• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN INKUIRI BERDASARKAN GAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENCE PADA MATERI DIMENSI TIGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN INKUIRI BERDASARKAN GAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENCE PADA MATERI DIMENSI TIGA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN INKUIRI BERDASARKAN GAYA KOGNITIF FIELD

DEPENDENCE PADA MATERI DIMENSI TIGA

Wanda Putri Sari dan Tri Hapsari Utami Universitas Negeri Malang

Email : [email protected]; [email protected]

Abstract: Field dependence learners having more difficulties in solving three-dimensional space problem than field independent learners. Based on that condition, this research is aims to develop an instructional instrument in accordance with the cognitive style of field dependence in the three-dimensional space by using inquiry approach. The model that is used adopted from 4D model and has been developed through two stages of testing. The result of testing stated that the instructional instrument is valid and suitable with cognitive style field dependence.

Keywords: instructional instrument, inquiry, field dependence, three-dimensional space

Pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Pujilestari (2012), siswa yang bergaya kognitif field dependence lebih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal matematika pada materi dimensi tiga daripada siswa field independence. Siswa pada kelompok field dependence masih belum dapat menggunakan informasi untuk merencanakan penyelesaian sehingga mengalami kesulitan dalam menentukan langkah dan perhitungan selanjutnya. Field dependence adalah salah satu kelompok gaya kognitif yang dikemukakan oleh Witkin yang menunjukkan sifat ketergantungan terhadap lingkungan (Kozhevnikov, 2007). Lebih lanjut, siswa dengan gaya kognitif ini memiliki motivasi dan kemandirian yang kurang, menyenangi pembelajaran dalam kelompok, menyenangi pembelajaran yang melibatkan perasaan dan pengalaman serta mempunyai sifat terbuka dan sensitif terhadap keadaan sekitarnya. Atas dasar itulah perlu adanya suatu pembelajaran yang memperhatikan karakteristik dari gaya kognitif field dependence dalam menyusun perangkat pembelajaran yang akan digunakan, terutama pada materi dimensi tiga.

Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) beserta LKS (Lembar Kegiatan Siswa) berbahasa Inggris. LKS dipilih sebagai media pembelajaran karena LKS dapat membantu siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dan dapat membantu menggali pengalaman belajar siswa (Lenterakecil, 2012).

Selain memperhatikan gaya kognitif siswa, dalam menyusun perangkatan pembelajaran juga diperlukan pendekatan agar pembelajaran menjadi bermakna dan siswa dapat memahami konsep dengan baik walaupun yang mereka pelajari adalah sesuatu yang bersifat abstrak. Berdasarkan karakteristik dari siswa field dependence yang menyenangi pembelajaran yang melibatkan pengalaman, maka dipilihlah inkuiri sebagai pendekatan pembelajaran. Inkuiri dapat diartikan sebagai suatu proses untuk memperoleh informasi dengan mengajukan pertanyaan dan atau menyelidiki untuk mencari jawaban atas suatu masalah dengan

(2)

menggunakan kemampuan berpikir logis dan kritis (Mustafa, 2010). Sanjaya (2011) menyebutkan ada 3 ciri utama dari pendekatan inkuiri, yaitu penekanan terhadap aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan; pengarahan aktivitas siswa agar dapat menemukan sendiri jawaban dari pertanyaan yang ada sehingga terbentuk sikap percaya diri; dan pendekatan ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.

Langkah-langkah inkuiri sebagian besar diimplementasikan pada kegiatan yang ada di LKS. Kegiatan pembelajaran akan dibuka oleh orientasi, dimana pada langkah ini guru mengondisikan kelas sebelum masuk ke kegiatan utama. Langkah selanjutnya adalah langkah-langkah yang dapat ditemui pada LKS, yaitu merumuskan masalah, membuat hipotesis, mengumpulkan data, merumuskan kesimpulan dan mengaplikasikan kesimpulan. Setelah langkah-langkah yang ada pada LKS dilakukan, kemudian dilakukan diskusi kelas untuk membahas apa yang telah dilakukan oleh siswa.

METODE

Model penelitian yang digunakan dalam pengembangan ini mengadaptasi model 4D oleh Thiagarajan, Semmel dan Semmel (1974). Tahap pengembangannya meliputi tahap define, tahap design, tahap develop dan tahap disseminate. Pengadaptasian dilakukan dengan memfokuskan pada 3 tahap pertama yaitu define, design, dan develop serta menghilangkan kegiatan penyusunan tes pada tahap design karena pada penelitian ini tidak dilakukan pengukuran terhadap hasil belajar siswa setelah dilakukan uji coba produk.

Uji coba produk dilakukan melalui 3 tahapan, yaitu uji coba perseorangan dan uji coba kelompok kecil. Uji perseorangan yang dimaksudkan adalah validasi kepada ahli dan praktisi. Validator ahli adalah Dosen Matematika Universitas Negeri Malang, sedangkan validator praktisi adalah Guru Matematika di SMA Negeri 10 Malang. Saran dan komentar yang diberikan oleh validator ahli dan praktisi digunakan sebagai pertimbangan untuk melakukan revisi produk. Selanjutnya untuk uji coba kelompok kecil dilakukan pada 8 orang siswa yang memiliki gaya kognitif field dependence. Sebelum diadakan uji coba kepada siswa, dilakukan pengetesan gaya kognitif dengan menggunakan tes GEFT. Instrument tes GEFT yang digunakan menyadur dari penelitian Ety Tejo Dwi Cahyowati yang telah mengalihbahasakan tes GEFT ke dalam bahasa Indonesia. Berdasarkan tes pengelompokan tersebut dipilihlah 8 orang dengan gaya kognitif field dependence untuk mengikuti uji coba penelitian. Selain memperhatikan gaya kognitifnya, kedelapan siswa ini juga dipilih berdasarkan kemampuan akademisnya, yaitu 2 orang berkemampuan tinggi, 4 orang berkemampuan sedang dan 2 orang berkemampuan rendah.

Selain tes GEFT, instrument lain yang digunakan adalah lembar validasi. Lembar validasi untuk validator ahli dan praktisi digunakan untuk memvalidasi RPP dan LKS. Ada 3 aspek yang terdapat dalam lembar validasi ini, yaitu aspek pertama mengenai komponen RPP, tampilan dan bahasa; aspek kedua mengenai kelayakan isi; dan aspek ketiga mengenai kesesuaian dengan pendekatan inkuiri.

(3)

Teknik analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut

1 2 3

skor rata-rata aspek 1 skor rata-rata aspek 2 skor rata-rata aspek 3 x x x = = = 1 2 skor total = x +2x +3x3 100% skor total Prosentase kevalidan ( ) jumlah bobot . 4x X =

Pemberian bobot yang berbeda pada masing-masing aspek dikarenakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan lebih menitikberatkan pada kesesuian pendekatan yang digunakan, sehingga pada aspek ketiga yang merupakan aspek kesesuaian dengan pendekatan inkuiri diberi bobot 3. Sementara itu, karena aspek kelayakan isi mempunyai indikator lebih banyak dari aspek yang ketiga, maka aspek kedua ini diberi bobot 2. Untuk aspek pertama, yaitu komponen RPP, tampilan dan bahasa diberi bobot 1 karena komponen yang ada dalam RPP telah baku dan pengembangan perangkat pembelajaran ini tidak sepenuhnya mengutamakan tampilan. Lembar validasi untuk siswa berupa angket siswa digunakan untuk memvalidasi LKS. Pengisian angket dilakukan dengan teknik wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut

9 1 jumlah skor = i i x =

, dimana xi adalah skor item pertanyaan ke i

jumlah skor

Prosentase kevalidan ( ) .100%

skor maksimal

X =

(diadaptasi dari Hobri,2010:53)

Pengukuran validitas dari hasil validasi oleh validator ahli dan praktisi menggunakan kriteria yang sama. Kriteria validitas yang digunakan sebagai tolok ukur pengukuran validasi dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1 Hubungan Prosentase Kevalidan dengan Tingkat Kevalidan Prosentase Keterangan

75%<X ≤100% Sangat valid

50%< X ≤75% Cukup valid

25%< X ≤50% Kurang valid

25%

X ≤ Sangat tidak valid (Diadaptasi dari Sugiono, 2011:99)

HASIL

LKS yang dikembangkan ini terdiri dari 2 bagian yaitu bagian sampul dan bagian isi. Hal pertama bagian sampul berisi judul LKS, ilustrasi mengenai materi yang akan dibahas dan identitas siswa, meliputi nama, kelas dan kelompok. Halaman kedua bagian sampul berisi standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, petunjuk penggunaan LKS untuk siswa dan informasi mengenai materi

(4)

prasyarat yang harus dikuasai oleh siswa sebelum mengerjakan LKS. Selanjutnya, pada bagian isi, materi yang dibahas adalah dimensi tiga dengan kompetensi dasar yaitu menentukan jarak dari titik ke garis dan titik ke bidang. Kemudian kegiatan dalam LKS terbagi menjadi 3, yaitu (1) Activity 1 membahas mengenai jarak dari titik ke titik, (2) Activity 2 membahas mengenai jarak dari titik ke garis dan (3) Activity 3 membahas mengenai jarak dari titik ke bidang. Setiap aktivitas terdiri dari Introduction, Problems, Hypothesis, Observations, Conclusion, contoh soal, Checking Understanding dan tugas rumah. Introduction memuat cerita pengantar yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Bagian ini digunakan untuk membimbing siswa dalam menentukan topik yang akan dipelajari. Pada setiap aktivitas terdapat 3 macam Problem, Problem 1 memuat kasus berhubungan dengan benda-benda disekitas siswa, Problem 2 memuat kasus yang membutuhkan daya imaginasi siswa, sedangkan Problem 3 memuat kasus yang berhubungan dengan media manipulatif yang disediakan, yaitu kerangka balok. Bagian Hypothesis terbagi menjadi 2 kegiatan. Pada kegiatan yang pertama, siswa diminta untuk merumuskan hypothesis secara individu, sedangkan pada bagian kedua, siswa diminta untuk membandingkan hasil perumusan hipotesisnya dengan teman sekelompok. Sama halnya dengan Problems ada 3 macam Observations. Setiap kegiatan observasi merujuk dari masalah yang telah disebutkan sebelumnya. Hasil dari kegiatan observasi ini kemudian dijadikan acuan untuk membuat kesimpulan. Contoh soal yang disajikan pada berisi pertanyaan-pertanyaan pancingan yang dapat digunakan siswa dalam menjawab soal yang diberikan. Checking Understanding memuat 3-4 soal yang berkaitan dengan topik yang sedang dibahas dan dikerjakan secara berkelompok, sedangkan tugas rumah memuat 2-3 soal yang dikerjakan secara individu.

Pada uji coba tahap I yaitu validasi kepada ahli dan praktisi diperoleh skor kevalidan dari RPP dan LKS seperti pada tabel berikut.

Tabel 2 Skor Kevalidan oleh Validator Ahli dan Praktisi

Validator X1 X2 X3 Skor Total Prosentase Keterangan

Ahli 3 3 3 18 75 % Cukup valid Praktisi 3,6 3,9 3,6 22,2 92,5 % Sangat valid

Selain data kuantitatif, terdapat pula hasil berupa data kualitatif yang yaitu komentar dan saran. Komentar dan saran yang diperoleh dari validator ahli antara lain: (1) mengenai penggunaan grammar, beberapa bagian masih menggunakan grammar yang kurang tepat, (2) lebih diperjelas penggunaan bahasa pada Obervation 2 dan Obervation 3 di setiap aktivitas, sehingga siswa tidak binggung, (3) tambahkan contoh soal pada LKS sebelum siswa mengerjakan Checking Understanding, (4) sebaiknya Introduction pada Activity 2 diganti karena kurang aplikatif, (5) berikan Ilustrasi gambar pada Problem 3 di setiap aktivitas, (6) tambahkan konsep garis tegak lurus bidang pada Observation 3 Activity 3 dan (7) sebaiknya tugas rumah pada Activity 3 diganti karena terlalu sulit. Sedangkan komentar dan saran yang diberikan oleh validator praktisi adalah sebaiknya materi pembelajaran pada RPP ditulis lebih lengkap dan rinci.

Pada uji coba tahap II yaitu angket siswa diperoleh skor rata-rata kevalidan dari LKS seperti pada tabel berikut.

(5)

Tabel 3 Skor Kevalidan Rata-rata Berdasarkan Angket Siswa Validator Skor Rata-rata Prosentase Keterangan

Siswa 32,17 89,36% Sangat valid

Selain data kuantitatif, terdapat pula hasil berupa data kualitatif yang yaitu komentar dan saran. Komentar dan saran yang diperoleh berdasarkan angket siswa adalah menambahkan arti dari beberapa istilah bahasa Inggris yang ada pada LKS.

PEMBAHASAN

Berdasarkan Tabel 2, diketahui bahwa RPP dan LKS yang dikembangkan dinyatakan cukup valid dengan prosentase 75%. Meskipun RPP dan LKS telah dinyatakan cukup valid, tetapi perbaikan tetap dilakukan berdasarkan saran dan komentar yang telah diberikan oleh validator ahli. Berdasarkan Tabel 2 juga dapat diketahui bahwa RPP dan LKS yang dikembangkan dinyatakan sangat valid dengan prosentase 92,5%. Saran dan komentar yang diberikan oleh validator praktisi digunakan sebagai pertimbangan sebelum dilakukan uji coba kepada siswa. Uji coba kepada siswa yang awalnya direncanakan dilakukan kepada 8 orang siswa bergaya field dependence hanya dapat dilakukan kepada 6 orang siswa, dikarenakan kedua siswa lainnya yang tidak menghadiri kegiatan uji coba. Berdasarkan hasil angket siswa yang dapat dilihat pada Tabel 3, LKS yang dikembangkan dinyatakan sangat valid dengan prosentase 89,36%. Saran dan komentar yang diberikan oleh siswa juga dijadikan pertimbangan untuk perbaikan produk.

Berdasarkan hasil analisis dari hasil validasi kepada ahli dan praktisi, RPP beserta LKS yang dikembangkan telah dinyatakan valid. Sedangkan berdasarkan hasil uji coba kepada siswa, LKS juga dinyatakan valid dan dapat diterima oleh siswa. Namun, sebagai tindak lanjut dari komentar dan saran oleh validator ahli, praktisi dan siswa penulis melakukan perbaikan di beberapa bagian antara lain: (1) memperbaiki grammar yang digunakan pada LKS maupun RPP, (2) memperjelas petunjuk pada bagian subjudul Observation di setiap aktivitas. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak mengalami kebingungan ketika dihadapkan pada pertanyaan yang sama tetapi pada observasi yang berbeda. Beberapa pertanyaan pada observasi didesain sama, tetapi objek yang diamati berbeda, (3) menambahkan contoh soal pada LKS sebelum siswa mengerjakan Checking Understanding, (4) Mengganti Introduction pada Activity 2 menjadi cerita yang lebih aplikatif, (5) Menambahkan konsep garis tegak lurus bidang pada Observation 3 Activity 3, (6) Mengganti soal tugas rumah pada Activity 3 diganti karena terlalu sulit dan (7) Menambahkan halaman Glossary yang memuat istilah-istilah bahasa Inggris yang kurang dimengerti siswa.

LKS berdasarkan pendekatan inkuiri ini telah memberikan pengalaman kepada siswa untuk menemukan sendiri materi yang akan dipelajari. Hal ini sesuai dengan karakteristik siswa dengan gaya kognitif field dependence yang menyenangi pembelajaran berdasarkan pengalaman. Selain itu siswa yang mempunyai gaya kognitif field dependence juga mempunyai karakteristik sensitif terhadap lingkungan. Hal ini ditunjukkan dengan ketanggapan siswa untuk membantu temannya ketika teman sekelompoknya mengalami kesulitan. Karakteristik yang seperti ini juga telah sesuai dengan pembelajaran bersetting kelompok. Lebih lanjut, sifat siswa field dependence yang terbuka juga telah sesuai dengan langkah-langkah pada LKS yang memberi kesempatan siswa untuk

(6)

mengungkapkan ide dengan bahasa mereka sendiri. Langkah-langkah pada LKS yang dimaksud tercermin pada langkah membuat hipotesis dan membuat kesimpulan.

Produk pengembangan yang berupa RPP beserta LKS ini memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan yang dimiliki di antaranya: (1) penyusunan LKS memperhatikan salah satu gaya kognitif yang dimiliki oleh siswa yaitu field dependence yang menyenangi pembelajaran berkelompok dan melibatkan pengungkapan ide menggunakan bahasa mereka sendiri, (2) kegiatan pada pada LKS memberikan pengalaman pada siswa untuk menemukan sendiri konsep yang akan dipelajari dan (3) penggunaan bahasa Inggris pada LKS dapat menambah wawasan siswa mengenai bahasa Inggris matematika. Kekurangan yang dimiliki perangkat pembelajaran ini yaitu belum diujicobakan pada kelas yang sesungguhnya.

SARAN

Untuk tindak lanjut dari produk yang telah dikembangkan, disarankan produk ini digunakan pada kelas yang sebagian besar siswanya memiliki gaya kognitif field dependence. Sebagai saran disseminasi, sebelum dilakukan penyebaran sebaiknya produk diujicobakan ke kalangan yang lebih luas. Sedangkan saran untuk pengembangan produk lebih lanjut diharapkan adanya pengembangan perangkat pembelajaran yang tidak hanya memperhatikan gaya kognitif field dependence tetapi juga gaya kognitif field independence.

DAFTAR RUJUKAN

Hobri. 2010. Metodologi Penelitian Pengembangan (Aplikasi Pada Penelitian Pendidikan Matematika). Jember: Pena Salsabila..

Kozhevnikov, Maria. 2007. Cognitif Styles in the Context of Modern Psychology: Toward an Integrated Framework of Cognitive Style. Psychological Bulletin, (Online), 133 (3): 464-481, (http://nmr.harvard.edu/), diakses tanggal 7 Desember 2012.

Lenterakecil. 2012. Pengertian Lembar Kerja Siswa (LKS) (Online), (http://lenteramerah.com/pengertian-lembar-kerja-siswa-lks/) , diakses tanggal 20 januari 2013.

Mustafa, Sriyanti. 2010. Penerapan Strategi Inkuiri sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Parepare. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.

Pujilestari. 2012. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Berdasarkan Langkah-Langkah Polya Pada Siswa Kelas X SMAN 6 Mataram Ditinjau Dari Gaya Kognitif Siswa. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.

Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Referensi

Dokumen terkait

Dan dari penetapan harga itu lah penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Strategi Penetapan Harga Penjualan Kue Kamir Dalam Persaingan Bisnis

Lada putih yang dihasilkan dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ini merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan perkebunan Indonesia yang berkontribusi besar terhadap

tolak ukur dari pada efektifitas penegakan hukum 17. Menurut Sugeng Riono, Ketua Pengadilan Negeri Denpasar, bahwa pelaksanaan tugas hakim wasmat selama ini masih

melakukan eksekusi barang jaminan dengan cara dijual, selisi antara nilai penjualan dengan pokok pinjaman, jasa simpan dan bea lelang merupakan uang kelebihan yang menjadi

Pendapat dan pertimbangan Hukum Hakim adalah suatu pendapat Hukum Hakim yang diuraikan dengan menganalisis suatu fakta-fakta yang ada dalam persidangan. Yang mana

Seperti telah diuraikan di atas bahwa Komposit Polyester ± Serat Purun Tikus dengan variasi waktu perendaman ke dalam larutan 2% KMnO 4 dan variasi jenis

Karena keterbatasan lingkup peneilitian ini yang hanya mengukur persepsi konsumen pada elemen bauran pemasaran dan korelasinya dengan loyalitas, maka untuk mendukung

Secara singkat dapat yang dapat dijelaskan dasar pembenar menghilangkan sifat melawan hukum, yang mana jika dalam putusan pelaku dapat dinyatakan bebas dari segala dakwaan,