• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI KEMAMPUAN EJAKULASI DAN KUALITAS SEMEN SAPI POTONG MUDA DAN DEWASA ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI KEMAMPUAN EJAKULASI DAN KUALITAS SEMEN SAPI POTONG MUDA DAN DEWASA ABSTRAK"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI KEMAMPUAN EJAKULASI DAN KUALITAS SEMEN SAPI POTONG MUDA DAN DEWASA

]nstalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Grati Jalan Pahlwan, Grati Pasuruan 67184

Kegiatan penelitian ini menggunakan sapi Madura niuda (Io, <2 tahun) clan sapi Madura dewasa (I1, > 2tahun), untuk dievaluasi kualitas semennya. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan kemampuan ejakulasi, kualitas clan kuantitas semen beradasarkan umur sebagai dasar pertimbangan seleksi calon pejantan lebih dini . Penelitian menggunakan sapi Madura sebanyak 16 ekor muda clan 13 ekor dewasa. Penganiatan kualitas dan kuantitas setnen dilakukan penampungan semen sampai ejakulasi maksimal diulang sebanyak 9 kaii dengan kunm waktu 10 hari . Parameter yang diamati mencakup libido, volume, motilitas, abnormalitas, konsentrasi spermatozoa clan persentase spermatozoa hidup. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa sapi nmda mempunyai kemampuan libido yang lebih tinggi dari sapi dewasa setelah eyajulasi ke-2 yaitu pada awal ejakulasi 2,53 clan 2,7 menit pada ejakulasi setelah ke-7 adalah 1 clan 3 menit, volume semen yang muda lebih rendah dari sapi dewasa 1,85 dan 2,17 untuk volume awal clan volume akhir 0,5 dan 0,6 ml . Konsentrasi spermatozoa sapi muda lebili rendah dan lebili cepat menunm konsentrasinya dari pada sapi dewasa yaitu pada ejakulasi pertama 400,96 dengan 482,19 juta/ml . Konsentrasi spematozoa pada ejakulasi selanjutnya untuk sapi muda akan semakin menunm setelah ejakulasi ke-4 clan pada sapi dewasa tetap bertallan sampai ejakulasi ke-10 . Kasimpulan, pemifllan calon pejantan dapat dilakukan seleksi berdasarkan kualitas semen sapi muda terutama pada konsentrasi, volume dan libido.

Katakunci : Sapi jantan, umur, libido, semen

162

SeminarNasional Peternakan dan Yeteriner 1999

DIMBuDIWIJONO

ABSTRAK

PENDAHULUAN

Efisiensi reproduksi seekor pejantan dipengarulii oleh faktor bangsa, umur, kondisi badan, interval penampungan senien clan frekuensi ejakulasi; disamping faktor tersebut juga dipengandli oleh faktor-faktor intrinsik yaitu faktor yang berasal dari dalam antara lain adalah aktivitas didalam testes dengan sistem hormonal reproduksi dan proses pembentukan spermatozoa.

Sapi potong jantan akan mengalami perkembangan organ reproduksinya selaras dengan pertambahan unnlr clan perkembangan kondisi badan ternak selama pencapaian masa pubertas dan dewasa tubuh. Pada saet pubertas (dewasa kelamin) sapi jantan telah mengalami perkembangan aktivitas didalam testes berupa proses spermatogenesis setelah mencapai umur sekitar 14-16 bulan

(VANDEPLASSCHE, 1982), demikian pula yang didapatkan WIJONo et al. (1995) bahwa kondisi

badan Inempenganlhi kualitas clan kuantitas semen.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui peruballan kemampuan sapi Madura jantan muda dan dewasa terhadap pencapaian kualitas dan kuantitas semen serta sebagai badan pertimbangan didalam seleksi calon pejantan secara dini berdasarkan umur.

(2)

Seminar Nasional Peternakan don Veteriner 1999

MATERI DAN METODE

Penelitian dilakukan dengan menggunakan sapi Madura jantan muda dan dewasa yang umurnya ditentukan berdasarkan perecupan gigi yaitu lo (<2 tahun) dan 11 (>2 tahun). Materi

yang digunakan masing-masing sebanyak 16 ekor untuk sapi Madura jantan muda dan 13 ekor

sapi Madura jantan dewasa. Berat badan sapi Madura jantan yang digunakan berkisar antara 172-204kg untuk yang muda dan 188-226kg untuk sapi dewasa.

Pengamatan terhadap kualitas dan kuantitas semen dilakukan dengan koleksi semen dengan menggunakan vagina buatan clan sapi betina digunakan sebagai pemancing. Semen yang digunakan unluk badan analisa kualitas dan kuantitas semen diambil dari hasil penampungan semen dengan kurun waktu koleksi semen 10 hari serta penampungan semen diulang sebanyak 9

kali . Untuk selanjutnya penampungan semen dilaksanzkan secara terns menerus sampai sapi jantan tidak Ininllpu lagi untuk berejakulasi.

Parameter yang diamati yaitu libibo, valume semen, motilitas, abnormalitas clan kemampuan ejakulasi. Rancangan yang digunakan rancangan acak lengkap dan dilanjutkan analisis uji beda rata-rata.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengamatan terhadap kemampuan ejakulasi pejantan muda dan dewasa terhadap variabel kualitas clan kuantitas semen, disajikan dalam Tabel 1.

Kualitas dan kwantitas semen

Kemampuan aktivitas reproduksi yang dicapai sapi potong muda dan dewasa memberikan hasil yang berbeda, untuk sapi dewasa lebih mempunyai kemampuan yang tinggi terhadap kualitas dan kuantitas semen kecuali pada persentase motilitas, abnormalitas spermatozoa dan persentase spermatozoa hidup.

Pada dasarnya produksi semen mulai tampak pada saat organ reproduksi (testes) menunjukkan aktivitasnya yaitu setelah melampaui masa dewasa kelamin (pubertas) dengan kisaran unulr pubertas antara 14-18 bulan. Disamping umur juga terdapat faktor lain yang

berpengaruh terhadap aktivitas reproduksi yaitu berat badan clan konfirmasi badan

(VANDEPLASSCtiE, 1992).

Pada saat setelah mencapai dewasa kelamin mulai terjadi aktivitas organ reprodi ksi yang dikuti dengan produksi hormon testosteron yang ditemukan didalam sirkulasi darah.

Hasil penelitian menunjukkan baliNva respon yang berbeda antara pejantan muda dan dewasa selaras dengan pertamballan umur serta peningkatan produksi hormon kelainin. Fungsi hormon testosteron didalam mengatur fungsi reproduksi adalah memegang peranan penting didalam proses spermatogenesis yaitu pada saat mulai terjadi aktivitas organ reproduksi jantan berupa aktivitas proses pembentukan spermatozoa, juga merangsang dalam memproduksi cairan kelenjar asesoris

(HAFE7_, 1990). Perbedaan kualitas dan kuantitas semen tampak pada volume semen dan

konsentrasi spermatozoa, dlnlana pada sapi Madura muda niengllasllkan junllah volume semen dan konsentrasi spermatozoa lebih rendah dibandingkan pada sapi dewasa (P>0,05). Keadaan motilitas, abnormalitas dan pesentase spermatozoa hidup tidak menunjukkan perbedaan yang berarti. Dijelaskan olell SALISBURY dan VAN DEMARK (1978) bahwa sapi-sapi jantan muda

(3)

Tabel 1. Rata-rata kualitas dan kuantitas semen

Frekuensi ejakulasi

164

SeminarNosional Peternakan dan Veteriner 1999

menghasilkan setnen lebih sedikit sampai dengan 1-2 ml lebili rendah. Volume setnen yang dapat dicapai dari hasil pengamatan tnenunjukkan adanya peningkatan sampai mencapai puncak kedewasaannya dan akan menurun setelah melampaui puncaknya.

Unuir Volume(Cc) Motilitas (%)

Konsentrasi (jutahnl)Hidup (%)Abn (%)

Muda (lo) 1,8 64,4 400,98 23,2 82,3

Dewasa(11) 2,2 65,3 482,19 29,5 82,7

Keterangan :

a,b ) = Superskrip yangberbeda pada kolom yangsama menunjukkan beda nyata (P<0,05). Abn --- Abnonnalit,'is; Hidup = spermatozoa hidup.

Sapi pejantan yang memiliki kemampuan membuahi atau fertilitas yang tinggi sangat ditentukan oleh tingginya produksi semen, dan memiliki kualitas yang baik. Kualitas maupun kuantitas semen dari seekor sapi jantan dipenganthi oleh faktor umur, bangsa, besar badan, nutrisi, frekuensi penanipungan senten, sedangkan fertilitas sapi jantan masih baik pada kualitas semen dengan kondisi motilitas spermatozoa yang progresif mencapai 80% (BEARDEN et al., 1980; HAFEZ, 1980).

Hasil pengamatan pada sapi pejantan nuida dan dewasa terhadap kemampuan ejakulasi, libido, kualitas dan kuantitas semen disajikan didalam Tabe12 . Kualitas dan kuantitas semen dapat dipengaruhi faktor intrinsik dan ekstringik dimana salah satu faktor intrinsik adalah kadar hormon testosteron. Rendalhnya libido sebagai salah satu faktor yang dapat digunakaif untuk menunjukkan efisiensi- seekor pejantan sebagai pemacek yang baik dan mempunyai fertilitas yang tinggi (DEN DAAs, 1992).

Kemampun ejakulasi sapi muda dan dewasa adalah berbeda.untuk sapi muda kemampuan berejakulasi dari materi yang ada didapatkan sampai ejakulasi ke-7 ; sedangkan pada sapi dewasa sampai ejakulasi ke-6, masih mentinjukkan kemampuan ejakulasi.

Frekuensi ejakulasi sapi Madura muda dan dewasa masing-masing dilakukan untuk mendapatkan kemampuan menghasilkan ejakulat dan kemampuan pencapaian kualitas dan kuantitas semen, disajikan dalam Tabel 2.

Kualitas dan kuantitas seinen setiap ejakulasi pada sapi-sapi dewasa mempunyai keunggtfan didalain kemampuannya mempertahankan kualitas dan kuantitas semen sampai dengan ejakulasi ke-5, sedangkan pada sapi-sapi pejantan muda sudah cukup rendah kualitasnya sampai dengan ejakulasi ke-4. Perbedaan yang cukup menyolok terjadi pada parameter libido, volume dan konsentrasi spermatozoa. Konsentrasi spermatozoa pada pejantan dewasa sampai dengan ejakulasi ke-10 masih memberikan jumlah spermatozoa yang tinggi atau tetap bertahan dibandingkan sapi pejantan yang nntda. Konsentrasi spermatozoa sapi muda setiap ejakulat dengan cepat mengalami penuninan secara drastis dan awal terjadinya setelah ejakulasi ke-4. Konsentrasi spermatozoa dipenganthi oleh berbagai faktor antara lain oleh faktor bangsa, umur dan frekuensi ejakulasi

(HAFEZ, 1980) . Demikian pula pada sapi jantan muda memiliki kemampuan mengawini 30-40

ekor/talum, dan pada saat unntr mencapai dewasa yaitu >2,5 tahun kemampuan mengawini lebih tinggi yaitu sampai 100-200 ekor/tahun dengan hand mating rata-rata dapat mengawini 3 ekor/hari.

(4)

Seminar NasionalPeternokan don Veteriner 1999

Keterangan : ti-k = Frekuensi; mt _ menit, Ejak = ejakulasi; Lib = libido ; Vol = volume, Motil = motilitas; Abn = almonnalitas, Ilidup = persentase spermatozoa hidup

Volume semen setiap ejakulasi pada sapi muda clan dewasa menunjukkan volume yang tetap stabil sampai ejakuaat ke-6 berkisar antara I - 2,7 ml, clan tnenunin setelah ejakulasi > 6 kali.

Volumc semen mcntpakan cairan yang berasal dari kelenjar asesori yang produksinya dirangsang olch adanya Hormon testosteron. Hormon testosteron juga berperan di dalam

merangsang produksi cairan kelenjar asesoris (HAFEZ, 1980).

Libido mcntpakan tingkah laku kelamin yang memberikan reaksi terhadap adanya sapi betina sampai terjadinya ejakulasi; clan respon libido dipengarulii oleh faktor sistem hornlon kelainin, bangsa umur clan genetik juga dipenganihi oleh faktor psychis (SALISBURY et al., 1985 ; MORROW, 1980 ; VANDEI'LASSCHE, 1982); disamping itu libido dipengarulii juga oleh kondisi badan, serta tingkat ettergi ransuni yang diberikan dapat bertindak sebagai faktor-faktor yang berpenganth terhadap ketnanipuan ejakulasi dan produksi semen pada sapi pejantan (BEARDEN clan FuQUAY,

1980).

Hasil pengamatan terhadap libido pada sapi-sapi jantan muda clan dewasa didapatkan bahwa kemampuan eyakulasi sapi nntcla jantan lebih tinggi dari sapi dewasa sejak ejakulasi pertama (2,53 vs 2,70) ke ejakulasi berikuttmi sampai dengan akhir penampungan semen yaitu ejakulasi ke-8 (1 vs 3), sedangkan pada sapi jantan dewasa menunjukkan gejala sebaliknya semakin banyak ejakulasi yang dilakttkan akan terjadi perlambatan terjadinya ejakulasi atau libidonya menunin dengan semakin banyaknya perlakuan penampungan semen.

16 5 Tabel 2. Rata-rata kualitas clan kuantitas semen berclasarkan frekuensi ejakulasi

Umur Ejak Lib Vol Motil Konsentrasi Abn Hiclup Ejak

(frk) (mt) (CC) (%) (juta/ml) (%) (%) (%) Muda 1 2,53 1,85 64,37 400,980 23,2 82,09 26 (10) 2 2,4 2,1 65,06 412,057 28,63 86,6 21 3 1,81 1,4 54,26 338,475 29,45 86,36 20 4 1,63 1,3 55,26 382,779 33,22 82,84 14 5 1,27 1,5 34,35 216,248 40,91 77,32 9 6 1,7 1,8 53,43 241,573 25,27 76,82 5 7 2 0,6 35 105 56,94 58,7 3 8 1 0,6 10 20 50 27 2 Dewasa 1 2,7 2,17 65,29 482,192 29,47 82,7 21 (11) 2 2,4 1,5 64,65 523,778 30,96 83,03 20 3 2,1 1,5 64,51 482,986 30,8 75,29 20 4 1,6 0,9 60 455,833 31,09 77,18 20 5 1,5 1,5 57,5 445 35,21 66,56 10 6 1,8 2,4 80 560 26,14 95,5 3 7 3 0,5 70 630 29,03 86 1,5 8 3 0,5 10 520 28,84 3,2 1,5 9 3 11,6 10 360 33,33 2,2 1,5 10 3 0,2 60 300 40 7,8 1,5

(5)

Seminar NasionalPeternakan dan Veteriner 1999

Libido tidak selalu dipengaruhi oleh kadar testosteron di dalam darah (VANDEPLASSCHE,

1982) . Hormon testosteron Inempunyai peranan penting didalam proses spermatogenesis yaitu diproduksi setelah mencapai dewasa kelamin pada saat dimulainya aktivitas organ reproduksi jantan dan hormon ini dibutulikan dalam proses pembelahan sel pada fase meiosis, tenltama pada

saat proses transformasi spermatid menjadi spematozoa. KESIMPULAN

Kualitas dan kuantitas semen sapi pejantan muda lebih rendah terutama volume dan konsentrasi spermatoza sedangkan parameter lain tidak menunjukkan perbedaan yang menonjol.

Kemampuan ejakulasi yang dapat menghasilkan ejakulat diglmakan sebagai sumber semen pada sapi muda adalalt libido yang lebilt tinggi, konsentrasi tingg sampai dengan ejakulasi ke-3, tetapi kemampuan ejakulasi semakin menunm sampai ejakulasi ke-4 sedangkan pada sapi yang dewasa mampu sampai ejakulasi ke-5 dan mampu mempertahankan konsentrasi spermatozoa.

DAFTAR PUSTAKA

BEARDEN, H.J . dan J.W . FuouAY . 1980. Applied Animal Reproduction. Reston Publishing Co, htc. Prentice

Hall Co. Reston Virginia.

BROCHEFF, B .G., G.E . SEIDEL JR., dan S.M. SEIDEL. 1981 . (Eds). New Technologi in Animal Breeding. Academic Press. New York.

DEN DAAs, N. 1992 . Laboratory assessment of semen characteristics. Anint. Prod Sci. 28 : 87-94. HAFEz, E.S.E. 1980. Reproduction in Farm Animal. 4th Ed. Lea Febiger. Philadelphia.

HEDAH, D. 1992. Peranan Balai hlseminasi Buatan Singosari dalam meningkatkan mutu sapi Jnadura melalui inseminasi buatan. Proc. Pertemuan llmiali Hasil Penelitian dan Pengembangan Sapi Madura. Sub Balai Penelitian Temak Grati, Pasuruan.

ISMAYA. 1992. Fluktuasi homon testosteron dan respon terhadap elektro ejakulator pada sapi kedah kelantan. Proc. Seminar Nasional Teknologi Bioreproduksi Dalam Mendukung Peternakan Yang Tangguh. Fak. Petemakan. Univ. Jenderal Soedirman. Purwokerto.

MoRRow, D.A. 1988. Current Theraphy in Theriogenology: Diagnosis, Treatment and Prevention of Reproductive Disease in Animals.W.B. Sounders Company. London.

PARTODIHARDJO, S. 1982. Ilnnt Reproduksi Hewan. Mutiara, Jakarta.

SALIBURY, G.W., N.C. VANDERMARK, dan R. DJANUAR. 1985. Fisiologi Reproduksi dan Insentinasi Buatan Pada Sapi. Gadjah Mada Univ. Press. Yogyakarta.

VANDEPLASSCFir, M. 1982 . Reproductive Efficiency in cattle : A Guideline for Project in Developing Countries. FAO. Rome.

WIJONO D.B ., KOMARUDIN-MA'SUNi, L. AFFANDHY, dan A. RAsYID. 1995. Peranan skor kondisi badan dan berat badan terhadap elisiensi penggunaan pejantan sapi potong sebagai sumber semen yang optimal. Pros. Pertemiah 11miah Komunikasi dan penyaluran Hasil Penelitian. Sub Balitnak Klepu. Semarang.

(6)

SeminarNasionalPeternakan dan Veteriner 1999

TANYA JAWAB

Kusuma Diwyanto : Dasar apa yang digunAan didalam pengelompokkan sapi muda (<_ 2 tahun) (dewasa kelamii0tibuh)

Referensi

Dokumen terkait

sementara, perawatan kesehatan, serta obat-obatan. Dalam hal ini juga biasanya bekerja sama dengan badan kesehatan guna memberikan pengetahuan tentang pentingnya

Berdasarkan latarbelakangnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis dan perubahan protein terutama fraksi gluten dalam adonan roti dengan adanya

Dari hasil analisis IRF dapat disimpulkan bahwa pada 36 periode ke depan dari periode penelitian, guncangan harga komoditas jagung, beras, daging ayam ras, telur ayam

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kubis yang ditanam sebelum tanaman cabai dan bersamaan dengan tanaman cabai memiliki bobot konsumsi hampir sama dengan bobot

tersisa satu digit, tuliskan digit terakhir hasilnya tersisa satu digit, tuliskan digit terakhir hasilnya dan simpan bila perlu. Tuliskan

A) Pada saat MS menghidupkan handset. Dengan area lokasi yang berbeda dari register terakhirnya saat MS menghidupkan handset-nya, mengharuskan MS untuk melakukan proses

Jumlah dan pertumbuhan penduduk petani yang terus meningkat, sementara di lain pihak luas dan kualitas lahan tidak berubah, dapat menyebabkan tingginya tekanan

Fakta yang ada dalam dunia nyata menunjukkan walaupun jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara relatif sama sehingga harga barang sejenis relatif