• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran - PERAN IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH (IPM) DALAM KEDISIPLINAN SISWA DI SMK MUHAMMADIYAH 1 PURWOKERTO - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran - PERAN IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH (IPM) DALAM KEDISIPLINAN SISWA DI SMK MUHAMMADIYAH 1 PURWOKERTO - repository perpustakaan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Peran

Istilah peran dalam kamus besar bahasa indonesia (2008: 854) mempunyai arti pemain sandiwara (film), tukang lawak dalam permainan makyong, perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat. Ketika istilah peran digunakan dalam lingkungan pekerjaan, maka seseorang yang diberi atau mendapat posisi, juga diharapkan menjalankan perannya sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pekerjaan tersebut.

Berdasarkan ulasan diatas dapat disimpulkan bahwa peran adalah fungsi dari seseorang dalam melaksanakan hak atau kewajibannya dalam suatu tatanan tertentu.

B. Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM)

1. Pengertian IPM

Ikatan Pelajar Muhammadiyah adalah sebuah organisasi otonom Muhammadiyah yang bergerak dalam dakwah Islam amar ma'ruf nahi munkar. Berdirinya Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) tidak lepas dari latar belakang berdirinya Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar sekaligus sebagai konsekuensi dari banyaknya

(2)

mendapat tantangan yang sangat berat untuk menegakkan dan menjalankan misinya. Oleh karena itu, IPM terpanggil untuk mendukung misi Muhammadiyah serta menjadi pelopor, pelangsung dan penyempurna perjuangan Muhammadiyah. Dengan demikian, kelahiran IPM mempunyai dua nilai strategis. Pertama, IPM sebagai aksentuator gerakan dakwah amar ma’ruf nahi mungkar di kalangan pelajar. Kedua, IPM

sebagai lembaga kaderisasi Muhammadiyah yang dapat membawa misi Muhammadiyah pada masa mendatang (Suroyo dan Harweli, 2011: 1).

Kiprah IPM/IRM pusat sebagai organisasi otonom Muhammadiyah adalah pada bidang pendidikan, agama, sosial, seni dan budaya, seperti melakukan program kerja nasional IPM dengan orientasi; meningkatkan partisipasi IPM dalam pembangunan nasional, dengan usaha antaralain: aktif dalam usaha menanggulangi drop out, menggalakkan kepramukaan, meningkatkan studi pelajar, dan menanggulangi kenakalan remaja dan pemberantasan penyalahgunaan narkotika. Mendukung program-program pemerintah dalam pembinaan dan pembangunan generasi muda dan juga meminta pada pemerintah untuk memperketat pengawasan dan pengedaran film serta media lain yang memuat gambar tidak senonoh demi menjauhkan generasi muda dari bahaya serta dalam bidang-bidang lainnya.

(3)

pertama perorangan dan kedua masyarakat. Dakwah pada bidang pertama terbagi kepada dua golongan:

1) Kepada yang telah Islam bersifat pembaharuan (tajdid) berdasarkan pada nilai-nilai ajaran Islam.

2) Kepada yang belum Islam, bersifat seruan dan ajakan untuk mengikuti nilai-nilai ajaran Islam.

Adapun dakwah amar makruf nahi munkar kedua ialah kepada masyarakat, bersifat perbaikan, bimbingan, dan peringatan. Kesemuanya itu dilaksanakan bersama dengan bermusyawarah atas dasar takwa dan mengharap keridhaan Allah semata. Dengan ini diharapkan dapat membentuk pelajar muslim yang berilmu, berakhlak mulia, dan terampil sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya di kalangan pelajar (http://ipm-sambungjawa.blogspot.co.id).

2. Maksud dan Tujuan IPM

(4)

berkaitan dengan sikap, nilai-nilai, ketertarikan, perasaan, apresiasi dan menyesuaikan perasaan sosial. Hal tersebut terdeskripsi dalam bentuk pelajar yang berakhlak mulia. Aspek psikomotorik merupakan aspek yang berkaitan dengan keterampilan yang bersifat manual dan motorik, ini tercermin dalam wujud pelajar yang terampil. Pelajar yang memiliki ketiga kemampuan tersebut juga belum cukup jika tidak digunakan untuk menegakkan dan menjunjung tinggi nilai-nilai ajaran Islam (http://ipmketapang.blogspot.co.id).

B. Kedisiplinan Siswa 1. Pengertian Disiplin

Disiplin berasal dari kata latin discipulus, yang berarti siswa atau murid. Dalam perkembangan selanjutnya, kata ini mengalami perubahan bentuk dan perluasan arti. Kata ini antara lain berarti ketaatan, metode pengajaran, mata pelajaran, dan perlakuan yang cocok bagi seorang murid atau pelajar. Di bidang psikologi dan pendidikan, kata ini berhubungan dengan perkembangan, latihan fisik, mental, serta kapasitas moral anak melalui pengajaran dan praktek. Sehubungan dengan definisi tersebut, kata ini juga berarti hukuman atau latihan yang membetulkan serta kontrol yang memperkuat ketaatan. Menurut Poerwadarminta, disipilin adalah “latihan watak dan batin agar segala perbuatan seseorang sesuai dengan peraturan yang ada” (Unaradjan, 2003: 8).

(5)

tentang tingkah laku dalam pribadi murid dan bentuk kebiasaan dalam diri mereka, tunduk dan patuh dengan sebenar-benarnya pada aturan-aturan yang sesuai dengan prinsip pendidikan yang sesungguhnya yaitu inti yang dijalankan pada setiap aktivitas sekolah.

Dalam prakteknya, disiplin sering ditafsirkan sama dengan hukuman dan upaya pengendalian perilaku seseorang, khususnya anak. Dengan pengertian seperti ini, pengertian disiplin, selalu dihubungkan dengan sikap yang tegas dan keras dari hukuman (Punishment) yang diberikan sebagai alat yang efektif untuk menegakkan disiplin, yaitu agar anak dapat bertingkah laku sesuai aturan atau tata tertib yang berlaku (Wantah, 2005 : 140).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan adalah kondisi yang tercipta melalui proses yang disengaja demi menciptakan manusia yang taat dan patuh terhadap aturan yang dapat meningkatkan kualitas keperibadian seseorang.

2. Tujuan Disiplin

Disiplin diri merupakan substansi esensial di era globalisasi untuk dimiliki dan dikembangkan oleh anak karena dengannya ia dapat memiliki kontrol internal untuk berperilaku yang senantiasa taat moral. Dengan demikian, anak tidak hanyut oleh arus globalisasi, tetapi sebaliknya ia mampu mewarnai dan mengakomodasi (Sochib, 2010 : 12).

(6)

kebebasan siswa dalam melakukan perbuatan sekehendaknya, akan tetapi hal itu tidak lebih sebagai tindakan pengarahan kepada sikap yang bertanggung jawab dan mempunyai cara hidup yang baik dan teratur. Sehingga dia tidak merasakan bahwa disiplin merupakan beban tetapi disiplin merupakan suatu kebutuhan bagi dirinya menjalankan tugas sehari-hari (Yasin : 127).

Dalam belajar disiplin sangat diperlukan, disiplin dapat melahirkan semangat menghargai waktu, bukan menyia-nyiakan waktu, dan masalah semangat juga penting dalam belajar. Jika seseorang mempunyai semangat yang tinggi untuk berbuat dan bekerja, maka otomatis ia akan dapat mengusir, menghilangkan rintangan seperti malas, santai, bosan, melamun dan sebagainya. Disiplin adalah kekuatan yang tidak tampak dan penyatuan antara kedisiplinan dan semangat melahirkan tenaga pendorong dalam perwujudan tata tertib, dengan gairah kerja yang rela berkorban demi perjuangan dalam menggapai sebuah cita-cita yang didamba (Djaramah, 2002, dikutip oleh Listati, 2016: 19).

3. Unsur-unsur Disiplin

(7)

a. Peraturan

Peraturan adalah ketentuuan-ketentuan yang telah ditetapkan untuk menata tingkah laku seseorang dalam suatu kelompok, organisasi, institusi, atau komunitas. Begitu juga di sekolah yang mempunyai aturan-aturan dan tata tertib. Misalnya penggunaan seragam sekolah, penggunaan buku, pembayaran uang sekolah, dan penggunaan peralatan sekolah. Juga mengenai peraturan mengenai apa yang harus dan tidak boleh dilakukan siswa sewaktu di dalam kelas, kantor sekolah, kantin sekolah, kamar kecil, atau lapangan sekolah. b. Kebiasaan-kebiasaan

Disamping aturan-aturan yang bersifat positif dan formal, adapula kebiasaan-kebiasaan (habit) sosial yang tidak tertulis. Meskipun tidak tertulis kebiasan-kebiasaan ini telah menjadi semacam keharusan sosial dan kewajiban setiap anggota masyarakat untuk melakukannya. Kebiasaan tersebut telah menjadi kultur masyarakat, misalnya kebiasaan buang air kecil dan air besar di WC.

c. Hukuman

(8)

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kedisiplinan

Menurut Muhammad Tholhah Hasan ada beberapa hal yang mempengaruhi disiplin moral antara lain:

a. Berkurangnya tokoh panutan dalam kehidupan sehari-hari yang dapat dijadikan tauladan dalam bersikap dan berperilaku.

b. Dunia pendidikan kita lebih memperhatikan intelektualisasi nilai-nilai agama dan moral.

c. Melemahnya sanksi terhadap pelanggaran, baik yang berupa sanksi moral, sanksi sosial maupun sanksi judicial.

d. Pengaruh jelek dari kebiasaan dan kebudayaan luar yang dengan leluasa dan hampir tanpa penyaringan masuk di negara kita, yang secara mudah

ditiru oleh masyarakat yang sedang mengalami tranformasi dan didukung

oleh fasilitas yang memadai (Eniyawati, 2014 : 272).

5. Faktor – Faktor yang Membentuk Kedisiplinan

Menurut Tu’u (Sa’diyah, 2015: 32) ada beberapa faktor yang

membentuk disiplin, adalah sebagai berikut;

a. Kesadaran diri sebagai pemahaman diri bahwa disiplin dianggap penting bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya. Selain itu, kesadaran menjadi motif kuat terwujudnya disiplin.

b. Pengikutan dan keta’atan sebagai langkah penerapan dan praktik atas peraturan-peraturan yang mengatur perilaku individunya.

(9)

d. Hukuman sebagai upaya menyadarkan, mengoreksi dan meluruskan yang salah hingga orang kembali pada perilaku yang sesuai dengan harapan.

Ada pula faktor yang dapat berpengaruh pada pembentukan disiplin individu, sebagai berikut:

a. Teladan

Perbuatan dan tindakan kerap kali lebih besar pengaruhnya dibandingkan dengan kata-kata. Pendidikan dengan teladan berarti pendidikan dengan memberi contoh, baik berupa tingkah laku, cara, berfikir, dan sebagainya.

b. Lingkungan berdisiplin

Seseorang dapat juga dipengaruhi oleh lingkungan. c. Latihan disiplin

Disiplin dapat dicapai dan dibentuk melalui proses latihan dan kebiasaan (Tu’u, dikutip oleh Sa’diyah, 2015: 32)

6. Cara-cara Menanamkan Kedisiplinan

Ada beberapa langkah untuk mengembangkan disiplin yang baik kepada siswa, antara lain adalah sebagai berikut :

a. Perencanaan, ini meliputi membuat aturan dan prosedur dalam menentukan konsekuensi untuk aturan yang dilanggar.

(10)

c. Salah satu cara yang terbaik adalah mencegah masalah dari semua kejadian. Hal ini menuntut guru untuk dapat mempertahankan disiplin dan komunikasi yang baik.

d. Mersepon secara tepat dan konstruktif ketika masalah timbul. (Djiwandono, 2008: 303)

7. Disiplin dalam Pandangan Islam

Disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk kepada keputusan, perintah dan peraturan yang berlaku. Dengan kata lain, disiplin adalah sikap mentaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkantanpa pamrih. Dalam ajaran Islam banyak ayat Al Qur’an dan hadis yang memerintahkan disiplin dalam arti ketaatan pada peraturan yang telah ditetapkan, antara lain surat An Nisa ayat ayat 59 :





Artinya : Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

(11)

pantang mundur dalam kebenaran, dan rela berkorban untuk kepentingan agama dan jauh dari sifat putus asa. Perlu kita sadari bahwa betapa pentingnya disiplin dan betapa besar pengaruh kedisiplinan dalam kehidupan, baik dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa maupun kehidupan bernegara.

Berdasarkan uraian diatas disiplin merupakan salah satu sifat dari orang yang bertakwa. Disiplin merupakan salah satu ciri orang yang berakhlakul karimah.

8. Penelitian Terdahulu

a. Jurnal pendidikan berjudul “Peran Kepala Sekolah dalam Pelaksanaan Budaya Disiplin Siswa di SMP 1 N Krembung Kabupaten sidoarjo”

Tujuan penelitian ini untuk mendiskripsikan peran kepala sekolah d alam pelaksanaan budaya disiplin siswa di SMP Negeri 1 Krembung Kabupaten Sidoarjo. (1) Pelaksanaan budaya disiplin siswa di SMPN 1 Krembung Sidoarjo; (2) Faktor Penghambat dan pendukung pelaksanaan budaya disiplin siswa di SMPN 1 Krembung Sidoarjo; (3) Strategi kepala sekolah dalam pelaksanaan budaya disiplin siswa di SMPN 1 Krembung Sidoarjo.

(12)

dilakukan dengan mereduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : 1) Pelaksanaan budaya disiplin di SMPN 1 Krembung Sidoarjo yaitu dengan melakukan berbagai kegiatan untuk penegakkan disiplin siswa yaitu pelaksanaan budaya disiplin dalam keseharian siswa di sekolah, pelaksanaan budaya disiplin di dalam kelas dan pembuatan program tim PDS (Penegak Disiplin Siswa), 2) faktor penghambat dan pendukung dalam pelaksanaan budaya disiplin siswa di SMPN 1 krembung Sidoarjo yaitu adapun faktor penghambatnya yaitu kesadaran siswa sendiri, orang tua siswa, 3) Strategi kepala sekolah dalam peningkatan budaya disiplin siswa di SMPN 1 krembung Sidoarjo yaitu kepala sekolah mensosialisasikan dan memberikan informasi kepada orang tua mengenai penegakkan disiplin siswa, membentuk tim penegak disiplin sekolah, membuat berbagai kegiatan dan program untuk pengembangan diri siswa yang bertujuan untuk menambah wawasan dan meningkatkan kemampuan siswa baik dalam bidang akademi maupun non akademi siswa, melakukan evaluasi dan pengawasan terus menerus yang melibatkan semua warga sekolah.

(13)

kepala sekolah, berbeda dengan penelitian ini dimana subyeknya adalah Ikatan Pelajar Muhammadiyah.

b. Penenlitian berjudul “Efektivitas Pengkaderan Taruna Melati Ikatan Pelajaran Muhammadiyah Cabang Patikraja Dalam Membentuk Karakter siswa” (Muhammad Syaiful Haq) peneliti menyimpulkan

siswa yang telah mengikuti trauna melati 1 mengalami peningkatan sikap dan karakternya setelah mengikuti mendapatkan materi aqidah islam, ibadah, remaja muslim, kemuhammadiyahan, ke-IPM-an, keorganisasian dan akhlak.

Persamaan dengan penelitian yang akan peneliti buat adalah terkait subyek penelitian yakni Ikatan Pelajar Muhammadiyah, namun berbeda pada tujuan penelitiannya. Jika penelitian sebelumnya bertujuan menegetahui efektivitas pengkaderan taruna melati, berbeda dengan penelitian ini dimana bertujuan mengetahui peran Ikatan Pelajar Muhammadiyah dalam kedisiplinan siswa.

c. Penelitian yang berjudul “Peran Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam Meningkatkan Kedisiplinan Peserta Didik Mematuhi Tata Tertib Sekolah” (Siti Sa’diyah, 2015) peneliti

(14)

variabelnya yakni kedisiplinan, namun berbeda pada subyek penelitian. Jika penelitian sebelumnya yang menjadi subyek penelitian adalah Guru Pendidikan Kewarganegaraan, berbeda dengan penelitian ini dimana subyeknya adalah Ikatan Pelajar Muhammadiyah.

Sejauh penelusuran yang peniliti lakukan belum ada satupun penelitian yang sama dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis yang berjudul “Peran Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM ) Dalam

Referensi