• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 23 TAHUN 2011

TENTANG

RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA

TAHUN 2011-2014

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa Hak Asasi Manusia merupakan hak dasar yang secara kodrati

melekat pada diri setiap manusia, bersifat universal dan langgeng

karena itu harus dihormati, dimajukan, dipenuhi, dilindungi, dan

ditegakkan;

b. bahwa dalam menjalankan hak dan kebebasan, setiap orang wajib

tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang

dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta

penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk

memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral,

nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu

masyarakat demokratis;

c. bahwa tugas penghormatan, pemajuan, pemenuhan, perlindungan,

dan penegakan Hak Asasi Manusia merupakan kewajiban dan

tanggungjawab Negara, terutama

Pemerintah, dan diperlukan

partisipasi masyarakat;

d. bahwa Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia Indonesia Tahun

2004-2009 telah berakhir dan akan ditindaklajuti dengan Rencana

Aksi Nasional Hak Asasi Manusia Indonesia Tahun 2011-2014;

(2)

- 2 -

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam

huruf a, huruf b, huruf c dan huruf d perlu membentuk Peraturan

Presiden tentang Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia

Indonesia Tahun 2011-2014;

Mengingat

: 1. Pasal 4 ayat (1), Pasal 28A, Pasal 28B, Pasal 28C, Pasal 28D, Pasal

28E, Pasal 28F, Pasal 28G, Pasal 28H, Pasal 28I, dan Pasal 28J

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);

3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan

Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi

terhadap Wanita

(

Convention on the Elimination of All Forms of

Discrimination Against Women

) (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1984 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3277);

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 77,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3614);

5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1998 tentang Pengesahan

Convention Against Torture and Other Cruel, Inhuman or

Degrading Treatment or Punishment

(Konvensi Menentang

Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman lain yang Kejam,

Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat Manusia) (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 164, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3783);

(3)

- 3 -

6. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan

Menyampaikan Pendapat di Muka Umum (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 181, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3789);

7. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1999 tentang Pengesahan

ILO

Convention

Nomor 111

Concerning Discrimination In Respect of

Employment

and

Occupation

(Konvensi

ILO

Mengenai

Diskriminasi dalam Pekerjaan dan Jabatan) (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 57, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3836);

8. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1999 tentang Pengesahan

International Convention on The Elimination of All Forms of Racial

Discrimination

1965 (Konvensi Internasional tentang Penghapusan

Segala Bentuk Diskriminasi Rasial 1965) (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 83, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3852);

9. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi

Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor

165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886);

10. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak

Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000

Nomor 208, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4026);

11. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235);

(4)

- 4 -

12. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan

Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 95, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4419);

13. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)

sebagaimana telah diubah 2 (dua) kali terakhir dengan

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

14. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan

International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights

(Kovenan Internasional tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial dan

Budaya) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor

118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4557);

15. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan

International Covenant on Civil and Political Rights

(Kovenan

Internasional Hak-hak Sipil dan Politik) (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2005 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4558);

16. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 63,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4634);

(5)

- 5 -

17. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi

dan Korban (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4635);

18. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Perdagangan Orang (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2007 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4720);

19. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan

Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4846);

20. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan

Diskriminasi Ras dan Etnis (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2008 Nomor 170, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4919);

21. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 181,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4928);

MEMUTUSKAN:

MENETAPKAN : PERATURAN

PRESIDEN

TENTANG

RENCANA

AKSI

NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN

2011-2014.

Pasal 1

Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan :

(6)

- 6 -

1.

Hak Asasi Manusia yang selanjutnya disingkat HAM adalah

seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan

manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan

merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung

tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah, dan

setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan

martabat manusia.

2.

Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia yang selanjutnya

disingkat RANHAM adalah rencana aksi yang disusun sebagai

pedoman pelaksanaan penghormatan, pemajuan, pemenuhan,

perlindungan, dan penegakan HAM di Indonesia.

3.

Pelayanan Komunikasi Masyarakat yang selanjutnya disebut

Yankomas adalah pemberian layanan terhadap masyarakat

tentang

adanya

dugaan

permasalahan

HAM

yang

dikomunikasikan

maupun

tidak

dikomunikasikan

oleh

seseorang atau kelompok orang.

4.

Panitia RANHAM Nasional adalah panitia yang dibentuk oleh

Presiden untuk melaksanakan RANHAM.

5.

Panitia RANHAM Provinsi adalah panitia yang dibentuk oleh

Gubernur sebagai penanggungjawab pelaksanaan RANHAM di

provinsi yang bersangkutan.

6.

Panitia RANHAM Kabupaten/Kota adalah panitia yang

dibentuk oleh Bupati/Walikota sebagai penanggungjawab

pelaksanaan RANHAM di kabupaten/kota yang bersangkutan.

(7)

- 7 -

7. Kelompok Kerja yang selanjutnya disebut Pokja adalah

kelompok kerja internal kementerian/lembaga atau Satuan

Kerja Perangkat Daerah (SKPD) maupun kelompok kerja

antar kementerian/lembaga atau SKPD yang dibentuk

berdasarkan kondisi dan kebutuhan di tingkat nasional,

provinsi, dan kabupaten/kota.

8. Anggota Panitia RANHAM Nasional adalah kementerian/

lembaga yang tercantum di dalam Lampiran II Peraturan

Presiden ini.

9. Anggota Panitia RANHAM Provinsi adalah unsur instansi

pemerintah,

pakar/akademisi,

dan

masyarakat

dengan

mempertimbangkan kondisi dan kebutuhan provinsi yang

bersangkutan.

10. Anggota Panitia RANHAM Kabupaten/Kota adalah unsur

instansi pemerintah, pakar/akademisi, dan masyarakat dengan

mempertimbangkan kondisi dan kebutuhan kabupaten/kota yang

bersangkutan.

Pasal 2

(1)

RANHAM bertujuan untuk meningkatkan penghormatan,

pemajuan, pemenuhan, perlindungan, dan penegakan HAM di

Indonesia dengan mempertimbangkan nilai-nilai agama,

moral, adat istiadat, budaya, dan keamanan, serta ketertiban

bangsa Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

(8)

- 8 -

(2)

Pelaksanaan RANHAM sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

tercantum dalam Lampiran I dan merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari Peraturan Presiden ini, dilaksanakan secara

bertahap dan berkesinambungan.

Pasal 3

(1)

Seluruh

menteri/pimpinan

lembaga

pemerintah

non

kementerian, wajib melaksanakan RANHAM sesuai dengan

tugas dan fungsi masing-masing.

(2)

Seluruh Gubernur, Bupati/Walikota wajib melaksanakan

RANHAM sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing serta

memperhatikan kondisi dan permasalahan di daerah.

Pasal 4

(1)

Untuk melaksanakan RANHAM sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 2, Presiden membentuk Panitia RANHAM

Nasional.

(2)

Panitia RANHAM Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) bertanggung jawab langsung kepada Presiden.

(3)

Panitia RANHAM Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

bertugas melakukan koordinasi pelaksanaan program utama

RANHAM meliputi:

a.

pembentukan dan penguatan institusi pelaksana RANHAM;

b.

persiapan pengesahan instrumen HAM internasional;

(9)

- 9 -

c.

harmonisasi rancangan dan evaluasi peraturan

perundang-undangan;

d.

pendidikan HAM;

e.

penerapan norma dan standar HAM;

f.

pelayanan komunikasi masyarakat; dan

g.

pemantauan, evaluasi dan pelaporan.

(4) Program utama RANHAM sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

tercantum dalam Lampiran I Peraturan Presiden ini.

(5) Panitia RANHAM Nasional melaksanakan rapat pengendalian

dan pelaksanaan program paling sedikit 6 (enam) bulan sekali.

(6) Panitia RANHAM Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) keanggotaannya terdiri dari unsur pemerintah dan lembaga

HAM nasional tercantum dalam Lampiran II Peraturan Presiden

ini.

Pasal 5

(1)

Panitia

RANHAM

Nasional

membentuk

Pokja

yang

keanggotaannya terdiri atas unsur kementerian/lembaga.

(2)

Ketua Panitia RANHAM Nasional menetapkan susunan, tugas

dan fungsi, serta mekanisme dan tatalaksana Pokja.

(3)

Anggota Panitia RANHAM Nasional membentuk Pokja di

lingkungan kementerian/lembaga yang keanggotaannya terdiri

dari unsur unit utama.

(10)

- 10 -

(4)

Pimpinan kementerian/lembaga menetapkan susunan, tugas

dan fungsi serta mekanisme dan tatalaksana Pokja di

lingkungan kementerian/lembaga yang bersangkutan.

(5)

Untuk membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan Panitia

RANHAM Nasional dibentuk Sekretariat Panitia RANHAM

Nasional yang berkedudukan di Kementerian Hukum dan Hak

Asasi Manusia.

Pasal 6

(1)

Untuk melaksanakan RANHAM di provinsi, Gubernur

membentuk Panitia RANHAM Provinsi.

(2)

Panitia RANHAM Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) bertanggungjawab kepada Gubernur.

(3)

Gubernur bertanggung jawab atas pelaksanaan RANHAM di

provinsi kepada Presiden melalui Panitia RANHAM Nasional.

(4)

Gubernur sebagai penanggungjawab pelaksanaan RANHAM di

provinsi mempunyai tugas:

a.

memberikan dukungan terhadap pelaksanaan RANHAM di

provinsi, dan kabupaten/kota; dan

b.

melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan RANHAM

di provinsi dan kabupaten/kota.

(5)

Wakil Gubernur dan Kepala Kantor Wilayah Kementerian

Hukum dan Hak Asasi Manusia serta Sekretaris Daerah karena

jabatannya, masing-masing sebagai Ketua, Wakil Ketua, dan

Sekretaris Panitia RANHAM Provinsi.

(11)

- 11 -

(6)

Panitia RANHAM Provinsi dapat mengangkat Sekretaris II yang

berasal dari Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak

Asasi Manusia.

(7)

Keanggotaan Panitia RANHAM Provinsi terdiri atas unsur

instansi pemerintah, pakar/akademisi, dan unsur masyarakat

dengan mempertimbangkan kondisi dan kebutuhan daerah yang

bersangkutan.

(8)

Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan Panitia RANHAM

Provinsi dibentuk Sekretariat Panitia RANHAM Provinsi yang

kedudukannya ditentukan oleh Panitia RANHAM Provinsi.

(9)

Panitia RANHAM Provinsi bertugas melaksanakan program

utama meliputi:

a. pembentukan dan penguatan institusi pelaksana RANHAM;

b. harmonisasi rancangan dan evaluasi Peraturan Daerah;

c. pendidikan HAM;

d. penerapan norma dan standar HAM;

e. pelayanan komunikasi masyarakat; dan

f. pemantauan, evaluasi dan pelaporan.

(10)

Program utama RANHAM Provinsi sebagaimana dimaksud

pada ayat (9) tercantum dalam Lampiran I Peraturan Presiden

ini.

(11)

Panitia RANHAM Provinsi melaksanakan rapat pengendalian

dan pelaksanaan program paling sedikit 6 (enam) bulan sekali.

(12)

- 12 -

Pasal 7

(1)

Panitia

RANHAM

Provinsi

membentuk

Pokja

yang

keanggotaannya terdiri atas unsur Pemerintah dan unsur

masyarakat.

(2)

Ketua Panitia RANHAM Provinsi menetapkan susunan, tugas

dan fungsi, serta mekanisme dan tatalaksana Pokja.

Pasal 8

(1)

Untuk melaksanakan RANHAM di kabupaten/kota, Bupati/

Walikota membentuk Panitia RANHAM Kabupaten/Kota.

(2)

Panitia RANHAM Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) bertanggungjawab kepada Bupati/Walikota.

(3)

Bupati/Walikota bertanggungjawab atas pelaksanaan RANHAM

di kabupaten/kota kepada Gubernur melalui Panitia RANHAM

Provinsi.

(4)

Bupati/Walikota

sebagai

penanggungjawab

pelaksanaan

RANHAM di Kabupaten/Kota mempunyai tugas:

a.

memberikan dukungan terhadap pelaksanaan RANHAM di

kabupaten/kota; dan

b.

melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan RANHAM

di kabupaten/kota.

(5)

Wakil Bupati/Wakil Walikota dan Sekretaris Daerah karena

jabatannya ditunjuk sebagai Ketua dan Sekretaris Panitia

RANHAM Kabupaten/Kota.

(13)

- 13 -

(6)

Keanggotaan Panitia RANHAM Kabupaten/Kota terdiri atas

unsur instansi pemerintah, pakar/akademisi, dan unsur

masyarakat dengan mempertimbangkan kondisi dan kebutuhan

daerah yang bersangkutan.

(7)

Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan Panitia RANHAM

Kabupaten/Kota dibentuk Sekretariat Panitia RANHAM

Kabupaten/Kota yang kedudukannya ditentukan oleh Panitia

RANHAM Kabupaten/Kota.

(8)

Panitia RANHAM Kabupaten/Kota bertugas melaksanakan

program utama meliputi:

a.

pembentukan dan penguatan institusi pelaksana RANHAM;

b.

harmonisasi rancangan dan evaluasi Peraturan Daerah;

c.

pendidikan HAM;

d.

penerapan norma dan standar HAM;

e.

pelayanan komunikasi masyarakat; dan

f.

pemantauan, evaluasi dan pelaporan.

(9)

Program utama RANHAM Kabupaten/Kota sebagaimana

dimaksud pada ayat (8) tercantum dalam Lampiran I Peraturan

Presiden ini.

(10)

Panitia

RANHAM

Kabupaten/Kota

melaksanakan

rapat

pengendalian dan pelaksanaan program paling sedikit 6 (enam)

bulan sekali.

Pasal 9

(1)

Panitia RANHAM Kabupaten/Kota membentuk Pokja yang

keanggotaannya terdiri atas unsur Pemerintah dan masyarakat.

(14)

- 14 -

(2) Ketua Panitia RANHAM Kabupaten/Kota menetapkan susunan,

tugas dan fungsi, serta mekanisme dan tatalaksana Pokja.

Pasal 10

Dalam melaksanakan tugasnya Panitia RANHAM Provinsi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (9) dan Panitia

RANHAM Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8

ayat (8) dapat melakukan kerja sama dengan lembaga pendidikan

dan organisasi kemasyarakatan.

Pasal 11

(1)

Segala biaya yang diperlukan bagi pelaksanaan kegiatan

Sekretariat Panitia RANHAM Nasional dibebankan pada

anggaran pendapatan dan belanja negara yang ditempatkan

pada

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

(2)

Segala biaya yang diperlukan bagi pelaksanaan kegiatan

RANHAM Nasional di masing-masing kementerian/lembaga,

dibebankan pada anggaran pendapatan dan belanja negara pada

masing-masing kementerian/lembaga.

(3)

Segala biaya yang diperlukan bagi pelaksanaan kegiatan

RANHAM Provinsi atau Kabupaten/Kota, dibebankan pada

anggaran pendapatan dan belanja daerah pada provinsi atau

kabupaten/kota.

(15)

- 15 -

Pasal 12

(1)

Panitia RANHAM Nasional wajib menyampaikan laporan

tahunan kepada Presiden paling lambat akhir bulan Maret tahun

berikutnya.

(2)

Panitia RANHAM Provinsi wajib menyampaikan laporan

berkala setiap 6 (enam) bulan sekali kepada Gubernur dan

Panitia RANHAM Nasional paling lambat akhir bulan Agustus

tahun berjalan dan akhir bulan Februari tahun berikutnya.

(3)

Panitia RANHAM Kabupaten/Kota wajib menyampaikan

laporan berkala setiap 6 (enam) bulan sekali kepada

Bupati/Walikota dan Panitia RANHAM Provinsi paling lambat

akhir bulan Juli tahun berjalan dan akhir bulan Januari tahun

berikutnya.

(4)

Laporan

Panitia

RANHAM

Nasional,

Provinsi,

dan

Kabupaten/Kota dipublikasikan sebagai wujud asas akuntabilitas

publik.

Pasal 13

Pada saat Peraturan Presiden ini mulai berlaku, Keputusan Presiden

Nomor 40 Tahun 2004 tentang Rencana Aksi Nasional Hak Asasi

Manusia Indonesia Tahun 2004-2009 dicabut dan dinyatakan tidak

berlaku.

(16)

- 16 -

Pasal 14

Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 11 April 2011

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ttd.

(17)

LAMPIRAN I

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 23 TAHUN 2011

TANGGAL

RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA

TAHUN 2011-2014

I. Mukadimah

1.

Tujuan utama RANHAM adalah mendorong terciptanya masyarakat adil,

makmur, cerdas, sejahtera dan berbudaya HAM.

2.

RANHAM ini merupakan suatu dokumen yang berkembang

(living document)

yang di dalam pelaksanannya perlu disesuaikan dengan fokus, potensi, dan

permasalahan masing-masing

.

3.

RANHAM merupakan komitmen negara dan pemerintah Republik Indonesia

terhadap penghormatan, perlindungan, pemajuan, penegakan dan pemenuhan

HAM baik di pusat maupun daerah di seluruh Indonesia dengan memperhatikan

aspek pluralisme dan multikulturalisme. Oleh karena itu mandat tersebut harus

dipahami, dijadikan acuan dan dilaksanakan oleh semua penyelenggara

kekuasaan negara secara akuntabel.

4.

RANHAM merupakan politik HAM Negara untuk memberikan perlindungan

dan pemenuhan HAM bagi setiap orang yang ada di Indonesia oleh para

penyelenggara kekuasaan negara untuk menjalankan tugas mereka mengabdi

kepada masyarakat dengan berorientasi pada HAM, serta dengan membangun

kerja sama yang sinergistik antar lembaga pemerintah dengan masyarakat

madani.

(18)

- 2 -

5.

RANHAM juga ditujukan untuk menumbuhkan semangat kerja sama

internasional dengan mengacu pada prinsip-prinsip dan tujuan-tujuan Piagam

Perserikatan Bangsa-Bangsa khususnya pada Pasal 1 ayat (3), Pasal 55, dan

Pasal 56 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa serta Pasal 1, Pasal 4, dan Pasal 15

Deklarasi Wina. Kerja sama internasional dibidang HAM ini berdasarkan pada

prinsip-prinsip saling menghormati, persamaan derajat, dan hubungan baik antar

bangsa, serta hukum internasional dengan memperhatikan kepentingan nasional

dan menghormati ketentuan-ketentuan nasional yang berlaku.

6.

Pelaksanaan RANHAM Tahun 2004-2009 disadari belum sepenuhnya tercapai

sesuai dengan rencana yang ditetapkan, meskipun telah terbentuk 456 (empat

ratus lima puluh enam) Panitia RANHAM di Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Keadaan tersebut

karena pemahaman HAM anggota Panitia RANHAM masih

belum memadai, belum optimalnya koordinasi dan konsultasi baik antar

lembaga/unit yang diwakili dalam Panitia RANHAM maupun dengan lembaga

di luar Panitia RANHAM, keterbatasan anggaran dan adanya anggapan bahwa

RANHAM semata-mata menjadi tanggung jawab Kementerian Hukum dan

HAM. Tidak semua program utama RANHAM dilaksanakan sebagaimana

mestinya baik ditingkat pusat maupun daerah karena tidak adanya petunjuk yang

konkret sebagai panduan, sehingga berakibat kegiatan bertumpu pada sosialisasi

dan diseminasi.

(19)

- 3 -

7.

Sejalan dengan hal-hal tersebut di atas, maka RANHAM Tahun 2011-2014,

memberikan penugasan

yang lebih jelas kepada kementerian/lembaga, Gubernur

dan Bupati/Walikota sebagai Penanggungjawab pelaksanaan RANHAM, sesuai

tugas pokok dan fungsi masing-masing. Panitia RANHAM agar melaksanakan

tugas di unit kerjanya masing-masing dengan mengacu pada norma dan standar

HAM, memastikan aparat pemerintah memahami dan berorientasi pada HAM

dalam pelaksanaan tugas, mendorong kearah masyarakat dan aparat berbudaya

HAM, serta memastikan agar peraturan daerah selaras dengan hukum dan HAM.

Panitia RANHAM juga berperan dalam pengambilan kebijakan daerah

didasarkan pada penilaian kebutuhan

(need assessment)

, pengarusutamaan HAM

(human rights mainstreaming)

, penyelarasan aturan hukum dengan standar dan

norma HAM

(legislation process)

, Standar Prosedur Operasional

(Standard

Operating Procedure)

bagi penerapan kebijakan dan peraturan, pemantauan

terhadap kinerja aparat dalam pelayanan publik, dan pemantauan perbaikan

kondisi masyarakat yang kurang beruntung termasuk kelompok rentan

(vulnerable groups)

.

II. Program Utama RANHAM Tahun 2011-2014

1. Program Utama

RANHAM Tahun 2011-2014 terdiri dari 7 (tujuh) program utama, yaitu :

1)

Pembentukan dan penguatan institusi RANHAM;

2)

Persiapan pengesahan instrumen HAM internasional;

3)

Harmonisasi rancangan dan evaluasi peraturan perundang-undangan;

4)

Pendidikan HAM;

(20)

- 4 -

5)

Penerapan norma dan standar HAM;

6)

Pelayanan Komunikasi Masyarakat; dan

7)

Pemantauan, evaluasi dan pelaporan.

2. Pembentukan dan Penguatan Institusi RANHAM

Dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden tentang RANHAM Indonesia Tahun

2011-2014 ini, kepanitiaan RANHAM Tahun 2004-2009 perlu diperbaharui.

Untuk meningkatkan kelancaran dan koordinasi pelaksanaan RANHAM

Indonesia Tahun 2011-2014 di tingkat Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota,

dibentuk Pokja yang merupakan koordinator pelaksanaan RANHAM di instansi

masing-masing dan sekaligus sebagai penghubung dengan Sekretariat dan

Panitia RANHAM.

Pokja RANHAM Provinsi dan Kabupaten/Kota dibentuk

berdasarkan kondisi dan kebutuhan daerah yang bersangkutan dalam rangka

penanganan masalah HAM, misalnya Pokja tentang pengentasan kemiskinan,

Pokja tentang harmonisasi Raperda dan evaluasi Perda, Pokja tentang

penanganan masalah anak dan lain-lain. Untuk itu, Panitia RANHAM Nasional,

Panitia RANHAM Provinsi dan Panitia RANHAM Kabupaten/Kota dan Pokja

perlu dibekali pengetahuan HAM dan RANHAM.

3. Persiapan Pengesahan Instrumen HAM Internasional

Program pengesahan instrumen HAM internasional yang menjadi program

RANHAM Tahun 2011-2014 sebanyak 12 (dua belas) instrumen, meliputi 1)

Konvensi Penghentian Perdagangan Manusia; 2) Konvensi Perlindungan

Hak-hak Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya; 3) Protokol Opsional Konvensi

(21)

- 5 -

Hak Anak tentang Perdagangan Anak, Pornografi Anak dan Prostitusi Anak; 4)

Protokol Opsional Konvensi Penghapusan Diskriminasi terhadap Wanita; 5)

Protokol Opsional Konvensi Hak Anak tentang Keterlibatan Anak Dalam

Konflik Bersenjata; 6) Konvensi Pencegahan dan Penghukuman Kejahatan

Genosida; 7) Protokol Opsional Konvensi Anti Penyiksaan; 8) Statuta Roma; 9)

Konvensi Status Pengungsi; 10) Protokol Opsional Tahun 1967 Konvensi Status

Pengungsi; 11) pengesahan Konvensi Hak Penyandang Cacat; dan 12) Konvensi

Perlindungan bagi Setiap Orang dari Penghilangan Paksa.

4. Harmonisasi Rancangan dan evaluasi Peraturan Perundang-undangan

Harmonisasi peraturan perundang-undangan (termasuk peraturan daerah) perlu

didahului dengan pembentukan pedoman parameter HAM sebagai perangkat

pengharmonisasian untuk memastikan bahwa suatu produk peraturan

perundang-undangan telah disusun berdasarkan nilai-nilai HAM. Diperlukan pula

kesepakatan

mekanisme

harmonisasi,

serta

peran

pimpinan

kementerian/lembaga, Kepala Daerah, baik di tingkat Provinsi, maupun

Kabupaten/Kota sebagai komitmen regulator. Selain itu masih terdapat peraturan

perundang-undangan yang tumpang tindih, dan belum berperspektif HAM

sehingga perlu dilakukan evaluasi.

5. Pendidikan HAM

Usaha meningkatkan pengetahuan dan pembudayaan HAM, kepada aparatur

pemerintah, aparat penegak hukum, pendidik dan tenaga kependidikan serta

tokoh-tokoh masyarakat/tokoh agama akan terus dilakukan melalui pelatihan

(22)

- 6 -

dan diseminasi. Pelatihan untuk pelatih (TOT) dilakukan secara berjenjang dan

berkesinambungan,

untuk

mempercepat

peningkatan

pemahaman

dan

pengetahuan HAM, sedangkan diseminasi HAM bertujuan untuk penyebarluasan

nilai-nilai HAM.

6. Penerapan Norma dan Standar HAM

Kewajiban Pemerintah dalam upaya mewujudkan penghormatan, perlindungan,

penegakan, pemajuan dan pemenuhan HAM sebagaimana diatur dalam Undang

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan

Undang-Undang

Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, perlu dijabarkan secara

operasional ke dalam program dan kegiatan setiap kementerian/lembaga dan

Satuan Kerja Perangkat Daerah.

Penjabaran tersebut didasarkan pada 10 (sepuluh) kelompok hak yaitu : (1) hak

untuk hidup; (2) hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan dengan perkawinan

yang sah; (3) hak mengembangkan diri; (4) hak memperoleh keadilan; (5) hak

atas kebebasan pribadi; (6) hak rasa aman; (7) hak atas kesejahteraan; (8) hak

turut serta dalam pemerintahan; (9) hak perempuan; dan (10) hak anak.

Untuk ke depan prioritas program dan kegiatan Kementerian/Lembaga dan

Pemerintah Daerah telah disusun dalam matriks Lampiran I Angka III Peraturan

Presiden

ini.

Pelaksanaan

kegiatan

oleh

Pemerintah

Daerah

harus

memperhatikan fokus, potensi, dan permasalahan masing-masing.

(23)

- 7 -

7.

Pelayanan Komunikasi Masyarakat

Pelayanan Komunikasi Masyarakat adalah salah satu upaya pemerintah untuk

menyelesaikan dugaan pelanggaran/permasalahan HAM yang terjadi di

masyarakat

baik

yang

dikomunikasikan

maupun

yang

tidak/belum

dikomunikasikan oleh seseorang atau kelompok orang.

Langkah-langkah dalam Pelayanan Komunikasi Masyarakat dilaksanakan oleh

seluruh Panitia RANHAM Nasional, Panitia RANHAM Provinsi, dan Panitia

RANHAM Kabupaten/Kota dengan mengacu kepada Standar Prosedur

Operational (SOP) yang meliputi analisis, koordinasi, sampai dengan

penyusunan rekomendasi dan pelaporan, terhadap adanya dugaan pelanggaraan

HAM yang dikomunikasikan oleh seseorang atau kelompok orang.

Khusus terhadap permasalahan HAM yang tidak/belum dikomunikasikan

dilakukan identifikasi masalah oleh seluruh Panitia RANHAM Nasional, Panitia

RANHAM Provinsi, dan Panitia RANHAM Kabupaten/Kota guna diperoleh

pemetaan potensi pelanggaran HAM yang terjadi dan mendapatkan

perhatian/komitmen dari pimpinan Kementerian/Lembaga, Gubernur, Bupati/

Walikota sebagai dorongan untuk mengurangi permasalahan HAM sesuai

dengan ruang lingkup kewenangan masing-masing.

8.

Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan

Pemantauan merupakan proses penilaian kemajuan suatu program atau kegiatan

dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi, merupakan rangkaian

kegiatan membandingkan hasil atau prestasi dengan standar, rencana, dan

(24)

- 8 -

norma yang telah ditetapkan dan menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi

keberhasilan atau kegagalan suatu kegiatan dalam mencapai tujuan, sedangkan

pelaporan merupakan penyampaian informasi pelaksanaan program RANHAM

pada bentuk dan kurun waktu yang telah ditentukan.

Dalam upaya untuk melakukan ketiga hal tersebut di atas diperlukan pedoman

pemantauan, evaluasi dan pelaporan RANHAM untuk memberikan panduan

dalam rangka pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan RANHAM di

seluruh Indonesia.

Kegiatan pemantauan, evaluasi dan pelaporan merupakan kegiatan yang tidak

terpisahkan dari seluruh rangkaian program RANHAM yang mencakup: (1)

Pembentukan dan penguatan institusi RANHAM; (2) Persiapan pengesahan

instrumen HAM internasional; (3) Harmonisasi Rancangan dan evaluasi

peraturan perundang-undangan; (4) Pendidikan HAM; (5) Penerapan norma dan

standar HAM; dan (6) Pelayanan Komunikasi Masyarakat.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ttd.

(25)

- 9 -

III. KEGIATAN RANHAM INDONESIA TAHUN 2011 – 2014

A. PEMBENTUKAN DAN PENGUATAN INSTITUSI RANHAM

NO PERMASALAHAN STRATEGI RENCANA AKSI KELUARAN HASIL

WAKTU PENANGGUNG

JAWAB (INSTANSI/ LEMBAGA) T1 T2 T3 T4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

PEMBENTUKAN PANITIA RANHAM

1 Belum terbentuknya Panitia RANHAM 2011-2014 Pembentukan Panitia RANHAM 2011-2014 Membentuk dan mengukuhkan Panitia RANHAM Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota periode 2011-2014

Surat Keputusan tentang Pembentukan Panitia RANHAM Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota periode 2011-2014 Terbentuknya Panitia RANHAM Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota periode 2011-2014 V - - - Kemenkumham, Pemerintah Provinsi dan Kab/Kota 2 Belum optimalnya pelaksanaan RANHAM 2004-2009 Peningkatan koordinasi Panitia RANHAM Nasional, Provinsi dan Kabupaten/ Kota 1. Melaksanakan Rapat Koordinasi Panitia RANHAM Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota paling sedikit 6 (enam) bulan sekali 1. Terselenggaranya Rapat Koordinasi Panitia RANHAM Terlaksananya Program RANHAM 2011-2014 secara optimal V V V V Panitia RANHAM Nasional, Pemerintah Provinsi dan Kab/Kota

(26)

- 10 -

NO PERMASALAHAN STRATEGI RENCANA AKSI KELUARAN HASIL

WAKTU PENANGGUNG JAWAB (INSTANSI/ LEMBAGA) T1 T2 T3 T4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 2. Membentuk Pokja di setiap Kementerian/ Lembaga, dan di setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Pemerintah Provinsi dan Pemerintah

Kabupaten/Kota

2. Penetapan Pokja di setiap Kementerian/ Lembaga, dan di setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di

Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota

PENGUATAN PANITIA RANHAM

1 Masih lemahnya pemahaman Program RANHAM oleh Panitia RANHAM Peningkatan pemahaman Program RANHAM 1. Sosialisasi/ Diseminasi Program RANHAM bagi Panitia RANHAM

2. Pelatihan HAM bagi Panitia RANHAM 1. Terselenggaranya Sosialisasi/ Diseminasi Program RANHAM bagi Panitia RANHAM 2. Terselenggaranya

Pelatihan HAM bagi Panitia RANHAM Meningkatnya pemahaman Program RANHAM oleh Panitia RANHAM V V V V Kemenkumham, Pemerintah Provinsi dan Kab/Kota B. PERSIAPAN …

(27)

- 11 -

B. PERSIAPAN PENGESAHAN INSTRUMEN INTERNASIONAL HAM

NO PERMASALAHAN STRATEGI RENCANA AKSI KELUARAN HASIL

WAKTU PENANGGUNG JAWAB (INSTANSI/ LEMBAGA) T1 T2 T3 T4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 Belum efektifnya persiapan pengesahan instrumen internasional HAM karena faktor internal dan eksternal Peningkatan efektifitas persiapan pengesahan instrumen internasional HAM karena faktor internal dan eksternal 1. Membentuk mekanisme persiapan pengesahan instrumen internasional HAM 2. Membentuk Pokja Tetap persiapan pengesahan instrumen internasional HAM 1. Terbentuknya mekanisme persiapan pengesahan instrumen internasional HAM 2. Terbentuknya Pokja Tetap Persiapan Pengesahan Instrumen Internasional HAM Tersusunnya naskah akademik dan RUU instrumen

internasional HAM yang akan disahkan meliputi : 1. Konvensi Penyandang Cacat 2. Protokol Opsional Konvensi Anti Penyiksaan V - - - - V - - Kemenlu, Kemenkumham, Kemensos, Kemen PU Kemenlu, Kemenkumham, Kepolisian, Kejaksaan, Kemenhan 3. Menyusun …

(28)

- 12 -

NO PERMASALAHAN STRATEGI RENCANA AKSI KELUARAN HASIL

WAKTU PENANGGUNG JAWAB (INSTANSI/ LEMBAGA) T1 T2 T3 T4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 3. Menyusun Naskah Akademik dan RUU oleh Pokja Persiapan Pengesahan Instrumen Internasional HAM

4. Sosialisasi muatan instrumen Internasional HAM yang akan disahkan

3. Tersusunnya Naskah Akademik dan RUU persiapan pengesahan instrumen HAM internasional 4. Tersosialisasinya instrumen HAM internasional yang akan disahkan 3. Statuta Roma tentang Mahkamah Pidana Internasional 4. Konvensi Penghentian Perdagangan Manusia dan Eksploitasi Prostitusi 5. Konvensi perlindungan hak-hak Pekerja Migran dan anggota-anggota keluarganya - - - - - - V - - - V V Kemenlu, Kemenkumham, Kepolisian, Kejaksaan, Kemenhan, Kemensos, MABES TNI Kemenlu, Kemenkumham, Kepolisian, Kejaksaan, Kemennakertrans Kemenlu, Kemenkumham, Kemennakertrans, Kemen PP & PA, Kemensos, Kemen dagri, BNP2TKI

(29)

- 13 -

NO PERMASALAHAN STRATEGI RENCANA AKSI KELUARAN HASIL

WAKTU PENANGGUNG JAWAB (INSTANSI/ LEMBAGA) T1 T2 T3 T4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 6. Protokol Opsional Konvensi Hak Anak tentang Perdagangan Anak, Pornografi Anak dan Prostitusi Anak 7. Protokol Opsional Konvensi Penghapusan Diskriminasi terhadap Perempuan 8. Protokol Opsional

Konvensi Hak Anak tentang Keterlibatan anak dalam konflik bersenjata V - V - V - - - - - - - Kemenlu, Kemenkumham, Kemen PP & PA, Kemdiknas, Kemensos Kemenlu, Kemenkumham, Kemen PP & PA Kemenlu, Kemenkumham, Kemenhan, Kepolisian, Kejaksaan , Kemen PP & PA, Kemensos

(30)

- 14 -

NO PERMASALAHAN STRATEGI RENCANA AKSI KELUARAN HASIL WAKTU

PENANGGUNG JAWAB (INSTANSI/ LEMBAGA) T1 T2 T3 T4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 9. Konvensi Status Pengungsi 10. Protokol Opsional Tahun1967 Konvensi Status Pengungsi 11. Konvensi Pencegahan dan Penghukuman Kejahatan Genosida 12. Konvensi Perlindungan Bagi Setiap Orang dari Penghilangan Paksa - - - - - - - - - - - - V V V V Kemenlu, Kemenkumham, Kemennakertrans Kemensos Kemenlu, Kemenkumham, Kemennakertrans Kemensos Kemenlu, Kemenkumham, Kepolisian, Kejaksaan, Kemenhan Kemenlu, Kemenhan, Kemenkumham, MABES TNI, Kepolisian C. HARMONISASI …

(31)

- 15 -

C. HARMONISASI RANCANGAN DAN EVALUASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

NO PERMASALAHAN STRATEGI RENCANA AKSI KELUARAN HASIL

WAKTU PENANGGUNG JAWAB (INSTANSI/ LEMBAGA) T1 T2 T3 T4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 Masih adanya peraturan perundang-undangan yang belum berperspektif HAM Harmonisasi rancangan dan evaluasi peraturan perundang-undangan berperspektif HAM 1. Menyiapkan parameter HAM untuk harmonisasi rancangan dan evaluasi peraturan perundang-undangan 2. Membentuk Pokja evaluasi peraturan perundang-undangan dan harmonisasi rancangan peraturan perundang- undangan 1. Tersusunnya parameter HAM untuk harmonisasi rancangan peraturan perundang-undangan dan evaluasi peraturan perundang-undangan 2. Terbentuknya Pokja evaluasi peraturan perundang-undangan dan harmonisasi rancangan peraturan perundang-undangan yang efektif 1. Terlaksananya harmonisasi rancangan peraturan perundang-undangan dan evaluasi peraturan perundang-undangan berper-spektif HAM 2. Rekomendasi adanya peraturan perundang-undangan yang belum berperspektif HAM V V V V Kemenkumham, Kemendagri, Kementerian terkait, Pemerintah Provinsi dan Kab/Kota 3. Melaksanakan …

(32)

- 16 -

NO PERMASALAHAN STRATEGI RENCANA AKSI KELUARAN HASIL

WAKTU PENANGGUNG JAWAB (INSTANSI/ LEMBAGA) T1 T2 T3 T4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 12 3. Melaksanakan sosialisasi pedoman harmonisasi rancangan dan evaluasi peraturan perundang-undangan 4. Melakukan harmonisasi rancangan peraturan perundang-undangan 5. Melaksanakan evaluasi peraturan perundang-undangan yang belum berperspektif HAM 3. Terlaksananya sosialisasi pedoman harmonisasi rancangan peraturan perundang-undangan 4. Rancangan peraturan perundang-undangan yang berperspektif HAM 5. Tersusunnya informasi peraturan perundang-undangan yang belum berperspektif HAM 2. Masih …

(33)

- 17 -

NO PERMASALAHAN STRATEGI RENCANA AKSI KELUARAN HASIL

WAKTU PENANGGUNG JAWAB (INSTANSI/ LEMBAGA) T1 T2 T3 T4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 2 Masih adanya peraturan perundang-undangan yang tumpang tindih Penyelarasan peraturan perundang-undangan 1. Menginventarisasi peraturan perundang-undangan yang tumpang tindih 1. Terinventarisasinya peraturan perundang-undangan yang tumpang tindih Peraturan perundang-undangan yang serasi dan selaras V V V V Kemenkumham, Kemen LH, Kemen ESDM, Kemenhut, Kemendagri, Kemen KP, Kementan, Kemen PU, Kemenbudpar, Pemerintah Provinsi dan Kab/Kota 2. Melakukan pengkajian

dan penelitian terhadap peraturan perundang-undangan yang tumpang tindih

2. Tersusunnya hasil kajian dan penelitian terhadap peraturan perundang-undangan yang tumpang tindih 3. Menyusun dan

menyelaraskan peraturan perundang-undangan 4. Meningkatkan

koordinasi Pantia RANHAM dengan Law Centre Kemenkumham

3. Tersusunnya

peraturan perundang-undangan yang serasi dan selaras 4. Meningkatnya koordinasi Panitia RANHAM dengan Law Centre Kemenkumham D. PENDIDIKAN …

(34)

- 18 -

D. PENDIDIKAN HAK ASASI MANUSIA

NO PERMASALAHAN STRATEGI RENCANA AKSI KELUARAN HASIL

WAKTU PENANGGUNG JAWAB (INSTANSI/ LEMBAGA) T1 T2 T3 T4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 Belum maksimalnya pemahaman dan kesadaran aparatur pemerintah dan masyarakat tentang HAM Peningkatan pemahaman dan kesadaran HAM bagi aparatur pemerintah dan masyarakat

1. Menyusun modul dan bahan untuk diseminasi dan pelatihan HAM bagi aparatur pemerintah dan masyarakat 2. Melaksanakan diseminasi dan pelatihan HAM berkelanjutan bagi aparatur pemerintah dan masyarakat

1. Tersusunnya modul dan bahan untuk diseminasi dan pelatihan HAM bagi aparatur pemerintah dan masyarakat

2. Terlaksananya diseminasi dan pelatihan HAM bagi aparatur pemerintah dan masyarakat

Meningkatnya pemahaman dan kesadaran HAM bagi aparatur pemerintah dan masyarakat V V V V Kemenkumham, Kemendiknas, LAN, Kemenag, Kemen PP & PA, Kemensos, Kemenkominfo, Kemendagri, KOMNAS HAM, Pemerintah Provinsi dan Kab/Kota 3. Melaksanakan …

(35)

- 19 -

NO PERMASALAHAN STRATEGI RENCANA AKSI KELUARAN HASIL

WAKTU PENANGGUNG JAWAB (INSTANSI/ LEMBAGA) T1 T2 T3 T4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 12 3. Melaksanakan pelatihan untuk pelatih dan fasilitator/ penyuluh pelatihan HAM bagi aparatur pemerintah dan masyarakat

3. Terlaksananya pelatihan untuk pelatih dan

fasilitator/penyuluh pelatihan HAM bagi aparatur pemerintah dan masyarakat 2 Masih terbatasnya

bahan ajar dan penggunaan metodologi HAM di lingkungan pendidikan Peningkatan kualitas dan kuantitas bahan ajar serta penganeka-ragaman penggunaan metodologi HAM di lingkungan pendidikan 1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas bahan ajar HAM dalam lingkungan pendidikan 2. Menganekaragamkan metodologi HAM di lingkungan pendidikan 1. Meningkatnya kualitas dan

kuantitas bahan ajar HAM dalam lingkungan pendidikan 2. Meningkatnya penganekaragaman penggunaan metodologi HAM di lingkungan pendidikan Terpenuhinya bahan ajar dan penggunaan metodologi HAM di lingkungan pendidikan

V V V V

(36)

- 20 -

NO PERMASALAHAN STRATEGI RENCANA AKSI KELUARAN HASIL

WAKTU PENANGGUNG JAWAB (INSTANSI/ LEMBAGA) T1 T2 T3 T4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 3 Belum semua kurikulum pendidikan kepemimpinan, teknis, dan fungsional memuat materi HAM

Penguatan materi HAM pada kurikulum pendidikan kepemimpinan teknis, dan fungsional 1. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait untuk memasukan materi HAM dalam kurikulum pendidikan kepemimpinan, teknis dan fungsional

2. Melaksanakan

pendidikan HAM bagi Widyaiswara

1. Terlaksananya koordinasi dengan instansi terkait untuk memasukan materi HAM dalam kurikulum pendidikan kepemimpinan, teknis dan fungsional 2. Terlaksananya pendidikan HAM bagi Widyaiswara Semua kurikulum pendidikan kepemimpinan, teknis, dan fungsional

memuat materi HAM

V V V V Kemendiknas, LAN, Kemenkumham, Kemenag, Pemerintah Provinsi dan Kab/Kota 4 Belum optimalnya peran media massa, seni dan budaya dalam pembudayaan nilai-nilai HAM

Peningkatan peran lembaga/ instansi, media massa, seni dan budaya dalam pembudayaan HAM

Melakukan pembudayaan HAM melalui peran lembaga/instansi, media cetak, elektronik dan seni tradisional

Terlaksananya pembudayaan HAM melalui peran lembaga/ instansi, media cetak, elektronik dan seni tradisional

Meningkatnya peran lembaga/instansi, media massa, seni dan budaya dalam pembudayaan nilai-nilai HAM V V V V Kemenkumham, Kemendiknas, Kemenbudpar, Kemenkominfo, Pemerintah Provinsi dan Kab/Kota E. PENERAPAN …

(37)

- 21 -

E. PENERAPAN NORMA DAN STANDAR HAK ASASI MANUSIA

NO PERMASALAHAN STRATEGI RENCANA AKSI KELUARAN HASIL

WAKTU PENANGGUNG

JAWAB (INSTANSI/ LEMBAGA) T1 T2 T3 T4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1. HAK UNTUK HIDUP

1 Masih tingginya angka kematian ibu dan bayi pada saat proses kelahiran, khususnya sebagai akibat kemiskinan

Peningkatan taraf hidup ibu hamil

1. Meningkatkan pemberian gizi tambahan bagi ibu hamil dari keluarga miskin

2. Meningkatkan pelayanan kesehatan kepada ibu hamil, pada saat dan setelah melahirkan di Puskesmas, Puskesmas Pembantu, maupun Rumah Sakit oleh tenaga-tenaga yang profesional dan didukung sarana dan prasarana yang memadai

1. Meningkatnya pemberian gizi tambahan bagi ibu hamil dari keluarga miskin

2. Meningkatnya pelayanan kesehatan kepada ibu hamil, pada saat dan setelah melahirkan di Puskesmas,

Puskesmas Pembantu, maupun Rumah Sakit

Berkurangnya angka kematian ibu dan bayi dalam proses kelahiran

V V V V Kemenkes, Kemensos, Kemen PP & PA, BKKBN,

Pemerintah Provinsi dan Kab/Kota

(38)

- 22 -

NO PERMASALAHAN STRATEGI RENCANA AKSI KELUARAN HASIL

WAKTU PENANGGUNG JAWAB (INSTANSI/ LEMBAGA) T1 T2 T3 T4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 3. Meningkatkan target program vaksinasi tanpa dipungut biaya bagi bayi dan keluarga miskin 4. Memberikan bantuan

gizi bagi bayi dan keluarga miskin 5. Sosialisasi tentang

perilaku hidup bersih dan sehat

6. Sosialisasi tentang penanganan perinatal

7. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan KB yang berkualitas (sesuai dengan SOP)

3. Meningkatnya program vaksinasi gratis bagi bayi dari keluarga miskin 4. Terlaksananya

bantuan gizi bagi bayi dan keluarga miskin 5. Meningkatnya

perilaku hidup bersih dan sehat 6. Meningkatnya pengetahuan tentang penanganan perinatal 7. Meningkatnya kesertaan KB bagi keluarga miskin 2. Terbatasnya …

(39)

- 23 -

NO PERMASALAHAN STRATEGI RENCANA AKSI KELUARAN HASIL

WAKTU PENANGGUNG JAWAB (INSTANSI/ LEMBAGA) T1 T2 T3 T4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 2 Terbatasnya layanan kesehatan, terutama bagi yang mengidap penyakit HIV/AIDS, Napza, TB dan Malaria mengakibat-kan terancamnya usia hidup termasuk narapidana dan tahanan. Perlindungan terhadap Hak Hidup termasuk narapidana dan tahanan 1. Meningkatkan rehabilitasi dan perlindungan sosial korban Napza termasuk narapidana dan tahanan

2. Meningkatkan layanan kesehatan yang layak bagi penderita HIV/ AIDS, Napza, TB dan Malaria termasuk narapidana dan tahanan

1. Meningkatnya rehabilitasi dan perlindungan sosial korban Napza termasuk narapidana dan tahanan 2. Meningkatnya layanan kesehatan yang layak bagi penderita HIV/ AIDS, Napza, TB dan Malaria termasuk narapidana dan tahanan

Meningkatnya kesehatan narapidana dan tahanan bagi penderita HIV/AIDS, Napza, TB dan Malaria V V V V Kemenkumham, Kemenkes, Kemensos, Pemerintah Provinsi dan Kab/Kota 3. Menurunnya …

(40)

- 24 -

NO PERMASALAHAN STRATEGI RENCANA AKSI KELUARAN HASIL

WAKTU PENANGGUNG JAWAB (INSTANSI/ LEMBAGA) T1 T2 T3 T4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 3 Menurunnya kualitas lingkungan yang mengancam perikehidupan dan makhluk hidup Peningkatan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

1. Bakti sosial dan gerakan masyarakat sadar lingkungan 2. Pendidikan adiwiyata dalam lingkungan pendidikan formal 3. Menyusun panduan pengelolaan lingkungan hidup (baku mutu, amdal) dan ijin

pengelolaan lingkungan hidup

1. Terlaksananya bakti sosial dan gerakan masyarakat sadar lingkungan 2. Terlaksanannya pendidikan adiwiyata dalam lingkungan pendidikan formal 3. Tersusunnya panduan pengelolaan lingkungan hidup (baku mutu, amdal) dan ijin pengelolaan lingkungan hidup Semakin membaiknya kualitas lingkungan hidup V V V V Kemenhut, Kemen LH, Kemendagri, Kemen ESDM, Kementan, Kemen BUMN, Kemen KP, Pemerintah Provinsi dan Kab/Kota 4. Melanjutkan …

(41)

- 25 -

NO PERMASALAHAN STRATEGI RENCANA AKSI KELUARAN HASIL

WAKTU PENANGGUNG JAWAB (INSTANSI/ LEMBAGA) T1 T2 T3 T4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 4. Melanjutkan pemberian penghargaan Kalpataru dan Satya Lencana Pembangunan kepada Pemerintah Kab/Kota dan pemerhati lingkungan

5. Meningkatkan tanggung jawab sosial pelaku usaha dalam rangka pengelolaan SDA dan pelestarian lingkungan dengan mengikutsertakan masyarakat setempat 4. Terlaksananya pemberian penghargaan Kalpataru dan Satya Lencana Pembangunan kepada Pemerintah Kab/Kota dan pemerhati lingkungan 5. Meningkatnya

tanggung jawab sosial pelaku usaha dalam rangka pengelolaan SDA dan pelestarian lingkungan dengan mengikutsertakan masyarakat setempat

(42)

- 26 -

NO PERMASALAHAN STRATEGI RENCANA AKSI KELUARAN HASIL

WAKTU PENANGGUNG JAWAB (INSTANSI/ LEMBAGA) T1 T2 T3 T4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 4 Masih lemahnya pengawasan dan penegakan hukum di bidang lingkungan hidup dan sumber daya alam Peningkatan pengawasan dan penegakan hukum di bidang lingkungan hidup dan sumber daya alam 1. Menginventarisasi dan mengkaji peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup dan sumber daya alam yang tumpang tindih

2. Melaksanakan pengawasan dan meningkatkan peran posko pengaduan lingkungan hidup dan sumber daya alam

1. Terinventarisasinya dan tersusunnya hasil kajian peraturan perundang-undangan lingkungan hidup dan sumber daya alam yang tumpang tindih

2. Terlaksananya pengawasan

lingkungan hidup dan sumber daya alam

Meningkatnya Pengawasan dan penegakan hukum di bidang lingkungan hidup dan sumber daya alam sehingga

masyarakat menikmati lingkungan hidup yang baik dan sehat

V V V V Kemen LH Kemenkumham, Kepolisian, Kejaksaan, Pemerintah Provinsi dan Kab/Kota 3. Memberikan …

(43)

- 27 -

NO PERMASALAHAN STRATEGI RENCANA AKSI KELUARAN HASIL

WAKTU PENANGGUNG JAWAB (INSTANSI/ LEMBAGA) T1 T2 T3 T4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 3. Memberikan advokasi kepada masyarakat untuk penyelesaian sengketa lingkungan hidup dan sumber daya alam

4. Melaksanakan tindakan tegas terhadap pelaku pelanggar lingkungan hidup dan sumber daya alam 3. Terlaksananya advokasi kepada masyarakat dalam penyelesaian sengketa lingkungan hidup dan sumber daya alam

4. Terlaksananya tindakan yang tegas terhadap pelaku pelanggar

lingkungan hidup dan sumber daya alam

(44)

- 28 -

NO PERMASALAHAN STRATEGI RENCANA AKSI KELUARAN HASIL

WAKTU PENANGGUNG JAWAB (INSTANSI/ LEMBAGA) T1 T2 T3 T4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 5 Masih belum terpenuhinya lingkungan hidup yang baik dan sehat bagi masyarakat Peningkatan fasilitas umum yang menunjang terciptanya lingkungan hidup yang baik dan sehat

Membangun fasilitas MCK dan sanitasi di lingkungan masyarakat dan tempat umum

Tersedianya fasilitas MCK dan sanitasi di lingkungan masyarakat dan tempat umum

Terpenuhinya

lingkungan hidup yang baik dan sehat bagi masyarakat V V V V Kemen LH Kemen PU, Kemensos, Kemenkes, Pemerintah Provinsi dan Kab/Kota

2. HAK BERKELUARGA DAN MELANJUTKAN KETURUNAN

1 Masih adanya kendala untuk melangsungkan perkawinan yang sah bagi gelandangan, pengemis dan orang miskin Kemudahan melangsungkan perkawinan yang sah, memperoleh surat nikah dan akta kelahiran bagi gelandang-an, pengemis dan orang miskin secara gratis 1. Melakukan pendataan gelandangan, pengemis dan orang miskin

2. Memberikan KTP gratis pada gelandangan, pengemis, dan orang miskin

1. Adanya data gelandangan, pengemis, dan orang miskin yang tidak mempunyai KTP 2. Gelandangan,

pengemis, dan orang miskin mendapatkan kemudahan

memperoleh KTP gratis

Tepenuhinya hak bagi gelandangan,

pengemis, dan orang miskin memperoleh surat/akta nikah dan akta kelahiran V V V V Kemendagri, Kemenag, Kemensos, Kemenkumham, Pemerintah Provinsi dan Kab/Kota 3. Melaksanakan …

(45)

- 29 -

NO PERMASALAHAN STRATEGI RENCANA AKSI KELUARAN HASIL

WAKTU PENANGGUNG JAWAB (INSTANSI/ LEMBAGA) T1 T2 T3 T4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 3. Melaksanakan perkawinan yang sah bagi gelandangan, pengemis, dan orang miskin secara gratis

4. Pemberian surat/akta nikah gratis bagi gelandangan, pengemis, dan orang miskin

5. Pemberian akta kelahiran gratis bagi gelandangan, pengemis, dan orang miskin

3. Gelandangan, pengemis, dan orang miskin mendapatkan kemudahan

memperoleh

perkawinan yang sah secara gratis

4. Gelandangan, pengemis, dan orang miskin mendapatkan kemudahan

memperoleh surat nikah gratis 5. Gelandangan,

pengemis, dan orang miskin mendapatkan kemudahan

memperoleh akta kelahiran gratis

(46)

- 30 -

NO PERMASALAHAN STRATEGI RENCANA AKSI KELUARAN HASIL

WAKTU PENANGGUNG JAWAB (INSTANSI/ LEMBAGA) T1 T2 T3 T4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 2 Masih banyaknya perkawinan yang belum dicatatkan pada kantor pencatatan perkawinan yang mengakibatkan isteri dan anaknya tidak mendapatkan perlindungan hukum 1. Peningkatan pemahaman tentang syarat perkawinan dan penting-nya pencatat-an perkawinpencatat-an 2. Peningkatan perlindungan hukum bagi isteri dan anak

1. Sosialisasi tentang perkawinan berdasarkan Peraturan Perundang-undangan

2. Pelaksanaan pencatatan perkawinan bagi yang perkawinannya belum dicatatkan 3. Perubahan terhadap Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan 1. Meningkatnya pemahaman tentang perkawinan berdasarkan Peraturan Perundang-undangan 2.Terlaksananya pencatatan setiap perkawinan 3. Tersusunnya Rancangan Undang-undang tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Terpenuhinya pencatatan perkawinan pada kantor pencatatan perkawinan

V V V V Kemenag, Kemendagri Kemenkumham, Kemen PP & PA, Kemen PAN & RB, Pemerintah Provinsi dan Kab/Kota

(47)

- 31 -

NO PERMASALAHAN STRATEGI RENCANA AKSI KELUARAN HASIL

WAKTU PENANGGUNG

JAWAB (INSTANSI/ LEMBAGA) T1 T2 T3 T4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

3. HAK MENGEMBANGKAN DIRI

1 Masih banyaknya warga masyarakat termasuk anak usia sekolah yang belum memperoleh pendidikan dasar Peningkatan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan dasar 1. Melakukan pendataan terhadap warga masyarakat termasuk anak usia sekolah yang belum memperoleh pendidikan dasar 2. Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya pendidikan

3. Mendorong Pemda untuk membuat dan

melaksanakan kebijakan pendidikan dasar tanpa dipungut biaya

1. Tersedianya data warga masyarakat termasuk anak usia sekolah yang belum memperoleh pendidikan dasar 2. Meningkatnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya pendidikan 3. Tersusun dan terlaksananya kebijakan Pemda tentang pendidikan dasar tanpa dipungut biaya

Terpenuhinya pendidikan dasar bagi warga masyarakat termasuk anak usia sekolah tanpa dipungut biaya V V V V Kemendiknas, Kemendagri, Kemenag, Kemenpora, Kemensos, Kemen PDT, Kemenkominfo, Pemerintah Provinsi dan Kab/Kota 2. Masih …

(48)

- 32 -

NO PERMASALAHAN STRATEGI RENCANA AKSI KELUARAN HASIL

WAKTU PENANGGUNG JAWAB (INSTANSI/ LEMBAGA) T1 T2 T3 T4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 2 Masih banyaknya warga masyarakat tidak mendapatkan akses pendidikan terutama karena faktor geografis (pesisir dan pulau-pulau kecil dan/atau terluar), dan/atau mengalami bencana alam/sosial, dan komunitas adat terpencil Membuka akses transportasi, komunikasi, dan informasi bagi warga masyarakat yang belum mendapatkan pendidikan terutama karena faktor geografis, mengalami bencana alam/sosial dan komunitas adat terpencil 1. Membangun prasarana dan menyediakan sarana transportasi di wilayah-wilayah yang sulit terjangkau

2. Membangun jaringan informasi dan

komunikasi menyiapkan tenaga pendidik yang berkualitas

3. Menyiapkan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai 1. Terbukanya akses pendidikan bagi warga masyarakat terutama karena faktor geografis, bencana alam/sosial dan komunitas adat terpencil 2. Terbukanya akses jaringan informasi dan komunikasi menyiapkan tenaga pendidik yang berkualitas 3. Tersedianya sarana dan prasarana pendidikan yang memadai

Terpenuhinya hak atas pendidikan terutama bagi masyarakat yang belum mendapatkan pendidikan karena faktor geografis, bencana alam/sosial dan komunitas adat terpencil V V V V Kemendiknas, Kemen PDT, Kemen PU, Kemenhub, Kemensos, Kemen KP, Kemenkominfo, Pemerintah Provinsi dan Kab/Kota 3. Masih …

(49)

- 33 -

NO PERMASALAHAN STRATEGI RENCANA AKSI KELUARAN HASIL

WAKTU PENANGGUNG JAWAB (INSTANSI/ LEMBAGA) T1 T2 T3 T4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 3 Masih banyaknya warga masyarakat yang belum sadar akan pentingnya pendidikan Penyadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan 1. Sosialisasi pentingnya pendidikan 2. Mengembangkan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) 1. Terlaksananya sosialisasi tentang pentingnya pendidikan 2. Berfungsinya secara optimal Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan V V V V Kemendiknas, Kemenag, Kemenkumham, Kemennakertrans Kemensos, Kemenkominfo, Kemen PP & PA, Pemerintah Provinsi dan Kab/Kota

4. HAK MEMPEROLEH KEADILAN

1 Terbatasnya Bantuan Hukum secara cuma-cuma bagi masyarakat miskin 1. Penyusunan Undang-Undang tentang Bantuan Hukum 1. Mempercepat Rancangan Undang-Undang Bantuan Hukum menjadi Undang-Undang 1. Tersedianya Undang-Undang tentang Bantuan Hukum. Pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma bagi masyara-kat miskin V V V V Setjen MA, Kepolisian, Kejaksaan, Kemenkumham, Pemerintah provinsi dan Kab/Kota 2. Pemberian …

(50)

- 34 -

NO PERMASALAHAN STRATEGI RENCANA AKSI KELUARAN HASIL

WAKTU PENANGGUNG JAWAB (INSTANSI/ LEMBAGA) T1 T2 T3 T4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 2. Pemberian bantuan hukum cuma-cuma bagi masyarakat miskin 2. Meningkatkan pelaksanaan program Bantuan Hukum secara cuma-cuma bagi masyarakat miskin 2. Meningkatnya pelaksanaan program Bantuan Hukum secara cuma-cuma bagi masyarakat miskin 2 Masih adanya penerapan hukum pidana yang kurang mencerminkan keadilan Pelaksanaan hukum pidana sesuai dengan keadilan 1. Mendorong pendekatan penyelesaian perkara di luar pengadilan (restorative justice)

dalam penanganan kasus pidana yang tidak serius 2. Menerapkan hukum

pidana (criminal justice system) yang mencerminkan keadilan 1. Terlaksananya Restorative justice sistem peradilan pidana 2. Terlaksananya hukum pidana (criminal justice system) yang mencerminkan keadilan Penerapan hukum pidana yang mencerminkan keadilan. V V V V Kemenkumham, Kepolisian, Kejaksaan, Setjen MA, ORI, Pemerintah Provinsi dan Kab/kota 3. Masih …

(51)

- 35 -

NO PERMASALAHAN STRATEGI RENCANA AKSI KELUARAN HASIL

WAKTU PENANGGUNG

JAWAB (INSTANSI/ LEMBAGA) T1 T2 T3 T4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

3 Masih adanya aparat penegak hukum yang kurang memahami HAM Peningkatan pemahaman HAM bagi aparat penegak hukum

1. Penyusunan buku saku HAM bagi aparat penegak hukum 2. Sosialisasi HAM

kepada aparat penegak hukum

1. Tersusunnya buku saku HAM bagi aparat penegak hukum 2. Terlaksananya sosialisasi HAM kepada aparat penegak hukum

Semua aparat penegak hukum memahami HAM V V V V Kemenkumham, Kepolisian, Kejaksaan, Setjen MA, Pemerintah Provinsi dan Kab/kota 4 Masih adanya penanganan perkara pidana yang belum mencerminkan prinsip sederhana, cepat dan biaya ringan Penanganan perkara pidana lebih cepat, sederhana dan biaya ringan 1. Menyusun SOP penanganan perkara pidana secara terpadu 2. Mensosialisasikan SOP

penanganan perkara pidana secara terpadu 3. Melaksanakan

penanganan perkara pidana secara terpadu

1. Tersedianya SOP penanganan perkara pidana secara terpadu 2. Terlaksananya SOP penanganan perkara pidana secara terpadu 3. Terlaksananya penanganan perkara pidana yang cepat, sederhana dan biaya ringan

Terwujudnya penanganan perkara pidana yang

menerapkan prinsip sederhana, cepat dan biaya ringan serta terpadu

V V V V Kemenkumham, Kepolisian, Kejaksaan, Setjen MA, ORI, Pemerintah Provinsi dan Kab/kota

(52)

- 36 -

NO PERMASALAHAN STRATEGI RENCANA AKSI KELUARAN HASIL

WAKTU PENANGGUNG JAWAB (INSTANSI/ LEMBAGA) T1 T2 T3 T4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 4. Meningkatkan koordinasi Mahkumjakpol di tingkat pusat dan Dilkumjakpol di tingkat daerah

4. Meningkatnya koordinasi Mahkumjakpol di tingkat pusat dan Dilkumjakpol di tingkat daerah

5. HAK ATAS KEBEBASAN PRIBADI

1 Masih kurangnya pemahaman dan toleransi masyarakat tentang kebebasan beragama, dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya Peningkatan pemahaman dan toleransi masyarakat tentang kebebasan beragama, dan beribadat menurut agama dan kepercaya-annya 1. Melaksanakan sosialisasi tentang kebebasan beragama, dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya. 1. Terlaksananya sosialisasi dan meningkatnya pemahaman tentang kebebasan beragama, beribadat, dan toleransi antar umat beragama/ kepercayaan lain 1. Meningkatnya pemahaman masyarakat tentang kebebasan beragama, dan toleransi antar umat beragama/ kepercayaan lain V V V V Kemenkumham, Kemenag, Kemenbudpar, Kepolisian, Kejaksaan, Kemendagri, Pemerintah Provinsi dan Kab/kota 2. Melaksanakan …

(53)

- 37 -

NO PERMASALAHAN STRATEGI RENCANA AKSI KELUARAN HASIL

WAKTU PENANGGUNG JAWAB (INSTANSI/ LEMBAGA) T1 T2 T3 T4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 112 2. Melaksanakan pelatihan resolusi konflik kepada tokoh masyarakat, tokoh agama, aparat penegak hukum, dan instansi terkait di daerah konflik.

3. Meningkatkan Peran Forum Kebebasan Umat Beragama (FKUB) melalui pertemuan antara FKUB dan instansi terkait serta focus group discussion (FGD)

2. Terlaksananya pelatihan resolusi konflik kepada tokoh masyarakat, tokoh agama, aparat penegak hukum, dan instansi terkait di daerah konflik 3. Meningkatnya peran Forum Kebebasan Umat Beragama (FKUB) melalui pertemuan antara FKUB dan instansi terkait serta focus group discussion (FGD)

2. Berkurangnya konflik yang dilatar belakangi oleh isu agama/ kepercayaan

(54)

- 38 -

NO PERMASALAHAN STRATEGI RENCANA AKSI KELUARAN HASIL

WAKTU PENANGGUNG

JAWAB (INSTANSI/ LEMBAGA) T1 T2 T3 T4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

6. HAK ATAS RASA AMAN

1 Masih adanya tindakan kekerasan dalam proses penegakan hukum Penghapusan tindakan kekerasan dalam proses penegakan hukum 1. Sosialisasi UU No.5/ 1998 tentang Ratifikasi Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi, atau merendahkan martabat manusia 1. Terlaksananya sosialisasi UU No.5/ 1998 tentang Ratifikasi Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi, atau merendahkan martabat manusia Berkurangnya tindak penyiksaan yang dialami masyarakat V V V V Kemenkumham, Kepolisian, Kejaksaan, Komnas HAM, Pemerintah Provinsi dan Kab/Kota 2. Mendorong …

(55)

- 39 -

NO PERMASALAHAN STRATEGI RENCANA AKSI KELUARAN HASIL

WAKTU PENANGGUNG JAWAB (INSTANSI/ LEMBAGA) T1 T2 T3 T4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 2. Mendorong penghapusan kekerasan dalam proses penegakan hukum

3. Meningkatkan pengawasan dalam rangka penghapusan kekerasan dalam proses penegakan hukum 2. Menurunnya tingkat kekerasan dalam proses penegakan hukum 3. Meningkatnya pengawasan dalam rangka penghapusan kekerasan dalam proses penegakan hukum 2. Masih …

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1) Pemberian dosis POC BMW dengan dosis 7,5 mL/L air (P3) memberikan pengaruh nyata dan dapat meningkatkan jumlah daun,

Berdasarkan hal tersebut, penelitian tentang sikap bahasa mahasiswa dan pengaruhnya terhadap prestasi belajar pada mata kuliah Bahasa Indonesia berdasarkan pada

Tempat & Penyelenggara Diklat Tahun Lama Pendidikan STTPP Nomor

Kelompok Pendukung SAKA dapat dijadikan dasar untuk mengembangkan intervensi keperawatan komunitas yang lebih efektif dalam upaya menurunkan angka kejadian diare

Artinya: Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada

Berdasarkan penelitian terdahulu menyebutkan bahwa penyebab kesalahan keterampilan proses terjadi karena belum mampu menggunakan definisi maupun teorema yang dimiliki untuk

“Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah Dia; mengerjakan haji adalah

Seorang auditor internal yang telah melaksanakan tugasnya secara profesional, akan menghasilkan laporan hasil pemeriksaan yang berkualitas sesuai dengan standar