalami hipertensi dari (8,234) laki laki,

(11,754) perempuan, Prevalensi hipertensi pada perempuan cenderung

lebih tinggi dari pada laki laki, Prevalensi hipertensi cenderung lebih

(14)

3

3

bekerja, mungkin akibat ketidaktahuan tentang pola makan yang baik.

Salah satu resiko terjadinya hipertensi adalah tidur. Tidur menjadi proses

normal yang pasti kita alami baik siang maupun malam. Banyak dari

keluhan sehari-hari yang tak pernah dikaitkan dengan kebiasaan tidur,

ternyata merupakan gejala gangguan tidur. Keluhan-keluhan tersebut

seperti sakit kepala di pagi hari, rasa cepat lelah, kantuk berlebih,

penurunan konsentrasi, dan hipertensi (Prasadja,2009).

Pada saat ini hipertensi adalah faktor risiko ketiga terbesar yang

menyebabkan kematian dini, hipertensi berakibat terjadinya gagal jantung

kongestif serta penyakit cerebrovasculer. Gejala-gejalanya antara lain

pusing, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk

terasa pegal, dan lain-lain. Penyakit ini dipengaruhi oleh dan kebiasaan

hidup seseorang. Faktor risiko hipertensi dapat dibedakan menjadi 2

kelompok, yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah, yang terdiri dari

faktor umur, jenis kelamin, dan keturunan; dan faktor yang dapat diubah

yaitu obesitas, stres, merokok, olah raga, konsumsi alkohol berlebih,

konsumsi garam berlebih, dan hiperlipedemia (Depkes, 2008).

Dikemukakan bahwa wanita berusia 45-64 tahun dengan sejumlah

faktor psikososial seperti kondisi yang memicu ketegangan,

ketidakcocokan perkawinan, tekanan ekonomi, stres harian, mobilisasi

pekerjaan, gejala ansietas dan kemarahan terpendam mempunyai

hubungan dengan peningkatan tekanan darah dan manifestasi klinik

penyakit kardiovaskuler apapun. Pada tekanan darah tinggi, jantung

memompa darah ke tubuh dengan tekanan yang luar biasa tingginya, salah

satu sebabnya adalah karena stres emosional. Peningkatan tekanan darah

akan lebih besar pada individu yang mempunyai kecenderungan stres

emosional yang tinggi (Depkes, 2008).

Prevalensi stres dewasa ini terus meningkat di kalangan masyarakat.

Globalisasi diduga merupakan salah satu pemicunya. Dunia bergerak dan

berubah semakin cepat. Mereka yang tidak siap menghadapinya akan

(15)

4

bentuk perlawanan adalah stres. Memang, secara fisik dan psikologis,

kebanyakan makhluk hidup tidak akan mampu menghadapi perubahan

yang semakin cepat (Dwiyono, 2008).

Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga terjadi melalui

aktivitas saraf simpatis, yang dapat meningkatkan tekanan darah secara

bertahap. Apabila stres menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan

darah menjadi tetap tinggi (Yundini, 2007). Pada penelitian yang

dilakukan oleh Sarwanto, dkk (2009), stres dengan hipertensi terbukti

secara signifikan mempunyai hubungan pada gangguan mental sedang

(OR=1,264) dan gangguan mental berat (OR=1,397) meningkatkan

hipertensi. Sama halnya dengan hasil penelitian Hasurungan (2002),

dikemukakan responden dengan derajat stres tinggi berisiko menderita

hipertensi 3,02 kali (95%CI: 1,5262-6,0087; nilai-p=0,0015) dibandingkan

dengan responden dengan derajat stres rendah.

Penatalaksanaan hipertensi ada 3 yaitu pengobatan tanpa obat-obatan,

pengobatan dengan obat obatan, dan perawatan dengan terapi

komplementer (Widharto, 2009). Salah satu penanganan nonfarmakologis

yang dapat diterapkan untuk menurunkan tekanan darah pada penderita

hipertensi adalah terapi musik. Sebuah penelitian American Heart

Association (2008 dalam Sarayar, dkk., 2013) yang dipresentasikan pada

konferensi tahunan ke-62, mengemukakan bahwa mendengarkan musik

klasik selama 30 menit sehari terbukti dapat menurunkan tekanan darah

pada penderita hipertensi. Musik klasik seringkali menjadi acuan terapi

musik, karena memiliki rentang nada yang luas dan tempo yang dinamis

serta, mengacu pada musik yang berakar dari tradisi kesenian barat, musik

kristiani, dan musik orchestra.

Rangsangan musik dalam terapi musik ternyata mampu mengaktivasi

sistem limbik yang berhubungan dengan emosi. Saat sistem limbik

teraktivasi, otak menjadi rileks, kondisi inilah yang memicu tekanan darah

menurun. Alunan musik dalam terapi musik juga dapat menstimulasi tubuh

(16)

5

5

tonus pembuluh darah yang dapat mengurangi tekanan darah (Suherly,

dkk, 2012). Terapi musik merupakan teknik yang sangat mudah dilakukan

dan terjangkau, tetapi efeknya menunjukkan bahwa musik dapat

mempengaruhi ketegangan atau kondisi rileks pada diri seseorang, karena

dapat merangsang pengeluaran endorphine dan serotonin. Endorphine dan

Serotonin merupakan sejenis morfin alami tubuh dan juga metanonin

sehingga tubuh merasa lebih rileks pada seseorang yang mengalami stress

(Djohan, 2009).

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik membuat karya

tulis ilmiah berdasarkan aplikasi riset yang berjudul Penerapan terapi

musik untuk menurunkan stress pada pasien hipertensidipuskesmas daerah

gombong.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana Asuhan keperawatan dengan terapi Musik untuk

menurunkan stress pada pasien hipertensi?

C. Tujuan Khusus

1) Tujuan Umum

Menggambarkan asuhan keperawatan dengan pemberian terapi

musik dalam kesehatan dapat menurunkan stress pada pasien hipertensi.

2) Tujuan khusus

a. Menggambarkan teori tentang pemberian terapi musik untuk

menurunkan stress pada pasien hipertensi.

b. Menggambarkan implementasi tentang pemberian terapi musik

untuk menurunkan stress pada pasien hipertensi.

c. Menggambarkan hasil penerapan pemberian terapi musik untuk

(17)

6 D. Manfaat Studi Kasus

Studi kasus ini diharapkan memberikan manfaat bagi:

1. Masyarakat

Meningkatkan pengetahuan pemberian terapi musik yang baik dan

benar untuk menurunkan stresor.

2. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi keperawatan

Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan

dalam menangani pasien darah tinggi untuk menurunkan stresor pada

pasien hipertensi.

3. Penulis

Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset

keperawatan, khususnya studi kasus tentang pelaksanaan dalam

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Adib, 4. (2009).Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung dan

Stroke. Edisi 5. Yogyakarta : CV. Dianloka.

Arden, JB, (2007), Bekerja Tanpa Stres, Career pres: alih bahasa, Tanto Hendy,

PT. Buana Ilmu Popular, Jakarta.

Ardiansyah, Muhammad. (2012). Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jogjakarta :

DIVA Press.

Black, J.M., & Hawks, J.H. (2007). Medical surgical nursing. Clinical

management for positive outcome, Volume II (7th ed). Elsevier’S Health

Sciences Right Departement : Philadelphia

Dalimartha, Setiawan. (2008). Care Your Self, Hipertensi. Penerbit Penebar Plus.

Jakarta.

Djohan. (2007). Terapi Musik, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Galangpres

Endang. (2014). Pelayanan keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara

Terpadu. Yogyakarta: Graha Imu.

Handayani, YN, (2008), Hubungan Antara Asupan Garam Natrium dengan

Kejadian Hipertensi Pada Pekerja Pria Perusahaan offshore Migas X Di

Wilayah Kalimantan Timur. Universitas Indonesia, Depok.

Handoko, T. H. (2008). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.

Yogyakarta: BPFE

Kowalski , R. (2007). Terapi Hipertensi. Terjemahan : Rani S. Qanita : Bandung.

Kristianti, H.(2009). Waspada 11 Penyakit Berbahaya : Cara Mencegah &

Mengobati. Jakarta : Citra Pustaka

Musayaroh, N. (2011). Pengaruh Terapi Musik Tekanan Darah Pada Penderita

Hipertensi. Semarang: Politeknik Kesehatan

Martha, K. (2012), Panduan Cerdas Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta: Araska.

Munandar, A. S. (2008). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Penerbit

Universitas Indonesia

Martuti, A.(2009). Merawat & Menyembuhkan Hipertensi : Penyakit Tekanan

(19)

Natalina, D. (2013). Terapi Musik Bidang Keperawatan, Mitra Wacana Media,

Jakarta.

Nurarif, A.H dan Kusuma, H. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Nanda

NIC-NOC,

Pearce, Evelyn (2010). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Alih Bahasa Sri

Yuliani Handoyo. Jakarta: Gramedia.

Puspitorini, M.(2008). Hipertensi : Cara Mudah Mengatasi Tekanan Darah

Tinggi. Yogyakarta : Image Press.

Pandoe W. (2007). Music Therapy. Manfaat Terapi Musik Terhadap Tekanan

Darah.

Potter & Perry (2009). Fundamental Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Prabowo, H. dan Regina, H.S (2007). Tritmen Meta Musik Untuk Menurunkan

Stres.

Rohman N, dan walid. S. (2012). Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi.

Sarayar, C., Mulyadi & Palandeng, H. (2013). Pengaruh Musik Klasik Terhadap

Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Pra-Hemodialisis. Manado:

Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi.

Sarwanto, dkk., (2009, April), Prevalensi Penyakit Hipertensi Penduduk Di

Indonesia dan Faktor Yang Beresiko, Buletin Penelitian Sistem Kesehatan.

Syamsudin. (2011). Buku Ajar Farmakoterapi Kardiovaskular Dan Renal.

Salemba Medika:Jakarta

Triyanto. E, (2014). Pelayanan Keperawatan bagi Penderita Hipertensi Secara

Terpadu, cetakan pertama, graha ilmu, Yogyakarta.

Udjianti, Wajan Juni. (2010). Keperawatan Kardiovaskular. Salemba Medika:

Jakarta

Richards, T, dkk. (2007). The effect of music therapy on patients’ perception and

manifestation of pain, anxiety, and patient satisfaction.

Ritu Jain. (2011). Pengobatan Alternatif untuk Mengatasi Tekanan Darah. Jakarta

: Gramedia

Simon, (2008), What is Blood Pressure?, Harvard Medical School, Physician

(20)

Suherly, dkk. (2012). Perbedaan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi

Sebelum dan Sesudah Pemberian Terapi Musik Klasik di RSUD Tugurejo

Semarang

Triyanto, Endang (2014). Pelayanan Keperawatan bagi Penderita Hipertensi

Secara Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Widharto. (2007). Bahaya Hipertensi. Jakarta: Sunda Kelapa Pustaka

Yakin. (2010). Pengaruh Terapi Musik Terhadap Tekanan Darah. Semarang:

(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) “Terapi Musik”

Tujuan Pelaksanaan Terapi Musik :

a. Klien mampu mengenali musik yang didengar

b. Klien memberi respon terhadap musik

c. Klien mampu menceritakan perasaannya setelah mendengarkan musik

d. Klien mampu Memperbaiki kondisi stress, emosional, dan kesehatan

spiritual

Instrumen :

a. Handphone

b. Eardphone

Metode :

a. Diskusi

b. Sharing persepsi

Langkah Persiapan Kegiatan :

a. Membuat kontrak dengan klien yang sesuai dengan indikasi

b. Mempersiapkan alat.

Pre Interaksi

1. Identifikasi faktor atau kondisi yang dapat menyebabkan kontra indikasi

2. Siapkan alat

Tahap Orientasi

1. mengucapkan salam

2. Memperkenalkan diri

3. Identifikasi klien

4. Jelaskan maksud dan tujuan tujuan, prosedur, dan lamanya tindakan pada

klien/keluarga

(35)

4. Menetapkan ketertarikan klien terhadap musik

5. Identifikasi pilihan musik klien

6. Berdiskusi dengan klien dengan tujuan berbagi pengalaman dalam musik

7. Bantu klien untuk memilih posisi yang nyaman

8. Batasi stimulasi eksternal seperti cahaya, suara, pengunjung, panggilan

telepon selama mendengarkan musik

9. Dekatkan media musik dan perlengkapan dengan klien

10.Pastikan media musik dan perlengkapan dalam kondisi baik

11.Nyalakan musik dan lakukan terapi musik

12.Pastikan volume musik sesuai dan tidak terlalu keras

13.Menetapkan perubahan pada perilaku dan/atau fisiologi yang diinginkan

seperti relaksasi,stimulasi, konsentrasi.

14.Biarkan responden mendengarkan musik sampai selesai ± 15menit.

Terminasi

1. Evaluasi perasaan responden setelah melakukan terapi

2. Evaluasi hasil kegiatan (kenyamanan klien)

3. Simpulkan hasil kegiatan

4. Berikan umpan balik positif

5. Kontrak pertemuan selanjutnya

6. Bereskan alat-alat

Dokumentasi

1. Catat hasil kegiatan didalam catatan keperawatan - Keluhan utama -

Tindakan yang dilakukan (terapi musik) - Lama tindakan - Jenis terapi

musik yang diberikan - Reaksi selama setelah terapi pemberian terapi

(36)
(37)
(38)
(39)

Nama Responden :

Umur :

Jenis Kelamin :

Keterangan:

0 : Tidak ada atau tidak pernah

1 : Sesuai dengan yang dialami sampai tingkat tertentu, atau kadang-kadang

2 : Sering

3 : Sangat sesuai dengan yang dialami, atau hampir setiap saat.

No. Aspek Penilaian 0 1 2 3

1. Menjadi marah karena hal-hal kecil/sepele

2. Cenderung bereaksi berlebihan pada situasi

3. Kesulitan untuk relaksasi/bersantai

4. Mudah merasa kesal

5. Merasa banyak menghabiskan energi karena cemas

6. Tidak sabaran

(40)

8. Sulit untuk beristirahat

9. Mudah marah

10. Kesulitan untuk tenang setelah sesuatu yang mengganggu

11. Sulit mentoleransi gangguan-gangguan terhadap hal yang sedang dilakukan

12. Berada pada keadaan tegang

13.

Tidak dapat memaklumi hal apapun yang

menghalangi anda untuk menyelesaikan hal yang

sedang Anda lakukan

14. Mudah gelisah

Tingkat Stress

Normal 0 – 14

Ringan 15 – 18

Sedang 19 – 25

Parah 26 – 33

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya kajian seperti ini, diharapkan satu Video Dokumentari Pendidikan (CD ROM) Pembelajaran Pengorganisasian yang baik dapat dihasilkan bagi meningkatkan lagi

Laadullinen tutkimukseni tarkastelee viimesijaisen toimeentulotuen hakemisen saamia merkityksiä toimeentu- lotukea hakeneiden aikuissosiaalityön asiakkaiden kertomana.

Al-Hayy, Yang Hidup Abadi atau yang kekal hidup-Nya adalah salah-satu dari nama terbaik Tuhan yang disebut dalam lima ayat al-Qur‟an seperti QS al-Fuqan 58 „Dan

10 Jika sekoci penolong yang memenuhi Peraturan 42 atau 43 yang ada di kapal, harus dilengkapi suatu rentang dewi-dewi yang dilengkapi dengan tali penyelamat dengan panjang

Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Lintas Sektor) Penguatan Upaya Promotif & Preventif: “Gerakan Masyarakat Hidup Sehat” Advokasi dan Regulasi Kampanye Hidup Sehat

Dalam kurun beberapa tahun, meskipun masih berupa serpihan, namun tampak upaya penelitian arkelogi Islam untuk menjangkau banyak dimensi dari data arkeologi Islam, misalnya

Sifat dampak adalah negatif dan bersifat cukup penting karena menyangkut kebutuhan tenaga kerja untuk kegiatan Pembuatan Minyak Herbal , apabila tidak dilakukan

Walaupun demikian, total rendemen, indeks bias refraktif, kejernihan, angka TBA dan kandungan asam laurat ketiga metoda ekstraksi tidak berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95