• Tidak ada hasil yang ditemukan

Competitor, Nomor 1 Tahun 3, Pebruari 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Competitor, Nomor 1 Tahun 3, Pebruari 2011"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

53 *) Dosen Penjaskesrek FIK UNM

HUBUNGAN ANTARA KELENTUKAN PERGELANGAN TANGAN DAN KESEIMBANGAN DENGAN KEMAMPUAN BERMAIN TENISMEJA

PADA SISWA SMP NEGERI 3 MAKASSAR

OLEH:

M. SAHIB SALEH )*

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara lain(1) Untuk mengetahui hubungan kelentukan pergelangan tangan dengan kemampuan bermain tenismeja, (2) Untuk mengetahui hubungan keseimbangan dengan kemampuan bermain tenismeja, dan (3) Untuk mengetahui hubungan antara kelentukan pergelangan tangan dan keseimbangan dengan kemampuan bermain tenismeja. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 3 Makassar dengan jumlah sampel penelitian 60 orang siswa yang dipilih secara random sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis korelasi dan regresi dengan menggunakan sistem SPSS Versi 15.00 pada taraf signifikan 95% atau  0,05. Bertolak dari hasil analisis data, maka penelitian ini menyimpulkan bahwa: (1) Ada hubungan yang signifikan kelentukan pergelangan tangan dan kemampuan bermain tenismeja, terbukti nilai r0 = -0,597 (P < 0.05), (2) Ada hubungan yang signifikan keseimbangan dengan kemampuan bermain tenismeja, terbukti nilai r0 = 0,884 (P < 0.05), dan (3) Ada hubungan yang signifikan antara kelentukan pergelangan tangan dan keseimbangan dengan kemampuan bermain tenismeja, terbukti nilai R0 = 0,921 (P < 0.05). Untuk itu kemampuan bermain tenismeja dapat ditentukan oleh tingkat kelentukan pergelangan tangan dan keseimbangan.

Kata Kunci: Kelentukan Pergelangan Tangan, Keseimbangan, Bermain Tenismeja

ABSTRACT

This study aims to determine the relationship between the other (1) To determine the relationship wrist flexibility with the ability to play table tennis, (2) To determine the relationship of balance with the ability to play table tennis, and (3) To determine the relationship between wrist flexibility and balance with the ability to play table tennis. This study includes a descriptive type of research. The study population was all students of SMP Negeri 3 Makassar with a sample of the study 60 students chosen at random sampling. Data analysis techniques used were correlation and regression analysis techniques using SPSS system

(2)

54 *) Dosen Penjaskesrek FIK UNM

version 15:00 on 95% or a significant level of 0.05. Starting from the results of data analysis, the study concluded that: (1) There is a significant relationship wrist flexibility and ability to play table tennis, proved the value of r0 = -0.597 (P < 0.), (2) There was a significant correlation with the ability to balance table tennis, proved the value of r0 = 0.884 (P < 0.05), and (3) There is a significant relationship between wrist flexibility and balance with the ability to play table tennis, proved the value of R0 = 0.921 (P < 0.05). For the ability to play table tennis can be determined by the level of the wrist flexibility and balance.

Keywords: Wrist Flexibility, Balance, Play Table Tennis

PENDAHULUAN

Cabang olahraga permainan tenismeja adalah salah satu cabang olahraga yang banyak digemari, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa baik laki-laki maupun perempuan. Kenyataan disebabkan karena cukup dengan sebuah meja yang tidak membutuhkan tempat yang luas serta alat pemukul dan bola serta net sudah dapat bermain tenismeja. Oleh sebab itu tidak mengherankan kalau permainan tenismeja ini dikenal mulai dari kota-kota besar sampai di daerah pedesaan. Dengan demikian tentu digemari oleh banyak orang sehingga kemungkinan peluang untuk berprestasi cukup besar. Akan tetapi apa yang diharapkan belum terwujud, sehingga diperlukan berbagai usaha dalam mengidentifikasikan berbagai hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pembinaan tenismeja. Kemampuan bermain tenismeja adalah kecakapan dalam memainkan bola atau menguasai teknik dasar bermain tenismeja, seperti; pukulan forehand, backhand, tospin, backspin, forehand drive, backhand drive, loop, dan sebagainya. Kemampuan untuk mengembangkan teknik-teknik pukulan tersebut dalam permainan tenismeja.

Pergerakan pergelangan tangan yang mempunyai kelentukan lebih baik, pemain dapat merubah besar sudut bat waktu bat menyentuh bola sehingga arah bola atau spin bola dapat berubah. Gerakan lengan secara luwes tidak akan dapat dilakukan tanpa ditunjang dengan kelentukan pergelangan tangan yang baik. Pergelangan tangan dapat bergerak secara terarah dengan berbagai variasi pukulan karena ditunjang oleh kelentukan pada pergelangan tangan. Untuk itu keterampilan bermain tenismeja dapat ditentukan oleh tingkat kelentukan pergelangan tangan. Banyak gerakan pukulan bola yang nampak kaku, tidak terarah karena pergelangan tangan pada saat memukul bola ragu-ragu atau kaku. Dalam tenismeja faktor keseimbangan berpengaruh dimana pada saat melakukan pergerakan baik itu dalam mengambil dan memukul bola keseimbangan harus dipertahankan, selain itu pada saat melakukan tumpuan dengan kata lain keseimbangan seseorang bagaimana menjaga posisi dan kestabilan badan terutama pada saat mem-pertahankan titik berat pada saat melakukan pergerakan.

(3)

55 *) Dosen Penjaskesrek FIK UNM

Kelentukan pergelangan tangan Kelentukan sangat penting bagi hampir semua cabang olah-raga, karena kelentukan menunjukkan kualitas memungkinkan suatu segmen perototan mampu bergerak semaksimal mungkin sesuai ke-mungkinan geraknya. Persendian dapat bergerak secara luwes karena adanya kelentukan. Pada per-mainan tenismeja, gerakan-gerakan lengan untuk memukul bola me-merlukan kelentukan. Kualitas kelentukan pada lengan memungkinkan otot-otot lengan atau sekelompok otot pada lengan untuk memanjang atau memendek (berkontraksi) untuk memanfatkan ruang gerak persendian secara maksimal untuk memukul bola secara tepat, terarah, dan lebih keras. Harsono (1988) tentang pengertian kelentukan bahwa “kelentukan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi. Kecuali gerak sendi, kelentukan juga ditentukan oleh elastis tidaknya otot-otot, tendo, dan ligamen”.

Orang yang mempunyai kelentukan baik adalah orang yang mempunyai ruang gerak yang luas dalam sendi-sendinya dan mempunyai otot-otot yang elastis. Dengan demikian pemain tenismeja yang mempunyai kualitas kelentukan pergelangan tangan yang baik tentu akan mempunyai kemampuan gerak yang luas pada persendian siku (elbow), psersendian pergelangan tangan (wrist), dan persendian pada jari-jari tangan, serta otot-otot yang elastis pada pergelangan tangan atau lengan secara keseluruhan.

Orang yang otot-ototnya kaku, tidak elastis, biasanya ter-batas ruang gerak sendi-sendinya. Kalau seorang permain tenismeja mempunyai otot-otot lengan yang

kaku, tidak elastis, tentu gerakan-gerakan untuk memukul bola men-jadi terbatas sehingga pukulannya tidak sempurna. Keadaan seperti ni menyebabkan permainan yang dilakukan kurang berkembang dan pukulan-pukulan menjadi tidak terarah. Akan tetapi bis saja terjadi bahwa seseorang mempunyai kelentukan yang tinggi pada per-sendian tertentu, tetapi kurang lentuk pada persendian yang lainnya, misalnya seseorang memiliki hip-flexor yang baik karena mampu menyentuh ujung jari kakinya dengan tangan tanpa membengkokkan kedua lututnya, namun kurang dalam hip-extensor yakni tidak mampu menekuk atau melengkungkan punggungnya. Untuk pemain tenis meja dapat pula terjadi hal yang sama yakni mempunyai kelentukan pada pergelangan tangan yang baik, tetapi kurang baik pada persendian lainnya. Pada dasarnya, untuk bermain tenismeja dengan baik, kelentukan seluruh tubuh tentu di perlukan. Gerakan-gerakan untuk mengantisipasi bola, bergerak cepat ke arah bola memerlukan kelentukan seluruh tubuh. Meskipun kelentukan pergelangan tangan adalah yang paling utama untuk melakukan pukulan-pukulan pada permainan tenismeja, tetapi apabila kelentukan anggota tubuh lainnya diabaikan dapat menyebabkan gerakan menjadi tidak sempurna, seperti gerak langkah kaki, gerakan badan untuk melakukan tipuan, gerakan smash, dan sebagainya.

Setiap cabang olahraga mempunyai persamaan dan per-bedaan mengenai kebutuhan unsur kelentukan dalam penampilan optimal. Untuk cabang olahraga tenismeja, unsur kelentukan yang paling utama dibutuhkan adalah kelentukan

(4)

56 *) Dosen Penjaskesrek FIK UNM

pergelangan tangan untuk menunjang pukulan-pukulan pada saat bermain. Akan tetapi kelentukan seluruh tubuh tidak boleh diabaikan. Kesempurnaan seluruh gerakan dalam bermain tenismeja ditentukan oleh luas tidaknya persendian atau elastis tidaknya otot-otot seluruh tubuh.

James A. Baley (1982) tentang pentingnya kelentukan terhadap peningkatan prestasi dalam olahraga, bahwa “an improvement in flexibility can result in an improvement in athletic performance. An increase in flexibility permits the athlete to exert force over a greater distance and thereby to generate greater force”. Pendapat tersebut diartikan secara bebas bahwa suatu peningkatan kelentukan dapat mengakibatkan peningkatan pada penempilan atlet. Peningkatan kelentukan memungkinkan seorang atlet untuk mengarahkan gaya yang lebih besar. Misalnya, kelentukan yang baik pada bahu, siku dan pergelangan tangan menyebabkan seorang pemain tenismeja dapat memukul bola dengan terarah, cepat dan keras. Pelempar cakram atau pelempar lembing dapat melakukan lemparan dengan cepat dan kuat kerena ditunjang kelentukan pada bahu. Untuk mengarahkan bola pada saat me-lakukan pukulan tenismeja dengan berbagai variasi seperti topspin, backspin, forehand drive, backhand drive, dan sebagainya, diperlukan kelentukan otot-otot lengan terutama keluwesan gerak pada persendian pergelangan tangan. Dengan ke-luwesan gerak pada persendian atau otot-otot lengan atau badan secara keseluruhan manyebabkan bola yang di pukul pada saat bermain tenismeja menjadi tidak

kaku sehingga diperoleh pukulan yang keras, cepat, dan terarah. Keseimbangan

Keseimbangan merupakan kemampuan seseorang mempertahankan sistem tubuh baik dalam posisi statis maupun dalam posisi gerak dinamis yang mana keseimbangan juga merupakan hal yang sangat penting di dalam melakukan suatu gerakan karena dengan keseimbangan yang baik, maka seseorang mampu mengkoordinasikan gerakan-gerakan dan dalam beberapa ketangkasan unsur kelincahan, seperti yang dikemukakan oleh Harsono (1988) bahwa "Keseimbangan berhubungan dengan koordinasi dari, dan dalam beberapa keterampilan, juga dengan agilitas.” Dengan demikian untuk menjaga keseimbangan dalam me-lakukan kegiatan jasmani, maka gerakan-gerakan yang dilakukan perlu dikoordinasikan dengan baik sebagai usaha untuk mengontrol semua gerakan. Moch. Sajoto (1988) tentang kemampuan menguasai letak titik berat badan yang lebih dikenal dengan istilah keseimbangan bahwa: Keseimbangan atau balance adalah kemampuan seseorang mengendalikan organ-organ syaraf ototnya selama melakukan gerakan-gerakan yang cepat dengan perubahan letak titik berat badan yang cepat pula baik dalam kedaan statis maupun lebih-lebih dalam keadaan gerak dinamis. Harsono (1988 bahwa keseimbangan atau balance adalah "Kemampuan untuk mempertahankan sistem neuromuscular kita dalam kondisi statis, atau mengontrol sistem neuromuscular tersebut dalam suatu posisi atau sikap yang efisien selagi kita bergerak.” Barrow yang dikutip oleh M. Kasmad Yahya

(5)

57 *) Dosen Penjaskesrek FIK UNM

(1994) mendefinisikan sebagai berikut: Keseimbangan atau balance diartikan sebagai kemampuan untuk memperthanankan sistem neuromuscular tubuh dalam kondisi statis, atau mengontrol sistem neuromuscular dalam suatu posisi atau sikap yang efisien sementara bergerak. Kajian keseimbangan dalam posisi badan pada saat bergerak oleh Moch. Sajoto (1988) memberikan pengertian sebagai "Kemampuan tubuh untuk mempertahankan posisi.” Mempertahankan posisi badan dalam berbagai situasi memerlukan kemampuan tersendiri oleh atlet. Situasi dan kondisi keseimbangan oleh Rahantoknam (1988) mengemukakan bahwa: (1) Keseimbangan statis (static balance) adalah keseimbangan mengacu pada kecakapan mempertahankan posisi badan dalam posisi diam, (2) Keseimbangan dinamis (dinamic balance) adalah keseimbangan yang mengacu kepada posisi badan bergerak, dan (3) Keseimbangan rotasi (rotation balance) adalah keseimbangan yang mengacu kepada kecakapan untuk mempertahankan keseimbangan badan pada suatu sumbu dan berhubungan dengan kecepatan untuk memperoleh kembali stimulasi yang diproduksikan oleh aparatus vertibular dalam gerakan memutar. Dari berbagai pengertian tentang keseimbangan di atas, maka dapat dikatakan bahwa keseimbangan merupakan kemampuan seseorang mengendalikan organ-organ syaraf otot untuk menahan beban atau tahanan yang dilakukan di dalam beraktivitas baik secara statis maupun dinamis.

Bermain Tenismeja

Kemampuan bermain tenis meja adalah kecakapan dalam memainkan bola atau menguasai

teknikk dasar bermain tenismeja, seperti; pukulan forehand, backhand, tospin, backspin, forehand drive, backhand drive, loop, dan sebagainya. Kemampuan untuk mengembangkan teknik-teknik pukulan tersebut dalam permainan termasuk pula keterampilan bermain tenismeja. Dalam bermain tenismeja, kecepatan, ketepatan, koordinasi, efisiensi gerakan dan penyesuaian pola gerakan terhadap situasi permainan sangat menunjang penampilan. Kemampuan-kemampuan tersebut diperlukan secara bersama-sama serta saling menunjang dalam proses gerakan yang ditampilkan untuk mencapai penampilan optimal. Kecepatan reaksi dalam mengantisipasi bola, ketepatan memukul bola atau kecepatan arah pukulan, efisiensi gerakan yang dikoordinasi oleh otot-otot halus (fine motor), serta penyesuaian gerakan dengan pukulan menurut putaran bola adalah sangat menentukan dalam bermain tenis meja. Untuk dapat mencapai tingkat keterampilan bermain tenismeja secara optimal, bagi pemula perlu menempuh latihan-laihan pengenalan, teknik, dan taktik. Menurut Ahmad Damiri, dkk., (1992), bahwa latihan pengenalan untuk pemain tenismeja pemula terdapat beberapa tahap, antara lain: (1) Latihan touching, bouncing and balancing (sentuhan, pantulan, dan keseimbangan) tanpa menggunakan meja, (2) Latihan memantulkan bola ke dinding (ber-main dengan dinding), dan (3) Bermain dengan menggunakan tali atau garis sebagai pengganti jaring dengan teman latihan/teman bermain.

Dalam bermain tenismeja, banyak pemain hanya mengandalkan gerakan tangan dan lengan saja. Dengan itu mereka berharap dapat memperkembangan pukulan (stroke)

(6)

58 *) Dosen Penjaskesrek FIK UNM

yang baik. Tetapi bagaimana mereka berusaha, pukulan pemain yang demikian tetap lemah dan tidak berkekuatan. Kalau ingin menguasai permainan tenismeja, pemain harus mengikutsertakan seluruh tubuhnya, sebagaimana dikemukakan Peter Simpson (1986) bahwa “dengan bantuan gerakan tubuh, pukulan-pukulan kita dapat berkembang dengan baik”. Gerakan tubuh dalam bermain tenismeja dibagi menjadi dua bagian. Bagian tubuh sebelah atas terhitung dari pinggang ke atas. Bagian tubuh sebelah bawah. Pemain tenismeja harus mengkoordinir ge-rakan lengan, tubuh bagian atas dan tubuh bagian bawah.koordinasi gerakan tubuh dan anggota tubuh tersebut akan tercipta pukulan-pukulan dengan kekuatan maksimal, terutama bagi jenis pukulan loop (bola melambung keatas),drive (bola melaju kedepan),dan backspin (bola melaju kebelakang).

Seorang pemain tenismeja dengan pukulan yang akurat, keras, dan cepat, belumlah cukup untuk menunjang penampilan. Akan tetapi pemain tenismeja harus senantiasa mampu mengembalikan pukulan lawan. Beberapa jenis pukulan yang dapat dikembangkan untuk dapat mengembalikan pukulan lawan, seperti pukulan push (dorongan). Pengembalian bola dengan push dapat dilakukan apabila menghadapi bola lurus (float) dan tidak men-gandung spin sama sekali, bola yang bergerak lambat atau bola yang melaju dengan backspin. Kalau kita mengembalikan bola yang melaju cepat atau bola topspin dengan cara ini, maka bola akan memantul tinggi ke udara. Pukulan push akan mengakibatkan bola berputar melawan arah jarum jam dengan spin seminim mungkin.

Berhasil tidaknya efek seperti ini tergantung dari posisi bola waktu menyentuh bet pukulan push dalam permainan tenismeja dapat berupa backhand push dan ferohand push.

Prinsip utama menyempurnakan suatu pukulan dalam bermain tenis meja adalah timing yang tepat. Yang dimaksud timing dalam bermain tenismeja mengandung dua arti yaitu saat bat menyentuh bola dan waktu bola itu sedang melaju. Menurut Peter Simpson (1986) bahwa “ada tiga macam timing yaitu cepat, titik ketinggian, dan lambat (early, peak of bounce, late)”. Cepat artinya bola dipukul sebelum mencapai titik ketingian. Titik ketinggian artinya saat di mana bola berada pada puncak pantulannya. Lambat artinya bola sudah mulai turun lagi. Kapan timing yang tepat untuk memukul bola tergantung pada jenis bola yang akan dipukul. Timing untuk memukul bola harus dikuasai karena berhubungan dengan koordinasi gerakan tubuh secara keseluruhan. Kerjasama antara gerakan kaki (footwork) dan kecepatan pukulan sangat menunjang keterampilan pukulan tenismeja. Selanjutnya tenik mengatur waktu dengan timing yang tepat, pada saat yang tepat, pada posisi yang tepat untuk memukul bola dengan per-kenaan yang tepat. Ada pemain tenismeja yang terlalu cepat. Ada pula yang terlalu statis dalam gerakannya. Pemain-pemain ini kurang menghayati ritme permainan. Pemain seharusnya mampu mengikuti irama permainan, memahami jenis pukulan lawan, putaran bola dari lawan dan teknik pukulan balasan yang tepat sesuai keadaan bola. Pemain tenismeja tidak boleh hanya melatih satu pukulan saja. Pemain harus menguasai berbagai macam

(7)

59 *) Dosen Penjaskesrek FIK UNM

pukulan, karena masing-masing pukulan mempunyai sifat yang berlainan seperti power (kekuatan pukulan), length (panjang pukulan), dan touch (sentuhan pukulan, sentuhan bat dengan bola). Ketiga aspek tersebut berbeda-beda bagi setiap macam pukulan, dengan kombinasi-kombinasi beraneka ragam. Setiap pukulan terdiri dari bermacam-macam gerakan yang terpadu menjadi satu yang dibagi atas tipe menurut Peter Simpson (1986) yaitu; short (pendek), medium (sedang), dan long (panjang)”. Panjang pendeknya pukulan tergantung dari jenis pukulan itu sendiri, tujuan yang ingin dicapai dan zone tepat kita bermain.

METODE PENELITIAN

Metode yang di pergunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif. Suharsimi Arikunto (1992) mengatakan bahwa: “Variabel merupakan obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”. Adapun variabel penelitian yang ingin diteliti dalam penelitian ini terdiri atas: variabel bebas yaitu kelentukan pergelangan tangan, dan keseimbangan, sedangkan variabel terikat yaitu kemampuan bermain tenismeja. Untuk desain penelitian atau rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional.

Agar lebih terarah pelaksanaan pengumpulan data penelitian, maka perlu diberi batasan atau defenisi operasional tiap variabel yang terlibat.

1. Kelentukan pergelangan tangan yang dimaksud adalah kemampuan mengembangkan keluwesan dan elastisitas gerakan pada pergelangan tangan maupun jari-jari tangan

dengan cara melengkungkan pergelangan tangan dan jari-jari tangan ke arah punggung tangan melalui wrist flexio test. 2. Keseimbangan yang dimaksud

adalah kemampuan seseorang dalam mempertahankan posisi badan/sistem tubuh dalam keadaan bergerak, dalam penelitian ini keseimbangan diukur dengan menggunakan tes keseimbangan dinamis.

3. Kemampuan bermain tenismeja yang dimaksud suatu derajat kemantapan yang dimiliki siswa atau kecakapan siswa untuk melakukan teknik-teknik dasar bermain tenismeja secara tepat dan efektif melalui tes pantulan tembok atau backboard dengan melakukan rally sebanyak-banyaknya selama satu menit.

Populasi adalah keseluruhan individu atau obyek yang ingin diteliti. Olehnya itu yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 3 Makassar, dengan sampel yang diambil atau digunakan dalam penelitian ini berjumlah 60 orang dari siswa putra SMP Negeri 3 Makassar.

Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh data empirik sebagai bahan untuk menguji kebenaran hipotesis. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi: kelentukan pergelangan tangan, keseimbangan, dan kemampuan bermain tenismeja.

Data yang terkumpul tersebut perlu dianalisis secara statistik deskriptif, maupun infrensial untuk keperluan pengujian hipotesis penelitian. Adapun gambaran yang digunakan dalam peneliitian, sebagai berikut :

(8)

60 *) Dosen Penjaskesrek FIK UNM

1. Analisis data secara deskriptif

dimaksudkan untuk

mendapatkan gambaran umum tentang data yang meliputi rata-rata, dan standar deviasi.

2. Analisis secara infrensial digunakan untuk menguji hipotesis-hipotesis penelitian dengan menggunakan uji korelasi dan regresi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data hasil tes kelentukan pergelangan tangan, keseimbangan dengan kemampuan bermain tenismeja yang diperoleh dalam penelitian, akan dianalisis dengan teknik statistik deskriptif maupun statistik inferensial.

Analisis deskriptif data penelitian yang terdiri dari nilai tes kelentukan pergelangan tangan, keseimbangan dan kemampuan bermain tenismeja dilihat dalam rangkuman hasil analisis deskriptif yang tercantum pada tabel.

Statistics 60 60 60 0 0 0 38,1000 71,2333 33,3500 6,87836 7,52029 6,29723 47,31186 56,55480 39,65508 29,00 26,00 25,00 23,00 59,00 23,00 52,00 85,00 48,00 2286,00 4274,00 2001,00 Valid Missing N Mean St d. Dev iation Variance Range Minimum Maxim um Sum kelentukan

perg.tangan keseimbangan tenis meja

Berdasarkan rangkuman hasil analisis deskriptif data pada tabel di atas, maka dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Untuk data kelentukan pergelangan tangan, dari 60 jumlah sampel diperoleh total nilai sebanyak 2286 dan rata-rata yang diperoleh 38,1000 dengan hasil standar deviasi 6,87836 dari range data 29 antara nilai minimum 23 dan 52 untuk nilai maksimal.

b. Untuk data keseimbangan, dari 60 jumlah sampel diperoleh total nilai sebanyak 4274 dan rata-rata yang diperoleh 71,2333 dengan hasil standar deviasi 7,52029 dari range data 26 antara nilai minimum 59 dan 85 untuk nilai maksimal.

c. Untuk data kemampuan bermain tenismeja, dari 60 jumlah sampel diperoleh total nilai sebanyak 2001 dan rata-rata yang diperoleh 33,3500 dengan hasil standar deviasi 6,29723 dari range data 25 antara nilai minimum 23 dan 48 untuk nilai maksimal.

Analisis inferensial melalui uji korelasi dilakukan untuk mengetahui hubungan tiap-tiap variabel bebas dengan variabel terikat. Analisis korelasi yang digunakan adalah analisis korelasi tunggal ( r ) dan regresi ( R ) pada taraf signifikan 95% atau  0,05.

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis koefesien korelasi (r) dan regresi (R) pada taraf signifikan 95% atau  0,05. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antara kelentukan pergelangan tangan dan keseimbangan dengan kemampuan bermain tenismeja.

Adapun hipotesis yang diuji kebenarannya pada penelitian sebagai berikut :

a. Hipotesis pertama

Ada hubungan kelentukan per-gelangan tangan dengan ke-mampuan bermain tenismeja pada siswa SMP Negeri 3 Makassar.

Hipotesis statistik : Ho : 1 = 0 H1 : 1 ≠ 0

(9)

61 *) Dosen Penjaskesrek FIK UNM

Hasil pengujian :

Berdasarkan hasil pengujian analisis korelasi data kelentukan pergelangan tangan dengan kemampuan bermain tenismeja. Diperoleh nilai korelasi ( r0 ) = -0,597 dengan tingkat probabilitas (0,000) <  0,05. Dari uji koefesien nilai t diperoleh -5,049 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari  0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima atau koefesien korelasi signifikan, atau kelentukan pergelangan tangan benar-benar berpengaruh secara signifikan dengan kemampuan bermain tenismeja. Dengan demikian dapat disimpulankan bahwa ada hubungan yang signifikan kelentukan pergelangan tangan dengan ke-mampuan bermain tenismeja. Ini membuktikan bahwa pukulan dalam bermain tenismeja adalah suatu gerakan yang membutuhkan kelentukan pergelangan tangan. Pergerakan pergelangan tangan yang mempunyai kelentukan lebih baik, pemain dapat merubah besar sudut bat waktu bat menyentuh bola sehingga arah bola atau spin bola dapat berubah. Gerakan lengan secara luwes tidak akan dapat dilakukan tanpa ditunjang dengan kelentukan pergelangan tangan yang baik. Pergelangan tangan dapat ber-gerak secara terarah dengan berbagai variasi pukulan karena ditunjang oleh kelentukan pada pergelangan tangan. Untuk itu keterampilan bermain tenismeja dapat ditentukan oleh tingkat kelentukan pergelangan tangan. Banyak gerakan pukulan bola yang nampak kaku, tidak terarah karena pergelangan tangan pada

saat memukul bola ragu-ragu atau kaku.

b. Hipotesis kedua

Ada hubungan keseimbangan dengan kemampuan bermain tenismeja pada siswa SMP Negeri 3 Makassar.

Hipotesis statistik : Ho : 2 = 0 H1 : 2 ≠ 0

Hasil pengujian :

Berdasarkan hasil pengujian analisis korelasi data keseimbangan dengan kemampuan bermain tenismeja. Diperoleh nilai korelasi ( r0 ) = 0,884 dengan tingkat probabilitas (0,000) <  0,05. Dari uji koefesien nilai t diperoleh 10,771 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari  0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima atau koefesien korelasi signifikan, atau keseimbangan benar-benar berpengaruh secara signifikan dengan kemampuan bermain tenismeja. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan keseimbangan dengan kemampuan bermain tenismeja. Ini membuktikan bahwa keseimbangan merupakan kemampuan untuk mempertahankan sistem tubuh dalam posisi statis maupun dalam posisi dinamis. Pada proses pelaksanaan servis atau berbagai variasi pukulan dalam bermain tenismeja akan terjadi suatu fase dimana tungkai sangat membutuhkan keseimbangan agar tidak terjadi kesalahan baik yang melanggar peraturan-peraturan permainan tenismeja itu sendiri dan terjadi cedera. Servis atau dan berbagai variasi pukulan dalam bermain tenismeja

(10)

62 *) Dosen Penjaskesrek FIK UNM

menuntut adanya pergerakan mempertahankan posisi salah satu kaki yang akan melakukan gerakan servis atau berbagai variasi pukulan dalam bermain tenismeja agar supaya berhasil dengan baik.

c. Hipotesis ketiga

Ada hubungan antara kelentukan pergelangan tangan dan keseim-bangan dengan kemampuan bermain tenismeja pada siswa SMP Negeri 3 Makassar.

Hipotesis statistik :

Ho : 1,2 = 0 H1 : 1,2 ≠ 0

Hasil pengujian :

Berdasarkan hasil pengujian analisis regresi data antara kelentukan pergelangan tangan dan keseimbangan dengan ke-mampuan bermain tenismeja. Diperoleh nilai regresi ( R0 ) 0,921 dengan tingkat probabilitas (0,000) <  0,05, untuk nilai R Square (koefesien determinasi) = 0,849. Hal ini berarti 84,9% kemampuan bermain tenismeja dijelaskan oleh kelentukan pergelangan tangan dan keseimbangan. Sedangkan sisanya (100% - 84,9% = 15,1%) dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain. Dari uji Anova atau F test, didapat F hitung adalah 160,309 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari  0,05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi kemampuan bermain tenismeja (dapat di berlakukan untuk populasi di mana sampel diambil). Dari uji t diperoleh 15,628 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari  0,05. Maka Ho

di-tolak dan H1 diterima atau koefesien regresi signifikan, atau kelentukan pergelangan tangan dan keseimbangan benar-benar berpengaruh secara signifikan dengan kemampuan bermain tenismeja. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kelentukan pergelangan tangan dan keseimbangan dengan ke-mampuan bermain tenismeja. Ini membuktikan bahwa pergerakan pergelangan tangan yang mempunyai kelentukan lebih baik, pemain dapat me-rubah besar sudut bat waktu bat menyentuh bola sehingga arah bola atau spin bola dapat berubah. Gerakan lengan secara luwes tidak akan dapat dilakukan tanpa ditunjang dengan kelentukan pergelangan tangan yang baik. Pergelangan tangan dapat bergerak secara terarah dengan berbagai variasi pukulan karena ditunjang oleh kelentukan pada pergelangan tangan. Untuk itu keterampilan bermain tenismeja dapat ditentukan oleh tingkat kelentukan pergelangan tangan. Banyak gerakan pukulan bola yang nampak kaku, tidak terarah karena pergelangan tangan pada saat memukul bola ragu-ragu atau kaku. Pada proses pelaksanaan atau berbagai variasi pukulan dalam bermain tenismeja akan terjadi suatu fase dimana tungkai sangat membutuhkan keseimbangan agar tidak terjadi kesalahan baik yang melanggar peraturan-peraturan permainan tenismeja itu sendiri dan terjadi cedera. Jadi dengan kelentukan pergelangan tangan dan keseimbangan pada saat bermain tenismeja baik pada variasi pukulan dalam

(11)

63 *) Dosen Penjaskesrek FIK UNM

bermain tenismeja agar supaya berhasil dengan baik.

PENUTUP

1. Ada hubungan yang signifikan kelentukan pergelangan tangan dan kemampuan bermain tenismeja, terbukti nilai r0 = -0,597 (P < 0.05).

2. Ada hubungan yang signifikan keseimbangan dengan kemampuan bermain tenismeja, terbukti nilai r0 = 0,884 (P < 0.05).

3. Ada hubungan yang signifikan antara kelentukan pergelangan tangan dan keseimbangan dengan kemampuan bermain tenismeja, terbukti nilai R0 = 0,921 (P < 0.05).

DAFTAR PUSTAKA

Baley, James A., 1982, The Athelete’s Guide; Increasing Strength Power and Agality, ParkerPublishing Company, Inc., West Nyak, New York. Damari, Ahmad & Kusnadi, Nurlan,

1992, Olahraga Pilihan Tennis Meja, Dirjen Dikti, Depdikbud, P2TK, Jakarta.

Depdikbud, 1977, Tes Keterampilan Bermain Tennis Meja untuk Pelajar SLTA Putera, Pusat Kesegaran Jasmni dan Rekreasi, Jakarta.

Dwijowinoto Kasiyo, 1993, Dasar-Dasar Ilmiah Kepelatihan, IKIP Semarang Press.

Harsono, 1988, Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching, CV. Tambak Kusuma, Jakarta.

Intan Rusli, 1988, Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Metode, Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan jakarta.

Johnson, Barry L., & Nelson Jack K., 1982, Practical Measurement for Evaluation in Physical Education, Kolhapur Road, Kamla Nagar, Delhi India.

Larry, Hodges, 1996. Teble Tenis, terjemahan Eni E. Nasution. Raja Grafindo Persada Jakarta. Muthalis, Peni, 1984, Mengukur

Kemampuan Fisik Pengolahan Secara Sederhana, Penerbit Areas.

Michael J. Alter, 1986. Teknik Peregangan Olahraga, Florida International University.

Sajoto, Moch, 1988, Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga, FPOK IKIP Semarang.

Sanusi, Arsyad, 1980, Komponen Kondisi Fisik dan Cara Penanganannya, Penerbit Tarsito Bandung.

Simpson, Peter, 1986, Tehnik Bermain Pingpong, Pionir Jaya Bandung.

Soetomo, 1985, Tenismeja, Penerbit: PT. Surya Budaya, Jakarta.

Sugiyono, 2000, Statistik untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung. Sukardjo, S., Nurhasan, 1992,

Evaluasi Pengajaran dan Kesehatan, Dirjen Dikti, P2TK, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Anak laki-laki memiliki kepercayaan diri dan kompetensi olahraga yang lebih besar dibandingkan dengan anak perempuan, sedangkan anak perempuan memiliki persepsi yang

Di negara kita banyak cabang olahraga yang dikenal dan sangat berkembang dikalangan masyarakat, baik itu olahraga beregu maupun perorangan. Salah satu olahraga

Penelitian bertujuan untuk menguji aktivitas antimikroba tumbuhan sirih merah (Piper betle Linn.) dari ekstrak etanol fraksi n-heksan dan etilasetat, terhadap Staphylococcus

Dari hasil analisis data kuesioner yang disebarkan pada 32 responden, dengan menggunakan uji korelasi Spearman menunjukkan adanya korelasi sebesar 0,801 atau 80,1 %, dengan

Berdasarkan hasil pengujian menunjukan nilai p-value &lt; 0,001 dimana terdapat pengaruh hubungan antara effort terhadap audit judgment performance dan bentuk

Dalam penelitian ini penulis juga melakukan perhitungan density height yang melibatkan data rata-rata suhu dan tekanan udara bulanan yang terdapat dalam F-Klim 71 Stasiun Meteorologi

Penilaian ini relatif tergantung pada tingkat kesukaan panelis terhadap yoghurt, sampel A beraroma khas susu karena bahan dasar dari pembuatan yoghurt ini dari susu murni

Dilihat dari pola gerakan yang dikembangkan dalam pelatihan naik turun tangga dan loncat rintangan, maka pelatihan loncat rintangan lebih mendukung gerakan melompat pada