• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Bangunan Gedung - BAB II ILHAM FIRMANSYAH TI'15

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Bangunan Gedung - BAB II ILHAM FIRMANSYAH TI'15"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

A. Bangunan Gedung

Dinegara-negara berkembang dimana penguasaan teknologi dan sumber daya manusia yang masih sngat terbatas, faktor kesalahan perencanaan masih sangat besar pengaruhnya dalam kegagalan bangunan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Oyewande di Nigeria, kegagalan bangunan disebabkan kelasalahan perencanaan (50%), kesalahan pelaksanaan (40%), dan kegagalan akibat material yang jelek (10%) (Oyewande dalam Ayinoula dan Olalusi, 2004).

Rehabilitasi bangunan gedung merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh pemilik atau pengelola gedung untuk menjamin kenyamanan dan keselamatan pengguna gedung. Rehabilitasi bangunan gedung merupakan faktor yang penting guna menjaga kelanjutan gedung dikemudian hari. Dalam membuat aplikasi rehabilitasi bangunan gedung adalah hal penting untuk mengidentifikasi kerusakan yang terjadi pada gedung tersebut terlebih dahulu.

(2)

pemeliharaan bangunan gedung guna mempertahankan keandalan komponen-komponen gedung.

Beberapa peneliti tentang penentuan prioritas pemeliharaan bangunan gedung yang pernah dilakukan. Darmawan (2005) melakukan penelitian tentang penentuan skala prioritas dalam pengelolaan sarana dan prasarana gedung perkantoran pemerintahan Kabupaten Tenggamus. Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) digunakan untuk menghitung bobot fungsionalnya. Penentuan prioritas berdasarkan kondisi bangunan. Untuk menilai kondisi bangunan dilakukan dengan menghitung nilai indeks kondisi bangunan yang merupakan penggabungan dua atau lebih nilai kondisi dikalikan dengan bobotnya (Composit Condition Index). Hasil penelitian menunjukan prioritas prioritas penganan bangunan yaitu Dinas Permukiman dan Prasaran Daerah 88.72%, Dinas Perhubungan 89.8%, Badan Pendidikan dan Pelatihan 91.69%, Badan Perencanaan Daerah 95.29% dan Badan Pengawasan Daerah 97.38%.

(3)

ruang kantor dari 4 ruang yang ada yaitu ruang dewan guru, ruang tata usaha dan ruang kepala sekolah serta wakil kepala sekolah.

Seputro (2008) meneliti tentang sistem untuk menentukan prioritas rehabilitasi bangunan gedung sekolah SMPN 1 Pakem Yogyakarta. Sistem pengambilan keputusan untuk menentukan prioritas rehabilitasi menggunakan metode AHP. Kriteria yang menjadi acuan yaitu indeks kondisi bangunan dan besarnya biaya yang diperlukan untuk pemeliharaan bangunan agar kembali ke kondisi semula. Indeks kondisi bangunan menggambarkan kondisi bangunan pada saat penelitian, angka 100 menunjukan bangunan dalam kondisi baik sekali dan angka 0 menunjukan bangunan dalam keadaan runtuh. Hasil penelitian menunjukan prioritas penanganan berdasarkan kerusakan yaitu ruang kelas VIII A, ruang pantri, KM/WC, ruang kelas VII C, ruang kelas VII B. Prioritas penanganan berdasarkan indeks kerusakan dan biaya pemeliharaan didapat dari prioritas penanganan yaitu ruang kelas VIII A, ruang laboratorium IPA, ruang kelas III A, ruang kelas III C, dan ruang kelas VIII B.

Dalam penelitian ini, beberapa kriteria yang akan dimasukkan diantaranya tingkat kerusakan bangunan gedung, umur bangunan gedung dan lokasi bangunan gedung.

(4)

kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan sosial, kegiatan usaha, kegiatan belajar mengajar, maupun kegiatan khusus.

Struktur bangunan gedung bagian dari bangunan yang tersusun dari komponen-komponen yang dapat bekerjasama secara satu kesatuan. Struktur bangunan gedung harus mampu berfungsi menjamin kekuatan, stabilitas, keselamatan, dan kenyamanan bangunan gedung terhadap segala macam beban. Struktur harus dapat menahan beban terencana maupun beban tak terduga. Struktur bangunan gedung juga harus mampu menahan bahaya lain dari kondisi sekitarnya seperti tanah longsor, intrusi air laut, angin kencang, tsunami, dan lain sebagainya.

Seiring dengan bertambahnya usia bangunan dan pengaruh lingkungan disekitarnya, maka kinerja dari gedung tersebut akan semakin menurun. Selain faktor umur bangunan, banyak faktor lain yang menyebabkan berkurangnya kemampuan layan bangunan. Beberapa penelitian telah dilakukan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan kualitas bangunan. Kerusakan yang terjadi pada gedung dapat disebabkan oleh perencanaan yang salah, kesalahan pabrikasi, kesalahan pada proses konstruksi dan sebagian kecil disebabkan oleh ketidaktepatan pengoperasian dan kurangnya pemeliharaan.

(5)

hujan, adanya kelemahan koordinasi antara pihak pengawas, kontraktor dan sub kontraktor (Watt, 1999).

Kerusakan yang terjadi pada bangunan gedung selain disebabkan oleh faktor-faktor diatas, sering juga disebabkan oleh gempa dan faktor biologi. Sebagai negara tropis yang memiliki kelembaban udara yang tinggi, Indonesia sangat cocok untuk berkembang biaknya mahluk hidup yang dapat merusak gedung. Bahan bangunan yang sering diserang terutama yang berbahan kayu. Mahluk hidup yang sering merusak kayu adalah jamur pembusuk, rayap, serangga bubuk serta cacing penggerek kayu (Suranto, 2002).

1. Perencanaan pemanfaatan bangunan gedung

Daur hidup bangunan merupakan suatu siklus hidup bangunan yang dimulai dari proses prakonstruksi, proses konstruksi, hingga pasca konstruksi. Proses Prakonstruksi terdiri dari: Pengumpulan data, Analisa, Rancangan Skematik, Konsep Rancangan, Gambar Prarencana, Pengembangan Rancangan dan Gambar Kerja, Dokumen Konstruksi. Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Proses Prakonstruksi tersebut meliputi: Perencanaan Ruang Mekanikal dan Elektrikal, Aksebilitas, Orientasi Bangunan, Pemilihan Bahan, Analisa Resapan Air, Pemilihan Perlengkapan / Peralatan Bangunan, Pengkodisian Udara, Pengolahan Limbah dan Air, Instalasi Listrik dan Air, Analisa Dampak Lingkungan.

(6)

Konstruksi, Melakukan Pemeliharaan Konstruksi Sampai Masa Serah Terima Kedua. Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Proses Konstruksi meliputi; Mutu, Waktu dan Biaya, Kesehatan Kerja, Gambar Bangunan, Pemeriksaan Teknis, Konsep Manual Pemeliharaan.

Proses Pasca Konstruksi terdiri dari; Melakukan Pendataan, Perencanaan dan Penjadwalan Rehabilitasi, Pelaksanaan Pekerjaan Rehabilitasi, Membuat Laporan Rehabilitasi dan Pengoperasian Bangunan Gedung. Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Proses Pasca Konstruksi meliputi; Manual Pemeliharaan, Pembersihan Berkala, Pemeriksaan Berkala, Pemeliharaan Berkala, Perawatan Berkala, Penggantian Suku Cadang, Perbaikan Bangunan, Renovasi Bangunan, Latihan Penanggulangan Bahaya, Latihan Evakuasi, Pelaporan, Peningkatan Mutu SDM.

Konsep rehabilitasi bangunan meliputi; Aktivitas Pengelolaan yang terdiri dari pengelolaan harta benda dan pengelolaan lainnya. Pengelolaan harta benda terdiri dari pengelolaan rehabilitasi dan pengeolaan properti. Skema Rehabilitasi Bangunan Gedung ditunjukan dalam Gambar 1.

Gambar 1. Skema Rehabilitasi Bangunan Gedung

(7)

tidak langsung. Dalam tindakan perbaikan dilakukan dalam rangka peningkatan kualitas maupun tindakan darurat yang bersifat sementara.

2. Sistem rehabilitasi bangunan gedung

Dalam sistem rehabilitasi bangunan gedung, sesuai dengan pelatihan SLF tahun 2009 yang diselenggarakan oleh Himpunan Ahli Perawatan Bangunan Indonesia meliputi:

1. Komponen Arsitektural 2. Komponen Struktural

3. Komponen Mekanikal, Elektrikal, dan Utilitas 4. Komponen Ruang Luar

5. Komponen Aksesibilitas 6. Sistem Manajemen Tata Graha

3. Kerusakan bangunan gedung

Kerusakan bangunan adalah tidak berfungsinya bangunan atau komponen bangunan akibat penyusutan atau berakhirnya umur bangunan, atau akibat ulah manusia atau perilaku alam seperti beban fungsi yang berlebih, kebakaran, gempa bumi, atau sebab lain yang sejenis.

(8)

1. Kerusakan Ringan

Kerusakan ringan adalah kerusakan terutama pada komponen non-struktural, seperti penutup atap, langit-langit, penutup lantai dan dinding pengisi dan lain-lain.

2. Kerusakan Sedang

Kerusakan sedang adalah kerusakan pada sebagian besar komponen bangunan, baik struktural maupun non-struktural, seperti struktur atap, lantai, dan lain-lain.

3. Kerusakan Berat

Kerusakan berat adalah kerusakan pada sebagian besar komponen bangunan, baik struktural maupun non-struktural yang apabila setelah diperbaiki masih dapat berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya.

a. Penyebab kerusakan bangunan gedung

Menurut Rahmadi (2010), kerusakan-kerusakan bangunan gedung dapat disebabkan oleh:

a) Faktor umum bangunan, deteriorasi mutu bahan bangunan akibat creep/shringkage, fatique, radiasi sinar matahari, dan korosi.

b) Faktor kondisi tanah dan air, differential settlement pada pondasi, up lift pada landasan lantai basemen.

c) Faktor angin. d) Faktor gempa bumi.

(9)

f) Faktor petir.

g) Faktor kualitas bahan bangunan. h) Faktor kualitas perencanaan. i) Faktor kualitas pelaksanaan. j) Faktor alih fungsi bangunan. k) Faktor kebakaran.

Pada kenyataannya kerusakan yang terjadi pada bangunan gedung biasanya tidak hanya terjadi disebabkan oleh satu sebab saja, melainkan gabungan dari beberapa penyebab. Misalkan sering terjadi kerusakan pada bangunan gedung terjadi akibat kesalahan pada perancanaan dan pelaksanaan sekaligus.

b. Jenis dan tipe kerusakan bangunan gedung

(10)

Tabel 1. Jenis dan Tipe Kerusakan Bangunan Gedung Berdasarkan Komponen Arsitekturnya (Amri, 2005)

NAMA

KOMPONEN BAHAN-BAHAN TIPE KERUSAKAN

Atap Genteng Genteng keramik, genteng beton, genteng logam, genteng kaca.

Retak, pecah, bocor, rembesan, karat Atap Lembaran Seng, aluminium, serat, logam

ringan

Talang dan Jurai Seng lembaran, polimer Lapuk, karat, bocor, sobek

Penutup Lantai Plesteran, beton tumbuk, ubin PC, teraso, keramik, marmer, vynil, parket, papan, plywood Penutup Plapon Bahan organik, asbes, plywood,

gypsum, GRC, lembar aluminium, akustik

Terlepas, lendut, retak, pecah, hancur, gelombang, luntur Kusen Kayu, aluminium, baja, PVC, beton Bubuk, sobek, lepas,

karat,retak, busuk Jendela Kayu, aluminium, polimer, seng,

baja

Besi, baja, logam campuran, kuningan

Karat, copot, pecah, sulit dikunci

Kaca Kaca biasa, kaca warna, kaca es, kaca seni

Pecah, retak, getar Pengecatan Kapur padam, cat emulsi, cat

acrylic, cat minyak

Retak , mengelupas, belang-belang Rabat beton Semen, pasir, kerikil Amblas, retak,

hancur

(11)

Tabel 2. Jenis dan Tipe Kerusakan Bangunan Gedung Berdasarkan Komponen Strukturnya (Amri, 2005)

NAMA

KOMPONEN BAHAN-BAHAN TIPE KERUSAKAN

Pondasi Beton, pasangan batu, pasangan bata

Pecah, penurunan, tergerus, patah

Sloof Beton bertulang Retak, patah

Kuda-kuda kayu WF, baja siku, kanal, baja ringan, baja pipa bulat

Kayu, baja, aluminium Patah, lapuk, terjatuh, serangan serangga

Dinding Pengisi Pasangan bata, panel pracetak, kayu, batako, gypsum, GRC, teakwood

Retak, melendut

Lantai Kayu, beton, panel pracetak Retak, melendut, spalling, karat tulang

Balok Beton bertulang Keropos,retak, lendut,

mengelupas, patah

Kolom Beton bertulang Retak, patah, keropos,

lapuk, patah joint, runtuh

Jenis kerusakan yang sering terjadi pada bangunan gedung berdasarkan pada komponen Utilitasnya bisa dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jenis dan Tipe Kerusakan Bangunan Gedung Berdasarkan Komponen Utilitasnya (Amri, 2005)

NAMA

KOMPONEN BAHAN-BAHAN TIPE KERUSAKAN

Saluran air kotor dan air hujan

Keramik, beton, logam, PVC Bau, pecah, bocor, tersumbat, karat Saluran Air Bersih Pipa PVC, keran air, pompa air,

bak air, tanki air

Pecah, bocor, pudar, tersumbat, karat Pekerjaan Listrik Kabel, pipa, armature Terkelupas, terbakar,

(12)

4. Survei kondisi bangunan gedung

Kegiatan survei atau pemeriksaan kondisi bangunan perlu dilakukan dengan tujuan agar pemeliharaan terhadap bangunan gedung dapat berjalan secara efisien dan efektif.

Pada prinsipnya pemeriksaan bangunan gedung bisa digolongkan menjadi 3 macam, yaitu pemeriksaan untuk pendataan asset, pemeriksaan rutin atau berkala, dan pemeriksaan khusus.

Pemeriksaan pendataan asset dilakukan guna mendaftarkan gedung baru untuk dilaporkan dalam rangka tertib administrasi asset bangunan gedung negara.

Pemeriksaan berkala adalah kegiatan pemeriksaan keandalan seluruh atau sebagian bangunan gedung, komponen, bahan bangunan, dan atau prasarana dan sarananya dalam tenggang waktu tertentu guna menyatakan kelaikan fungsi bangunan gedung.

Pemeriksaan rutin atau berkala yang dilakukan secara berkala terhadap bangunan gedung dapat memberikan informasi tentang kerusakan yang terjadi pada bangunan gedung sejak dini, sehingga dapat segera dilakukan perbaikan. Dengan adanya penanganan kerusakan sejak dini, dapat mencegah terjadinya peningkatan volume kerusakan, sehingga dapat mengefisienkan biaya pemeliharaan.

(13)

dilakukan penyelidikan disertai dengan penelitian mendetail dengan bantuan alat-alat tertentu atau penelitian lanjut di laboratorium. Alur kegiatan survei bangunan gedung ditunjukan dalam Gambar 2.

(14)

Pemeriksaan bangunan gedung secara umum dapat dilakukan dengan 2 cara, antara lain:

1. Pemeriksaan dengan cara tidak merusak (Non destructive test)

Pada pemeriksaan ini, alat bantu yang digunakan tidak sampai merusak komponen bangunan yang ada. Jenis-jenis pemeriksaan non destruktif dapat dilihat dalam Tabel 4.

Tabel 4. Metode Non destruktif (Amri, 2005)

NO METODE PENGGUNAAN

1 Pemeriksaan Visual Pengamatan pola retak, pengelupasan, scalling, korosi, atau cacat pelaksanaan 2 Pemeriksaan dengan alat

radiograpi

Mendeteksi kemungkinan timbulnya retakan atau mutu pengelasan apda bangunan baja

3 Pemeriksaan dengan dial gauge atau peralatan pengukur regangan khusus (electrical strain gauge)

Pemeriksaan regangan dan lendutan pada bangunan baja

4 Pemeriksaan dengan alat Portabel Corrosion meter

Pengukuran tingkat korosi pada baja tulangan didalam beton

5 Pengujian dengan palu beton (Schmid’s hammer test)

Pengukuran mutu kuat tekan beton

6 Pengujian dengan alat penetrasi Windsor probe

Pengukuran mutu kuat tekan beton 7 Pengujian dengan alat

ultrasonic pulse velocity test

Mengetahui mutu beton dan prediksi adanya retakan dan kedalaman retakan 8 Pengujian dengan Impact

echo

Menentukan berbagai kerusakan dalam elemen beton seperti retak, rongga 9 Pemeriksaan dengan R bar

meter

Mengetahui kedalaman posisi tulangan dan jarak antar tulangan

10 Pemeriksaan dengan radioaktif

Mencari kebocoran pada beton 11 Pengukuran dengan

theodolite dan water pass

Mengukur kemiringan atau penurunan bangunan eksisting

12 Pengukuran dengan covermeter

(15)

2. Pemeriksaan dengan cara merusak (Destructive test)

Pengujian destruktif dilakukan dengan mengambil ebagian komponen bangunan, misalkan komponen beton atau baja tulangan. Kemudian komponen ini diperiksa secara lebih teliti dengan bantuan alat di laboratorium.Metode pengujian destruktif diantaranya dalam Tabel 5.

Tabel 5. Metode Destruktif (Amri, 2005)

NO METODE PENGGUNAAN

1 Pengujian tensile strenght test pada baja

Mengetahui kuat tarik baja 2 Pemeriksaan dengan alat

radiograpi

Mengetahui mutu kuat tekan beton eksisting, modulus elastisitas 3 Pameriksaan dengan

larutan phenol phetalin

Pemeriksaan laju karbonasi pada beton yang terbakar

5. Persyaratan bangunan gedung

a. Persyaratan Administratif

1. Status hak atas tanah, dan atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah.

2. Status kepemilikan bangunan gedung. 3. Izin mendirikan bangunan gedung. b. Persyaratan Teknis

Persyaratan teknis bangunan gedung meliputi tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan gedung (UU RI NO. 28 tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung).

1. Persyaratan tata bangunan diantaranya:

a. Persyaratan peruntukan dan intensitas bangunan gedung b. Persyaratan arsitektur bangunan gedung

(16)

2. Persyaratan keandalan bangunan gedung diantaranya: a. Persyaratan bangunan keselamatan bangunan gedung b. Persyaratan kesehatan bangunan gedung

c. Persyaratan kenyamanan bangunan gedung d. Persyaratan kemudahan

6. Jenis Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung, kegiatan pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung dikategorikan menjadi :

a. Pemeliharaan bangunan gedung

Pemeliharaan bangunan gedung adalah kegiatan menjaga keandalan bangunan gedung beserta sarana dan prasarananya, agar bangunan gedung selalu laik fungsi (preventive maintenance). Pekerjaan pemeliharaan meliputi jenis pembersihan, perapihan, pemeriksaan, pengujian, perbaikan, dan/atau pergantian bahan atau perlengkapan bangunan gedung, dan kegiatan sejenis lainnya berdasarkan pedoman pengoperasian dan pemeliharaan bangunan gedung.

b. Perawatan bangunan gedung

(17)

penggantian bagian bangunan, komponen, bahan bangunan, dan/atau sarana dan prsarana berdasarkan dokumen rencana teknis perawatan bangunan gedung, dengan mempertimbangkan dokumen pelaksanaan konstruksi. Pekerjaan bangunan gedung dikategorikan menjadi :

1. Rehabilitasi

Memperbaiki bangunan yang telah rusak sebagian dengan maksud menggunakan sesuai dengan fungsi tertentu yang tetap, baik arsitektur maupun struktur bangunan gedung tetap dipertahankan seperti semula, sedang utilitas dapat berubah.

2. Renovasi

Memperbaiki bangunan yang telah rusak berat sebagian dengan maksud menggunakan sesuai fungsi tertentu yang dapat tetap atau berubah, baik arsitektur, struktur, maupun utilitas bangunannya.

3. Restorasi

Memperbaiki bangunan yang telah rusakberat sebagian dengan maksud menggunakan untuk fungsi tertentu yang dapat tetap atau berubah dengan tetap mempertahankan arsitektur bangunannya sedangkan struktur dn utilitas bangunannya dapat berubah.

B. Apliksi

(18)

C. Database

Menurut Andi (2007), database adalah sekumpulan file data yang saling berhubungan dan diorganisasi sedemikian rupa sehingga memudahkan untuk mendapat dan memproses data. Lingkungan system database menekankan data yang tidak bergantung (independen data) pada aplikasi akan menggunakan data. Data adalah kumpulan fakta dasar (mentah) yang terpisah.

D. Sistem Informasi Menejemen

Menurut George (2001) Sistem informasi manajemen adalah serangkaian sub-sistem informasi yang menyeluruh dan terkoordinasi dan secara rasional terpadu yang mampu mentrasformasi data sehingga menjadi informasi lewat serangkaian cara guna meningkatkan produktivitas yang sesuai dengan gaya dan sifat manajer atas dasar kriteria mutu yang telah di tetapkan.

E. UML (Unified Modeling Language)

UML adalah suatu model logika data atau proses yang dibuat untuk menggambarkan dariman asal data atau kemana tujuan data yang keluar dari sistem, dimana data disimpan, proses apa yang menghasilkan data tersebut dan interaksi antara data yang disimpan dan proses yang dikenakan pada data tersebut (Kristanto, 2003).

F. Borland Delphi 7

(19)

membangun aplikasi windows, Aplikasi grafis, aplikasi visual, bahkan aplikasi jaringan (client/server) dan berbasis internet.

G. SQL Server

Menurut Hartama (2001), Microsoft SQL Server merupakan sebuah sistem manajemen basis data relasional RDBMS (Relational DataBase Management System) yang sangat popular dil lingkungan Linux, namun tersedia juga pada Windows.

H. DSS (Decision Support Systems)

DSS adalah sistem informasi interaktif yang menyediakan informasi, pemodelan dan pemanipulasian data. Sistem ini digunakan untuk pengambilan keputusan dalam situasi yang semi terstruktur dan situasi yang tidak terstruktur, dimana tak seorangpun tahu secara pasti bagaimana keputusan seharusnya dibuat (Kusrini, 2007).

Menurut Gorry dan Scott-Morton’s, DSS adalah sekumpulan model dari prosedur untuk pemrosesan data dan penentuan (justifikasi) dalam membantu mengambil keputusan.

1. Karakteristik dan kemampuan DSS

Adapun karakteriktik dan kemampuan dari pada DSS adalah sebagai berikut: a. Pengambilan keputusan memiliki kendali menyeluruh terhadap semua

langkah pengambilan keputusan pada mesin DSS.

(20)

d. Mendayagunakan berbagai model (menyesuaikan strategi dan situasi keputusan).

e. Dilengkapi dengan pengetahuan (Untuk DSS tingkat Advance digunakan dalam menyelesaikan problematika yang sulit).

2. Komponen DSS

a. Manajemen Data

Basis data yang berisi data-data relevan untuk kondisi dan dikelola menggunakan DBMS. Managemen data meliputi: basis data DSS, sistem managemen basis data, direktori data, dan fasilitas query.

b. Managemen Model

Sepaket software yang menyediakan kemampuan analisis sistem dan terkait dengan managemen perangkat lunak. Managemen model meliputi: basis model, sistem managemen basis model, direktori model, eksekusi model, integrasi, dan command.

c. Komunikasi / User Interface

Penguna dapat berkomunikasi dengan perintah / command dari sub sistem, dalam hal ini menggunakan user interface (Graphics User Interface / GUI). User interface memegang peranan penting sebagai pengguna perangkat lunak dan hasil tampilan dari perangkat lunak. Pengguna sendiri meliputi:

(21)

b. Berdasarkan Klasifikasi kelas pengguna DSS secara umum sebagai kelompok spesialis (bidang / unit / pengetahuan tertentu) dan manager.

d. Manajemen Pengetahuan

Blok opsional yang bisa ditambahkan apabila ada sesuatu hal yang yang digunakan untuk mendukung sub sistem lainnya. Managemen pengetahuan meliputi: perlu adanya sistem pakar dengan melibatkan pakar pada bidang tertentu dan sistem pakar dikembangkan berdasarkan basis pengetahuan.

3. Model konseptual DSS

Gambar 3. Model Konseptual DSS

4. Multi Atribute Decision Making (MADM)

Secara umum, model Multi-Attribute Decision Making (MADM) dapat didefinisikan. Misalkan A = {ai | i = 1,...,n} adalah himpunan alternatif-alternatif

(22)

maka akan ditentukan alternatif x0 yang memiliki derajat harapan tertinggi

terhadap tujuan–tujuan yang relevan cj (Zimermann, 1991).

Janko (2005) memberikan batasan tentang adanya beberapa fitur umum yang akan digunakan dalam MADM, yaitu:

1. Alternatif, adalah obyek-obyek yang berbeda dan memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih oleh pengambil keputusan.

2. Atribut, sering juga disebut sebagai karakteristik, komponen, atau kriteria keputusan. Meskipun pada kebanyakan kriteria bersifat satu level, namun tidak menutup kemungkinan adanya sub kriteria yang berhubungan dengan kriteria yang telah diberikan.

3. Konflik antar kriteria, beberapa kriteria biasanya mempunyai konflik antara satu dengan yang lainnya, misalnya kriteria keuntungan akan mengalami konflik dengan kriteria biaya.

4. Bobot keputusan, bobot keputusan menunjukkan kepentingan relatif dari setiap kriteria, W = (w1, w2, ..., wn). Pada MADM akan dicari bobot

kepentingan dari setiap kriteria.

5. Matriks keputusan, suatu matriks keputusan X yang berukuran m x n, berisi elemen-elemen xij, yang merepresentasikan rating dari alternatif Ai

(i=1,2,...,m) terhadap kriteria Cj (j=1,2,...,n).

Masalah MADM adalah mengevaluasi m alternatif Ai (i=1,2,...,m)

terhadap sekumpulan atribut atau kriteria Cj (j=1,2,...,n), dimana setiap

(23)

1. Kriteria keuntungan adalah kriteria yang nilainya akan dimaksimumkan, misalnya: keuntungan, IPK (untuk kasus pemilihan mahasiswa berprestasi), dll.

2. Kriteria biaya adalah kriteria yang nilainya akan diminimumkan, misalnya: harga produk yang akan dibeli, biaya produksi, dll.

Pada MADM, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :

1. Matriks keputusan setiap alternatif terhadap setiap atribut, X, diberikan sebagai:

dengan xij merupakan rating kinerja alternatif ke-i terhadap atribut ke-j.

2. Nilai bobot yang menunjukkan tingkat kepentingan relatif setiap atribut, diberikan sebagai, W:

W = {w1, w2, ..., wn}

3. Rating kinerja (X), dan nilai bobot (W) merupakan nilai utama yang merepresentasikan preferensi absolut dari pengambil keputusan. 4. Masalah MADM diakhiri dengan proses perankingan untuk

mendapatkan alternatif terbaik yang diperoleh berdasarkan nilai keseluruhan preferensi yang diberikan.

5. Pada MADM, umumnya akan dicari solusi ideal.

(24)

Pada solusi ideal akan memaksimumkan semua kriteria keuntungan dan meminimumkan semua kriteria biaya.

I. Metode Weighted Product

1. Definisi metode weighted product

Metode yang penulis gunakan dalam menyelesaikan Multi Attribute Decision Making (MADM) adalah Metode Weighted Product (WP). Metode ini mirip dengan Metode Weighted Sum (WS), hanya saja metode WP terdapat perkalian dalam perhitungan matematikanya. Metode WP juga disebut sebagai analisis berdimensi karena struktur matematikanya menghilangkan satuan ukuran suatu objek data.

Metode Weighted Product (WP) adalah himpunan berhingga dari alternatif keputusan yang dijelaskan dalam beberapa hal kriteria keputusan. Jadi metode ini tidak perlu dinormalisasikan.

2. Langkah – langkah dalam metode weighted product

a. Menentukan tingkat prioritas bobot setiap kriteria ..., kemudian melakukan perbaikan bobot (Wj) menggunakan rumus berikut:

(25)

b. Membuat tabel bobot kriteria yang akan dipilih.

c. Menghitung vektor Si, dimana setiap data (Xij) akan dikalikan. Tetapi

sebelumnya melakukan proses pemangkatan dengan bobot dari kriterianya. Preferensi untuk alternative Si diberikan sebagai berikut :

dimana :

Si : Preferensi alternatif dianologikan sebagai vektor S

X : Nilai kriteria

W : Bobot kriteria/subkriteria i : Alternatif

j : Kriteria

n : Banyaknya kriteria dengan i=1,2,...,m

dimana wj = 1. W adalah pangkat bernilai positif untuk atribut keuntungan

dan bernilai negatif untuk atribut biaya.

d. Menghitung vektor Vi kemudian memilih nilai tertinggi sebagai alternatif

terbaik dalam pengambilan keputusan.

(26)

dimana :

V : Preferensi alternatif dianalogikan sebagai vektor V X : Nilai Kriteria

W : Bobot kriteria/subkriteria i : Alternatif

j : Kriteria

n : Banyaknya kriteria

* : Banyaknya kriteria yang telah dinilai pada vektor S

J. Pengembangan Sistem Pendukung Keputusan

Pembuatan Sistem Pendukung Keputusan Rehabilitasi Bangunan Gedung Universitas Muhammadiyah Purwokerto dibuat menggunakan bahasa pemroraman Delphi 7. Pengembangan untuk sistem pendukung keputusan yang digunakan adalah Scrum.

1. Definisi Scrum

(27)

2. Sejarah Scrum

Scrum pertama kali didefinisikan sebagai "strategi, pengembangan produk fleksibel holistik di mana tim pengembangan bekerja sebagai sebuah unit untuk mencapai tujuan bersama" sebagai lawan dari "pendekatan tradisional, sekuensial" pada tahun 1986 oleh Hirotaka Takeuchi dan Ikujiro Nonaka dalam "New New Produk Game Development ". kemudian berpendapat bahwa itu adalah bentuk "penciptaan pengetahuan organisasi, membawa hal yang baik tentang inovasi yang terus menerus, bertahap dan spiral".

Para penulis menggambarkan pendekatan baru untuk pengembangan produk komersial yang akan meningkatkan kecepatan dan fleksibilitas, berdasarkan studi kasus dari perusahaan-perusahaan manufaktur di industri otomotif, mesin fotokopi dan printer. Mereka menyebut holistik atau pendekatan rugby, karena seluruh proses dilakukan oleh satu tim lintas-fungsional di fase tumpang tindih beberapa, di mana tim "mencoba untuk pergi jarak sebagai satu unit, melewati bola bolak-balik".

Dalam rugby, sebuah scrum mengacu pada cara restart permainan setelah pelanggaran kecil. Pada awal 1990-an, Ken Schwaber digunakan apa yang akan menjadi Scrum di perusahaan itu, Metode Pengembangan Lanjutan, dan Jeff Sutherland, dengan John Scumniotales dan Jeff McKenna, mengembangkan pendekatan yang serupa di Perusahaan Easel, dan adalah yang pertama untuk menyebutnya menggunakan single Kata Scrum.

(28)

Desain Obyek Bisnis dan Lokakarya Implementasi diselenggarakan sebagai bagian dari Berorientasi Objek Sistem Pemrograman,, Bahasa & Aplikasi '95 (OOPSLA '95) di Austin, Texas, pertama publik presentasi. Schwaber dan Sutherland berkolaborasi selama tahun berikutnya untuk menggabungkan tulisan-tulisan di atas, pengalaman mereka, dan industri praktek terbaik ke dalam apa yang sekarang dikenal sebagai Scrum.

Pada tahun 2001, Schwaber bekerja dengan Mike Beedle untuk menggambarkan metode dalam buku Pengembangan Perangkat Lunak Agile dengan Scrum. Pendekatan untuk perencanaan dan pengelolaan proyek adalah dengan membawa pengambilan keputusan wewenang kepada tingkat sifat operasi dan kepastian.

3. Karakteristik Scrum

a. Ukuran tim yang kecil melancarkan komunikasi, mengurangi biaya, dan memberdayakan satu sama lain.

b. Proses dapat beradaptasi terhadap perubahan teknis dan bisnis. c. Proses menghasilkan beberapa software increment.

d. Pembangunan dan orang yang membangun dibagi dalam tim yang kecil. e. Dokumentasi dan pengujian terus menerus dilakukan setelah software

dibangun.

(29)

4. Operasional Scrum

Gambar 4. Scrum Methodology Diagram (Schwaber dan Sutherland, 2013)

Tahapan pembuatan aplikasi menggunakan model Scrum, meliputi fase–fase berikut:

a. Product Backlog

Product backlog pada dasarnya adalah daftar kebutuhan, story, atau fitur-fitur yang ada. Product backlog berisi apa yang instansi kehendaki, dan yang paling penting ditulis dengan bahasa yang di inginkan instansi. Product backlog yang berisi list yang diprioritaskan dari fitur-fitur atau perubahan yang akan ada pada produk.

b. Sprint Backlog

(30)

c. Sprint

Dalam tahap ini, dimulainya membuat modul – modul yang telah direncanakan pada tahap Sprint Planning Meeting.

Adapun tahapan-tahapan diantaranya:

1. Daily Scrum meeting (Inspect and adapt cycle)

Meeting harian yang tidak lebih dari 15 menit dan membahas tentang apa yang telah dicapai dalam satu hari, apa yang akan dilakukan esok hari, dan hal apa yang dapat menghentikan pekerjaan esok hari.

2. Sprint review meeting

Meeting yang diadakan setelah aktivitas selama 1 minggu atau 1 bulanan (Sprint) berakhir, yang kemudian diikuti oleh sprint planning meeting untuk Sprint berikutnya. Meeting sebagai review atas Sprint yang sudah dilaksanakan. Serta memperbarui (update) sprint backlog yang merefleksikan berapa lama waktu yg dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan (task).

d. Working Increment of the Software

Didalam tahap ini terdapat rapat yaitu Sprint retrospective meeting. Meeting yang diadakan setelah Sprint review meeting. Meeting ini diadakan untuk merevisi produk yang telah selesai dibangun dan menambah atau mengurangi modul yang dibutuhkan.

(31)

bagaimana aplikasi bekerja. Dan memastikan tidak ada yang perlu ditambah maupun dikurangi.

e. Kelebihan dan Kekurangan Scrum 1. Kelebihan

a. Keperluan berubah dengan cepat

b. Tim berukuran kecil sehingga melancarkan komunikasi, mengurangi biaya dan memberdayakan satu sama lain

c. Pekerjaan terbagi-bagi sehingga dapat diselesaikan dengan cepat d. Dokumentasi dan pengujian terus menerus dilakukan setelah

software dibangun

e. Proses Scrum mampu menyatakan bahwa produk selesai kapanpun diperlukan

2. Kekurangan

Developer harus selalu siap dengan perubahan karena perubahan akan selalu diterima.

K. Penelitian Terdahulu

(32)

Gambar

Gambar 1. Skema Rehabilitasi Bangunan Gedung
Tabel 3. Jenis dan Tipe Kerusakan Bangunan Gedung Berdasarkan Komponen
Gambar 2. Pemeriksaan Berkala Bangunan Gedung
Tabel 4. Metode Non destruktif (Amri, 2005)
+5

Referensi

Dokumen terkait

%.1.. emeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan

Objek pariwisata yang mengacu pada latar belakang tersebut yang harus dikembangkan lagi di Kota Surakarta tersebut identik dengan sejarah lokalnya agar peminatnya para

Auditor Pemerintah adalah instansi Pemerintah yang berhak melakukan audit terhadap pembukuan dan rekening (books and account) KKKS sesuai PSC.. penangguhan biaya produksi

Dengan mengetahui dan memahami kepribadian ini berarti juga memudahkan bagi kelancaran usaha dalam menggerakkan perjuangan persyarikatan menuju ketempat tujuan yang

Tujuan dari munculnya algoritma baru ini untuk meningkatkan nilai keakuratan pada data mining, dan terbukti bahwa hasil yang diperoleh lebih baik dibandingkan

Implementasi yang dilakukan dalam asuhan keperawatan keluarga dilakukan dengan memberikan edukasi pada keluarga tentang pentingnya ASI bagi bayi, tentang akibat

Adapun salah satu pendekatan yang digunakan dalam konseling keluarga yaitu pendekatan Gestalt, pendekatan ini memberikan perhatian kepada apa yang dikatakan anggota

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian bokashi dengan dosis 300 g/talang pada penanaman pertama merupakan hasil terbaik untuk tinggi tanaman sawi (28,88 cm),