PERILAKU
KOMUNIKASI
Agenda Rapat
Selama tahun 2010, DPR-RI komisi IV telah mengadakan RDP dengan
Kementerian Pertanian sebanyak tujuh kali rapat. Berikut ini adalah permasalah agenda yang dibahas dalam rapat selama tahun 2010.
1. Masalah Beras Miskin (Raskin).
2. Permalasahan Swasembada Daging 2014.
3. Program Swasembada Daging 2014.
4. Realisasi Anggaran Tahun 2009 dan Rencana Anggaran Tahun 2010.
5. Swasembada Daging (Regulasi Impor Sapi dan Daging serta Regulasi KUPS).
6. Public Service Obligation dan Subsidi Pupuk Sektor Pertanian. 7. Tindak Lanjut Kunjungan Kerja ke Tj. Priuk dan Audiensi Komisi IV
dengan Himpunan Pedagang Unggas Jakarta.
Untuk menyederhanakan penulisan, jenis agenda tersebut selanjutnya dituliskan dengan agenda dan nomornya.
Agenda 1 = Masalah Beras Miskin (Raskin).
Agenda 2 = Perrmasalahan Swasembada Daging 2014.
Agenda 3 = Program Swasembada Daging 2014.
Agenda 4 = Realisasi Anggaran Tahun 2009 dan Rencana Anggaran Tahun 2010. Agenda 5 = Swasembada Daging (Regulasi Impor Sapi dan Daging, Regulasi
KUPS).
Agenda 6 = Public Service Obligation dan Subsidi Pupuk Sektor Pertanian. Agenda 7 = Tindak Lanjut Kunjungan Kerja ke Tj. Priuk dan Audiensi Komisi IV
dengan Himpunan Pedagang Unggas Jakarta.
Dari tujuh jenis agenda yang dibahas selama tahun 2010, ada dua (28,57
%) masalah yang berhubungan langsung dengan petani dan masyarakat bawah,
yaitu Agenda 2 (Public Service Obligation dan Subsidi Pupuk ) dan Agenda 4
(Beras Untuk Masyarakat Miskin). Sementara (71,43%) agenda lainnya berhubungan tidak langsung dengan kepentingan petani.
Keberpihakan kepada petani tampak lemah dalam memilih agenda RDP selama tahun 2010. Anggota DPR-RI komisi IV lebih tertarik membahas agenda
yang berhubungan dengan kebijakan pemerintah daripada yang berhubungan
dengan kebutuhan langsung petani.
Data ini dapat memberi arti bahwa anggota DPR-RI komisi IV belum memperhatikan kepentingan masyarakat petani, tetapi lebih mementingkan kebutuhan pemerintah. Ketertarikan pada program pemerintah semakin tampak
pada seringnya mereka membahas Swasembada Daging 2014. Swasembada
Daging 2014 dibahas sebanyak tiga kali kesempatan (42,86 %) dari agenda rapat
lainnya.
Timbul pertanyaan, mengapa komisi IV DPR- RI lebih banyak membahas program pemerintah daripada kebutuhan petani langsung? Faktanya, menurut anggota komisi IV swasembada daging lebih penting daripada subsidi pupuk
untuk pertanian. Dalam teori pertukaran sosial yang dikemukakan oleh B.F.
Skinner (1937) dijelaskan bahwa manusia lebih tertarik pada sesuatu hubungan yang memberikan ganjaran keuntungan (reward) daripada yang merugikan. Bila hubungan tersebut menimbulkan keuntungan akan cenderung diulangi. Bila
hubungan tersebut merugikan, akan dihindari, http://www3. uakron.edu/witt/fc/
fcnote5b.htm.
Bila dikaitkan pendapat Skinner dengan data di atas, dapat dikatakan bahwa komisi IV DPR-RI merasa lebih menguntungkan membahas program pemerintah daripada kebutuhan petani langsung. Keuntungan yang diperoleh
anggota komisi IV dalam membahas swasembada daging 2014 dapat berupa ekonomis dan non ekonomis.
Faktor lain dalam pemilihan agenda RDP sering dilakukan berdasarkan persoalan yang mencuat ke permukaan. Bila terjadi kasus yang menarik perhatian banyak pihak maka komisi yang mengurusi bidang itu langsung mengadakan
RDP. Misalnya ada keluhan masyarakat tentang pupuk, maka komisi IV mengadakan RDP tentang pupuk dengan Kementerian Pertanian. Terjadi kasus pencurian pulsa oleh beberapa pihak dikeluhkan masyarakat. Komisi I DPR-RI memanggil Kementerian Komunikasi dan Informatika serta pihak terkait untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Penyusunan agenda seperti di atas terkesan AD HOC, bersifat jangka pendek, hanya menyelesaikan persoalan yang muncul secara kebetulan. Penyusunan agenda yang bersifat AD HOC mengindikasikan kurangnya visi ke depan dan penyusunan program kerja yang terencana dengan sistematis. Agenda
DPR dalam RPD kurang tersusun dan kurang terencara dengan baik, sehingga
dapat dikatakan tidak memiliki program kerja dan arah kebijakan. Di sisi lain penyusunan agenda rapat yang kasuistis biasanya ditentukan dari hasil
pemantauan media massa. Di mana kita tahu liputan media massa sering sekali
kurang menggambarkan realitas masyarakat. Liputan media massa sering
mengedepankan agenda kepentingan elit dan agenda media daripada agenda publik (Severin & Thankar 2005; McQuail 2005; Lievrouw & Livistone 2006). Langkah penyusunan agenda berdasarkan kasus yang mencuat ke permukaan tetap dapat dilakukan bila memang sangat urgen dan realitas yang diberitakan media
massa adalah realitas masyarakat.
Barangkali cukup ideal bila dalam penyusunan agenda RDP dari akumulasi hasil reses dan kunjungan kerja yang dilakukan masing-masing anggota DPR. Hasil reses dan kunjungan kerja ditinjau secara seksama lalu
disusun skala prioritas. Dengan demikian tersusun agenda rapat dan program
pengasawan yang berkelanjutan terhadap program pemerintah.
Perilaku komunikasi
Dalam setiap RDP terjadi penyampaian pesan atau pendapat dari anggota
DPR-RI komisi IV kepada pihak Kementerian Pertanian. Sekali kesempatan penyampaian pesan diartikan sebagai satu perilaku komunikasi. Setiap perilaku komunikasi terdapat sejumlah paragraph dan kalimat. Selama tahun 2010 terdapat
219 perilaku komunikasi, 633 paragraf, 4065 kalimat. Berikut ini akan
digambarkan perilaku komunikasi, paragraf dan kalimat dalam setiap RDP antara komisi IV DPR-RI dengan Kementerian Pertanian tahun 2010.
Tabel 12 Sebaran perilaku komunikasi, jumlah paragraf, dan jumlah kalimat
yang dihasilkan berdasarkan agenda rapat (dalam persen)
Agenda Perilaku Paragraf Kalimat
komunikasi Agenda 1 15,07 20,38 10,04 Agenda 2 2,74 3,79 16,01 Agenda 3 6,39 8,53 11,00 Agenda 4 36,07 27,80 8,95 Agenda 5 10,96 10,43 17,47 Agenda 6 12,79 16,43 3,67 Agenda 7 15,98 12,64 32,87 keterangan :
perilaku komunikasi (N= 219), paragraf (N=633), kalimat (N= 4065)
Dari Tabel 12 dapat diketahui, berdasarkan jenis agenda perilaku
komunikasi lebih banyak (36,07 %) terjadi sewaktu membahas agenda 4 (Realisasi Anggaran tahun 2009 dan Rencana Anggaran tahun 2010). Paling
sedikit perilaku komunikasi terjadi sewaktu membahas agenda 2 (Permasalahan
Swasembada Daging 2014) Artinya, sewaktu membahas masalah anggaran semakin banyak anggota komisi IV yang ikut berbicara. Ketika membahas Permasalahan Swasembada Daging 2014 sedikit anggota komisi IV yang ikut berbicara. Hal ini menunjukkan masalah anggaran lebih menarik untuk
didiskusikan bagi anggota komisi IV DPR-RI daripada masalah lainnya. Ada
keuntungan tersediri bagi anggota komisi IV membahas realisasi anggaran 2009 dan rencana anggaran 2010 daripada membahas permasalahan swasembada daging 2014.
Dilihat dari paragraf yang dihasilkan, ketika membahas Agenda 4
(Realisasi Anggaran Tahun 2009 dan Rencana Anggaran Tahun 2010) paling banyak paragraf yaitu 27,80% yang dihasilkan. Membahas realisasi anggaran tahun 2009 dan rencana anggaran tahun 2010, banyak dan panjang pendapat yang disampaikan. Ketika membahas Agenda 2 (Permasalahan Swasembada Daging
2014) lebih sedikit paragraf yang dihasilkan. Membahas permasalahan swasembada daging 2014 sedikit dan pendek pendapat yang disampaikan. Artinya masalah anggaran lebih menarik untuk didiskusikan bagi anggota komisi IV DPR- RI daripada permasalahan swasembada daging 2014.
Berdasarkan jumlah kalimat, ketika membahas Agenda 7 (Tindak lanjut
banyak kalimat yang dilontarkan yaitu 32,87%. Artinya dalam pembahasan
Tindak lanjut Kunker Tj. Priuk dan Audiensi Himpunan Pedagang Unggas Jakarta
intensitas komunikasi lebih tinggi dan kalimat yang dihasilkan lebih banyak disertai tanya jawab yang serius. Ketika membahas Agenda 6 (Public Service Obligation dan Subsidi Pupuk Sektor Pertanian) paling sedikit (3,67%) kalimat yang disampaikan. Artinya, sewaktu membahas Public Service Obligation dan
Subsidi Pupuk Sektor Pertanian kurang menarik bagi anggota komisi IV DPR-RI.
Setiap pembahasan agenda memerlukan waktu yang bervariasi. Dalam setiap pembahasan terjadi perilaku komunikasi. Rataan waktu yang dihabiskan dalam setiap setiap perilaku komunikasi masing-masing agenda sebagai berikut:
Tabel 13 Rataan waktu setiap perilaku komunikasi berdasarkan agenda rapat
(dalam menit)
Agenda Waktu Rataan
Agenda 1 210 6,22 Agenda 2 75 12,30 Agenda 3 150 10,43 Agenda 4 435 5,31 Agenda 5 235 9,47 Agenda 6 195 6,58 Agenda 7 320 9,80 rataan 235 8,43
Dari Tabel 13 dapat diketahui jumlah waktu yang dihabiskan, ketika
membahas Realiasasi Anggaran 2009 dan Rencana Anggaran 2010 paling banyak
waktu dibutuhkan yaitu 435 menit. Dalam membahas Permasalahan Swasembada Daging 2014 paling sedikit waktu yang dihabiskan yaitu 75 menit. Artinya rapat Realisasi anggaran 2009 dan rencana anggaran 2010 lebih alot daripada masalah lainnya.
Setiap perilaku komunikasi memiliki rataan waktu dalam setiap agenda
RDP. Rataan tertinggi ketika membahas agenda 2. Sedangkan rataan waktu terendah dalam setiap perilaku komunikasi ketika membahas agenda 4. Bila dihitung waktu setiap agenda rapat, diperoleh rataan 235 menit. Artinya setiap RDP menghabiskan waktu rataan 235 menit. Bila dihitung waktu setiap perilaku
komunikasi diperoleh rataan 8,34 menit. Artinya setiap kesempatan seorang
Data pada Tabel 12 dan 13 menunjukkan gejala menarik. Khususnya untuk
pembahasan agenda Realisasi Anggaran tahun 2009 dan Rencana Anggaran
Tahun 2010, banyak perilaku komunikasi, namun rataan waktu setiap perilaku komunikasi paling singkat (5,31 menit). Masalah anggaran (uang) sensitif dan menarik banyak orang untuk ikut berbicara.
Rataan waktu setiap perilaku komunikasi paling tinggi tedapat pada saat
membahas Permasalahan Swasembada Daging 2014 yaitu 12,30 menit, Artinya
setiap pelaku perilaku komunikasi membutuhkan waktu rataan 12,30 menit dalam menyampaikan pendapatnya, Sementara rataan waktu paling singkat dalam setiap perilaku komunikasi ditemukan ketika membahas Realisasi anggaran 2009 dan
Rencana Anggaran 2010, yaitu 5,31 menit.
Dalam rapat setiap pembicara menghabiskan waktu 8,43 menit adalah waktu yang cukup lama. Data ini memberi gambarkan bahwa terlalu lama waktu yang dibutuhkan oleh setiap orang untuk mengutarakan buah pikirannya. Waktu sepanjang itu dalam menyampaikan pendapat dapat diduga banyak memuat
kalimat yang bertele-tele dan kurang fokus.
Dari notulensi rapat memang dapat ditemukan, pada umumnya setiap anggota DPR-RI komisi IV mendapat kesempatan berbicara, cenderung didahului dengan kalimat terimakasih dan penghormatan kepada pihak lain. Berikut itu ini salah satu contoh kesempatan berbicara dalam RDP.
Terimakasih Ibu Anna.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Sebelumnya saya mohon maaf kepada rekan-rekan dari anggota
komisi IV kalau saya minta nomor satu. Karena pukul 11.30 WIB saya harus meninggalkan ruangan untuk menghadiri rapat dengan
pimpinan.
Pimpinan yang terhormat,
Pertama-tama kami ucapkan terimakasih atas penjelasan yang disampaikan oleh Saudara Dirjen Bulog dan Saudara Tjuk selaku wakil dari Kepala Badan Ketahanan Pangan.
Ucapan terimakasih dan penghormatan memang sadah menjadi budaya bangsa Indonesia. Sudah menjadi kebiasaan hampir setiap orang dalam
pembukaan pembicaraan menyampaikan terimakasih dan rasa hormat kepada pihak lain. Bila tidak dilakukan, orang lain menilai pembicara terlalu sombong dan kurang etis. Gejala seperti ini yang banyak membuat rapat kurang dapat
dipastikan berapa lama. Sering sekali rapat yang direncanakan 2 jam molor menjadi 2,5 jam bahkan hingga 3 jam.
Tingkat Kehadiran dan Partisipasi
Uraian berikutnya mengenai tingkat kehadiran dan tingkat partisipasi anggota DPR-RI komisi IV dalam RDP tahun 2010. Tingkat kehadiran yang
dimaksud adalah jumlah anggota yang hadir dalam setiap RDP. Sedangkan tingkat partisipasi adalah keaktifan dalam setiap RDP. Berpartisipasi aktif apabila anggota komisi IV menyampaikan pendapat atau bertanya selama rapat. Tidak
berpartisipasi aktif apabila anggota komisi IV tidak menyampaikan pendapat atau
bertanya selama rapat.
Tabel 14 Sebaran tingkat kehadiran dan tingkat partisipasi anggota komisi IV DPR-RI dalam RDP (dalam persen)
Agenda Kehadiran Partisipasi
Agenda 1 72,00 61,11 Agenda 2 64,00 25,00 Agenda 3 52,00 53,85 Agenda 4 81,13 60,47 Agenda 5 80,00 50,00 Agenda 6 83,02 36,36 Agenda 7 56,60 30,00 Rataan 69,82 45,26
Dari Tabel 14 dapat diketahui, tingkat kehadiran paling rendah (52,00 %) terjadi sewaktu RDP membahas agenda 3 Program Swasembada Daging 2014). Tingkat kehadiran paling tinggi (83,02 %) terjadi sewaktu membahas agenda 6 (Public Service Obligation dan Subsidi Pupuk Sektor Pertanian). Dapat juga dikatakan, membahas Public Service Obligation dan Subsidi Pupuk Sektor
Pertanian lebih menarik bagi anggoa komisi IV daripada Program Swasembada
Daging 2014.
Rataan kehadiran dalam RPD menunjukkan 69,82 %. Kehadiran dalam RDP merupakan indikator keseriusan anggota komisi IV DPR-RI menjalankan
tugas sebagai wakil rakyat. Secara umum dapat dikatakan, kehadiran yang tinggi
pertanda serius menjalankan tugas. Kehadiran yang rendah pertanda kurang serius menjalankan tugas.
Namun bila ditinjau dari tingkat parsitipasi yang hadir dalam RDP, cukup
memprihatinkan. Tingkat partisipasi yang paling tinggi hanya 61,11 %. Ini
memberi gambaran minat anggota komisi IV untuk turut membahas agenda rapat cukup rendah.
Tingkat partisipasinya paling tinggi 61,11 % terjadi sewaktu membahas agenda 1 (Beras Untuk Rakyat Miskin). Artinya masalah beras untuk rakyat
miskin lebih menarik bagi anggota komisi IV DPR-RI untuk berpartisipasi
membahasnya. Sedangkan yang paling rendah (25,00 %) tingkat partisipasinya sewaktu membahas agenda 2 (Permasalahan Swasembada Daging 2014). Artinya permasalahan swasembada daging 2014 tidak menarik perhatian anggota komisi
IV DPR-RI untuk turut serta membahasnya.
Rataan tingkat partisipasi dalam setiap RDP menunjukkan 45,26 %. Data ini menunjukkan bahwa sangat rendah keikutsertaan anggota komisi IV berbicara dan membahas agenda rapat. Walaupun banyak yang hadir, namun tidak ikut berbicara dan tidak ikut membahas. Beberapa anggota komisi IV yang hadir
dalam RDP hanya melepaskan kewajiban, tetapi tidak fungsional.
Perilaku Komunikasi berdasarkan Jenis Kelamin
Perilaku komunikasi antara laki-laki dan perempuan dalam setiap RDP berbeda dalam jumlah. Berikut ini perilaku komunikasi yang dilakukan oleh anggota komisi IV dalam RDP dengan kementerian pertanian selama tahun 2010 yang dipisahkan berdasarkan jenis kelamin.
Tabel 15 Sebaran perilaku komunikasi anggota komisi IV DPR-RI dalam setiap agenda RDP yang dibedakan berdasarkan jenis kelamin (dalam persen)
Agenda Laki-laki Perempuan
Agenda 1 93,90 6,10 Agenda 2 100,00 0,00 Agenda 3 100,00 0,00 Agenda 4 97,50 2,50 Agenda 5 100,00 0,00 Agenda 6 92,90 7,10 Agenda 7 100,00 0.00 N=219
Berdasarkan Tabel 15 di atas dapat diketahui laki-laki lebih sering
melakukan perilaku komunikasi dari perempuan. Bahkan beberapa kali RDP
komunikasi. Dapat disimpulkan anggota DPR-RI komisi IV yang berjenis kelamin
laki-laki lebih banyak melakukan perilaku komunikasi sewaktu RDP dengan
Kementerian Pertanian tahun 2010.
Bila dilihat per agenda, perempuan hanya memilih melakukan komunikasi pada agenda 1, agenda 4, dan agenda 6. Artinya perempuaan lebih tertarik berbicara pada masalah Beras Miskin, masalah Realisasi Anggaran tahun 2009
dan Rencana Anggaran tahun 2010, dan masalah Public Service Obligation dan
Subsidi Pupuk Sektor Pertanian. Dua dari tiga agenda yang dipilih perempuan untuk berpartisipasi melakukan komunikasi, berhubungan langsung dengan masalah petani. Dapat dikatakan, perempuan lebih perduli masalah petani
daripada laki-laki.
Tingginya frekuensi perilaku komunikasi laki-laki daripada perempuan disebabkan oleh jumlah laki-laki jauh lebih banyak daripada perempuan. Data tentang jumlah anggota komisi IV DPR-RI berdasarkan jenis kelamin telah digambarkan sebelumnya (Tabel 5). Jumlah anggota komisi IV DPR-RI laki-laki
47 orang (88,7%) dan perempuan 6 orang (11,3%).
Perilaku Komunikasi berdasarkan Kelompok Umur
Perilaku komunikasi angggota DPR-RI komisi IV dalam setiap RDP dibedakan berdasarkan umur. Perilaku komunikasi anggota DPR-RI komisi IV dalam setiap RDP yang dibedakan berdasarkan kelompok umur disajikan dalam Tabel berikut ini.
Tabel 16 Sebaran perilaku komunikasi anggota komisi IV DPR-RI dalam setiap jenis agenda RDP yang dibedakan berdasarkan kelompok umur
(dalam persen)
Agenda < 41 tahun 41-50 tahun 51- 60 tahun > 60 tahun
Agenda 1 30,30 21,20 30,30 18,20 Agenda 2 0,00 33,30 50,00 16,70 Agenda 3 0,00 35,70 50,00 14,30 Agenda 4 10,10 48,10 39,20 2,50 Agenda 5 0,00 58,30 33,30 8,30 Agenda 6 3,60 57,10 39,30 0,00 Agenda 7 0,00 60,00 40,00 0,00 N=219
Dari Tabel 16 dapat diketahui secara umum perilaku komunikasi paling sering dilakukan oleh kelompok umur 41 – 50 tahun dan paling jarang dilakukan
oleh kelompok umur di atas 60 tahun. Artinya kelompok umur 41 – 50 tahun lebih
sering menyampaikan pendapat dalam RDP.
Berdasarkan agenda, kelompok umur kurang dari 41 tahun melakukan komunikasi pada tiga agenda, yaitu agenda 1, agenda 4, dan agenda 6. Kelompok umur 41 – 50 tahun melakukan komunikasi pada semua agenda. Kelompok umur 51 – 60 tahun melakukan komunikasi pada semua agenda. Kelompok umur di atas
60 tahun melakukan komunikasi pada lima agenda. Pada RDP agenda 1 perilaku
komunikasi didominasi kelompok umur < 41 tahun dan kelompok umur 51 – 60 tahun. Agenda 2 perilaku komunikasi didominasi oleh kelompok umur 51 – 60 tahun. Agenda 3 perilaku komunikasi didominasi oleh kelompok umur 51 – 60
tahun. Agenda 4, 5, 6, dan 7 perilaku komunikasi didominasi oleh kelompok umur
41 – 50 tahun.
Data pada Tabel 16 memberi arti, kelompok umur < 41 tahun tertarik pada masalah Beras Miskin, Realisasi Anggaran Tahun 2009 dan Rencana Anggaran Tahun 2010, dan Public Service Obligation dan subsidi Pupuk Sektor Pertanian.
Masalah yang diminati lebih dekat dengan kebutuhan petani.
Perbedaan perilaku komunikasi anggota DPR RI komisi IV bila ditinjau berdasarkan kelompok umur disebabkan oleh jumlah peserta (Tabel 6). Semakin sedikit jumlah anggota kelompok umur, semakin jarang melakukan komunikasi.
Perilaku Komunikasi berdasarkan Agama
Selanjutnya perilaku komunikasi angggota DPR-RI komisi IV dalam setiap RDP dibedakan berdasarkan agama. Perilaku komunikasi anggota DPR-RI komisi IV dalam setiap RDP yang dibedakan berdasarkan agama disajikan dalam
Tabel berikut ini.
Tabel 17 Sebaran perilaku komunikasi anggota komisi IV DPR-RI dalam setiap jenis agenda RDP yang dibedakan berdasarkan agama (dalam persen) Agenda Islam Protestan Katholik Hindu Budha
Agenda 1 9,60 0,00 4,10 1,40 0,00 Agenda 2 2,30 0,50 0,00 0,00 0,00 Agenda 3 2,70 3,70 0,00 0,00 0,00 Agenda 4 21,00 12,30 0,50 1,80 0,50 Agenda 5 2,30 7,80 0,00 0,90 0,00 Agenda 6 5,50 6,40 0,00 0,50 0,50 Agenda 7 6,80 6,80 0,00 0,90 1,40 N= 219
Dari Tabel 17 dapat diketahui secara umum perilaku komunikasi paling
sering dilakukan anggota DPR-RI komisi IV yang agama Islam. Perilaku
komunikasi paling jarang dilakukan anggota DPR-RI komisi IV yang agama Budha.
Perbedaan perilaku komunikasi anggota DPR RI komisi IV bila ditinjau
berdasarkan agama disebabkan oleh jumlah peserta (Tabel 7). Semakin sedikit jumlah anggota berdasarkan agama, semakin jarang melakukan komunikasi.
Perilaku Komunikasi berdasarkan Tingkat Pendidikan
Frekuensi perilaku komunikasi anggota komisi IV selama RDP dengan Kementerian Pertanian tahun 2010 yang dibedakan berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 18 Sebaran perilaku komunikasi anggota komisi IV DPR-RI dalam setiap
jenis agenda RDP dibedakan berdasarkan tingkat pendidikan (dalam persen) Agenda SMU/sederajat S1 S2 S3 Agenda 1 0,00 81,80 15,20 3,00 Agenda 2 0,00 66,70 33,30 0,00 Agenda 3 0,00 35,70 42,90 21,40 Agenda 4 1,30 34,20 49,40 15,20 Agenda 5 0,00 45,80 54,20 0,00 Agenda 6 3,60 46,40 32,10 17,90 Agenda 7 8,60 28,60 34,30 28,60 N=219
Dari Tabel 18 dapat diketahui perilaku komunikasi paling sering (44,3%) dilakukan oleh anggota yang berpendidikan Strata 1. Perilaku komunikasi paling sedikit (2,3%) dilakukan oleh anggota yang berpendidikan SMU/sederajat. Anggota DPR-RI komisi IV yang berpendidikan SMU/sederajat melakukan
komunikasi pada waktu membahas agenda 4, agenda 6, dan agenda 7. Anggota
DPR-RI komisi IV yang berpendidikan S3 melakukan komunikasi pada setiap agenda rapat kecuali waktu membahas agenda 5. Anggota DPR-RI komisi IV yang berpendidikan S1 dan S2 melakukan komunikasi pada setiap agenda.
Membahas agenda 1, 2, 5, dan 6 perilaku komunikasi paling sering dilakukan oleh
perilaku komunikasi paling sering dilakukan oleh anggota DPR-RI komisi IV
yang berpendidikan S2.
Dari Tabel 18 dapat disimpulkan anggota DPR-RI komisi IV yang pendidikannya S1 dan S2 lebih sering menyampaikan pendapat dan pertanyaan dalam rapat. Perbedaan frekuensi melakukan komunikasi disebabkan oleh jumlah yang berbeda (Tabel 8). Semakin sedikit jumlah anggota yang semakin jarang
melakukan komunikasi.
Masalah Beras Miskin, Realisasi Anggaran Tahun 2009 dan Rencana Anggaran Tahun 2010, serta Public Service Obligation dan Subsidi Pupuk Sektor Pertanian menarik perhatian anggota DPR-RI komisi IV yang berpendidikan
SMU/sederajat. Masalah ini lebih dekat dengan kebutuhan petani. Sedangkan
anggota DPR-RI komisi IV yang berpendidikan S3 tidak tertarik membicarakan masalah Regulasi Swasembada Daging 2014.
Perbedaan perilaku komunikasi ini, disebabkan oleh jumlah anggota komisi IV (Tabel 8) lebih dominan pada pendidikan S1 dan S2.
Perilaku Komunikasi berdasarkan Fraksi
Frekuensi perilaku komunikasi anggota komisi IV dalam RDP dengan
Kementerian Pertanian tahun 2010 dibedakan berdasarkan fraksi dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 19 Sebaran perilaku komunikasi anggota komisi IV DPR-RI dalam setiap jenis agenda RDP dibedakan menurut fraksi (dalam persen)
Agenda Demokrat Golkar PDIP PKS PAN PPP PKB Gerindra Hanura
Agenda 1 18,20 18,20 0,00 33,30 6,10 15,20 3,00 3,00 3,00 Agenda 2 0,00 33,30 0,00 16,70 0,00 33,30 0,00 16,70 0,00 Agenda 3 0,00 50,00 0,00 14,30 0,00 0,00 14,30 14,30 7,10 Agenda 4 25,30 31,60 7,60 13,90 15,20 1,30 2,50 1,30 1,30 Agenda 5 16,70 33,30 0,00 29,20 8,30 8,30 4,20 0,00 0,00 Agenda 6 14,30 35,70 3,60 21,40 14,30 0,00 0,00 3,60 7,10 Agenda 7 0,00 48,60 2,90 8,60 8,60 0,00 25,70 0,00 5,70 N=219
Dari Tabel 19 dapat diketahui fraksi Golkar lebih banyak sering melakukan komunikasi selama RDP. Perilaku komunikasi kedua terbanyak dilakukan oleh fraksi PKS. Ketiga terbanyak dilakukan oleh fraksi Demokrat.
Keempat terbanyak dilakukan oleh fraksi PAN. Kelima terbanyak dilakukan oleh
dilakukan fraksi PDIP. Kedelapan terbanyak dilakukan oleh fraksi Hanura.
Sedangkan yang paling jarang melakukan komunikasi adalah fraksi Gerindra.
Hal ini berarti yang paling banyak mengemukakan pendapat adalah fraksi Golkar, PKS dan Demokrat. Data ini dapat diartikan bahwa fraksi Golkar lebih perduli dan perhatian terhadap masalah pertanian dari fraksi lainnya. Lebih banyak melakukan komunikasi dapat pula berarti tanggungjawabnya menjalankan
kewajiban sebagai wakil rakyat lebih tinggi. Golkar dapat dikatakan lebih
perhatian pada pertanian, karena dalam setiap agenda RDP, fraksi Golkar banyak melakukan komunikasi.
Fraksi yang banyak memperhatikan pertanian dapat diartikan dalam dua
kemungkinan. Pertama fraksi tersebut berkeinginan kuat untuk meningkatkan
kinerja pemerintah dalam bidang pertanian. Kedua fraksi tersebut ingin menyudutkan pemerintah dalam bidang tersebut. Dalam kasus ini, yang paling mendekati adalah kemungkinan pertama, karena fraksi Golkar cenderung memberikan masukan kepada pemerintah agar bidang pertanian lebih maju. Fraksi
Golkar berasal dari partai koalisi pemerintah.
Gejala yang sama ditampilkan oleh fraksi PKS dan Demokrat. Khusus untuk fraksi PKS, mereka melakukan komunikasi lebih sering untuk turut mendukung Menteri Pertanian tahun 2010 berasal dari partai PKS. Karena menteri berasal dari PKS, maka anggota DPR-RI komisi IV yang berasal dari
fraksi PKS memberikan perhatian dan dukungan yang besar terhadap program
pertanian. Setiap agenda RDP, selalu mendapat perhatain dari fraksi PKS.
Fraksi Demokrat lebih sedikit melakukan komunikasi atau menyampaikan pendapat dari pada Golkar dan PKS. Data ini kurang sesuai harapan. Karena Demokrat partai pendukung pemerinah yang berkuasa, selayaknya Demokrat
banyak memberi masukan kepada pemerintah seperti yang dilakukan oleh Golkar dan PKS. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Martin & Vanberg (2008) di Eropa partai politik pendukung pemerinah lebih banyak melakukan tindak komunikasasi daripada partai oposisi dalam debat terbuka untuk menunjukkan
dukungannya. Ditambah lagi, jumlah anggota komisi IV yang berasal dari
Demokrat jauh lebih banyak dari [artai lainnya.
Tetapi yang menjadi pertanyaan adalah perilaku komunikasi Fraksi PDIP yang sedikit menyampaikan pendapat. Fraksi PDIP berasal dari partai yang
menyatakan diri sebagai oposisi pemerintah. Fraksi PDIP juga dikenal dengan
partai wong cilik seperti petani dan nelayan. Namun PDIP tidak banyak
melakukan kritik terhadap kebijakan pemerintah di bidang pertanian.
Mungkin program pemerintah dibidang pertanian sudah sangat baik dalam penilaian fraksi PDIP. Atau menurut penilaian Praksi PDIP, program Kementerian Pertanian tahun 2010 sudah mengakomodir kepentingan wong cilik. Karena itu tidak perlu kritik. Bila sudah baik, selayaknya fraksi PDIP memberi
dukungan dengan melakukan komunikasi.
Kemungkinan kedua, anggota fraksi PDIP tidak menguasai bidang pertanian, sehingga sedikit yang melakukan kritik. Namun kemungkinan ini
sangat kecil. Sebab anggota DPR-RI adalah orang pintar-pintar dan terpilih
sehingga mereka dapat duduk menjadi anggota legislatif.
Kemungkinan ketiga fraksi PDIP tidak tertarik pada bidang pertanian tetapi lebih tertarik pada bidang anggaran, Terbukti dari tujuh permasalah yang dibahas, sewaktu membahas anggaran anggota dari fraksi PDIP banyak
mengemukakan pendapat. Sewaktu membahas masalah beras untuk rakyat miskin dan swasembada daging anggota fraksi PDIP tidak menyampaikan pendapat.
Dilihat dari jumlah anggota fraksi di komisi IV, fraksi PDIP adalah terbanyak ketiga setelah Demokrat dan Golkar. Antara Golkar dan PDIP memiliki
jumlah anggota yang sama sebanyak 10 orang (Tabel 9). Fraksi yang jarang
melakukan komunikasi seperti Gerindra dan Hanura disebabkan oleh jumlah anggota yang sedikit.
Martin & Vandenbergen (2008) mengatakan bahwa partai oposisi sedikit melakukan komunikasi dalam debat terbuka karena mereka lebih memperhatikan
masalah-masalah yang spesifik yang mampu menunjukkan mereka sebagai partai oposisi dan memperjuangkan kepentingan konstituennya. Masalah pertanian adalah masalah rakyat Indonesia yang paling dominan, karena penduduk Indonesia lebih banyak menjadi petani. Petani pada umumnya adalah masyarakat
yang dekat dengan kriteria wong cilik, Karena itu sangat wajar bila PDIP banyak
menaruh perhatian pada masalah petani.
Dari gambaran di atas, fraksi yang banyak melakukan komunikasi adalah yang memperhatikan kepentingan rakyat petani. Karena merekalah yang terbukti memperhatikan masalah yang menyangkut hajat banyak penduduk Indonesia.
Fraksi-fraksi tersebut telah memperjuangkan kepentingan petani melalui perilaku
komunikasi mereka sewaktu rapat di komisi IV dengan Kementerian Pertanian.
Dapat pula dikatakan, fraksi-fraksi yang banyak mengemukakan pendapat dalam
RDP merupakan fraksi yang menyuarakan kepentingan rakyat petani.
Perilaku Komunikasi berdasarkan Jenis Pekerjaan Awal
Frekuensi perilaku komunikasi anggota komisi IV dalam RDP dengan
Kementerian Pertanian tahun 2010 yang dibedakan berdasarkan jenis pekerjaan awal dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 20 Sebaran perilaku komunikasi anggota komisi IV DPR-RI dalam setiap
jenis agenda RDP dibedakan berdasarkan jenis pekerjaan awal (dalam persen)
Agenda Pengusaha Aktivis Kader partai Dosen PNS TNI/ POLRI Agenda 1 51,50 48,50 0,00 0,00 0,00 0,00 Agenda 2 50,00 50,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Agenda 3 50,00 28,60 21,40 0,00 0,00 0,00 Agenda 4 58,20 17,70 17,70 3,80 1,30 1,30 Agenda 5 29,20 16,70 41,70 4,20 0,00 8,30 Agenda 6 64,30 10,70 25,00 0,00 0,00 0,00 Agenda 7 45,70 25,70 20,00 8,60 0,00 0,00 N=219
Dari Tabel 20 dapat diketahui perilaku komunikasi paling sering dilakukan oleh anggota komisi IV yang jenis pekerjaan awal adalah pengusaha. Terbanyak
kedua dilakukan oleh pekerjaan sebagai aktivis. Terbanyak ketiga dilakukan pekerjaan sebagai kader partai. Terbanyak keempat dilakukan pekerjaan sebagai dosen. Terbanyak kelima dilakukan oleh pekerjaan sebagai TNI/Polri. Sedangkan yang paling jarang melakukan komunikasi adalah anggota yang memiliki
pekerjaan awal sebagai PNS.
Artinya anggota komisi IV yang memiliki jenis pekerjaan awal sebagai pengusaha lebih sering mengemukakan pendapat atau bertanya dalam RDP. Pekerjaan anggota komisi IV yang berasal dari pengusaha lebih perhatian pada
masalah pertanian daripada anggota yang berasal dari jenis pekerjaan lainnya.
Perbedaan jumlah perilaku komunikasi tersebut disebabkan oleh jumlah anggota yang berasal dari jenis pekerjaan tersebut lebih banyak. Semakin banyak
jumlah anggota dari pengusaha maka semakin sering melakukan komunikasi
(Tabel 10).
Anggota komisi IV yang berasal dari pengusaha lebih banyak melakukan komunikasi dalam RDP dengan Kementerian Pertanian sangat menarik untuk dikaji. Biasanya pengusaha memiliki pola pikir bagaimana menciptakan keuntungan dalam usahanya. Sedangkan yang dibicarakan adalah masalah
pertanian. Ada kemungkinan pengusaha yang ada di komisi IV adalah pengusaha
dalam bidang pertanian, sehingga menarik bagi mereka untuk terlihat dalam membicarakan kehijakan dalam bidang pertanian.
Yang menarik berikutnya adalah perbedaan perilaku komunikasi antara
aktivis dan kader partai, walaupun jumlahnya sama, tetapi frekuensi perilaku
komuniasi lebih sering dilakukan aktivis daripada kader partai. Aktivis dikenal sebagai anggota masyarakat yang perduli pada bidang tertentu sehingga ia aktif menggeluti bidang tersebut. Pekerjaan sebagai aktivis inilah menjadikan yang bersangkutan lebih sering melakukan komunikasi daripada kader partai.
Kader partai, biasanya menjadikan persoalan yang menyangkut kepentingan masyarakat banyak sebagai komoditas komunikasi dengan konstituennya. Sewaktu kampanye para calon legislatif selalu memilih topik pembicaraan mengenai persoalan-persoalan yang berhubungan dengan masyarakat banyak seperti pertanian, kesehatan, dan pendidikan. Namun setelah
terpilih dan duduk di DPR-RI, membahas bidang pertanian kurang manarik bagi mereka. Terjadi perubahan perhatian dalam memilih bahan komunikasi.
Perilaku Komunikasi berdasarkan Masa Bakti
Frekuensi perilaku komunikasi anggota komisi IV DPR-RI dalam RDP
dengan Kementerian Pertanian tahun 2010 dibedakan berdasarkan masa bakti atau pengalaman dapat dilihat pada Tabel berikut ini,
Tabel 21 Sebaran perilaku komunikasi anggota komisi IV DPR-RI dalam setiap
jenis agenda RDP dibedakan berdasarkan masa bakti (dalam persen)
Agenda Priode
Pertama Kedua Ketiga Keenam
Agenda 1 51,50 48,50 0,00 0,00 Agenda 2 50,00 50,00 0,00 0,00 Agenda 3 50,00 28,60 21,40 0,00 Agenda 4 58,20 17,70 17,70 3,80 Agenda 5 29,20 16,70 41,70 4,20 Agenda 6 64,30 10,70 25,00 0,00 Agenda 7 45,70 25,70 20,00 8,60 N=219
Dari Tabel 21 diketahui yang paling sering melakukan komunikasi adalah anggota komisi IV yang memiliki masa bakti satu priode. Perilaku komunikasi
kedua terbanyak dilakukan oleh anggota yang memiliki masa bakti dua priode. Perilaku komunikasi ketiga terbanyak dilakukan oleh anggota yang memiliki masa bakti tiga priode. Perilaku komunikasi keempat terbanyak dilakukan oleh anggota yang memiliki masa bakti enam priode. Sedangkan anggota komisi IV
yang memiliki masa bakti empat priode dan lima priode tidak melakukan perilaku
komunikasi.
Artinya, semakin sedikit masa bakti (pengalaman) semakin sering melakukan komunikasi. Sebaliknya semakin lama masa bakti (pengalaman)
semakin jarang melakukan perilaku komunikasi.
Data pada Tabel 21 memberi arti bahwa anggota komisi IV yang baru memasuki priode pertama jadi anggota legislatif merasakan hal baru. Karena pengalaman baru menjadikannya berperilaku lebih reaktif daripada yang sudah beberapa priode. Sebagaimana dikatakan banyak orang karena terlalu lama
menjalankan peran tertentu akan menurunkan sensitivitas seseorang. Semakin baru menjalan peran tertentu akan semakin perhatian pada peran tersebut.
Bagi anggota komisi IV yang baru satu priode menjadi anggota legislatif dapat juga mengalami Hawthorne effect, Dalam teori Hawthorne effect dijelaskan bahwa seseorang yang menyadari diri sedang diberi peran dan diperhatikan oleh
banyak orang akan menata perilakunya agar ideal sesuai dengan harapan yang
memberi peran,
Sama halnya yang dialami oleh anggota komisi IV yang baru memasuki satu priode merasa dia menjalankan peran istimewa dan menjadi sorotan
masyarakat, maka perilakunya diatur sedemikian rupa sehingga mendekati
perilaku ideal, Sedangkan anggota yang banyak pengalaman memandang
perannya semakin tidak menarik dan perilaku yang ditampilkan seadanya sekedar memenuhi standar minimal yang diharapkan.
Selama tahun 2010, Swasembada daging banyak menyita perhatian anggota komisi IV DPR-RI dengan meng-agenda-kan 3 pertemuan. Tingginya
perhatian anggota DPR-RI komisi IV terhadap swasembada daging dapat
dikatakan sebagai indikasi bahwa DPR lebih mengutamakan kepentingan pemerintah dari pada masyarakat. Swasembada daging memang memuat kepentingan masyarakat secara umum, khusus untuk konsumsi daging yang
semakin meningkat di dalan negeri.
Menurut Rencana Strategis Kementerian Pertanian, perumusan program prioritas tahun 2010 – 2015 adalah swasembada daging dan swasembada gula. Kedua swasembada ini dipilih karena bahan kebutuhan pokok lain seperti beras, jagung dan kedelai sudah swasembada.
Program swasembada daging tahun 2014 dijadikan pemerintah, khususnya Kementerian Pertanian sebagai program unggulan cukup beralasan. Karena pertumbuhan sektor peternakan sejak tahun 1999-2003 cukup baik dibandingkan dengan sector pertanian lainnya. Di sisi lain jumlah petani yang terlibat dalam sektor peternakan semakin meningkat 5,62 juta pada tahun 1999 menjadi 6,51 juta
pada tahun 2003 (Ilham 2010).
Program Swasembada Daging memang telah tiga masa pemerintahan dijadikan prioritas pambangunan pertanian, yaitu tahun 2005, 2010, dan 2014. Dua priode rencana pembangunan sebelumnya selalu gagal. Mempelajari kegagalan pada tahun 2005 dan 2010 menjadi modal bagi Kementerian Pertanian
agar swasembada daging 2014 sangat mungkin tercapai.
Beberapa kali kegagalan program ini pula yang menjadikan perhatian anggota komisi IV DPR-RI tinggi pada program swasembada daging 2014. Komisi IV DPR-RI menjadikan swasembada daging 2014 sebagai agenda serius
dan jangan sampai gagal. Keseriusan komisi IV terhadap program swasembada
daging 2014 ditandai dengan pembentukan Panitia Kerja. Panita Kerja ini bertugas untuk mengawal program swasembada daging 2014 tidak gagal lagi.
Pemerintahan Indonesia tahun 2009-2014 dijalankan oleh Kabinet
Indonesia Bersatu Jilid II yang dikenal dengan pemerintahan koalisi. Kabinet
Indonesia Bersatu Jilid II didukung oleh enam partai koalisi yaitu Partai Demokrat (PD), Partai Golkar (PG), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Sedangkan tiga partai lainnya PDIP, Gerindra dan Hanura tidak
menjadi anggota koalisi. Pembentukan koalisi bertujuan agar pemerintahan
mendapat dukungan penuh dari partai atau fraksi yang ada. Sewaktu membuat dan mengeluarkan kebijakan, tidak banyak fraksi yang menolak.
Pemerintahan eksekutif koalisi diikuti juga oleh anggola legislatif yang
berkoalisi, Menjadi wajar bila program eksekutif didukung oleh anggota
legislatifnya. Kementerian Pertanian mengusulkan program swasembada daging 2014 maka anggota DPR-RI mendukungnya dan menjadikannya sebagai agenda RDP. Kurang etis bila anggota legislatif mengkritis atau menolak program pemerintah eksekutif.
Dari uraian di atas, dapat ditemukan suatu kecenderungan perilaku komunikasi anggota DPR-RI komisi IV dalam RDP ditentukan oleh persepsi terhadap isu yang dibahas, hubungan anggota dengan pemerintah, dan kekuasaan yang dimiliki. Dalam bidang isu yang dibahas, tidak semua anggota terlibat membahas. Anggota DPR-RI komisi IV memilih isu yang menurut penilaiannnya
penting dan menarik.
Dalam unsur hubungan anggota dengan kementerian yang hadir di RDP. Hubungan yang harmonis dan saling percaya akan melahirkan komunikasi yang mendukung. Berbeda dengan anggota DPR yang memiliki hubungan kuranng baik dengan kementerian akan cenderung pesan komunikasi bersifat menyudutkan atau
penyangkalan. Pesan dari partai/fraksi koalisi akan sedikit berbeda dengan pesan dari partai/fraksi oposisi.
Persepsi terhadap hak yang dimiliki anggota. Bila anggota mempersepsi bawha dirinya lebih memiliki hak daripada kewajiban, pejabat yang mengawasi
pemerintah, terdapat kecenderung untuk melakukan komunikasi lebih intens
Perilaku komunikasi anggota DPR-RI komisi IV dalam RDP tampak
berbeda pada waktu menjalankan peran. Peran anggota DPR terhadap pemerintah
adalah sebagai pengawas, legislasi dan penganggaran. Peran pengawas menampilkan perilaku komunikasi lebih sering daripada legislasi dan pengganggaran. Perilaku komunikasi yang berbeda juga ditampilkan anggota DPR-RI komisi IV atas perbedaan partai atau fraksinya.
Isi Pesan Komunikasi
Muatan Kepentingan
Muatan kepentingan pesan adalah pesan mengandung kepentingan siapa, Apakah kepentingan masyarakat dan konstituen, kepentingan pemerintah atau kepentingan pribadi politisi.
Tabel 22. Sebaran pesan berdasarkan muatan kepentingan (dalam persen)
N=633
Dari Tabel 22 dapat diketahui isi pesan komunikasi dalam RDP lebih
banyak (66,10 %) memuat kepentingan masyarakat. Masyarakat yang dimaksud
adalah sebagian besar penduduk Indonesia di luar pemerintah dan kader partai. Sebanyak 23,2% isi pesan komunikasi dalam RDP memuat kepentingan pribadi politisi dan sebanyak 10,7% memuat kepentingan pemerintah.
Data tersebut memberikan arti bahwa anggota komisi IV DPR-RI lebih
banyak menyampaikan pesan komunikasi yang mengandung kepentingan
masyarakat atau konstituen. Anggota komisi IV lebih banyak membawa dan memperjuangkan kepentingan masyarakat. Rendahnya muatan pesan yang mengandung kepentingan pemerintah adalah suatu gambaran bahwa anggota komisi IV telah menunjukkan aspek pengawasan yang lebih baik. Artinya anggota
DPR-RI komisi IV bekerja lebih banyak untuk menampung dan menyalurkan
aspirasi rakyat.
Muatan kepentingan pesan komunikasi yang disampaikan oleh anggota komisi IV DPR RI dalam RDP dengan Kementerian Pertanian tahun 2010 lebih
Muatan Kepentingan Jumla
Masyarakat 66,1
Pemerintah 10,7
dominan (66,1) mengandung kepentingan masyarakat atau konstituen. Hal ini
sesuai dengan fungsi DPR sebagai penyambung lidah rakyat dan memperjuangkan kepentingan masyarakat. Anggota komisi IV telah menyampaikan informasi kepada Kementerian Pertanian yang mengandung kepentingan masyarakat. Pendapat yang disampaikan baik berupa pertanyaan, usul, teguran, dan minta penjelasan adalah untuk mewujudkan kepentingan
masyarakat.
Besarnya muatan kepentingan msyarakat dalam pesan komunikasi anggota komisi IV DPR-RI dapat dijelaskan dengan teori peran yang dikemukakan oleh George Herbert Mead. Menurut Mead setiap orang memiliki peran dimana peran
tersebut menuntut orang yang bersangkutan untuk berperilaku sesuai harapan
orang lain. Peran yang dimaksud bagaimana harus berbicara sebagaimana yang dipahami dan diharapkan orang lain, (http://edu,learnsoc,org/); (Litllejohn & Foss 2008; Stacks et,al 1991). Hal yang sama disampaikan oleh Burke (dalam Griffin 2006) yang mengatakan, hidup ini adalah drama.
Masyarakat menuntut kita menjalankan peran sebagaimana yang telah dirumuskan oleh budaya tertentu. Pendapat senada juga dikemukakan oleh Brooker (1998) kita dituntut untuk berperilaku sebagaimana orang lain inginkan, yang dijelaskan dengan istilah „Doing as one Likes’. Bila tidak, kita dipandang telah melakukan pelanggaran atas peran yang diharapkan. Pada umumnya kita
tidak suka melanggar atau keluar dari norma yang telah digariskan oleh masyarakat. Seseorang melakukan tindakan seperti menjalankan peran dalam sandirwara kehidupan. Seseorang tidak ingin peran yang dia lakukan dinilai buruk oleh penonton sandiwara.
Dalam interaksi dengan manusia lain, seseorang akan berperilaku sesuai
dengan tuntutan peran yang diemban. Anggota DPR RI komisi IV menyuarakan kepentingan rakyat karena mereka menyesuaikan dengan tuntutan masyarakat atas peran yang mereka emban. Peran seorang anggota DPR-RI yang diharapkan masyarakat adalah untuk memperjuangkan kepentingan rakyat sehingga
pemerintah menyusun program pembangunan yang berpihak rakyat. Atas dasar
dengan Kementerian Pertanian tahun 2010 lebih banyak mengandung kepentingan
masyarakat atau konstituen.
Kesesuaian Tema
Kesesuaian pesan yang disampaikan dalam RDP dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu substantif, prosedural, dan tidak relevan atau berupa gangguan.
Sesuai secara substantif bila pesan yang disampaikan sesuai dengan agenda rapat. Pesan prosedural bila pesan yang disampaikan mengenai teknis dan prosedur rapat yang efektif. Sedangkan pesan gangguan atau tidak relevan bila pesan yang
disampaikan tidak termasuk substantif dan prosedural misalnya berbicara saat
orang lain berbicara atau memotong pembicaraan yang sedang berlangsung. Berikut ini gambaran kesesuaian tema dalam RDP antara komisi IV dengan Kementerian Pertanian tahun 2010.
Tabel 23 Sebaran isi pesan berdasarkan kesesuaian tema (dalam persen)
N=633
Dari tabl 23 dapat diektahui, kategori substantif lebih banyak (80,10%) prosedural 17,10% dan gangguan hanya 2,80%. Data ini memberi arti bahwa
selama RDP anggota DPR-RI komisi IV membicarakan hal-hal yang substantif,
sesuai dengan agenda rapat. Dapat disimpulkan bahwa anggota komisi IV menyampaikan pesan-pesan yang substantif dalam RDP. Komunikasi dalam rapat fokus pada persoalan yang sedang dibahas.
Walaupun anggota komisi IV telah sering melakukan RDP, ternyata masih
terdapat 17,10% yang membicarakan prosedural atau mekanisme rapat.
Umumnya yang dibicarakan dalam prosedural adalah bagaimana supaya rapat efisien dalam penggunaan waktu. Anggota jangan berpanjang-panjang kalimat dalam menyampaikan pendapat.
Besarnya jumlah pesan yang sesuai dengan tema atau agenda rapat sejalan
dengan penjelasan activity theory (Kaptelinin & Nardi 1997). Menurut penjelasan teori tersebut, bila seseorang dihadapkan pada suatu persoalan, sesorang akan
Kesesuaian Tema Jumla
Substantif 80,1
Prosedural 17,1
mencari solusi untuk mengatasi masalah yang ada. Perilaku seseorang didorong
oleh motif untuk mencari solusi atas masalah yang dihadapi. Tindakan tersebut
dilakukan secara sadar dengan memanfaatkan alat yang tersedia dan bekerjasama dengan orang lain. Tindakan yang diambil disesuaikan dengan aturan dan konteks. Struktur tindakan yang diambil terdiri dari norma, pembagian kerja dan konteks.
Rapat dengar pendapat komisi IV DPR-RI dengan Kementerian Pertanian
tahun 2010 sudah direncanakan dan dijadwalkan. Artinya masalah yang akan
dibahas sudah diagendakan sebelumnya. Agenda rapat tersebut diberitahukan kepada peserta tentang tema yang akan dibahas. Sesuai activity theory, agenda ini menjadi masalah bagi anggota komisi IV DPR-RI yang perlu dicari jalan keluar.
Bersama-sama dengan anggota lain mereka membahas setiap agenda agar
diperoleh jalan keluar yang terbaik. Dalam Tatatertib DPR-RI telah diberikan mekanisme rapat sebagai aturan. Secara bersama-sama mereka mencari solusi yang terbaik. Solusi yang diambil perlu mencapai kesepakatan untuk dijakdikan kesimpulan. Kesimpulan rapat sangat tergantung pada konteks (waktu dan situasi)
rapat.
Tema atau agenda rapat yang diberitahukan sebelumnya merupakan masalah bersama yang akan dicari solusi oleh anggota komisi IV DPR-RI. Sewaktu hadir dalam rapat dengar pendapat, para anggota sudah menyadari permasalahan yang akan dibahas dan sudah memikirkan solusinya. Atas
permasalahan inilah para anggota komisi IV DPR-RI dalam rapat dengar pendapat, pesan-pesan komunikasi yang disampaikan tidak keluar dari agenda yang telah ditetapkan.
Orientasi
Orientasi anggota DPR-RI komisi IV dalam menyampaikan pendapat
dalam rapat terdiri atas pemecahan masalah, eksistensi diri dan menyudutkan pihak lain. Pemecahan masalah adalah keinginan untuk mencari solusi atas permasalahan. Eksistensi diri adalah berbicara dalam rapat sedekar menunjukkan kekuasaan atau keahlian yang dimiliki sekaligus keberadaannya. Sedangkan
menyudutkan pihak lain, adalah berbicara dalam rapat dengan menyudutkan atau
menyalahkan pihak lain. Berikut ini gambaran orientasi pesan dalam RDP antara komisi IV dengan Kementerian Pertanian 2010.
Tabel 24 Sebaran isi pesan berdasarkan orientasi (dalam persen)
Orientasi pesan Jumlah
N=633
Tabel 24 menunjukkan bahwa sebagian besar (42,10%) orientasi pesan dalam rapat adalah untuk memecahkan masalah. Orientasi pesan peringkat kedua adalah menyudutkan pihak lain sebanyak 32,70%. Sedangkan orientasi paling
sedikit (25,10%) adalah eksistensi diri. Artinya anggota komisi IV lebih banyak
pesan yang disampaikan dalam RDP untuk memecahkan masalah yang sedang dibahas. Dalam memecahkan masalah anggota komisi IV juga banyak (32,70%) menyudutkan pihak lain. Hal ini sejalan dengan fungsi pengawasan. Dalam rapat anggota komisi IV sering mengemukakan fakta yang ditemui di lapangan yang
menunjukkan pihak pemerintah yang kurang menjalankan program pemerintahan
yang baik. Anggota komisi IV telah menerima pengaduan dan data dari masyarakat bahwa program pertanian kurang berpihak kepada masyarakat banyak.
Hasil penelitian ini menunjukkan para anggota komisi IV DPR-RI dalam
rapat sering sekali mengulang pendapat yang sudah disampaikan oleh peserta lain.
Dalam pesan yang disampaikan tampak sekedar menunjukkan eksistensi kehadiran dan hak yang dimiliki sebagai anggota. Pedapat yang disampaikan dalam eksisensi diri hanya berupa penegesan atas pendapat sebelumnya. Dalam pendapat yang disampaikan tidak terdapat solusi baru yang ditawarkan, hanya
sekedar menyetujui pendapat sebelumnya. Menurut penelitian ini, pesan yang
mendukung, substansinya sama dengan yang dikemukakan orang lain dikategorikan menjadi orientasi eksistensi diri. Karena pesan yang orientasinya eksistensi diri hanya sekedar memberitahu orang lain bahwa dirinya hadir dan memiliki hak untuk berbicara dan didengarkan.
Tingginya pesan yang berorientasi menyudutkan pihak lain cukup menarik perhatian. Hal ini dapat dijelaskan bahwa anggota DPR adalah berperan sebagai pengawas pemerintah. Dalam konteks pengawasan, pengawas menempati posisi sedikit lebih tingga dari yang diawasi. Karena posisi sebagai pengawas lebih tinggi, cara yang lumrah dilakukan adalah menyudutkan pihak yang diawasi.
Pemecahan masalah 42,2
Eksistensi diri 25,1
Faktor lain yang turut mendukung kecenderungan perilaku menyudutkan
pihak lain adalah pengalaman baru. Pengalaman baru membuat seseorang menjadi
lebih perhatian dan lebih perduli. Kita lihat bahwa banyak anggota DPR-RI komisi IV yang baru memiliki pengalaman dalam priode pertama.
Menurut novelty theory, sesuatu yang baru akan lebih menarik perhatian (Coates & Humphreys 2003). Karena menemui sesuatu yang baru kita akan lebih
menaruh banyak perhatian. Akibat kebaruan itu cenderung untuk diaktualisasikan
dalam kehidupan. Seseorang yang baru memiliki kekuasaan sebagai pengawas, pengawasan yang dilakukan akan lebih intensif. Sebagaimana halnya seseorang yang sudah sering lama mengerjakan sesuatu secara runtin akan menimbulkan
kebosanan. Hal yang sama juga dikemukakan dalam Hawthorne effect, di mana
perilaku seseorang yang sedang diperhatikan akan memberikan reaksi yang lebih positif daripada yang tidak sadar diperhatikan, (Roethlisberger 1966).
Bila orientasi eksistensi diri digabungkan dengan orientasi menyudutkan pihak lain persennya cukup besar (32,30 + 25,10 = 57,40). Artinya kedua
kelompok ini termasuk pihak yang tidak berorientasi memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Karena dalam pendapat mereka tidak ada ide baru yang mencari solusi atas permasalahan yang sedang dibahas.
Dalam merumuskan kebijakan politik, pendapat yang netral tidak diperlukan dan tidak cukup berguna. Karena pendapat yang netral hampir sama
dengan tidak berpendapat. Pendapat yang netral tidak memberikan jalan keluar atas persoalan yang dihadapi, (Blevins and Anton, 2008)
Artinya, bila pendapat yang dikemukakan sekedar mendukung pendapat terdahulu berarti tidak menunjukkan adanya solusi yang baru dan hanya menunjukkan posisi pendapat pada salah satu pihak. Pendapat seperti ini lebih
condong pada sekedar menunjukkan eksistensi dan posisi politik. Orientasi memecahkan masalah dari pendapat yang mendukung atau netral kurang kuat menunjukkan usaha mencari jalan terbaik dalam menghadapi masalah.
Jenis Alasan
Dalam menyampaikan pendapat diperlukan argumenasi berupa alasan
yang mendasari atau mendukung pesan tersebut. Jenis alasan terdiri dari seba- akibat, gejala, kriteria, perbandingan, logika. Berikut ini gambaran jenis alasan
yang digunakan anggota komisi IV dalam RDP dengan Kementerian Pertanian
2010.
Tabel 25 Sebaran isi pesan berdasarkan jenis alasan (dalam persen)
Jenis Alasan Jumlah
Logika 9,80 N=633
Dari Tabel 25 dapat diketahui bahwa jenis alasan yang banyak (62,20%)
digunakan anggota komisi IV dalam mendukung pendapatnya adalah gejala.
Gejala yang dimaksud adalah peristiwa-peristiwa yang ditemui di lapangan yang diserap selama masa reses atau pengaduan masyarakat. Artinya anggota komisi IV dalam menyampaikan pendapat dalam rapat cenderung didukung oleh argumenasi berupa fakta dan data. Hal ini dapat diterima, karena anggota komisi IV telah
melakukan kunjungan kerja dan pengawasan di lapangan. Jenis alasan kedua yang
banyak (10,10%) diggunakan adalah kriteria, yaitu patokan tertentu dalam membahas persoalan. Hanya 7,30% anggota komisi IV yang menyampaikan pendapat tanpa argumenasi. Jenis alas an logika digunakan sebanyak 9,80%, sebab akibat sebanyak 5,80%, dan paling sedikit (4,70%) digunakan adalah jenis
alasan perbandingan.
Jenis alasan yang banyak digunakan oleh anggota DPR-RI komisi IV dalam RDP dengan Kementerian Pertanian adalah gejala berupa fakta-fakta yang ditemukan di lapangan sewaktu mengadakan kunjungan kerja atau reses. Alasan dengan menunjukkan gejala-gejala empiris akan sulit untuk dibantah. Jenis alasan
gejala adalah sesuatu yang faktual dan cukup kuat untuk mendukung suatu
pernyataan.
Dalam rapat dengar pendapat anggota DPR-RI komisi IV sedikit menggunakan jenis alasan logika, sebab-akibat dan perbandingan. Karena ketiga
jeniss alasan ini sering tidak didukung data yang memadai. Jenis alasan logika,
sebab-akibat dan perbandingan lebih tepat digunakan dalam persidangan ilmiah.
Sebab akibat 5,8
Perbandingan 4,7
Tidak ada alas an 7,3
Gejala 62,2
Ketiga jenis alasan ini juga mudah dijawab dengan logika, sebab-akibat dan
perbandingan pula.
Pemilihan jenis alasan dalam mendukung pesan pendapat dapat disebabkan oleh pola pikir. Menurut Senge (1966) pola pikir dalam melihat persoalan ada dua macam, yaitu pola linier dan pola system. Pola pikir linier hanya melihat persoalan yang disebab oleh satu faktor. Pola pikir linier ini sering
juga disebutkan sebagai pola pragmatis yang cenderung mencari penyelesaian
cepat berdasarkan manfaat langsung, tanpa tinjauan komprehensif. Sedangkan pola pikir system melihat persoalan secara komprehensif. Pola pikir system banyak dimiliki oleh pada akademisi yang cenderung analitis dan komprehensif.
Anggota DPR-RI komisi IV dan Kementerian Pertanian belum semua
memiliki pola pikir ilmiah dan beberapa orang masih bersifat pragmatis. Dalam pandangan pragmatis, yang perlu dikedepankan adalah sejauhmana dapat berfungsi dan bermanfaat untuk kehidupan praktis. Hal ini sejalan dengan fungsi pengawasan DPR-RI, harus dapat menunjukkan alasan-alasan kuat sebagai
petunjuk bahwa mereka sudah menjalankan tugas sebagaimana diamanatkan oleh Undang-undang.
Jenis alasan kedua banyak dipakai oleh anggota komisi IV DPR-RI adalah kriteria. Hal ini cukup masuk akal, karena anggota DPR-RI menempatkan diri mereka sebagai pengawas sedikit lebih tinggi dari kementerian. Dalam posisi
lebih tinggi ada kecenderungan untuk mengajari atau memberi petunjuk pada yang lebih rendah. Dalam memberi petunjuk atau mengajari tersebut diperlukan suatu kriteria pekerjaan yang baik dan benar. Demikian juga sewaktu menilai suatu pekerjaan pihak lain, diperlukan kriteria untuk menunjukkan keberhasilan pekerjaan tersebut. Karena dengan kriteria itulah alat untuk melakukan evaluasi
keberhasilan.
Bentuk Bukti
Bentuk bukti yang disertakan dalam penyampaian pendapat terdiri dari
pengalamn langsung, naratif, testimony, anekdot dan demontrasi, dan rasionalisasi, Berikut ini gambaran bentuk bukti yang digunakan anggota DPR-RI
Tabel 26 Sebaran isi pesan berdasarkan bentuk bukti (dalam persen)
Bentuk bukti Persen
N=633
Dari Tabel 26 dapat diketahui, bentuk bukti yang paling banyak (45,50%) digunakan oleh anggota DPR-RI komisi IV menyampaikan pendapat dalam rapat adalah naratif. Urutan kedua dan ketiga bentuk bukti yang banyak digunakan adalah rasional 21,50% dan pengalaman langsung 17,10%. Sedangkan bentuk
bukti yang paling sedikit (1,90%) digunakan adalah anekdot. Bentuk bukti demonstrasi tidak terdeteksi dalam penelitian ini. Karena yang dianalisis adalah naskah tulis yang tidak memuat tindakan (demonstrasi).
Bentuk bukti naratif adalah bukti yang berusaha menjelaskan suatu
persoalan sehingga dapat dipahami dan dianggap penting. Dalam bahasa promosi, naratif adalah usaha mendramatisasi fakta sehingga menjadi penting (Shimp 2007). Secara sederhana narasi dikenal sebagai cerita tentang peristiwa yang dirangkai oleh penutur dengan kronologi waktu agar menjadi perhatian
pendengarnya. Bukti-bukti yang diperoleh di lapangan dirangkai dalam suatu
narasi yang sistematis sehingga menjadi sulit untuk dibantahkan.
Bentuk bukti yang juga banyak digunakan adalah rasional dan pengalaman langsung. Bentuk bukti rasional atau logis akan sulit dibantah karena dapat diterima dengan akal sehat. Sedangkan bentuk bukti pengalaman langsung
merupakan fakta di lapangan yang benar terjadi. Bentuk bukti pengalaman
langsung merupakan indikasi orang yang bersangkutan telah melaksankan pekerjaan sebagai mitra dan pengawas pemerintah.
Anggota DPR-RI komisi IV yang tidak menyertakan bukti dalam
menyampaikan pendapat ditemukan sebanyak 7,30%. Artinya pendapat yang
tidak disertai bukti dihindari oleh anggota DPR-RI komisi IV. Hal ini dapat dipahami, karena pendapat tanpa dukungan bukti akan terkesan subyektif.
Naratif 45,5 Rasional 21,5 Pengalaman langsung 17,1 Testimoni 6,8 Anekdot 1,9 Demonstrasi 0,0
Menyampaikan pendapat tanpa dukungan bukti akan menunjukkan kekurangtahuan seseorang. Pendapat tanpa bukti juga akan mudah ditolak atau
diabaikan oleh pihak lain. Agar pendapat kita tidak dapat dibantah, sebaiknya sertakan bukti yang kuat.
Bukti dengan menggunakan testimony atau merujuk pendapat orang lain jarang digunakan. Pemilihan jenis bukti testimony dihindari dalam bidang politik.
Bila bukti ini yang disampaikan dengan mengutip pendapat orang lain, hal ini
menunjukkan pengekor orang yang dikutip. Pelaku tidak memiliki ide dan eksistensinya sebagai politisi kurang baik. Politisi ulung biasanya banyak ide, berani berbicara, dan bukan pengekor.
Bukti testimony sangat disukai oleh para akademisi, karena dengan
mengutip pendapat pihak lain menunjukkan dukungan dari orang lain, obyektivitas dan menjunjung tinggi kejujuran ilmiah. Pemikiran, ide, pedapat, dan hasil penelitian orang lain sering dipakai sebagai rujukan untuk menunjukkan obyektivitas ilmiah. Ilmu banyak berkembang dari hasil elaborasi temuan orang
lain, (Slater & Gleason 2011).
Cara Penyajian
Kejelasan Kalimat
Menyampaikan pendapat dalam rapat diperlukan penggunaan kalimat
yang jelas sehingga orang lain dapat mengerti apa maksud dari pendapat tersebut, Salah satu cara penggunaan kalimat yang jelas adalah menghidari istilah asing dan menggunakan bahasa baku, Bahasa Indonesia. Berikut ini penggunaan kalimat yang jelas dalam RDP Anggota DPR-RI komisi IV dengan Kementerian Pertanian
tahun 2010.
Tabel 27 Sebaran cara penyajian dibedakan berdasarkan kejelasan kalimat (dalam persen)
Kejelasan Kalimat Jumlah
Kalimat jelas 89,91
Kalimat tidak jelas 10,09
N=4065
Dari Tabel 27 dapat diketahui sebagian besar cara penyajiaan pesan menggunakan kalimat yang jelas. Data tersebut memberikan arti bahwa komunikasi yang dilakukan oleh anggota DPR-RI komisi IV dalam RDP dengan