• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Di Indonesia, menurut jenisnya bank terdiri dari Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Dalam Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 menyebutkan bahwa bank umum adalah bank melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Bank konvensional dapat didefinisikan seperti pada pengertian bank umum pada pasal 1 ayat 3 Undang-Undang No. 10 tahun 1998 dengan menghilangkan kalimat “dan atau berdasarkan prinsip syariah”, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Bank wajib memelihara kesehatannya. Kesehatan bank yang merupakan cerminan kondisi dan kinerja bank menjadi sarana bagi otoritas pengawas dalam menetapkan strategi dan fokus pengawasan terhadap bank. Selain itu, kesehatan bank juga menjadi kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik, pengelola (manajemen), dan masyarakat pengguna jasa bank.

Objek dari penelitian ini adalah Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa yang tercatat di Direktori Perbankan Indonesia periode 2010-2012. Penilaian Kuantitatif atas tingkat kesehatan dan kegagalan Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa perlu dilakukan karena secara segi kepemilikannya dimiliki oleh pihak swasta nasional dan aktivitas operasi perbankan sektor non devisa ini mempengaruhi sistem

(2)

2

perekonomian nasional dan menjadi sasaran program rekapitalisasi perbankan yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia.

Dari seluruh populasi yang ada, diambil beberapa bank sebagai sampel melalui metode purposive sampling dengan kriteria selama kurung waktu bank tersebut tercatat di Direktori Perbankan Indonesia. Sehingga dari 32 bank Umum Swasta Nasional Non Devisa di Indonesia yang memenuhi sebagai syarat sampel yaitu sebanyak 22 bank. Dipilihnya periode tahun 2010-2012 sebagai periode amatan, karena untuk mengkaji kondisi dan model perhitungan kesehatan bank mendasarkan data terkini. Laporan keuangan yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari laporan keuangan yang disampaikan ke Bank Indonesia dan dipulikasikan. Data-data laporan keuangan Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa tersebut diperoleh dari situs resmi Bank Indonesia dan masing-masing BUSN Non Devisa tersebut.

Tabel 1.1

Daftar Nama Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa

No. NAMA BANK

1. Anglomas International Bank 2. Bank Andara

3. Bank Artos Indonesia 4. Bank Bisnis Internasional

5. Bank Tabungan Pensiunan Nasional 6. Centratama Nasional Bank

7. Bank Sahabat Sampoerna 8. Bank Fama Internasional 9. Bank Harda Internasional 10. Bank Ina Perdana

11. Bank Jasa Jakarta

12. Bank Kesejahteraan Ekonomi

(3)

3 (sambungan)

13. Bank Dinar Indonesia 14. Bank Mayora

15. Bank Mitraniaga

16. Bank Multi Arta Sentosa 17. Bank Nationalnobu 18. Prima Master Bank 19. Bank Pundi Indonesia 20. Bank Royal Indonesia 21. Bank Sahabat Purba Danarta 22. Bank Sinar Harapan Bali 23. Bank Victoria Internasional 24. Bank Yudha Bhakti

1.2 Latar Belakang Penelitian

Perbankan sebagai bagian dari perekonomian memiliki peranan yang penting dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di suatu negara. Hal ini dikarenakan perbankan merupakan lembaga yang berperan sebagai perantara antara unit ekonomi yang surplus kepada unit-unit ekonomi yang membutuhkan bantuan dana atau defisit. Menurut Anggreani (2011), fungsi ini merupakan mata rantai yang penting dalam melakukan bisnis karena berkaitan dengan penyediaan dana sebagai investasi dan modal kerja bagi unit-unit bisnis dalam melaksanakan fungsi produksi.

Berdasarkan Undang-undang RI No. 10/1998, “Bank adalah sebuah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Baik di kota maupun di desa, masyarakat sudah tidak asing mendengar kata / istilah bank, karena memang kehidupan didalam masyarakat tidak bisa terlepas dari kegiatan badan usaha ini. Bank selain berfungsi sebagai lembaga perantara berperan juga sebagai pelaksana lalu lintas pembayaran, stabilitator moneter dan juga sebagai dinamisator perekonomian di suatu pembangunan nasional. Dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan

13. Bank Mayora 14. Bank Mitraniaga

15. Bank Multi Arta Sentosa 16. Bank Nationalnobu 17. Prima Master Bank 18. Bank Pundi Indonesia 19. Bank Royal Indonesia 20. Bank Sinar Harapan Bali 21. Bank Victoria Internasional 22. Bank Yudha Bhakti

(4)

4

ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Dengan demikian bank memiliki peran dan andil yang besar bagi perekonomian di Indonesia.

Menurut Almilia et al. (2009) bank umum swasta nasional non devisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi seperti bank umum swasta nasional devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank umum swasta nasional (transaksi yang dilakukan masih dalam batas-batas negara). Namun penilaian kuantitatif atas tingkat kesehatan dan kegagalan Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa perlu dilakukan mengingat bahwa bank tersebut secara segi kepemilikannya dimiliki oleh pihak swasta nasional dan 25% dari keseluruhan bank yang ada di Indonesia. Menurut data statistik Laporan Pengawasan Perbankan Bank Indonesia tahun 2012, menunjukkan bahwa Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa mengalami perkembangan kinerja yang signifikan dimana pertumbuhan aset naik sebesar Rp 117,01 T dari Rp 88,93T pada tahun 2010. Kelompok perbankan tersebut berhasil dalam kenaikan aset tertinggi secara persentase sebesar 31,57%.

Kegiatan Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa juga mempengaruhi sistem pembangunan dan pertumbuhan perekonomian nasional dengan peran vital sebagai penghimpun dan penyalur dana atau pemberian kredit kepada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Predikat persentase tertinggi atas penyaluran kredit nasional juga jatuh kepada kelompok Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa yaitu sebesar Rp 50,45 T di tahun 2012 dari Rp 36,23 T pada tahun 2010 atau sebesar 39,49%. Hal tersebut di dorong oleh perkembangan struktur perbankan pada Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa dimana terjadi pertumbuhan atas kantor cabang yang semula berjumlah 1.131 di tahun 2010 menjadi 1.477 pada tahun 2012 sehingga mempermudah bank tersebut untuk menyalurkan kreditnya kepada UMKM di Indonesia.

(5)

5 Fungsi dari bank yaitu sebagai lembaga perantara, namun tujuan fundamental dari bisnis perbankan sebenarnya adalah memperoleh laba seperti selisih antara pendapatan dan biaya. Besarnya laba yang diperoleh mencerminkan kinerja keuangan perbankan. Laba bukan saja penting untuk menentukan prestasi perusahaan tetapi berperan penting juga sebagai informasi pembagian laba pihak-pihak yang berkepentingan (stackeholders), seperti bagi pihak investor, berguna dalam pengambilan keputusan yang nantinya dapat memaksimalkan jumlah investasinya. Sehingga penting bagi bank untuk senantiasa menjaga kinerja yang baik, untuk menjaga tingkat perolehan laba yang tinggi dan berkualitas.

Mengenai kualitas laba bank, perbankan Indonesia diharapkan dapat meningkatkan kinerja manajemen kearah produktivitas yang positif (dengan kata lain penekanan pada kualitas laba yang harus ditingkatkan). Bank Indonesia sebagai bank sentral republik Indonesia memiliki peran sebagai pengatur dan pengawasan atas bank. Dalam pelaksanaan tugas ini, Bank Indonesia berwenang menetapkan ketentuan-ketentuan perbankan termasuk juga mengenai kesehatan bank yang ada pada Peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI 2011. Laba pada perbankan diharapkan dapat berkualitas tinggi sehingga efektifitas kebijakan manajemen yang diterapkan dapat maksimal sehingga mampu menjaga tingkat kesehatannya secara berkesinambungan.

Untuk mengetahui kualitas laba suatu bank dapat dilihat dari laporan keuangan yang disajikan oleh bank secara periodik. Laba merupakan informasi utama yang disajikan dalam laporan keuangan, sehingga angka-angka dalam laporan keuangan, menjadi hal krusial yang mesti harus dicermati oleh pemakai laporan keuangan (Sari, 2011). Laporan keuangan biasanya terdiri dari laporan posisi keuangan (neraca), laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas serta catatan atas laporan keuangan (Standar Akuntansi Keuangan No. 1 per 15 Desember 2009). Laporan laba rugi ini akan menggambarkan kondisi laba dan beban bank pada suatu periode tertentu.

(6)

6

Dari laporan laba rugi tersebut, investor menilai laba bank tidak hanya dalam satu periode saja, namun melihat laba dari setiap periodenya. Laba dipakai sebagai suatu dasar pengambilan keputusan investasi, dan prediksi untuk meramalkan laba yang akan datang. Selain itu, Investor mengharapkan dana yang diinvestasikan ke dalam perusahaan akan memperoleh tingkat pengembalian yang tinggi sehingga laba yang diperoleh jadi tinggi pula. Laba yang diperoleh perusahaan untuk tahun yang akan datang tidak dapat dipastikan, maka perlu adanya prediksi perolehan laba yang berkualitas setiap tahunnya (Mahendra, 2011). Menurut Siallagan dan Machfoedz (2006:3) rendahnya kualitas laba akan dapat membuat kesalahan pembuatan keputusan para pemakainya seperti investor dan kreditor.

Sifat laba yang berubah-ubah dari tahun ke tahun membuat informasi ini sangat bermanfaat dalam proses pengambilan keputusan apabila dapat diprediksi. Prediksi terhadap kualitas laba di masa depan dapat dilakukan dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh bank. Hasil analisis laporan keuangan akan membantu menginterpretasikan berbagai hubungan kunci serta kecendrungan yang dapat memberikan dasar pertimbangan mengenai keberhasilan perusahaan di masa yang akan datang. Menurut Wild (2008:4), analisis laporan keuangan adalah aplikasi dari alat dan teknik analitis untuk laporan keuangan bertujuan umum dan data-data yang berkaitan untuk menghasilkan estimasi dan kesimpulan yang bermanfaat dalam analisis bisnis. Dari hal tersebut kita dapat mengetahui kualitas laba bank setiap tahunnya, karena menurut Sari (2011) kualitas laba adalah laba yang secara benar dan akurat menggambarkan profitabilitas operasional perusahaan.

Sesuai pendapat Penman dan Cohen (2003) dalam Paulus (2012) mengungkapkan bahwa laba tahun berjalan memiliki kualitas yang baik jika laba tersebut menjadi indikator yang baik untuk laba masa mendatang, atau berhubungan secara kuat dengan operasi di masa mendatang. Analisis ini menunjukkan varians antara total pendapatan dengan laba bersih, maka makin tinggi rasio maka makin tinggi kualitas

(7)

7 laba karena makin besar bagian laba operasional yang dapat direalisasikan oleh perusahaan.

Dalam beberapa penelitian tentang analisis laporan keuangan menggunakan rasio-rasio keuangan, ternyata rasio-rasio-rasio-rasio keuangan dapat memprediksi laba perusahaan di Indonesia. Sudarini (2005) dalam Sutardisa (2013) menguji kekuatan dan kandungan informasi dari item data laporan keuangan selain laba untuk memprediksi laba satu tahun yang akan datang. Hasilnya menunjukan bahwa sebanyak 8 rasio keuangan terbukti signifikan sebagai prediktur yang artinya berpengaruh terhadap laba. Sementara dalam penelitian Machfoedz (1994) dalam Sutardisa (2013) menguji 47 rasio keuangan terhadap 68 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Hasil stepwise regression menunjukkan bahwa terdapat 13 rasio keuangan yang signifikan memprediksi pertumbuhan laba.

Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011, suatu bank dikatakan sehat apabila mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya. Selain itu, dalam menilai sehat atau tidaknya suatu bank, ada alat ukur untuk mengetahui indikator kesehatan bank, yaitu berupa faktor kualitatif dan faktor kuantitatif. Namun biasanya faktor yang mudah diukur adalah faktor kuantitatif berupa rasio-rasio keuangan, karena datanya mudah diperoleh. Dengan kata lain rasio-rasio keuangan tersebut bisa kita gunakan untuk mengetahui pengaruh tingkat kesehatan bank terhadap kualitas laba bank setiap tahunnya.

Mengenai sistem penilaian tingkat kesehatan bank dapat diukur berdasarkan faktor CAMELS (sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004). Namun saat ini penilaian menggunakan faktor CAMELS telah digantikan dengan sistem penilaian yang berdasarkan pendekatan Risiko (Risk-Based Bank Rating/RBBR) yang terdiri dari Profil Risiko, Good Corporate Governance (GCG), Rentabilitas dan Permodalan (sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/24/DPNP 25 Oktober 2011). Menurut SE BI No. 13/24/DPNP 25 Oktober 2011 ini, bank wajib memelihara dan

(8)

8

atau meningkatkan Tingkat Kesehatan Bank dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko dalam melaksanakan kegiatan usaha.

Dalam penelitian ini tingkat kesehatan bank dengan menggunakan RBBR yang dinilai hanya dari faktor kuantitatifnya. Faktor tersebut berupa rasio keuangan dimana Non Performing Loan (NPL), Liquidity Risk, Interest Rate Risk (IRR), Return on

Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), Beban

Operasional pada Pendapatan Operasional (BOPO) (Sutardisa, 2013), Deposit Ratio (DR) (Umar, 2000:161), Fixed Asset to Capital Ratio (FACR) (Novita, 2011) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) (Riyadi, 2006:161) dapat menggambarkan tingkat kesehatan pada perusahaan perbankan berdasarkan risiko, rentabilitas dan permodalan.

Credit risk yang diproksikan dengan rasio Non Performing Loan (NPL) adalah risiko yang timbul akibat ketidakmampuan debitur untuk membayar kembali kewajibannya, atau kemungkinan kerugian yang timbul akibat kegagalan debitur untuk memenuhi kewajibannya terhadap bank. Menurut penelitian Sutardisa (2013), Rasio Non Performing Loan (NPL) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas laba.

Liquidity risk adalah risiko yang dihadapi oleh bank karena tidak dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya, sehingga itu memberi pengaruh kepada terganggunya aktivitas perusahaan ke posisi tidak berjalan secara normal. Hasil penelitian Sutardisa (2013) menunjukkan bahwa rasio Liquidity Risk (LR) tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba.

Interest Rate Risk adalah risiko yang dialami akibat dari perubahan suku bunga yang terjadi dipasaran yang mampu memberi pengaruh negatif bagi pendapatan perusahaan. Rasio ini memperlihatkan risiko yang mengukur besaran bunga yang diterima oleh bank dibandingkan dengan bunga yang dibayar. Penelitian Sutardisa (2013) menunjukkan bahwa IRR memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas laba.

(9)

9

Deposit ratio adalah untuk mengukur kemungkinan bank tidak mampu membayar

kembali dana yang disimpan para deposannya, yang harus dijamin pembayarannya oleh Capital Bank yang bersangkutan. Variabel ini tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas laba (Sutardisa, 2013).

Fixed Asset to Capital Ratio (FACR) adalah mengukur efektivitas operasional bank dalam menghasilkan incomes dari dana yang dialokasikan untuk investasi. FACR adalah perbandingan antara aktiva tetap dan inventaris dengan modal yang dimiliki oleh bank. Menurut penelitian Sutardisa (2013), variabel FACR berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba.

Return on Asset (ROA) adalah rasio yang digunakan mengukur kemampuan bank menghasilkan keuntungan secara relatif dibandingkan dengan total asetnya. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset yang tertentu. Hasil penelitian Sutardisa (2013) menunjukkan bahwa rasio Return on Asset (ROA) berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba.

Return on Equity (ROE) adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan perbandingan antara laba setelah pajak dengan modal (modal inti) bank. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan laba bersih melalui penggunaan modal sendiri. Menurut penelitian Sutardisa (2013), Rasio Return on Equity (ROE) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas laba. Rasio Net Interest Margin (NIM) digunakan untuk mengukur kemampuan kinerja manajemen bank dalam menyalurkan kredit, mengingat pendapatan operasional bank sangat bergantung dari selisih antara suku bunga dari kredit yang disalurkan dengan suku bunga simpanan yang diterima (pendapatan bunga bersih). NIM merupakan perbandingan antara pendapatan bunga bersih terhadap rata-rata aktiva produktif. Menurut penelitian Sutardisa (2013), variabel NIM memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas laba.

Raiso beban operasional pada pendapatan operasional (BOPO) adalah rasio efisiensi yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam

(10)

10

mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Rasio ini merupakan perbandingan antara Biaya Operasional dengan Pendapatan Operasional. Variabel ini memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas laba (Sutardisa, 2013).

Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung unsur risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) yang ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank. Hasil penelitian Sutardisa (2013) menunjukkan bahwa rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba.

Berdasarkan Uraian diatas, penelitian ini menguji pengaruh tingkat kesehatan bank terhadap kualitas laba pada bank umum swasta nasional non devisa di Indonesia. Maka penelitian ini mengambil judul “Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank Terhadap Kualitas Laba Pada Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa (2010-2012).”

1.3 Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang di ambil dari latar belakang masalah yang telah di ungkapkan pada penjelasan di atas yaitu :

1. Bagaimana Rasio Risk-Based Bank Rating (RBBR) dan kualitas laba Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa Periode 2010-2012?

2. Apakah Risk-Based Bank Rating (RBBR) secara simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap kualitas laba pada Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa periode 2010-2012 ?

3. Apakah Risk-Based Bank Rating (RBBR) secara parsial mempunyai pengaruh terhadap kualitas laba periode 2010-2012 ?

1. Apakah Credit Risk mempunyai pengaruh signifikan terhadap kualitas laba periode 2010-2012 ?

(11)

11 2. Apakah Liquidity Risk mempunyai pengaruh signifikan terhadap kualitas

laba periode 2010-2012 ?

3. Apakah Interest Rate Risk mempunyai pengaruh signifikan terhadap kualitas laba periode 2010-2012 ?

4. Apakah Solvency Risk mempunyai pengaruh signifikan terhadap kualitas laba periode 2010-2012 ?

5. Apakah Effeciency Risk mempunyai pengaruh signifikan terhadap kualitas laba 2010-2012 ?

6. Apakah Return on Assets (ROA) mempunyai pengaruh signifikan terhadap kualitas laba periode 2010-2012 ?

7. Apakah Return on Equity (ROE) mempunyai pengaruh signifikan terhadap kualitas laba periode 2010-2012 ?

8. Apakah Net Interest Margin (NIM) mempunyai pengaruh signifikan terhadap kualitas laba periode 2010-2012 ?

9. Apakah Efesiensi Operasional (BOPO) mempunyai pengaruh signifikan terhadap kualitas laba periode 2010-2012 ?

10.Apakah Capital Adequacy Ratio (CAR) mempunyai pengaruh signifikan terhadap kualitas laba periode 2010-2012 ?

1.4 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu :

1. Untuk mengetahui tingkat kesehatan yang diukur dengan Risk-Based Bank Rating (RBBR) dan kualitas laba Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa periode 2010-2012

2. Untuk mengetahui pengaruh Risk-Based Bank Rating secara simultan terhadap kualitas laba pada Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa periode 2010-2012

(12)

12

3. Untuk mengetahui Risk-Based Bank Rating secara parsial terhadap praktik kualitas laba pada Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa periode 2010-2012

1. Untuk mengetahui apakah Credit Risk mempunyai pengaruh signifikan terhadap kualitas laba periode 2010-2012

2. Untuk mengetahui apakah Liquidity Risk mempunyai pengaruh signifikan terhadap kualitas laba periode 2010-2012

3. Untuk mengetahui apakah Interest Rate Risk mempunyai pengaruh signifikan terhadap kualitas laba periode 2010-2012

4. Untuk mengetahui apakah Solvency Risk mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas laba periode 2010-2012

5. Untuk mengetahui apakah Effeciency Risk mempunyai pengaruh signifikan terhadap kualitas laba periode 2010-2012

6. Untuk mengetahui apakah Return on Assets (ROA) mempunyai pengaruh signifikan terhadap kualitas laba periode 2010-2012

7. Untuk mengetahui apakah Return on Equity (ROE) mempunyai pengaruh signifikan terhadap kualitas laba periode 2010-2012

8. Untuk mengetahui apakah Net Interest Margin (NIM) mempunyai pengaruh signifikan terhadap kualitas laba periode 2010-2012

9. Untuk mengetahui apakah Efesiensi Operasional (BOPO) mempunyai pengaruh signifikan terhadap kualitas laba periode 2010-2012

10.Untuk mengetahui apakah Capital Adequacy Ratio (CAR) mempunyai pengaruh signifikan terhadap kualitas laba periode 2010-2012

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh atau diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

(13)

13 Kegunaan Teoritis :

1. Bagi Penulis

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan yang lebih luas serta meningkatkan kemampuan penulis dalam menilai dan menganalisis pengaruh tingkat kesehatan bank dengan menggunakan rasio RBBR (Risk-Based Bank Rating) terhadap kualitas laba bank.

2. Bagi Pihak Lainnya

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi tambahan atau referensi bagi pembaca dan menjadi bahan masukan bagi penelitian-penelitian serupa di masa yang akan datang berkaitan dengan kualitas laba. Kegunaan Praktis :

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat : 1. Bagi Perusahaan

Memberikan informasi untuk menentukan kebijakan-kebijakan strategis lainnya dalam meningkatkan kualitas laba perusahaan

2. Bagi Investor

Memberikan informasi dan masukan bagi para investor saat ini, investor potensial serta pembuat keputusan investasi lainnya dalam membuat keputusan berinvestasi, dengan mengetahui kinerja perbankan dari analisis rasio-rasio keuangan perbankan.

1.6 Sistematika Penulisan

Secara struktur, penulisan skripsi ini mengikuti kaidah sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab I berisi mengenai tinjauan terhadap objek studi, latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dari penelitian, kegunaan penelitian, batasan penelitian dan sitematika penulisan skripsi.

(14)

14

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Berisi teori-teori yang mendukung penelitian ini. Pada bab II juga menceritakan tentang kerangka teori.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini menegaskan pendekatan, metode dan teknik yang di gunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang dapat menjawab atau menjelaskan masalah peneltian, meliputi uraian tentang : jenis penelitian, variabel operasional, tahapan penelitian, populasi dan sampel, pengumpulan data, uji validitas dan reabilitas, teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab IV menceritakan hasil dan pembahasan mengenai karakteristik responden dilihat dari berbagai aspek, membahas dan menjawab rumusan masalah serta hasil perhitungan analisis data yang telah dilakukan.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab V ini berisi mengenai kesimpulan hasil analisis, saran bagi perusahaan dan saran bagi penelitian selanjutnya.

Referensi

Dokumen terkait

Now the GLSL is formally included into the OpenGL 2.0, which provides developers the ability to develop graphics shaders (blocks of graphics software instructions) to calculate more

Untuk mengetahui performansi sistem yang telah dirancang, maka dilakukan pengujian terhadap sistem dengan skenario, yaitu pengujian dan analisis pengaruh ukuran

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kombinasi produk pada Perusahaan Roti Vollya dengan memeperhatikan keterbatasan yang dimiliki perusahaan sehingga dapat

Your project plan should be comprehensive and complete before initiating project work.The areas that should be covered include: problem statement, mission statement, selected

This definition is very general, and covers a wide range of activities for which model transformation can be used: automatic code generation, model synthesis, model evolution,

King gave the following reasons for the name change to “ Vitis lawsonii ”: “This is the plant which Blume called Cissus tuberculata ; but it is not the.. Vitis tuberculata of

when the patients responded to the doctors but at the same time, the doctors gave another question or gave their response when the patients had not finished with

Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Analisis