• Tidak ada hasil yang ditemukan

390 Jurnal Pendidikan Sains, Volume 1, Nomor 4, Desember 2013, Halaman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "390 Jurnal Pendidikan Sains, Volume 1, Nomor 4, Desember 2013, Halaman"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Pembelajaran Kubus dan Balok dengan Pendekatan RME

untuk Menumbuhkan Kreativitas Siswa MTs

Muhammad Anwarul Huda

Pendidikan Matematika-Pascasarjana Universitas Negeri Malang Jl. Semarang 5 Malang. Email:jps.pascaum@gmail.com

Abstrak: Pembelajaran yang diterapkan di madrasah masih terpusat pada guru, siswa tidak bebas mengeluarkan ide-idenya. Pembelajaran matematika yang dapat menumbuhkan kreativitas siswa adalah pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME). Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bertujuan untuk menumbuhkan kreativitas sis-wa. Penelitian dilaksanakan terhadap siswa kelas VIII MTs Miftahul Ulum Desa Kropak Kec. Bantaran Kab. Probolinggo. Subjek wawancara 3 siswa yang terdiri dari 1 siswa berkemampuan tinggi, 1 siswa berkemampuan sedang, dan 1 siswa berkemampuan rendah. Pemilihan subjek wawancara berdasarkan hasil tes awal dan pertimbangan siswa-siswa tersebut mudah diajak berkomunikasi. Berdasarkan ha-sil penelitian diperoleh bahwa pembelajaran kubus dan balok dengan pendekatan RMEdapat menum-buhkan kreativitas siswa kelas VIII MTs Miftahul Ulum Desa Kropak Kec. Bantaran Kab. Probolinggo. Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan termasuk kategori sangat baik. Berdasarkan hasil tes, sebagaian besar siswa telah tumbuh kreativitasnya tentang mate-ri kubus dan balok.

Kata kunci: pembelajaran, realistic mathematics education, kreativitas

M

enumbuh kembangkan potensi manusia agar menjadi manusia dewasa, beradab, dan normal merupakan tujuan pendidikan. Pendidikan juga akan membawa perubahan sikap, perilaku dan nilai-nilai pada individu, kelompok, dan masyarakat. Melalui pendidikan diharapkan mampu membentuk individu-individu yang berkompetensi di bidangnya sehingga sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Untuk meningkatkan mutu pendidikan secara nasional, telah dilakukan pengkajian ulang terhadap kurikulum. Sehingga terjadi penyempurnaan kuriku-lum dari waktu ke waktu. Salah satunya dengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang proses pembelajarannya menekankan pada pemberi-an pengalampemberi-an secara lpemberi-angsung untuk mengembpemberi-ang- mengembang-kan kompetensi agar menjelajahi dan memahami ling-kungan sekitar.

Diberlakukannya KTSP di sekolah menuntut sis-wa untuk bersikap aktif, kreatif, dan inovatif dalam menanggapi pelajaran yang diajarkan. Dalam proses pembelajaran yang terjadi siswa diposisikan sebagai pendengar ceramah guru, akibatnya pembelajaran menjadi verbalistis dan mekanistis yang dalam

pendi-390

dikan tersebut, anak banyak mengenal dan menghafal rumus-rumus dan simbol-simbol tanpa memahami makna dan kegunaannya. Dunia sekolah menjadi ke-hilangan makna. Pendidikan yang diharapkan dapat melahirkan generasi yang cerdas, kreatif, dan inovatif digantikan oleh generasi “ABS” (asal bapak senang), tidak punya pemikiran kreatif, dan seterusnya .

Berkenaan dengan pendidikan di Indonesia, Su-priadi (dalam Rahmawati & Kurnia, 2010) berpenda-pat bahwa salah satu penyebab rendahnya kreativitas anak Indonesia adalah lingkungan yang kurang me-nunjang, anak-anak dituntut untuk dapat mengekspre-sikan kreativitasnya, khususnya di lingkungan sekolah dan keluarga. Oleh sebab itu, guru dan orang tua ha-rus pandai-pandai dalam memperhatikan perkem-bangan kreativitas anak sehingga anak mempunyai daya pikir kreatif yang tinggi.

Berpikir kreatif harus dipupuk sejak dini karena dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa men-jadi fleksibel, lancar, dan asli. Ini yang menmen-jadi harap-an setiap guru. Guru juga harus mempunyai kemam-puan dalam menciptakan suasana yang menyenang-kan dan kondusif agar siswa tertarik ingin lebih ngetahui materi, senang menanyakan, dan berani

(2)

me-ngajukan pendapat, serta melakukan percobaan yang menuntut pengalaman baru. Hal ini penting bagi guru dalam kegiatan belajar-mengajar dengan harapan sis-wa mendapat kesempatan untuk mengukir prestasi secara optimal (Heru, 2010).

Prestasi siswa akan optimal jika kreativitas sis-wa baik. Sebaliknya, prestasi sissis-wa tidak akan optimal jika kreativitas siswa rendah (Rahmawati & Kurnia, 2010:4). Hal seperti inilah yang dirasakan pada pem-belajaran matematika di MTs Miftahul Ulum Kropak Bantaran, Probolinggo. Di sekolah tersebut terdapat beberapa masalah, di antaranya yaitu kreativitas sis-wa masih rendah sehingga berdampak terhadap ke-mampuan yang kurang optimal. Sebagai indikatornya adalah siswa tidak mempunyai ide kreatif dalam me-ngerjakan soal-soal yang diberikan guru maupun pada saat diskusi. Fenomena ini menjadi keluhan para guru matematika MTs Miftahul Ulum Kropak Bantaran. Rendahnya ide kreatif siswa dalam mengerjakan soal menjadi sorotan para guru MTs Miftahul Ulum Kro-pak Bantaran dan akan dicari penyebabnya.

Berdasarkan observasi awal di MTs Miftahul Ulum Kropak Bantaran, didapatkan bahwa keba-nyakan siswa kelas VIII mengalami kesulitan mema-hami materi matematika misalnya, garis singgung dua persekutuan. Kesulitan tersebut diketahui dari hasil beberapa tes siswa yang diadakan oleh guru. Setiap pelaksanaan tes terdapat beberapa siswa yang men-dapatkan skor tidak sesuai dengan kompetensi dasar yang ditetapkan. Siswa yang ikut tes remedial pernah mencapai 75%.

Nilai ulangan harian siswa kelas VIII semester II tahun pelajaran 2009/2010 menunjukkan nilai rata-rata matematika pada materi volume kubus dan balok masih perlu untuk ditingkatkan. Dari 34 siswa, hanya 16 siswa yang mencapai nilai di atas rata-rata, yaitu 66. Hal ini berarti hanya ada 47% siswa yang menca-pai kompetensi dasar yang ditetapkan, berdasarkan persentase tingkat ketercapaian hasil belajar siswa, yang mengacu pada teori belajar tuntas (mastery learning), bahwa siswa harus menguasai sekurang-kurangnya 65% dari kompetensi dasar yang ditetap-kan.

Dari hasil wawancara terbatas yang dilakukan pada bulan Maret 2011 dengan siswa MTS Miftahul Ulum Kropak Bantaran Probolinggo ditemukan be-berapa faktor penyebab rendahnya nilai ulangan hari-an siswa hari-antara lain: (1) kurhari-angnya semhari-angat siswa dalam mencari buku pelajaran/referensi lain, (2) siswa berpendapat bahwa dalam menyelesaikan soal-soal ulangan berpedoman pada contoh-contoh soal yang

diberikan pada saat belajar dalam kelas, (3) guru men-dominasi dalam penyampaian materi ajar.

Hasil wawancara dengan guru matematika di MTs Miftahul Ulum Kropak Bantaran menunjukkan guru berpendapat bahwa rasa keingintahuan siswa rendah dan banyak siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari soal-soal, khususnya di kelas VIII MTs Miftahul Ulum Kropak Bantaran. Kondisi ini dikha-watirkan menyebabkan siswa memandang bahwa kompetensi dasar volume kubus dan balok khususnya serta matapelajaran matematika pada umumnya se-bagai sesuatu yang menyusahkan, membosankan, dan kurang bermanfaat. Bila hal ini dibiarkan, maka kon-disi kreativitas siswa dikhawatirkan akan semakin memburuk.

Berdasarkan permasalahan seperti yang telah disebutkan, diperlukan solusi untuk mengatasi rendah-nya keingintahuan siswa dalam pembelajaran mate-matika. Upaya yang dapat dilakukan untuk membantu siswa mewujudkan kreativitas yaitu dengan melatih keterampilan siswa sesuai dengan minat pribadi sis-wa. Selain itu, siswa juga perlu diberi kesempatan mengembangkan bakat mereka. Tak hanya itu, pen-didik, terutama orang tua, perlu menciptakan iklim yang merangsang pemikiran dan keterampilan kreatif siswa, serta menyediakan sarana prasarana untuk mendorong terbentuknya minat belajar (Munandar 2009:77).

Dalam pembelajaran matematika, minat belajar siswa tentang volume kubus dan balok kurang bagus. Hal ini disebabkan beberapa faktor yang berasal dari dalam diri siswa dan dari luar diri siswa. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa antara lain kurangnya keingintahuan siswa tentang matematika untuk me-wujudkan gagasan-gagasan baru, sehingga siswa mempunyai sikap yang negatif terhadap pembelajar-an, misalnya takut dimarahi guru jika salah mengerja-kan soal, takut gagal, dan sebagainya.

Berkaitan dengan sikap yang berasal dari luar, Rahmawati & Kurnia (2004:10) mengungkapkan bahwa faktor yang paling berpengaruh adalah guru. Selama ini, guru keliru dalam menghimpun pengetahu-an, yaitu dengan belajar menghapal, tanpa pemaham-an sehingga siswa merasa bospemaham-an untuk mengetahui hal-hal yang baru disebabkan pembelajaran di seko-lah terkesan menoton dan cenderung membuat siswa pasif. Hal ini membuat siswa tidak tertarik lagi untuk mengikuti pembelajaran tersebut. Terlebih lagi, pela-jaran matematika yang berkaitan dengan konsep-kon-sep abstrak membutuhkan daya nalar tinggi untuk memahami materi pelajaran matematika. Oleh

(3)

kare-na itu, metode pembelajaran guru yang demikian me-nyebabkan siswa merasa bosan dan menganggap pelajaran matematika adalah pelajaran yang sulit.

Salah satu pembelajaran yang dianggap sulit oleh siswa adalah pembelajaran geometri. Pembelajaran ini sebenarnya tidak sulit seperti yang dipikirkan oleh kebanyakan orang. Namun, yang menjadi permasa-lahan sebenarnya adalah rasa malas dan kurangnya usaha dalam mengerjakan soal-soal baru. Permasa-lahan ini harus diatasi sehingga siswa tidak merasa bahwa pembelajaran geometri sulit. Penyelesaian masalah tersebut sekaligus dilakukan untuk menum-buhkan kreativitas siswa. Penyelesaian dapat dilaku-kan dengan menemudilaku-kan cara-cara baru sehingga sis-wa mempunyai keterampilan berpikir lancar serta keterampilan berpikir asli dan fleksibel, siswa tidak malu bertanya dan suka mengemukakan pendapat (Munandar, 2009:28).

Selama ini, ada beberapa pendekatan yang dita-warkan untuk mengatasi rendahnya kreativitas sis-wa. Pendekatan tersebut diantaranya open-ended,

CTL, penemuan terbimbing, dan realistitic

math-ematics education (RME). Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah RME karena se-suai dengan situasi keseharian siswa atau masalah yang dapat diimajinasikan oleh siswa (realistic prob-lem). Selain itu, RME juga merumuskan peran guru dalam pembelajaran, yaitu guru bertindak sebagai fa-silitator belajar dan harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif menyumbang pada proses belajar dirinya (Suryanto, dkk., 2010). Dengan demikian RME merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam matematika dan membantu siswa agar lebih aktif dan kreatif mengikuti pembelajaran.

Salah satu cara agar siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran dan “menemukan kembali” konsep-konsep matematika, khususnya konsep-konsep kubus dan balok adalah dengan menerapkan beberapa karakte-ristik RME yaitu interaksi. Interaksi dimaksudkan un-tuk saling berbagi strategi dan penemuan oleh siswa. Dengan mendengarkan apa yang ditemukan orang lain dan mendiskusikannya, siswa mendapatkan ide untuk memperbaiki strateginya. Interaksi dapat menghasilkan refleksi yang memungkinkan siswa meraih tahap pemahaman yang lebih tinggi sehingga kreativitas siswa dapat ditumbuhkan dengan sendiri-nya.

Pembelajaran konsep kubus dan balok merupa-kan salah satu bentuk masalah realistik yang diasum-sikan tepat untuk diselesaikan dengan pendekatan

RME. Dengan mengajukan masalah realistik, siswa secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Upaya ini dilakukan melalui penjelajahan berbagai situasi dan persoalan “realistik”, yakni perso-alan yang berkaitan dengan realitas atau situasi yang dapat dibayangkan siswa. Hal ini sesuai dengan pen-dapat Sutawidjaja (2001:3) yang menyatakan bahwa dalam membelajarkan matematika, siswa perlu diajak bermatematika dalam konteks kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, guru bertugas menciptakan sistem lingkungan yang membelajarkan subjek pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara opti-mal.

Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk menciptakan sistem lingkungan yang membelajarkan subjek pembelajaran secara optimal adalah dengan merancang dan membangun suasana kelas sehingga siswa mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain. Model pembelajaran yang membantu pengembangan kerjasama dan interaksi antarsiswa salah satunya adalah membelajarkan peserta didik melalui pembelajaran matematika realistik. Soedjadi (dalam Widada, 2004) mengemukakan bahwa pem-belajaran matematika realistik pada dasarnya adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami peserta didik untuk memperlancar proses pembela-jaran matematika sehingga tujuan pendidikan mate-matika dapat tercapai lebih baik daripada sebelum-nya.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pe-ngertian mendalam tentang realitas pembelajaran kubus dan balok dengan menggunakan pendekatan RME. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat mem-bantu meningkatkan kreativitas siswa dalam pembel-ajaran kubus dan balok. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan RME untuk dapat menumbuhkan kreativitas siswa.

METODE

Penelitian ini mengungkapkan pembelajaran vo-lume kubus dan balok untuk menumbuhkan kreativitas siswa dengan pendekatan RME di kelas reguler. Mo-leong (2005:4) berpendapat bahwa pendekatan pene-litian ini menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang menjelaskan prosedur pembelajaran volu-me kubus dan balok. Analisis data dilakukan secara induktif. Peneliti bertindak sebagai instrumen kunci karena peneliti yang akan melaksanakan, merancang, mengumpulkan data, menganalisis data, menarik

(4)

ke-simpulan, dan membuat laporan. Desain penelitian disempurnakan selama penelitian berlangsung sesuai kenyataan di lapangan. Dengan melihat karakteristik penelitian, maka pendekatan yang sesuai dengan pe-nelitian ini adalah pendekatan kualitatif.

Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini digu-nakan untuk mendapatkan gambaran tentang feno-mena yang tampak selama proses pembelajaran ber-langsung (Moleong, 2005:6). Fenomena tersebut ada-lah item-item langkah pembelajaran dalam kelas. Se-lain itu, penelitian ini membutuhkan data nonverbal. Data diperlukan untuk mengetahui peran siswa sesuai wacana yang telah digunakan dalam pembelajaran, apakah dapat membantu membangun pemahaman siswa terhadap volume kubus dan balok atau tidak.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan ke-las (cke-lassroom action research). Ciri penelitian tin-dakan kelas (PTK) adalah digunakannya prosedur kerja siklus spiral dalam suatu penelitian yang terdiri dari empat tahap, yakni perencanaan (planning), tin-dakan (action), pengamatan (observation), dan re-fleksi (reflective) (Soedarsono, 1997:16). Dalam PTK, terjadi kerjasama antara peneliti dengan praktisi lapangan (guru). Peneliti dan guru memiliki pemaham-an dpemaham-an seperpemaham-angkat tujupemaham-an ypemaham-ang sama dalam menga-dakan perbaikan dan masalah penelitian.

Siswa diberi perlakuan berupa pembelajaran de-ngan pendekatan RME, yaitu suatu metode pembela-jaran yang mengkaitan materi pembelapembela-jaran dengan kenyataan (riil). Perlakuan diberikan oleh peneliti yang berperan sebagai guru selama proses pembela-jaran berlangsung, kemudian diamati oleh observer tentang segi penerapan langkah-langkah pembelajar-an ypembelajar-ang diterapkpembelajar-an selama proses pembelajarpembelajar-an ber-langsung. Sistem perlakuan pada subjek penelitian semacam ini merupakan jenis penelitian tindakan ke-las (Soedarsono, 1997:16).

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: perencanaan, tindakan, obser-vasi, dan refleksi. Sedangkan instrumen dalam peneli-tian terdiri atas instrumen utama dan instrumen pe-nunjang. Peneliti merupakan instrumen utama karena peneliti yang merencanakan, merancang, melaksana-kan, mengumpulkan data, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan membuat laporan. Sedangkan instru-men penunjang adalah alat bantu dalam instru- mengumpul-kan dan mengidentifikasi perolehan data penelitian secara tepat, meliputi rencana pelaksanaan pembela-jaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS), lembar tes, lembar observasi aktivitas guru dan siswa, pedoman wawancara, format catatan lapangan, format penilai-an keterampilpenilai-an berpikir kreatif, dpenilai-an lembar validasi.

HASIL

Data penelitian menunjukkan bahwa hasil catat-an lapcatat-angcatat-an ycatat-ang dilakukcatat-an oleh 2 observer selama pembelajaran berlangsung dan analisis data yang dilakukan peneliti terhadap pekerjaan siswa dalam mengerjakan masalah dengan tipe RME, diperoleh persentase keberhasilan kreativitas siswa sebagai be-rikut: berpikir lancar 31,62% dengan klasifikasi cukup baik, berpikir luwes 31,37% dengan klasifikasi cukup baik, sedangkan berpikir orsinil 29,41% dengan klasi-fikasi cukup baik. Pada pertemuan II adalah 30,59% dengan klasifikasi cukup baik dan pada pertemuan III adalah 31,18% dengan klasifikasi cukup baik. Se-hingga persentase rata-rata keberhasilan kreativitas siswa adalah 31,36% dengan klasifikasi cukup baik. Sedangkan observasi aktivitas siswa diperoleh total skor yang diperoleh dari observer I pada perte-muan pertama adalah 49 dari skor maksimal 52, per-sentase rata-ratanya adalah 94,2% sehingga berada pada kriteria sangat baik. Sedangkan total skor yang diperoleh dari observer II pada pertemuan pertama adalah 48 dari skor maksimal 52, persentase rata-ratanya adalah 92,3% sehingga berada pada kriteria sangat baik, begitu juga pada pertemuan kedua, ob-server I adalah 45 dari skor maksimal 52, persentase rata-ratanya adalah 86,5% sehingga berada pada kri-teria sangat baik. Sedangkan total skor yang diperoleh dari observer II pada pertemuan kedua adalah 47 dari skor maksimal 52, persentase rata-ratanya adalah 90,4% sehingga berada pada kriteria sangat baik, dan pada pertemuan ketiga adalah 49 dari skor maksimal 52, persentase rata-ratanya adalah 94,2% sehingga berada pada kriteria sangat baik. Sedangkan total skor yang diperoleh dari observer II pada pertemuan ketiga adalah 50 dari skor maksimal 52, persentase rata-ratanya adalah 96,1% sehingga berada pada kri-teria sangat baik.

Setelah observasi perlu dilakukan refleksi de-ngan harapan untuk mengkaji suatu tindakan yang telah dilakukan. Refleksi tindakan I dilakukan untuk menentukan apakah tindakan siklus I telah berhasil atau tidak, setelah data-data terkumpul selanjutnya peneliti melakukan refleksi. Hasil refleksi pada tindak-an siklus I adalah sebagai berikut. (1) Peneliti sebagai guru telah melaksanakan tugasnya sesuai dengan rencana pembelajaran realistik. (2) Hasil observasi pembelajaran pada siklus I dapat diketahui bahwa aktivitas guru sebesar 86,3% dan aktivitas siswa se-besar 92,28% terlaksana sesuai rencana pembelajar-an. Hal ini telah memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan pada penelitian. (3) Dari tes hasil belajar

(5)

diketahui bahwa siswa yang telah mencapai skor 75 atau lebih adalah 85,29% dari keseluruhan siswa yang mengikuti tes. Hal ini menunjukkan bahwa pem-belajaran pada siklus I memenuhi kriteria keberhasil-an.

Berdasarkan format yang telah diisi oleh obser-ver pada setiap pertemuan diperoleh informasi seba-gai berikut. (1) Siswa menyelesaikan persoalan yang diberikan oleh peneliti dengan berkelompok. (2) Siswa lebih berani mengemukakan pendapat dan bertanya apabila ada permasalahan yang dihadapinya. (3) Per-hatian siswa tidak terfokus pada guru sehingga sua-sana pembelajaran terlihat aktif dan siswa antusias menyelesaikan tugas-tugas yang ada pada lembar kerja siswa. (4) Pada dasarnya, siswa memiliki moti-vasi yang tinggi sehingga hasil belajarnya juga tinggi. (5) Pemberian skor oleh guru dapat menumbuhkan gairah siswa untuk memperoleh skor yang lebih baik. Pemberian skor juga dapat membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran. (6) Pembelajaran dengan pen-dekatan RME memenuhi kriteria pembelajaran aktif kreatif, efektif, dan menyenangkan.

PEMBAHASAN

Pembelajaran dengan pendekatan RME men-cerminkan cara memandang matematika mengenai bagaimana anak belajar matematika dan bagaimana matematika harus diajarkan kepada anak. Pandangan ini tercermin pada enam prinsip yang diturunkan dari lima kaidah yang dikemukakan Treffers (1987), yaitu prinsip kegiatan, prisip nyata, prinsip bertahap, prinsip saling menjalin, prinsip interaksi, dan prinsip bimbing-an. Langkah-langkah pembelajaran adalah sebagai berikut. (1) Kegiatan awal. Kegiatan pada tahap a-wal adalah membuka pelajaran dengan salam, me-nyampaikan tujuan pembelajaran, pemberian motivasi tentang pentingnya volume kubus dan balok, dan mengingatkan kembali materi prasyarat. Tahap awal diakhiri dengan siswa menerima LKS dan alat peraga. (2) Kegiatan inti. Kegiatan pada tahap inti adalah proses penemuan konsep dan menghitung volume kubus dan balok. Proses penemuan konsep dan menghitung volume kubus dan balok dilaksanakan dengan diskusi yang dibantu penggunaan LKS dan alat peraga. Diskusi kelas bertujuan untuk menum-buhkan kemampuan berpikir lancar (fluency), ke-mampuan berpikir luwes (flexibility), dan kemampu-an berpikir original (originality). Tahap inti diakhiri dengan laporan tiap kelompok dari hasil diskusi. (3) Kegiatan akhir. Kegiatan pada tahap akhir adalah

menyimpulkan hasil pembelajaran dan melakukan evaluasi dengan membagikan pekerjaan rumah.

Dari data hasil observasi aktivitas guru dan sis-wa, terlihat bahwa aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran volume kubus dan balok dengan pende-katan RME menunjukkan kategori sangat baik. Ke-bahagiaan siswa juga terlihat ketika melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan benda konkret sehingga mereka terlihat seperti sedang bermain, teta-pi serius dalam bekerja. Misalnya kegiatan menjum-lah kubus-kubus satuan ke dalam kubus dan balok, serta pada kegiatan memasukkan pasir dan bola. Hal ini sesuai dengan pendapat Hudojo (1988:7) yang me-nyatakan bahwa pembelajaran akan lebih menarik dengan penggunaan media.

Siswa juga merasa senang dengan pembelajaran yang dilakukan, karena adanya kerja sama kelompok dalam menyelesaikan tugas. Dalam kelompok, peran siswa dihargai oleh siswa lain. Penghargaan yang diberikan siswa lain ini menimbulkan perasaan senang pada diri siswa. Siswa menyatakan bahwa mereka senang belajar dengan metode penemuan berkelom-pok karena adanya kerja sama, saling menghormati, dan saling menghargai. Hal ini sesuai dengan penda-pat Eggen & Kauchak (1996:281) bahwa proses kerja sama dalam kelompok dapat menimbulkan motivasi intrinsik pada siswa.

Pembelajaran volume kubus dan balok dengan pendekatan RME dalam penelitian ini secara umum telah berjalan sesuai dengan rencana dan dikatagori-kan berhasil, namun dalam pelaksanaannya terdapat beberapa kendala yang perlu segera diselesaikan agar tidak menghambat penelitian. Kendala penelitian dan solusinya seperti dalam Tabel 1.

SIMPULAN & SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan beberapa hal berikut. (1) Pembela-jaran yang dilaksanakan pada siswa MTs Miftahul Ulum Probolinggo kelas VIII berhasil menumbuhkan kreativitas siswa pada materi volume kubus dan ba-lok melalui pendekatan RME. Hasil refleksi siklus I telah mencapai ketuntasan belajar secara klasikal, 85,29 % siswa telah mencapai skor hasil belajar 80 atau lebih. (2) Pembelajaran volume kubus dan balok melalui melalui pendekatan RME memungkinkan gu-ru dan siswa aktif melakukan aktivitas belajar dan kreativitas siswa tumbuh dengan sendirinya dalam

(6)

pembelajaran, tujuan pembelajaran dapat dicapai se-cara efektif, serta suasana belajar lebih menyenang-kan. (3) Penerapan pendekatan RME memberikan hasil yang baik, karena siswa dapat merasakan pem-belajaran matematika yang tidak kaku dan berorienta-si pada realita. Pendekatan ini dapat dijadikan salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan guru untuk melaksanakan pembelajaran matematika di sekolah.

Saran

Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan, beberapa saran yang diberikan adalah sebagai beri-kut. (1) Bagi siswa-siswa yang masih kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran dan belum mencapai target yang diharapkan, sebaiknya guru/peneliti mem-berikan program perbaikan sebelum siswa-siswa ter-sebut melanjutkan ke materi berikutnya, meskipun penelitian telah mencapai target keberhasilan dan pe-nelitian sudah selesai. (2) Jika akan melaksanakan pembelajaran secara kelompok, perlu diketahui bah-wa penempatan kelompok jangan hanya berdasarkan tes awal saja, namun memperhatikan faktor lain, mi-salnya nilai raport, dan lain-lain sehingga terlaksana diskusi kelompok dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Heru, 2004. Perkembangan Kreativitas, (online), (http:// heru.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/2012/ Kreativitas.doc, diakses 10 Agustus 2011). Hudojo, H.. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta:

Depdikbud.

Hudojo, H. 1990. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Malang: IKIP Malang.

Hudojo, H.. 1998. Pembelajaran Matematika Menurut Pandangan Konstruktivistik. Makalah disajikan pada Seminar Nasional “Upaya-upaya Meningkat-kan Peran PendidiMeningkat-kan Matematika dala Era Globali-sasi”. Program Pasca Sarjana IKIP Malang. Malang: 4 April.

Miles, M.B. & Huberman, A.M.. 1992. Analisis Data Kua-litatif. Terjemahan oleh Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Moleong, L. J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Munandar, U. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat-Cet.3. Jakarta: Rineka Cipta.

Munandar, U. 1992. Mengembangkan Bakat dan Kreati-vitas Anak Sekolah: Petunjuk bagi para Guru dan Orang Tua-Cet.4. Jakarta: Gramedia.

Rahmawati, Yeni. & Kurniati, Euis. 2010. Strategi Pengem-bangan Kreativitas pada Anak Usia pada Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Skemp, R.R. 1987. The Psychology of Learning Mathemat-ics. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Publisher.

Slettenhaar. 2000. “Adapting Realistic Mathematics Edu-cation in the Indonesian Context”. Majalah Ilmiah Himpunan Matematika Indonesia (Prosiding Konferensi Nasional Matematika X ITB, 17-20 Juli 2000.

Streefland, L. 1991. Realistic Mathematics Education in Primary School. Freudenthal Institute.

Suryanto. 2010. Sejarah Pendidikan Matematika Realis-tik Indonesia. Jakarta: Direktur Ketenagaan Ditjen Dikti.

Tabel 1. Kendala Penelitian dan Solusinya

Kendala Penelitian Solusinya

1. Siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran yang diterapkan sehingga membutuhkan waktu yang lama.

1. Di luar jam pelajaran, guru bersama siswa mengadakan simulasi membentuk kelompok belajar sehingga saat jam pelajaran berlangsung, guru hanya mengarahkan saja.

2. Ruang kelas yang ada agak sempit dan belum memenuhi kreteria ukuran ideal. Akibatnya jarak antar kelompok saling berdekatan sehingga memungkinkan terjadi kerjasama antar kelompok.

2. Untuk menghindari kerjasama

antarkelompok,guru memberi saran agar tidak bekerjasama dan melakukan pengawasan yang ketat.

3. Observer belum benar-benar memahami tugasnya sehingga membantu siswa dalam mengerjakan LKS.

3. Memberi pengertian pada observer dan menjelaskan pada siswa bahwa tugas observer adalah mengamati. Jika ada kesulitan siswa diminta mendiskusikannya dan bertanya pada guru.

(7)

Sutawidjaja. 2001. Kontruktivisme Konsep dan Imple-mentasi pada Pembelajaran Matematika. Jurnal Matematika atau Pembelajarannya. VIII (khusus). Suwarsono. 2001. Keunggulan dan Kelemahan Pembela-jaran Matematika Realistik, (online), (http://da- sar-teori.blogspot.com/2011/10/keunggulan-dan-kelemahan-pembelajaran.html, diakses 20 Oktober 2011).

Sudarsono. 1997. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Ke-las (PTK). Jakarta: BP3GSD.

Widada, W. 2004. Pendekatan pembelajaran Matematika Berbasis Masalah. Surabaya: Unipa Press. Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan

Gambar

Tabel  1.  Kendala  Penelitian  dan  Solusinya

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji anakova variabel terikat aktivitas lisan menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh signifikan interaksi strategi pembelajaran dan kemampuan aka- demik terhadap aktivitas

Maka peneliti sangat menarik untuk melakukan pengembangan penelitian karakteristik internal pada auditor dengan menguji variabel yang telah ditentukan oleh peneliti

Data yang diperoleh dari hasil tindakan siklus II menunjukkan bahwa pembelajaran IPA yang dilaksanakan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantukan media

Pembelajaran yang dilakukan menggunakan Quantum Teaching Kerangka TANDUR di kelas eksperimen menunjukkan respon yang baik berupa emosi positif pada diri siswa selama

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk borat berpengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah pelepah (buah), jumlah bunga betina (buah), tebal

Fakta di lapangan yang peneliti jumpai, proses pembelajaran secara konvensional masih kurang efektif berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa peserta didik di

Hasil analisis statistik menunjukkan H0 ditolak dan diputuskan bahwa strategi pembelajaran Guided Note Taking (GNT) dengan mengoptimalkan penggunaan alat peraga

Pada analisis ragam kadar karet kering menunjukan bahwa pemberian belimbing wuluh (Averroha bilimbi) berpengaruh sangat nyata terhadap kadar karet kering Rataan