• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevan - CARA PEMBENTUKKAN KATA GAUL DALAM RAGAM BAHASA SMS PADA STATUS SISWA DALAM LINGKUNGAN SEKOLAH SMP NEGERI 2 AJIBARANG TAHUN 2015 - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevan - CARA PEMBENTUKKAN KATA GAUL DALAM RAGAM BAHASA SMS PADA STATUS SISWA DALAM LINGKUNGAN SEKOLAH SMP NEGERI 2 AJIBARANG TAHUN 2015 - repository perpustakaan"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penelitian Sejenis yang Relevan

Penelitian mengenai Cara Pembentukan Kata Gaul Dalam Ragam Bahasa SMS pada Status Siswa Dalam Lingkungan Sekolah SMP Negeri 2 Ajibarang berbeda dengan penelitian sejenis yang telah ada. Untuk membuktikkannya, peneliti membedakan penelitian yang telah ada sebelumnya, maka peneliti meninjau tiga laporan penelitian yaitu skripsi mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang berjudul Ragam Bahasa Gaul dalam Wacana Iklan Kartu Selular pada Harian

“Kompas” oleh Waluyaningsih, NIM 0601040040 tahun 2010, Kajian Pembentukan

Kata Ragam Bahasa ALAY Dalam Status Jejaring Sosial FACEBOOK oleh Achmad Harun Arrosyid, NIM 0901040034 tahun 2013 dan Proses Pembentukan Kata Dalam Ragam Bahasa Gaul Pada Tabloid GAUL Edisi 15-21 Tahun 2012 oleh Riana, NIM 0801040049.

1. Ragam Bahasa Gaul dalam Wacana Iklan Kartu Selular pada Harian Kompas oleh Waluyaningsih, NIM 0601040040 tahun 2010

(2)

7

dan (c) tahap penyajian data, dalam tahap ini menggunakan metode penyajian formal dan penyajian informal.

Berdasarkan pemaparan tersebut, penelitian berjudul Cara Pembentukan Kata Gaul Dalam Ragam Bahasa SMS pada Status Siswa dalam Lingkungan Sekolah SMP

Negeri 2 Ajibarang tahun 2015 berbeda dengan penelitian terdahulu. Oleh karena itu penelitian ini perlu dilakukan. Yang membedakan dari penelitian yang terdahulu adalah data dan sumber datanya. Penelitian yang terdahulu datanya adalah berupa ragam bahasa gaul dan sumber datanya berupa wacana iklan kartu selular pada harian

kompas. Sedangkan penelitian yang berjudul Pembentukan Kata Gaul Dalam Bahasa SMS pada Status Siswa dalam Lingkungan Sekolah SMP Negeri 2 Ajibarang yaitu datanya berupa kata gaul dalam tuturan SMS dan sumber datanya berupa SMS, yaitu SMS yang dikirim dan diterima dari handphone siswa.

2. Kajian Pembentukan Kata Ragam Bahasa Alay Dalam Status Jejaring Sosial FACEBOOK oleh Achmad Harun Arrosyid, NIM 0901040034

Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui proses pembentukan ragam bahasa Alay dalam status jejaring Facebook. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, dan penerapannya melalui tiga tahap; (a) tahap penyediaan data, dalam tahap ini menggunakan metode simak dan metode catat, (b) tahap analisis data, dalam tahap ini menggunakan metode agih, (c) tahap penyajian hasil analisis data, dalam tahap ini menggunakan metode penyajian informal maupun formal.

(3)

8

Lingkungan Sekolah SMP Negeri 2 Ajibarang tahun 2015 berbeda dengan penelitian terdahulu. Oleh karena itu penelitian ini perlu dilakukan. Yang membedakan dari penelitian terdahulu yaitu data dan sumber datanya. Pada penelitian terdahulu datanya adalah berupa kata ragam bahasa Alay dan sumber datanya berupa status para pemilik facebook. Sedangkan penelitian yang berjudul Cara Pembentukan Kata Gaul dalam Ragam Bahasa SMS pada Status Siswa dalam Lingkungan Sekolah SMP Negeri 2

Ajibarang tahun 2015, datanya adalah berupa kata gaul dalam tuturan SMS dari siswa dan sumber datanya adalah berupa SMS, yaitu SMS yang dikirim dan diterima dari handphone siswa.

3. Pembentukan Kata Dalam Ragam Bahasa Gaul pada Tabloid GAUL Edisi 15-21 Tahun 2012 oleh Riana, NIM 0801040049

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pembentukan kata gaul pada tabloid Gaul. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, penerapannya melalui tiga tahap; (a) tahap penyediaan data, dalam tahap ini penyediaan datanya menggunakan metode pustaka, (b) tahap analisis data, dalam tahap ini menggunakan metode agih, teknik lesap dan teknik ganti, (c) tahap penyajian hasil analisis data, dalam tahap ini menggunakan metode penyajian informal dan formal.

Berdasarkan kajian pustaka tersebut, maka penelitian yang berjudul Cara Pembentukan Kata Gaul dalam Ragam Bahasa SMS pada Status Siswa dalam

(4)

9

terdahulu adalah kata ragam bahasa gaul yang terdapat dalam wacana tabloid Gaul edisi 15-21 tahun 2012, dan sumber datanya berupa data tulis. Sedangkan penelitian yang berjudul Cara Pembentukan Kata Gaul dalam Ragam Bahasa SMS pada Status Siswa dalam Lingkungan Sekolah SMP Negeri 2 Ajibarang tahun 2015, datanya adalah berupa kata gaul dalam tuturan SMS dari siswa dan sumber datanya adalah berupa SMS, yaitu SMS yang dikirim dan diterima dari handphone siswa.

B. Pengertian Bahasa

(5)

10

C. Fungsi Bahasa

Fungsi bahasa untuk manusia adalah sebagai sarana komunikasi vital dalam hidup ini. Bahasa adalah salah satu ciri pembeda utama kita umat manusia dengan makhluk hidup yang lainnya didunia ini (Tarigan, 1993:5). Bahasa dipakai oleh masyarakat untuk berinteraksi, bercakap yang baik, tingkah laku yang baik, dan sopan santun (Moeliono, Peny, 2005:103) oleh karena itu fungsi bahasa sebagai sarana komunikasi vital, bahasa juga berfungsi baik dalam percakapan maupun tingkah laku yang sopan dan santun.

D. Ragam Bahasa

Ragam bahasa menurut sikap penutur mencakup sejumlah corak bahasa Indonesia yang masing-masing pada asasnya tersedia bagi tiap-tiap pemakai bahasa. Ragam ini dapat disebut langgam atau gaya, pemilihannya bergantung pada sikap penutur terhadap orang yang diajak berbicara atau terhadap pembacanya. Sikapnya itu dipengaruhi oleh umur dan kedudukan yang disapa, pokok persoalan yang hendak disampaikannya, dan tujuan penyampaian informasinya. Dalam ragam bahasa menurut sikap, kita berhadapan dengan pemilihan bentuk-bentuk bahasa tertentu yang menggambarkan sikap kita yang kaku, resmi, yang adab, yang dingin, yang hambar, yang hangat, yang akrab, atau yang santai. Perbedaan berbagai gaya itu tercermin dalam kosakata dan tata bahasa.

E. Pengertian Ragam Bahasa Gaul

(6)

11

diri (Kridalaksana, 2008:24). Beberapa hal menarik yang dapat disimpulkan dari batasan pengertian itu adalah bahasa merupakan suatu sistem. Sebagai suatu sistem bahasa yang bersifat arbitrer. Bahasa dapat digunakan untuk berinteraksi, baik dengan orang lain maupun diri sendiri.

Bahasa gaul, bahasa prokem merupakan bahasa pergaulan. Bahasa ini kadang merupakan bahasa sandi, yang dipahami oleh kalangan tertentu. Bahasa ini konon dimulai dari golongan preman. Bahasa gaul adalah dialek nonformal baik berupa slang atau prokem yang digunakan oleh kalangan tertentu, bersifat sementara, dan hanya berupa variasi bahasa. Penggunaannya meliputi: kosakata, ungkapan, singkatan, intonasi, pelafalan, pola, serta konteks.

Bahasa gaul atau bahasa prokem adalah ragam bahasa Indonesia nonstandar yang lazim digunakan di Jakarta pada tahun 1970-an yang kemudian digantikan oleh ragam yang disebut sebagai bahasa gaul. Pada masa sekarang, bahasa gaul banyak digunakan oleh kawula muda, meski kawula tua pun ada juga yang menggunakannya. Bahasa ini bersifat temporal dan rahasia, maka timbul kesan bahwa bahasa ini adalah bahasa rahasianya para pencoleng atau penjahat, padahal sebenarnya tidak demikian. Faktor kerahasiaan ini menyebabkan kosakata yang digunakan dalam bahasa gaul sering kali berubah. Para remaja menggunakan bahasa gaul ini dalam ragam lisan dan ragam tulis, atau juga dalam ragam berbahasa dengan menggunakan media tertentu, misalnya, berkomunikasi dalam SMS.

(7)

12

perfilman nasional, dan digunakan sebagai publikasi yang ditujukan untuk kalangan remaja oleh majalah-majalah remaja populer. Oleh sebab itu, bahasa gaul dapat disimpulkan sebagai bahasa utama yang digunakan untuk komunikasi verbal oleh setiap orang dalam kehidupan sehari-hari.

Seperti halnya bahasa Indonesia, bahasa gaul juga mengalami perkembangan. Perkembangan tersebut dapat berupa penambahan dan pengurangan kosakata. Tidak sedikit kata-kata yang akan menjadi kuno (usang) yang disebabkan oleh tren dan perkembangan zaman. Maka dari itu, setiap generasi akan memiliki ciri tersendiri sebagai identitas yang membedakan dari kelompok lain. Dalam hal ini, bahasalah sebagai representatifnya.

F. Awal Mula Bahasa Gaul

Bahasa gaul pada umumnya digunakan sebagai sarana komunikasi di antara remaja sekelompoknya selama kurun tertentu. Hal ini karena, remaja memiliki bahasa tersendiri dalam mengungkapkan ekspresi diri. Sarana komunikasi diperlukan oleh kalangan remaja untuk menyampaikan hal-hal yang dianggap tertutup bagi kelompok usia lain atau agar pihak lain tidak dapat mengetahui apa yang sedang dibicarakannya. Masa remaja memiliki karakteristik antara lain petualangan, pengelompokan, dan kenakalan. Ciri ini tercermin juga dalam bahasa mereka. Keinginan untuk membuat kelompok eksklusif menyebabkan mereka menciptakan bahasa rahasia (Sumarsana dan Partana, 2002:150).

(8)

13

beragam dan bergantung pada kreativitas pemakainya. Bahasa prokem berfungsi sebagai ekspresi rasa kebersamaan para pemakainya. Selain itu, dengan menggunakan bahasa prokem, mereka ingin menyatakan diri sebagai anggota kelompok masyarakat yang berbeda dari kelompok masyarakat yang lain.

Kehadiran bahasa prokem itu dapat dianggap wajar karena sesuai dengan tuntutan perkembangan nurani anak usia remaja. Masa hidupnya terbatas sesuai dengan perkembangan usia remaja. Selain itu, pemakainnya pun terbatas pula di kalangan remaja kelompok usia tertentu dan bersifat tidak resmi. Jika berada di luar lingkungan kelompoknya, bahasa yang digunakannya beralih ke bahasa lain yang berlaku secara umum di lingkungan masyarakat tempat mereka berada. Jadi, kehadirannya di dalam pertumbuhan bahasa Indonesia ataupun bahasa daerah tidak perlu dirisaukan karena bahasa itu masing-masing akan tumbuh dan berkembang sendiri sesuai dengan fungsi dan keperluannya masing-masing.

Sebuah artikel di Kompas berjudul So What Gitu Loch….(2006: 15) menyatakan bahwa bahasa prokem atau bahasa prokem sebenarnya sudah ada sejak 1970-an. Awalnya istilah-istilah dalam bahasa gaul itu untuk merahasiakan isi obrolan dalam komunitas tertentu. Oleh karena sering digunakan di luar komunitasnya, lama-lama istilah-istilah tersebut jadi bahasa sehari-hari.

(9)

14

yang sulit dimengerti oleh kelompok atau golongan sosial lainnya. Alasan esensialnya adalah sebagai identitas sosial dan merahasiakan sesuatu dengan maksud orang lain atau kelompok luar tidak memahami.

G. Cara Pembentukan Kata Gaul

1. Dalam Wikipedia mengemukakan ciri-ciri bahasa gaul, sebagai berikut:

a. Kosakata khas: berkata → bilang; berbicara → ngomong; cantik →kece; dia →

2. Menurut Sudarsani (2012) mengemukakan teknis pembentukkan ragam bahasa alay ada 4 cara yaitu:

a. Menulis kalimat dengan mencampuradukkan antara bahasa asing dengan bahasa Indonesia. Contoh: aq agy dHumz yang maksudnya „aku lagi di rumah‟, kata rumah menjadi yaitu home dalam bahasa Inggris.

b. Kata-kata bahasa Indonesia yang digunakan divariasikan hurufnya. Contohnya yang paling umum, mengganti huruf “k” menjadi “q” maksudnya “aku” menjadi „aqu‟, huruf “t” menjadi “d” atau “dh” seperti kata “ingat” menjadi “ingad”‟. c. Pengulangan huruf dalam satu kata berulang-ulang tanpa pemaknaan berarti dan

menambahkan huruf lagi di belakangnya. Contohnya menulis “dalam” dengan “dalemmb”atau menulis “jalan” dengan “jallandh”.

(10)

15

1. Menurut Mastuti (2008:56-58) cara pembentukkan ragam bahasa gaul mempunyai 11 cara, yaitu:

a. Proses nasalisasi „kata kerja aktif-in‟ untuk membentuk kata kerja aktif transitif. b. Bentuk pasif 1: “di‟+ kata dasar + in”

c. Bentuk pasif 2: “ke + kata dasar” d. Penghilangan huruf (fonem) awal,

e. Penghilangan huruf “h” pada awal suku kata bentuk baku, f. Pemendekkan kata atau kontraksi dari dua kata yang berbeda, g. Penggunaan istilah lain,

h. Penggantian huruf “a” dengan “e”

i. Penggantian diftong “au” dengan “o” dan “ai” dengan “e”, j. Pengindonesiaan bahasa asing (Inggris),

k. Penggunaan bahasa Inggris secara utuh.

Selain itu, menurut Mastuti (2008:70) ragam bahasa gaul juga dapat dibentuk dari singkatan atau akronim, serta istilah-istilah baru yang sangat asing dan bahka tidak terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Menurut Kridalaksana (1992:162) bentuk-bentuk kependekkan meliputi: (1) singkatan, (2) penggalan, (3) akronim, dan (4) kontraksi.

2. Menurut Badudu (1985:63) :

Menurut Badudu (1985:63) ada beberapa gejala bahasa yang meliputi: (1) penambahan fonem (protesis, epentesis, paragog), (2) penghilangan fonem (aferesis, sinkop, apokap), (3) kontraksi, (4) metatesis, (5) adaptasi.

a. Penambahan Fonem 1) Protesis

(11)

16

atas, dapat disimpulkan bahwa protesis adalah penambahan fonem vokal atau konsonan di depan kata. Misalnya:

lo → elo

desa → ndesa

2) Epentesis

Epentesis adalah penambahan fonem di tengah kata (Badudu, 1985:63). Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008:377) epentesis

adalah penambahan vokal atau konsonan di tengah kata. Dari pengertian epentesis

yang dikemukakan oleh pakar di atas dapat disimpulkan bahwa epentesis adalah penambahan fonem vokal atau konsonan di tengah kata. Misalnya:

perih → peurih

apa → apha

3) Paragog

Paragog adalah penambahan fonem di akhir kata di akhir kata (Badudu, 1985:63). Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008:1020)

paragog adalah penambahan fonem atau bunyi di akhir sebuah kata. Dari pengertian

paragog yang dikemukakan oleh pakar di atas, dapat disimpulkan bahawa paragog

adalah penambahan fonem vokal atau konsonan di akhir kata. Misalnya: aku → akuh

ini → inih

b. Penghillangan Fonem 1) Aferesis

(12)

17

termasuk dalam pemendekkan atau penggalan (Kridalaksana, 1992:161). Dari pengertian aferesis yang dikemukakan oleh pakar diatas, dapat disimpulkan bahwa

aferesis adalah penghilangan fonem vokal atau konsonan di awal kata. Misalnya: lagi → agi

sama → ama

2) Sinkop

Sinkop adalah proses penghilangan fonem di tengah kata (Badudu, 1985:63). Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008:1314) sinkop

adalah hilangnya bunyi atau huruf di tengah kata. Dari pengertian sinkop yang dikemukakan oleh pakar diatas, dapat disimpulkan bahwa sinkop adalah penghilangan fonem vokal atau konsonan di tengah kata. Misalnya:

bangun → banun

mau → mu

3) Apokop

Apokop adalah proses penghilangan fonem pada akhir kata (Badudu, 1985:63). Sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008:82) apokop adalah hilangnya satu bunyi atau lebih pada akhir sebuah kata. Dari pengertian apokop yang dikemukakan oleh pakar diatas, dapat disimpulkan bahwa apokop adalah penghilangan fonem vokal atau konsonan di akhir kata. Misalnya:

ada → ad

apa → ap

(13)

18

a. Singkatan

Singkatan adalah salah satu hasil proses pemendekkan yang berupa huruf atau gabungan huruf, yang dieja huruf demi huruf (Kridalaksana, 1992:162). Singkatan adalah pengekalan huruf awal dari sebuah leksem atau huruf-huruf awal dari gabungan leksem. Misalnya singkatan ABRI yang kepanjangannya adalah Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Pada singkatan ini diambil huruf pertama pada setiap unsur. Terkadang singkatan sudah dianggap seperti kata. Karena itu, dapat dipendekkan atau disingkatkan lagi ketika singkatan tersebut ditambah dengan unsur lain (Chaer, 2007:191). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2008:1313) singkatan adalah hasil menyingkat (memendekkan) berupa huruf atau gabungan huruf. Bentuk-bentuk singkatan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:25-27) yaitu: 1) Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti denga

tanda titik. Misalnya

M.B.A Master of Business Administration M.Sc Master of Science

S.E Sarjana Ekonomi

2) Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan dan organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti tanda titik. Misalnya:

dll. dan lain-lain dsb. dan sebagainya dst. dan seterusnya

3) Lambang kimia, singkatan, satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti dengan tanda titik. Misalnya:

cu kuprum

(14)

19

4) Penggalan

Penggalan adalah proses pemendekkan yang mengekalkan salah satu bagian dari leksem (Kridalaksana, 1992:162). Misalnya:

semua → mua

belum → lum

b. Akronim

Akronim adalah proses pemendekkan yang menggabungkan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah kata yang sedikit banyak memenuhi kaidah fonotaktik bahasa Indonesia (Kridalaksana, 1992:162). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:29) akronim adalah kependekkan yang berupa gabungan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai kata yang wajar. Bentuk-bentuk akronim dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:27), yaitu:

1) Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital. Misalnya:

ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia LAN Lembaga Administrasi Negara

IKIP Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan

2) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital. Misalnya:

Akabri Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Iwapi Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia

(15)

20

pemilu pemilihan umum

radar radio detecting and rangiang rapim rapat pimpinan

c. Kontraksi

Kontraksi yaitu proses pemendekkan yang meringkaskan leksem dasar atau gabungan dari leksem (Kridalaksana, 1992:162). Menurut Badudu (1985:64) kontraksi memiliki gejala adanya satu atau lebih fonem yang dihilangkan kadang-kadang ada perubahan atau penggalan fonem. Misalnya:

tak tidak takkan tidak akan tiada tidak ada

4. Menurut Fanayun (2010:64)

Menurut Fanayun (2010:64) proses pembentukan kata ragam bahasa alay meliputi: (a) penggunaan istilah lain; (b) penggantian huruf; (c) kombinasi huruf capital dan huruf kecil; (d) kombinasi huruf dan angka; (e) kombinasi huruf, angka, simbol dan singkatan; (f) bentuk berimbuhan; (g) bentuk berulang; (h) akronim

a. Penggunaan Istilah Lain

Istilah adalah kata atau gabungan kata yang dengan cermat makna konsep, proses, keadaan atau sifat yang khas dalam bidang tertentu. Ada dua macam istilah (1) istilah khusus; dan (2) istilah umum (Depdiknas (2008: 552). Istilah khusus adalah kata yang pemakainya dan maknanya terbatas pada suatu bidang tertentu, sedangkan istilah umum ialah kata yang menjadi unsur bahasa umum. Misalnya:

novi „nonton televisi‟

bonyok „bokap-nyokap

(16)

21

b. Penggantian Huruf

Penggantian huruf terdapat dalam bahasa tulis. Menurut Wijaya (2010:27) dalam bahasa lisan terdapat perubahan bunyi (vokal dan konsonan) yaitu seperti dalam perubahan yang dilakukan untuk meniru ucapan anak-anak. Misalnya:

celamat „selamat‟

cayang „sayang‟

teyus „terus‟

c. Kombinasi Huruf Kapital dan Huruf Kecil

Kombinasi huruf kapital dan huruf kecil adalah ragam bahasa alay yang menggunakan huruf kecil kemudian dikombinasikan dengan huruf kapital dengan beberapa singkatan (Fanayun, 2010:64). Misalnya: angka sebagai pengganti huruf (Fanayun, 2010:64). Misalnya:

Angka 1 Makna: I, L

Contoh: k1o g1tu „kalo gitu‟

Angka 2

Makna: Z, tu (two)

Contoh: 2mN kYk g2 „zaman kayak gitu‟

Angka 3 Makna: E

(17)

22

Angka 4

Makna: untuk (for)

Contoh: thx 4coment „thanks buat commentnya‟ Angka 5

Contoh: 7eLaKi boaYa dRa7z „lelaki buaya darat‟ Angka 8

Makna: B, eight, eit (seperti di c8=ceit pelafalan untuk chat atau sk8er = skeiter)

Contoh: kMrEntz w 8iz c8 m dY „kemarin aku habis chat sama dia‟ Angka 9

e. Kombinasi Huruf, Angka, Simbol dan Singkatan

(18)

23

f. Bentuk Berimbuhan

Kata berimbuhan adalah bentuk kata yang mengakibatkan munculnya makna. Imbuhan terdiri dari perfiks, infiks, sufiks, konfiks, dan gabungan. Jika imbuhan tersebut diletakkan, baik pada loksem maupun pada kata, umumnya menghasilkan kata berimbuhan. Misalnya kata berimbuhan berdatangan yang leksemnya datang, mendapat imbuha ber-an. Kata berdatangan bermakna banyak orang datang. Dengan kata lain, kata berdatangan bermakna proses datangnya banyak orang yang datang dari berbagai tempat (Pateda, 2001:142)

g. Bentuk Berulang

Kata ulang merupakan bentuk morfologis yang telah mengalami proses pengulangan dari bentuk dasarnya. Bentuk-bentuk tersebut merupakan bentuk morfologis yang dihasilkan dari proses pembentukkan kata dengan cara mengulang bentuk dasar (reduplikasi). Proses pengulangan atau reduplikasi ialah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagainya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan disebut dengan kata ulang, sedangkan satuan yang diulang merupaka bentuk dasar (Ramlan, 2012:65). Proses pengulangan atau reduplikasi merupakan pengulangan sistem gramatik. Pengulangan yang dimaksud disini adalah pengulangan baik seluruhnya maupun sebagian, baik perubahan bunyi ataupun tidak. Satuan yang diulang merupakan bentuk dasar.

h. Akronim

(19)

24

pertama, pengekalan suku-suku kata dari gabungan leksem, atau bisa juga teratur (Chaer. 2007:192). Menurut Pateda (2001:150) akronim adalah pemendekkan dua kata atau lebih menjadi satu kata saja. Dengan kata lain akronim merupakan kata. Maknanya merupakan kata kepanjangan tersebut (Pateda, 2001:150).

5. Menurut Peneliti

Dari keenam pendapat tersebut, peneliti dapat merangkum dan menyunting macam-macam cara pembentukan kata gaul yaitu (1) secara fonologis dan (2) secara morfologis. Secara fonologis meliputi: (a) penghilangan huruf (fonem); (b) penghilangan huruf “h”; (c) penggantian huruf “a”; (d) penggantian diftong “au”, “ai”, “o” dan “e”; (e) kata-kata bahasa Indonesia yang digunakan divariasikan hurufnya; (f)

penghilangan huruf dalam satu kata berulang-ulang tanpa pemaknaan berarti; (g) penulisan dengan cara pencampuran huruf besar, kecil, angka dan simbol; (h) penghilangan huruf (fonem) awal; (i) penghilangan huruf “h” pada fonem awal; (j) penggantian huruf “a” dengan “e”; (k) penggantian diftong “au” dengan “o”; (l)

penambahan fonem; (m) protesis; (n) epentesis; (o) paragog; (p) penghilangan fonem; (q) aferesis; (r) sinkop; (s) apokop; (t) penggantian huruf; (u) kombinasi huruf dan angka. Kemudian secara morfologis meliputi: (a) kosakata khas; (b) pemendekan kata atau konraksi dari frasa yang panjang; (c) menulis kalimat dengan mencampuradukkan bahasa asing dengan bahasa Indonesia; (d) proses nasalisasi „kata kerja aktif-in‟; (e) bentuk pasif “di + kata dasar + in”; (f) bentuk pasif “ke + kata dasar”; (g) pemendekkan kata atau kontraksi dari dua kata yang berbeda; (h)

(20)

25

penggunaan istilah lain; (n) kombinasi huruf capital dan huruf kecil; (o) kombinasi huruf, angka, symbol, dan singkatan; (p) bentuk berimbuhan; (q) bentuk berulang.

a. Fonologi (Fonologis)

Fonologi dari Tatabahasa yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa pada umumnya dalam ilmu Bahasa disebut fonologi (Keraf, 1984:30). Tiap bunyi ujaran dalam suatu bahasa mempunyai fungsi untuk membedakan arti. Bila bunyi ujaran itu sudah dapat membedakan arti maka ia disebut fonem (phone = bunyi, -ema: adalah suatu akhiran dalam bahasa Yunani yang berarti, mengandung arti).

Ragam bahasa gaul memiliki ciri khusus, singkat, lincah dan kreatif. Kata-kata yang digunakan cenderung pendek, sementara kata yang agak panjang akan diperpendek melalui proses morfologi atau menggantinya dengan kata yang lebih pendek seperti „permainan– mainan, pekerjaan – kerjaan.

b. Morfologi (Morfologis)

Morfologi ialah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata atau morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik (Ramlan, 1983:16-17).

Secara etimologi kata morfologi berasal dari kata morf yang berarti „bentuk‟

dan kata logi yang berarti „ilmu mengenai bentuk‟. Jadi, secara harfiah kata morfologi berarti „ilmu mengenai bentuk‟. Jika dikatakan morfologi membicarakan masalah

(21)

26

kata, yakni morfem dengan segala bentuk dan jenisnya perlu dibicarakan (Chaer, 2008:3). Berdasarkan pendapat beberapa ahli mengenai pengertian morfologi, maka dapat disimpulkan bahwa morfologi merupakan salah satu bidang linguistik yang membicarakan seluk-beluk bentuk kata.

H. Relasi Makna

Hubungan atau relasi makna (analog dengan apa yang dianalisis Cruse, 2004) adalah hubungan yang tidak kontroversi atau tidak berlawanan, tetapi mengacu pada hubungan apa yang terjadi antara unit-unit makna. Relasi makna meliputi: (1) antonimi; (2) hiponimi; (3) homonimi; (4) polisemi; (5) sinonimi.

1. Antonimi

Antonim atau antonimi adalah hubungan semantik antara dua buah satuan ujaran yang maknanya menyatakan kebalikan, pertentangan, atau kontras antara yang satu dengan yang lain (Chaer, 2012:299). Istilah antonimi (bahasa Inggris: antonymy) berasal dari kata Yunani Kuno, onoma (nama) dan anti (melawan) (Djajasudarma, 2009:73). Secara harfiah adalah nama lain untuk benda yang lain, atau ada yang mengatakan bahwa antonimi adalah oposisi makna dalam pasangan leksikal yang dapat dijenjangkan (Kridalaksana,2002:16). Antonimi merupakan hubungan di antara kata-kata yang dianggap memiliki pertentangan makna. Verhaar (2012:395) hubungan keantoniman berlaku timbal balik: kita dapat mengatakan bahwa mudah adalah antonim dari sukar, ataupun sebaliknya: sukar adalah antonim dari mudah.

(22)

27

Pertentangan makna pada umumnya ada yang menganggap terdiri dari pasangan-pasangan yang sudah tertentu sehingga suatu kata hanya dapat dipertentangkan dengan satu kata lain.

2. Hiponimi

Istilah hiponimi (Ing: hyponymy berasal dari bahasa Yunani Kuno onoma = nama, dan hypo = di bawah). Secara harfiah istilah hiponimi bermakna nama yang termasuk di bawah nama lain. Hubungan kehiponiman dalam pasangan kata adalah hubungan antara yang lebih kecil (secara ekstensional) dan yang lebih besar (secara ekstensional pula) (Verhaar, 2012:396).

3. Homonimi

Istilah homonim (Inggris: homonymy) berasal dari bahasa Yunani Kuno, onoma = nama dan homos = sama. Secara harfiah, homonimi adalah nama sama untuk

benda yang berlainan (Pateda, 2010:211). Kehomoniman adalah hubungan di antara dua kata (atau lebih), sedemkian rupa sehingga bentuknya sama dan maknanya berbeda (Verhaar, 2012:395).

4. Polisemi

Palmer (1976:65) mengatakan, “ It is also the case that the same word may

have a set of different meanings,” suatu kata yang mengandung seperangkat makna

(23)

28

itu timbul karena pergeseran oleh makna atau tafsiran yang berbeda. Jadi, polisemi adalah kata yang mengandung makna lebih dari satu atau ganda.

5. Sinonimi

Sinonim atau sinonimi adalah hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna antara satu satuan ujaran dengan satuan ujaran lainnya (Chaer, 2012:297). Secara etimologi kata sinonimi berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu

onoma yang berarti „nama‟, san syn yang berarti „dengan‟. Maka secara harfiah kata

sinonimi berarti „nama lain untuk benda atau hal yang sama‟. Sering dikatan bahwa kata-kata yang sinonim memiliki makna yang “sama”, dengan hanya bentuk-bentuk yang berbeda (Verhaar, 2012:394).

I. Short Message Service (SMS)

Short Message Service yang disingkat SMS, yang merupakan pesan singkat berupa teks yang dikirim dan diterima antar sesama pengguna handphone. Dalam layasan SMS kapasitas jumlah karakter pengirim pesannya bersifat singkat. Hal itulah yang kemudian menuntut adanya tindak peringkasan ujaran bahasa yang dikirimkan melalui layanan SMS. Di sini, kreativitas peringkasan bahasa, baik dengan cara singkatan, simbol, tanda elipsis, dan permainan angka, sangat dibutuhkan sebab untuk berkomunikasi tertulis dibatasi tarif.

(24)

29

berkomunikasi yang sangat disukai oleh semua kalangan, mulai dari kalangan anak-anak sampai kalangan orang tua.

Alasan mengapa SMS sangat disukai oleh semua kalangan yaitu masalah harga, berkomunikasi dengan SMS harganya sangat murah dan dapat dijangkau oleh semua kalangan. Kemudian dengan SMS juga kita dapat menuliskan kata-kata dengan sejelas-jelasnya. Akan tetapi secara ketatabahasaan, bentuk bahasa SMS menyimpang dari kaidah resmi bahasa Indonesia. Hal itu disebabkan oleh adanya kerumpangan ejaan bahasanya, penggunaan kata tidak baku, dan penggunaan simbol-simbol yang tidak sesuai dengan fungsinya. Itu jika ditinjau dari tataran tata bahasa baku Bahasa Indonesia. Oleh sebab itu, apabila bahasa SMS dipakai dalam forum resmi akan mengalami kesalahan yang fatal. Bahasa SMS adalah bahasa khusus dan sebaiknya hanya dipakai dalam situasi yang khusus pula, sama seperti bahasa gaul atau bahasa daerah.

Kemudian dalam SMS juga ada pembentukan kata dengan penggabungan dua kata dan memotong kata menjadi lebih pendek. Istilah ini disebut blending

dan clipping. Hal itu masuk dalam proses kontraksi dan akronim. Kontraksi merupakan penyusutan fonem yang terjadi dalam dua kata atau lebih yang dijadikan satu. Akronim adalah singkatan yang dibentuk dari huruf-huruf kata uraian (Tarigan, 1993:106-107).

(25)

30

perkembangan “dunia” maka remaja tersebut dikucilkan dan dianggap ketinggalan

jaman.

Keinginan remaja untuk dianggap oleh dunia menimbulkan remaja mencoba berbagai macam hal. Mulai dari hal ringan sampai hal yang berat karena mereka tidak mau dianggap remaja yang tidak tahu apa-apa dan ketinggalan jaman. Salah satunya yaitu dengan menggunakan sms gaul. Alasannya sama yaitu ingin dianggap, termasuk ingin dianggap gaul dan gaya. SMS gaul adalah salah satu bentuk kreatifitas remaja dalam mengembangkan ide-ide apa yang ada dalam diri mereka. Namun pemakaian

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian karakteristik fisikokimia yang dilakukan meliputi uji hardness, crispness , uji warna, uji rasio pengembangan radial dan longitudinal , uji bulk density ,

Optimal conditions obtained in the mole ratio variation is 1:5 with the results of biodiesel volume 48 ml, and the optimal condition at 60 minutes reaction time, the

Tingkat kedisiplinan para siswa kelas VIII SMP Joanness Bosco Yogyakarta dalam mengikuti kegiatan akademik di sekolah dalam tiap aspek, adalah sebagai berikut: (1) Aspek

Pada penelitian ini dilaporkan bahwa telah dilakukan perhitungan sensitivitas PIXE pada energi proton 150 keV secara simulasi untuk unsur-unsur dari Z=14 sampai dengan Z=50

Uji toksisitas akut (LD50) dilakukan dengan menyuntikan radiofarmaka 99m Tc-Etambutol pada beberapa kelompok mencit dalam dosis yang ditingkatkan dari 67,5 µCi sampai dengan

Hal-hal yang menyebabkan anak terlantar adalah perlakuan salah yang diterima anak, serta ekonomi keluarga dan pendidikan orang tua yang rendah, perlakuan salah yang dialami

Faktor-faktor tersebut diproksikan dalam ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, profile perusahaan, dewan komisaris independen, kepemilikan manajerial, kepemilikan

a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religius. Menjunjung tinggi sikap kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan agama, moral dan