• Tidak ada hasil yang ditemukan

OPTIMALISASI PERAN STRATEGIS KECAMATAN DAN KELURAHAN DALAM MENJALANKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI MELALUI PATEN DAN (PATEK) SEBAGAI PARADIGMA PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU BAGI KECAMATAN DAN KELURAHAN - Repository IPDN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "OPTIMALISASI PERAN STRATEGIS KECAMATAN DAN KELURAHAN DALAM MENJALANKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI MELALUI PATEN DAN (PATEK) SEBAGAI PARADIGMA PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU BAGI KECAMATAN DAN KELURAHAN - Repository IPDN"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

OPTIMALISASI PERAN STRATEGIS KECAMATAN DAN KELURAHAN DALAM MENJALANKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

MELALUI PATEN DAN (PATEK) SEBAGAI PARADIGMA PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU

BAGI KECAMATAN DAN KELURAHAN

Disampaikan dalam Seminar Penguatan Kapasitas Aparatur SKPD, Kecamatan Dan Kelurahan

Se-Kabupaten Bandung Barat-Provinsi Jawa Barat

Oleh :

(2)

SELAMAT DATANG

PESERTA

PENGUATAN KAPASITAS APARATUR SKPD,

KECAMATAN DAN KELURAHAN DALAM MEMAHAMI PERAN STRATEGIS

KECAMATAN DAN KELURAHAN

SEBAGAI UJUNG TOMBAK PELAYANAN SE-KABUPATEN BANDUNG BARAT

(3)
(4)
(5)

Selamat…

Pagi!

Semangat…

Pagi!

PESERTA

SEMINAR

Luar…..Biasa

(6)

Biodata Narasumber

• Nama : Dr. Fernandes Simangunsong, S.STP, S.AP,

M.Si

• Lahir : Jambi, 4 Maret 1977

NIP : 19770304 1995 11 1 001

• Jabatan : Dosen Fungsional (Lektor Kepala)

• Pangkat: Pembina TK. I (IV/b)

• Instansi : Kampus IPDN Jatinangor

Alamat : Komp. Singgasana Pradana

Jl. Karangkamulyan No.2 A Cibaduyut-Bandung

(7)

RENUNGAN AWAL TENTANG PENDAPAT AHLI TENTANG KEGAGALAN PEMERINTAH :

1. Peter F. Drucker (1968) dalam ‘The Age of Discontinuity’  Kemungkinan bangkrutnya birokrasi.

2. Barzelay (1982) dalam ‘Breaking Through Bureaucracy’ Masyarakat bosan dan muak pada birokrasi yang rakus dan bekerja lamban.

3. Osborne & Gaebler (1992) dalam ‘Reinventing Government’ => Kegagalan utama pemerintah saat ini adalah karena kelemahan manajemennya, bukan pada apa yang dikerjakan pemerintah, melainkan bagaimana caranya pemerintah mengerjakannya.

4. Osborne & Plastrik (1996) dalam ‘Banishing Bureucracy’ => agar birokrasi lebih efektif, perlu dipangkas agar ramping, ‘the least government is the best government’

5. E. S. Savas (1987) => Perlunya privatisasi, ramping struktur kaya fungsi, pemilahan dan pemilihan fungsi publik.

RENUNGAN AWAL TENTANG PENDAPAT AHLI TENTANG KEGAGALAN PEMERINTAH :

1. Peter F. Drucker (1968) dalam ‘The Age of Discontinuity’  Kemungkinan bangkrutnya birokrasi.

2. Barzelay (1982) dalam ‘Breaking Through Bureaucracy’ Masyarakat bosan dan muak pada birokrasi yang rakus dan bekerja lamban.

3. Osborne & Gaebler (1992) dalam ‘Reinventing Government’ => Kegagalan utama pemerintah saat ini adalah karena kelemahan manajemennya, bukan pada apa yang dikerjakan pemerintah, melainkan bagaimana caranya pemerintah mengerjakannya.

4. Osborne & Plastrik (1996) dalam ‘Banishing Bureucracy’ => agar birokrasi lebih efektif, perlu dipangkas agar ramping, ‘the least government is the best government’

(8)

Mc Leod (1998) mengemukakan pendapatnya bahwa krisis multidimensional di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh adanya salah urus (mismanagement) pada semua sektor, baik swasta dan terutama pemerintah.

Diperlukan pembaruan manajemen pemerintahan pada semua tahapan, mulai dari tahapan perencanaan, tahapan implementasi sampai tahapan evaluasi.

Paradigma good governance pada dasarnya adalah upaya membangun filosofi, strategi serta teknik mengelola urusan-urusan publik secara lebih transparan dengan melibatkan para pihak-pihak yang terlibat (stakeholder and shareholder).

(9)

Kondisi Kecamatan di Indonesia

(10)

Kondisi Kecamatan di Indonesia

(11)

Mimpi Para Camat di Indonesia

(12)

Sensitivitas Para Camat

(13)

Bagaimana Pandangan Aparat Kecamatan, Benar atau Salah ?

(14)
(15)
(16)
(17)

Paten di Indonesia Yang Terbaik ada di Sragen, tapi di

(18)
(19)
(20)

Paten menjadi salah Satu Jalan agar Bupati/Walikota dapat Terpilih untuk

(21)

EMPAT PILAR UNTUK MEMBANGUN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

PENEGAKAN HUKUM YANG ADIL

MANAJEMEN PERTUMBUHAN

PEMERINTAHAN EKONOMI

YANG BAIK YANG CUKUP

(22)

• Berdasarkan praktek pemerintahan di berbagai negara ditengarai adanya “bad government”, yang ditandai dengan banyaknya korupsi, kolusi, nepotisme, yang membuat negara mengarah ke kebangkrutan. Oleh karena itu, diperlukan konsep baru mengenai cara berpemerintahan yang baik (good government).

Good governance

Bad Good

Government Government

(23)

Perbandingan Ciri-ciri Bad

Government dengan good Government

1. Proaktif

2. Ramah dan Persuasif 3. Transparan

4. Mengutamakan proses dan produk

5. Proporsional dan profesional

6. Bekerja secara sistemik

7. Pembelajaran sepanjang hayat

8. Menempatkan stakeholder & shareholder ditempat utama

1. Lamban dan bersifat reaktif 2. Arogan

3. Korup

4. Birokratisme 5. Boros

6. Bekerja secara naluriah 7. Enggan berubah

8. Kurang berorientasi pada kepentingan publik

(24)

Persepsi Korupsi menurut

pebisnis – gambaran

pelayanan publik

IPK 2006 Ind 2,4, di ASEAN

hanya sedikit lebih baik dari Myanmar dan Kamboja.

PERC – Annual Graft Ranking,

skor Indonesia 2006 = 8,16.

2004, 2005, dan 2006 terkorup

se-Asia. 2007 : 2 ;

2008 : 3. 2009 : 1

P E R C L td .

The World

Competitiveness Index

2006: Indonesia ranking

60; Malaysia 23, Thai 32; Philipina 49;

Singapura 3. Institute of Management Development (IMD) Geneva

Growth Competitiveness

Index  Indonesia ranking 50 dengan skor 4,26.

Jumlah hari

mendapatkan ijin di Indonesia contoh waktu yang diperlukan untuk mengurus ijin-ijin tertentu di Indonesia.

Indikator Kemudahan

Melakukan Bisnis

waktu menunggu persetujuan ijin-ijin relatif lebih lama dibanding negara Asia lain.

Korupsi Dilihat Dari :

Indikator

(25)

Indikator Kemudahan

Melakukan Bisnis di Beberapa negara

Negara ProsedurJumlah Jumlah Hari Biaya * Minimum*Modal

Bangladesh 8 35 91,0 0,0

Kamboja 11 94 480,1 394,0

China 12 41 14,5 1.104,2

Hongkong 5 11 3,4 0,0

India 11 89 49,5 0,0

Indonesia 12 151 130,7 125,6

Korea Selatan 12 22 17,7 332,0

Laos 9 198 18,5 28,5

Malaysia 9 30 25,1 0,0

Filipina 11 50 19,5 2,2

Singapura 7 8 1,2 0,0

Sri Lanka 8 50 10,7 0,0

Taiwan 8 48 6,3 224,7

Thailand 8 33 6,7 0,0

Vietnam 11 56 28,6 0,0

Catatan : * sebagai % dari pendapatan per kapita

(26)
(27)

APA YANG DAPAT

DILAKUKAN

OLEH CAMAT UNTUK

MENINGKATKAN

(28)

Alur Pikir Penataan

Kelembagaan Kecamatan Untuk Meningkatkan Pelayanan Publik

Bupati/ Walikota Bupati/ Walikota Delegasi Kewenangan Kpd Camat Delegasi Kewenangan Kpd Camat Susunan Organisasi Yg Sesuai dgn Kewenangan Susunan Organisasi Yg Sesuai dgn Kewenangan Pemberian Pelayanan Prima kepada Masyarakat Pemberian Pelayanan Prima kepada Masyarakat Kepuasan Masyarakat Kepuasan Masyarakat    Dukungan politik

Dukungan dengan :

Anggaran

Personil yang memadai , sesuai kemampuan

Logistik keuangan Daerah

(29)

Fungsi utama Pemerintah Daerah pada

masa UU Nomor 5 Tahun 1974 semula adalah sebagai promotor pembangunan, pada masa UU Nomor 22/1999 maupun UU Nomor 32/2004 telah berubah menjadi “pelayan masyarakat”.

Konsekuensi logisnya, unit-unit

pemerintahan yang memberikan

pelayanan langsung kepada masyarakat

seperti dinas daerah, kecamatan,

kelurahan perlu memperoleh perhatiann

yang lebih besar baik dari segi

kewenangan, personil, pembiayaan

maupun dukungan logistik.

Perlu ada pembagian fungsi yang jelas

antara unsur staf, unsur lini, serta unsur penunjang. Tugas pokok unsur staf adalah melayani kedalam dan berpikir. Tugas

pokok unsur lini adalah pelayanan

langsung dan bersifat operasional. Tugas

pokok unsur penunjang adalah

(30)

  Pemerintah Pusat   Daerah Otonom Pemerintah Daerah Masyarakat Daerah DPRD Badan Semi Otonom Organisasi Pemerintah Daerah Staf Lemtekda

Dinas Prima Kepada Pelayanan Masyarakat Kepuasan Masyarakat Dukungan politik Transfer kewenangan

Hak cipta : Sadu Wasistiono

Keterangan :

 

: Pelayanan langsung kepada masyarakat sangat terbatas (Unsur staf)

 

: Pelayanan langsung kepada masyarakat luas (Unsur lini)

 

: Pelayanan langsung kepada masyarakat relatif terbatas (Auxiliary)

MODEL PELAYANAN UMUM

(31)

LANGKAH-LANGKAH STRATEGIS MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK

Membangun budaya melayani di kalangan birokrasi

(lihat semangat yang terkandung di dalam UU Nomor 22/1999 maupun UU Nomor 32/2004)

Membangun kesadaran bahwa fungsi utama pemerintah daerah adalah memberikan pelayanan pada masyarakat, bukan lagi sebagai promotor pembangunan spt pada era UU Nomor 5 Tahun 1974.

Memperkuat unit-unit organisasi yang berhadapan langsung dengan masyarakat (dinas, kecamatan, kelurahan).

(32)

Mengembangkan unit-unit organisasi

pelayanan agar dekat dengan konsumen

(konsep “close to the customers”).

Mengembangkan sistem pelayanan “one

stop service” dan atau “one roof system”

yang sesungguhnya.

Mengadakan survey kepuasan pelanggan

secara periodik.

Mengadakan lomba diantara unit-unit

pemberian pelayanan yang sejenis dengan penilai dari masyarakat yang dilayani.

Mengembangkan pendekatan public

choice sehingga kebutuhan dan

keinginan masyarakat yang beraneka ragam dapat terpenuhi dengan tetap mempertimbangkan aspek keadilan.

Mengembangkan sistem insentif yang

(33)

PERKEMBANGAN MODEL PEMBERIAN PELAYANAN PUBLIK OLEH PEMERINTAH

MODEL I : SISTEM TERPENCAR (SPREAD SYSTEM)

DINAS2

(34)

MODEL II : SISTEM PELAYANAN SATU ATAP (ONE ROOF SYSTEM/ ORS)

DINAS2

MASYARAKAT

Unit di Samsat berfungsi mengumpulkan berkas Penyelesaian perijinan tetap di tangan dinas

(35)

MODEL IIIA : SISTEM PELAYANAN SATU PINTU (ONE STOP SERVICE/ OSS)

Dinas2

Konsultasi teknis

masuk keluar MASYARAKAT

Ijin diberikan oleh Kepala Unit OSS,

(36)

MODEL IIIB : SISTEM PELAYANAN SATU PINTU (ONE STOP SERVICE/ OSS) (ADA CABANG ONLINE)

Dinas2

Konsultasi teknis

ONLINE

masuk keluar KEC/

MASYARAKAT KELURAHAN

Ijin diberikan oleh Kepala Unit OSS,

Dinas memberikan konsultasi teknis

(37)

Can

you

find

the

(38)

APAKAH KECAMATAN DAPAT

DIJADIKAN

(39)

Berdasarkan prinsip “close to the customers”, sudah

seharusnya pemerintah memberikan pelayanan yang mudah, murah, terjangkau, dan terutama dekat dengan pelanggan (masyarakat).

Kunci utamanya adalah :

1) Adanya kemauan politik dari Bupati/Walikota; 2) Adanya dukungan politik dari DPRD;

3) Adanya kesadaran masyarakat sebagai pemilik kedaulatan untuk menuntut pelayanan yang prima.

4) Adanya kesungguhan dari aparat birokrasi untuk mengubah cara Pandang dalam menjalankan tugas pokok dn fungsinya dari paradigma penguasa menjadi paradigma pelayan masyarakat.

* KHUSUS UNTUK KECAMATAN, SUDAH DIKELUARKAN KEBIJAKAN BERUPA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN

PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN

(40)

PERMENDAGRI NOMOR 4 TAHUN 2010

TENTANG

PEDOMAN PELAYANAN

(41)

PENGANTAR

 DALAM RANGKA MERESPON DINAMIKA PERKEMBANGAN YANG BAIK DIPERLUKAN MEMPERHATIKAN KEBUTUHAN DAN TUNTUTAN MASYARAKAT DALAM PELAYANAN

(42)

UNDANG-UNDANG NO 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

UNDANG-UNDANG NO 25 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PUBLIK

PERATURAN PEMERINTAH NO 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN

PERMENDAGRI NO 24 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

(43)

PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN

DISINGKAT

“ P A T E N “

MERUPAKAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DI KECAMATAN DARI TAHAP

PERMOHONAN SAMPAI KE TAHAP TERBITNYA DOKUMEN DALAM SATU TEMPAT

(44)

RUANG LINGKUP

PELAYANAN BIDANG PERIZINAN

PELAYANAN BIDANG

(45)

MAKSUD

PATEN

MEWUJUDKAN KECAMATAN SEBAGAI PUSAT PELAYANAN MASYARAKAT DAN MENJADI SIMPUL PELAYANAN BAGI KANTOR/BADAN PELAYANAN TERPADU DI KABUPATEN/KOTA MEWUJUDKAN KECAMATAN SEBAGAI PUSAT PELAYANAN MASYARAKAT DAN MENJADI SIMPUL PELAYANAN BAGI KANTOR/BADAN PELAYANAN TERPADU DI KABUPATEN/KOTA

TUJUAN

PATEN

MENINGKATKAN KUALITAS DAN MENDEKATKAN PELAYANAN KEPADA

(46)

PERSYARATAN

“ PATEN ”

SUBSTANTIF

ADMINISTRATIF

(47)

PERSYARATAN SUBSTANTIF “

PATEN

PENDELEGASIAN KEWENANGAN BUPATI KEPADA

CAMAT (Perbup)

BIDANG PERIZINAN

BIDANG

(48)

PERSYARATAN ADMINISTRATIF “PATEN ”

STANDAR PELAYANAN (Perbup)

JENIS PELAYANAN

PERSYARATAN PELAYANAN

PROSES / PROSEDUR PELAYANAN

PEJABAT YANG

BERTANGGUNGJAWAB DALAM PELAYANAN

WAKTU PELAYANAN

BIAYA PELAYANAN URAIAN TUGAS PERSONIL

(49)

PERSYARATAN TEKNIS “

PATEN

• TEMPAT PENDAFTARAN

TEMPAT PEMROSESAN BERKAS

TEMPAT PENGOLAHAN DATA DAN INFORMASITEMPAT PENYERAHAN DOKUMEN

TEMPAT PEMBAYARAN

TEMPAT PENANGANAN PENGADUANTEMPAT PIKET

RUANG TUNGGU

PERANGKAT PENDUKUNG LAINNYA

SARANA

PRASARANA

• PETUGAS INFORMASI

PETUGAS PENDAFTARAN / PENERIMA BERKASPETUGAS OPERATOR KOMPUTER

PETUGAS PEMEGANG KAS

PETUGAS LAIN SESUAI KEBUTUHAN

PELAKSANA

TEKNIS

(PNS)

UNTUK MENUNJANG EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PENYELENGGARAAN “PATEN” KECAMATAN DAPAT

(50)

PENETAPAN

”PATEN”

BUPATI MENETAPKAN KECAMATAN YANG

TELAH MEMENUHI PERSYARAKATN PENYELENGGARAAN

“PATEN”

PENETAPANNYA DENGAN KEPUTUSAN

(51)

TIM TEKNIS

PATEN

• BUPATI MEMBENTUK TIM TEKNIS PATEN DENGAN

KEPUTUSAN BUPATI

PEMBENTUKAN

MENGIDENTIFIKASI KEWENANGAN BUPATI MENGENAI

PELAYANAN ADMINISTRATIF YANG DILIMPAHKAN KEPADA CAMAT

• MEMPERSIAPKAN RANCANGAN KEBIJAKAN DAN JUKNIS

YANG DIBUTUHKAN

• MEMFASILITASI TERSELENGGARANYA ‘PATEN” • MEREKOMENDASIKAN KECAMATAN YANG TELAH

MEMENUHI SYARAT PENYELENGGAN “PATEN” KEPADA BUPATI

TUGAS

SEKDA SEBAGAI KETUA

ASISTEN PEMERINTAHAN SEBAGAI WAKIL KETUAKABAG PEMERINTAHAN SEBAGAI SEKRETARISKABAG KEUANGAN SEBAGAI ANGGOTA

(52)

PEJABAT PENYELENGGARAN

“PATEN”

• PENANGGUNGJAWAB PENYELENGGARAAN PATEN

MEMIMPIN, MENGKOORDINASIKAN DAN MENGENDALIKAN

PENYELENGGARAAN PATEN

• MENYIAPKAN RENCANA ANGGARAN DAN BIAYA • MENETAPKAN PELAKSANAAN TEKNIS

MEMPERTANGGUNGJAWABKAN KINERJA PATEN KEPADA

BUPATI MELALUI SEKDA

CAMAT

MELAKUKAN PENATAUSAHAAN ADMINISTRASI PATENPENANGGUNGJAWAB KESEKRETARIATAN/

KETATAUSAHAAN PENYELENGGARAAN PATENBERTANGGUNGJAWAB KEPADA CAMAT

SEKRETARIS CAMAT

MELAKSANAKAN TEKNIS PELAYANANBERTANGGUNG JAWAB KEPADA CAMAT

KEPALA SEKSI PELAYANAN

(53)

PEMBIAYAAN DAN PENERIMAAN

“PATEN”

PEMBIAYAAN

APBD

BAGIAN TIDAK TERPISAHKAN DARI RENCAN KERJA DAN

ANGGARAN KECAMATAN

PENERIMAAN

PENYELENGGARAAN PATEN

MENGHASILKAN PENERIMAAN, WAJIB

MELAKUKAN

(54)

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN “

PATEN”

BUPATI MELAKUKAN PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PATEN

CAKUPAN PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

• PENYELENGGARAAN SEBAGIAN WEWENANG BUPATI YANG

DILIMPAHKAN

• PENYELENGGARAAN PELAYANAN YANG PASTI, MUDAH,

CEPAT, TRANSPARAN DAN AKUNTABEL

• PENYELENGGARAAN TUGAS LAIN YANG DITUGASKAN

KEPADA CAMAT

(55)

LAIN-LAIN

SETIAP PENERIMA LAYANAN DIBERIKAN KEMUDAHAN

UNTUK MENDAPATKAN INFORMASI

MASYARAKAT BERPERAN SERTA AKTIF DALAM PENYELENGGARAAN PATEN

• IKUT SERTA DALAM

PENYUSUNAN

STANDAR LAYANAN

• MEMBERIKAN

MASUKAN DALAM PROSES

PENYELENGGARAN LAYANAN

• MEMENUHI SEMUA

(56)

HAL-HAL PENTING BERKAITAN DENGAN UU NO 25 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PUBLIK

Asas-asas Penyelenggaraan Pelayanan Publik:

a. Kepentingan umum; b. Kepastian hukum; c. Kesamaan hak;

d. Keseimbangan hak dan kewajiban; e. Keprofesionalan;

f. Partisipatif;

g. Persamaan perlakuan/tidak diskriminatif; h. Keterbukaan;

i. Akuntabilitas;

j. Fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan;

k. Ketepatan waktu; dan

(57)

Masyarakat dapat menggugat Penyelenggara atau Pelaksana melalui peradilan tata usaha

negara apabila pelayanan yang diberikan

menimbulkan kerugian di bidang tata usaha negara. (Pasal 51).

Dalam hal Penyelenggara melakukan perbuatan

melawan hukum dalam penyelenggaraan

pelayanan publik, sebagaimana diatur dalam UU ini, masyarakat dapat mengajukan gugatan terhadap Penyelenggara ke pengadilan. (Pasal 52 ayat 1)

Pengajuan gugatan terhadap penyelenggara

(58)

Dalam hal Penyelenggara diduga

melakukan tindak pidana dalam

penyelenggaraan

pelayanan

publik,

masyarakat

dapat

melaporkan

Penyelenggara

kepada pihak berwenang. (Pasal

53 ayat 1).

Laporan

tersebut

tidak

(59)

KETENTUAN SANKSI

Jenis-jenis sanksi bagi Penyelenggara atau Pelaksana :

1. teguran tertulis;

2. teguran tertulis, dan apabila dalam waktu 3 bulan tidak

melaksanakan ketentuan dimaksud dikenai sanksi pembebasan dari jabatan;

3. teguran tertulis, dan apabila dalam waktu 1 tahun tidak

melaksanakan ketentuan dimaksud dikenai sanksi pembebasan dari jabatan;

4. penurunan gaji sebesar 1X kenaikan gaji berkala untuk paling lama satu tahun.

(60)

6. pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri;

7. pemberhentian tidak dengan hormat;

8. pembekuan misi dan/atau izin yang diterbitkan oleh instansi

pemerintah.

9. pencabutan izin yang diterbitkan oleh instansi pemerintah.

(Pasal 54 ayat 1 sd ayat 11). 10. sanksi pidana;

(61)

PERATURAN LAIN UNTUK PERCEPATAN PATEN

Kepmendagri Nomor 138-270 Tahun 2010 tentang

Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan.

Surat Edaran Mendagri Nomor 100/121/PUM

tanggal 3 Februari 2009 tetang Upaya Strategis Peningkatan Pelayanan Publik di Daerah;

Surat Edaran Mendagri Nomor 4318/312/PUM

tangal 28 Februari 2011 tetang Penerapan

Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan

(PATEN);

Surat Edaran Mendagri Nomor 138/113/PUM

(62)
(63)

TERIMA KASIH

(64)

TERIMAKASIH

Atas Perhatiannya Mohon Maaf Kalau Kurang

Referensi

Dokumen terkait

Definisi operasionalnya adalah motivasi seksual yang dibangkitkan oleh faktor- faktor insentif yang menyertai perilaku intercourse (physical motives, goal attainment

Untuk memperoleh gambaran yang lebih mendalam mengenai learning approach yang dilihat dari motif, strategi serta faktor-faktor yang mempengaruhi agar dapat digunakan untuk memahami

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa ada perbedaan signifikan keterampilan metakognitif antara siswa yang diberi model pembelajaran Remap GI dengan siswa

Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kecerdasan emosi yang dimiliki remaja akhir maka akan semakin tinggi pula perilaku asertif yang dimiliki, begitu juga

Sampel wood biomass sebelum dan setelah dikeringkan dengan DME cair dianalisa menggunakan alat FTIR PerkinElmer, Spektrum Two, untuk mengetahui karakteristik

Variabel independen yang digunakan oleh peneliti terdahulu adalah kepemilikan institusional, dewan komisaris, komite audit, profitabilitas, ukuran perusahaan, tipe

Pengklasifikasian menggunakan analisis diskriminan kernel dengan fungsi kernel normal dengan bandwidth optimum 0,1 pada data nasabah kredit bank “X” di Provinsi

Berdasarkan gambar tersebut di atas, maka dapat dijelaskan bahwa komunikasi word of mouth dapat dibangun melalui anteseden kualitas pelayanan yang mencakup