• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Kotler dan Keller (2013) mendefinisikan perdagangan ritel sebagai semua aktivitas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Kotler dan Keller (2013) mendefinisikan perdagangan ritel sebagai semua aktivitas"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kotler dan Keller (2013) mendefinisikan perdagangan ritel sebagai semua aktivitas dalam menjual barang atau jasa langsung ke konsumen akhir untuk kebutuhan pribadi dan nonbisnis. Toko ritel adalah semua badan usaha yang volume penjulannya datang dari penjualan eceran. Cara organisasi bisnis ritel untuk memasarkan atau menjual produknya dapat bermacam-macam baik melalui toko, tenaga penjualan, surat, telepon, internet maupun mesin otomatis. Pertumbuhan jumlah pengguna internet di Indonesia menjadi salah satu alasan bagi perusahaan untuk memasarkan produk-produknya melalui media online.

Ritel di Indonesia merupakan salah satu sektor yang memiliki pertumbuhan tinggi.

Dalam periode enam tahun terakhir, dari tahun 2007–2012, jumlah gerai ritel modern di Indonesia mengalami pertumbuhan rata-rata 17,57% per tahun. Jumlah usaha ritel di Indonesia tahun 2007 masih sebanyak 10.365 gerai, kemudian pada tahun 2011 naik sebesar 75% hingga mencapai 18.152 gerai yang tersebar di hampir seluruh kota di Indonesia. Pertumbuhan jumlah gerai tersebut tentu saja diikuti dengan pertumbuhan penjualan. Menurut Asosiasi Perusahaan Ritel Indonesia atau Aprindo (2012), pertumbuhan bisnis ritel di Indonesia antara 10% – 15% per tahun. Penjualan ritel pada tahun 2006 masih sebesar Rp 49 triliun, dan naik 144% menjadi Rp 120 triliun pada tahun 2011. Jumlah pendapatan terbesar merupakan kontribusi dari hipermarket, kemudian disusul oleh minimarket dan supermarket.

(2)

Beberapa tahun terakhir, internet telah menjadi alat teknologi informasi yang sangat

diperlukan (Racolta-Paina and Luca, 2010). Kemajuan dalam teknologi internet telah

memfasilitasi pertumbuhan belanja di rumah melalui internet (Lumpkin & Hawes, 1985).

Internet telah menghasilkan bentuk penciptaan baru dalam bisnis yang berbasis pada internet

atau e-commerce. Kotler dan Keller (2013) mendefinisikan e-commerce sebagai perusahaan

atau situs belanja yang menawarkan proses penjualan produk dan jasa secara online. Saat ini

e-commerce lebih dari sekedar membeli dan menjual produk secara online. E-commerce

meliputi seluruh proses dari pengembangan, pemasaran, penjualan, pengiriman, pelayanan,

dan pembayaran para pelanggan dengan dukungan dari jaringan para mitra bisnis di seluruh

dunia.

Ritel online dapat memberikan pengalaman yang nyaman, informatif, dan personal

bagi berbagai jenis konsumen dan bisnis karena produk yang dijual melalui situs belanja

memiliki deskripsi serta spesifikasi yang jelas. Pembeli juga dapat melakukan perbandingan

terhadap produk yang sejenis dengan lebih efektif dan efisien tanpa memakan biaya dan

waktu. Tingginya persaingan usaha dan meningkatnya biaya operasional ditambah semakin

ketatnya regulasi yang dibuat oleh Kementerian Perdagangan melalui Peraturan Menteri

Perdagangan No. 70/2013 seperti ketentuan jumlah maksimal outlet waralaba toko modern

sebanyak 150 outlet dan aturan proporsi local content produk yang dijual paling sedikit 80%

dari jumlah dan jenis barang yang diperdagangkan diperkirakan juga mendorong

perkembangan e-commerce ke depan seiring kemajuan teknologi dan berkembangnya

(3)

Veritrans dan DailySocial (2012), persentase dari pengguna e-commerce dari keseluruhan populasi internet di Indonesia sebanyak 6,5%. Jumlah rata-rata uang yang dibelanjakan oleh para pengguna e-commerce di Indonesia per tahunnya adalah $ 256 dengan market size $ 0,9 milyar atau hanya sekitar 0,7% dari total penjualan ritel yang sebesar $ 134 milyar.

Aktivitas dalam sistem e-commerce sangat bergantung pada internet dan teknologi

informasi. Pengguna internet di seluruh dunia dari tahun ke tahun terus mengalami

peningkatan yang cukup signifikan. Jumlah pengguna internet di seluruh dunia sampai tahun

2014 mencapai angka 3.035.749.340 pengguna atau sekitar 42,3% dari 7,1 milyar populasi

dunia (Internetworldstats, 2014) dan pengguna internet di kawasan Asia mencapai jumlah

1.386.188.112pengguna (Internetworldstats, 2014) atau sekitar 45,7% dari jumlah pengguna

internet di seluruh dunia, sedangkan jumlah pengguna internet di Indonesia pada tahun 2014

telah mencapai jumlah 71.190.000 (Internetworldstats, 2014) atau sekitar 28,1% dari jumlah

masyarakat Indonesia. Angka ini berarti telah terjadi kenaikan hampir sebesar 100%

dibanding tahun 2011 yang berjumlah 39,6 juta pengguna.

Pembelian produk secara online ditengarai akan terus mengalami pertumbuhan dari

waktu ke waktu, karena adanya penetrasi yang semakin luas dan perkembangan teknologi

internet itu sendiri. Proyeksi yang dilakukan oleh Veritrans dan DailySocial (2012)

menunjukkan adanya peluang pertumbuhan bagi industri yang berbasis pada media internet

di Indonesia. Pengguna Internet pada tahun 2015 diprediksi mencapai 149 juta pengguna

dengan populasi kelas menengah sebanyak 150 juta jiwa dan market size dari e-commerce

sebesar $ 10 milyar. Konsumen akan semakin evaluatif dalam memilih suatu produk dan

(4)

Berdasarkan data dari Internetworldstats tahun 2014, pengguna internet di Indonesia

menduduki peringkat keempat di Asia setelah China, India, dan Jepang. Banyaknya

pengguna internet di Indonesia menyimpan potensi yang sangat besar untuk dapat

mengembangkan bisnis yang berbasis pada internet. Oleh karena itu banyak perusahaan yang

berlomba-lomba untuk membuat website yang memudahkan pelanggan dalam mencari

informasi atau bahkan melakukan proses pembelian.

Sumber: http://internetworldstats.com

Gambar 1.1. Persentase Jumlah Pengguna Internet di Asia

Pilihan untuk melakukan pembelian suatu produk secara online ini telah menjadi

salah satu pilihan populer yang banyak digunakan oleh konsumen di seluruh dunia. Penelitian

yang dilakukan oleh The Nielsen Company pada tahun 2008 menunjukkan bahwa sebanyak

85% dari pengguna internet di seluruh dunia telah menggunakan internet sebagai media

untuk melakukan pembelian produk. Sekitar 43% dari pembeli online tersebut merupakan

pembeli reguler yang melakukan pembelian online setiap bulannya. Angka ini merupakan

(5)

Pembelian online cenderung memberikan konsumen kenyamanan yang lebih baik

dengan seleksi produk yang mudah. Namun tingkat loyalitas dari pembelanjaan online

terbilang rendah, karena apabila konsumen menemukan suatu masalah yang menimbulkan

ketidakpuasan dari suatu penyedia pembelian online, maka ia tidak akan segan untuk

meninggalkan penyedia jasa tersebut untuk beralih ke penyedia jasa yang lain (Zhang &

Prybutok, 2003).

Berikut ini adalah perbandingan antara online shopping dan traditional shopping jika

dilihat dari beberapa atribut yang dapat menjadi pertimbangan konsumen untuk melihat

keunggulan dan kelemahan dari masing-masing cara belanja.

Sumber: Lohse and Spiller (1999)

Traditional Shopping Online Shopping

Pelayanan langsung yang diberikan karyawan atau pramuniaga toko.

Produk deskripsi, halaman informasi, jasa hadiah, fungsi pencarian, petugas di telepon/e-mail.

Promosi dari tenaga penjual Penawaran khusus, game online dan lotere, link ke situs lain yang menarik, informasi yang membangkitkan selera.

Menampilkan produk melalui etalase. Halaman muka situs belanja.

Suasana dan kondisi toko Konsistensi antarmuka, organisasi toko, antarmuka dan kualitas grafis.

Lorong produk Menampilkan produk pada tingkat hirarki dari toko.

Tata letak toko Kedalaman layar, browsing dan pencarian fungsi, indeks, susunan gambar.

Jumlah lantai di toko Tingkat hirarki pada toko Jumlah pengunjung toko dan outlet toko /

cabang

Jumlah link ke toko tertentu secara online

Kasir Keranjang belanja online atau formulir

pemesanan

Lihat dan menyentuh barang dagangan

Terbatas pada kualitas gambar dan deskripsi barang, berpotensi untuk mengaplikasi suara dan video.

Jumlah orang yang masuk ke toko Jumlah kunjungan ke toko online Penjualan per periode Penjualan per periode

Tabel 1.1.

(6)

Bersumber dari data yang dikumpulkan oleh

produk pakaian menempati posisi pertama sebagai produk yang paling sering dibeli oleh para

konsumen e-commerce di Indonesia, diikuti oleh produk travel booking seperti tiket dan

voucher hotel serta produk musik/video/games

Sumber: Veritrans dan Gambar 1.2. Persentase

Terdapat empat jenis situs belanja yang telah Surat Edaran Nomor SE-62/PJ/2013 (SE

Transaksi E-commerce. Pertama,

internet pada para penjual untuk menjajakan dagangan lewat dunia maya. Kedua, classified ads atau situs untuk memajang konten (teks, grafik, vid

bagi pengiklan untuk memasang iklan untuk pengguna i Yang ketiga, daily deals atau s

pembayaran. Sedangkan yang terakhir, adalah jasa oleh penyelenggara online ritel kepa

17% 11% 7%

16%

Bersumber dari data yang dikumpulkan oleh Veritrans dan DailySocial

produk pakaian menempati posisi pertama sebagai produk yang paling sering dibeli oleh para

commerce di Indonesia, diikuti oleh produk travel booking seperti tiket dan

serta produk musik/video/games.

Veritrans dan DailySocial (2012)

Persentase Jumlah Belanja Online di Indonesia

situs belanja yang telah dipetakan Ditjen Pajak pada Lampiran 62/PJ/2013 (SE-62) tentang Penegasan Ketentuan Perpajakan atas tama, online marketplace atau situs yang menyediakan jasa internet pada para penjual untuk menjajakan dagangan lewat dunia maya. Kedua,

k memajang konten (teks, grafik, video, dan informasi) barang bagi pengiklan untuk memasang iklan untuk pengguna iklan melalui situs yang d

atau situs jual beli dengan menggunakan voucher sebagai sarana edangkan yang terakhir, adalah online retail atau situs jual bel

jasa oleh penyelenggara online ritel kepada pembeli di situs online ritel.

32% 17% 17% 16%

Belanja Online

Pakaian Travel Booking Music/Video/Games Elektronik Buku Produk Lain

Veritrans dan DailySocial (2012),

produk pakaian menempati posisi pertama sebagai produk yang paling sering dibeli oleh para

commerce di Indonesia, diikuti oleh produk travel booking seperti tiket dan

dipetakan Ditjen Pajak pada Lampiran 62) tentang Penegasan Ketentuan Perpajakan atas situs yang menyediakan jasa internet pada para penjual untuk menjajakan dagangan lewat dunia maya. Kedua, yakni dan informasi) barang klan melalui situs yang disediakan. itus jual beli dengan menggunakan voucher sebagai sarana atau situs jual beli barang atau

Travel Booking Music/Video/Games

(7)

Di Indonesia terdapat tiga situs online retail yang bersaing ketat yakni Lazada.co.id,

Bhinneka.com, dan Blibli.com. Ketiga situs belanja tersebut menjual berbagai macam produk

seperti gadget, komputer, pakaian, mainan, peralatan olahraga hingga peralatan kantor

dengan harga yang bersaing satu dengan lainnya.

Sumber: Alexa.com

Gambar 1.3. Trend Historis Traffic Lazada, Bhinneka, dan Blibli

Data dari Alexa.com (2015) menunjukkan bahwa Lazada.co.id berada di peringkat 12

sebagai situs belanja yang paling sering dikunjungi di Indonesia. Lazada merupakan bagian

dari Rocket Intenet GmbH yang memiliki Lazada Group dan beroperasi di Indonesia,

Malaysia, Vietnam, Thailand, dan Filipina. Rocket Internet merupakan perusahaan online

incubator yang sukses menciptakan perusahaan-perusahaan online inovatif di berbagai

belahan dunia termasuk Zalora.co.id.

Bhinneka sendiri menempati posisi 101 menurut Alexa.com sebagai situs belanja yang paling sering dikunjungi di Indonesia. Pada awal berdirinya, Bhinneka memposisikan dirinya sebagai situs penyedia peralatan teknologi informasi. Namun seiring berkembangnya bisnis dari Bhinneka, mereka mulai melebarkan sayapnya di luar lini produk selain IT dan elektronik. Maka pada tahun 2008, tagline Indonesia #1 Computer Webstore diubah menjadi Indonesia #1 Online Store.

(8)

Blibli adalah produk pertama dari PT Global Digital Niaga yang merupakan anak

perusahaan Djarum dibidang digital yang didirikan pada tahun 2010 berada di peringkat 130

pada situs Alexa.com. Blibli bekerja sama dengan teknologi provider kelas dunia, mitra logistik, banking partner serta merchant partner dengan standar tertentu untuk menciptakan sistem back-end yang bisa memenuhi kebutuhan pengguna Blibli.

Dari ketiga situs belanja online retail diatas, hanya Bhinneka yang memiliki toko offline yang berada di Jakarta. Sebagai salah satu situs belanja yang menjadi pelopor di Indonesia, Bhinneka selalu menampilkan kebudayaan Indonesia yang tercermin dalam tema situsnya yakni Faces of Indonesia. Kedua pesaing dari Bhinneka memiliki modal dan dana yang besar untuk dapat mengembangkan bisnis mereka karena didukung oleh keuangan perusahaan induk yang sangat kuat. Kotler dan Keller (2013) membedakan situs belanja menjadi dua yaitu pure click dan brick and click. Pure click adalah perusahaan yang memfokuskan penjualan produk mereka dengan menggunakan fasilitas online dengan mengesampingkan penjualan yang dilakukan secara offline atau perusahaan yang meluncurkan situs tanpa keberadaan sebelumnya sebagai sebuah perusahaan. Sedangkan

brick and click adalah perusahaan yang menggabungkan antara penjualan dengan

menggunakan saluran konvensional dengan saluran yang menggunakan internet.

Peneliti melakukan wawancara pada tiga orang pelanggan dari situs belanja guna

mendapatkan gambaran singkat mengenai perkembangan internet sebagai media yang

digunakan dalam berbelanja dan faktor yang membuat pelanggan tertarik terhadap suatu

(9)

“Saya sering melakukan pembelian online, terutama terhadap barang-barang yang sulit saya temukan di toko offline. Selain itu dengan berbelanja secara online saya mendapatkan banyak pilihan produk dengan harga yang lebih beragam dan dari segi waktu tentu akan lebih efisien. Terkadang masalah pengiriman barang masih menjadi hal yang cukup menakutkan tetapi bisa saya hindari dengan memilih website/seller yang sudah memiliki reputasi yang baik”. (Faris Iman, Mahasiswa FEB UGM).

“Saya tinggal di daerah yang tidak banyak menyediakan beragam pilihan produk dan oleh karena itu untuk dapat menjangkau keinginan saya, berbelanja online adalah pilihan yang tepat. Dengan berbelanja online saya mendapatkan produk yang tidak ditawarkan oleh toko offline di daerah saya. Saya juga dapat memilih berbagai macam merek dan kualitas produk yang baik. Pelayanan yang saya terima sejauh ini dapat memberikan kepuasan dan suatu saat saya akan melakukan pembelian ulang. Akan tetapi selama ini saya masih enggan untuk membeli produk elektronik karena rentan terjadi kerusakan sewaktu pengiriman”. (Irwan Setiaji, Pegawai Operasional Total Oil Indonesia).

“Saya pernah mendapat pengalaman buruk sewaktu pertama kali berbelanja online. Waktu itu saya sudah mentransfer sejumlah uang untuk membeli handphone, tetapi seller tidak mengirimkannya dan setelah itu saya tidak dapat menghubunginya. Saya tergiur dengan harga yang lebih murah dari pasarannya. Setelah itu beberapa kali saya melakukan pembelian online dengan situs belanja yang memiliki reputasi baik, tetapi kualitas produk tidak sesuai dengan ekspektasi saya dan saya merasa kurang puas berbelanja online. Hal ini membuat saya berpikir panjang untuk berbelanja online di waktu mendatang (Putri Dewanti, Dosen UPN Yogyakarta).

Hasil wawancara menunjukkan contoh fenomena bahwa konsumen akan melakukan

pembelian online jika memiliki pengetahuan yang cukup mengenai produk atau merek serta

reputasi dari penjual. Situs belanja Bhinneka yang menjual berbagai macam jenis produk

dengan variasi harga yang berbeda-beda memberikan banyak pilihan bagi konsumen untuk

dapat mempengaruhi perencanaan pembelian. Merek produk yang dipasarkan serta

pengalaman dari Bhinneka selama hampir 20 tahun, menjadi salah satu faktor penting bagi

pelanggan dalam merencanakan pembelian online. Selain itu adanya toko offline juga

membantu pelanggan untuk melihat kredibilitas dari Bhinneka. Bagi Bhinneka menjual dan

memasarkan produk inferior dapat mempengaruhi citra perusahaan, sehingga Bhinneka

hanya menjual produk-produk yang kualitasnya telah teruji dengan didukung oleh ulasan dari

pembeli yang merasa puas. Tampilan situs belanja Bhinneka yang mudah digunakan dan

ramah bagi pengguna dibandingkan dengan para pesaingnya akan menjadi faktor penentu

(10)

online untuk memahami faktor-faktor apa yang diperlukan untuk melakukan pelayanan yang

maksimal kepada pelanggan.

Gaya hidup individu yang berkaitan dengan kegiatan berbelanja sering dikenal

dengan istilah orentasi berbelanja (Darden dan Howell, 1987). Orientasi belanja individu

akan ditunjukkan melalui aktivitas, opini, dan minat individu ketika melakukan kegiatan

berbelanjanya (Ling et al., 2010). Orientasi belanja yang dimiliki oleh individu akan

menunjukkan perilaku yang berbeda ketika melakukan pembelian secara online (Gehrt dan

Shim, 1998). Atribut-atribut seperti kualitas, harga, merek, kenyamanan, dan reputasi masih

menjadi pertimbangan pelanggan dalam membentuk niat pada pembelian online. Gehrt et al.

(2007) menyatakan bahwa orientasi belanja memiliki tujuh dimensi yaitu 1). rekreasi yang

merupakan kesenangan individu ketika melakukan aktivitas belanja, 2). kebaruan yang

merupakan pengalaman individu dalam mendapatkan suatu hal yang baru, 3). pembelian

impulsif yang merupakan aktivitas individu dalam melakukan pembelian yang tidak

direncanakan sebelumnya, 4). kualitas yang merupakan karakter atau mutu dari suatu produk

5). merek yang merupakan pengetahuan dari individu terkait merek 6). harga yang terkait

dengan kemauan individu dalam mengeluarkan sejumlah dana ketika membeli produk 7).

kenyamanan atau kesadaran individu terhadap waktu dan kenyamanan ketika berbelanja.

Seock (2003) mendefinisikan orientasi belanja sebagai kategori gaya konsumen

dengan penekanan khusus pada aktivitas berbelanja produk, merefleksikan kebutuhan atau

keinginan konsumen ketika berbelanja. Penelitian yang dilakukan Seock (2003)

menunjukkan bahwa hubungan antara orientasi belanja seseorang dengan niat untuk membeli

produk dapat berbeda pada saluran distribusi yang berbeda. Hasil penelitian ini diperkuat

oleh Ling et al. (2010) yang mengatakan bahwa orientasi belanja dapat berpengaruh terhadap

(11)

berkeinginan untuk membeli produk secara spesifik. Mowen (1987) menyatakan bahwa

keputusan konsumen untuk melakukan pembelian ditentukan oleh niat pembelian yang

dimilikinya. Dengan demikian penelitian yang mengidentifikasi faktor-faktor penentu niat

pelanggan sangat diperlukan untuk membantu perusahaan dalam merumuskan

strategi-strategi pemasaran yang sesuai.

1.2. Perumusan Masalah

Bhinneka merupakan situs belanja ritel online yang menyediakan berbagai macam

produk seperti gadget, komputer, pakaian, mainan, peralatan olahraga hingga peralatan

kantor. Bhinneka menempati peringkat 101 sebagai situs yang paling sering dikunjungi di

Indonesia menurut Alexa.com. Bhinneka menargetkan omzet pada tahun 2014 bisa mencapai

Rp 840 miliar. Proyeksi tersebut tumbuh 40% dari realisasi tahun lalu yang mencapai Rp 600

miliar. Kedua pesaing utama dari Bhinneka pada situs belanja ritel online di Indonesia, yaitu

Lazada dan Blibli dimiliki oleh korporasi yang sumber dananya tidak terbatas, sedangkan

sumber pendanaan dari Bhinneka sampai saat ini masih mengandalkan modal perusahaan.

Persaingan bisnis antara Bhinneka, Lazada, dan Blibli yang semakin ketat dengan adanya

suntikan modal kepada perusahaan induk Lazada sebesar $ 250 juta dan target kenaikan

pendapatan dari Blibli sebesar 700%, membuat Lazada dan Blibli gencar melakukan

penetrasi pasar melalui promosi besar-besaran di berbagai media.

Salah satu cara bagi Bhinneka untuk dapat menghadapi para kompetitornya adalah

dengan memahami dan menstimulus niat pelanggan melakukan pembelian online sebagai

langkah penting dalam merumuskan strategi menyerang serta bertahan untuk merealisasikan

target pertumbuhan dari manajemen. Mempengaruhi niat pelanggan melakukan pembelian

online dapat dilakukan melalui variabel orientasi belanja yang merupakan pengelompokan

(12)

kebutuhan dan keinginan individu ketika melakukan kegiatan berbelanja (Shim dalam Seock,

2003). Pembelian impulsif, kualitas, merek, kenikmatan belanja, dan kenyamanan menjadi

dimensi dalam orientasi belanja untuk mengevaluasi dan memberikan stimulus bagi

pembentukan niat pelanggan untuk melihat sebuah produk.

Berdasarkan uraian di atas, penulis melakukan penelitian ini untuk menganalisis

atribut-atribut apa saja yang dapat mempengaruhi niat beli pada pelanggan online dalam

menjaga minat pelanggan agar dapat melakukan pembelian. Pada penelitian ini, penulis

mencoba mengaplikasikan model yang telah dilakukan oleh Ling et al. (2010) daan

mengujinya pada setting yang berbeda, yaitu pada situs belanja Bhinneka.

1.3. Pertanyaan Penelitian

Secara keseluruhan,penelitian ini berusaha menjawab beberapa pertanyaan penelitian

berikut:

1. Apakah orientasi pembelian impulsif berpengaruh positif pada niat beli pelanggan

online di situs belanja Bhinneka?

2. Apakah orientasi kualitas berpengaruh positif pada niat beli pelanggan online di situs

belanja Bhinneka?

3. Apakah orientasi merek berpengaruh positif pada niat beli pelanggan online di situs

belanja Bhinneka?

4. Apakah orientasi kenikmatan belanja berpengaruh positif pada niat beli pelanggan

online di situs belanja Bhinneka?

5. Apakah orientasi kenyamanan berpengaruh positif pada niat beli pelanggan online di

(13)

1.4. Tujuan Penelitian

1. Menguji pengaruh antara orientasi pembelian impulsif dengan niat beli pelanggan

online di situs belanja Bhinneka.

2. Menguji pengaruh antara orientasi kualitas dengan niat beli pelanggan online di situs

belanja Bhinneka.

3. Menguji pengaruh antara orientasi merek dengan niat beli pelanggan online di situs

belanja Bhinneka.

4. Menguji pengaruh antara orientasi kenikmatan belanja dengan niat beli pelanggan

online di situs belanja Bhinneka.

5. Menguji pengaruh antara orientasi kenyamanan dengan niat beli pelanggan online di

situs belanja Bhinneka.

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi para praktisi dan

akademisi. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan akademisi sebagai masukan untuk bahan

ajar khususnya di bidang pemasaran, sedangkan bagi peneliti yang akan datang, hasil

penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan teori atau bahan acuan yang dapat

mendukung pembuatan hipotesis. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan

bagi praktisi dalam mengambil keputusan dan sebagai masukan untuk menganalisis serta

Gambar

Gambar 1.1. Persentase Jumlah Pengguna Internet di Asia
Gambar 1.3. Trend Historis Traffic Lazada, Bhinneka, dan Blibli

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan dalam siklus; Siklus I (pertemuan ke I) Adapun kegiatan dalam proses belajar mengajar adalah; 1) Pendahuluan (a) Siswa hadir siap menerima pelajaran, (b)

Penelitian ini dilakukan dengan melihat dan mengeksplor tanggapan mengenai praktik kartu kredit syariah dalam hal ini aplikasi iB Hasanah Card dari berbagai sudut

Adapun aspek citra yang ditimbulkan dalam game Call of Duty 4 : Modern Warfare tersusun dengan sangat tepat melalui perpaduan tampilan visual dan narasi yang kuat..

4 Penggunaan Teknologi Nano- Partikel pada Fitobiotik dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Pertumbuhan, Kesehatan Saluran Pencernaan dan Kualitas Daging Ayam Broiler

Pembobotan FLAIR dengan TE dan TI yang panjang, adalah untuk mengurangi sinyal CSF dan meningkatkan perbedaan intensitas sinyal, sehingga mesial temporal scelerosis

Analisis kinerja sistem dari segi ukuran file gambar yang dihasilkan dan kecepatan proses pengolahan data sehingga dapat ditampilkan pada browser dalam bentuk peta dengan

Pada tahun 2006 muncul kebijakan dari pemerintah mengenai sunat perempuan dengan sebuah Surat Edaran bernomor HK.00.07.1.3.1047a yang menyatakan bahwa sunat

Angket adalah serangkaian (daftar) pertanyaan tertulis yang ditujukan kepada responden (siswa) mengenai masalah-masalah tertentu yang bertujuan untuk