• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Program Penanaman Satu Milyar Pohon Sektor Kehutanan Rehabilitasi Hutan Dan Lahan Di Kecamatan Taktakan Kota Serang Tahun 2011 - FISIP Untirta Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Evaluasi Program Penanaman Satu Milyar Pohon Sektor Kehutanan Rehabilitasi Hutan Dan Lahan Di Kecamatan Taktakan Kota Serang Tahun 2011 - FISIP Untirta Repository"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

1

EVALUASI PROGRAM PENANAMAN SATU MILYAR POHON

SEKTOR KEHUTANAN REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN

DI KECAMATAN TAKTAKAN KOTA SERANG TAHUN 2011

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Kebijakan Publik

Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh:

IRNA MEGASARI

NIM. 6661080384

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG

(2)

1

ABSTRAK

Irna Megasari. NIM: 6661 080384. SKRIPSI. Evaluasi Program Penanaman Satu Milyar Pohon Sektor Kehutanan Rehabilitasi Hutan dan Lahan di Kecamatan Taktakan Kota Serang Tahun 2011. Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fisip Untirta. Dosen Pembimbing 1 : Gandung Ismanto, S.Sos, MM, Dosen Pembimbing 2 : Hj. Ima Maisaroh, S.Ag, M.SI.

Kata kunci: Evaluasi, Program, Penanaman Satu Milyar Pohon.

Program penanaman satu milyar pohon merupakan kegiatan nasional dimana Kecamatan Taktakan juga merupakan bagian dari kegiatan tersebut. Latar belakang masalah penelitian ini antara lain lemahnya pengawasan dari Dinas Pertanian Kota Serang, kurangnnya sosialisasi, koordinasi antar stakeholder

(3)

ii

ABSTRACT

Irna Megasari. NIM: 6661 080384. THE FINAL PAPER. The evaluation of one billion trees planting program on forest and land rehabilitation of forestry sector in sub district Taktakan Serang 2011. State administrative study, governance faculty of Untirta. Guidance Lecture 1 : Gandung Ismanto, S.Sos, MM, Guidance Lecture 2 : Hj. Ima Maisaroh, S.Ag, M.SI.

Key words: evaluation, program, one billion trees planting.

(4)
(5)
(6)
(7)

vi

Alhamdulillaahi robbil aalamiin

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam

Jika A adalah Kesuksesan. Maka A=X+Y+Z, Y adalah

pekerjaan, X adalah bermain dan Z adalah menjaga

ucapan dan mulutmu. (Albert Einstein)

Skripsi ini ku persembahkan untuk:

~ Mamah, Bapak dan kakak-kakak ku tercinta

~ Kekasih tercinta

(8)

i

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillaahi rabbil aalamiin. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta

alam. Puji syukur yang tak terhingga ini belum sebanding dengan nikmat yang

telah kita terima sebagai makhluk yang paling sempurna diantara makhluk

ciptaan-Nya. Atas kehendak-Nya, saya dapat menyelesaikan proposal skripsi

tentang fungsi Evaluasi Program Penanaman Satu Milyar Pohon Sektor

Kehutanan Rehabilitasi Hutan dan Lahan di Kecamatan Taktakan Kota Serang

Tahun 2011. Terimakasih yang begitu besar saya ucapkan untuk kedua orang tua

atas kasih sayang yang tak terhingga, serta segala daya dan upaya yang telah

diberikan kepada peneliti baik materil dan non materiil.

Ucapan terima kasih juga peneliti sampaikan kepada pihak yang telah

memberikan pengajaran, bantuan, serta dorongan dalam upaya menyelesaikan

proposal skripsi mengenai ”Evaluasi Program Penanaman Satu Milyar Pohon Sektor Kehutanan Rehabilitasi Hutan dan Lahan di Kecamatan Takatakan

Kota Serang Tahun 2011”. Untuk itu, peneliti sampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng

(9)

ii

2. Bapak Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, sekaligus Pembimbing Akademik

I yang selalu memberikan bimbingan dan saran selama perkuliahan;

3. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si., Wakil Dekan I Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;

4. Ibu Mia Dwianna W., M.I.Kom., Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;

5. Bapak Gandung Ismanto, S.Sos., MM., Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, sekaligus Dosen

Pembimbing I skripsi. Terimakasih atas bimbingan dan motivasi yang begitu

besar selama proses penyusunan proposal skripsi.

6. Ibu Rahmawati, S.Sos., M.Si., Ketua Program Studi Ilmu Administrasi

Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa;

7. Ibu Ipah Ema Jumiati, S. Sos., M.Si., Sekretaris Program Studi Ilmu

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan

Ageng Tirtayasa;

8. Ibu Hj. Ima Maisaroh, S.Ag., M.SI., Dosen Pembimbing II skripsi.

Terimakasih atas bimbingan dan motivasi yang begitu besar selama proses

penyusunan proposal skripsi;

9. Semua dosen dan Staf Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

(10)

iii

10. Mamah, Bapak, Kakak, teteh, dan ponakanku tersayang. Terimakasih atas

motivasi serta segala daya dan upaya yang diberikan kepada peneliti dalam

penyelesaian propoal skripsi baik materiil maupun nonmateriil.

11. Lee Seong Min yang selalu menemani dan memberi semangat yang tiada

henti sampai terselesaikannya skripsi ini.

12. Kepala Dinas Pertanian Kota serang. Terimakasih atas keterbukaan dan

kesediaan dalam memberikan data dan informasi dalam proses penelitian ini.

13. Kepala Kelompok Kerja dan Masyarakat kecamatan Taktakan Kota Serang.

Terimakasih atas keterbukaan dan kesediaan dalam memberikan data dan

informasi dalam proses penelitian ini.

14. Sahabat-sahabat tersayang, Uvi Rika Mustika, Hanna Fauziah, Cucu Rahayu,

teman-teman Kantor Disporaparbud Kota Serang. Terimakasih atas doa dan

motivasi yang begitu besar kepada peneliti.

15. Sahabat-sahabat seperjuangan Ilmu Administrasi Negara 2008, khususnya

kelas A Reguler, terimakasih atas motivasi, kebersamaan, dan kenangan

selama tiga setengah tahun perkuliahan.

Demi kesempurnaan proposal skripsi ini, peneliti sangat mengharapkan

kritik dan saran dari semua pihak terhadap proposal skripsi ini. Akhir kata,

peneliti ucapkan terimakasih.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Serang, Juni 2015

(11)

iv

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

ABSTRAK

ABSTRACT

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah dan Fokus Penelitian ... 13

1.2.1 Identifikasi Masalah ... 13

1.2.2 Fokus Penelitian ... 14

1.3 Rumusan Masalah... 14

1.4 Tujuan Penelitian ... 15

1.5 Manfaat Penelitian ... 15

(12)

v

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka ... ...21

2.1.1 Kebijakan Publik ... 21

2.1.2 Evaluasi Kebijakan Publik ... 24

2.1.3 Penanaman Satu Milyar Pohon ... 31

2.1.3.1 Definisi ... 31

2.1.3.2 Maksud dan Tujuan ... 32

2.1.3.3 Dasar Pelaksanaan ... 33

2.2 Kerangka Berpikir ... 34

2.3 Asumsi Dasar ... 37

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 38

3.2 Instrumen Penelitian ... 39

3.3 Informan Penelitian ... 41

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 41

3.5 Teknik Pengelolaan dan Analisis Data ... 47

3.6 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Data ... 49

Lokasi dan Jadwal Penelitian ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ... 53

(13)

vi

4.1.2 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 56

4.1.3 Profil Dinas Pertanian ... 56

4.1.3.1 Visi dan Misi Dinas Pertanian Kota Serang ... 56

4.1.3.2 Susunan Organisasi Dinas Pertanian Kota Serang ... 57

4.1.4 Kodefikasi Identitas Informan ... 60

4.2 Deskripsi Data ... 62

4.1.2 Hasil Temuan ... 62

4.3 Pembahasan ... 81

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 85

5.2 Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(14)

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Sebaran Lahan Kritis RTk-RHL Kota Serang ... 8

Tabel 1.2 Lokasi Program Penanaman Satu Milyar Pohon Rehabiltasi Hutan dan Lahan di Kecamatan Taktakan tahun 2011 ... 9

Tabel 2.1 Tipe Evaluasi ... 30

Tabel 2.2 Kriteria Evaluasi menurut William Dunn ... 30

Tabel 3.1 Kisi-kisi Pertanyaan ... 44

Tabel 3.2 Rencana Kegiatan Penelitian Skripsi ... 52

Tabel 4.2 Kodefikasi Informan Berdasarkan Kelompok ... 60

Tabel 4.3 Kodefiksi Informan Kelompok Pemerintah ... 60

Tabel 4.4 Kodefikasi Informan Kelompok Masyarakat ... 61

(15)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ... 36

Gambar 3.1 Komponen dalam Analisis Data: Model Interaktif ... 48

Gambar 4.1 Peta Wilayah Kota Serang ... 54

Gambar 4.2 Peta Wilayah Kecamatan Taktakan ... 55

(16)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara Penelitian

Lampiran 2 Peraturan Kehutanan RI Menteri Kehutana RI Nomor : P.61/

Menhut- II/ 2011 Tentang Panduan Penanaman Satu Milyar Pohon

Tahun 2011

Lampiran 3 Surat Penelitian

Lampiran 4 Hasil Wawancara

Lampiran 5 Member Check

Lampiran 6 Dokumentasi

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pemanasan Global atau yang lebih dikenal sebagai efek rumah kaca

kini menjadi ancaman besar terhadap kelangsungan hidup manusia. Karena

pemanasan yang terjadi beberapa tahun ini membawa dampak yang buruk

terhadap kelangsungan hidup manusia. Hal ini dapat dilihat dari terjadinya

kebakaran hutan yang sering terjadi di berbagai belahan dunia termasuk di

Indonesia. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Banten (2012)

menyatakan naiknya permukaan volume lautan antara 9 hingga 100 cm (4-40

inci) menimbulkan banjir didaerah pantai, bahkan dapat menenggelamkan

pulau. Tidak hanya itu, pemanasan global juga menyebabkan kekeringan

sehingga mengganggu siklus tanam bagi para petani dan dapat menimbulkan

kelaparan. Pada dasarnya, pemanasan global normal terjadi selama kurun

waktu tertentu karena pemanasan dibutuhkan bumi guna tetap menjaga suhu

bumi agar tetap hangat, namun pemanasan global naik secara drastis sejak

manusia memasuki era industrialisasi, dimana manusia melakukan banyak

aktifitas seperti pembakaran batu bara, minyak bumi dan gas bumi untuk

memenuhi kebutuhan listrik yang menghasilkan gas buangan yang dapat

merusak bumi. Akibatnya, terjadilah perubahan iklim secara drastis yang

(18)

Berdasarkan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Banten (2012)

yang di kutip dari temuan IPCC di tahun 2005 terjadi peningkatan suhu

0,6-0,70 sedangkan di Asia lebih tinggi, yaitu 10. Perubahan iklim ini hampir

dirasakan di seluruh dunia, dimana makin panjangnya musim panas dan

makin pendeknya musim hujan, serta makin maraknya badai dan banjir di

kota besar (el nino) di seluruh dunia.

Time For Kid (2012) menyatakan Indonesia merupakan negara ke tiga

yang memiliki hutan tropis terbesar di dunia dimana peringkat pertama di

tempati oleh Brazil dan peringkat kedua adalah negara Kongo . Tidak heran

kemudian Indonesia menjadi negara termasyur di dunia dengan julukan

sebagai zamrud khatulistiwa, bahkan menjadi paru paru dunia. Indonesia

berperan besar dalam mengikat emisi gas buangan yang berbahaya terhadap

kelangsungan hidup manusia karena sumber daya alamnya yang melimpah.

Hal inilah pula yang menjadikan Indonesia sebagai surga kayu di dunia.

Lemahnya kebijakan dalam menangani kekayan hutan, menyebabakan

Indonesia kehilangan kontrol dan mengakibatkan laju deforestasi yang

menggila karena eksploitasi yang berlebihan dan berlangsung begitu lama.

Bahkan indonesia harus menunggu selama 11 tahun untuk dapat

mengesahkan Undang Undang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan

Hutan (P3H). Sebab undang undang sebelumnya yaitu UU nomor 41 tahun

1999 tentang kehutanan dirasa belum mampu memberikan efek jera terhadap

(19)

3

Menurut Forest Wacth Indonesia (2011), Laju deforestasi tahun 2000–

2009 adalah sebesar 1,51 juta ha/tahun, dengan laju deforestasi terbesar

berada di wilayaha kalimantan yaitu sebesar 550.586,39 ha/ tahun. jika laju

deforestasi ini tidak ditekan maka kemungkinan besar tahun 2020 hutan

dijawa akan habis dan pada tahun 2030 hutan di Bali-Nusa tenggara juga

akan habis. Tentu nya hal ini sangat menghawatirkan mengingat pentingnya

hutan bagi kelangsungan hidup manusia. Kerusakan hutan tentu membawa

dampak buruk bagi kualitas hidup yang juga merusak ekosistem yang telah

ada.

Laju deforestasi yang besar inilah yang akhirnya membuat Presiden

Susilo Bambang Yudhoyono berkomitmen untuk melakukan penurunan emisi

sebesar 26%-41% pada Konferensi Tingkat Tinggi Iklim di Kopenhag.

Dimana menurut Hijauku.com (2013) negara industri menyumbang 52%

emisi gas rumah kaca dan 48% sisanya adalah negara-negara berkembang.

Indonesia sebagai negara berkembang tentu mempunyai kewajiban dan

tanggung jawab yang sama dalam menekan angka deforestasi. Menurut

laporan Wetland International & Delft Hidgraulics (Hooijer, A. Et.al, 2006)

dalam Forest Wacth Indonesia (2011), Indonesia merupakan negara

penyumbang emisi terbesar ke 3 di dunia yang berasal dari penebangan hutan

secara berlebihan setelah Cina dan Amerika. Oleh sebab itu, pemerintah

(20)

(HMPI-BMN) pada tangal 8 desember 2009 di Padalarang, Kabupaten Bandung

Barat, Jawa Barat. Program ini merupakan tindak lanjut dari program One Man One Tree (2009) yang realisasinya mencapai 251,6 juta pohon dari 231,8 juta pohon. Untuk OBIT akan berlangsung dari Februari 2010 sampai

Januari 2011 dimana puncaknya dilaksanakan pada 28 November 2010 di

seluruh Indonesia sebagai Hari Menanam Pohon Indonesia (HPMI). Gerakan

moral juga dilakukan masyarakat dalam rangka mensukseskan program OBIT

tersebut, antara lain pengembangan pohon trembesi oleh presiden, penanaman

pohon di jalan tol (PU), gerakan perempuan tanam (SIKIB), TNI/POLRI,

program CSR (BUMN/BUMD), penanaman oleh industri otomotif (Astra

Internasional), Accor Hospitality Menanam, Angkasa Pura Menanam, Green Radio, reklamasi tambang, dan penanaman dari pemerintah daerah.

Program ini kemudian diperkuat dengan disahkannya Peraturan

Mentri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.61/ Menhut-II/ 2011 Tentang

Panduan Penanaman Satu Milyar Pohon. Dalam peraturan ini dijelaskan

maksud dan tujuan dari penanaman satu milyar pohon tersebut, yaitu: (1)

Sebagai sarana edukasi, peningkatan kepedulian, kemampuan dan

kemandirian seluruh komponen bangsa akan pentingnya menanam dan

memelihara pohon, (2) Mengajak seluruh komponen secara berkelanjutan

untuk melakukan penanaman dan pemeliharaan pohon secara berkelanjutan

untuk mitigasi perubahan iklim dan merehabilitasi hutan dan lahan. Selain itu

tujuan Penanaman Satu Milyar Pohon adalah untuk menambah tutupan lahan

(21)

5

karbon monoksida akibat mitigasi perubahan iklim dan penyediaan bahan

baku industri pengelolaan kayu, pangan dan energi terbarukan.

Menurut Peraturan Mentri Kehutanan Nomor : P.16/ Menhut-11/2011

tentang Panduan Penanaman Satu Milyar Pohon Tahun 2011 menyatakan

bahwa Penanaman satu milyar pohon tahun 2011 dibagi kedalam dua sektor,

yaitu sektor kehutanan dan sektor non kehutanan. Sektor kehutanaan

meliputi: (1) Rehabilitasi hutan dan lahan (RLH) sumber dana APBN (pada

kawasan konservasi/ lindung mangrove), (2) Rehabilitasi sumber dana APBD

provinsi/kabupaten/kota, (3) Rehabilitasi hutan dan lahan sumber dana

perimbangan Keuangan (DAK Kehutanan dan DBH DR), (4) Kebun Bibit

Rakyat, (5) Reklamasi Bekas Tambang, (6) Hutan rakyat, (7) Hutan kota, (8)

Penghijauana Lingkungan APBN, (9) Hutan taman Industri (HTI) oleh

BUMS dan BUMN (INHUTANI – IV), (10) Hutan taman rakyat (HTR) oleh

Kelompok Mayarakat, (11) Reboisasi oleh perum perhatian, (12) Lain lain.

Sedangkan, sektor non kehutanan meliputi: (1) Pengembangan pohon

trambesi banpres di daerah, (2) Tanaman perkebunan (Kementrian Pertanian),

(3) Tanaman hortikultural (Kementrian Pertanian), (4) Penanaman pohon di

jalan tol, waduk, dan lain-lain (Kementrian Pekerjaan Umum), (5) Gerakan

perempuan tanam dan pelihara oleh tujuan organisasi wanita (SIKIB, PKK,

DPW, APPB, DP, Kowani dan Bhayangkari), (6) TNI/Polri, (7) Penanaman

CRS BUMN/ BUMD/ BUMS, (8) Lain-lain Kementrian Lembaga.

Penelitian ini dipersempit dengan hanya meneliti bagian sektor

(22)

mempersempit ruang lingkup agar penelitian dapat dilakukan dengan baik

dan data yang diperoleh valid.

Setiap provinsi memegang peranaan yang sama penting dalam

mensukseskan terselenggaranya Program Penanaman Satu Milyar Pohon

termasuk provinsi baru seperti Provinsi Banten. Dimana target penanaman di

Provinsi Banten sebanyak 13.500.000 batang pohon dan sampai dengan akhir

bulan Januari 2012 telah berhasil ditanam sebanyak 15.309.172 batang pohon

(113,4%). Meskipun program tersebut telah dilaksanakan dan mencapai target

penanaman bahkan melampau target yang ditentukan, namun pada

kenyataannya peneliti banyak sekali menemukan masalah-masalah di

lapangan. Seperti di Kota Serang, yang pada kenyataannya belum dapat

memenuhi ketentuan pemerintah sesuai Undang-Undang (UU) Nomor 26

Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan PP Nomor 47 Tahun 1997 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, serta Peraturan Menteri Dalam

Negeri (Permendagri) Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka

Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan, Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik pada

wilayah perkotaan minimal 30% dari luas daerah, 20% Ruang Terbuka Hijau

(RTH) publik dan 10% Ruang Terbuka Hijau (RTH) privat. Kota Serang baru

memiliki ruang luas terbuka hijau sebesar 14,29 hektar dari luas wilayah Kota

Serang.

Kota Serang merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten Serang,

dimana terdiri dari 6 (enam) kecamatan yaitu: Kecamatan Serang, Kecamatan

(23)

7

Jaya, dan Kecamatan Taktakan, dengan total luas wilayah 26.674 Ha dan

jumlah penduduk sekitar 656.126 jiwa pada tahun 2011. Seperti dikutip

dalam Radar Banten (2011), Pada Program Penanaman Satu Milyar Pohon

Kota Serang, menargetkan 3.280.630 batang pohon bisa ditanam di Kota

Serang dengan uraian setiap satu orang menanam 5 batang pohon dan 25

batang untuk setiap keluarga. Namun pada kenyataan dilapangan peneliti

menemukan fakta bahwa Kota Serang hanya mencapai 31% target

penanaman yaitu hanya mampu menanam pohon sekitar 1.008.000 pohon

pada tahun 2011.

Kota Serang sendiri memiliki luas hutan sebesar 130 hektar yang

terdapat di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Taktakan dan Kecamatan

Kasemen. Namun kawasan hutan negara di kawasan Kota Serang di kelola

oleh Perum Perhutani KPH Banten dan BKSD Jawa Barat I maka rehabilitasi

yang dilakukan oleh Dinas Pertanian Kota Serang hanya berfokus pada

Rehabilitasi lahan di wilayah kerja BPDAS Citarum-Ciliwung melalui

kegiatan Pengkayaan Hutan Rakyat, Penanaman Bibit KBR dan Penghijauan

Lingkungan. Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 41 tahun

1999 tentang Kehutanan, rehabilitasi hutan dan lahan dimaksudkan untuk

memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan

sehingga daya dukung, produktifitas dan peranannya dalam mendukung

sistem kehidupan tetap terjaga. Dimana yang menjadi sasaran lokasi

penanaman satu milyar pohon adalah lahan kritis yang rusak/ tidak produktif

(24)

Hutan dan Lahan kritis adalah hutan atau lahan yang berada didalam dan

diluar kawasan hutan yang sudah tidak berfungsi lagi sebagai media pengatur

tata air dan unsur produktifitas lahan sehingga menyebabkan terganggunya

keseimbangan ekosistem daerah aliran sungai (DAS). Oleh sebab itu, lahan

kritis merupakan kriteria utama dalam menentukan wilayah yang akan

menjadi lokasi penanaman satu milyar pohon. Sedangkan kegiatan

penghijauan lahan kritis sendiri dilaksanakan dengan sasaran utama lokasi

lahan-lahan masyarakat serta fasum/ fasos ataupun penanaman dikanan kiri

jalan sebagai penyeimbang daya dukung lingkungan. Berikut sebaran lahan

kritis di Kota Serang:

Tabel. 1.1.

Sebaran Lahan Kritis RTk-RHL Kota Serang

No. Kecamatan Kelas Kritis Total (Ha)

Tidak Kritis Potensial Kritis Agak Kritis Kritis

1 Cipocok Jaya 207,56 3.127,13 160,88 3.495,57

2 Curug 1.296,92 2.453,68 146,43 3.897,03

3 Kasemen 1.697,68 4.999,93 6.669,62

4 Serang 1.271,95 1.382,91 2.654,86

5 Taktakan 704,38 2.712,35 2.671,85 44,43 6.133,01

6 Walantaka 311,60 3.233,67 3.545,27

Total 5.490,10 17.909,67 2.979,16 44,43 26.423,35 Sumber : Dinas Pertanian Kota Serang, 2009.

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa kecamatan Taktakan

merupakan kecawatan dengan wilayah yang memiliki lahan kritis dan agak

kritis paling besar diantara semua wilayah kecamatan di Kota Serang, yaitu

sebesar 44,44 Ha lahan kritis, 2.671,85 Ha wilayah agak kritis. Hal ini

(25)

9

sebagian besar wilayah kritis dan agak kertis berada di Kecamatan Taktakan.

Kegiatan penanaman satu milyar pohon sektor kehutanan rehabilitasi hutan

dan lahan di Kecamatan Taktakan tersebar di lima lokasi. Kelima tempat

tersebut antara lain :

Tabel. 1.2

Lokasi Program Penanaman Satu Milyar Pohon Sektor Kehutanan Rehabilitasi Hutan dan Lahan di Kecamatan Taktakan Tahun 2011

No Blok Desa/

1. Kerahmatan Cilowong Pengkayaan

(26)

(Antocephalus

Sumber : Dinas Pertanian. 2012

Dari observasi awal dan wawancara pendahuluan, ditemukan beberapa

masalah mengenai Program Penanaman Satu Milyar Sektor Kehutanan

Rehabillitasi Lahan dan Hutan di Kecamatan Taktakan. Pertama, lemahnya pengawasan dari dinas pertanian. Hal ini dapat di lihat dari hampir sebagian

tanaman yang ditanam di lima lokasi penanaman pohon sudah tidak ada lagi,

dimana rata-rata tanaman tersebut sudah mati atau sudah di jual oleh

masyarakat. Hal ini dikarenakan program dijalankan pada saat memasuki

musim kemarau, sehingga para kelompok tani yang menjadi kesulitan dalam

menelihara pohon yang ditanam. Pada dasarnya, program ini bukan hanya

sekedar mementingkan jumlah pohon yang berhasil ditanam, tapi bagaimana

penanaman pohon tersebut dapat menjadi solusi bagi masalah yang ada. Hal

ini menjadi perhatian bagi peneliti karena ini dapat menyebabkan kerugian

(27)

11

manfaat bagi masyarakat di masa depan. Kota Serang sendiri

menggelontorkan dana sebesar Rp 1.226.400.000 (satu milyar dua ratus dua

puluh enam juta empat ratus ribu rupiah) dalam program rehabilitasi lahan.

Namun dari wawancara awal peneliti dengan pegawai Dinas Pertanian, beliau

mengaku bahwa dana ini jauh dari kata memadai untuk proses pelaksanaan

rehabilitasi hutan dan lahan di Kota Serang. Selain itu, lemahanya

pengawasan juga dirasakan oleh peneliti. Dimana petugas dilapangan hanya

terpaku kepada jumlah pohon yang sudah ditanam tanpa melihat

perkembangan dari program kegiatan tersebut.

Kedua, kurangnya sosialisasi Program Penanaman Satu Milyar Pohon. Ini dirasakan sekali oleh peneliti dalam memperoleh data terkait Program

Penanaman Satu Milyar Pohon Sektor Kehutanan Rehabilitasi Hutan dan

Lahan. Selama ini, rehabilitasi hutan dan lahan hanya dilakukan kepada para

ketua kelompok tani di Kecamatan Taktakan dan selanjutnya menjadi

tanggung jawab Ketua Kelompok Tani dalam mengkampanyekan program

penanaman satu milyar pohon kepada anggota kelompk tani. Sehingga

sosialisasi yang dilakukan belum menyentuh seluruh elemen masyarakat dan

hanya terpaku kepada anggota dan kelompok tani saja.

Ke tiga, koordinasi antar stakeholder masih belum dilakukan secara maksimal. Ini dapat dilihat dari tidak dibentuknya kelompok kerja di tingkat

kota. Menurut Peraturan Mentri Kehutanan Nomor : P.16/ Menhut-11/2011

tentang Panduan Penanaman Satu Milyar Pohon Tahun 2011 menyatakan,

(28)

1. Kelompok Kerja merupakan media/ forum koordinasi antara Kementrian/ Lembaga/ Instansi untuk mensukseskan penanaman satu milyar pohon tahun 2011.

2. Kelompok Kerja di tingkat pusat, provinsi dan Kabupaten Kota.

3. Keanggotaan Kelompok kerja meliputi unsur pemerintah dan suasta yang bersifat lintas sektor, yaitu :

a. Unsur pemerintah : kehutanan, Hortultural, perkebunan, kelautan dan perikanan, PU, Lingkungan Hidup, TNI/ Polri, Diknas, Perguruan Tinggi Negri, BUMN/ BUMD. b. Unsur non pemerintah : BUMS, Lembaga Kemasyarakatan,

Perguruan Tinggi Swasta, Pramuka, Organisasi Kepemudaan, masyarakat lainnya.

4. Tugas pokok kelompok kerja adalah merencanakan, mengorganisir, memobilitas sumber daya, memonitor dan mengevaluasi serta melaporkan pelaksanaan Penanaman Satu Milyar Pohon.

Dari uraian diatas, dapat dilihat bahwa suksenya program ini bukan hanya

tanggung jawab satu pihak melainkan banyak pihak. Namun dari observasi

awal yang dilakakun oleh peneliti, pegawai Dinas Pertanian sendiri tidak

mengetahui jelas apakah kelompok kerja ini ada atau tidak ada. Ini

menujukan bahwa tidak adanya kerjasama antara semua pihak dalam

mensukseskan program penanaman satu milyar pohon sehingga program ini

berjalan sendiri-sendiri. Hal ini juga di tandai dengan tidak adanya data yang

valid mengenai mobilisasi sumberdaya yang berasal dari sektor non

kehutanan ataupun dari sektor kehutanan. Sehingga, masyarakat tidak terpacu

dalam mensukseskan program penanaman satu milyar pohon. padahal data ini

sangat penting karena setiap tahun pemerintaah menyelenggarakan lomba

penanamn satu milyar pohon dan juga memberikan penghargaan dari Mentri

Kehutanan yang diserahkan pada acara peringatan HMPI dan BMN Tahun

(29)

13

didirikan di kantor Dinas Pertanian melainkan di penyedia bibit dalam hal ini

pihak ketiga. Hal ini diakibatkan, Kantor Dinas Pertanian Kota Serang tidak

memiliki gedung perkantoran yang memadai.

Keempat, sumber daya manusia pelaksana masih kurang secara kualitas dan kuantitas. Hal ini dapat dilihat dari pengetahuan petugas

mengenai program sehingga tujuan program yang disampaikan oleh

Pemerintah Pusat tidak sampai pada masyarakat, dimana salah satu tujuan

dari program tersebut adalah saran edukasi bagi masyarakat. Selain itu,

petugas dilapangan juga kurang. Rotasi pegawai di lingkungan dinas

pertanian dirasa terlalu cepat dilakukan, sehingga pemahaman akan program

pelaksanaan tidak cukup baik dimiliki oleh pelaksana pegawai dinas

pertanian.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji

lebih dalam mengenai “EVALUASI PROGRAM PENANAMAN SATU MILYAR POHON SEKTOR KEHUTANAN REHABILITASI HUTAN

DAN LAHAN DI KECAMATAN TAKTAKAN KOTA SERANG

TAHUN 2011”.

1.2 Identifikasi dan Fokus Masalah

1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,

(30)

1. Lemahnya pengawasan dari Dinas Pertanian sehingga hampir sebagian

tanaman yang di tanam sudah tidak ada lagi.

2. Kurangnya sosialisasi Program Penanaman Satu Milyar Pohon Sektor

Kehutanan Rehabilitasi Hutan dan Lahan menyebabkan masyarakat

setempat tidak paham mengenai program tersebut.

3. Koordinasi antar stakeholder masih belum dilakukan secara maksimal. 4. Sumber daya manusia pelaksana masih kurang secara kuantitas dan

kualitas.

1.2.2 Fokus Penelitian

Untuk mempersempit peneliti dalam proses kajian penelitian, maka

fokus penelitian, yaitu evaluasi program penanaman satu milyar pohon sektor

kehutanan rehabilitasi hutan dan lahan di Kecamatan Taktakan Kota Serang

tahun 2011.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan dari latar belakang masalah, identifikasi

masalah dan fokus masalah, maka yang menjadi rumusan masalah penelitian

adalah: Bagaimana Dampak Program Penanaman Satu Milyar Pohon Sektor

Kehutanan Rehabilitasi Hutan dan Lahan di Kecamatan Taktakan Kota

(31)

15

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka tujuan penelitian

adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan Evaluasi Program Penanaman

Satu Milyar Pohon Sektor Kehutanan Rehabilitasi Hutan dan Lahan di

Kecamatan Taktakan Kota Serang tahun 2011.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat secara teoritis dan praktis dalam penelitian ini,

adalah :

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan, dan menambah perbendaharaan

keilmuan dan pengetahuan dalam bidang akademik, khususnya di bidang

Ilmu Administrasi Negara, terutama yang berkaitan dengan Evaluasi

kebijakan publik.

2. Secara Praktis, diharapkan hasil penelitian dapat menjadi referensi bagi

peneliti-peneliti lain yang menjadikan evaluasi kebijakan sebagai objek

kajiannya. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

rekomendasi terhadap evaluasi Program Penanaman Satu Milyar Pohon

(32)

1.6 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Latar belakang masalah merupakan sebab-sebab (alasan) mengapa suatu

masalah atau hal itu menarik untuk diteliti. Alasan tersebut dapat

diperinci menjadi alasan objektif dan alasan subjektif. Latar belakang

masalah juga menggambarkan situasi, kondisi, ruang lingkup dan

kedudukan suatu permasalahan yang akan diteliti dalam bentuk uraian

secara deduktif, dari ruang lingkup yang umum sampai pada ke masalah

yang lebih spesifik, tentunya yang relevan dengan judul penelitian yang

diambil. Pada bagian ini juga menggambarkan tentang apa yang

diharapkan sebagai hasil dari penelitian.

1.2 Identifikasi Masalah dan Fokus Penelitian

1.2.1 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah merupakan proses penyederhanaan masalah

yang rumit dan kompleks dirumuskan menjadi masalah yang dapat

diteliti atau dicari alternatif pemecahannya. Identifikasi masalah

juga dapat diajukan dalam bentuk petanyaan atau pernyataan.

1.2.2 Fokus Penelitian

Adapun pengertian dari fokus penelitian sendiri adalah dimana

adanya pembatasan masalah terhadap suatu masalah yang akan

(33)

17

lebih memfokuskan penelitiannya pada Evaluasi Program

Penanaman Satu Milyar Pohon Sektor Kehutanan Rehabilitasi

Hutan dan Lahan di Kecamatan Taktakan Kota Serang tahun 2011.

1.3 Rumusan Masalah

Rumusan masalah adalah pertanyaan penelitian yang disususn

berdasarkan masalah yang harus dicarikan jawabannya melalui

pengumpulan data. Dalam rumusan masalah penelitian ini dikemukakan

dalam bentuk pertanyaan yang dirumuskan secara tajam yang ingin

dicarikan jawabannya dalam penelitian ini.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan pernyataan operasional yang merincikan

apa yang akan diselesaikan dan dicapai dalam penelitian terhadap

permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya. Isi dan rumusan tujuan

penelitian sejalan dengan isi dan rumusan masalah.

1.5 Manfaat Penelitian

Dalam manfaat penelitian dikemukakan faedah atau manfaat dari hasil

penelitian ini, seperti yang telah dipaparkan pada pembahasan

sebelumnya baik manfaat dari segi teoritis maupun manfaat dalam segi

praktis dari dilaksanakannya penelitian ini.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika pada bagian ini yaitu, menjelaskan tentang isi dari bab per

(34)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka mengkaji beberapa teori yang relevan dengan

permasalahan dan variabel penelitian, kemudian menyusunnya secara

teratur untuk digunakan dalam merumuskan masalah sehingga akan

diperoleh konsep penelitian yang jelas.

2.2 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai

kelanjutan dari deskripsi teori.

2.3 Asumsi Dasar Penelitian

Asumsi dasar penelitian dirumuskan berdasarkan kajian teori dan

kerangka berpikir peneliti. Asumsi dasar penelitian merupakan jawaban

sementara terhadap permasalahan yang akan diteliti dan akan diuji

kebenarannya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian menjelaskan metode yang dipergunakan dalam

penelitian atau cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan

kegunaan tertentu.

3.2 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis

alat pengumpul data yang digunakan atau instrumen penelitian juga

(35)

19

3.3 Informan Penelitian

Informan penelitian berfungsi untuk menjelaskan obyek penelitian.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menjelaskan bagaimana cara dalam

mengumpulkan data yang diperoleh dalam penelitian.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik Analisis data menjelaskan mengenai cara menganalisa data pada

objek yang diteliti dan dilakukan pra-lapangan atau saat proses

penelitian dilakukan.

3.6 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Data

Menjelaskan derajat ketetapan antara data yang terjadi pada obyek

penelitian.

3.7 Lokasi Penelitian dan Jadwal Penelitian

Menjelaskan lokasi terkait tempat penelitian dilaksanakan beserta alasan

memilih lokasi penelitian. Sedangkan, jadwal penelitian yaitu,

menjelaskan tentang waktu dalam penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian

Menjelaskan objek penelitian yang meliputi lokasi penelitian secara jelas,

struktur organisasi dari populasi atau sampel (dalam penelitian ini

menggunakan istilah informan) yang telah ditentukan, serta hal lain yang

(36)

4.2 Deskripsi Data

Menjelaskan data penelitian dengan menggunakan teori yang relevan

yang sesuai dengan kondisi di lapangan.

4.3 Temuan Lapangan

Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah dengan

mempergunakan teknik analisa data kualitatif.

4.4 Pembahasan

Merupakan pembahasan lebih lanjut dari hasil penelitian.

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Menyimpulkan hasil penelitian secara jelas, singkat, mudah dipahami.

Selain itu, kesimpulan penelitian juga harus sejalan dan sesuai dengan

permasalahan serta asumsi dasar penelitian.

5.2 Saran

Berisi tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap bidang yang

diteliti, baik secara teoritis maupun praktis.

DAFTAR PUSTAKA

Berisi daftar referensi yang digunakan dalam penyusunan proposal penelitian

skripsi.

LAMPIRAN

(37)

21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Kebijakan Publik

Dalam tatanan pemerintahan, kebijakan publik merupakan hal yang

tidak asing lagi diperdengarkan. Kebijakan publik sering diartikan sebagai

peraturan yang dibuat oleh pemerintah dalam mengatur sistem pemerintahan

yang mengikat pihak-pihak terkait (stakeholders). Menurut Dunn dalam Syafeii dkk (1999:107), kebijakan publik adalah suatu rangkaian

pilihan-pilihan yang saling berhubungan yang dibuat oleh lembaga atau pejabat

pemerintah pada bidang-bidang yang menyangkut tugas pemerintah, seperti

keamanan, energi, kesehatan, pendidikan, kesejahteraan masyarakat,

kriminalitas, perkotaan dan lain-lain. Sedangkan menurut Anderson dalam

Syafeii dkk (1999:107), menyebutkan bahwa kebijakan publik adalah

hubungan antar unit-unit pemerintah dengan lingkunganannya.

Sementara itu Hogwood dan Gunn dalam buku Policy Analysis for the Real World (1984 dan direvisi 1990) dalam Wicaksono (2006:53) menyebutkan 10 (sepuluh) penggunaan istilah kebijakan dalam pengertian

modern, diantaranya:

(38)

Contohnya: statemen umum pemerintah tentang kebijakan ekonomi, kebijakan industri, atau kebijakan hukum dan ketertiban. 2. Sebagai ekspresi tujuan umum atau aktivitas negara yang diharapkan (as expression of general purpose or desired state of affairs)

Contohnya: untuk menciptakan lapangan kerja seluas mungkin atau pegembangan demokrasi melalui desentralisasi.

3. Sebagai proposal spesifik (as specific proposal)

Contohnya: membatasi pemegang lahan pertanian hingga 10 hektar atau menggratiskan pendidikan dasar.

4. Sebagai keputusan pemerintah (as decesions of government)

Contohnya: keputusan kebijakan sebagaimana yang diumumkan Dewan Perwakilan Rakyat atau Presiden.

5. Sebagai otorisasi formal (as formal authorization)

Contohnya: tindakan-tindakan yang diambil oleh parlemen atau lembaga-lembaga pembuat kebiijakan lainnya.

6. Sebagai sebuah program (as a programe)

didefinisikan, seperti program reformasi agrarian atau program peningkatan kesehatan perempuan.

7. Sebagai output (as output)

Contohnya: apa yang secara aktual telah disediakan, seperti sejumlah lahan yang diredistribusikan dalam program reformasi agraria dan jumlah penyewa yang terkena dampaknya.

8. Sebagai hasil (as outcome)

Contohnya: apa yang secara aktual tercapai, seperti dampak terhadap pendapatan petani dan standar hidup dan output agrikultural dari program reformasi agararia.

9. Sebagai teori atau model (as a theory or model)

Contohnya apabila kamu melakukan x maka akan terjadi y, misalnya apabila kita meningkatkan insentif kepada industri manufaktur, maka output industri akan berkembang.

10.Sebagai sebuah proses (as a process)

Sebagai sebuah proses yang panjang yang dimulai dengan issues

lalu bergerak melalui tujuan yang sudah di (setting), pengambilan keputusan untuk implementasi dan evaluasi.

Menurut Dye dan Anderson dalam Agustino (2008:4), ada tiga hal

yang melatar belakangi mengapa kebijakan publik perlu di pelajari, antara

lain:

1. Pertimbangan atau alasan ilmiah (scientific reasons),

2. Pertimbangan atau alasan profesional (professional reasons), 3. Pertimbangan atau alasan politis (political reasons).

(39)

23

Kebijakan publik menurut Eyestone dalam Agustino (2008:6) dapat

diartikan sebagai hubungan antara unit pemerintah dengan lingkungannya.

Berbeda dengan Robert dalam Agustino (2008:6) yang masih mendefinisikan

secara luas mengenai kebijakan publik, Heinz Eulau dan Kenneth Prewitt

menyebutkan bahwa kebijakan publik sebagai:

“keputusan tetap’ yang dicirikan dengan konsistensi dan pengulangan

(repitisi) tingkahlaku dari mereka yang membuat dan dari mereka yang mematuhi keputusan tersebut”

Selain itu, Anderson dalam Agustino (2008:7) mendefinisikan bahwa

kebijakan publik sebagai:

“serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh seorang aktor atau

sekelompok aktor yang berhubungan dengan suatu permasalahan atau

suatu hal yang diperhatikan”

Leo Agustino (2008:8) menyebutkan beberapa karakteristik utama

dari suatu definisi kebijakan publik, yaitu:

1. Pada umumnya kebijakan publik perhatiannya ditunjukan pada tindakan yang mempunyai maksud atau tujuan tertentu daripada perilaku yang berubah atau acak. Artinya, setiap kebijakan yang dibuat harus lah memiliki tujuan yang jelas dan tentunya beguna bagi publik sebagai sasarannya.

2. Kebijakan publik pada dasarnya mengandung bagian atau pola kegiatan yang dilakukan oleh pejabat pemerintah daripada keputusan yang terpisah-pisah. Artinya, harus ada penjelasan yang jelas mengenai bagaimana penerapan dan penjelasan yang pasti mengenai kebijakan tersebut yang disampaikan melalui peraturan penamping.

(40)

Menurut Dye dalam Subarsono AG (2006:2), menyatakan bahwa: Kebijakan Publik meliputi apapun pilihan pemerintah untuk melakukan atau

tidak melakukan sesuatu ( public policy is whatever governments choose to do or not to do ). Demikian, berdasarkan paparan yang telah dikemukakan para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik adalah apa yang

dikerjakan dan tidak dikerjakan pemerintah dalam menangani semua masalah

yang terjadi di lingkukan publik. Kebijakan publik menjadi salah satu

cara/atau aturan bagi pemerintah dalam mengatur sistem pemerintahan.

Karena pada dasarnya, peraturan yang dibuat atau tidak dibuat oleh

pemerintah pastinya memberi dampak bagi masyarakat luas. Oleh karena itu,

setiap kebijakan publik yang dibuat harus lah bisa mewakili kepentingan

publik.

2.1.2 Evaluasi Kebijakan Publik

Evaluasi dilakukan guna mencari tahu apakah suatu kebijakan berjalan

dengan baik atau tidak. Menurut Agustino (2008:185), evaluasi kebijakan

adalah bagian akhir dari suatu proses kebijakan yang dipandang sebagai pola

aktivitas yang berurutan. Sedangkan, menurut Laster dan Stewart dalam

Agustino (2008:185) menyebutkan bahwa evaluasi ditunjukan untuk melihat

sebagian-sebagian kegagalan suatu kebijakan dan untuk mengetahui apakah

kebijakan yang telah dirumuskan dan dilaksanakan dapat menghasilkan

(41)

25

Sementara itu, Dye mencatat bahwa evaluasi kebijakan adalah

pembelajaran tentang konsekuensi dari kebijakan publik. Adapun evaluasi

kebijakan menurut Dye dalam Parson (2005:547) adalah :

“Evaluasi kebijakan adalah pemerikasaan yang objektif, sistematis,

dan empiris dari kebijakan dan program publik terhadap targetnya dari segi tinjauan yang ingin dicapai.“

Secara sederhana, Dunn dalam Agustino (2008:185) menyebutkan

bahwa evaluasi kebijakan berkenaan dengan produksi informasi mengenai

nilai-nilai atau manfaat-manfaat hasil kebijakan.

Demikian, berdasarkan uraian diatas, maka secara garis besar dapat

dikatakan bahwa evaluasi kebijakan dilakukan guna melihat sejauh mana

suatu kebijakan berhasil dilakukan dan bagaimana manfaat kebijakan tersebut

bagi masyarakat. Evaluasi juga tidak hanya melihat sejauh mana suatu

kebijakan dibuat berhasil atau tidak. Tetapi juga memberikan cara atau

rekomendasi terhadap apa yang menjadi masalah. Sehingga menjadi sebuah

jawaban dari keberhasilan atau kegagalan suatu kebijakan publik.

Ada beberapa pendekatan yang bisa dilakukan untuk dapat

menghasilkan penilain yang baik menurut Dunn dalam Agustino (2008:189),

yaitu :

1. Evaluasi Semu atau pseudo evaluation ialah pendekatan yang menggunakan metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang valid

(42)

menanyakan tentang manfaat atau nilai dari hasil – hasil kebijakan

terhadap individu, kelompok, ataupun masyarakat serta keseluruhan.

2. Evaluasi formal atau formal evaluation. Tujuan evaluasi formal adalah untuk menghasilkan informasi yang valid dan cepat dipercaya mengenai

hasil-hasil kebijakan yang didasarkan atas tujuan formal program

kebijakan secara deskriptif.

Dalam model ini terdapat tipe-tipe untuk memahami evaluasi

kebijakan lebih lanjut, yaitu :

a. Evaluasi sumatife, yang berusaha untuk memantau pencapaian tujuan

dan target formal setelah suatu kebijakan atau program diterapkan

untuk jangka waktu tertentu.

b. Evaluasi formatif, suatu tipe evaluasi kebijakan yang berusaha untuk

meliputi usaha-usaha secara terus menerus dalam rangka memantau

pencapaian tujuan-tujuan dan target-target formal. Menurut Rose dan

Freeman dalam Parson (2005:549), ada tiga model evaluasi ini yaitu :

“ (1) sejauhmana sebuah program mencapai target populasi yang

tepat; (2) apakah penyampaian pelayanannya konsisten dengan spesifikasi desain program atau tidak; dan (3) sumber daya apa

yang dikeluarkan dalam melaksanakan program”.

c. Evaluasi keputusan teorites atau sering disebut dengan decision-theoritic evaluation adalah pendekatan evaluasi kebijakan yang menggunakan metode – metode deskripif untuk menghasilkan

informasi yang dapat dipertanggungjawabkan dan valid menangani

hasil – hasil kebijakan yang secara eksplisit dinilai oleh berbagai

(43)

27

Maka secara garis besar dapat dikatan bahwa evaluasi pada dasarnya

digunakan untuk memberikan informasi yang valid terhadap hasil hasil dari

sebuah kebijakan yang dibuat sehingga menghasilkan penilaian yang baik

dalam proses evaluasi.

Dunn (2003:609) menyebutkan ada empat sifat evaluasi, yaitu:

1. Fokus nilai. Evaluasi berbeda dengan pemantauan dimana evaluasi

berusaha untuk mencari manfaat dan kegunaan suatu program.

2. Interdepedensi fakta-nilai. Dunn menganggap bahwa evaluasi bukan hanya

sekedar mencari fakta bahwa kebijakan tersebut berguna bagi sebagian

individu, kelompok atau seluruh masyarakat. Tetapi, hasil kebijakan secara

aktual merupakan konsekuensi dari aksi-aksi yang dilakukan untuk

memecahkan masalah tertentu. Dunn juga menyebukan bahwa salah satu

prasyarat evaluasi adalah pemantauan.

3. Orientasi masa kini dan masa lampau. Evaluasi bersifat retrpspektif dan

setelah aksi-aksi dilakukan (ex post).

4. Dualitas nilai. Nilai-nilai yang mendasari tuntutan evaluasi mempunyai

kualitas ganda, karena mereka dipandangkan sebagai tujuan dan cara.

Demikian, berdasarkan uraian diatas, dapat dikatakan bahwa pada

dasarnya evaluasi tidak hanya melihat sejauh mana suatu kebijakan

bermanfaat bagi masyarakat tertentu, tetapi juga menjadi jawaban atas

masalah yang terjadi dimasyarakat sehingga menjadi acuan dalam membuat

(44)

mencapai hasil yang diharapkan, maka dari itu evaluasi juga dipandang

sebagai tujuan atau cara untuk memecahkan masalah yang ada didalam

sebuah kebijakan yang dibuat. Yang pada akhirnnya dapat memberikan

rekomendasi atau jawaban bagi masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan

kebijakan.

Selanjutnya, Dunn (2003:609) membagi tiga fungsi evaluasi, yaitu:

1. Evaluasi memberi informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai

kinerja kebijakan, yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan

telah dapat dicapai melalui tindakan tertentu.

2. Evalusi bersifat memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhada

nilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target.

3. Evaluasi memberi sumbangan pada aplikasi metode-metode analisis

kebijakan lainya, termasuk perumasan masalah dan rekomendasi.

Sementara itu, Samora Wibawa dkk dalam Nugroho (2004:187)

menyebutkan ada empat fungsi, yaitu:

1. Eksplanansi. Melalui evaluasi dapat dipotret realitas pelaksanaan program

dan dapat dibuat suatu generalisasi tentang pola-pola hubungan antara

berbagai dimensi realitas yang diamatinya. Dari evaluasi ini evaluator

dapat menidentifikasikan masalah, kondisi, dan aktor yang mendukung

(45)

29

2. Kepatuhan. Melalui evaluasi dapat diketahui apakah tindakan yang

dilakukan oleh para pelaku, baik birokrasi maupun pelaku lainnya sesuai

dengan standar dan prosedur yang ditetapkan oleh kebijakan.

3. Audit. Melalui evaluasi dapat diketahui, apakah output benar-benar sampai

kepada tangan kelompok sasaran kebijakan, atau justru ada kebocoran atau

penyimpangan.

4. Akunting. Dengan evaluasi dapat diketahui apa akibat sosial ekonomi dari kebijakan tersebut.

Demikian, dapat disimpulkan bahwa evaluasi berfungsi sebagai tolak

ukur atau penilaian dari sebuah kebijakan yang telah dibuat. Evaluasi

memberikan gambaran tentang sebuah kebijakan, juga memberi jawaban

terhadap kegagalan sebuah kebijakan.

Menurut Langbein dalam Widodo (2007:116) menjelaskan bahwa tipe

riset evaluasi kebijakan ada dua macam tipe, yaitu riset proses dan riset

outcomes. Metode riset juga dibedakan menjadi dua macam yaitu metode

deskriptif dan metode kausal. Metode deskriptif lebih mengarah pada tipe

penelitian evaluasi proses (process of public implementation), sedangkan metode kausal lebih mengarah pada penelitian evaluasi dampak (outcomes of public omplementation). Untuk memudahkan dan memahami kedua tipe dan metode riset evaluasi kebijakan publik tersebut dapat digambarkan dalam

(46)

Tabel 2.1

Tipe Evaluasi Penelitian

Methods Process Outcomes

Deskriptif

1. Apakah fasilitas, sumber daya digunakan dalam kebijakan.

2. Apakah kebijakan

dilaksanakan sesuai dengan petunjuk.

3. Bagaimana manfaat yang ditetapkan dalam kebijakan. 4. Menentukan apakah manfaat

nyata dari kebijakan dapat dinikmati oleh kelompok sasaran (target groups).

1. Siapa yang terlibat dalam kebijakan.

2. Apakah kebijakan dapat mencapai siapa yang

yang diiharapkan atau tidak diharapkan. terjadi dikarenakan oleh kebijakan utama.

4. Apakah kebijakan utama menjadi penyebab dampak utama.

Sumber: Widodo (2007:118)

Sedangkan menurut Dunn, evaluasi memiliki kriteria sebagai berikut:

Tabel 2.2

Kriterian Evalusi Menurut Milliam Dunn

TIPE KRITERIA PERTANYAAN ILUSTRASI

Efektivitas Apakah hasil yang diinginkan telah dicapai?

Unit pelayanan

Efisiensi

Seberapa banyak usaha diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan?

Unit biaya Manfaat bersih Rasio biaya-manfaat

Kecukupan Seberapa jauh pencapain hasil yang diinginkan memecahkan

(47)

31

masalah? Efektivitas tetap

(masalah tipe II)

Perataan

Apakah biaya dan manfaat didistribusikan dengan merata kepada kelompok-kelompok

Apakah hasil kebijakan memuaskan kebutuhan,

Program publik harus merata dan efisien.

Sumber : Dunn, 2003 (610)

Dari Kriteria evaluasi kebijakan diatas yang dikemukakan oleh Dunn

(2003:610), dapat dikembangkan sebagai berikut:

1. Efektivitas

Berkenaan dengan apakah suatu alternatif mencapai hasil yang diharapkan, atau mencapai tujuan dari diadakannya tindakan. Efektivitas, yang secara dekat berhubungan dengan rasionalitas teknis, selalu diukur dari unit produk atau layanan atau nilai moneternya.

2. Efesiensi

Berkenaan dengan jumlah usaha yang diperlukan untuk menghasilkan tingkat efektivitas tertentu. efesiensi, yang merupakan sinonim dari rasionalitas ekonomi, adalah merupakan hubungan antara efektivitas dan usaha, yang terakhir umumnya diukur dari ongkos moneter. Efesiensi biasanya ditentukan melalui perhitungan biaya per unit produk atau layanan. Kebijakan yang mencapai efektivitas tertinggi dengan biaya terkecil dinamakan efesien.

3. Kecukupan

Berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat efektivitas memuaskan kebutuhan, nilai, atau kesempatan yang menumbuhkan adanya masalah. Kriteria kecukupan menekankan pada kuatnya hubungan antara alternatif kebijakan dan hasil yang diharapkan. 4. Pemerataan

(48)

(misalnya, unit pelayanan atau manfaat moneter) atau usaha (misalnya biaya moneter) secara adil didistribusikan.

5. Responsivitas

Berkenaan dengan seberapa jauh suatu kebijakan dapat memuaskan kebutuhan preferensi, atau nilai kelompok-kelompok masyarakat tertentu. Kriteria responsivitas adalah penting karena analisis yang dapat memuaskan semua kriteria lainnya (efektivitas, efesiensi, kecukupan, perataan) masih gagal jika belum menanggapi kebutuhan aktual dari kelompok yang semestinya diuntungkan dari adanya suatu kebijakan.

6. Ketepatan

Kriteria ini secara dekat dihubungkan dengan rasionalitas substansif, karena pertanyaan tentang ketepatan kebijakan tidak berkenaan dengan satuan kriteria individu tetapi dua atau lebih kriteria secara bersama-sama. Ketepatan merujuk pada nilai atau harga dari tujuan program dan kepada kuatnya asumsi yang melandasi tujuan-tujuan tersebut.

2.1.3 Penanaman Satu Milyar Pohon

2.1.3.1Definisi

Menurut Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Banten,

penanaman satu milyar pohon pada hakekatnya merupakan kegiatan

penanamn secara nasional yang dilaksanakan oleh sektor kehutanan dan

sektor diluar kehutanan serta gerakan moral masyarakat.

2.1.3.2Maksud dan tujuan

Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia

Nomor: P.61/ Menhut-II/2011 tentang Panduan Penanaman Satu Milyar

Pohon tahun 2011 menyatakan bahwa maksud dilaksanakannya Gerakan

(49)

33

1. Sebagai sarana edukasi, peningkatan kepedulian, kemampuan dan

kemandirian seluruh komponen bangsa akan pentingnnya menanam dan

memelihara pohon.

2. Mengajak seluruh komponen bangsa untuk melakukan penanaman dan

pemeliharaan pohon secara berkelanjutan untuk mitigasi perubahan iklim

dan merehabilitasi hutan dan lahan.

Sedangkan, tujuan Penanaman Satu Milyar Pohon adalah untuk

menambah tutupan lahan dan hutan guna mencegah longsor dan banjir

dimusim hujan, menyerap karbon dioksida akibat mitigasi perubahan iklim

dan penyediaan bahan baku industri penolahan kayu, pangan dan energi

terbarukan.

2.1.3.3Dasar Pelaksanaan

Peraturan perundang-undangan yang mendasari pelaksanaan

Penanaman Satu Milyar Pohon, antara lain adalah:

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 Tentang

Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan Ekosistemnya (Lembaran

Negara Repulik Indonesia Tahin 1990 Nomor 49 Tambahan Lembaran

Negara Indonesia Nomor 3419);

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang

Pengelolahan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

(50)

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang

Kehutanan (Lembaran Negra Repulik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167,

Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 4010);

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2000 Tentang

Pembentukan Provinsi Banten (Lembaran Negra Republik Indonesia

Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4437);

5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);

6. Keputusan Presiden RI No. 24 Tahun 2008 Tentang Hari Menanam Pohon

Indonesia (HMPI) dan Bulan Menanam Nasioanal (BMN);

7. Peraturan Kehutanan RI Menteri Kehutana RI Nomor : P.61/ Menhut- II/

2011 Tentang Panduan Penanaman Satu Milyar Pohon Tahun 2011;

8. Surat Menteri Kehutanan RI Kepada Gubernur Banten Nomor : S.481/

MENHUT-II/2011 Tanggal 12 September 2011 Tentang Penyelenggaraan

Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI) dan Bulan Menanam Nasional

(BMN) Tahun 2011;

9. Surat Gubernur Banten Kepada Bupati/Walikota Se-Provinsi Banten

Nomor 522/2908/Hutbun.2/2011, tnggal 25 Oktober 2011 perihal

Penyelenggaraan Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI) dan Bulan

(51)

35

2.2 Kerangka berpikir

Berdasarkan alur kerangka berpikir tersebut, dapat dilihat bahwa

penelit berusaha untuk sedikit menilai bagaimana hasil dari pelaksanaan

Program Penanaman Satu Milyar Pohon Sektor kehutanan Rehabilitasi Hutan

dan Lahan di Kecamatan Taktakan Kota Serang tahun 2011 dilaksanakan

melalu model evaluasi kebijakan Dunn (2003). Menurut Dunn, ada enam

kriteria evaluasi, yaitu efektivitas, efisiensi, kecukupan, pemerataan,

responsivitas, dan ketepatan.

Keenam indikator tersebut kemudian dijadikan acuaan peneliti di

lapangan mengenai Program Penanaman Satu Milyar Pohon Sektor

Kehutanan Rehabilitasi Hutan dan Lahan di Kecamatan Taktakan Kota

Serang tahun 2011. Selain itu peneliti juga akan membuat kesimpulan dan

saran sebagai feedback dari hasil evaluasi yang dilakukan di lapangan. Kesimpulan dan saran tersebut sebagai sebuah sarana dan rekomendasi untuk

peningkatan Program Penanaman Satu Milyar Pohon Sektor Kehutanan

Rehabilitasi Hutan dan Lahan di Kecamatan Taktakan Kota Serang tahun

2011. Hal ini karena peniliti berasumsi bahwa program tersebut belum

optimal dilaksanakan.

Untuk memperjelas alur pemikiran peneliti dalam penelitian ini,

berikut akan dipaparkan kerangka berpikir penelitian pada gambar 2.1

(52)

1. Lemahnya pengawasan dari Dinas Pertanian sehingga hampir sebagian tanaman yang di tanam sudah tidak ada lagi.

2. Kurangnya sosialisasi Program Penanaman Satu Milyar Pohon Sektor Kehutanan Rehabilitasi Hutan dan Lahan menyebabkan masyarakat setempat tidak paham mengenai program tersebut.

3. Koordinasi antar stakeholder masih belum dilakukan secara maksimal. 4. Sumber daya manusia pelaksana

masih kurang secara kuantitas dan kualitas.

Evaluasi Kebijakan menurut Dunn (2003), adalah :

(53)

37

2.3Asumsi Dasar

Berdasarkan alur kerangka berpikir, maka peneliti berasumsi bahwa

Program Penanaman Satu Milyar Pohon Sektor Kehutanan Rehabilitasi Hutan

dan Lahan di Kecamatan Taktakan Kota Serang tahun 2011 belum terlaksana

dengan baik. Hal ini didasari pada masalah-masalah yang ditemukan peneliti

di lapangan. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi secara komprehensif

terhadap Program Penanaman Satu Milyar Pohon Sektor Kehutanan

Rehabilitasi Hutan dan Lahan di Kecamatan Taktakan Kota Serang tahun

2011 dengan enam indikator evaluasi kebijakan dari Dunn (2003), yaitu:

(54)

38

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Untuk mengetahui bagaimana hasil dari penelitian Evaluasi Program

Penanaman Satu Milyar Pohon Sektor Kehutanan Rehabilitasi Hutan dan

Lahan di Kecamatan Taktakan Kota Serang tahun 2011, maka peneliti

menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Menurut Sugiyono, penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan

untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih

(independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan antara

variabel satu dengan variabel yang lain. Sedangkan, Menurut Danin

(2002:54) penelitian kualitatif dimaksudkan untuk mempelajari secara

intensif tentang latar belakang keadaan dan posisi saat ini, serta interaksi

lingkungan unit sosial tertentu yang bersifat apa adanya (given). Sehingga dapat menjawab pertanyaan bagaimana Evaluasi Program Penanaman Satu

Milyar Pohon Sektor Kehutanan Rehabilitasi Hutan dan Lahan di Kecamatan

Taktakan Kota Serang tahun 2011. Selain itu, dengan digunakan metode

kualitatif, maka data yang didapat lebih lengkap, mendalam, kredibel, dan

bermakna sehingga tujuan penelitian dapat dicapai. Dengan metode ini

(55)

39

wawancara secara langsung dengan stakeholders ( pihak yang terlibat ) di lokasi penelitian dalam pelaksanaan program tersebut.

3.2 Intrumen penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi instrumen penelitian adalah

peneliti itu sendiri. Karena pada penelitian kualitatif segala sesuatu yang akan

eliti ditdari objek penelitian belum jelas dan pasti masalahnya, sumber

datanya, dan hasil yang diharapkan semuanya belum jelas. Sugiyono

(2009:60) mengatakan bahwa dalam penelitian kualitatif “the resecerher is

the key instumen”. Dia menjelaskan bahwa peneliti adalah instrumen kunci

dalam penelitian kualitatif. Maka dari itu peneliti juga harus divalidasi yang

meliputi tetang bagaimana pengetahun nya mengenai penelitian kualitatif,

penguasaan wawasan dan kesiapan peneliti itu sendiri.

Sedangkan, menurut Lincon dan Guba dalam Sugiyono (2009:60)

menyatakan bahwa :

“The instument of choice in naturalistic ingury is the human. We shall

see that others forms of instumentation may be used in later phases of the inquiry, but the human is the initial and continuing mainstay. But if the human instument has been used extensively in earlier stages of inquiry, so that an instument can be constucted that grounded in the data that human instument has product.”

Menurut Nasution dalam Sugiyono (2009:61), peneliti sebagai

instrumen penelitian serasi untuk penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri

sebagai berikut:

1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari

(56)

2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek

keadaan dan daat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.

3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instumen berupa test

atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia.

4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami

dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya, kita perlu sering

merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.

5. Peneliti sebagai instumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh.

Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segra untuk

menentukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul

seketika.

6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan

berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan

segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan,

perbaikan atau pelakan.

7. Dalam penelitian dengan menggunakan test atau angket yang bersifat

kuantitatif yang diutamakan adalah respon yanh dapat dikuatifikasikan

agar dapat diolah secara statistik, sedangkan yang menyimpang dari itu

tidak dihiraukan. Dengan manusia sebagai instrumen, respon yang aneh,

yang menyimpang justru diberi perhatian. Respon yang lain dari pada yang

lain, bahkan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat

(57)

41

3.3 Informan Penelitian

Menurut Bungin, penentuan informan yang terpenting dalam

penelitian kualitatif adalah bagaimana menentukan key informan (informan kunci) atau situasi sosial tertentu yang sarat informasi sesuai dengan fokus

penelitian. Sesuai dengan fokus penelitian, teknik penentuan informan secara

purposive (berdasarkan kebutuhan data dan penguasaan masalah), maka yang dijadikan informan/sumber data antara lain, Kepala Bidang Kehutanan dan

Perkebunan Dinas Pertanian Kota Serang, Kasi Bidang Kehutanan Dinas

Pertanian Kota Serang, Pegawai Dinas Pertanian Kota Serang yang terkait

dalam Program Penanaman Satu Milyar Pohon Sektor Kehutanan dan

Rehabilitasi hutan dan Lahan, Ketua Kelompok Kerja, Tokoh Masyarakat

Sekitar, Masyarakat yang dianggap memenuhi syarat penelitian.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Sumber dan teknik pengumpulan dalam penelitian disesuaikan

dengan fokus dan tujuan penelitian. Dalam penelitian kualitatif,

mengutamakan prespektif emic, artinya mementingkan pandangan informan, yakni bagaimana mereka memandang dan menafsirkan dunia dari

pendiriannya. Peneliti tidak bisa memaksakan kehendaknya untuk

mendapatkan data yang diinginkan.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan mengumpulkan data yang diperlukan sebanyak-banyaknya

Gambar

Tabel. 1.1.
Tabel. 1.2
Tabel 2.2
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penggunaan alat-alat berat yang ha- rus diperhatikan adalah hal-hal sebagai berikut : (1) Biaya yang akan dikeluarkan dalam peng- gunaan alat berat seperti

Dari hasil perhitungan Indeks Williamson (IW), ternyata dari semua wilayah kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Bali memiliki nilai indeks mendekati 1 atau

Berdasarkan hasil analisis ragam pada taraf nyata 5% (Tabel 1) menunjukkan bahwa dari sembilan perlakuan yang diuji terdapat perbedaan yang nyata pada parameter

Pasien TB paru dari BKPM Purwokerto yang bersedia menjadi responden penelitian dibagi menjadi dua kelompok ,kelompok eksperimen terdiri dari 28 responden yang menerima

Tujuan : Penerapan pijat oksitosin menggunakan baby oil terhadap produksi dan pengeluaran ASI pada ibu nifas, untuk mengetahui produksi dan pengeluaran asi sebelum dan

Hal ini sangat sesuai dengan hasil penelitian Tai, Leou, & Hung (2014) yang menjelaskan bahwa literasi sangat penting dalam pembelajaran matematika dikarenakan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran sosialisasi yang dilakukan Koperasi syariah Mitra Niaga sangat berperan penting bagi kegiatan usaha koperasi juga bagi

[r]