• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI YANG SEDANG BERJALAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI YANG SEDANG BERJALAN"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

42

ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI YANG SEDANG BERJALAN

3.1 Gambaran Umum Perusahaan

3.1.1 Sejarah Berdirinya PT. BPR Duta Pakuan Mandiri

PT. BPR Duta Pakuan Mandiri adalah perusahaan yang bergerak di bidang perbankan yang beroperasi sejak tahun 1993 atas izin Persetujuan Prinsip Pendirian BPR No. 5.011/MK.13/92 tanggal 12 Agustus 1992. Selain itu, legalitas berdirinya PT. BPR Duta Pakuan Mandiri juga tercatat pada:

• Izin Perusahaan No. Kep-247/KM17/1993 tanggal 26 Oktober 1993 • Izin dari Bank Indonesia No. 25/424/UPBD/PBPR tanggal 22 Oktober

1992

• NPWP No. 01.670.998.2-404.000 • TDP No. 10.04.1.65.00704

Adapun tujuan didirikannya BPR Duta Pakuan Mandiri, adalah:

1. Memberikan pelayanan cepat, ramah, mudah dan terpercaya bagi masyarakat. 2. Menghasilkan laba yang kompetitif dan stabil untuk menunjang

perekonomian.

3. Menjaga etika profesionalisme yang tinggi guna mengembangkan strategi pertumbuhan yang terpadu, efisien serta unggul dalam produk perbankan.

Sejak tahun 1996, PT. BPR Duta Pakuan Mandiri (disingkat DPM) mulai melakukan ekspansi bertahap danmengembangkan bank dengan mendirikan kantor-kantor cabang. Sampai saat ini, BPR DPM memiliki 3 (tiga) buah kantor cabang yang terletak di wilayah Cileungsi, Tangerang, dan Karawang. Selain itu, BPR DPM juga memiliki 3 (tiga)kantor kas yang terletak di wilayah Citeureup, Darmaga, dan Bojong. Adapun kantor pusat BPR Duta Pakuan Mandiri beralamat di Jalan Raya Tajur no. 45 Bogor, Jawa Barat 16720.

Dalam perkembangannya PT. BPR Duta Pakuan Mandiri sempat mengalami beberapa pergantian kepengurusan. Saat ini, susunan pengurus pada tingkatan manajemen atas di Kantor Pusat PT. BPR Duta Pakuan Mandiri adalah sebagai berikut:

Komisaris Utama: Simon Suwardi Surya Komisaris: Tirta Hadi Surjana

(2)

Direktur: Juliana, S.E.

Chief Operating Officer: Ratana Djaya General Manager: Eka Kheresna

Internal Audit & Control Manager: Nurlela Operational Manager: Peter Arianto K.

Saat ini terdapat tiga jenis produk dan jasa perbankan utama yang ditawarkan oleh BPR DPM, yaitu:

1. Simpanan

a. Tabungan mandiri b. Deposito berjangka 2. Pinjaman (Kredit)

a. Pinjaman FIX, merupakan pinjaman tetap (pokok dan bunga) dengan jaminan kendaraan bermotor roda empat dan sertifikat tanah dan/atau bangunan. Untuk produk pinjaman ini, suku bunga rata-rata yang digunakan adalah 20% (dua puluh persen) per tahun dengan jangka waktu pelunasan sekitar 3 (tiga) sampai 4 (tahun).

b. Pinjaman PTAB, merupakan pinjaman tetap angsuran bunga dengan jaminan kendaraan bermotor roda empat dan sertifikat tanah dan/atau bangunan. Suku bunga rata-rata untuk produk pinjaman ini adalah sekitar 2,5% (dua koma lima persen) per bulan dengan jangka waktu pelunasan sekitar 3 (tiga) sampai 4 (tahun).

c. Pinjaman FIM, merupakan pinjaman tetap (pokok dan bunga) dengan jaminan kendaraan bermotor roda dua. Suku bunga rata-rata yang digunakan untuk produk pijaman ini adalah sekitar 2% (dua persen) per bulan dengan jangka waktu pelunasan sekitar 2 (dua) tahun.

3. Jasa perbankan lainnya, seperti penukaran uang Rupiah kecil.

Di antara produk dan jasa perbankan tersebut, kredit memiliki proporsi kegiatan yang paling aktif dibandingkan yang lainnya. Adapaun kegiatan kredit pada BPR Duta Pakuan Mandiri diterapkan menggunakan prinsip kehati-hatian dan memenuhi aspek perkreditan sesuai kebijakan dan standar Bank Indonesia.

3.1.2Visi dan Misi PT. BPR Duta Pakuan Mandiri

Dalam menjalankan peran usahanya, BPR Duta Pakuan Mandiri memiliki visi misi sebagai berikut:

(3)

Menjadi bank terpercaya sebagai agen perubah bagi sendi-sendi ekonomi masyarakat menengah ke bawah dalam konteks masyarakat madani dan mencetak produktivitas dalam pencapaian laba maksimal, seimbang dan merajuk pada pemegang saham.

2. Misi

Menciptakan kualitas ekonomi masyarakat yang mempunyai nilai saing dan nilai jual, menjadi bank yang profesional dalam memperantarai masyarakat yang kelebihan dan kekurangan likuiditas (fungsi intermediasi) bagi pengembangan kebutuhan usaha mikro, memberikan nilai lebih bagi pemegang saham secara konsisten unggul, kompetitif dan berkesinambungan.

3.1.3 Struktur Organisasi Kantor Pusat PT. BPR Duta Pakuan Mandiri Struktur organisasi merupakan susunan jabatan atau bagian yang ada dalam suatu perusahaan, dan merupakan suatu bagian yang penting dalam perusahaan karena dengan struktur organisasi tersebut menunjukkan tugas, wewenang, dan tanggung jawab dari masing-masing bagian. Struktur organisasi menunjukkan pemisahan satu divisi atau bagiannya dengan yang lainnya sesuai tugas, wewenang, dan tanggung jawabnya masing-masing.

Gambar 3.1 berikut merupakan struktur organisasi pada kantor pusat PT. BPR Duta Pakuan Mandiri.

(4)

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Kantor Pusat PT. BPR Duta Pakuan Mandiri Sumber: PT. BPR Duta Pakuan Mandiri

3.1.4 Pembagian Tugas dan Wewenang

Berikut ini merupakan uraian mengenai tugas, wewenang, dan tanggung jawab dari masing-masing bagian yang berhubungan dengan aktivitas perkreditan pada perusahaan, yaitu:

1. Dewan Komisaris

Tugas, wewenang, dan tanggung jawab Dewan Komisaris yang berkaitan dengan perkreditan meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Menyetujui kebijakan perkreditan BPR yang diusulkan oleh Direksi. b. Menyetujui rencana kredit tahunan termasuk rencana pemberian kredit

kepada pihak terkait dengan BPR, debitur grup, dan/atau debitur besar yang akan tertuang dalam rencana kerja BPR yang disampaikan kepada Bank Indonesia.

c. Mengawasi pelaksanaan rencana pemberian kredit tersebut.

d. Meminta penjelasan dan/atau pertanggungjawaban Direksi serta meminta langkah-langkah perbaikan apabila pelaksanaan pemberian kredit tersebut menyimpang dari rencana perkreditan yang telah dibuat.

e. Meminta penjelasan dan/atau pertanggungjawaban Direksi mengenai semua aspek yang tercantum dalam PKPB (Pedoman Kebijakan Perkreditan BPR).

f. Meminta penjelasan dan/atau pertanggungjawaban Direksi apabila terdapat penyimpangan dalam pelaksanaan PKPB.

g. Meminta penjelasan dan/atau pertanggungjawaban Direksi mengenai perkembangan dan kualitas portofolio perkreditan secara keseluruhan termasuk kredit-kredit yang diberikan kepada pihak terkait dengan BPR, debitur/grup, dan/atau debitur besar.

(5)

h. Memantau perencanaan dan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan kepada pegawai yang menangani perkreditan.

i. Melaporkan hasil pengawasan terhadap penerapan PKPB kepada Bank Indonesia yang merupakan bagian dari Laporan Pelaksanaan Rencana Kerja yang disampaikan secara semesteran sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang berlaku.

2. Direksi

Tugas dan wewenang serta tanggung jawab Direksi yang berkaitan dengan perkreditan meliputi:

a. Bertanggungjawab atas penyusunan PKPB yang memuat semua aspek yang tercantum dalam Pedoman Standar Kebijakan Perkreditan BPR untuk dimintakan persetujuan kepada Dewan Komisaris.

b. Menetapkan prosedur perkreditan yang mengacu pada PKPB yang telah disetujui oleh Dewan Komisaris.

c. Memastikan ketaatan BPR terhadap ketentuan perundang-undangan dan peraturan yang berlaku di bidang perkreditan.

d. Memastikan bahwa PKPB diterapkan dan dilaksanakan secara konsekuen dan konsisten.

e. Menetapkan anggota-anggota Komite Kredit (apabila pembentukan Komite Kredit diperlukan).

f. Bertanggung jawab atas penyusunan rencana kerja perkreitan yang dituangkan dalam rencana kerja BPR yang disampaikan kepada Bank Indonesia.

g. Memastikan bahwa rencana kerja perkreditan telah terlaksana.

h. Memastikan pelaksanaan langkah-langkah perbaikan atas berbagai penyimpangan dalam perkreditan yang ditemukan satuan/unit kerja atau pegawai atau Direksi yang bertanggung jawab atas pelaksanaan fungsi audit intern.

i. Melaporkan langkah-langkah perbaikan yang telah, sedang, dan akan dilakukan kepada Dewan Komisaris secara berkala dan tertulis paling kurang mengenai:

(1) Perkembangan dan kualitas portofolio perkreditan secara keseluruhan; (2) Perkembangan dan kualitas kredit yang diberikan kepada pihak terkait

dan debitur grup serta debitur besar;

(6)

(4) Penyimpangan dalam pelaksanaan PKPB;

(5) Temuan-temuan penting dalam perkreditan termasuk penyimpangan atau pelanggaran ketentuan di bidang perkreditan yang dilaporkan oleh satuan/unit kerja atau pegawai yang menjalankan fungsi sebagai audit internal BPR atau Direksi yang ditunjuk melaksanakan fungsi audit intern BPR;

(6) Pelaksanaan dari rencana perkreditan sebagaimana yang telah tertuang dalam rencana kerja BPR yang disampaikan kepada Bank Indonesia; (7) Penyimpangan atau pelanggaran ketentuan di bidang perkreditan yang

merupakan temuan auditor eksternal dan/atau Bank Indonesia; dan (8) Jumlah dan jenis pendidikan dan pelatihan satuan/unit kerja

perkreditan.

j. Menetapkan rencana pendidikan dan pelatihan bagi pegawai yang menangani perkreditan dan memastikan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan tersebut sesuai dengan kebutuhan pegawai.

3. Perangkat Perkreditan

Direksi PT. BPR Duta Pakuan Mandiri menetapkan bentuk tugas, wewenang, dan tanggung jawab dari Perangkat Perkreditan sesuai dengan kebutuhan BPR sebagai berikut:

a. Mematuhi semua ketentuan yang ditetapkan dalam PKPB dan prosedur perkreditan.

b. Melaksanakan tugasnya secara jujur, obyektif cermat dan seksama tanpa pengaruh dari pihak-pihak yang berkepentingan dengan pemohon kredit yang dapat merugikan BPR.

c. Senantiasa meningkatkan kemampuan dan pengetahuan dibidang perkreditan antara lain kemampuan dan pengetahuan terhadap sektor ekonomi, kegiatan usaha dan debitur yang mengandung risiko tinggi bagi bank yang telah dan akan dibiayai oleh BPR.

d. Menolak permohonan kredit yang diajukan apabila tidak sesuai dengan syarat dalam prosedur perkreditan.

e. Tugas dan tanggung jawab Bagian Marketing dan Kredit Kantor Pusat sekurang-kurangnya meliputi:

(1) Melakukan pengenalan produk kredit PT. BPR Duta Pakuan Mandiri kepada calon debitur;

(7)

(2) Menawarkan produk kredit PT. BPR Duta Pakuan Mandiri kepada debitur/calon debitur;

(3) Menerima permohonan kredit dari debitur/calon debitur;

(4) Melakukan survey lapangan terhadap pemohon kredit termasuk usaha dan agunan pemohon;

(5) Mengumpulkan data dan/atau informasi untuk keperluan analisa kredit; (6) Melakukan analisis kelayakan permohonan kredit;

(7) Membina hubungan dengan debitur;

(8) Melakukan pemantauan dan pembinaan kepada debitur;

(9) Menganalisis kondisi calon debitur sebagai pertimbangan kelayakan kredit;

(10) Melaporkan perkembangan dan/atau kondisi debitur kepada Pimpinan Marketing dan Kredit.

f. Tugas dan tanggung jawab Bagian Administrasi Kredit Kantor Pusat sekurang-kurangnya meliputi:

(1) Menyiapkan dokumen-dokumen perjanjian kredit dan pengikatan agunan;

(2) Mengelola penyimpanan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan perkreditan dan agunan;

(3) Memastikan kelengkapan informasi dan keabsahan dokumen perkreditan yang diperlukan;

(4) Mengelola informasi perkreditan;

(5) Mengelola surat-menyurat dengan pemohon kredit dan debitur;

(6) Mengelola dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penagihan kredit;

(7) Mengelola surat-menyurat peringatan untuk debitur yang berkaitan dengan penagihan kredit.

g. Tugas dan tanggung jawab Bagian Penagih Kredit sekurang-kurangnya meliputi:

(1) Melakukan tugas penagihan kepada debitur;

(2) Melaporkan kondisi dan perkembangan kemampuan serta keinginan debitur dalam memenuhi kewajibannya.

h. Tugas dan tanggung jawab Bagian Legal dan Tim Khusus sekurang-kurangnya meliputi:

(8)

(2) Melakukan penanganan kredit bermasalah yang dihapus buku;

(3) Mewakili perusahaan dalam permasalahan di dalam hal-hal yang berkaitan dengan tindakan hukum;

(4) Melaporkan perkembangan penanganan kredit bernasalah kepada Direksi.

i. Tugas dan tanggung jawab Pimpinan Marketing dan Kredit, seta Pimpinan Kantor Cabang yang berkaitan dengan marketing dan kredit, sekurang-kurangnya meliputi:

(1) Melakukan koordinasi terhadap seluruh perangkat kredit;

(2) Membuat usulan pemberian kredit untuk permohonan yang layak; (3) Memberikan presentasi atau penjelasan pada rapat Komite Kredit atas

hasil analisis kredit dan usulan pemberian kredit; (4) Mengupayakan realisasi rencana kerja bagian kredit;

(5) Melaporkan perkembangan penyaluran kredit kepada Direksi; (6) Melaporkan perkembangan kualitas kredit kepada Direksi.

j. Tugas dan tanggung jawab Legal Officer sekurang-kurangnya meliputi: (1) Memeriksa keabsahan dan kelengkapan surat perjanjian kredit calon

debitur yang akan diakad kreditkan;

(2) Mengambil tindakan penyelesaian kredit bermasalah.

3.2. Kebijakan Perkreditan pada PT. BPR Duta Pakuan Mandiri 3.2.1 Kebijakan Umum Pemberian Kredit

Kebijakan umum pemberian kredit memuat beberapa hal terkait pelaksanaan kredit yang disesuaikan dengan Pedoman Kebijakan Perkreditan BPR dengan memperhatikan prinsip kehati-hatian dan asas-asas perkreditan yang sehat. Agar penerapan prinsip kehati-hatian dan asas-asas perkreditan tersebut terlaksana secara konsisten, maka pengelolaan kredit harus mengacu pada pedoman kebijakan dan prosedur perkreditan yang berlaku.

Berikut merupakan beberapa ketentuan umum dalam kebijakan kredit pada PT. BPR Duta Pakuan Mandiri, yaitu:

1. Jenis kredit yang dapat diberikan yaitu kredit modal kerja, kredit investasi, dan kredit konsumtif.

2. Jangka waktu pemberian kredit maksimal hingga 10 (sepuluh) tahun. 3. Pengembalian pokok disesuaikan dengan perjanjian kredit yang berlaku.

(9)

4. Dalam hal pemberian kredit, PT. BPR Duta Pakuan Mandiri tidak melanggar ketentuan tengtang BMPK (Batas Maksimum Pemberian Kredit).

5. PT. BPR Duta Pakuan Mandiri senantiasa menjaga kualitas aktiva produktif pada tingkat yang baik dan rasio KAP (Kualitas Aktiva Produktif) maksimal 5% serta mengupayakan rasio NPL (Non Performing Loan) berada di bawah 5%.

6. PT. BPR Duta Pakuan Mandiri hanya akan memberikan kredit kepada orang yang memenuhi persyaratan dan tidak cacat menurut hukum.

3.2.2 Prinsip Kehati-Hatian dalam Pemberian dan Penilaian Kualitas Kredit Dalam pemberian kredit, PT. BPR Duta Pakuan Mandiri senantiasa berpegang pada prinsip kehati-hatian. Prinsip kehati-hatian dalam perkreditan meliputi kebijakan dalam pemberian kredit, penilaian kualitas kredit, serta profesionalisme dan integritas pejabat perkreditan.

1. Kebijakan pemberian kredit

a. Ketentuan pembebanan biaya-biaya yang timbul dari pemberian kredit ditetapkan melakui Surat Keputusan Direksi.

b. PT. BPR Duta Pakuan Mandiri hanya akan memproses kredit apabila ada permohonan kredit secara tertulis dan pemohon kredit.

c. PT. BPR Duta Pakuan Mandiri hanya akan memperoses kredit apabila pemohon memenuji persyaratan dan ketentuan yang berlaku di PT. BPR Duta Pakuan Mandiri.

d. Setiap permohonan yang memenuhi syarat harus dilakukan analisis terlebih dahulu.

e. Usulan tentang disetujui atau ditolaknya suatu permohonan kredit yang memenuhi syarat dilakukan melalui suatu Komite Kredit.

f. Kredit yang perlu mendapat perhatian khusus adalah debitur yang tergolong tidak lancar dan dua puluh lima debitur terbesar.

2. Kebijakan penilaian agunan

a. Penilaian agunan dilakukan sesuai prosedur yang diterapkan oleh Direksi. b. Penilaian agunan dilakukan terhadap aspek legalitas dan nilai ekonomis. c. Plafon kredit yang diberikan maksimal 75% dari nilai agunan.

d. Agunan yang akan digunakan sebagai faktor pengurang PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif) adalah agunan yang ada dan jelas keberadaannya serta dapat diekseskusi sebagaimana diatur dalam

(10)

Peraturan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Kualitas Aktiva Produktif dan Pembentukan PPAP.

e. Agunan yang tidak ada, tidak jelas keberadaannya, atau tidak dapat dieksekusi tidak dapat digunakan sebagai faktor pengurang PPAP, antara lain:

(1) Agunan yang telah digunakan untuk fasilitas umum yang tidak dapat dikembalikan fungsinya, misalnya digunakan sebagai tempat pemakaman umum;

(2) Agunan dalam sengketa;

(3) Agunan yang sudah tidak diketahui keberadaannya, misalnya kendaraan yang fisiknya sudah tidak ada;

(4) Agunan yang sudah tidak memiliki nilai ekonomis, misalnya kebakaran, kecelakaan, dan lain-lain.

f. Pemohon wajib melampirkan SPPT (Surat Pemberitahuan Pajak Terutang) 1(satu) tahun terakhir untuk agunan berupa tanah dan/atau bangunan. 3. Kebijakan pemberian kredit kepada pihak terkait dengan BPR, kelompok

peminjam (debitur grup), dan/atau debitur besar

a. Kredit kepada pihak terkait secara keseluruhan setinggi-tingginya adalah 10% (sepuluh persen) dari modal PT. BPR Duta Pakuan Mandiri pada periode tersebut.

b. Kredit kepada peminjam individual yang tergolong pihak tidak terkait setinggi-tingginya adalah 20% (dua puluh persen) dari modal PT. BPR Duta Pakuan Mandiri.

c. Kredit kepada 1 (satu) kelompok peminjam setinggi-tingginya adalah 30% (tiga puluh persen) dari modal PT. BPR Duta Pakuan Mandiri pada periode tersebut.

d. Penyediaan kredit kepada pihak terkait dengan BPR, debitur grup, dan/atau debitur besar, yang akan diindikasikan dan berbagi resiko (risk sharing) dengan bank lain harus disetujui oleh minimal 1 (satu) orang anggota Direksi dan 1 (satu) orang anggota Dewan Komisaris.

e. Memelihara daftar nama peminjam yang tergolong pihak terkait dengan BPR, debitur grup, dan/atau debitur besar dalam rangka menjamin efektifitas penerapan batas maksimum penyediaan keseluruhan fasilitas kredit yang diberikan oleh BPR kepada pihak terkait dengan BPR, debitur grup, dan/atau debitur besar.

(11)

f. Prosedur perkreditan harus memuat kriteria pihak terkait dengan BPR dan debitur grup dengan mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) serta criteria debitur besar yang ditetapkan oleh Direksi.

4. Kebijakan pemberian kredit kepada sektor ekonomi, kegiatan usaha, dan debitur yang mengandung resiko tinggi

a. Sektor ekonomi, kegiatan usaha, dan debitur yang mengandung resiko tinggi, antara lain:

(1) Komoditi yang harganya berfluktuasi tinggi;

(2) Sektor ekonomi atau kegiatan usaha yang banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal misalnya faktor cuaca dan lain-lain;

(3) Sektor ekonomi atau kegiatan usaha yang di luar keahlian dan kemampuan BPR;

(4) Lokasi usaha yang berada di daerah tertentu misalnya daerah konflik/kerusuhan dan rawan bencana;

(5) Debitur yang tergolong Politically Exposed Person (PEP) yaitu orang yang mendapatkan kepercayaan untuk memiliki kewenangan publik diantaranya adalah Penyelenggara Negara sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Perundang-Undangan yang mengatur mengenai Penyelenggara Negara, dan/atau orang yang tercatat sebagai anggota partai politik yang memeiliki pengaruh terhadap kebijakan dan operasional partai politik.

b. Pemberian kredit kepada sektor ekonomi, kegiatan usaha, dan debitur yang mengandung resiko tinggi antara lain BPR harus mempunyai satuan/unit kerja perkreditan atau pegawai yang telah memiliki kompetensi yang memadai dalam bidang usaha yang akan dibiayai.

c. Pemberian kredit untuk debitur yang tergolong PEP diantaranya harus memperhatikan ketentuan mengenai anti pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme.

5. Kebijakan mengenai kredit yang perlu dihindari a. Kredit untuk tujuan spekulasi.

b. Kredit yang diberikan tanpa informasi keuangan yang cukup.

Informasi keuangan yang tidak mencukupi tersebut dikecualikan terhadap kredit kepada usaha mikro sepanjang telah diperoleh keyakinan atas debitur.

(12)

c. Kredit yang memerlukan keahlian khusus yang tidak dimiliki oleh BPR. d. Kredit kepada debitur bermasalah dan/atau debitur yang memiliki kredit

dengan kolektibilitas macet pada BPR atau bank lain. 6. Kebijakan penilaian kualitas kredit

a. Penilaian kualitas kredit dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yaitu mengacu pada Peraturan Bank Indonesia yang berlaku.

b. Jika 1 (satu) debitur memiliki lebih dari satu rekening pinjaman, maka kualitas kredit ditetapkan sama untuk semua rekening, yaitu kualitas terburuk.

c. Termasuk pengertian 1 (satu) debitur adalah fasilitas kredit kepada suami dan istri kecuali apabila terdapat perjanjian pemisahan harta yang disahkan oleh pengadilan atau instansi yang berwenang sesuai perundang-undangan yang berlaku.

3.2.3 Kebijakan terkait Persetujuan Kredit

Kebijakan persetujuan kredit paling kurang mencakup konsep hubungan total pemohon kredit, penetapan batas wewenang kredit, tanggung jawab pejabat pemutus kredit, proses persetujuan kredit, perjanjian kredit dan persetujuan pencairan kredit.

a. Konsep Hubungan Total Pemohon Kredit

Persetujuan pemberian kredit harus didasarkan atas penilaian menyeluruh terhadap semua fasilitas kredit yang telah diberikan atau akan diberikan secara bersamaan kepada pemohon kredit dimaksud atau yang dikenal dengan istilah konsep hubungan total pemohon kredit. Pengertian pemohon kredit tersebut meliputi seluruh perusahaan maupun perorangan yang terkait dengan pemohon kredit yang telah mendapat fasilitas kredit atau akan diberikan kredit secara bersamaan. Persetujuan pemberian kredit atas dasar konsep hubungan total pemohon kredit harus tercermin dalam analisis kredit.

b. Penetapan Batas Wewenang Persetujuan Kredit

Adapun pengaturan batas wewenang persetujuan kredit paling kurang, meliputi:

1. dasar pertimbangan dan kriteria pengaturan batas wewenang persetujuan kredit dituangkan secara tertulis dalam keputusan Direksi, antara lain jumlah plafond, kriteria nasabah (keterkaitan dengan BPR, tergolong

(13)

nasabah berisiko tinggi, PEP, nasabah grup, dll), tingkatan level jabatan pegawai yang ditunjuk;

2. tahapan proses persetujuan kredit;

3. setiap pemberian kredit harus memperoleh persetujuan dari pejabat yang berwenang memutus kredit;

4. setiap persetujuan kredit harus dilakukan secara tertulis; 5. penandatangan perjanjian kredit;

6. persetujuan pencairan kredit. c. Proses Persetujuan Kredit

1. Permohonan Kredit

Dalam menilai permohonan kredit, BPR harus memperhatikan prinsip sebagai berikut:

(a) Permohonan kredit dilakukan secara tertulis baikuntuk kredit baru, perpanjangan jangka waktu,tambahan kredit maupun permohonan perubahanpersyaratan kredit;

(b) Permohonan kredit sebagaimana dimaksud harus memuat informasi yang lengkapdan memenuhi persyaratan sesuai denganketentuan yang ditetapkan pada prosedurperkreditan, termasuk riwayat perkreditan padaBPR, Bank Umum dan/atau lembaga keuanganlain; dan

(c) Data, informasi, dan dokumen yang disampaikandalam permohonan kredit harus diverifikasi untukmemastikan kebenaran dan keabsahannya.

(d) Jika permohonan kredit telah diverifikasi dan memenuhi syarat, maka dilanjutkan ke tahap analisis kredit.

2. Analisis Kredit.

Setiap permohonan kredit yang telah memenuhi syaratdilakukan analisis secara tertulis dan disampaikan kepada pejabat pemutus kredit atau Komite Kredit; analisis kredit dibuat secara lengkap, akurat, dan objektif; serta analisis kredit sekurang-kurangnya memuat informasi mengenai pemohon, penghasilan, usaha (jika ada) termasuk hasil penelitian pada Sistem Informasi Debitur (SID) atas aspek berikut:

• Aspek karakter • Aspek kemampuan • Aspek permodalan • Aspek arus kas

(14)

• Aspek prospek usaha • Aspek agunan • Kebutuhan kredit

3. Rekomendasi Persetujuan Kredit

Rekomendasi persetujuan kredit harus disusun secara tertulis berdasarkan hasil analisis kredit yang telah dilakukan dan isi rekomendasi kredit harus sejalan dengan kesimpulan analisis kredit.

4. Pemberian Persetujuan Kredit

(a) Setiap pemberian persetujuan kredit harus memperhatikan hasil analisis dan rekomendasi persetujuan kredit, serta bila terdepat pemberian persetujuan kredit yang berbeda dengan isi rekomendasi harus dijelaskan secara tertulis;

(b) Terhadap permohonan yang ditolak harus diberitahukan kepada pemohon secara tertulis, dan terhadap permohonan yang disetujui harus dibuatkan surat persetujuan kredit yang disertai dengan mencantumkan struktur pemberian kredit beserta syarat-syarat yang harus dipenuhi pemohon.

d. Perjanjian Kredit

Apabila surat persetujuan kredit telah ditandatangani oleh pemohon sebagai bukti telah setuju atas struktur dan persyaratan yang ditetapkan oleh BPR, maka BPR membuat perjanjian kredit (akad kredit) yang paling sedikir: 1. Memenuhi keabsahan dan persyaratan hukum yang dapat melindungi

kepentingan BPR dan debitur.

2. Memuat jumlah, jangka waktu, suku bunga, tujuan penggunaan, tatacara pembayaran kembali kredit serta persyaratan-persyaratan kredit lainnya sebagaimana ditetapkan dalam keputusan persetujuan kredit dimaksud. 3. Perjanjian kredit minimum dibuat dalam rangkap 2 (dua) dan salah

satunya disampaikan kepada debitur. e. Persetujuan Pencairan Kredit

Pencairan atas kredit yang telah disetujui dapat dilakukan apabila:

1. Seluruh persyaratan yang tercantum dalam surat keputusan pemberian kredit dan perjanjian kredit telah dipenuhi oleh pemohon kredit.

2. Seluruh aspek yuridis yang berkaitan dengan kredit telah diselesaikan termasuk pengikatan agunan telah dilakukan.

(15)

3. Telah dibuatkan disposisi pencairan kredit yang ditandatangani oleh pejabat yang berwenang.

3.3 Gambaran Sistem Pemberian Kredit yang Berjalan

3.3.1 Prosedur Pemberian Kredit pada PT. BPR Duta Pakuan Mandiri Calon debitur yang tertarik dapat langsung mengunjungi kantor pusat PT. BPR Duta Pakuan Mandiri atau menghubungi pihak Account Officer (Marketing)sebelumnya dan bila ingin memproses kreditnya. Calon debitur yang sudah berada di kantor pusat akan dilayani oleh bagian Customer Service. Pertama-tama, calon debitur diminta untuk mengisi buku tamu yang telah disediakan di meja Customer Service. Setelah itu, Customer Service atau Account Officer akan memberikan penjelasan kepada calon debitur mengenai produk kredit, persyaratan dokumen pengajuan kredit, serta ketentuan kredit lainnya yang berlaku.

Apabila calon debitur berminat dan menyetujui persyaratan serta ketentuan kredit yang berlaku maka calon debitur mengisi dan menandatangani formulir Aplikasi Permohonan Kredit (APK) dan menyerahkan seluruh persyaratan kredit yang berlaku kepadaCustomer Service atau Account Officer. Customer Service kemudian akan memeriksa kelengkapan persyaratan dan aplikasi yang sudah diisi oleh calon debitur. Jika persyaratan sudah benar dan data APK sudah terisi dengan tepat maka Customer Serviceakan menginput data calon debitur tersebut ke dalam sistem informasi BPR untuk disimpan dalam data calon debitur.

Setelah penginputan data selesai maka berkas-berkas dan APK yang sudah diisi akan diserahkan oleh Customer Servicekepada Manajer Operasional atau kepada SupervisorOperasional jika manajer tidak ada di tempat atau berhalangan hadir, untuk kemudian dilakukan proses verifikasi data calon debitur. Jika ditemukan pengalaman bahwa calon debitur pernah melakukan perkreditan di bank atau BPR lain sebelumnya, pihak manajer dapat meminta bagian akunting untuk melakukan BI Checking ke sistem Bank Indonesia. Apabila hasil verifikasi dinyatakan baik dan mencukupi maka Manajer / Supervisor Operasional akan menyerahkan berkas-berkas persyaratan permohonan kredit calon debitur ke bagian marketing dan kredit untuk diproses lebih lanjut. Namun apabila hasil verifikasi dinyatakan tidak baik maka berkas-berkas tersebut akan dikembalikan ke bagian customer service untuk diarsip.

Setelah berkas-berkas persyaratan permohonan kredit calon debitur diterima, maka Account Officer (AO) akan memasukkan seluruh berkas

(16)

permohonan kredit ke dalam map biru atau merah (disesuaikan dengan jenis produk kredit yang dipilih calon debitur) dan mengisi formulirchecklist dokumen persyaratan permohonan kredit. Setelah itu, pihak AO juga akan menaksir harga barang jaminan, menghitung estimasi biaya-biaya yang harus dibayar tunai oleh calon debitur, memeriksa dan meng-copy berkas-berkas dokumen barang jaminan serta kelengkapan lainnya, dan menerangkan kepada calon debitur agar berkas-berkas dokumen barang jaminan tersebut dibawa kembali apabila pengajuan permohonan kreditnya telah disetujui.

Selanjutnya, AO beserta petugas yang ditunjuk dan disaksikan oleh calon debitur akan melakukan proses foto, gesek rangka serta mesin kendaraan bermotor yang akan dijaminkan, serta mengisi dan menandatangani bersama lembar formulir checklist kendaraan jaminan dan Laporan Penilaian dan Pemeriksaaan atas Benda Bergerak (LPPBB).

Setelah itu, AO melakukan analisis kredit sementara terhadap kondisi calon debitur dengan berpedoman pada 5C. Adapun hasil analisis ini didapatkan dari hasil wawancara dengan calon debitur dimana AOakan mencatatkan langsung hasil wawancara dan tinjauannya ke dalam Form Analisis Kredit. Apabila hasil analisis dinyatakan layak maka proses akan dilanjutkan ke tahap berikutnya, namun apabila hasil analisis dinyatakan tidak layak maka akan disampaikan kepada calon debitur bahwa pengajuan kreditnya tidak dapat dilanjutkan.

Tahap berikutnya adalah survey wajib atau kunjungan wajib ke tempat tinggal dan tempat usaha calon debitur serta trade checking terhadap tetangga sekitarnya untuk mendapatkan kondisi kelayakan yang sebenar-benarnya dari calon debitur. Apabila barang jaminan calon debitur adalah tanah dan bangunan, maka akan dilakukan pemfotoan terhadap barang jaminan tersebut serta dicatatkan ke dalam Laporan Pemeriksaan dan Penilaian atas Tanah dan Bangunan (LPPTB). Setelah proses analisis dan wajib survey dilakukan maka AOakan meninjau kembali Form Analisis Kredit calon debitur dan menuliskan keterangan kelayakan kredit calon debitur. Bila menurutAObersangkutan calon debitur tersebut layak untuk menerima kredit maka berkas-berkas persyaratan permohonan kredit calon debitur tersebut akan diberikan dalam satu map kepada Team Leader Marketingdan Kredit untuk diperiksa. Apabila masih ditemukan kekurangan pada formulir checklist dokumen, maka berkas tersebut akan dikembalikan kepada pihak Account Officeryang bersangkutan untuk dilengkapi,

(17)

sedangkan bila sudah dinyatakan lengkap dan memadai akan dilanjutkan ke proses selanjutnya yaitu ke bagian Administrasi Kredit.

Bagian Administrasi Kredit menerima dan memeriksa kelengkapan berkas-berkas permohonan kredit, bila masih ditemukan kekurangan maka akan dikonfirmasikan langsung kepada pihak AO yang bersangkutan, dan bila sudah lengkap maka akan diajukan proses verifikasi Kredit kepada Manajer / Supervisor Operasional. Bila masih terdapat kesalahan dan kekurangan maka berkas-berkas akan diserahkan kembali ke bagian Administrasi Kredit untuk kembali diperiksa, sedangkan apabila berkas sudah dinyatakan lengkap maka Administrasi Kredit dapat langsung mencetak dokumen kontrak.

Setelah dokumen kontrak selesai dicetak maka bagian Administrasi Kredit akan memeriksa kembali tdokumen-dokumen tersebut dan mengisikan form checklist dokumen kontrak. Lalu, bagian Administrasi Kredit menginformasikan kepada calon debitur untuk hadir di kantor pihak bank pada waktu yang ditentukan untuk melakukan proses serah terima berkas-berkas dokumen barang jaminan asli dari calon debitur kepada bagian Administrasi Kredit.

Selanjutnya calon debitur melakukan akad atau perjanjian kredit di hadapan pejabat Legal Officer atau petugas Administrasi Kredit, atau jika telah dilakukan pengikatan di pihak Notaris untuk barang jaminan calon debitur berupa tanah dan bangunan, dengan menandatangani Surat Perjanjian Kredit. Legal Officer memeriksa keabsahan dokumen kontrak yang telah diakadkan dan seluruh berkas permohonan kredit. Apabila masih ditemukan kekurangan serta kesalahan maka akan dilakukan perbaikan kembali pada dokumen kontrak terkait. Sedangkan bila dinyatakan sudah sah maka akanLegal Officer menandatangani Surat Perintah Pencairan Kredit (SPPK).

Setelah itu Administrasi Kredit menyerahkan Surat Keputusan Kredit (SKK) beserta catatan-catatan yang dipersyaratkan dan Surat Perintah Pencairan Kredit (SPPK) kepada Manajer atau Supervisor Operasional untuk diperiksa terlebih dahulu dan apabila masih ditemukan kesalahan data maka akan dikembalikan kepada Bagian Administrasi Kredit untuk diperbaiki terlebih dahulu. Apabila data dinyatakan benar maka Manajer atau Supervisor Operasional menandatangani Surat Perintah Pencairan Kredit (SPPK). Bagian Administrasi Kredit lalu menyerahkan SPPK kepada Chief Operational Officer dan SKK kepada Supervisor Kredit Marketing untuk ditandatangani.

(18)

Bagian Administrasi Kredit kemudian menyerahkan salinan SKK, salinan Bukti Tanda Terima, dan lembar asli SPPK ke bagian Teller. Setelah itu, bagian Administrasi Kredit menyerahkan surat perjanjian kredit kepada Direksi yang ditunjuk untuk ditandatangani dengan batas waktu maksimal 1 (satu) minggu dari tanggal pencairan dan setelah itu berkas dokumen diarsip oleh bagian Administrasi Kredit.

Pada gambar 3.1.1 dan 3.1.2 akan ditampilkan Activity Diagram dari sistem informasi yang berjalan saat ini.

3.3.2 Dokumen yang Digunakan pada Sistem yang Berjalan

Dokumen kredit yang digunakan dalam sistem dan didokumentasikan atau diarsipkan dengan baik sesuai ketentuan dan kebijakan yang berlaku terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

1. Formulir Aplikasi Permohonan Kredit (APK) 2. Formulir checklist kendaraan yang dijaminkan

3. Formulir checklist kelengkapan berkas permohonan kredit 4. Formulir checklist kelengkapan dokumen kontrak

5. Laporan Pemeriksaan dan Penilaian atas Tanah dan Bangunan (LPPTB) 6. Laporan Pemeriksaan dan Penilaian atas Benda Bergerak (LPPBB) 7. Formulir Analisis Kredit

8. Surat Perintah Persetujuan Kredit (SPPK) 9. Surat Keputusan Kredit (SKK)

10. Surat Perjanjian Kredit (SPK) 11. Bukti Tanda Terima Uang (BTTU)

Adapun berkas-berkas yang melengkapi persyaratan permohonan pengajuan kredit, terdiri dari:

1. Berkas-berkas terkait dengan debitur perorangan, yaitu: a. Fotokopi KTP (Kartu Tanda Penduduk)

b. Fotokopi Kartu Keluarga

c. Fotokopi NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) jika ada d. Slip gaji asli atau fotokopi Surat Izin Usaha

e. Fotokopi rekening pembayaran listrik, air, dan telepon (2 bulan terakhir) f. Fotokopi Akte Nikah (jika sudah menikah)

g. Surat Persetujuan Istri / Penjamin / Orangtua

(19)

a. KTP Pengurus b. Akta Pendirian

c. Akta Perubahan terakhir (jika ada) d. NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) e. Surat Ijin Usaha

f. Surat Keterangan Domisili g. Tanda Daftar Perusahaan

3. Berkas-berkas terkait dengan agunan kendaraan bermotor, yaitu: a. BPKB (Buku Pemilik Kendaraan Bermotor) asli dan fotokopi b. Faktur penjualan asli

c. Surat Penyerahan Jaminan d. Kwitansi blanko jual beli

e. Fotokopi STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan) f. Fotokopi KIR untuk angkot/angkutan umum g. Surat Keterangan Trayek Asli untuk angkot

4. Berkas-berkas terkait dengan agunan Sertifikat Tanah dan/atau Bangunan, yaitu:

a. Sertifikat

b. Akte Jual Beli (jika ada)

c. Ijin Mendirikan Bangunan (jika ada) d. PBB (Pajak Bumi dan Bangunan)

e. SKMHT (Surat Kuasa Memberikan Hak Tanggungan) f. APHT (Akte Pemberian Hak Tanggungan)

(20)

Gambar 3.2.1 Activity Diagram pada sistem berjalan

(21)

Gambar 3.2.2 Activity Diagram pada sistem berjalan

(22)

3.4Analisis Kelemahan dan Rekomendasi atas Sistem yang Berjalan

Setelah melakukan wawancara dan evaluasi terhadap proses dan prosedur pemberian kredit serta struktur organisasinya, maka dapat disimpulkan beberapa permasalahan yang teridentifikasi pada sistem yang berjalan, yaitu:

1. Adanya pembagian tugas yang kurang efektif pada divisi Marketing dan Kredit yang merupakan divisi vital dalam aktivitas pemberian kredit.

Staf di divisi marketing dan kredit tidak memiliki pembagian tugas yang baik, karena adanya beberapa tugas dan tanggung jawab ganda yang dapat menimbulkan beberapa resiko. Staf marketing (Account Officer) bertugas untuk mencari calon debitur, mengumpulkan informasi dari calon debitur, sekaligus membuat laporan kelayakan analisis kredit. Padahal seharusnya terdapat bagian Credit Analyst atau Komite Kredit yang lebih berwenang dalam melakukan analisis kredit guna penentuan kelayakan kredit calon debitur.

Pembagian tugas yang tidak efektif tersebut menimbulkan subjektifitas tinggi dalam pembuatan laporan kelayakan analisis kredit, padahal informasi yang tercantum dalam laporan tersebut merupakan indikator penting dalam proses pemberian kredit.

Akibatnya, muncul peluang untuk melakukan kecurangan seperti mengubah atau memanipulasi informasi sebenarnya dari calon debitur sehingga terlihat lebih meyakinkan dan layak untuk diberikan kredit.Dampak dari tindakan tersebut adalah perolehan informasi atas calon debitur yang tidak akurat dan tidak tepat tersebut beresiko menimbulkan kredit macet ke depannya.

Seharusnya, PT. BPR Duta Pakuan Mandiri menggalakkan pengendalian internal yang lebih efektif dalam memantau kinerja karyawan untuk lebih memperhatikan integritas dan reliabilitasnya. Selain itu, perludibentuk prosedur yang lebih jelas dan efektifterkait pemisahan tugas dan tanggung jawab antar staf dan divisi, khususnya di bagian Marketing dan Kredit guna mengurangi resiko kredit yang akan muncul ke depannya.

2. Sistem yang digunakan dalam pengukuran kelayakan analisis kredit pada PT. BPR Duta Pakuan Mandiri saat ini tidak mendukung objektifitas dan reliabilitas dalam proses pengolahan informasi calon debitur (terkait 5C).

Sistem yang digunakan saat ini pada PT. BPR Duta Pakuan Mandiri kurang optimal dalam menunjang objektifitas pengolahan informasi calon debitur. Padahal informasi calon debitur tersebut (mengacu pada aspek 5C – Capital, Colateral, Capacity, Condition, Character) merupakan indicator penting dalam penentuan

(23)

kelayakan kredit calon debitur. Ketidakakuratan informasi dan subjektifitas dalam melakukan penilaian kelayakan kredit dapat menimbulkan resiko kredit yang mengancam BPR sendiri.

Sistem yang saat ini diimplementasikan cenderung hanya menampung informasi (penginputan data saja). Situasi yang terjadi adalah informasi mengenai kondisi calon debitur diinput oleh AO ke dalam sistem dan staf AO yang sama menentukan status kelayakan kredit calon debitur tersebut secara manual sehingga sistem tersebut dinilai kurang handaldan peranan intelegensi sistem tersebut pun dinilai belum optimal.

Mengingat kegiatan pemberian kredit dalam sektor usaha mikro seperti ini telah lama dilaksanakan, perusahaan menganggap bahwa selama hal itu tidak mengganggu kegiatan operasional perusahaan maka tidak perlu dilakukan perbaikan prosedur signifikan dan peningkatan performa sistem. Padahal,sulit dipungkiri oleh pihak manajemen bahwa akhir-akhir ini resiko kredit di PT. BPR Duta Pakuan Mandiri cenderung meningkat. Hal ini terlihat dari peningkatanjumlah penagihan piutang bermasalah yang berpengaruh pada tingginya nilai Non Performing Loan (NPL) Bank.

NPL yang ditanggung oleh PT. BPR Duta Pakuan Mandiri per Febuari 2013 adalah sebesar 5,8% padahal Bank Indonesia mengharuskan target indikatif NPL adalah sebesar 5%.

Atas masalah tersebut disarankan agarPT. BPR Duta Pakuan Mandiri memperbaharui atau merancang sistem informasi terkait pemberian kredit yang mendukung objektifitas dan reliabilitas dalam pengolahan informasi calon debitur terkait 5C. Diharapkan dengan adanya sistem informasi yang lebih efektif dan handal, subjektifitas dan ketidakefektifan dalam proses dapat dihindari sehingga resiko kredit macet dapat ditekan dan nilai NPL Bank dapat mendekati atau di bawah target.

3. Adanya proses yang tidak efisien dalam prosedur pemberian kredit terkait pengecekan dokumen yang cenderung berulang-ulang.

Dalam prosedur pemberian kredit yang berjalan di BPR Duta Pakuan Mandiri saat ini terdapat proses pengecekan kelengkapan dokumen atau berkas terkait permohonan kredit berupa pengisian form checklist dokumen yang cenderung berkali-kali sehingga mengurangi efisiensi dari prosedur yang berjalan.

Akibatnya waktu pemrosesan permohonan kredit berjalan lebih lama karena proses pengecekan kelengkapan dokumen dilakukan oleh beberapa pihak pada

(24)

divisi-divisi yang memiliki peran dan tanggung jawab berbeda sehingga perlu memakan waktu lebih untuk otorisasinya.

Atas hal tersebut disarankan agar proses pengecekan kelengkapan dokumen permohonan kredit hanya perlu dilakukan oleh satu pihak pada divisi tertentu saja, sehingga pihak di divisi lain dan manajemen atas hanya mengotorisasi tanpa perlu melakukan pengecekan ulang lagi sehingga dapat meningkatkan efisiensi, menghindari resiko adanya kehilangan berkas, dan meningkatkan confidentiality.

3.5 Analisis Kebutuhan Informasi Usulan

Tabel 3.1 berikut merupakan analisis kebutuhan sistem informasi akuntansi pemberian kredit pada BPR Duta Pakuan Mandiri.

Tabel 3.1 Analisis Kebutuhan Sistem Informasi Akuntansi Pemberian Kredit pada PT. BPR Duta Pakuan Mandiri

Sasaran Masalah Solusi Kebutuhan

Informasi Mengurangi resiko kredit yang mungkin terjadi di PT. BPR Duta Pakuan Mandiri sehingga dapat memperkecil presentase NPL. Sistem yang digunakan saat ini kurang handal dalammendukung aktivitas pemberian kredit, sehingga pemberian kredit kurang optimal dan berdampak pada tingginya nilai NPL. 1. Menerapkan perhitungan analisis kredit yang akurat, efektif, dan objektif dengan memperhatikan aspek 5C secara optimal.

2. Merancang sistem informasi akuntansi yang handal untuk mendukung efektifitas dalam

pengolahan data terkait pemberian kredit guna mengurangi resiko kredit.

-Keakuratan informasi debitur - Laporan permohonan kredit - Laporan penolakan permohonan kredit - Laporan pencairan kredit - Laporan status pembayaran kredit - Hasil dan Rekomendasi Analisis Kredit (HRAK)

(25)

Memberikan pelayanan kredit yang berkualitas, dan efisien. Menurunnya kuantitas pemberian kredit akibat pelayanan kredit yang diberikan saat ini masih dinilai kurang efisien dan efektif akibat: - pengecekan dokumen yang terlalu berulang-ulang (tidak efisien) - pembagian tugas karyawan yang kurang efektif 1. Memperbaharui prosedur sistem informasi pemberian kredit yang berjalan agar lebih efisien dan produktif. 3. Menetapkan pengendalian

internal yang terprosedur dan terkontrol,

sepertimemperbaharuistrukt ur organisasi perusahaan dan menetapkan standar pembagian tugas baru yang lebih efektif bagi para karyawannya.

2. Merancang sistem informasi akuntansi terkait pemberian kredit yang menunjang efisiensi dan efektifitas sehingga dapat memenuhi tuntutan kredit yang berkualitas bagi nasabah. -Keakuratan Informasi debitur -Laporan permohonan kredit - Laporan penolakan permohonan kredit - Hasil dan Rekomendasi Analisis Kredit (HRAK) - Laporan pencairan kredit - Laporan status pembayaran kredit

Gambar

Gambar  3.1  berikut  merupakan  struktur  organisasi  pada  kantor  pusat  PT.  BPR Duta Pakuan Mandiri
Gambar 3.2.1 Activity Diagram pada sistem berjalan
Gambar 3.2.2 Activity Diagram pada sistem berjalan
Tabel 3.1 berikut merupakan analisis kebutuhan sistem informasi akuntansi pemberian  kredit pada BPR Duta Pakuan Mandiri

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil lapangan tentang studi tentang Pendekatan Andragogi dalam Proses Belajar Mengajar pada Kursus Komputer di LP2M El Rahma Kota Bengkulu, yang beralamat

keraguan dalam pembacaannya, maka gambar dapat dijelaskan dengan menggunakan pemisalan bahwa benda tersehut dipotong--dengan gergaji, sehingga bentuk rongga di dalamnya

Tes ini dilakukan untuk mengetahui hubungan hasil belajar siswa kelas 5 setelah dilaksanakan pembelajaran matematika oleh guru profesional tersertikasi. Tes yang dilakukan

Jika petugas inventori menekan tombol Save maka sistem akan menyimpan data barang yang akan di retur pada database. Skenario Use case kelola retur barang

Semoga kontribusi kecil ini rnenjadi indikasi sernangat dan kornitmen tak kunjung putus dalam rnembangun dan rnendidik manusia Indonesia sebagai bagian dari proses

Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai akuntansi pengauditan, khususnya tentang pengaruh

Penelitian ini bertujuan untuk melihat drug related problems potensial kategori interaksi obat dan ketidaktepatan pemilihan obat meliputi obat efektif tapi tidak aman,

Zaldi, S. Pemanfaatan Aliran Sungai Untuk Usaha Budi daya Ikan Nila Gesit Dalam Karamba Jaring Tancap di Desa Semperiuk Kecamatan Jawa Selatan Kabupaten Sambas... MODAL SOSIAL