Konsep Dasar Penilaian
dalam Pembelajaran
A. Pengertian Penilaian
Penilaian adalah proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang di peroleh melalui pengukuran hasil pembelajaran.
Pada saat membicarakan masalah penilaian, kita sering menggunakan beberapa istilah seperti tes, pengukuran, asesmen, dan evaluasi yang di gunakan secara tumpang tindih (Over Lap).
Berikut adalah beberapa pengertian dari istilah-istilah tersebut.
Tes dapat di definisikan sebagai seperangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait atau sifat atau atribut pendidikan di mana dalam setiap butir pernyataan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang di anggap benar. Dengan demikian maka setiap tes menuntut siswa untuk memberi respon atau jawaban. Jika respon yang diberikan siswa benar maka katakan siswa tersebut telah mencapai tujuan pembelajaran yang kita ukur melalu butiran soal tersebut. Tetapi jika respon yang di berikan salah berarti mereka belum dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ingin kita ukur. Dapat di simpulkan bahwa tes merupakan alat ukur untuk memperoleh informasi hasil belajar siswa yang memerlukan jawaban benar atau salah.
2) Pengukuran
Pengukuran pada dasarnya merupakan kegiatan penentuan angka suatu objek yang di ukur.
Semua kegiatan di dunia ini tidak bisa lepas dari masalah pengukuran, baik pengukuran yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Keberhasilan suatu program pendidikan hanya dapat di ketahui setelah di lakukan pengukuran.
Untuk menentukan angka (yang merupakan hasil pengukuran) maka di perlukan alat ukur. Untuk melakukan pengukuran kita harus berupaya agar kesalahan pengukurannya sekecil mungkin. Untuk itu di butuhkan alat ukur yang dapat menghasilkan pengkuran yang valid atau realiabel.
Jika dalam pengukuran kita banyak melakukan kesalahan maka pengkurannya tidak dapat menggambarkan skor yang sebenarnya dari suatu objek yang kita ukur.
Kesalahan pengukuran biasanya bersumber dari tiga hal yaitu : Alat ukur, Objek yang di ukur, atau orang yang melakukan pengukuran.
Kesalahan dapat bersifat acak(random) atau dapat juga bersifat sistematik. Kesalahan acak disebabkan karena adanya perbedaan kondisi fisik dan mental yang di ukur maupun yang di ukur. Sedangkan kesalahan sistematis bersumber dari kesalahan alat ukur, yang di ukur, atau yang mengukur.
Contoh :
Guru dapat melakukan kesalahan sistematis jika dalam memberi skor, guru tersebut cenderung memberi skor yang murah ataupun skor yang mahal kepada seluruh siswa. Tetapi jika guru memberi skor tidak secara konsisten maka akan terjadi bias dalam pengukuran.
3) Asesmen
Asesmen adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi hasil belajar siswa yang di peroleh dari berbagai jenis tagihan dan mengolah informasi terssebut untuk menilai hasil belajar dan perkembangan belajar siswa.
Berbagai jenis tagihan yang di gunakan dalam asesmen antara lain :
Kuis, Ulangan harian, tugas individu, tugas kelompok, ulangan akhir semester, laporan kerja dan lain sebagainya.
Contoh :
Guru memberi tugas kepada siswa untuk mengarang dan di kumpulkan pada tanggal yang telah di tetapkan. Setelah mengumpulkan, guru memerikan umpan balik kepada siswa untuk memperbaiki lagi yang salah/kurang tepat. Siswa kemudian memperbaiki karangannya sesuai dengan masukan dari guru, setelah siswa mengumpulkan kembali guru akan memberikan penilaian terhadap tugas tersebut.
4) Evaluasi
Jika berbicara tentang evaluasi dan asesment sebenarnya hampir sama hanya saja asesment mencakup pada individu siswa dalam kelas sedangkan evaluasi adalah seluruh komponen dalam program pembelajaran tersebut.
Dengan kata lain evaluasi merupakaan penilaian keseluruhan program pendidikan termasuk kurikulum mulai dari perencanaan suatu program substansi pendidikan termasuk kurikulum dan penilaian(asesmen) serta pelaksanaannya, pengadaan dan peningkatan kemampuan guru, manajemen pendidikan dan reformasi pendidikan secara keseluruhan.
Tujuan dari evaluasi adalah untuk meningkatkan kualitas, kinerja, atau produktivitas suatu lembaga dalam melaksanakan programnya.
Evaluasi selalu memuat masalah informasi dan kebijakan yaitu informasi tentang pelaksanaan atau keberhasilan suatu program yang selanjutnya digunakan untuk menentukan kebijakan berikutnya.
B. KEDUDUKAN TES, PENGUKURAN, ASESMEN DAN EVALUASI
Pada dasarnya tes, pengukuran, asesmen, dan evaluasi itu saling berhubungan
Tes merupakan salah satu jenis alat ukur yang di gunakan untuk mendapatkan data hasil belajar siswa. Data hasil belajar siswa tersebut merupakan pengukuran. Jika anda memberikan bebrapa kali tes maka anda akan mempunyai kumpulan data hasil belajar siswa. Dari data yang di kumpulkan anda akan menarik kesimpulan tentang perkembangan belajar siswa. Kegiatan inilah yang disebut dengan asesmen. Jadi untuk melakukan asesmen anda memerlukan alat ukur, hasil pengukuran dan penyimpulan dari data-data hasil pengukuran. Jika setelah pembelajaran anda ingin melihat efektifitas program pembelajaran yang anda lakukan, anda perlu melihat kembali peran komponen dalam program pembelajaran. Berdasarkan data-data yang anda peroleh dari setiap komponen
kegiatan pembelajaran maka anda akan mendapat menilai efektifitas program pembelajaran anda. Ini lah yang di kenal dengan evaluasi program pembelajaran.
Berdasarkan uraian tersebut, anda dapat menentukan kedudukan antara tes, pengukuran, asesmen, dan evaluasi.
C. PRINSIP-PRINSIP PENILAIAN
Agar penilaian yang anda lakukan benar-benar dapat memberikan gambaran yang sebenarnya tentang pencapaian hasil pembelajaran siswa maka dalam melakukan penilaian anda perlu memperhatikan prinsip-prinsip penilaian berikut.
1. Berorientasi pada pencapaian kompetisi
Penilaian yang anda lakukan harus berfungsi untuk mengukur tercapainya siswa dalam pencapaian kompetisi seperti yang ditetapkan kurikulum.
2. Valid
Penilaian yang andalakukan harus dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Untuk itu anda memerlukan alat ukur yang dapat menghasilkan hasil pengkuran yang valid dan reliable.
3. Adil
Penialian yang anda lakukan harus adil kepada seluruh siswa. Siswa harus memperoleh kesempatan dan perlakuan yang sama
.
4. Objektif
Dalam menilai hasil belajar siswa anda harus dpat menjaga objektivitas proses dan hasil penilaian. Objektivitas penilaian di pengaruhi oleh unsur subjektivitass penilaian. Dan subjektivitas penilaian dapat mempengaruhi penilaian padasaat pelaksanaan, pensekoran, dan pengambilan keputusan hasil belajar siswa.
5. Berkesinambungan
Penilaian yanng anda lakukan harus terencana, bertahap, teratur, terus menerus dan berkesinambungan untuk memperoleh informasu hasil belajar dan perkembangan belajar siswa. Pengambilan keputusan pencapaian hasil belajar siswa tidak boleh di lakukan hanya berdasarkan informasi hasil belajar siswa pada tes akhir semester saja tetapi harus di putuskan berdasarkan informasi hasil belajar siswa dari berbagai sumber yang di peroleh secara berkesinambingan. Dengan melakukan penilaian secara berkelanjutan, anda tidak hanya melakukan penilaian dalam arti asesmen tetapi anda dapat melakukan evaluasi terhadap program pembelajaran yang telah anda laksanakan.
6. Menyeluruh
Prinsip menyeluruh dalam penilaian memiliki arti bahwa penilaian yang anda lakukan harus mampu menilai keseluruhan kompetensi yang terdapat dalam kurikulum yang meluputi ranah kognitif, efektif, dan psikomotor.
7. Terbuka
Penilaian harus bersifat terbuka bagi berbagai kalangan sehingga keputusan hasil belajar siswa jelas bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
8. Bermakna
Hasil penilaian hendaknya dapat memberikan gambaran mengenai tingkatan pencapaian hasil belajar siswa, keunggulan dan kelemahan siswa, minat, serta potensi siswa dalam mencapai kompetensi yang telah di tetapkan
D. PERGESERAN PRADIGMA PENILAIAN HASIL BELAJAR
Seringkali kita melihat sekolah-sekolah, guru hanya menggunakan tes sebagai saatu-satunya alat ukur keberhasilan belajar siswa. Padahal kalau di cermati lebih lanjut, tujuan pembelajaran yang telah di rumuskan dalam Garis-garis besar program pembelajaran(GBPP) ataupun dalam Satuan Pembelajaran(SP) terdapat tujuan yangmengukur ranah afektif dan psikomotor. Perbedaan tujuan pembelajaran yang akan di ukur, membawa konsekuansi pada perbedaan alat ukur yang di gunakan.
Sebagai salah satu alat ukur hasil pembelajaran siswa, tes mempunyai beberapa kelemahan antara lain :
1. hampir semua jenis tes hanya dapat mengukur hasil belajar dala ranah kognitif dan keterampilan sederhana. Tes sangat sukar di gunakan untuk mengukur keterampilan yang kompleks dan sikap
2. hasil tes sering di jadikan satu-satunya indikator keberhasilan pembelajaran siswa. Padahal butiran-butiran pertanyaan yang terdapat dalam tes hanya mengkur sebagian kecil dari materi atau bahan yang telah dipelajari oleh siswa.
3. Dalam pelaksanaannya, tes selalu menimbulkan kecemasan pada diri peserta tes sehingga peserta tes sukar dalam menunjukan kemampuannya secara maksimal. 4. Tes sering kali menghukum siswa yang kreatif karena jawaban tes sudah ditentukan
pola dan isinya dengan demikian tes tidak akan pernah memberi ruang geraj yang cukup kepada siswa untuk menunjukan kreatifitasnya.
Jika di lihat dari sisi waktu pelaksanaan tesnya, kita masih sering menemukan pengukuran hasil belajar hanya bertumpu pada ujian akhir semseter dan tidak melihat aspek lainnya. Penggambaran di atas merupakan model penilaian hasil belajar yang tradisional. Dalam model tradisional ini, penilaian hasil belajar merupakan bagian yang terpisah dalam proses pembelajaran. Penerapan kelulusan siswa dalam ujian nasional(UN) yang di lakukan beberapa tahun belakangan ini merupakan contoh penerapan model ini sehingga banyak yang mengkritik dari kakngan masyarakat
Menyadari adanya kelemahan dalam model tradisional yang berorientasi pada hasil belajar saja, pendidikan harusnya mencari alternatif penilaian hasil belajar yang lebih utuh atau lebih hakiki. Sehingga penguasaan siswa terhadap suatu kompetisi tidak dapat diukur hanya pada hasil akhir saja tetapi proses belajar bagaimana siswa sampai mampu menguasai kompetensi merupakan faktor yang sangat penting
Penilaian pada dasarnya memiliki beberapa istilah seperti Tes, pengukuran, asesmen, dan evaluasi yang saling berhubungan satu sama lain dalam mendapatkan hasil penilaian yang valid atau realiabel
Tes merupakan satu alat ukur yang sering di gunakan oleh guru untuk pengukuran hasil belajar siswa.
Tes memiliki beberapa kelemahan seperti : Tes hanya mengambil nilai akhir siswa saja, tanpa mengetahu tingkat kreatifitas siswa, membeban kan siswa dalam kecemasan bila hasil tes tersebut tidak baik, dan tes hanya mengkur sebagian kecil dari materi yang telah di pelajari siswa