• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. individu dapat di tempatkan pada satu stage tertentu. Nilai ini pada akhirnya. mempengaruhi perubahan dalam struktur penghasilan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. individu dapat di tempatkan pada satu stage tertentu. Nilai ini pada akhirnya. mempengaruhi perubahan dalam struktur penghasilan."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

Menurut Ihromi (1999: 61) mengatakan bahwa sejak revolusi pendidikan ditahun 1950, seluruh masyarakat di dunia meletakkan harapan dan arti yang tinggi terhadap pendidikan khususnya pendidikan tinggi. Masyarakat berpendapat bahwa, dengan nilai-nilai tertentu yang disandang pendidikan tinggi, maka individu dapat di tempatkan pada satu stage tertentu. Nilai ini pada akhirnya melahirkan suatu keyakinan bahwa melalui pendidikan tinggi, seorang individu dapat memperoleh mobilitas sosial. Pendidikan tinggi mengemban dua fungsi dalam rangka mobilitas sosial. Pertama, pendidikan tinggi mempengaruhi mobilitas sosial ke atas sehingga menolong kelompok masyarakat untuk meningkatkan pekerjaan yang dikehendaki. Kedua, pendidikan tinggi mempengaruhi perubahan dalam struktur penghasilan.

Pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Damsar (2011: 8) merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dari pengertian kamus terlihat bahwa melalui pendidikan: satu, orang mengalami pengubahan sikap dan tata laku; dua, orang yang berproses menjadi dewasa, menjadi matang dalam sikap dan tingkah laku; tiga, proses pendewasaan ini dilakukan melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dari kamus Bahasa Indonesia tersebut juga dipahami bahwa pendidikan merupakan proses, cara dan perbuatan mendidik.

(2)

Kemajuan yang sangat pesat dari bangsa Jepang setelah perang dunia kedua tidak terlepas dari pendidikan. Pendidikan telah mempunyai nilai yang menentukan, sebagaimana dibuktikan oleh fakta bahwa hanya Jepang sendirilah diantara semua negara di Asia yang telah mencapai pertumbuhan ekonomi yang luar biasa. Pada tahun 1955 kira-kira separuh dari anak muda Jepang memasuki sekolah menengah dan kurang dari sepuluh persen (10%) memasuki lembaga pendidikan sekolah menengah. Pada akhir tahun 1970 lebih dari sembilan puluh persen (90%), baik anak-anak perempuan maupun anak laki-laki Jepang, telah menamatkan sekolah menengah, dibandingkan dengan kira-kira delapan puluh persen (80%) dari semua anak muda Amerika. Dalam tahun 1975, sembilan puluh tujuh persen (97%) dari anak-anak Jepang yang memasuki sekolah menengah dan menamatkannya, dibanding dengan tujuh puluh sembilan persen (79%) di Amerika. Pada tingkat sesudah sekolah menengah di Jepang, kira-kira dalam jumlah yang sama, laki-laki dan perempuan, memasuki sekolah tinggi, tetapi anak perempuan pada umumnya lebih banyak menamatkan jadwal studi dua tahun, dan anak laki-laki lazimnya lebih banyak menamatkan jadwal studi empat tahun. Meluasnya pendidikan secara cepat itu membantu terjadinya modernisasi Jepang. (Vogel, 1982: 207)

Peningkatan pendidikan tersebut tak terlepas dari peranan keluarga Jepang. Sebelum perang kebanyakan orang Jepang dibesarkan dalam keluarga luas (ie). Ie

merupakan dasar pendidikan dalam keluarga tersebut dan dalam kenyataannya kebanyakan anak biasanya diasuh oleh nenek yang memanjakan daripada oleh ibu mereka sendiri, yang tidak memiliki kewibawaan nyata untuk mengatur mereka. Dahulu bagi seorang ibu, mempunyai anak sendiri berarti mempunyai persyaratan

(3)

untuk mendapatkan jaminan akan tinggal di dalam keluarga suaminya (Fukutake, 1988: 54). Namun setelah perang dunia kedua, sistem ie dihapuskan dan berubah menjadi keluarga inti (kakukazoku) yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Namun didalam pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat yang menyebabkan tumbuhnya banyak perusahaan-perusahaan baru di Jepang, seorang ayah akan menjadi seorang sarariman. Sarariman sendiri diambil dari bahasa inggris yaitu

salaryman yang berarti golongan pekerja yang bekerja di kantor sebagai pegawai tetap. Sebagai seorang sarariman, ayah tidak dapat mendidik anaknya sebagaimana mestinya dikarenakan oleh pekerjaannya. Ia menyerahkan semua tugas dalam mendidik anak dan mengurus rumah tangga kepada istrinya. Istri sebagai ibu dalam rumah tangga berperan aktif dalam kegiatan domestik rumah tangga seperti membersihkan rumah, menyiapkan makanan dan mengurus serta mendidik anaknya untuk menjadi seseorang yang berhasil di sekolah maupun di masyarakat.

Perkembangan ekonomi yang pesat menjadikan masyarakat Jepang sebagai masyarakat yang sarat akan persaingan untuk mendapatkan status sosial yang baik dimata masyarakat. Dengan faktor yang demikian, seorang ibu semakin terdorong untuk mendidik anaknya menjadi manusia yang berkualitas, mempunyai sekolah yang baik, pekerjaan yang baik dan dapat meningkatkan status sosial keluarga dimata masyarakat. Inilah yang menyebabkan munculnya konsep kyouiku mama

yang berarti “ibu pendidikan”. Dapat kita lihat kyouiku mama terdiri dari dua buah kanji yaitu kyouiku (教育) dan mama (ママ), kata kyouiku (教育) memiliki arti “pendidikan” dan mama ditulis dalam huruf katakana (ママ) yang merupakan

(4)

artinya dengan okasan (お母さん) yang berarti “ibu” didalam bahasa Indonesia.

Dan dari pengertian kanji di atas dapat kita simpulkan bahwa kyouiku mama

adalah seorang ibu pendidikan atau education mother dalam bahasa Inggris. Ini merupakan suatu konsep yang mendorong peningkatan pendidikan di Jepang. Dimana anak-anak di Jepang sekarang berlomba-lomba masuk ke perguruan tinggi yang terbaik untuk memperoleh pekerjaan yang baik nantinya. Jika anak-anak kyouiku mama berhasil di sekolah maka kyouiku mama dianggap sukses karena memasuki universitas yang tepat berarti mendapatkan kerja yang bagus 4 tahun kemudian. Di dalam hal pendidikan ini seorang ibu Jepang sangat bersungguh-sungguh pada anaknya. Seperti yang yang dikatakan Toshiaki (2010: 144) dalam The New Paradox for Japanese Women bahwa:

If it is that Japanese parents want quality children, they will invest a lot in education and will try to enroll their children at top flight schools, to cultivate their children’s aesthetic sensibilities through piano, painting, or voice lessons, and to develop their children’s athletic skill so they might even be professional athletes in the future.

Artinya:

Jika benar bahwa orangtua di Jepang menginginkan anaknya berkualitas, mereka akan banyak berinvestasi pada pendidikan anaknya dan akan terus mencoba untuk mendorong anaknya untuk masuk ke sekolah terbaik, atau melihat perkembangan jiwa seni anaknya melalui belajar piano, melukis, les vokal dan juga membangun kemampuan anaknya dalam berolahraga agar suatu saat dimasa depan anaknya dapat menjadi atlet profesional.

(5)

Tidak cukup hanya menerima pelajaran di sekolah, kyouiku mama

mewajibkan juga anaknya mengikuti les tambahan dengan pergi ke juku dan menghabiskan waktu sampai pukul sepuluh atau sebelas malam setiap harinya. Ia selalu melakukan sesuatu yang terbaik bagi anaknya sehingga dengan tanpa sadar ia memasukkan anaknya kelompok kachigumi yaitu kelompok pemenang. Kelompok kachigumi ini adalah sekumpulan murid-murid yang mempunyai prestasi yang baik di sekolah.

Tidak hanya mendorong anaknya untuk terus berprestasi di sekolah,

kyouiku mama juga mendidik moral anaknya supaya menjadi manusia yang sukses dalam dunia pendidikan dan mempunyai moral yang baik dalam hidup bermasyarakat. Ia menanamkan nilai-nilai moral kepada anaknya sejak anaknya berusia dini dan menerapkan kedisplinan yang ketat. Semua dilakukannya untuk menempah mental anaknya supaya menjadi manusia yang berguna di masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa penting untuk membahas ini dan menuangkannya dalam bentuk skripsi dengan judul “ Fenomena Kyoiku Mama terhadap Sistem Pendidikan di Jepang”

1.2.Perumusan Masalah

Peranan seorang ibu di dalam keluarga Jepang menjadi sebuah kunci untuk mengantarkan anaknya ke dalam masyarakat yang sarat akan persaingan karena di lain pihak masyarakat Jepang menganut penilaian “atas bawah” atau ranking dalam status sosial kemasyarakatannya (Sembiring, 2011: 4). Peranan kyoiku mama yang terobsesi pada pendidikan anaknya mulai dari awal mereka masuk ke

(6)

sekolah sampai mereka masuk ke perguruan tinggi cenderung begitu memaksakan kehendak kepada anaknya hingga terkadang anak kebanyakan menghabiskan waktu hanya untuk belajar dan belajar terus menerus, tanpa dapat bersosialisasi dengan ayah, ibu atau saudara-saudaranya. Tidak cukup mengirim anak ikut kelas privat (juku) karena menganggap pelajaran yang diterima di sekolah tidaklah cukup, kyoiku mama juga memaksa anak-anak mereka belajar lebih panjang dari biasanya, hingga 16 jam dalam sehari. Ketatnya persaingan dalam ujian masuk kampus ternama dijadikan tolak ukur dan alasan. Berhasil masuk kampus ternama dianggap menciptakan bibit unggul dalam pasar kerja sehingga dapat memperoleh posisi tinggi dalam pekerjaan dan akhirnya meningkatkan taraf ekonomi keluarganya.

Selain itu, kyoiku mama mempunyai anggapan bahwa citra ibu yang berhasil adalah ibu yang anaknya masuk kampus ternama. Anak yang kuliah di kampus non-unggulan dianggap sebagai anak biasa-biasa saja, dari keluarga biasa-biasa pula, dan ibu yang tidak berhasil. (http://amikaze-sasori.blogspot.com/2009/02/ekonomi-jepang.html)

Adapun permasalahan yang akan dibahas dirumuskan dalam bentuk-bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah sejarah perkembangan konsep kyoiku mama di Jepang? 2. Bagaimana pengaruh konsep kyoiku mama terhadap masyarakat, keluarga

(7)

1.3.Ruang Lingkup Pembahasan

Dalam setiap penelitian diperlukan adanya pembatasan masalah agar pembahasan tidak terlalu melebar sehingga menyulitkan pembaca untuk memahami pokok permasalahan yang dibahas.

Di dalam skripsi ini, penulis membatasi permasalahan penelitian yang berkaitan dengan konsep kyoiku mama yang terjadi dikeluarga sarariman, diwilayah perkotaan dimana seorang ibu hanya berperan sebagai ibu rumah tangga dan memberi pengaruh yang sangat besar dalam pendidikan anaknya dan sebaliknya peran seorang ayah dalam mendidik anak sama sekali tidak terlihat. Selain itu penulis juga membatasi masalah penelitian dengan hanya meneliti pengaruh positif dan negatif kyoiku mama tersebut pada anak dan keluarganya serta lingkungan sosialnya.

1.4.Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

A. Tinjauan Pustaka

Kyoiku mama adalah satu kosakata yang baru muncul dalam generasi baby boomers tahun 1960-an. Daoed Joesoef, seorang mantan menteri Pendidikan Indonesia bermaksud menjelaskan fakta tentang obsesi besar sejumlah ibu akan anak-anak mereka dalam merebut bangku pendidikan di beberapa sekolah (dan kampus) ternama. Terdorong obsesi yang begitu besar, ibu-ibu itu melakukan segala upaya, memastikan (kerap juga memaksa) anak-anak mereka dapat masuk ke sekolah ternama. Tidak cukup mengirim anak ikut kelas privat (juku) karena

(8)

menganggap pelajaran yang diterima di sekolah tidaklah cukup, kyoiku mama juga memaksa anak-anak mereka belajar lebih panjang dari biasanya, hingga 16 jam dalam sehari. Ketatnya persaingan dalam ujian masuk kampus ternama dijadikan tolak ukur dan alasan. Kyoiku mama kerap digambarkan sebagai ibu yang telah mempersiapkan anak mereka, bahkan semenjak taman kanak-kanak. (http://amikaze-sasori.blogspot.com/2009/02/ekonomi-jepang.html)

Keluarga adalah tempat pertama bagi seorang anak untuk belajar mengenal lingkungan dan masyarakat yang ada disekitarnya. Hubungan ibu dan anak pun secara emosional sangat erat, yang juga mempermudah proses pendidikan. Di samping itu, pola kekuasaan juga memberikan kekuatan pada apa yang telah dipelajari; yaitu, kekuasaan dan kekuatan yang lebih besar yang dimiliki orangtua membuat pelajaran mereka lebih berkesan bagi sang anak. Dominasi orangtua, dalam hal ini ibu memegang peranan penting dalam tersampai atau tidaknya ajaran nilai-nilai dan norma-norma yang ditanamkan. (Soekanto, 1992: 10)

Landis dan Mary (1960: 6) mengemukakan bahwa:

We may list the functions of the family as it exists in our society today in three chief division. they are 1. to provide physical care for children; 2. to nurture the growth of personality-to equip the children to live succesfully in their social environment; 3. to meet the emotional needs of adults as well as children in the family.

Artinya:

Kita boleh mendata fungsi keluarga seperti yang ada dalam masyarakat kita hari ini di tiga divisi utama. Mereka adalah 1. untuk memberikan perawatan fisik bagi anak-anak; 2. untuk memelihara pertumbuhan kepribadian-untuk membekali

(9)

anak-anak untuk hidup sukses dalam lingkungan sosial mereka; 3. untuk memenuhi kebutuhan emosional orang dewasa maupun anak-anak dalam keluarga.

Okamura (1973: xi) mengatakan bahwa hal lain yang amat menarik mengenai kehidupan keluarga adalah bahwa ibu adalah pusat dari segala kegiatan keluarga. Keluarga-keluarga Jepang pada umumnya berbentuk keluarga batih dengan rata-rata dua anak perpasang. Peranan sentral dari ibu, terutama dalam hubungannya dengan anak-anaknya, terlihat juga dalam tulisan Tsurumi, yang mengatakan bahwa “…. Keluarga adalah benteng bagi mayoritas wanita Jepang.” (hlm. 120). Hasil dari suatu penelitian nasional (1972-73) oleh panitia penelitian mengenai masalah-masalah wanita yang dibentuk oleh Kantor Perdana Menteri Jepang, memperlihatkan bahwa bagi wanita apa yang menjadikan kehidupan itu paling berarti adalah pertama “anak-anak” (52,16%), kedua “keluarga” (13,2%), ketika “pekerjaan” (9,0%) dan terakhir “suami” dengan hanya 2,7%.

B. Kerangka Teori

Dalam pengerjaan penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan fenomenologis menurut Moeleong dalam Sembiring (2011: 10). Menurut Moeleong pendekatan fenomenologis menekankan rasionalitas dan realitas budaya yang ada serta berusaha memahami budaya dari sudut pandang pelaku budaya tersebut. Dalam penelitian ini, penulis berusaha untuk mengetahui arti peristiwa dan kaitannya terhadap orang-orang dalam situasi tertentu.

Dalam pengerjaan penelitian ini, penulis juga menggunakan pendekatan sosiologi yang meliputi sosiologi keluarga yang merupakan ilmu yang

(10)

mempelajari hubungan antar individu di dalam keluarga, hubungan keluarga dengan keluarga lainnya, serta segala aspek-aspek yang timbul dari hubungan tersebut (Khairuddin, 1997: 4). Penulis menggunakan pendekatan ini karena penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kyoiku mama dengan keluarganya, anaknya dan masyarakat disekitarnya.

Penulis juga menggunakan pendekatan teori pola asuh orang tua menurut Gunarsa dalam Harahap (2014: 5). Menurut Gunarsa pola asuh orang tua merupakan pola interaksi antara anak dengan orang tua yang meliputi bukan hanya pemenuhan fisik dan psikologis tetapi juga norma-norma yang berlaku dimasyarakat agar dapat hidup selaras dengan lingkungan. Kyouiku mama

merupakan ibu yang mendedikasikan dirinya untuk mendidik anaknya supaya dapat sukses dimasa depan. Tidak hanya peduli dengan pendidikan formal yang ada tapi kyouiku mama jug menerapkan norma-norma yang berlaku dimasyarakat agar anaknya kelak menjadi anak berkualitas dalam pendidikan formal maupun dalam sikap bermasyarakat.

1.5.Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

A. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulis untuk membahas tentang dampak konsep kyoiku mama setelah perang dunia kedua adalah:

(11)

2. Untuk mengetahui pengaruh konsep kyoiku mama terhadap masyarakat, keluarga dan anak

B. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Menambah wawasan penulis dan pembaca tentang kyoiku mama

2. Menambah wawasan penulis dan pembaca sejarah perkembangan konsep

kyoiku mama

3. Menambah wawasan penulis dan pembaca tentang pengaruh dari konsep

kyoiku mama terhadap masyarakat, keluarga dan anak

1.6.Metode Penelitian

Dalam mengerjakan penelitian ini Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya (Strauss, 2003: 4) contohnya dapat berupa penelitian tentang kehidupan, riwayat, dan perilaku seseorang, disamping itu juga tentang peranan organisasi, pergerakan sosial, atau hubungan timbal balik. Adapun metode penelitian kualitatif adalah untuk memberikan rincian yang kompleks tentang fenomena yang sulit diungkapkan oleh metode kuantitatif.

Penulis juga menggunakan metode studi kepustakaan (Library research). Menurut Nasution (1996: 14), metode kepustakaan atau Library Research adalah mengumpulkan data dan membaca referensi yang berkaitan dengan topik

(12)

permasalahan yang dipilih penulis. Kemudian merangkainya menjadi suatu informasi yang mendukung penulisan skripsi ini. Studi kepustakaan merupakan aktivitas yang sangat penting dalam kegiatan penelitian yang dilakukan. Beberapa aspek yang perlu dicari dan diteliti meliputi : masalah, teori, konsep, kesimpulan serta saran. Data dihimpun dari berbagai literatur buku yang berhubungan dengan masalah penelitian. Survey book dilakukan diberbagai perpustakaan.

Metode lain yang digunakan penelitian ini adalah metode penerjemahan. Dimana menurut Malo (1985: 97), teori terjemahan adalah menerjemahkan pesan dan amanat yang terdapat dalam bahasa sumber kedalam bahasa sasaran dengan mencari padanan terdekat yaitu dari segi makna dan gaya bahasa. Adapun bahasa yang di terjemahkan Penulis adalah Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia.

Selain itu, penulis juga memperoleh data-data dari beberapa situs di internet yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.

Referensi

Dokumen terkait

pertumbuhan bakteri dengan spektrum yang luas, yaitu dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif dan Gram negatif yang telah diwakilkan oleh kedua bakteri uji

Untuk user tipe customer pada halaman ini akan muncul daftar dari nama area dan mesin yang dimiliki oleh customer, namun customer juga dapat mencari data yang diinginkan

Resp 10: Tidak mengetahui bank konvensional dan kurang tahu tentang bank syariah, hanya tahu sebatas nama saja.. Resp 11:

Kondisi lapangan: dahulu dan sekarang Penurunan Produksi Migas Cadangan Migas yang semakin menipis Fasilitas Operasi Produksi Yang Sudah Menua Reserves Replacement Ratio

Sebagai suatu ideologi bangsa dan negara Indonesia maka Pancasila pada hakikatnya bukan hanya merupakan suatu hasil perenungan dan pemikiran seseorang atau kelompok orang

Konsep-konsep tersebut antara lain meliputi Pengertian Matriks, Operasi Aljabar dan Sifat-sifat Operasi Matriks, Macam-macam Matriks, Matriks Bagian Sub Matriks, Partisi

Dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran program kegiatan di bidang Peningkatan Sarana / Prasarana Aparatur, Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan,

Menjadikan kegiatan sukan dan kokurikulum Bola Sepak sebagai satu kegiatan yang Menjadikan kegiatan sukan dan kokurikulum Bola Sepak sebagai satu kegiatan