• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIMBOL SIMBOL KEBUDAYAAN SUKU ASMAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SIMBOL SIMBOL KEBUDAYAAN SUKU ASMAT"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

SIMBOL – SIMBOL KEBUDAYAAN SUKU ASMAT

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Komunikasi Lintas Budaya

Oleh :

Jesicarina (41182037100020)

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS KOMUNKASI SASTRA DAN BAHASA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur keHadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan Berkah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berjudul “Simbol-Simbol Kebudayaan Suku Asmat”. Karya ilmiah ini dibuat demi memenuhi kewajiban yang telah diberikan, dan tanpa karunia serta kehendakNya maka hal ini tidak dapat penulis selesaikan dengan baik.Tak lupa Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak pihak yang telah membantu penulisan makalah ini.

Tulisan ini masih jauh dari sempurna,oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan. Akhirnya, semoga tulisan ini dapat memberi manfaat bagi yang memerlukannya.

Bekasi, April 2012

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……...………... i DAFTAR ISI………... ii BAB I PENDAHULUAN……….…………...…... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 1 1.3 Tujuan... 2 1.4 Sistematika Penulisan... 2 BAB II PEMBAHASAN………... 3

3.1 Kondisi Umum Suku Asmat... 3

3.2 Adat Istiadat Suku Asmat... 4

3.3 Simbol-Simbol Kebudayaan Suku Asmat... 4

BAB III SIMPULAN... 8

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Indonesia terdiri dari beribu pulau. Baik pulau kecil maupun pulau besar. Masyarakat Indonesia sangat beragam terdiri dari berbagai macam suku bangsa. Keindahan itu membuat Indonesia memiliki banyak sekali kebudayaan-kebudayaan daerah. Hasil peninggalan leluhur yang berharga.

Suku Jawa, suku Betawi, suku Sunda, suku Asmat, suku Baduy, dan masih banyak lagi. Begitu kaya suku bangsa yang ada di negara ini. Setiap suku memiliki kebudayaan dan adat istiadat yang berbeda-beda. Namun sama-sama begitu mempesona.

Tak terkecuali suku Asmat. Suku yang berada di belahan timur Indonesia tepatnya di Pulau Papua. Merupakan suku tua yang masih kental akan adat istiadatnya. Mereka adalah suku yang masih melestarikan kebudayaan warisan leluhur.

Suku Asmat memang telah menerima dampak dari globalisasi saat ini. Pola hidup modern memang telah masuk kedalam kehidupan mereka. Dulu masyarakat suku Asmat memegang keyakinan Anisme. Namun kini beberapa dari mereka ada yang menganut keyakinan Protestan, Katolik, bahkan Muslim. Berkat globalisasi pula, beberapa daerah bagian di suku Asmat sudah mengenakan pakaian modern walaupun sebagian dari mereka juga masih ada yang mengenakan pakaian daerah mereka di segala aktifitas mereka. Hal ini menjadikan kebudayaan suku Asmat menjadi menarik untuk ditelusuri.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat disimpulkan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana kondisi umum suku Asmat?

2. Bagaimana kehidupan adat istiadat suku Asmat?

3. Seperti apa simbol-simbol kebudayaan suku Asmat seperti pakaian tradisional dan rumah adat mereka?

(5)

1.3Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah :

1. Mengetahui tentang kondisi umum suku Asmat. 2. Mengetahui kehidupan adat istiadat suku Asmat. 3. Mengetahui simbol-simbol kebudayaan suku Asmat.

1.4Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan makalah ini, terdiri atas tiga bab. Pada Bab Pertama, berisi pendahuluan yang diuraikan meliputi latar belakang, perumusan masalah, tujuan, dan sistematika penulisan.

Selanjutnya pada Bab Kedua penjabaran tentang Kondisi Umum Suku Asmat, Adat Istiadat Suku Asmat, dan Simbol-Simbol Kebudayaan Suku Asmat. Terakhir adalah Bab Ketiga meliputi Simpulan dan diuraikan dengan Daftar Pustaka.

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kondisi Umum Suku Asmat

Seperti telah kita ketahui bahwa Indonesia terdiri dari berbagai jenis suku dengan aneka adat istiadat yang berbeda satu sama lain.Suku-suku tersebut ada yang tinggal di pesisir pantai, perkotaan bahkan dipedalaman. Salah satu diantaranya Suku Asmat.

Suku Asmat berada di antara Suku Mappi, Yohukimo dan Jayawijaya di antara berbagai macam suku lainnya yang ada di Pulau Papua. Sebagaimana suku lainnya yang berada di wilayah ini, Suku Asmat ada yang tinggal di daerah pesisir pantai dengan jarak tempuh dari 100 km hingga 300 km, bahkan Suku Asmat yang berada di daerah pedalaman, dikelilingi oleh hutan heterogen yang berisi tanaman rotan, kayu (gaharu) dan umbi-umbian dengan waktu tempuh selama 1 hari 2 malam untuk mencapai daerah pemukiman satu dengan yang lainnya. Sedangkan jarak antara perkampungan dengan kecamatan sekitar 70 km. Dengan kondisi geografis demikian, maka berjalan kaki merupakan satu-satunya cara untuk mencapai daerah perkampungan satu dengan lainnya.

Secara umum, kondisi fisik anggota masyarakat Suku Asmat, berperawakan tegap, hidung mancung dengan warna kulit dan rambut hitam serta kelopak matanya bulat. Disamping itu, Suku Asmat termasuk ke dalam suku Polonesia, yang juga terdapat di New Zealand, Papua Nugini.

Dalam kehidupannya, Suku Asmat memiliki 2 jabatan kepemimpinan, yaitu kepemimpinan yang berasal dari unsur pemerintah dan Kepala adat/kepala suku yang berasal dari masyarakat.

Sebagaimana lainnya, kapala adat/kepala suku dari Suku Asmal sangat berpengaruh dan berperan aktif dalam menjalankan tata pemerintahan yang berlaku di lingkungan ini. Karena segala kegiatan di sini selalu didiihului oleh acara adal yang sifatnya tradisional, sehingga dalam melaksanakan kegiatan yang sifatnya resmi, diperlukan kerjasama antara kedua pimpinan ssangat diperlukan untuk memperlancar proses tersebut.

Bila kepala suku telah mendekati ajalnya, maka jabatan kepala suku tidak diwariskan ke generasi berikutnya, tetapi dipilih dari orang yang berasal dari fain, atau marga tertua di lingkungan tersebut atau dipilih dari seorang pahlawan yang berhasil dalam peperangan.

(7)

Sebelum para misionaris pembawa ajaran agama datang ke wilayah ini, masyarakat Suku Asmat menganut Anisme. Dan kini, masyarakat suku ini telah menganut berbagai macam agama, seperti Protestan, Khatolik bahkan Islam.

2.2 Adat Istiadat Suku Asmat

Dalam kehidupan masyarakat Suku Asmat, masih banyak adat istiadat yang sangat aneh. Salah satunya, kebiasaan mereka yang sangat mengerikan dan sulit diterima akal sehat, yaitu saat mereka membunuh musuhnya.

Mereka masih menggunakan cara-cara zaman prasejarah. Setelah dibunuh, mayat musuh tersebut dibawa pulang ke kampung. Di kampung, mayat tersebut dipotong-potong, lalu dibagi-bagi ke seluruh penduduk. Para penduduk itu berkumpul dan memakan potongan mayat bersama-sama.

Ketika memakan mayat itu bersama-sama, para penduduk menyanyikan lagu yang mereka sebut dengan lagu kematian. Tak cukup sampai di sana, mereka pun memenggal kepala si mayat. Otak mayat itu diambil, kemudian dibungkus dengan daun sagu. Setelah itu, otak tersebut dipanggang untuk dimakan bersama-sama. Betapa mengerikan.

2.3 Simbol-Simbol Kebudayaan Suku Asmat 1. Berhias

(8)

Kehidupan Suku Asmat belum banyak terpengaruh oleh kehidupan modern. Salah satu contohnya adalah kebiasaan berhias. Mereka masih berhias sesuai dengan cara mereka sendiri. Mereka mencoreng wajah dengan berbagai warna. Warna-warna tersebut mereka peroleh dengan cara yang sangat sederhana. Warna yang mereka gunakan untuk menghias wajah adalah warna merah, putih, dan hitam.

Untuk warna merah, mereka dapatkan dari tanah merah yang banyak di sekitar mereka. Warna putih mereka dapatkan dari kulit kerang yang sebelumnya ditumbuk sampai halus. Dan, warna hitam, mereka dapatkan dari arang kayu, yang juga ditumbuk sampai halus.

2. Ukiran Kayu

Ukiran bagi suku asmat bisa menjadi penghubung antara kehidupan masa kini dengan kehidupan leluhur. Di setiap ukiran bersemayam citra dan penghargaan atas nenek moyang mereka yang sarat dengan kebesaran suku asmat.

Patung dan ukiran umumnya mereka buat tanpa sketsa. Bagi suku asmat kala mengukir patung adalah saat di mana mereka berkomunikasi dengan leluhur yag ada di alam lain. Itu dimungkinkan karena mereka mengenal tiga konsep dunia: Amat ow capinmi (alam kehidupan sekarang), Dampu ow campinmi (alam pesinggahan roh yang sudah meninggal), dan Safar (surga).

Percaya sebelum memasuki surga arwah orang sudah meninggal akan mengganggu manusia. Gangguan bisa berupa penyakit, bencana bahkan peperangan. Maka, demi menyelamatkan manusia serta menebus arwah, mereka yang masih hidup membuat patung dan mengelar pesta seperti pesta patung bis (Bioskokombi), pesta topeng, pesta perahu, dan pesta ulat ulat sagu.

(9)

Konon patung bis adalah bentuk patung yang paling sakral. Namun kini membuat patung bagi suku asmat tidak sekadar memenuhi panggilan tradisi. Sebab hasil ukiran itu juga mereka jual kepada orang asing di saat pesta ukiran. Mereka tahu hasil ukiran tangan dihargai tinggi antara Rp. 100 ribu hingga jutaan rupiah diluar papua.

3. Pakaian Adat

Seperti suku lainnya di Indonesia, suku Asmat juga memiliki pakaian adat yang sudah mulai berubah seiring perkembangan jaman.

a. Pakaian Adat Suku Asmat Sebelum Perkembangan Jaman

Letak tempat tinggal suku Asmat yang masih terpencil, diapit oleh pegunungan, sungai, dan lautan, membuat pakaian suku Asmat masih sangat tradisional.

Lelaki suku Asmat hanya menggunakan sebuah penutup kelamin berupa buah yang dikeringkan. Sedangkan wanitanya tampil bertelanjang dada dengan menggunakan rumbai-rumbai ilalang yang dirangkai menjadi rok untuk menutupi bagian bawah mereka.

Untuk hiasan tubuh mereka mewarnai tubuh mereka dengan warna merah, putih, dan hitam. Untuk warna merah, mereka dapatkan dari tanah merah yang

(10)

b. Pakaian Adat Suku Asmat Sesudah Perkembangan Jaman

Banyaknya pengaruh pendidikan dan agama yang dibawa oleh para penyebar agama membuat kebudayaan dan pakaian adat suku Asmat lambat laun berubah. Mereka mulai mengenal pakaian sebagai alat penutup tubuh.

Pakaian adat suku Asmat berubah menjadi kain untuk menutupi bagian atas mereka. Sedangkan untuk bagian atasnya, kaum lelaki melukis tubuh mereka seperti motif yang mereka lukiskan pada ukiran kayu khas daerah Asmat.

Para wanita suku Asmat sudah tidak ada lagi yang bertelanjang dada. Kecuali mereka yang berada di daerah pedalaman. Mereka saat ini telah mengenal fashion berkat adanya informasi serta pendidikan yang masuk ke daerah mereka.

4. Rumah Adat a. Jew

Rumah adat suku Asmat yang dikenal dengan nama Jew digunakan bagi pelaksanaan segala kegiatan yang bersifat tradisi. Misalnya untuk rapat adat, mengukir kayu, dan juga tempat tinggal para bujang. Oleh karena itu Jew juga dapat disebut Rumah Bujang.

Rumah ini unik karena dibangun sangat panjang hingga 50 meter. Karena masyarakat suku Asmat belum mengenal paku, maka rumah adat itu tidak menggunakan paku sampai saat ini.

Mereka menggunakan tali rotan sebagai pengikat sambungan kayu, kayu besi sebagai tiang rumah, dan atapnya menggunakan kayu nipah atau kayu sagu yang

(11)

b. Rumah Tysem

Ada satu lagi rumah adat suku Asmat, yaitu bernama Tysem. Rumah ini disebut juga rumah keluarga. Karena yang menghuni adalah yang sudah berkeluarga. Biasanya ada dua atau tiga keluarga yang mendiami satu rumah Tysem.

Ukuran rumah Tysem lebih kecil daripada rumah Jew. Biasanya dibangun disekeliling rumah Jew. Satu rumah Jew bisa dikelilingi oleh 15 sampai 20 rumah Tysem.

Bahan membangun rumah Tysem sama dengan yang dipakai untuk membangun rumah Jew. Suku Asmat hanya menggunakan bahan bahan alami untuk membangun rumah.

(12)

BAB III

SIMPULAN

Seperti telah kita ketahui bahwa Indonesia terdiri dari berbagai jenis suku dengan aneka adat istiadat yang berbeda satu sama lain.Suku-suku tersebut ada yang tinggal di pesisir pantai, perkotaan bahkan dipedalaman. Salah satu diantaranya Suku Asmat.

Suku Asmat berada di antara Suku Mappi, Yohukimo dan Jayawijaya di antara berbagai macam suku lainnya yang ada di Pulau Papua.

Secara umum, kondisi fisik anggota masyarakat Suku Asmat, berperawakan tegap, hidung mancung dengan warna kulit dan rambut hitam serta kelopak matanya bulat. Disamping itu, Suku Asmat termasuk ke dalam suku Polonesia, yang juga terdapat di New Zealand, Papua Nugini.

Dalam kehidupannya, Suku Asmat memiliki 2 jabatan kepemimpinan, yaitu kepemimpinan yang berasal dari unsur pemerintah dan Kepala adat/kepala suku yang berasal dari masyarakat.

Dalam kehidupan masyarakat Suku Asmat, masih banyak adat istiadat yang sangat aneh. Salah satunya, kebiasaan mereka yang sangat mengerikan dan sulit diterima akal sehat, yaitu saat mereka membunuh musuhnya.

Mereka masih menggunakan cara-cara zaman prasejarah. Setelah dibunuh, mayat musuh tersebut dibawa pulang ke kampung. Di kampung, mayat tersebut dipotong-potong, lalu dibagi-bagi ke seluruh penduduk. Para penduduk itu berkumpul dan memakan potongan mayat bersama-sama.

Masyarakat Suku Asmat juga memiliki simbol-simbol kebudayaan mereka seperti salah satu contohnya adalah kebiasaan berhias. Mereka masih berhias sesuai dengan cara mereka sendiri. Mereka mencoreng wajah dengan berbagai warna. Warna-warna tersebut mereka peroleh dengan cara yang sangat sederhana. Warna yang mereka gunakan untuk menghias wajah adalah warna merah, putih, dan hitam.

(13)

Lalu ada seni ukiran. Ukiran bagi suku asmat bisa menjadi penghubung antara kehidupan masa kini dengan kehidupan leluhur. Di setiap ukiran bersemayam citra dan penghargaan atas nenek moyang mereka yang sarat dengan kebesaran suku asmat.

Seperti suku lainnya di Indonesia, suku Asmat juga memiliki pakaian adat yang sudah mulai berubah seiring perkembangan jaman. Selain itu juga ada rumah-rumah adat suku Asmat yang bernama Jew dan Tysem.

(14)

Referensi

Dokumen terkait

The objective of this research is to find out whether PIE (Point- Illustration-Explanation) strategy can improve the students writing skill in narrative text

LSPP menetapkan kebijakan dan prosedur program pemeliharaan atau sertifikasi ulang sesuai dengan persyaratan skema sertifikasi, yaitu dapat dilakukan oleh LSPP

Pada kegiatan awal guru telah mengkondisikan siswa untuk siap mengikuti pelajaran.Guru masih belum memberikan apersepsi kepada siswa.Guru juga belum memberikan kesempatan

pula lemahnya arus informasi dan rendahnya kemampuan lembaga pelaksana di lapangan tidak mendapat prioritas penanganan yang cukup. Setiap proses pekerjaan dapat dipastikan

[r]

Bakteriosin dari bakteri asam laktat yang diisolasi dari fermentasi nanas (Ananas comosus L.) lebih optimal sebagai biopreservatif dalam memperpanjang umur simpan daging

Produk ini merupakan pengembangan dari produk awal cacing sebagai obat tipes yang dikenal oleh kebanyakan masyarakat awam. Melalui bisnis ini, kami memperbaiki

Gambar 10: (a) Sinyal bentuk sinusoida yang diukur waktu tunda-nya, (b) hasil korelasi dengan CCF, (c) CCF dengan skala horizontal yang diperbesar. Gambar 11: (a) Data laboratorium