Bab 4
PROFIL KABUPATEN /KOTA
4.1.
GAMBARAN GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI WILAYAH
Kabupaten Bombana merupakan bagian dari wilayah bagian Provinsi Sulawesi Tenggara
yang secara definitif menjadi Daerah Tingkat II berdasarkan Undang-Undang No 29 tahun 2004
Secara geografis Kabupaten Bombana terletak pada koordinat 121º27’ 46,7” - 122º11` 9,4” Bujur
Timur dan 4º22’ 59,4” - 5º28’ 26,7” Lintang Selatan, dengan batas-batas wilayahnya sebagai berikut:
Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Kolaka dan Konawe Selatan
Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Muna dan Kabupaten Buton
Sebelah Barat : berbatasan dengan Teluk Bone
Sebelah Timur : berbatasan dengan Laut Flores
Tabel-4.1:Wilayah Administrasi Kabupaten Bombana
No Kecamatan Luas Wilayah Jumlah
Desa/Kelurahan
Km2 Presentase
1 Kabaena 103,57 100,00 4
2 Kabaena Utara 132,97 100,00 7
3 Kabaena Selatan 129,20 100,00 4
4 Kabaena Barat 39,43 100,00 5
5 Kabaena Timur 121,25 100,00 7
6 Kabaena Tengah 275,58 100,00 7
7 Rumbia 58,99 100,00 5
8 Mata Oleo 108,53 100,00 10
9 Kep. Masaloka Raya 2,66 100,00 5
10 Rumbia Tengah 21,11 100,00 5
11 Rarowatu 166,81 100,00 8
12 Rarowatu Utara 239,40 100,00 8
13 Lantari Jaya 285,01 100,00 9
14 Mata Usu 456,17 100,00 5
15 Poleang Timur 101,55 100,00 5
16 Poleang Utara 237,27 100,00 8
17 Poleang Selatan 89,88 100,00 5
18 Poleang Tenggara 133,51 100,00 4
19 Poleang 115,39 100,00 10
20 Poleang Barat 325,05 100,00 9
21 Tontonunu 131,14 100,00 5
22 Poleang Tengah 41,69 100,00 4
Secara administratif, Kabupaten Bombana mempunyai luas 15.153, 48 km2atau 21,8%
dari luas wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara yang terbagi dalam 22 kecamatan dan 138
desa/kelurahan. Kecamatan terluas adalah Kecamatan Matausu dengan luas 456,17 km² atau
13,76% dari luas Kabupaten Bombana Sedangkan yang memiliki wilayah terkecil adalah Kecamatan
Kepulauan Masaloka Raya dengan luas 2,66 km² atau 0,08% dari luas Kabupaten/Kota Bombana.
Selengkapnya wilayah Kabupaten Bombana dapat dilihat pada Tabel-4.1 dan
Gambar-4.1.
Gambar-4.1: Peta Administrasi Kabupaten Bombana
4.1 GAMBARAN DEMOGRAFI
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), bahwa jumlah penduduk di
70.768 jiwa penduduk laki-laki dan 70.238 jiwa penduduk perempuan. Kepadatan penduduk di
Kabupaten/Kota Bombana berbeda-beda untuk setiap kecamatan. Kepadatan penduduk rata-rata di
Kabupaten/Kota Bombana pada tahun 2011 berkisar 43 jiwa/km2. Kecamatan Masaloka Raya
memiliki kepadatan 1.142 jiwa/km2 dan merupakan kecamatan dengan kepadatan tertinggi di
Kabupaten/Kota Bombana Sedangkan Kecamatan Mata Usu memiliki kepadatan penduduk 3
jiwa/km2 dan merupakan kecamatan dengan kepadatan terendah. Selengkapnya jumlah dan
kepadatan penduduk Kabupaten Bombana dapat dilihat pada Tabel-4.2.
Tabel-4.2:
Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten/ Bombana Tahun 2011
No Kecamatan Luas
1 Kabaena 103,57 1.392 1.514 2.906 28
2 Kabaena Utara 132,97 1.904 1.840 3.744 28
3 Kabaena Selatan 129,20 1.219 1.439 2.658 21
4 Kabaena Barat 39,43 3.667 3.975 7.642 194
5 Kabaena Timur 121,25 3.247 3.548 6.795 56
6 Kabaena Tengah 275,58 1.624 1.695 3.319 12
7 Rumbia 58,99 5.515 5.409 10.924 185
8 Mata Oleo 108,53 3.016 3.197 6.213 57
9 Kep. Masaloka Raya 2,66 1.526 1.511 3.037 1.142
10 Rumbia Tengah 21,11 3.271 3.212 6.483 307
11 Rarowatu 166,81 3.299 3.050 6.349 38
12 Rarowatu Utara 239,40 4.424 3.081 7.505 31
13 Lantari Jaya 285,01 4.083 3.587 7.670 27
14 Mata Usu 456,17 717 572 1.289 3
15 Poleang Timur 101,55 4.630 4.660 9.290 91
16 Poleang Utara 237,27 5.472 5.190 10.662 45
17 Poleang Selatan 89,88 3.335 3.398 6.733 75
18 Poleang Tenggara 133,51 1.911 1.917 3.828 29
19 Poleang 115,39 7.067 7.494 14.561 126
20 Poleang Barat 325,05 5.838 5.655 11.493 35
21 Tontonunu 131,14 2.833 2.522 5.355 41
22 Poleang Tengah 41,69 1.778 1.772 3.550 85
Jumlah 3.316,16 71.768 70.238 142.006 43
Sumber: Kabupaten Bombana , 2012
Pertambahan jumlah penduduk di Kabupaten Bombana dipengaruhi oleh pertumbuhan
alami (lahir dan mati), penduduk datang dan peduduk keluar (migrasi). Berdasarkan data penduduk
2012 sebesar 10,25 %. Laju pertumbuhan penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Poleang
sedangkan untuk laju pertumbuhan terkecil terdapat di Kecamatan Mata Usu Lebih jelas mengenai
laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Bombana terlihat pada Tabel-4.3.
Tabel 4.3:
Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Bombana 5 Tahun Terakhir
No Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa)
Laju Pertumbuhan Penduduk (%)
2008 2009 2010 2011 2012
1 Kabaena 2.725 2.765 2.849 2.906 2.985 4,77
2 Kabaena Utara 3.506 3.556 3.671 3.744 3.846 4,77
3 Kabaena Selatan 2.703 2.742 2.606 2.658 2.730 4,76
4 Kabaena Barat 6.359 6.451 7.492 7.642 7.850 4,78
5 Kabaena Timur 13.067 6.191 6.663 6.795 6.981 4,77
6 Kabaena Tengah 2.804 2.845 3.254 3.319 3.603 10,73
7 Rumbia 5.374 5.536 10.710 10.924 11.221 4,77
8 Mata Oleo 6.352 6.444 6.092 6.213 6.382 4,76
9 Kep. Masaloka Raya 2.889 2.931 2.978 3.037 3.121 4,80
10 Rumbia Tengah 3.356 3.456 6.356 6.483 6.659 4,77
11 Rarowatu 2.917 2.959 6.225 6.349 6.522 4,77
12 Rarowatu Utara 4.547 4.613 7.359 7.505 7.710 4,77
13 Lantari Jaya 5.868 5.953 7.520 7.670 7.878 4,77
14 Mata Usu 1.007 1.022 1.264 1.289 1.325 4,83
15 Poleang Timur 8.591 8.716 9.109 9.290 9.543 4,76
16 Poleang Utara 8.265 8.385 10.454 10.662 10.953 4,77
17 Poleang Selatan 4.318 4.381 6.602 6.733 6.917 4,77
18 Poleang Tenggara 3.265 3.313 3.754 3.828 3.933 4,77
19 Poleang 13.266 13.459 14.277 14.561 14.958 4,77
21 Tontonunu 3.018 3.062 5.251 5.355 5.502 4,78
22 Poleang Tengah 3.363 3.412 3.480 3.550 3.646 4,77
Jumlah 116.716 111.481 139.235 142.006 146.072 4,91
Sumber : Badan Pusat Statistik
4.2 GAMBARAN TOPOGRAFI
Berdasarkan kondisi topografi, Kabupaten Bombana terdiri atas 3 tiga dimensi daerah yaitu
daerah pegunungan, daerah pesisir dan kepulauan serta dataran rendah, dimana bagian tengah
tenggara mempunyai ketinggian 1.000 m dari permukaan laut, dan sebagian kecil di bagian utara
yang mempunyai ketinggian diatas 500 m. Bagian selatan dan timur dataran utama langsung
berbatasan dengan laut yaitu Selat Kabaena dan Selat Muna. Di Pulau Kabaena bagian tengah
mempunyai tingkat ketinggian diatas 2.000 m di atas permukaan laut. Secara keseluruhan
Kabupaten Bombana mempunyai jenis kelas kelerengan atau elevasi bervariasi dimana sekitar
39,79 % dari total luas wilayah Kabupaten berstruktur landai dan 23,43 % cukup landai, sedangkan
Gambar-2.2: Peta Kemiringan Lereng Kabupaten Bombana
4.3 GAMBARAN GEOHIDROLOGI
Secara umum, kondisi sistem hidrologi di suatu daerah dapat ditinjau dari kajian Daerah
Aliran Sungai (DAS). DAS merupakan suatu bentang alam yang dibatasi oleh pemisah alami berupa
topografi perbukitan/pegunungan dan berfungsi mengumpulkan, menyimpan dan mengalirkan air,
sedimen dan unsur hara ke sungai utama yang akhirnya bermuara pada satu outlet tunggal. Di
Kabupaten Bombana terdapat anak tiga sungai dan 89 DAS. Beberapa sungai besar yang terdapat
di Kabupaten Bombana cukup potensial untuk pengembangan pertanian, irigasi, air baku dan
sungai-sungai tersebut, terdapat pula tambak/ rawa yang sangat potensial untuk pengembangan
usaha perikanan darat.
Kondisi Gohidrologi Kabupaten Bombana terdiri dari :
1. Aliran air permukaan("surface run off") berupaOff Stream(daerah aliran sungai = DAS) danIn
Stream (badan air yang teraliri air = sungai). Sebagaimana telah dijelaskan diatas, bahwa
tingkat kerapatan sungai di Pulau Kabaena jauh lebih besar dari Bombana daratan. Pada aliran
air permukaan di Bombana daratan terbentuk oleh 3 (tiga) pola radien yang masing-masing
berpusat di Kecamatan Poleang, Kecamatan Rarowatu, dan Kecamatan Rumbia membentuk
kerucut; serta yang berada di Pulau Kabaena hampir setiap sungai membentuk SWS dan Sub
SWS tersendiri. Secara umum pola aliran sungai di Bombana daratan dipengaruhi oleh pola
kelurusan patahan geologi yang berarah Barat Laut - Tenggara, demikian pula aliran sungai
yang ada di Pulau Kabaena. Pada umumnya sungai memperlihatkan pola dendritik bercabang
sebagai penciri dari tingkat homogenitas kekerasan tanah dan batuan yang dilalui aliran sungai
tersebut.
2. Aliran air tanahdi wilayah ini dapat dibagi menjadi satuan-satuan sebagai berikut :
a. Akuifer dengan produktivitas sedang merupakan akuifer air tanah dengan
permeabilitas/keterusan sedang, muka air tanah bebas beragam antara 0,5 - 10 meter
dibawah permukaan tanah setempat. dan debit sumur pada umumnya kurang dari 5
liter/detik. Batuannya disusun oleh aluvial, koluvial, dan endapan rawa (lumpur, lempung,
pasir, kerikil. dan kerakal) dengan kelulusan sedang hingga tinggi pada material kasar,
rendah - sedang pada material lempungan. Satuan akuifer ini tersebar terbatas di bagian
Barat Bombana daratan memanjang pantai Utara - Selatan.
b. Akuifer setempat dengan produktivitas sedang, akuifer ini cenderung tidak menerus, tipis
dan rendah tingkat keterusannya, dengan muka air tanah dekat dengan permukaan tanah,
debit surnur pada umumnya kurang dari 5 liter/detik. Akuifer ini disusun oleh aluvial, koluvial,
lumpur, lempung, pasir. kerikil, dan kerakal dengan kelulusan sedanq hingga tinggi pada
material kasar dan rendah – sedang pada material lempungan tersebar sebagian di pantai
Timur, pantai Selatan dan pantai Barat dalam areal yang cukup sempit. Sebagian lagi diisi
oleh satuan konglomerat dan batu pasir dengan kelulusan rendah - sedang tersebar di
pantai Selatan dan cukup meluas di pantai Barat, serta adanya satuan terumbu koral
c. Akuifer dengan aliran rnelalui celah dan ruang antar butir, akuifer setempat produktif,
dengan keterusan dan kisaran kedalaman muka air tanah sangat beragam, dan debit sumur
pada umumnya kurang dari 5 liter/delik. yang disusun oleh batuan terumbu koral dengan
tingkal kelulusan sedang - tinggi. Satuan akuifer ini tersebar dilapis kedua pantai Barat Daya
Bombana daratan.
d. Akuifer dengan aliran melalui celah, rekahan dan saluran bersifat produktif air tanah terbatas
pada zona celah, rekahan dan saluran serta sumur dan mata air cukup beragam. Debit mata
air terbesar 200 l/detik dengan tinggi muka air tanah sangat beragarn. Disusun oleh batuan
gamping kalkarenit, batu pasir dan napal, dengan kelulusan sangat beragam yang
umumnya tinggi pada daerah dengan derajat pembentukan karst. Tersebar agak ke dalam
di bagian Barat Daya Bombana daratan.
e. Akuifer bercelah atau sarang dengan produktivitas rendah merupakan dataran tanah
langkah, akuifer dengan produktivitas rendah. Satuan akuifer ini tersebar pada wilayah
pegunungan pegunungan yang mendominasi seluruh wilayah Kabupaten Bombana dan
yang ada di Pulau Kabaena.
4.4 GAMBARAN GEOLOGI
Berdasarkan struktur geologinya Kabupaten Bombana dapat dikelompokkan
menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Satuan Geomorfologi, terdiri atas :
• Satuan Geomorfologi Pegunungan dan Perbukitan Lipat Patahan mendominasi seluruh wi\ayah Kabupaten Bombana Daratan dan Pulau-pulaunya.
• Satuan Geomorfologi Dataran Pantai yang tersebar di Pantai Barat, Pantai Selatan Barat Daya dan Pantai Timur Bombana Daratan serta Barat (Utara-Selatan) Pulau Kabaena.
• Satuan Geomorfologi Dataran Lembah aluvial yang mengikuti pola delta aluvial transisi dengan wilayah pantai.
2. Satuan batuan (unit litologi), terdiri dari :
• Formasi Matano yang disusun oleh batu gamping, rijang radiolaria dan batu sabak, setempat di Bombana Daratan bagian Selatan dan di tengah Kabaena yang memanjang Timur-Barat berupa kontak tektonik batuan lain di sekitarnya.
• Kompleks Pompangeo yang disusun oleh satuan batuan berupa sekis glaukofan, sekis amfibolit, sekis khlorit, rijang berjaspis, pualam/marmer dan batu gamping terrnalihkan, berumur, tersebar meluas di bagian Tenggara Bombana di bagian Utara Bombana Daratan, dan pada bagian tengah Pulau Kabaena.
• Formasi Langkowala yang disusun oleh satuan konglomerat dan setempat batu gamping kalkarenit, berumur Miosen Atas yang terdapat pada bagian Tengah dan Utara serta sedikit di Selalan wilayah Bombana daratan dan menyebar pula di pantai Barat Pulau Kabaena.
• Formasi Eemoiko yang disusun oleh satuan batuan batu gamping kalkarenit batu gamping koral, batu pasir, dan napal, yang berumur (Polisen), dan tersebar hanya di wilayah Bombana Daratan bagian Tenggara dan bagian Selatan agak ke dalam
• Formasi Boepinang yang terdiri dari lempung pasiran, napal pasiran, dan batu pasir yang seumur rlengan Formasi Eemoiko (Polisen) sehingga penyebarannya pun selalu berasosiasi.
• Formasi Buara. Formasi Langga dan Alluvial yang sarna-sarna berasosiasi dalam satu wilayah yang berdekatan disusun oleh batuan: terumbu koral, konglomerat dan batu pasir: konglomerat dan batu pasir, serta lumpur, lempung, pasir kerikil dan kerakal yang mengelilingi pantai Barat - Selatan - dan Timur Bornbana Daratan, dan sebagian besar pantai Barat Pulau Kabaena dan sedikit ada di pantai Timur dan Pantai Selatan Pulau Kabaena ini.
4.5 GAMBARAN KLIMATOLOGI
Kondisi iklim suatu wilayah dapat dilihat dari keadaan curah hujan, hari hujan, temperatur,
kelembaban relatif, kecepatan angin, dan itensitas penyinaran matahari. Iklim Kabupaten Bombana
berdasarkan Smith dan Ferguson termasuk dalam ..…, yang dicirikan oleh bulan basah selama 11
bulan yaitu pada bulan Februari – Desember dengan temperatur rata-rata 21,3.° C. – 24,4.° C.
1. Curah Hujan
Rerata curah hujan di Kabupaten/Kota Bombana sepanjang tahun 2010 mencapai 67
mm/bulan. Bulan basah/kering terjadi jika jumlah curah hujan yang terjadi pada bulan tersebut
melebihi/kurang dari rerata curah hujan pada tahun bersangkutan. Berdasarkan rerata curah
hujan mengindikasikan bahwa bulan basah Kabupaten/Kota Bombana terjadi pada bulan
keringnya yaitu bulan Agustus - Desember dengan rerata curah hujan bulanan kurang dari 15
mm.
2. Hari Hujan
Pada tahun 2010 rerata hari hujan dalam satu tahunnya selama 4 hari dalam tiap bulannya.
Pada bulan-bulan tertentu frekuensi turunnya hujan lebih sedikit dibandingkan dengan bulan
lainnya. Frekuensi hujan di bawah rata-rata terjadi pada bulan Juli - September, hal ini
mengindikasikan bahwa pada bulan-bulan tersebut sedang mengalami musim kemarau.
Demikian pula sebaliknya musim hujan terjadi pada bulan April - Juni, karena jumlah hari hujan
tiap bulannya melebihi rata-rata.
3. Temperatur
Secara umum keadaan temperatur di Kabupaten/Kota Bombana mengikuti kondisi suhu udara di
Provinsi Sulawesi Tenggara dengan wilayah yang lebih luas. Temperatur rata-rata selama tahun
2009 di Kabupaten/Kota Bombana berkisar 21,3 °C – 24,4 °C. Pada bulan-bulan tertentu
temperaturnya berada di atas rata-rata atau bahkan berada di bawah rata-rata. Temperatur
pada bulan Agustus - November berada di bawah temperatur rata-rata dengan suhu paling
rendah terjadi pada bulan Agustus mencapai 21,3°C. Sedangkan temperatur bulan
Februari-Desember berada diatas rata-rata mencapai 24,4°C pada bulan Februari.
4. Kelembaban Relatif
Sepanjang tahun 2009 kelembaban relatif rata-rata 44,00% - 85% sehingga dapat dikatakan
bahwa Kabupaten/Kota Bombana termasuk daerah dengan kelembaban relatifnya tinggi/rendah
(pilih salah satu). Kelembaban relatif wilayah Kabupaten/Kota Bombana cukup tinggi dengan
rata-rata mencapai 85% pada tahun 2009 Pada bulan Agustus-September merupakan
bulan-bulan dengan tingkat kelembabannya berada diatas rata-rata, sedangkan tingkat kelembaban
relatif bulan Februari - Juli berada di bawah rata-rata.
5. Kecepatan Angin
Rata-rata kecepatan angin di Kabupaten/Kota Bombana selama tahun 2009 mencapai 4,9 knot,
kecepatan angin diatas kecepatan rata-rata terjadi pada bulan Agustus yang berkisar 4,9 knot.
6. Itensitas Penyinaran Matahari
Lama penyinaran matahari menunjukkan banyaknya hari yang mendapatkan penyinaran
tahun 2010 berkisar 22 % - 42%, hal ini berarti efektifitas lama penyinaran yang terjadi di
Kabupaten Bombana berkisar 14 - 21 hari tiap bulannya.
Tabel 4. 4
Rata-rata Banyaknya Curah Hujan (CH) Dan Hari Hujan (HH)
No Stasiun Pencatat (Pos Hujan) CH
(mm) HH
1. Pos Hujan Rumbia / Rumbia Tengah 440 44
2. Pos Hujan Rarowatu 608 60
3. Pos Hujan Lantari Jaya 785 61
4. Pos Hujan Rarowatu Utara 698 52
5. Pos Hujan Poleang Timur / Poleang Utara 698 39
6. Pos Hujan Poleang Tenggara 963 71
7. Pos Hujan Poleang Barat 388 31
8. Pos Hujan Poleang 325 28
Tabel 4. 5
Curah Hujan dan Hari Hujan di Kabupaten Bombana
No Bulan
4.6 KONDISI SOSIAL EKONOMI
A. KONDISI SOSIAL
Pertumbuhan penduduk usia kerja akan meningkatkan jumlah angkatan kerja. Pertambahan
angkatan kerja tersebut dapat ditampung dalam lapangan kerja formal, dan sebagian lagi telah
berusaha menciptakan lapangan kerja formal, dan sebagian lagi telah berusaha menciptakan
lapangan kerja untuk dirinya sendiri, yang termasuk sebagai pekerjaan sektor informal. Namun tidak
semua angkatan kerja tersebut dapat tertampung pada lapangan kerja yang tersedia. Yang
termasuk angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja, mempunyai pekerjaan tetapi sementara
tidak bekerja dan yang sedang mencari pekerjaan (menganggur). Penduduk yang bersekolah,
mengurus rumah tangga dan tidak melakukan kegiatan apapun termasuk kategori bukan angkatan
kerja.
Tabel-4.6:
Jumlah dan Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Menurut Jenis Kegiatan Utama dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Tahun 2010 – 2011
Jenis Kegiatan Utama 2010 2011
Jumlah % Jumlah %
Bekerja 65.474 71.1 67.890 71.92
Mencari Pekerjaan 1.240 1.34 1.775 1.88
Sekolah 4.218 4.58 3.720 3.94
Mengurus R. Tangga 17.338 18.83 17.361 18.39
Lainnya 3.799 4.12 3.644 3.86
Jumlah 92.069 100 94.390 100
T P T
Sumber: Badan Pusat Statistik
Dari tabel di atas terlihat bahwa jenis kegiatan utama yang paling banyak dilakukan oleh
penduduk Kabupaten/Kota Bombana adalah bekerja Persentase penduduk yang bekerja pada
tahun 2010 tercatat sebesar 71,1 % (65.474 jiwa), dan pada tahun 2011 mengalami kenaikan
menjadi 71,92 % (67.890 jiwa).
Penilaian kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari tingkat pendidikan tertinggi yang
ditamatkan. Rendahnya rata-rata tingkat pendidikan penduduk dapat dijadikan idikator rendahnya
Tabel-2.7:
Jumlah dan Persentase Penduduk Pencari Kerja Menurut Ijasah Tertinggi Yang Dimiliki Tahun 2010 – 2011
Ijasah Tertinggi Yang
Tamat SLTP sederajat 58 2.56 3 0.89
Tamat SLTA sederajat 800 35.3 140 41.91
Diploma I/II/III 790 34.8 8 2.39
Sarjana/S1 304 13.42 148 44.31
Pasca Sarjana/S2 304 13.42 34 10.17
Jumlah 2.265 100 334 100
Sumber: Bombana Dalam Angka
B. KONDISI PEREKONOMIAN
Keunggulan suatu sektor ekonomi dapat dilihat dari segi pertumbuhan, kontribusi sektor
yang bersangkutan dalam perekonomian secara agregat, dan daya serapnya terhadap tenaga kerja.
Sektor ekonomi yang memiliki pertumbuhan dan kontribusi terhadap PDRB serta penyerapan tenaga
kerja yang tinggi merupakan sektor yang paling unggul di antara sektor-ekonomi yang ada. Sektor ini
akan menjadi penggerak utama perekonomian pada suatu wilayah. Berdasarkan distribusi
persentase nilai PDRB Kabupaten/Kota Bombana dari tahun 2007 – 2011 berdasarkan harga
berlaku terlihat bahwa struktur perekonomian Kabupaten/Kota Bombana didominasi oleh sektor
pertanian dengan distribusi sebesar 49,99 % pada tahun 2011 PDRB Kabupaten/Kota Bombana
menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan dapat dilihat pada Tabel-2.7 berikut :
Tabel-4.8:
Distribusi Persentase PDRB Berdasarkan Harga Konstan di Kabupaten/Kota Bombana Tahun 2007-2011
Sektor 2007 2008 2009 2010 2011
1. Pertanian 57.61 55.91 53,79 52,04 49,99
2. Pertambangan dan penggalian 2.62 4.10 4,21 4,78 5,28
3. Industri pengolahan 1.34 1.30 1,34 1,43 1,52
4. Listrik,gas dan air bersih 0.32 0.28 0,28 0,29 0,29
5. Konstruksi/ bangunan 8.13 8.24 8,64 10,01 11,24
Sektor 2007 2008 2009 2010 2011 Perusahaan
9. Jasa-jasa 12.51 12.28 12,93 11,97 11,49
P D R B 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber : Bombana dalam Angka 2012
Untuk mengetahui perkembangan ekonomi suatu wilayah, dapat dilihat dari Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB merupakan suatu ukuran kuantitatif dari hasil-hasil
pembangunan ekonomi yang telah dilakukan pada suatu saat tertentu untuk memberikan gambaran
mengenai keadaan perekonomian pada masa-masa lalu dan masa sekarang. Pertumbuhan nilai
PRDB Kabupaten Bombana pada tahun 2011 mencapai 7,53% mengalami kenaikan/penurunan
dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun yang sama, pertumbuhan nilai PRDB Provinsi
Sulawesi tenggara sebesar 7,53% lebih tinggi/rendah.
Pertumbuhan ekonomi di wilayah Kabupaten/Kota Bombana didukung dari berbagai
bidang diantaranya pertanian, pertambangan, dan penggalian dst. Sektor perdagangan, hotel dan
restoran memberikan sumbangan yang paling besar terhadap total PDRB Kabupaten Bombana
dengan rata-rata sumbangan yang diberikan sebesar 12,04% (tanpa minyak). Sektor lainnya yang
memiliki kontribusi relatif besar adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa yaitu 26,20%
sedangkan PDRB yang disumbangkan dari sektor pertanian relatif kecil yaitu hanya 2,20%, masih
jauh lebih rendah terhadap total PDRB Kabupaten
Gambar-4.3
Gambar 4.4