1
EVALUASI PROGRAM PENANAMAN SATU MILYAR POHON
SEKTOR KEHUTANAN REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN
DI KECAMATAN TAKTAKAN KOTA SERANG TAHUN 2011
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Kebijakan Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh:
IRNA MEGASARI
NIM. 6661080384
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG
1
ABSTRAK
Irna Megasari. NIM: 6661 080384. SKRIPSI. Evaluasi Program Penanaman Satu Milyar Pohon Sektor Kehutanan Rehabilitasi Hutan dan Lahan di Kecamatan Taktakan Kota Serang Tahun 2011. Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fisip Untirta. Dosen Pembimbing 1 : Gandung Ismanto, S.Sos, MM, Dosen Pembimbing 2 : Hj. Ima Maisaroh, S.Ag, M.SI.
Kata kunci: Evaluasi, Program, Penanaman Satu Milyar Pohon.
Program penanaman satu milyar pohon merupakan kegiatan nasional dimana Kecamatan Taktakan juga merupakan bagian dari kegiatan tersebut. Latar belakang masalah penelitian ini antara lain lemahnya pengawasan dari Dinas Pertanian Kota Serang, kurangnnya sosialisasi, koordinasi antar stakeholder
ii
ABSTRACT
Irna Megasari. NIM: 6661 080384. THE FINAL PAPER. The evaluation of one billion trees planting program on forest and land rehabilitation of forestry sector in sub district Taktakan Serang 2011. State administrative study, governance faculty of Untirta. Guidance Lecture 1 : Gandung Ismanto, S.Sos, MM, Guidance Lecture 2 : Hj. Ima Maisaroh, S.Ag, M.SI.
Key words: evaluation, program, one billion trees planting.
vi
Alhamdulillaahi robbil aalamiin
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam
Jika A adalah Kesuksesan. Maka A=X+Y+Z, Y adalah
pekerjaan, X adalah bermain dan Z adalah menjaga
ucapan dan mulutmu. (Albert Einstein)
Skripsi ini ku persembahkan untuk:
~ Mamah, Bapak dan kakak-kakak ku tercinta
~ Kekasih tercinta
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Alhamdulillaahi rabbil aalamiin. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta
alam. Puji syukur yang tak terhingga ini belum sebanding dengan nikmat yang
telah kita terima sebagai makhluk yang paling sempurna diantara makhluk
ciptaan-Nya. Atas kehendak-Nya, saya dapat menyelesaikan proposal skripsi
tentang fungsi Evaluasi Program Penanaman Satu Milyar Pohon Sektor
Kehutanan Rehabilitasi Hutan dan Lahan di Kecamatan Taktakan Kota Serang
Tahun 2011. Terimakasih yang begitu besar saya ucapkan untuk kedua orang tua
atas kasih sayang yang tak terhingga, serta segala daya dan upaya yang telah
diberikan kepada peneliti baik materil dan non materiil.
Ucapan terima kasih juga peneliti sampaikan kepada pihak yang telah
memberikan pengajaran, bantuan, serta dorongan dalam upaya menyelesaikan
proposal skripsi mengenai ”Evaluasi Program Penanaman Satu Milyar Pohon Sektor Kehutanan Rehabilitasi Hutan dan Lahan di Kecamatan Takatakan
Kota Serang Tahun 2011”. Untuk itu, peneliti sampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng
ii
2. Bapak Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, sekaligus Pembimbing Akademik
I yang selalu memberikan bimbingan dan saran selama perkuliahan;
3. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si., Wakil Dekan I Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;
4. Ibu Mia Dwianna W., M.I.Kom., Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;
5. Bapak Gandung Ismanto, S.Sos., MM., Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, sekaligus Dosen
Pembimbing I skripsi. Terimakasih atas bimbingan dan motivasi yang begitu
besar selama proses penyusunan proposal skripsi.
6. Ibu Rahmawati, S.Sos., M.Si., Ketua Program Studi Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa;
7. Ibu Ipah Ema Jumiati, S. Sos., M.Si., Sekretaris Program Studi Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa;
8. Ibu Hj. Ima Maisaroh, S.Ag., M.SI., Dosen Pembimbing II skripsi.
Terimakasih atas bimbingan dan motivasi yang begitu besar selama proses
penyusunan proposal skripsi;
9. Semua dosen dan Staf Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
iii
10. Mamah, Bapak, Kakak, teteh, dan ponakanku tersayang. Terimakasih atas
motivasi serta segala daya dan upaya yang diberikan kepada peneliti dalam
penyelesaian propoal skripsi baik materiil maupun nonmateriil.
11. Lee Seong Min yang selalu menemani dan memberi semangat yang tiada
henti sampai terselesaikannya skripsi ini.
12. Kepala Dinas Pertanian Kota serang. Terimakasih atas keterbukaan dan
kesediaan dalam memberikan data dan informasi dalam proses penelitian ini.
13. Kepala Kelompok Kerja dan Masyarakat kecamatan Taktakan Kota Serang.
Terimakasih atas keterbukaan dan kesediaan dalam memberikan data dan
informasi dalam proses penelitian ini.
14. Sahabat-sahabat tersayang, Uvi Rika Mustika, Hanna Fauziah, Cucu Rahayu,
teman-teman Kantor Disporaparbud Kota Serang. Terimakasih atas doa dan
motivasi yang begitu besar kepada peneliti.
15. Sahabat-sahabat seperjuangan Ilmu Administrasi Negara 2008, khususnya
kelas A Reguler, terimakasih atas motivasi, kebersamaan, dan kenangan
selama tiga setengah tahun perkuliahan.
Demi kesempurnaan proposal skripsi ini, peneliti sangat mengharapkan
kritik dan saran dari semua pihak terhadap proposal skripsi ini. Akhir kata,
peneliti ucapkan terimakasih.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Serang, Juni 2015
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
ABSTRAK
ABSTRACT
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah dan Fokus Penelitian ... 13
1.2.1 Identifikasi Masalah ... 13
1.2.2 Fokus Penelitian ... 14
1.3 Rumusan Masalah... 14
1.4 Tujuan Penelitian ... 15
1.5 Manfaat Penelitian ... 15
v
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka ... ...21
2.1.1 Kebijakan Publik ... 21
2.1.2 Evaluasi Kebijakan Publik ... 24
2.1.3 Penanaman Satu Milyar Pohon ... 31
2.1.3.1 Definisi ... 31
2.1.3.2 Maksud dan Tujuan ... 32
2.1.3.3 Dasar Pelaksanaan ... 33
2.2 Kerangka Berpikir ... 34
2.3 Asumsi Dasar ... 37
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 38
3.2 Instrumen Penelitian ... 39
3.3 Informan Penelitian ... 41
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 41
3.5 Teknik Pengelolaan dan Analisis Data ... 47
3.6 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Data ... 49
Lokasi dan Jadwal Penelitian ... 52
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ... 53
vi
4.1.2 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 56
4.1.3 Profil Dinas Pertanian ... 56
4.1.3.1 Visi dan Misi Dinas Pertanian Kota Serang ... 56
4.1.3.2 Susunan Organisasi Dinas Pertanian Kota Serang ... 57
4.1.4 Kodefikasi Identitas Informan ... 60
4.2 Deskripsi Data ... 62
4.1.2 Hasil Temuan ... 62
4.3 Pembahasan ... 81
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 85
5.2 Saran ... 88
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Sebaran Lahan Kritis RTk-RHL Kota Serang ... 8
Tabel 1.2 Lokasi Program Penanaman Satu Milyar Pohon Rehabiltasi Hutan dan Lahan di Kecamatan Taktakan tahun 2011 ... 9
Tabel 2.1 Tipe Evaluasi ... 30
Tabel 2.2 Kriteria Evaluasi menurut William Dunn ... 30
Tabel 3.1 Kisi-kisi Pertanyaan ... 44
Tabel 3.2 Rencana Kegiatan Penelitian Skripsi ... 52
Tabel 4.2 Kodefikasi Informan Berdasarkan Kelompok ... 60
Tabel 4.3 Kodefiksi Informan Kelompok Pemerintah ... 60
Tabel 4.4 Kodefikasi Informan Kelompok Masyarakat ... 61
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ... 36
Gambar 3.1 Komponen dalam Analisis Data: Model Interaktif ... 48
Gambar 4.1 Peta Wilayah Kota Serang ... 54
Gambar 4.2 Peta Wilayah Kecamatan Taktakan ... 55
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman Wawancara Penelitian
Lampiran 2 Peraturan Kehutanan RI Menteri Kehutana RI Nomor : P.61/
Menhut- II/ 2011 Tentang Panduan Penanaman Satu Milyar Pohon
Tahun 2011
Lampiran 3 Surat Penelitian
Lampiran 4 Hasil Wawancara
Lampiran 5 Member Check
Lampiran 6 Dokumentasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pemanasan Global atau yang lebih dikenal sebagai efek rumah kaca
kini menjadi ancaman besar terhadap kelangsungan hidup manusia. Karena
pemanasan yang terjadi beberapa tahun ini membawa dampak yang buruk
terhadap kelangsungan hidup manusia. Hal ini dapat dilihat dari terjadinya
kebakaran hutan yang sering terjadi di berbagai belahan dunia termasuk di
Indonesia. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Banten (2012)
menyatakan naiknya permukaan volume lautan antara 9 hingga 100 cm (4-40
inci) menimbulkan banjir didaerah pantai, bahkan dapat menenggelamkan
pulau. Tidak hanya itu, pemanasan global juga menyebabkan kekeringan
sehingga mengganggu siklus tanam bagi para petani dan dapat menimbulkan
kelaparan. Pada dasarnya, pemanasan global normal terjadi selama kurun
waktu tertentu karena pemanasan dibutuhkan bumi guna tetap menjaga suhu
bumi agar tetap hangat, namun pemanasan global naik secara drastis sejak
manusia memasuki era industrialisasi, dimana manusia melakukan banyak
aktifitas seperti pembakaran batu bara, minyak bumi dan gas bumi untuk
memenuhi kebutuhan listrik yang menghasilkan gas buangan yang dapat
merusak bumi. Akibatnya, terjadilah perubahan iklim secara drastis yang
Berdasarkan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Banten (2012)
yang di kutip dari temuan IPCC di tahun 2005 terjadi peningkatan suhu
0,6-0,70 sedangkan di Asia lebih tinggi, yaitu 10. Perubahan iklim ini hampir
dirasakan di seluruh dunia, dimana makin panjangnya musim panas dan
makin pendeknya musim hujan, serta makin maraknya badai dan banjir di
kota besar (el nino) di seluruh dunia.
Time For Kid (2012) menyatakan Indonesia merupakan negara ke tiga
yang memiliki hutan tropis terbesar di dunia dimana peringkat pertama di
tempati oleh Brazil dan peringkat kedua adalah negara Kongo . Tidak heran
kemudian Indonesia menjadi negara termasyur di dunia dengan julukan
sebagai zamrud khatulistiwa, bahkan menjadi paru paru dunia. Indonesia
berperan besar dalam mengikat emisi gas buangan yang berbahaya terhadap
kelangsungan hidup manusia karena sumber daya alamnya yang melimpah.
Hal inilah pula yang menjadikan Indonesia sebagai surga kayu di dunia.
Lemahnya kebijakan dalam menangani kekayan hutan, menyebabakan
Indonesia kehilangan kontrol dan mengakibatkan laju deforestasi yang
menggila karena eksploitasi yang berlebihan dan berlangsung begitu lama.
Bahkan indonesia harus menunggu selama 11 tahun untuk dapat
mengesahkan Undang Undang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan
Hutan (P3H). Sebab undang undang sebelumnya yaitu UU nomor 41 tahun
1999 tentang kehutanan dirasa belum mampu memberikan efek jera terhadap
3
Menurut Forest Wacth Indonesia (2011), Laju deforestasi tahun 2000–
2009 adalah sebesar 1,51 juta ha/tahun, dengan laju deforestasi terbesar
berada di wilayaha kalimantan yaitu sebesar 550.586,39 ha/ tahun. jika laju
deforestasi ini tidak ditekan maka kemungkinan besar tahun 2020 hutan
dijawa akan habis dan pada tahun 2030 hutan di Bali-Nusa tenggara juga
akan habis. Tentu nya hal ini sangat menghawatirkan mengingat pentingnya
hutan bagi kelangsungan hidup manusia. Kerusakan hutan tentu membawa
dampak buruk bagi kualitas hidup yang juga merusak ekosistem yang telah
ada.
Laju deforestasi yang besar inilah yang akhirnya membuat Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono berkomitmen untuk melakukan penurunan emisi
sebesar 26%-41% pada Konferensi Tingkat Tinggi Iklim di Kopenhag.
Dimana menurut Hijauku.com (2013) negara industri menyumbang 52%
emisi gas rumah kaca dan 48% sisanya adalah negara-negara berkembang.
Indonesia sebagai negara berkembang tentu mempunyai kewajiban dan
tanggung jawab yang sama dalam menekan angka deforestasi. Menurut
laporan Wetland International & Delft Hidgraulics (Hooijer, A. Et.al, 2006)
dalam Forest Wacth Indonesia (2011), Indonesia merupakan negara
penyumbang emisi terbesar ke 3 di dunia yang berasal dari penebangan hutan
secara berlebihan setelah Cina dan Amerika. Oleh sebab itu, pemerintah
(HMPI-BMN) pada tangal 8 desember 2009 di Padalarang, Kabupaten Bandung
Barat, Jawa Barat. Program ini merupakan tindak lanjut dari program One Man One Tree (2009) yang realisasinya mencapai 251,6 juta pohon dari 231,8 juta pohon. Untuk OBIT akan berlangsung dari Februari 2010 sampai
Januari 2011 dimana puncaknya dilaksanakan pada 28 November 2010 di
seluruh Indonesia sebagai Hari Menanam Pohon Indonesia (HPMI). Gerakan
moral juga dilakukan masyarakat dalam rangka mensukseskan program OBIT
tersebut, antara lain pengembangan pohon trembesi oleh presiden, penanaman
pohon di jalan tol (PU), gerakan perempuan tanam (SIKIB), TNI/POLRI,
program CSR (BUMN/BUMD), penanaman oleh industri otomotif (Astra
Internasional), Accor Hospitality Menanam, Angkasa Pura Menanam, Green Radio, reklamasi tambang, dan penanaman dari pemerintah daerah.
Program ini kemudian diperkuat dengan disahkannya Peraturan
Mentri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.61/ Menhut-II/ 2011 Tentang
Panduan Penanaman Satu Milyar Pohon. Dalam peraturan ini dijelaskan
maksud dan tujuan dari penanaman satu milyar pohon tersebut, yaitu: (1)
Sebagai sarana edukasi, peningkatan kepedulian, kemampuan dan
kemandirian seluruh komponen bangsa akan pentingnya menanam dan
memelihara pohon, (2) Mengajak seluruh komponen secara berkelanjutan
untuk melakukan penanaman dan pemeliharaan pohon secara berkelanjutan
untuk mitigasi perubahan iklim dan merehabilitasi hutan dan lahan. Selain itu
tujuan Penanaman Satu Milyar Pohon adalah untuk menambah tutupan lahan
5
karbon monoksida akibat mitigasi perubahan iklim dan penyediaan bahan
baku industri pengelolaan kayu, pangan dan energi terbarukan.
Menurut Peraturan Mentri Kehutanan Nomor : P.16/ Menhut-11/2011
tentang Panduan Penanaman Satu Milyar Pohon Tahun 2011 menyatakan
bahwa Penanaman satu milyar pohon tahun 2011 dibagi kedalam dua sektor,
yaitu sektor kehutanan dan sektor non kehutanan. Sektor kehutanaan
meliputi: (1) Rehabilitasi hutan dan lahan (RLH) sumber dana APBN (pada
kawasan konservasi/ lindung mangrove), (2) Rehabilitasi sumber dana APBD
provinsi/kabupaten/kota, (3) Rehabilitasi hutan dan lahan sumber dana
perimbangan Keuangan (DAK Kehutanan dan DBH DR), (4) Kebun Bibit
Rakyat, (5) Reklamasi Bekas Tambang, (6) Hutan rakyat, (7) Hutan kota, (8)
Penghijauana Lingkungan APBN, (9) Hutan taman Industri (HTI) oleh
BUMS dan BUMN (INHUTANI – IV), (10) Hutan taman rakyat (HTR) oleh
Kelompok Mayarakat, (11) Reboisasi oleh perum perhatian, (12) Lain lain.
Sedangkan, sektor non kehutanan meliputi: (1) Pengembangan pohon
trambesi banpres di daerah, (2) Tanaman perkebunan (Kementrian Pertanian),
(3) Tanaman hortikultural (Kementrian Pertanian), (4) Penanaman pohon di
jalan tol, waduk, dan lain-lain (Kementrian Pekerjaan Umum), (5) Gerakan
perempuan tanam dan pelihara oleh tujuan organisasi wanita (SIKIB, PKK,
DPW, APPB, DP, Kowani dan Bhayangkari), (6) TNI/Polri, (7) Penanaman
CRS BUMN/ BUMD/ BUMS, (8) Lain-lain Kementrian Lembaga.
Penelitian ini dipersempit dengan hanya meneliti bagian sektor
mempersempit ruang lingkup agar penelitian dapat dilakukan dengan baik
dan data yang diperoleh valid.
Setiap provinsi memegang peranaan yang sama penting dalam
mensukseskan terselenggaranya Program Penanaman Satu Milyar Pohon
termasuk provinsi baru seperti Provinsi Banten. Dimana target penanaman di
Provinsi Banten sebanyak 13.500.000 batang pohon dan sampai dengan akhir
bulan Januari 2012 telah berhasil ditanam sebanyak 15.309.172 batang pohon
(113,4%). Meskipun program tersebut telah dilaksanakan dan mencapai target
penanaman bahkan melampau target yang ditentukan, namun pada
kenyataannya peneliti banyak sekali menemukan masalah-masalah di
lapangan. Seperti di Kota Serang, yang pada kenyataannya belum dapat
memenuhi ketentuan pemerintah sesuai Undang-Undang (UU) Nomor 26
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan PP Nomor 47 Tahun 1997 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, serta Peraturan Menteri Dalam
Negeri (Permendagri) Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka
Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan, Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik pada
wilayah perkotaan minimal 30% dari luas daerah, 20% Ruang Terbuka Hijau
(RTH) publik dan 10% Ruang Terbuka Hijau (RTH) privat. Kota Serang baru
memiliki ruang luas terbuka hijau sebesar 14,29 hektar dari luas wilayah Kota
Serang.
Kota Serang merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten Serang,
dimana terdiri dari 6 (enam) kecamatan yaitu: Kecamatan Serang, Kecamatan
7
Jaya, dan Kecamatan Taktakan, dengan total luas wilayah 26.674 Ha dan
jumlah penduduk sekitar 656.126 jiwa pada tahun 2011. Seperti dikutip
dalam Radar Banten (2011), Pada Program Penanaman Satu Milyar Pohon
Kota Serang, menargetkan 3.280.630 batang pohon bisa ditanam di Kota
Serang dengan uraian setiap satu orang menanam 5 batang pohon dan 25
batang untuk setiap keluarga. Namun pada kenyataan dilapangan peneliti
menemukan fakta bahwa Kota Serang hanya mencapai 31% target
penanaman yaitu hanya mampu menanam pohon sekitar 1.008.000 pohon
pada tahun 2011.
Kota Serang sendiri memiliki luas hutan sebesar 130 hektar yang
terdapat di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Taktakan dan Kecamatan
Kasemen. Namun kawasan hutan negara di kawasan Kota Serang di kelola
oleh Perum Perhutani KPH Banten dan BKSD Jawa Barat I maka rehabilitasi
yang dilakukan oleh Dinas Pertanian Kota Serang hanya berfokus pada
Rehabilitasi lahan di wilayah kerja BPDAS Citarum-Ciliwung melalui
kegiatan Pengkayaan Hutan Rakyat, Penanaman Bibit KBR dan Penghijauan
Lingkungan. Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 41 tahun
1999 tentang Kehutanan, rehabilitasi hutan dan lahan dimaksudkan untuk
memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan
sehingga daya dukung, produktifitas dan peranannya dalam mendukung
sistem kehidupan tetap terjaga. Dimana yang menjadi sasaran lokasi
penanaman satu milyar pohon adalah lahan kritis yang rusak/ tidak produktif
Hutan dan Lahan kritis adalah hutan atau lahan yang berada didalam dan
diluar kawasan hutan yang sudah tidak berfungsi lagi sebagai media pengatur
tata air dan unsur produktifitas lahan sehingga menyebabkan terganggunya
keseimbangan ekosistem daerah aliran sungai (DAS). Oleh sebab itu, lahan
kritis merupakan kriteria utama dalam menentukan wilayah yang akan
menjadi lokasi penanaman satu milyar pohon. Sedangkan kegiatan
penghijauan lahan kritis sendiri dilaksanakan dengan sasaran utama lokasi
lahan-lahan masyarakat serta fasum/ fasos ataupun penanaman dikanan kiri
jalan sebagai penyeimbang daya dukung lingkungan. Berikut sebaran lahan
kritis di Kota Serang:
Tabel. 1.1.
Sebaran Lahan Kritis RTk-RHL Kota Serang
No. Kecamatan Kelas Kritis Total (Ha)
Tidak Kritis Potensial Kritis Agak Kritis Kritis
1 Cipocok Jaya 207,56 3.127,13 160,88 3.495,57
2 Curug 1.296,92 2.453,68 146,43 3.897,03
3 Kasemen 1.697,68 4.999,93 6.669,62
4 Serang 1.271,95 1.382,91 2.654,86
5 Taktakan 704,38 2.712,35 2.671,85 44,43 6.133,01
6 Walantaka 311,60 3.233,67 3.545,27
Total 5.490,10 17.909,67 2.979,16 44,43 26.423,35 Sumber : Dinas Pertanian Kota Serang, 2009.
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa kecamatan Taktakan
merupakan kecawatan dengan wilayah yang memiliki lahan kritis dan agak
kritis paling besar diantara semua wilayah kecamatan di Kota Serang, yaitu
sebesar 44,44 Ha lahan kritis, 2.671,85 Ha wilayah agak kritis. Hal ini
9
sebagian besar wilayah kritis dan agak kertis berada di Kecamatan Taktakan.
Kegiatan penanaman satu milyar pohon sektor kehutanan rehabilitasi hutan
dan lahan di Kecamatan Taktakan tersebar di lima lokasi. Kelima tempat
tersebut antara lain :
Tabel. 1.2
Lokasi Program Penanaman Satu Milyar Pohon Sektor Kehutanan Rehabilitasi Hutan dan Lahan di Kecamatan Taktakan Tahun 2011
No Blok Desa/
1. Kerahmatan Cilowong Pengkayaan
(Antocephalus
Sumber : Dinas Pertanian. 2012
Dari observasi awal dan wawancara pendahuluan, ditemukan beberapa
masalah mengenai Program Penanaman Satu Milyar Sektor Kehutanan
Rehabillitasi Lahan dan Hutan di Kecamatan Taktakan. Pertama, lemahnya pengawasan dari dinas pertanian. Hal ini dapat di lihat dari hampir sebagian
tanaman yang ditanam di lima lokasi penanaman pohon sudah tidak ada lagi,
dimana rata-rata tanaman tersebut sudah mati atau sudah di jual oleh
masyarakat. Hal ini dikarenakan program dijalankan pada saat memasuki
musim kemarau, sehingga para kelompok tani yang menjadi kesulitan dalam
menelihara pohon yang ditanam. Pada dasarnya, program ini bukan hanya
sekedar mementingkan jumlah pohon yang berhasil ditanam, tapi bagaimana
penanaman pohon tersebut dapat menjadi solusi bagi masalah yang ada. Hal
ini menjadi perhatian bagi peneliti karena ini dapat menyebabkan kerugian
11
manfaat bagi masyarakat di masa depan. Kota Serang sendiri
menggelontorkan dana sebesar Rp 1.226.400.000 (satu milyar dua ratus dua
puluh enam juta empat ratus ribu rupiah) dalam program rehabilitasi lahan.
Namun dari wawancara awal peneliti dengan pegawai Dinas Pertanian, beliau
mengaku bahwa dana ini jauh dari kata memadai untuk proses pelaksanaan
rehabilitasi hutan dan lahan di Kota Serang. Selain itu, lemahanya
pengawasan juga dirasakan oleh peneliti. Dimana petugas dilapangan hanya
terpaku kepada jumlah pohon yang sudah ditanam tanpa melihat
perkembangan dari program kegiatan tersebut.
Kedua, kurangnya sosialisasi Program Penanaman Satu Milyar Pohon. Ini dirasakan sekali oleh peneliti dalam memperoleh data terkait Program
Penanaman Satu Milyar Pohon Sektor Kehutanan Rehabilitasi Hutan dan
Lahan. Selama ini, rehabilitasi hutan dan lahan hanya dilakukan kepada para
ketua kelompok tani di Kecamatan Taktakan dan selanjutnya menjadi
tanggung jawab Ketua Kelompok Tani dalam mengkampanyekan program
penanaman satu milyar pohon kepada anggota kelompk tani. Sehingga
sosialisasi yang dilakukan belum menyentuh seluruh elemen masyarakat dan
hanya terpaku kepada anggota dan kelompok tani saja.
Ke tiga, koordinasi antar stakeholder masih belum dilakukan secara maksimal. Ini dapat dilihat dari tidak dibentuknya kelompok kerja di tingkat
kota. Menurut Peraturan Mentri Kehutanan Nomor : P.16/ Menhut-11/2011
tentang Panduan Penanaman Satu Milyar Pohon Tahun 2011 menyatakan,
1. Kelompok Kerja merupakan media/ forum koordinasi antara Kementrian/ Lembaga/ Instansi untuk mensukseskan penanaman satu milyar pohon tahun 2011.
2. Kelompok Kerja di tingkat pusat, provinsi dan Kabupaten Kota.
3. Keanggotaan Kelompok kerja meliputi unsur pemerintah dan suasta yang bersifat lintas sektor, yaitu :
a. Unsur pemerintah : kehutanan, Hortultural, perkebunan, kelautan dan perikanan, PU, Lingkungan Hidup, TNI/ Polri, Diknas, Perguruan Tinggi Negri, BUMN/ BUMD. b. Unsur non pemerintah : BUMS, Lembaga Kemasyarakatan,
Perguruan Tinggi Swasta, Pramuka, Organisasi Kepemudaan, masyarakat lainnya.
4. Tugas pokok kelompok kerja adalah merencanakan, mengorganisir, memobilitas sumber daya, memonitor dan mengevaluasi serta melaporkan pelaksanaan Penanaman Satu Milyar Pohon.
Dari uraian diatas, dapat dilihat bahwa suksenya program ini bukan hanya
tanggung jawab satu pihak melainkan banyak pihak. Namun dari observasi
awal yang dilakakun oleh peneliti, pegawai Dinas Pertanian sendiri tidak
mengetahui jelas apakah kelompok kerja ini ada atau tidak ada. Ini
menujukan bahwa tidak adanya kerjasama antara semua pihak dalam
mensukseskan program penanaman satu milyar pohon sehingga program ini
berjalan sendiri-sendiri. Hal ini juga di tandai dengan tidak adanya data yang
valid mengenai mobilisasi sumberdaya yang berasal dari sektor non
kehutanan ataupun dari sektor kehutanan. Sehingga, masyarakat tidak terpacu
dalam mensukseskan program penanaman satu milyar pohon. padahal data ini
sangat penting karena setiap tahun pemerintaah menyelenggarakan lomba
penanamn satu milyar pohon dan juga memberikan penghargaan dari Mentri
Kehutanan yang diserahkan pada acara peringatan HMPI dan BMN Tahun
13
didirikan di kantor Dinas Pertanian melainkan di penyedia bibit dalam hal ini
pihak ketiga. Hal ini diakibatkan, Kantor Dinas Pertanian Kota Serang tidak
memiliki gedung perkantoran yang memadai.
Keempat, sumber daya manusia pelaksana masih kurang secara kualitas dan kuantitas. Hal ini dapat dilihat dari pengetahuan petugas
mengenai program sehingga tujuan program yang disampaikan oleh
Pemerintah Pusat tidak sampai pada masyarakat, dimana salah satu tujuan
dari program tersebut adalah saran edukasi bagi masyarakat. Selain itu,
petugas dilapangan juga kurang. Rotasi pegawai di lingkungan dinas
pertanian dirasa terlalu cepat dilakukan, sehingga pemahaman akan program
pelaksanaan tidak cukup baik dimiliki oleh pelaksana pegawai dinas
pertanian.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji
lebih dalam mengenai “EVALUASI PROGRAM PENANAMAN SATU MILYAR POHON SEKTOR KEHUTANAN REHABILITASI HUTAN
DAN LAHAN DI KECAMATAN TAKTAKAN KOTA SERANG
TAHUN 2011”.
1.2 Identifikasi dan Fokus Masalah
1.2.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,
1. Lemahnya pengawasan dari Dinas Pertanian sehingga hampir sebagian
tanaman yang di tanam sudah tidak ada lagi.
2. Kurangnya sosialisasi Program Penanaman Satu Milyar Pohon Sektor
Kehutanan Rehabilitasi Hutan dan Lahan menyebabkan masyarakat
setempat tidak paham mengenai program tersebut.
3. Koordinasi antar stakeholder masih belum dilakukan secara maksimal. 4. Sumber daya manusia pelaksana masih kurang secara kuantitas dan
kualitas.
1.2.2 Fokus Penelitian
Untuk mempersempit peneliti dalam proses kajian penelitian, maka
fokus penelitian, yaitu evaluasi program penanaman satu milyar pohon sektor
kehutanan rehabilitasi hutan dan lahan di Kecamatan Taktakan Kota Serang
tahun 2011.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan dari latar belakang masalah, identifikasi
masalah dan fokus masalah, maka yang menjadi rumusan masalah penelitian
adalah: Bagaimana Dampak Program Penanaman Satu Milyar Pohon Sektor
Kehutanan Rehabilitasi Hutan dan Lahan di Kecamatan Taktakan Kota
15
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka tujuan penelitian
adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan Evaluasi Program Penanaman
Satu Milyar Pohon Sektor Kehutanan Rehabilitasi Hutan dan Lahan di
Kecamatan Taktakan Kota Serang tahun 2011.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat secara teoritis dan praktis dalam penelitian ini,
adalah :
1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan, dan menambah perbendaharaan
keilmuan dan pengetahuan dalam bidang akademik, khususnya di bidang
Ilmu Administrasi Negara, terutama yang berkaitan dengan Evaluasi
kebijakan publik.
2. Secara Praktis, diharapkan hasil penelitian dapat menjadi referensi bagi
peneliti-peneliti lain yang menjadikan evaluasi kebijakan sebagai objek
kajiannya. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
rekomendasi terhadap evaluasi Program Penanaman Satu Milyar Pohon
1.6 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Latar belakang masalah merupakan sebab-sebab (alasan) mengapa suatu
masalah atau hal itu menarik untuk diteliti. Alasan tersebut dapat
diperinci menjadi alasan objektif dan alasan subjektif. Latar belakang
masalah juga menggambarkan situasi, kondisi, ruang lingkup dan
kedudukan suatu permasalahan yang akan diteliti dalam bentuk uraian
secara deduktif, dari ruang lingkup yang umum sampai pada ke masalah
yang lebih spesifik, tentunya yang relevan dengan judul penelitian yang
diambil. Pada bagian ini juga menggambarkan tentang apa yang
diharapkan sebagai hasil dari penelitian.
1.2 Identifikasi Masalah dan Fokus Penelitian
1.2.1 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah merupakan proses penyederhanaan masalah
yang rumit dan kompleks dirumuskan menjadi masalah yang dapat
diteliti atau dicari alternatif pemecahannya. Identifikasi masalah
juga dapat diajukan dalam bentuk petanyaan atau pernyataan.
1.2.2 Fokus Penelitian
Adapun pengertian dari fokus penelitian sendiri adalah dimana
adanya pembatasan masalah terhadap suatu masalah yang akan
17
lebih memfokuskan penelitiannya pada Evaluasi Program
Penanaman Satu Milyar Pohon Sektor Kehutanan Rehabilitasi
Hutan dan Lahan di Kecamatan Taktakan Kota Serang tahun 2011.
1.3 Rumusan Masalah
Rumusan masalah adalah pertanyaan penelitian yang disususn
berdasarkan masalah yang harus dicarikan jawabannya melalui
pengumpulan data. Dalam rumusan masalah penelitian ini dikemukakan
dalam bentuk pertanyaan yang dirumuskan secara tajam yang ingin
dicarikan jawabannya dalam penelitian ini.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan pernyataan operasional yang merincikan
apa yang akan diselesaikan dan dicapai dalam penelitian terhadap
permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya. Isi dan rumusan tujuan
penelitian sejalan dengan isi dan rumusan masalah.
1.5 Manfaat Penelitian
Dalam manfaat penelitian dikemukakan faedah atau manfaat dari hasil
penelitian ini, seperti yang telah dipaparkan pada pembahasan
sebelumnya baik manfaat dari segi teoritis maupun manfaat dalam segi
praktis dari dilaksanakannya penelitian ini.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika pada bagian ini yaitu, menjelaskan tentang isi dari bab per
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka mengkaji beberapa teori yang relevan dengan
permasalahan dan variabel penelitian, kemudian menyusunnya secara
teratur untuk digunakan dalam merumuskan masalah sehingga akan
diperoleh konsep penelitian yang jelas.
2.2 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai
kelanjutan dari deskripsi teori.
2.3 Asumsi Dasar Penelitian
Asumsi dasar penelitian dirumuskan berdasarkan kajian teori dan
kerangka berpikir peneliti. Asumsi dasar penelitian merupakan jawaban
sementara terhadap permasalahan yang akan diteliti dan akan diuji
kebenarannya.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian menjelaskan metode yang dipergunakan dalam
penelitian atau cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu.
3.2 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis
alat pengumpul data yang digunakan atau instrumen penelitian juga
19
3.3 Informan Penelitian
Informan penelitian berfungsi untuk menjelaskan obyek penelitian.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menjelaskan bagaimana cara dalam
mengumpulkan data yang diperoleh dalam penelitian.
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik Analisis data menjelaskan mengenai cara menganalisa data pada
objek yang diteliti dan dilakukan pra-lapangan atau saat proses
penelitian dilakukan.
3.6 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Data
Menjelaskan derajat ketetapan antara data yang terjadi pada obyek
penelitian.
3.7 Lokasi Penelitian dan Jadwal Penelitian
Menjelaskan lokasi terkait tempat penelitian dilaksanakan beserta alasan
memilih lokasi penelitian. Sedangkan, jadwal penelitian yaitu,
menjelaskan tentang waktu dalam penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian
Menjelaskan objek penelitian yang meliputi lokasi penelitian secara jelas,
struktur organisasi dari populasi atau sampel (dalam penelitian ini
menggunakan istilah informan) yang telah ditentukan, serta hal lain yang
4.2 Deskripsi Data
Menjelaskan data penelitian dengan menggunakan teori yang relevan
yang sesuai dengan kondisi di lapangan.
4.3 Temuan Lapangan
Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah dengan
mempergunakan teknik analisa data kualitatif.
4.4 Pembahasan
Merupakan pembahasan lebih lanjut dari hasil penelitian.
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Menyimpulkan hasil penelitian secara jelas, singkat, mudah dipahami.
Selain itu, kesimpulan penelitian juga harus sejalan dan sesuai dengan
permasalahan serta asumsi dasar penelitian.
5.2 Saran
Berisi tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap bidang yang
diteliti, baik secara teoritis maupun praktis.
DAFTAR PUSTAKA
Berisi daftar referensi yang digunakan dalam penyusunan proposal penelitian
skripsi.
LAMPIRAN
21
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Kebijakan Publik
Dalam tatanan pemerintahan, kebijakan publik merupakan hal yang
tidak asing lagi diperdengarkan. Kebijakan publik sering diartikan sebagai
peraturan yang dibuat oleh pemerintah dalam mengatur sistem pemerintahan
yang mengikat pihak-pihak terkait (stakeholders). Menurut Dunn dalam Syafeii dkk (1999:107), kebijakan publik adalah suatu rangkaian
pilihan-pilihan yang saling berhubungan yang dibuat oleh lembaga atau pejabat
pemerintah pada bidang-bidang yang menyangkut tugas pemerintah, seperti
keamanan, energi, kesehatan, pendidikan, kesejahteraan masyarakat,
kriminalitas, perkotaan dan lain-lain. Sedangkan menurut Anderson dalam
Syafeii dkk (1999:107), menyebutkan bahwa kebijakan publik adalah
hubungan antar unit-unit pemerintah dengan lingkunganannya.
Sementara itu Hogwood dan Gunn dalam buku Policy Analysis for the Real World (1984 dan direvisi 1990) dalam Wicaksono (2006:53) menyebutkan 10 (sepuluh) penggunaan istilah kebijakan dalam pengertian
modern, diantaranya:
Contohnya: statemen umum pemerintah tentang kebijakan ekonomi, kebijakan industri, atau kebijakan hukum dan ketertiban. 2. Sebagai ekspresi tujuan umum atau aktivitas negara yang diharapkan (as expression of general purpose or desired state of affairs)
Contohnya: untuk menciptakan lapangan kerja seluas mungkin atau pegembangan demokrasi melalui desentralisasi.
3. Sebagai proposal spesifik (as specific proposal)
Contohnya: membatasi pemegang lahan pertanian hingga 10 hektar atau menggratiskan pendidikan dasar.
4. Sebagai keputusan pemerintah (as decesions of government)
Contohnya: keputusan kebijakan sebagaimana yang diumumkan Dewan Perwakilan Rakyat atau Presiden.
5. Sebagai otorisasi formal (as formal authorization)
Contohnya: tindakan-tindakan yang diambil oleh parlemen atau lembaga-lembaga pembuat kebiijakan lainnya.
6. Sebagai sebuah program (as a programe)
didefinisikan, seperti program reformasi agrarian atau program peningkatan kesehatan perempuan.
7. Sebagai output (as output)
Contohnya: apa yang secara aktual telah disediakan, seperti sejumlah lahan yang diredistribusikan dalam program reformasi agraria dan jumlah penyewa yang terkena dampaknya.
8. Sebagai hasil (as outcome)
Contohnya: apa yang secara aktual tercapai, seperti dampak terhadap pendapatan petani dan standar hidup dan output agrikultural dari program reformasi agararia.
9. Sebagai teori atau model (as a theory or model)
Contohnya apabila kamu melakukan x maka akan terjadi y, misalnya apabila kita meningkatkan insentif kepada industri manufaktur, maka output industri akan berkembang.
10.Sebagai sebuah proses (as a process)
Sebagai sebuah proses yang panjang yang dimulai dengan issues
lalu bergerak melalui tujuan yang sudah di (setting), pengambilan keputusan untuk implementasi dan evaluasi.
Menurut Dye dan Anderson dalam Agustino (2008:4), ada tiga hal
yang melatar belakangi mengapa kebijakan publik perlu di pelajari, antara
lain:
1. Pertimbangan atau alasan ilmiah (scientific reasons),
2. Pertimbangan atau alasan profesional (professional reasons), 3. Pertimbangan atau alasan politis (political reasons).
23
Kebijakan publik menurut Eyestone dalam Agustino (2008:6) dapat
diartikan sebagai hubungan antara unit pemerintah dengan lingkungannya.
Berbeda dengan Robert dalam Agustino (2008:6) yang masih mendefinisikan
secara luas mengenai kebijakan publik, Heinz Eulau dan Kenneth Prewitt
menyebutkan bahwa kebijakan publik sebagai:
“keputusan tetap’ yang dicirikan dengan konsistensi dan pengulangan
(repitisi) tingkahlaku dari mereka yang membuat dan dari mereka yang mematuhi keputusan tersebut”
Selain itu, Anderson dalam Agustino (2008:7) mendefinisikan bahwa
kebijakan publik sebagai:
“serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh seorang aktor atau
sekelompok aktor yang berhubungan dengan suatu permasalahan atau
suatu hal yang diperhatikan”
Leo Agustino (2008:8) menyebutkan beberapa karakteristik utama
dari suatu definisi kebijakan publik, yaitu:
1. Pada umumnya kebijakan publik perhatiannya ditunjukan pada tindakan yang mempunyai maksud atau tujuan tertentu daripada perilaku yang berubah atau acak. Artinya, setiap kebijakan yang dibuat harus lah memiliki tujuan yang jelas dan tentunya beguna bagi publik sebagai sasarannya.
2. Kebijakan publik pada dasarnya mengandung bagian atau pola kegiatan yang dilakukan oleh pejabat pemerintah daripada keputusan yang terpisah-pisah. Artinya, harus ada penjelasan yang jelas mengenai bagaimana penerapan dan penjelasan yang pasti mengenai kebijakan tersebut yang disampaikan melalui peraturan penamping.
Menurut Dye dalam Subarsono AG (2006:2), menyatakan bahwa: Kebijakan Publik meliputi apapun pilihan pemerintah untuk melakukan atau
tidak melakukan sesuatu ( public policy is whatever governments choose to do or not to do ). Demikian, berdasarkan paparan yang telah dikemukakan para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik adalah apa yang
dikerjakan dan tidak dikerjakan pemerintah dalam menangani semua masalah
yang terjadi di lingkukan publik. Kebijakan publik menjadi salah satu
cara/atau aturan bagi pemerintah dalam mengatur sistem pemerintahan.
Karena pada dasarnya, peraturan yang dibuat atau tidak dibuat oleh
pemerintah pastinya memberi dampak bagi masyarakat luas. Oleh karena itu,
setiap kebijakan publik yang dibuat harus lah bisa mewakili kepentingan
publik.
2.1.2 Evaluasi Kebijakan Publik
Evaluasi dilakukan guna mencari tahu apakah suatu kebijakan berjalan
dengan baik atau tidak. Menurut Agustino (2008:185), evaluasi kebijakan
adalah bagian akhir dari suatu proses kebijakan yang dipandang sebagai pola
aktivitas yang berurutan. Sedangkan, menurut Laster dan Stewart dalam
Agustino (2008:185) menyebutkan bahwa evaluasi ditunjukan untuk melihat
sebagian-sebagian kegagalan suatu kebijakan dan untuk mengetahui apakah
kebijakan yang telah dirumuskan dan dilaksanakan dapat menghasilkan
25
Sementara itu, Dye mencatat bahwa evaluasi kebijakan adalah
pembelajaran tentang konsekuensi dari kebijakan publik. Adapun evaluasi
kebijakan menurut Dye dalam Parson (2005:547) adalah :
“Evaluasi kebijakan adalah pemerikasaan yang objektif, sistematis,
dan empiris dari kebijakan dan program publik terhadap targetnya dari segi tinjauan yang ingin dicapai.“
Secara sederhana, Dunn dalam Agustino (2008:185) menyebutkan
bahwa evaluasi kebijakan berkenaan dengan produksi informasi mengenai
nilai-nilai atau manfaat-manfaat hasil kebijakan.
Demikian, berdasarkan uraian diatas, maka secara garis besar dapat
dikatakan bahwa evaluasi kebijakan dilakukan guna melihat sejauh mana
suatu kebijakan berhasil dilakukan dan bagaimana manfaat kebijakan tersebut
bagi masyarakat. Evaluasi juga tidak hanya melihat sejauh mana suatu
kebijakan dibuat berhasil atau tidak. Tetapi juga memberikan cara atau
rekomendasi terhadap apa yang menjadi masalah. Sehingga menjadi sebuah
jawaban dari keberhasilan atau kegagalan suatu kebijakan publik.
Ada beberapa pendekatan yang bisa dilakukan untuk dapat
menghasilkan penilain yang baik menurut Dunn dalam Agustino (2008:189),
yaitu :
1. Evaluasi Semu atau pseudo evaluation ialah pendekatan yang menggunakan metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang valid
menanyakan tentang manfaat atau nilai dari hasil – hasil kebijakan
terhadap individu, kelompok, ataupun masyarakat serta keseluruhan.
2. Evaluasi formal atau formal evaluation. Tujuan evaluasi formal adalah untuk menghasilkan informasi yang valid dan cepat dipercaya mengenai
hasil-hasil kebijakan yang didasarkan atas tujuan formal program
kebijakan secara deskriptif.
Dalam model ini terdapat tipe-tipe untuk memahami evaluasi
kebijakan lebih lanjut, yaitu :
a. Evaluasi sumatife, yang berusaha untuk memantau pencapaian tujuan
dan target formal setelah suatu kebijakan atau program diterapkan
untuk jangka waktu tertentu.
b. Evaluasi formatif, suatu tipe evaluasi kebijakan yang berusaha untuk
meliputi usaha-usaha secara terus menerus dalam rangka memantau
pencapaian tujuan-tujuan dan target-target formal. Menurut Rose dan
Freeman dalam Parson (2005:549), ada tiga model evaluasi ini yaitu :
“ (1) sejauhmana sebuah program mencapai target populasi yang
tepat; (2) apakah penyampaian pelayanannya konsisten dengan spesifikasi desain program atau tidak; dan (3) sumber daya apa
yang dikeluarkan dalam melaksanakan program”.
c. Evaluasi keputusan teorites atau sering disebut dengan decision-theoritic evaluation adalah pendekatan evaluasi kebijakan yang menggunakan metode – metode deskripif untuk menghasilkan
informasi yang dapat dipertanggungjawabkan dan valid menangani
hasil – hasil kebijakan yang secara eksplisit dinilai oleh berbagai
27
Maka secara garis besar dapat dikatan bahwa evaluasi pada dasarnya
digunakan untuk memberikan informasi yang valid terhadap hasil hasil dari
sebuah kebijakan yang dibuat sehingga menghasilkan penilaian yang baik
dalam proses evaluasi.
Dunn (2003:609) menyebutkan ada empat sifat evaluasi, yaitu:
1. Fokus nilai. Evaluasi berbeda dengan pemantauan dimana evaluasi
berusaha untuk mencari manfaat dan kegunaan suatu program.
2. Interdepedensi fakta-nilai. Dunn menganggap bahwa evaluasi bukan hanya
sekedar mencari fakta bahwa kebijakan tersebut berguna bagi sebagian
individu, kelompok atau seluruh masyarakat. Tetapi, hasil kebijakan secara
aktual merupakan konsekuensi dari aksi-aksi yang dilakukan untuk
memecahkan masalah tertentu. Dunn juga menyebukan bahwa salah satu
prasyarat evaluasi adalah pemantauan.
3. Orientasi masa kini dan masa lampau. Evaluasi bersifat retrpspektif dan
setelah aksi-aksi dilakukan (ex post).
4. Dualitas nilai. Nilai-nilai yang mendasari tuntutan evaluasi mempunyai
kualitas ganda, karena mereka dipandangkan sebagai tujuan dan cara.
Demikian, berdasarkan uraian diatas, dapat dikatakan bahwa pada
dasarnya evaluasi tidak hanya melihat sejauh mana suatu kebijakan
bermanfaat bagi masyarakat tertentu, tetapi juga menjadi jawaban atas
masalah yang terjadi dimasyarakat sehingga menjadi acuan dalam membuat
mencapai hasil yang diharapkan, maka dari itu evaluasi juga dipandang
sebagai tujuan atau cara untuk memecahkan masalah yang ada didalam
sebuah kebijakan yang dibuat. Yang pada akhirnnya dapat memberikan
rekomendasi atau jawaban bagi masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan
kebijakan.
Selanjutnya, Dunn (2003:609) membagi tiga fungsi evaluasi, yaitu:
1. Evaluasi memberi informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai
kinerja kebijakan, yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan
telah dapat dicapai melalui tindakan tertentu.
2. Evalusi bersifat memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhada
nilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target.
3. Evaluasi memberi sumbangan pada aplikasi metode-metode analisis
kebijakan lainya, termasuk perumasan masalah dan rekomendasi.
Sementara itu, Samora Wibawa dkk dalam Nugroho (2004:187)
menyebutkan ada empat fungsi, yaitu:
1. Eksplanansi. Melalui evaluasi dapat dipotret realitas pelaksanaan program
dan dapat dibuat suatu generalisasi tentang pola-pola hubungan antara
berbagai dimensi realitas yang diamatinya. Dari evaluasi ini evaluator
dapat menidentifikasikan masalah, kondisi, dan aktor yang mendukung
29
2. Kepatuhan. Melalui evaluasi dapat diketahui apakah tindakan yang
dilakukan oleh para pelaku, baik birokrasi maupun pelaku lainnya sesuai
dengan standar dan prosedur yang ditetapkan oleh kebijakan.
3. Audit. Melalui evaluasi dapat diketahui, apakah output benar-benar sampai
kepada tangan kelompok sasaran kebijakan, atau justru ada kebocoran atau
penyimpangan.
4. Akunting. Dengan evaluasi dapat diketahui apa akibat sosial ekonomi dari kebijakan tersebut.
Demikian, dapat disimpulkan bahwa evaluasi berfungsi sebagai tolak
ukur atau penilaian dari sebuah kebijakan yang telah dibuat. Evaluasi
memberikan gambaran tentang sebuah kebijakan, juga memberi jawaban
terhadap kegagalan sebuah kebijakan.
Menurut Langbein dalam Widodo (2007:116) menjelaskan bahwa tipe
riset evaluasi kebijakan ada dua macam tipe, yaitu riset proses dan riset
outcomes. Metode riset juga dibedakan menjadi dua macam yaitu metode
deskriptif dan metode kausal. Metode deskriptif lebih mengarah pada tipe
penelitian evaluasi proses (process of public implementation), sedangkan metode kausal lebih mengarah pada penelitian evaluasi dampak (outcomes of public omplementation). Untuk memudahkan dan memahami kedua tipe dan metode riset evaluasi kebijakan publik tersebut dapat digambarkan dalam
Tabel 2.1
Tipe Evaluasi Penelitian
Methods Process Outcomes
Deskriptif
1. Apakah fasilitas, sumber daya digunakan dalam kebijakan.
2. Apakah kebijakan
dilaksanakan sesuai dengan petunjuk.
3. Bagaimana manfaat yang ditetapkan dalam kebijakan. 4. Menentukan apakah manfaat
nyata dari kebijakan dapat dinikmati oleh kelompok sasaran (target groups).
1. Siapa yang terlibat dalam kebijakan.
2. Apakah kebijakan dapat mencapai siapa yang
yang diiharapkan atau tidak diharapkan. terjadi dikarenakan oleh kebijakan utama.
4. Apakah kebijakan utama menjadi penyebab dampak utama.
Sumber: Widodo (2007:118)
Sedangkan menurut Dunn, evaluasi memiliki kriteria sebagai berikut:
Tabel 2.2
Kriterian Evalusi Menurut Milliam Dunn
TIPE KRITERIA PERTANYAAN ILUSTRASI
Efektivitas Apakah hasil yang diinginkan telah dicapai?
Unit pelayanan
Efisiensi
Seberapa banyak usaha diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan?
Unit biaya Manfaat bersih Rasio biaya-manfaat
Kecukupan Seberapa jauh pencapain hasil yang diinginkan memecahkan
31
masalah? Efektivitas tetap
(masalah tipe II)
Perataan
Apakah biaya dan manfaat didistribusikan dengan merata kepada kelompok-kelompok
Apakah hasil kebijakan memuaskan kebutuhan,
Program publik harus merata dan efisien.
Sumber : Dunn, 2003 (610)
Dari Kriteria evaluasi kebijakan diatas yang dikemukakan oleh Dunn
(2003:610), dapat dikembangkan sebagai berikut:
1. Efektivitas
Berkenaan dengan apakah suatu alternatif mencapai hasil yang diharapkan, atau mencapai tujuan dari diadakannya tindakan. Efektivitas, yang secara dekat berhubungan dengan rasionalitas teknis, selalu diukur dari unit produk atau layanan atau nilai moneternya.
2. Efesiensi
Berkenaan dengan jumlah usaha yang diperlukan untuk menghasilkan tingkat efektivitas tertentu. efesiensi, yang merupakan sinonim dari rasionalitas ekonomi, adalah merupakan hubungan antara efektivitas dan usaha, yang terakhir umumnya diukur dari ongkos moneter. Efesiensi biasanya ditentukan melalui perhitungan biaya per unit produk atau layanan. Kebijakan yang mencapai efektivitas tertinggi dengan biaya terkecil dinamakan efesien.
3. Kecukupan
Berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat efektivitas memuaskan kebutuhan, nilai, atau kesempatan yang menumbuhkan adanya masalah. Kriteria kecukupan menekankan pada kuatnya hubungan antara alternatif kebijakan dan hasil yang diharapkan. 4. Pemerataan
(misalnya, unit pelayanan atau manfaat moneter) atau usaha (misalnya biaya moneter) secara adil didistribusikan.
5. Responsivitas
Berkenaan dengan seberapa jauh suatu kebijakan dapat memuaskan kebutuhan preferensi, atau nilai kelompok-kelompok masyarakat tertentu. Kriteria responsivitas adalah penting karena analisis yang dapat memuaskan semua kriteria lainnya (efektivitas, efesiensi, kecukupan, perataan) masih gagal jika belum menanggapi kebutuhan aktual dari kelompok yang semestinya diuntungkan dari adanya suatu kebijakan.
6. Ketepatan
Kriteria ini secara dekat dihubungkan dengan rasionalitas substansif, karena pertanyaan tentang ketepatan kebijakan tidak berkenaan dengan satuan kriteria individu tetapi dua atau lebih kriteria secara bersama-sama. Ketepatan merujuk pada nilai atau harga dari tujuan program dan kepada kuatnya asumsi yang melandasi tujuan-tujuan tersebut.
2.1.3 Penanaman Satu Milyar Pohon
2.1.3.1Definisi
Menurut Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Banten,
penanaman satu milyar pohon pada hakekatnya merupakan kegiatan
penanamn secara nasional yang dilaksanakan oleh sektor kehutanan dan
sektor diluar kehutanan serta gerakan moral masyarakat.
2.1.3.2Maksud dan tujuan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia
Nomor: P.61/ Menhut-II/2011 tentang Panduan Penanaman Satu Milyar
Pohon tahun 2011 menyatakan bahwa maksud dilaksanakannya Gerakan
33
1. Sebagai sarana edukasi, peningkatan kepedulian, kemampuan dan
kemandirian seluruh komponen bangsa akan pentingnnya menanam dan
memelihara pohon.
2. Mengajak seluruh komponen bangsa untuk melakukan penanaman dan
pemeliharaan pohon secara berkelanjutan untuk mitigasi perubahan iklim
dan merehabilitasi hutan dan lahan.
Sedangkan, tujuan Penanaman Satu Milyar Pohon adalah untuk
menambah tutupan lahan dan hutan guna mencegah longsor dan banjir
dimusim hujan, menyerap karbon dioksida akibat mitigasi perubahan iklim
dan penyediaan bahan baku industri penolahan kayu, pangan dan energi
terbarukan.
2.1.3.3Dasar Pelaksanaan
Peraturan perundang-undangan yang mendasari pelaksanaan
Penanaman Satu Milyar Pohon, antara lain adalah:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 Tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan Ekosistemnya (Lembaran
Negara Repulik Indonesia Tahin 1990 Nomor 49 Tambahan Lembaran
Negara Indonesia Nomor 3419);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang
Pengelolahan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang
Kehutanan (Lembaran Negra Repulik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167,
Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 4010);
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2000 Tentang
Pembentukan Provinsi Banten (Lembaran Negra Republik Indonesia
Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437);
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);
6. Keputusan Presiden RI No. 24 Tahun 2008 Tentang Hari Menanam Pohon
Indonesia (HMPI) dan Bulan Menanam Nasioanal (BMN);
7. Peraturan Kehutanan RI Menteri Kehutana RI Nomor : P.61/ Menhut- II/
2011 Tentang Panduan Penanaman Satu Milyar Pohon Tahun 2011;
8. Surat Menteri Kehutanan RI Kepada Gubernur Banten Nomor : S.481/
MENHUT-II/2011 Tanggal 12 September 2011 Tentang Penyelenggaraan
Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI) dan Bulan Menanam Nasional
(BMN) Tahun 2011;
9. Surat Gubernur Banten Kepada Bupati/Walikota Se-Provinsi Banten
Nomor 522/2908/Hutbun.2/2011, tnggal 25 Oktober 2011 perihal
Penyelenggaraan Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI) dan Bulan
35
2.2 Kerangka berpikir
Berdasarkan alur kerangka berpikir tersebut, dapat dilihat bahwa
penelit berusaha untuk sedikit menilai bagaimana hasil dari pelaksanaan
Program Penanaman Satu Milyar Pohon Sektor kehutanan Rehabilitasi Hutan
dan Lahan di Kecamatan Taktakan Kota Serang tahun 2011 dilaksanakan
melalu model evaluasi kebijakan Dunn (2003). Menurut Dunn, ada enam
kriteria evaluasi, yaitu efektivitas, efisiensi, kecukupan, pemerataan,
responsivitas, dan ketepatan.
Keenam indikator tersebut kemudian dijadikan acuaan peneliti di
lapangan mengenai Program Penanaman Satu Milyar Pohon Sektor
Kehutanan Rehabilitasi Hutan dan Lahan di Kecamatan Taktakan Kota
Serang tahun 2011. Selain itu peneliti juga akan membuat kesimpulan dan
saran sebagai feedback dari hasil evaluasi yang dilakukan di lapangan. Kesimpulan dan saran tersebut sebagai sebuah sarana dan rekomendasi untuk
peningkatan Program Penanaman Satu Milyar Pohon Sektor Kehutanan
Rehabilitasi Hutan dan Lahan di Kecamatan Taktakan Kota Serang tahun
2011. Hal ini karena peniliti berasumsi bahwa program tersebut belum
optimal dilaksanakan.
Untuk memperjelas alur pemikiran peneliti dalam penelitian ini,
berikut akan dipaparkan kerangka berpikir penelitian pada gambar 2.1
1. Lemahnya pengawasan dari Dinas Pertanian sehingga hampir sebagian tanaman yang di tanam sudah tidak ada lagi.
2. Kurangnya sosialisasi Program Penanaman Satu Milyar Pohon Sektor Kehutanan Rehabilitasi Hutan dan Lahan menyebabkan masyarakat setempat tidak paham mengenai program tersebut.
3. Koordinasi antar stakeholder masih belum dilakukan secara maksimal. 4. Sumber daya manusia pelaksana
masih kurang secara kuantitas dan kualitas.
Evaluasi Kebijakan menurut Dunn (2003), adalah :
37
2.3Asumsi Dasar
Berdasarkan alur kerangka berpikir, maka peneliti berasumsi bahwa
Program Penanaman Satu Milyar Pohon Sektor Kehutanan Rehabilitasi Hutan
dan Lahan di Kecamatan Taktakan Kota Serang tahun 2011 belum terlaksana
dengan baik. Hal ini didasari pada masalah-masalah yang ditemukan peneliti
di lapangan. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi secara komprehensif
terhadap Program Penanaman Satu Milyar Pohon Sektor Kehutanan
Rehabilitasi Hutan dan Lahan di Kecamatan Taktakan Kota Serang tahun
2011 dengan enam indikator evaluasi kebijakan dari Dunn (2003), yaitu:
38
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Untuk mengetahui bagaimana hasil dari penelitian Evaluasi Program
Penanaman Satu Milyar Pohon Sektor Kehutanan Rehabilitasi Hutan dan
Lahan di Kecamatan Taktakan Kota Serang tahun 2011, maka peneliti
menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Menurut Sugiyono, penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan
untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih
(independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan antara
variabel satu dengan variabel yang lain. Sedangkan, Menurut Danin
(2002:54) penelitian kualitatif dimaksudkan untuk mempelajari secara
intensif tentang latar belakang keadaan dan posisi saat ini, serta interaksi
lingkungan unit sosial tertentu yang bersifat apa adanya (given). Sehingga dapat menjawab pertanyaan bagaimana Evaluasi Program Penanaman Satu
Milyar Pohon Sektor Kehutanan Rehabilitasi Hutan dan Lahan di Kecamatan
Taktakan Kota Serang tahun 2011. Selain itu, dengan digunakan metode
kualitatif, maka data yang didapat lebih lengkap, mendalam, kredibel, dan
bermakna sehingga tujuan penelitian dapat dicapai. Dengan metode ini
39
wawancara secara langsung dengan stakeholders ( pihak yang terlibat ) di lokasi penelitian dalam pelaksanaan program tersebut.
3.2 Intrumen penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi instrumen penelitian adalah
peneliti itu sendiri. Karena pada penelitian kualitatif segala sesuatu yang akan
eliti ditdari objek penelitian belum jelas dan pasti masalahnya, sumber
datanya, dan hasil yang diharapkan semuanya belum jelas. Sugiyono
(2009:60) mengatakan bahwa dalam penelitian kualitatif “the resecerher is
the key instumen”. Dia menjelaskan bahwa peneliti adalah instrumen kunci
dalam penelitian kualitatif. Maka dari itu peneliti juga harus divalidasi yang
meliputi tetang bagaimana pengetahun nya mengenai penelitian kualitatif,
penguasaan wawasan dan kesiapan peneliti itu sendiri.
Sedangkan, menurut Lincon dan Guba dalam Sugiyono (2009:60)
menyatakan bahwa :
“The instument of choice in naturalistic ingury is the human. We shall
see that others forms of instumentation may be used in later phases of the inquiry, but the human is the initial and continuing mainstay. But if the human instument has been used extensively in earlier stages of inquiry, so that an instument can be constucted that grounded in the data that human instument has product.”
Menurut Nasution dalam Sugiyono (2009:61), peneliti sebagai
instrumen penelitian serasi untuk penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari
2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek
keadaan dan daat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.
3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instumen berupa test
atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia.
4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami
dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya, kita perlu sering
merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.
5. Peneliti sebagai instumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh.
Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segra untuk
menentukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul
seketika.
6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan
berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan
segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan,
perbaikan atau pelakan.
7. Dalam penelitian dengan menggunakan test atau angket yang bersifat
kuantitatif yang diutamakan adalah respon yanh dapat dikuatifikasikan
agar dapat diolah secara statistik, sedangkan yang menyimpang dari itu
tidak dihiraukan. Dengan manusia sebagai instrumen, respon yang aneh,
yang menyimpang justru diberi perhatian. Respon yang lain dari pada yang
lain, bahkan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat
41
3.3 Informan Penelitian
Menurut Bungin, penentuan informan yang terpenting dalam
penelitian kualitatif adalah bagaimana menentukan key informan (informan kunci) atau situasi sosial tertentu yang sarat informasi sesuai dengan fokus
penelitian. Sesuai dengan fokus penelitian, teknik penentuan informan secara
purposive (berdasarkan kebutuhan data dan penguasaan masalah), maka yang dijadikan informan/sumber data antara lain, Kepala Bidang Kehutanan dan
Perkebunan Dinas Pertanian Kota Serang, Kasi Bidang Kehutanan Dinas
Pertanian Kota Serang, Pegawai Dinas Pertanian Kota Serang yang terkait
dalam Program Penanaman Satu Milyar Pohon Sektor Kehutanan dan
Rehabilitasi hutan dan Lahan, Ketua Kelompok Kerja, Tokoh Masyarakat
Sekitar, Masyarakat yang dianggap memenuhi syarat penelitian.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Sumber dan teknik pengumpulan dalam penelitian disesuaikan
dengan fokus dan tujuan penelitian. Dalam penelitian kualitatif,
mengutamakan prespektif emic, artinya mementingkan pandangan informan, yakni bagaimana mereka memandang dan menafsirkan dunia dari
pendiriannya. Peneliti tidak bisa memaksakan kehendaknya untuk
mendapatkan data yang diinginkan.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan mengumpulkan data yang diperlukan sebanyak-banyaknya