• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

11 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lansia

Lansia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan (Pudjiastuti, 2003). Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual (Hawari, 2001).

Menua didefinisikan sebagai penurunan, kelemahan, meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan perubahan lingkungan, hilangnya mobilitas dan ketangkasan, serta perubahan fisiologis yang terkait dengan usia (Aru dkk, 2009). Penuaan adalah suatu proses normal yang ditandai dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan tertentu. Hal ini merupakan suatu fenomena yang kompleks dan multidimensional yang dapat diobservasi setiap sel dan berkembang sampai pada keseluruhan sistem (Stanley & Gauntlet, 2007).

(2)

Penurunan fungsi tubuh secara alamiah terjadi sejalan dengan bertambahnya usia. Penurunan fungsi fisiologis tubuh sejalan dengan pertumbuhan usia dapat mengakibatkan gangguan pada kesehatan yang dikenal dengan penyakit degeneratif, selain itu juga akan berdampak pada mudahnya terkena infeksi, karena sistem kekebalan tubuh yang mulai menurun.

Proses menua pada manusia merupakan suatu peristiwa alamiah yang tidak dapat dihindari, perkembangan fisik dan fungsi organ tubuh mulai mengalami penurunan. Perubahan komposisi tubuh menyebabkan berkurangnya jumlah cairan tubuh total sampai lebih dari 15 %. Masa otot bebas lemak (lean body mass) menurun sampai lebih dari 30 % dan lemak tubuh meningkat 30-40%. Pola makan yang kurang baik juga akan berpengaruh yang nantinya akan timbul masalah-masalah pada kesehatan. Berat badan mungkin tidak akan berubah bahkan bertambah karena meningkatnya lemak tubuh, sehingga sering muncul kasus overweight dan obesitas serta berisiko tinggi terkena penyakit asam urat (Wijayanti, 2008).

Pada lansia penurunan fungsi internal terjadi pada umumnya pada sistem Kardiovaskuler, pernapasan, saraf, sensori dan muskuloskeletal. Pada sistem pembuluh jantung,

(3)

tekanan darah menurun dan efisiensi kerja jantung tinggal 80%. Jantung mulai kehilangan otot serabutnya dan pembuluh darah menjadi semakin kaku dan kurang elastis. Jaringan mengalami atropi, arteri mengeras dan menciut. Kekuatan otot jantung melemah, ukuran sel otot jantung mengecil dan kaluaran jantung juga mengecil. Kasus yang sering terjadi adalah terganggunya sistem jantung dan peredaran darah.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lansia menjadi 4 yaitu: usia pertengahan/ middle age (45 – 59 tahun), lanjut usia/ elderly (60 – 74 tahun), lanjut usia tua/ old (75 – 90 tahun) dan usia sangat tua/ very old (diatas 90 tahun) (Nugroho, 2008).

Menurut Efendi (2009), bila dilihat dari pembagian umur menurut beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa yang disebut lansia adalah orang yang telah berumur 65 tahun ke atas. Namun di Indonesia batasan lanjut usia adalah usia 60 tahun ke atas. Undang-undang No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia menetapkan, bahwa batasan umur lansia di Indonesia adalah 60 tahun ke atas.

Pada lanjut usia terjadi kemunduran sel-sel karena proses penuaan yang dapat berakibat pada kelemahan organ, kemunduran fisik, timbulnya berbagai macam penyakit seperti peningkatan kadar asam urat yang dapat menimbulkan

(4)

terjadinya penyakit seperti batu ginjal, gout, dan rematik (Efendi, Makhfudli, 2009).

2.2 Asam Urat

Asam urat adalah penyakit di mana terjadi penumpukan asam urat dalam tubuh secara berlebihan, baik akibat produksi yang meningkat, pembuangannya melalui ginjal yang menurun, atau akibat peningkatan asupan makanan kaya purin (Sustrani, 2005).

Asam urat adalah asam yang berbentuk kristal-kristal yang merupakan hasil akhir dari metabolisme purin (bentuk turunan nukleoprotein), yaitu salah satu komponen asam nukleat yang terdapat pada inti sel-sel tubuh. Secara alamiah, purin terdapat dalam tubuh dan dijumpai pada semua makanan dari sel hidup, yakni makanan dari tanaman (sayur, buah, kacang-kacangan) ataupun hewan (daging, jeroan, ikan sarden). Jadi asam urat merupakan hasil metabolism di dalam tubuh, yang kadarnya tidak boleh berlebih. Setiap orang memiliki asam urat di dalam tubuh, karena pada setiap metabolisme normal dihasilkan asam urat. Sedangkan pemicu tingginya kadar asam urat adalah makanan, dan senyawa lain yang banyak mengandung purin. Tubuh telah menyediakan 85% senyawa purin untuk kebutuhan setiap hari. Adanya gangguan dalam proses ekskresi dalam tubuh akan

(5)

menyebabkan penumpukan asam urat di dalam ginjal dan persendian. Ini berarti bahwa kebutuhan purin dari makanan hanya sekitar 15% (Misnadiarly, 2007; Damayanti, 2012).

Penyakit asam urat sering menyebabkan gangguan pada satu sendi misalnya paling sering pada salah satu pangkal ibu jari kaki, walaupun dapat menyerang lebih dari satu sendi. Penyakit ini sering menyerang para lansia dan jarang didapati pada orang yang berusia dibawah 60 tahun dengan usia rata-rata paling banyak didapati pada usia 65-75 tahun, dan semakin sering didapati dengan bertambahnya usia (Kertia, 2009).

Asam urat merupakan asam lemah dengan pKa 5,75. Urat cenderung berada di cairan plasma ekstraselular dan cairan synovial (cairan sendi-sendi). Sekitar 98% urat membentuk monosodium urat pada pH 7,4 dan monosodium urat ini mudah disaring dari plasma. Asam urat ini sukar larut dalam air dan mudah larut dalam pelarut- pelarut organik dalam cairan ekstra seluler, ion natrium adalah ion yang paling melimpah, sehingga sebagian besar asam urat berada dalam bentuk garam natrium. Garam urat jauh lebih mudah larut dalam air di bandingkan dengan asam urat. Pada larutan garam Na 0,13 M, di perhitungkan serum akan di jenuhkan

(6)

pada konsentrasi 6,4 mg/100 ml. Dalam percobaan laboratorium plasma dengan konsentrasi asam urat 8,5 mg/100 ml di inkubasikan pada suhu 37° C sehingga menghasilkan pembentukan Kristal mononatrium urat monohidrat. Fenomena tersebut tampaknya memberikan gambaran peristiwa pembentukan tofi (pembengkakan sendi) dalam penyakit asam urat (Damayanti, 2012).

Pemeriksaan darah di labolatorium klinik sangat diperlukan untuk pemeriksaan dan memastikan tingginya kadar asam urat dalam darah. Kadar asam urat normal pada laki-laki adalah 3,5 sampai dengan 7,0 mg/dl. Sedangkan kadar asam urat normal untuk perempuan adalah 2,6 sampai dengan 6,0 mg/dl. Kadar asam urat di atas normal disebut hiperurisemia (Dalimartha, 2008).

Metabolisme nukleotida purin terjadi ketika asam nukleat yang dilepas dari pencernaan asam nukleat dan nukleorotein di dalam traktus intestinalis akan di urai menjadi mononukleotida oleh enzim ribonuklease, deoksiribonuklease, dan polinukleotidase.

Enzim nukleotidase dan fosfatase menghidrolisis mononukleotida menjadi nukleosida yang kemudian bisa diserap atau diurai lebih lanjut oleh enzim fosforilase internal

(7)

menjadi basa purin serta pirimidin. Basa purin akan teroksidasi menjadi asam urat yang dapat diserap dan selanjutnya diekresikan ke dalam urin.

(8)

Asam nukleat (dimakan dalam bentuk nucleoprotein dan dari penghancuran sel-sel tubuh)

Enzim proteolotik --- di usus Asam nukleat

Nuklease (DNAase & RNAase) --- di getah pankreah

Nukleotida

Polinukleotidase = fosfoesterase ---- di usus

Mononukleotida

Nukleotidase & fosfatase Nukleosida

Fosforidase --- usus Basa purin dan pirimidin

Guanosin Adenosin

Guanine

Xantin Hipoxantin Inosin

Asam urat

(9)

2.2.1 Penyebab Asam Urat Menurut Damayanti (2012)

a. Produksi asam urat di dalam tubuh meningkat, yang disebabkan oleh:

1. Adanya gangguan metabolisme purin bawaan (inborn error of purine metabolisme) akibat kekurangan (hipoxantin guanin phosphoribosil transferase). Asam urat mengalami peningkatan pada keadaan metabolisme purin yang abnormal. Asam urat meningkat segera sebelum dan selama serangan asam urat akut.

2. Adanya kelainan gen yang bisa menurun (herediter) lainnya yang mengakibatkan terjadinya aktifitas fosforibosil pirofosfat sintetase (PRPP-sintetase).

b. Kurangnya pembuangan asam urat dikarenakan : 1. Keadaan lapar (puasa, diet ketat) dan ketosis.

Kekurangan kalori tubuh akan membakar lemak kemudian akan terbentuk zat keton yang dapat menghambat asam urat dalam ginjal.

2. Melakukan olah raga yang terlalu berat.

Olah raga yang terlalu berat akan menyebabkan metabolisme tubuh semakit cepat, kondisi seperti ini akan mengganggu dalam metabolisme purin.

(10)

3. Kadar kalsium darah meningkat akibat penyakit hiperparatiroidisme dan sarkoidosis

4. Hipertensi esensial 5. Gagal ginjal

6. Minum alkohol berlebihan

Kadar asam urat darah yang tinggi dapat menyebabkan kesemutan, pegal-pegal, linu-linu, persendian terasa kaku, nyeri sendi, rematik asam urat, sampai pada penyakit jantung, ginjal dan tekanan darah tinggi. Rasa ngilu biasanya dirasakan di kaki dan tangan, serta rasa ngilu itu akan terus merambat ke bahu dan leher (Vitahelth, 2006; Kertia, 2009).

Gangguan atau kelainan pada ginjal berpengaruh dalam proses pembuangan asam urat dalam jumlah yang cukup banyak akan meningkatkan kadar asam urat di dalam darah. Dalam hal ini ginjal tidak mampu lagi menyaring asam urat yang di bawa oleh darah karena ada gangguan pada ginjal tersebut, sehingga asam urat kembali di bawa oleh darah untuk diedarkan ke seluruh tubuh akibat gagal disaring oleh ginjal yang berakibat menumpuk pada persendian. Serta penyebab lain seperti kegemukan (obesitas), mongolism (kelainan kongenital), intoleransi fruktosa, penyakit penimbunan glikogen, dan defisiensi glukosa-6-phosfat

(11)

dehidrogenase (G6PD). Karena keadaan ini produksi asam laktat menjadi berlebih sehingga pembuangan asam urat menurun.

Menurut Tambayong (2000), penyakit gout dibagi menjadi dua, yaitu gout primer dan gout skunder. Gout primer disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan, sedangkan gout sekunder disebabkan adanya komplikasi dengan penyakit lain seperti hipertensi dan artherosklerosis.

Di perkirakan bahwa gangguan asam urat terjadi pada 840 dari setiap 100.000 orang, dan mewakili 5 % dari total penyakit radang sendi. Penyakit ini dapat di kelompokkan menjadi bentuk gout primer yang umum terjadi (90 % kasus) (Luk AJ dan Simkin PA, 2005).

Macam – macam pemeriksaan Asam Urat ( Uric Acid ) 1. Pemeriksaan Holistik

Pemeriksaan holistik adalah pemeriksaan yang menyeluruh dimana pemeriksaan dilakukan dari kapan terjadinya nyeri, bagaimana dapat terjadinya nyeri. Setelah itu dilihat riwayat kesehatan, baru di tegakkan diagnosis (Pusdiknas, 2008).

(12)

2. Pemeriksaan Enzimatis

Pemeriksaan enzimatis adalah pemeriksaan asam urat dengan prinsip uric – acid yang bereaksi dengan urease membentuk reaksi H2O2 dibawah katalisis peroksiadase

dengan 3,5 didorohydroksi bensensulforic acid dan 4 aminophenazone memberikan reaksi warna violet dengan indikator Quinollmine (Bishop L. Michael, 2006).

2.3 Tanaman Herbal

Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan berbagai spesies tanaman. Dari 40.000 jenis tanaman yang tumbuh di dunia, 30.000 jenis diantaranya tumbuh di Indonesia dan 26% telah dibudidayakan, sementara sisanya masih tumbuh liar. Kurang lebih terdapat 940 jenis tumbuhan yang mempunyai khasiat obat dari tanaman yang telah dibudidayakan dan baru sekitar 250 jenis yang sudah dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Kandungan dan komposisi zat aktif setiap tanaman dapat berbeda-beda sehingga antara tanaman obat satu dengan lainnya mempunyai efek yang berbeda (Sari et al., 2008).

Tanaman herbal atau sering disebut dengan tanaman obat adalah tanaman yang memiliki khasiat obat dan digunakan sebagai obat dalam penyembuhan maupun pencegahan penyakit. Pengertian berkhasiat obat adalah

(13)

mengandung zat aktif yang berfungsi mengobati penyakit tertentu atau jika tidak mengandung zat aktif tertentu tapi mengandung efek resultan / sinergi dari berbagai zat yang berfungsi mengobati (UU Kesehatan No.23/1992).

Daun salam berkhasiat sebagai peluruh kencing (diuretik) dan penghilang rasa nyeri (analgetik). Sebagai diuretik, salam mampu memperbanyak produksi urin sehingga dapat menurunkan kadar asam urat dalam darah. Sebagai analgetik, salam mampu menghilangkan rasa sakit ketika berjalan.

Daun salam (S. polyanthum) adalah salah satu jenis rempah-rempah yang sudah tidak asing lagi bagi sebagian besar masyarakat, apalagi bagi kalangan ibu rumah tangga. Daun salam sendiri saat ini banyak dimanfaatkan sebagai bahan pelengkap dan penyedap alami pada masakan karena aromanya yang khas (Indah, 2008).

Pohon salam mempunyai ciri-ciri yaitu pohon bertajuk rimbun, tinggi mencapai 25 meter, batang bulat, permukaannya licin, daun tunggal dan bertangkai. Helaian daun bentuknya lonjong sampai elips, atau bundar telur sungsang, ujung meruncing, pangkal runcing, tepi rata, panjang 5-15 cm serta lebar 3-8 cm. Pertulangan menyirip,

(14)

pemukaan atas licin dan berwarna hijau tua, permukaan bawah warnanya lebih muda (Sustrani, 2005).

Untuk mengatasi asam urat yang tinggi, dibutuhkan 10 lembar / ± 30 gr daun salam yang direbus dengan 600 cc air hingga tersisa 200 cc, kemudian airnya diminum 1 – 2 kali sehari selagi hangat. Daun salam yang digunakan dalam hal ini adalah daun salam yang masih segar, tidak terlalu tua dan juga tidak terlalu muda (Wijayakusuma, 2006).

Kandungan kimia yang terdapat pada daun salam adalah minyak atsiri 0,05% (terdiri atas sitral, eugenol, tannin dan flavonoid), Vitamin B kompleks dan Vitamin C dalam jumlah kecil. Menurut badan POM (2004), kandungan kimia daun salam adalah tannin, minyak atsiri (salamol, eugenol), flavonoid (quercetin, quercitrin, myrcetin, myricitrin), seskui terpentriterpenoid, fenol, steroid, sitral, lakton, saponin dan karbohirat. Selain bisa dimanfaatkan untuk mengatasi asam urat, daun salam juga dapat digunakan untuk penyakit stroke, kolesterol tinggi, radang lambung, diare, gatal-gatal, kencing manis dan lain-lain (Wijayakusuma, 2006; Soeryoko, 2011).

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui kandungan sebenarnya dari daun salam (S. polyanthum) secara ilmiah yaitu telah ditemukannya beberapa kandungan

(15)

pada daun salam seperti flavonoid, tanin, dan minyak atsiri dengan kandungan minyak sitral dan eugenol yang diduga mampu menurunkan asam urat dalam darah (Mangoting et al. 2005; Sarker & Nahar, 2009).

Berdasarkan penelitian tentang decocta (infusa) daun salam pada dosis 1,25 g/kg BB, infus daun salam pada dosis 5,0 g/kg BB, dan ekstrak etanol daun salam pada dosis 420 mg/kg BB mampu menurunkan kadar asam urat dalam serum darah mencit putih jantan yang hasilnya setara dengan allopurinol dosis 10 mg/kg BB (Handayani, 2007).

Pada penelian yang telah dilakukan oleh Utami (2008) yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian fraksi air ekstrak etanol daun salam terhadap penurunan kadar asam urat pada mencit putih jantan galur balb-c yang diinduksi dengan kalium oksonat dosis 250 mg/KgBB. Hewan uji mencit jantan galur balb-c yang digunakan berjumlah 29 ekor, kemudian diberi fraksi air ekstrak etanol daun salam dengan dosis 105 mg/KgBB, 210 mg/KgBB dan 420 mg/KgBB. 1 jam setelah pemberian sediaan uji dilakukan pengambilan serum darah melalui vena opthalmica, ditambah reagen uric acid*FS TBHBA dan dibaca kadarnya pada panjang gelombang 546 nm. Hasil penelitian menunjukkan

(16)

bahwa fraksi air ekstrak etanol daun salam dosis 105 mg/KgBB, 210 mg/KgBB dan 420 mg/KgBB mampu menurunkan kadar asam urat darah pada mencit putih. Dosis 210 mg/KgBB dan 420 mg/KgBB memiliki efek penurunan kadar asam urat yang setara dengan kontrol positif (allopurinol 10 mg/KgBB).

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini meliputi : 2.4.1 Hipotesis Nol (Ho)

Hipotesis nol juga sering disebut dengan hipotesis statistik yaitu merupakan hipotesis yang menyatakan tidak ada hubungan antara variabel satu dengan variabel yang lain atau hipotesis yang menyatakan tidak ada perbedaan suatu kejadian antara dua kelompok.

Ho dalam penelitian ini adalah :

“Tidak ada pengaruh pemberian air rebusan daun salam dalam penurunan kadar asam urat pada lansia di Tegalsari Salatiga”.

(17)

Lawan dari hipotesis nol adalah hipotesis alternatif. Hipotesis alternatif dapat langsung dirumuskan apabila ternyata pada suatu penelitian, hipotesis nol ditolak. Hipotesis ini merupakan hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara variabel satu dengan variabel yang lain atau hipotesis yang menyatakan ada perbedaan sesuatu kejadian antara dua kelompok.

Ha dalam penelitian ini adalah :

“Ada pengaruh pemberian air rebusan daun salam dalam penurunan kadar asam urat pada lansia di Tegalsari Salatiga”.

Referensi

Dokumen terkait

Barang Satuan Dasar on Site

Gula pasir dan gula rafinasi memiliki sifat fisik yang hampir sama, namun apabila dilihat dengan cermat gula rafinasi memiliki ukuran yang lebih kecil dari gula

Pinjaman yang diberikan kepada bank-bank yang mengalami kalah kliring di dalam lembaga kliring dan bersifat jangka pendek dengan bunga yang relatif tinggi

Jika berkas-berkas elektron dipancarkan secara terus-menerus ke dalam layar celah ganda, maka eksperimen menunjukkan bahwa pada layar berpendar akan teramati terjadinya

Draf Paket Penyedia Dalam Swakelola 8 Pemeliharaan rutin/berkala perlengkapan gedung kantor, 23982227 KODE RUP SWAKELOLA: 22745109 Pemeliharaan rutin/berkala. perlengkapan gedung

Menurut Kemp (1986), distribusi tegangan lekat sepanjang tulanhan ulir lebih rumit dan kompleks. Tegangan lekat antara sepanjang tulangan dan beton akan terjadi pada dua

Pada umumnya dimensi ukuran – ukuran blok pada block model merupakan fungsi dari geometri endapan dan disesuaikan dengan kerapatan data dan sistem penambangan yang

Membahas secara komparatif patogenesis penyakit dalam berbagai prioritas spesies primata sehingga memudahkan manajemen kesehatan maupun pemilihan satwa primata sebagai