• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SKJ DENGAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF. Masdin SD Negeri 02 Tlogopakis, Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR SKJ DENGAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF. Masdin SD Negeri 02 Tlogopakis, Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

14 Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17. No.5, Oktober (2016) Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17, No. 5, Oktober 2016

ISSN 2087-3557

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SKJ DENGAN METODE

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Masdin

SD Negeri 02 Tlogopakis, Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan

Abstrak

Tujuan penelitian dalam Penelitian Tindakan Kelas yang peneliti laksanakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi senam kesegaran jasmani, sehingga hasil belajar menjadi maksimal melalui penerapan model pembelajaran kooperatif. Waktu yang digunakan untuk pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas selama 3 bulan, dimulai pada awal bulan Februari sampai bulan April tahun 2015. Tempat penelitian di SD Negeri 02 Tlogopakis pada siswa kelas VI dengan jumlah siswa 13 anak. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah dengan penerapan model pembelajaran kooperatif. Untuk mendapatkan data hasil belajar siswa diadakan tes praktik. Dalam penelitian ini proses pembelajaran dibagi dalam dua siklus. Hasil penelitian pada Penelitian Tindakan Kelas mulai dari kondisi awal ke siklus I dan sampai kondisi akhir menunjukkan adanya peningkatan, yaitu mulai dari keaktifan,minat siswa, serta hasil belajar PJOK, dengan perolehan hasil rata-rata dari kondisi awal 60,4 meningkat pada siklus I menjadi 66,5 dan kondisi akhir mengalami peningkatan lagi menjadi 73,1.

© 2016 Didaktikum

Kata Kunci

:

Hasil Belajar PJOK; Model Pembelajaran Kooperatif;

PENDAHULUAN

Mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan perlu diberikan kepada semua peserta didik karena bertujuan untuk mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagi aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih. Pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan merupakan pembelajaran yang bertujuan untuk mendorong pertumbuhan fisik, psikis, keterampilan motorik, pengetahuan, penalaran, serta pembiasaan pola hidup sehat. Dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI (BSNP, 2007: 2), salah satu ruang lingkup aspek mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan adalah aktivitas ritmik. Aktivitas ritmik ini disebut senam, yaitu yang meliputi gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobik.

Perkembangan kurikulum dewasa ini menuntut partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran dari tingkat SD sampai Sekolah Menengah. Peran aktif siswa sangat menentukan terhadap keberhasilan pembelajaran. Proses belajar mengajar masih cenderung teacher centered dibandingkan student centered. Hal seperti inilah yang mengakibatkan pola belajar siswa cenderung menghafal, serta kemampuan berpikir dan daya analisis siswa kurang berkembang.

(2)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SKJ DENGAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF Masdin 15 Dengan proses pembelajaran yang seperti itu, siswa merasa kurang tertarik dan cepat bosan terhadap pembelajaran senam kesegaran jasmani.

Berdasarkan dari hasil wawancara dengan siswa kelas VI (enam) SD Negeri 02 Tlogopakis diperoleh informasi bahwa pelajaran senam kesegaran jasmani merupakan pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa. Gerakan senam kesegaran jasmani, dianggap sesuatu yang rumit, membutuhkan energi, pikiran, dan waktu yang banyak untuk melakukannya. Anggapan ini mengakibatkan beberapa siswa menjadi malas belajar senam kesegaran jasmani, sehingga beberapa siswa masih enggan untuk ikut berperan aktif pada saat pembelajaran berlangsung.

Berdasarkan dari hasil pengamatan pada siswa kelas VI SD Negeri 02 Tlogopakis bahwa pembelajaran PJOK, khususnya pada materi senam kesegaran jasmani, siswa cenderung pasif. Mereka kurang tertarik dengan pembelajaran senam, sehingga siswa merasa bosan dalam pembelajaran ini. Siswa cenderung melakukan aktivitas lain yang lebih menarik perhatian, misalnya seperti bermain, sering mengganggu temannya pada waktu pelajaran dan mengobrol dengan temannya. Pada saat pembelajaran berlangsung siswa cenderung bersikap pasif, enggan bertanya, takut atau malu untuk bertanya. Siswa jarang berdiskusi dengan temannya. Bila ada yang kurang paham atau tidak mengerti tentang suatu materi mereka cenderung untuk diam. Keadaan siswa seperti tersebut jika didiamkan akan menyebabkan siswa akan semakin mengalami kesulitan dalam mempelajari dan memahami materi yang dipelajari.

Salah satu solusi pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran yang mengutamakan keterlibatan siswa dalam belajar secara aktif. Setelah mengetahui permasalahan serta kondisi siswa kelas VI di SD Negeri 02 Tlogopakis, maka peneliti tertarik untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan motivasi Senam Kesegaran Jasmani (SKJ) pada siswa kelas VI SD Negeri 02 Tlogopakis. Diharapkan dengan model pembelajaran kooperatif motivasi siswa dalam mengikuti senam kesegaran jasmani dapat meningkat. Perumusan masalah berdasarkan latar belakang dan batasan masalah, maka rumusan masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) bagaimanakah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan motivasi Senam Kesegaran Jasmani (SKJ) pada siswa kelas VI SD N 02 Tlogopakis? 2) bagaimanakah peningkatan motivasi Senam Kesegaran Jasmani (SKJ) dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif pada siswa kelas VI SD N 02 Tlogopakis? 3) bagaimanakah respon siswa kelas VI SD Negeri 02 Tlogopakis setelah mengikuti pembelajaran dengan model kooperatif?

Senam Kesegaran Jasmani dikenal di Indonesia sebagai salah satu cabang olahraga. di dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Gymnastic dari asal kata Gymnos bahasa yunani yang artinya telanjang. Istilah gymnastic tersebut dipakai untuk menunjukkan kegiatan kegiatan fisik yang memerlukan keleluasaan gerak, sehingga perlu dilakukan dengan telanjang atau setengah telanjang. Hal ini bisa terjadi karena pada waktu itu teknologi pembuatan bahan pakaian belum memungkinkan membuat pakaian yang bersifat lentur dan mengikuti gerak pemakainya. Senam didefinisikan sebagai latihan fisik yang dipilih, disusun dan dirangkai secara sistematis sehingga berguna untuk tubuh, sikap, kesehatan serta kebugaran jasmani (Berty Tilarso, 2000: 1).

Menurut Giriwijoyo dan Suriyah (2005 : 11) tentang pengertian senam kesegaran jasmani adalah kecocokan keadaan fisik terhadap tugas yang harus dilaksanakan oleh fisik itu. Atau dengan perkataan lain untuk dapat melaksanakan tugas fisik tertentu dengan hasil yang baik, diperlukan syarat-syarat fisik tertentu yang sesuai dengan sifat fisik itu. Berdasarkan pendapat tersebut bahwa setiap orang memerlukan kesegaran yang sesuai dengan pekerjaan atau kegiatan yang dia lakukan,

(3)

16 Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17. No.5, Oktober (2016)

misalnya orang yang bekerja di kantor akan lain kebutuhan kesegarannya bila dibandingkan dengan orang yang bekerja dilapangan.

Menurut Gabard (1987: 50) kesegaran jasmani mempunyai beberapa komponen. Komponen -komponen itu adalah: kecepatan, kekuatan, keseimbangan dan kordinasi. Kecepatan adalah suatu kemampuan untuk bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain dalam waktu sesingkat mungkin. Kekuatan adalah kemampuan melawan tahanan dengan suatu kecepatan dan kontraksi yang tinggi. Keseimbangan adalah suatu kemampuan mempertahankan posisi tubuh dalam keseimbangan pada situasi gerakan statis maupun dinamis. Koordinasi adalah kemampuan untuk menggabungkan sistem motor dan sensori menjadi suatu pola gerak yang lebih efisien.

Dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI (BSNP, 2007: 2), salah satu ruang lingkup aspek mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan adalah aktivitas ritmik. Aktivitas ritmik ini disebut senam, yaitu yang meliputi gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobik. Senam adalah latihan jasmani/olahraga yang bentuk gerakan-gerakannya dipilih dan disusun secara sistematis berdasarkan prinsip-prinsip tertentu sesuai dengan kebutuhan atau tujuan penyusun.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kesegaran jasmani adalah kemampu an seseorang untuk melakukan suatu kegiatan tanpa mengalami kelelahan yang berar ti dan masih mampu melakukan pekerjaan yang lain yang bersifat rekreasi. Atau dengan kata lain bahwa seseorang yang memiliki kesegaran jasmani yang baik adalah orang yang cukup mempunyai kesanggupan dan kemampuan untuk melakukan pekerjaannya dengan efisien tanpa menimbulkan kelelahan berarti.

Motivasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 756) adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Motivasi merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya pada proses belajar siswa. Tanpa adanya motivasi maka proses belajar siswa akan sukar berjalan. Menurut Callahan dan Clark di dalam E. Mulyasa (2004: 112) mengemukakan motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku kearah suatu tujuan tertentu. Motivasi ada dua, yaitu motivasi Intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi Intrinsik. Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri. Motivasi Ekstrinsik. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar (M. Sobry Sutikno: 2007).

Menurut M. Sobry Sutikno (2007) dalam http://www.bruderfic .or.id/h-129/peran-guru-dalam-membangkitkan-motivasi-belajar-siswa.html),ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut.

a.menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik, b. Hadiah, c. saingan/kompetisi,d. Pujian, e.hukuman, f. membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar, g. membentuk kebiasaan belajar yang baik, h. membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok, i.Menggunakan metode yang bervariasi

Menurut Giriwijoyo dalam Suriyah (2005 : 11) tentang pengertian kesegaran jasmani adalah kecocokan keadaan fisik terhadap tugas yang harus dilaksanakan oleh fisik itu. Atau dengan perkataan lain untuk dapat melaksanakan tugas fisik tertentu dengan hasil yang baik, diperlukan syarat-syarat fisik tertentu yang sesuai dengan sifat fisik itu. Berdasarkan pendapat tersebut bahwa setiap orang memerlukan kesegaran yang sesuai dengan pekerjaan atau kegiatan yang dia lakukan, misalnya orang yang bekerja di kantor akan lain kebutuhan kesegarannya bila dibandingkan dengan orang yang bekerja dilapangan.

(4)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SKJ DENGAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF Masdin 17 Dari beberapa pengertian motivasi, disimpulkan bahwa motivasi belajar senam kesegaran jasmani adalah daya penggerak yang dapat merangsang kegiatan belajar, misalnya tekun dalam menghadapi tugas, ulet dalam menghadapi kesulitan, selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin yang akan mengarahkan dan menggerakkan siswa untuk mempelajari senam kesegaran jasmani demi mencapai tujuan tertentu.

Pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama. Selain itu dalam pembelajaran kooperatif siswa tidak hanya cukup duduk -duduk sehingga sebagai sebuah kelompok dan hanya satu siswa yang mengerjakan tugas, akan tetapi dalam pembelajaran kooperatif perlu adanya interaksi antar sesama anggota kelompok untuk membahas suatu masalah atau tugas (Erman Suherman 2003: 260).

Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat, saling membantu kesulitan yang dialami, saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain. Dengan demikian tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang merupakan sistem kompetisi, dimana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Akan tetapi tujuan dasar pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi dimana keberhasilan kelompok ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan individu (Slavin, 2008).

Pembelajaran kooperatif pada dasarnya merupakan model pembelajaran yang sistematis dengan mengelompokkan siswa untuk melakukan pembelajaran yang efektif agar siswa dapat memaksimalkan kegiatan belajar, dimana keberhasilan individu diorientasikan dalam keberhasilan kelompok. Dalam hal ini siswa bekerja sama belajar dalam kelompok serta bertanggung jawab pula terhadap kegiatan belajar siswa lain dalam kelompoknya untuk melakukan usaha yang sama, bekerja seperti yang ia lakukan.

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang mengelompokkan siswa dalam sebuah kelompok kecil yang bekerja sama saling berdiskusi dalam sebuah tim untuk menyelesaikan suatu masalah, untuk mencapai tujuan bersama.

Pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama. Selain itu dalam pembelajaran kooperatif siswa tidak hanya cukup duduk-duduk sehingga sebagai sebuah kelompok dan hanya satu siswa yang mengerjakan tugas, akan tetapi dalam pembelajaran kooperatif perlu adanya interaksi antar sesama anggota kelompok untuk membahas suatu masalah atau tugas. Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat, saling membantu kesulitan yang dialami, saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain. Pembelajaran kooperatif pada dasarnya merupakan model pembelajaran yang sistematis dengan mengelompokkan siswa untuk melakukan pembelajaran yang efektif agar siswa dapat memaksimalkan kegiatan belajar, dimana keberhasilan individu diorientasikan dalam keberhasilan kelompok. Dalam hal ini siswa bekerja sama belajar dalam kelompok serta bertanggung jawab pula terhadap kegiatan belajar siswa lain dalam kelompoknya untuk melakukan usaha yang sama, bekerja seperti yang ia lakukan. Pada saat pelaksanaan pembelajaran siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, siswa diberi tugas untuk mendiskusikan materi yang telah diajarkan oleh guru. Dalam kelompok ini siswa dituntut aktif dalam pembelajaran. Guru memotivasi siswa agar siswa aktif dalam pembelajaran.

(5)

18 Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17. No.5, Oktober (2016)

METODE PENELITIAN

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di kelas VI SDN 02 Tlogopakis Kecamatan Petungkriyono Kab. Pekalongan. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, yaitu mulai bulan Februari sampai dengan April 2015. Rencana Perbaikan Pembelajaran mata pelajaran PJOK dilaksanakan sebanyak 2 siklus.

Subjek penelitian adalah memotivasi siswa kelas VI SDN 02 Tlogopakis Kecamatan Petungkriyono tahun ajaran 2014/ 2015 sebanyak 13 siswa yang terdiri dari 6 siswa laki -laki dan 7 siswa perempuan. Alasan SD Negeri 02 Tlogopakis dipilih sebagai tempat pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut : a. peneliti dalam sehari-hari melaksanakan tugas di SD Negeri 02 Tlogopakis Kecamatan Petungkriyono sehingga peneliti lebih memahami keadaan, karakteristik siswa dibandingkan melaksanakan penelitian di tempat lain, b. penelitian yang dilaksanakan tidak akan mengganggu tugas utama sebagai guru.

Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa dan guru kelas VI serta keterangan peneliti. Data yang didapatkan berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang menggunakan observasi dalam bermain peran, data kuantitatif adalah data yang menggunakan hasil nilai tes.

HASIL DAN PEMB AHASAN

Pembahasan penelitian ini didasarkan pada proses dan hasil pelaksanaan tindakan kelas yang dilakukan dalam siklus tindakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motivasi belajar penjasorkes senam kesegaran jasmani pada siswa kelas VI melalui penerapan model pembelajaran “Kooperatif”. Hasil belajar meliputi tiga aspek, yaitu; Tindakan, Proses Belajar, dan Hasil Belajar. Ketiga aspek tersebut mengalami peningkatan pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II.

1. Tindakan

Tabel 1. Perbandingan Tindakan Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II

No Kondisi Awal Siklus I Siklus II

1 Dalam pembelajaran

penjasorkes senam

kesegaran jasmani belum

menggunakan model

pembelajaran “Kooperatif”

Dalam pembelajaran

penjasorkes senam

kesegaran jasmani sudah

menggunakan model

pembelajaran

“Kooperatif” dalam kelompok besar

Dalam pembelajaran

penjasorkes senam kesegaran jasmani sudah menggunakan model pembelajaran “ Kooperatif” dalam kelompok yang lebih kecil

(6)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SKJ DENGAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF Masdin 19 2. Proses Pembelajaran

Tabel 2. Perbandingan Proses Pembelajaran Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II No Kondisi Awal Siklus I Siklus 2/

Kondisi akhir Refleksi dari kondisi awal ke kondisi akhir 2 siswa cenderung masih pasif. Mereka kurang tertarik dengan pembelajaran senam. Siswa cenderung tidak memperhatikan, misalnya seperti bermain dan mengobrol dengan temannya

Siswa yang awalnya cenderung masih pasif mulai berkurang. Mereka sudah mulai tertarik dengan pembelajaran senam. Siswa cenderung

sudah mulai

memperhatikan

pelajaran dan tidak bermain dan mengobrol dengan temannya.

Siswa sangat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Mereka tertarik dan termotivasi dengan pembelajaran senam. Siswa cenderung memperhatikan dengan baik pelajaran dan sudah tidak bermain atau mengobrol dengan temannya.

Dari kondisi awal ke kondisi akhir terdapat peningkatan minat, aktivitas, dan perhatian peserta didik dalam proses pembelajaran penjasorkes 3. Hasil Belajar

Tabel 3. Perbandingan Hasil Belajar Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II No Kondisi Awal Siklus I Siklus 2/

Kondisi akhir

Refleksi dari kondisi awal ke kondisi akhir

3 Hasil Evaluasi pada kondisi awal nilai terendah 50 nilai tertinggi 65 nilai rerata 60,4

Hasil Evaluasi pada Siklus 1 nilai terendah 50 nilai tertinggi 75 nilai rerata 66,5

Hasil Evaluasi pada Siklus II nilai terendah 60 nilai tertinggi 85 nilai rerata 73,1

Dari kondisi awal sampai akhir terdapat peningkatan rata-rata hasil belajar kelas 60,4 menjadi 73,1

Hasil pengamatan pada proses pembelajaran yang terjadi pada siklus 1 menunjukkan adanya suatu perubahan tingkah laku peserta didik saat mengikuti kegiatan pembelajaran, siswa yang awalnya cenderung masih pasif mulai berkurang. Mereka sudah mulai tertarik dengan pembelajaran senam. Siswa cenderung sudah mulai memperhatikan pelajaran dan tidak bermain dan mengobrol dengan temannya. Sehingga persentase ketuntasan belajarnya meningkat sebesar 62 %.

Hasil dari tindakan yang diperoleh pada dasarnya merupakan hasil penelitian yang diperoleh melalui kebenaran secara empirik. Data hasil belajar peserta didik dalam meningkatkan hasil belajarnya, yaitu dari kondisi awal dari rata-rata hasil belajar 60,4 meningkat menjadi 66,5 pada siklus I, dan rata-rata hasil belajar meningkat menjadi 73,1 pada siklus II. Ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal terdapat 6 (46%) siswa yang tuntas belajar, pada siklus I siswa yang tuntas belajar sebanyak 8 (62%) siswa dari 13 siswa, sedangkan pada siklus II terdapat 11 (85%) siswa yang tuntas belajar dari 13 siswa.

(7)

20 Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17. No.5, Oktober (2016)

Pada proses pembelajaran yang terjadi pada siklus II menunjukkan adanya suatu perubahan tingkah laku peserta didik saat mengikuti kegiatan pembelajaran. Siswa sangat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Mereka tertarik dan termotivasi dengan pembelajaran senam. Siswa cenderung memperhatikan dengan baik pelajaran dan sudah tidak bermain atau mengobrol dengan temannya. Persentase ketuntasan belajar sebesar 85%. Berikut tabel ketuntasan hasil belajar dan grafik peningkatan hasil belajar :

Tabel 4. persentase ketuntasan hasil belajarnya sebagai berikut Hasil B elajar

Siklus 1 Siklus II Refleksi

Persentase ketuntasan hasil belajar pada siklus 1 sebesar 62 % Persentase ketuntasan hasil belajar pada siklus 2 sebesar 85 %

Dari persentase ketuntasan hasil belajar pada siklus 1 ke siklus terjadi peningkatan yaitu siklus 1 sebesar 62% menjadi 85% meningkat sebesar 23%

Dan grafik peningkatan hasil belajar sebagai berikut :

Gambar 1. Grafik peningkatan hasil belajar

Berdasarkan Hasil dari tindakan yang diperoleh pada dasarnya merupakan hasil penelitian yang diperoleh melalui kebenaran secara empirik. Data hasil belajar peserta didik dalam meningkatkan hasil belajarnya, berdasarkan pada tabel dan grafik diatas siklus I siswa yang tuntas belajar sebanyak 8 (62%) siswa dari 13 siswa, sedangkan pada siklus II terdapat 11 (85%) siswa yang tuntas belajar dari 13 siswa.

SIMPULAN

Berdasarkan pelaksanaan penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran “Kooperatif“ dapat meningkatkan motivasi belajar penjasorkes senam kesegaran jasmani pada peserta didik kelas VI SD Negeri 02 Tlogopakis kecamatan Petungkriyono Kabupaten Pekalongan. Model pembelajaran “kooperatif“ berpengaruh meningkatkan dalam hal -hal sebagai berikut : 1) aktivitas belajar siswa menunjukkan bahwa keaktifannya dalam mengikuti proses pembelajaran, motivasi siswa dalam pembelajaran juga meningkat. Siswa juga lebih memperhatikan pembelajaran yang disampaikan oleh guru dalam pembelajaran PJOK menggunakan metode kooperatif meningkat dengan baik atau mencapai 85 % dari jumlah siswa, 2) aktivitas guru dalam pembelajaran PJOK menggunakan metode kooperatif meningkat dengan baik. Hal ini terlihat bahwa dalam kegiatan proses pembelajaran guru sudah melakukan perbaikan pembelajaran yang berakibat perubahan terhadap motivasi serta hasil belajar siswa, 3) Sebanyak 11 siswa atau 85 % dari 13 siswa

62% 85% 0% 20% 40% 60% 80% 100% Siklus I Siklus II

Hasil Belajar

Hasil Belajar

(8)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SKJ DENGAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF Masdin 21 kelas VI SD Negeri 02 Tlogopakis Kecamatan Petungkriyono mengalami ketuntasan belajar individual sebesar ≥ 65 dalam pembelajaran PJOK senam kesegaran jasmani.

SARAN

Berdasarkan simpulan dan implikasi, dapat dikemukakan saran yang berkaitan dengan penelitian, yaitu: 1) agar siswa lebih berpartisipasi aktif dan memusatkan perhatian selama kegiatan pembelajaran di kelas supaya mampu memahami materi dengan baik, 2) agar siswa sebaiknya menerapkan nilai-nilai positif dari interaksi sosial (seperti menghargai pendapat orang lain, menghormati perbedaan individu) sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, 3) guru sebaiknya mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif pada materi lainnya, 4) guru sebaiknya merubah gaya belajar mengajar agar suasana belajar lebih komunikatif yaitu dengan mengutamakan peran aktif siswa, 5) melakukan kajian yang lebih mendalam tentang penggunaan metode kooperatif untuk membantu meningkatkan kualitas pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

BSNP. (2007). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Badan Standar Nasional Pendidikan

Gabbard, C, Le Blanc E. Lowy, S. 1987. Physical Education for Children BuildingThe Foundation, New Jersey : Printice Hall Inc Englewood Cliffs.

Giriwijoyo dan Suriyah (2005 : 11). Pengertian Senam Kesehatan Jasmani .Bandung : ITB. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2003: 756). Pengertian Motivasi. Jakarta : Balai Pustaka.

M. Sobry Sutikno (2007) dalam http://www.bruderfic .or.id/h-129/peran-guru dalam-membangkitkan-motivasi-belajar-siswa.html).

Slavin, R.E. 2008. Cooperative learning. Bandung : Nusa Media.

Gambar

Tabel 1. Perbandingan  Tindakan  Kondisi Awal, Siklus I, dan  Siklus II
Tabel 2.  Perbandingan  Proses Pembelajaran  Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II
Tabel 4. persentase  ketuntasan  hasil belajarnya  sebagai  berikut  Hasil B elajar

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menggunakan sekaligus data selama 10 tahun dalam proses clustering rata–rata hasil prediksi status cuaca menggunakan CBR kurang akurat ketika target cuaca

Gordon dan Milakovich (1995:6), mendefinisikan pentadbiran awam sebagai segala proses, organisasi, dan individu yang terlibat dalam perlaksanaan undang-undang dan peraturan

Ekstrak metanol umbi bit tidak memiliki aktivitas sitotoksik terhadap cell line T47D yang ditandai dengan nilai % kehidupan sel pada berbagai seri konsentrasi

Hal ini harus segera diatasi, jika tidak, akan menimbulkan tekanan jiwa (stres). Ketika seseorang mengalami stres, faktor lingkungan sekitar sangat berperan dalam

Untuk lebih jelasnya, berikut akan dipaparkan dua contoh silabus pembelajarn terpadu (thematic teaching) untuk kelas awal sekolah dasar pada mata pelajaran Bahasa

Dengan demikian dari hasil identifikasi jamur penyebab penyakit layu pada tanaman tomat yang dilakukan dilaboratorium maka jenis jamur yang menyebabkan penyakit

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fermentabilitas dan Kecernaan in vitro Ransum Berbasis Jerami Padi dan Konsentrat yang Disuplementasi

Dengan pendekatan Poisson equation electron ransport , perancangan Heterojunction Bipolar Transistor Silikon Germanium (HBT’s SiGe) yang digunakan sebagai basis