• Tidak ada hasil yang ditemukan

DISPENSASI NIKAH BAGI ANAK DIBAWAH UMUR (Studi Putusan Pengadilan Agama Salatiga Tahun 2013-2016) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Hukum Keluarga Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DISPENSASI NIKAH BAGI ANAK DIBAWAH UMUR (Studi Putusan Pengadilan Agama Salatiga Tahun 2013-2016) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Hukum Keluarga Islam"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

DISPENSASI NIKAH BAGI ANAK DIBAWAH UMUR

(Studi Putusan Pengadilan Agama Salatiga Tahun 2013-2016)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Hukum Keluarga Islam

Oleh:

Fuat Mubarok

211 12 044

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI

AH

(2)
(3)
(4)
(5)

DISPENSASI NIKAH BAGI ANAK DIBAWAH UMUR

(Studi Putusan Pengadilan Agama Salatiga Tahun 2013-2016)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Hukum Keluarga Islam

Oleh:

Fuat Mubarok

211 12 044

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH

(6)

NOTA PEMBIMBING

Lamp : 4 (empat) eksemplar

Hal : Pengajuan Naskah Skripsi

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga

Di Salatiga

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa:

Nama : Fuat Mubarok NIM : 21112044

Judul : DISPENSASI NIKAH BAGI ANAK DIBAWAH UMUR (Studi Putusan Pengadilan Agama Salatiga Tahun 2013-2016)

Dapat diajukan kepada Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga untuk

diujikan dalam sidang munaqasyah.

Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagimana mestinya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salatiga, 13 Maret 2017 Pembimbing,

(7)

PENGESAHAN

Skripsi Berjudul:

DISPENSASI NIKAH BAGI ANAK DIBAWAH UMUR (Studi Putusan Pengadilan Agama Salatiga Tahun 2013-2016)

Oleh: Fuat Mubarok NIM : 21112044

Telah dipertahankan di depan sidang munaqasyah skripsi Fakultas Syari‟ah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari Jum‟at, tanggal 24 Maret 2017, dan telah dinyatakan memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana dalam Hukum Islam.

Dewan Sidang Munaqasyah

Ketua Sidang : Muh. Hafidz, M. Ag. ...

Sekretaris Sidang : Evi ariani, S.H., MH. ...

Penguji I : Dr. Ilyya Muhsin, S.HI., M.Si. ...

Penguji II : Sukron Ma‟mun, S.HI., M. Si. ...

Salatiga, 30 Maret 2017

Dekan Fakultas Syari‟ah

Dra. Siti Zumrotun, M.Ag. NIP.19670115 199803 2 002 KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS SYARI’AH

(8)

PERNYATAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Fuat Mubarok

NIM : 21112044

Jurusan : Hukum Keluarga Islam Fakultas : Syari‟ah

Judul Skripsi : DISPENSASI NIKAH BAGI ANAK DI BAWAH UMUR (Studi Putusan Pengadilan Agama Salatiga Tahun 2013-2016)

Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, 10 maret 2017 Yang menyatakan

(9)

MOTTO

“Never Stop Dreaming To Achieve It Despite The Bitter Reality Of

Life Face”

“Jangan Pernah Berhenti Bermimpi Hingga Meraihnya Walau Pun

Pahit Kenyatan Hidup Ini Hadapi “

PERSEMBAHAN

Untuk Ayah Ibu tercinta yang selalu memberikan doa, kasih sayang

tak terhingga sepanjang masa serta semangat menjalani hari untuk

saya sehingga sampai detik ini saya dapat menyelasaikan skripsi ini

untuk mendapat gelar sarjana Hukum Islam

(10)

KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum, Wr. Wb.

Puji syukur kami ucapkan atas nikmat Allah SWT Sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi berjudul Dispensasi Nikah Bagi Anak Dibawah Umur (Studi Putusan Pengadilan Agama Salatiga Tahun 2013-2016). Skripsi ini diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Hukum Islam.

Tidak lupa saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini. Kelancaran penulisan skripsi ini selain atas kehendak Allah SWT, juga berkat dukungan pembimbing, orang tua dan kawan-kawan.Untuk itulah saya ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M. Pd selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri Salatiga yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun skripsi.

2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M. Ag. selaku Dekan Fakultas Syari‟ah Institut Agama Islam Negeri Salatiga yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun skripsi

3. Bapak Sukron Ma’mun, M.SI. selaku ketua Jurusan Ahwal

Al-Syakhshiyah IAIN Salatiga.

(11)

5. Bapak Drs. Moch. Rusdi, MH selaku narasumber wawancara di Pengadilan Agama Salatiga yang telah meluangkan waktu, berbagai ilmu dan pengetahuan dalam menyelesaikan skripsi

6. Keluarga saya, kedua orang tua saya di rumah, yang doanya tidak putus-putus mengalir untuk anaknya, kakak saya azizah dan basyar terimakasih telah mendukung membantu secara materiil dan moril sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

7. Seluruh teman-teman Jurusan Syari‟ah angkatan 2012, wawan, ilham, kholik. Yang telah mendengarkan keluh kesah saat menyusun dan memacu motivasi saya untuk menyelesaikan skripsi ini.

8. Sahabat sahabat Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia yang telah memberikan berbagai wawasan dan pengetahuan, Pengasuh Pondok Al ghrufron serta seluruh teman temantidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga amal baik mereka dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang berlipat ganda. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan kontribusi yang positif agi semua pihak, terutama bagi

mahasiswa fakultas Syari‟ah dan jurusan Akhwal Syakhshiyyah.

Wassalamu alaikum ,Wr. Wb

Salatiga 10 maret 2017

(12)

ABSTRAK

Mubarok, Fuat 2017. Dispensasi Nikah Bagi Anak Dibawah Umur (Studi Putusan di Pengadilan Agama Salatiga Tahun 2013-2016),

Skripsi. Fakultas Syari‟ah. Jurusan Hukum Keluarga Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Evi Ariyani, S.H., M.H.

Kata Kunci: Nikah, Dispensasi, Dibawah Umur.

Dispensasi nikah merupakan pengecualian aturan atau hukum yang di berikan kepada pemohon untuk melangsungkan pernikahan. Dalam penelitian ini penulis mengupas tentang putusan permohonan dispensasi nikah di Pengadilan Agama Salatiga pada tahun 2013 hingga tahun 2016. Fokus rumusan masalah yang di teliti yaitu : 1. Apakah Faktor yang melatar belakangi di ajukanya permohonan dispensasi nikah di bawah umur ? 2. Apakah pertimbangan hakim dalam penetapan dispensasi nikah di bawah umur di Pengadilan Agama Salatiga?

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analisis. Sifat deskriptif ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran yang baik, jelas, dan dapat memberikan analisa data secermat mungkin tentang obyek yang diteliti. Dalam hal ini untuk menggambarkan semua hal yang berkaitan tentang permohonan dispensasi nikah selama tahun 22013 hingga 2016 di Pengadilan Agama Salatiga.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa faktor yang melatar belakangi permohonan dispensasi nikah yaitu sudah dalam kondisi hamil. Latar belakang kekhawatiran orang tua terhadap anaknya yang berpacaran terlalu lama akan

melanggar norma syari‟at Agama. Pendidikan yang rendah sehingga tidak ada

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ...

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...

KATA PENGANTAR ...

G. Jenis Penelitian dan Metode Pendekatan ... 9

H. Sistematika Penulisan Skripsi ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Pernikahan ... 15

(14)

D. Hukum Nikah ... 34 E. Pernikahan Usia Dini Dalam Perspektif Agama dan

Menurut Undang Undang ... 48 F. Dispensasi NikahDampak Dari Pernikahan Dini ... 42 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Tentang Pengdilan Agama Salatiga ... 46 B. Gambaran Umum Tentang Dispensasi Nikah di Bawah

Umur Tahun 2013 -2016 di Pengadilan Agama Salatiga . ... 51 C. Faktor yang Melatar Belakangi Diajukanya Permohonan

Dispensasi Nikah di Bawah Umur ... 70 D. Pertimbangan Hakim Dalam Memberikan Dispensasi

Nikah di Pengadilan Agama Salatiga ... 76 BAB IV ANALISIS DATA

A. Analisis Latar Belakang Permohon Dispensasi Nikah Di Pengadilan Agama Salatiga ... 85 B. Analisis Pertimbangan Hakim Memberi Dispensasi

Nikah di Pengadilan Agama Salatiga ... 98

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan ... 98 B. Saran ... 99

DAFTAR PUSTAKA ... 100

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Institusi pernikahan telah berjalan lama, mulai sebelum tersistematik dari nabi adam hingga tersusun kitab secara komplek setelah datangnya Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah untuk menyempurnakan umat manusia bergama, aqidah, fiqih, beribadah sesama manusia yang menjadi pedoman manusia dalam berkehidupan didunia sampai akhirat.

Agama Islam banyak mengatur tentang hal perkawinan yang bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dunia maupun akhirat kelak sesuai degan anjuran dan syariat Islam atas ridho Allah SWT. Serta tujuan lain ialah untuk menyalurkan syahwat manusia agar tidak terjerumus dari godaan dan rayuan syaitan menuju jurang kemaksiatan, menjaga nama baik dalam bermasyarakat serta yag paling penting ialah meneruskan keturunan untuk masa depan dengan cara yang sah menurut Agama dan

Negara.Dalam Al Qur‟an Allah SWT berfirman:

َنِم ْمُكَقَزَرَو ًةَدَفَحَو َينِنَب ْمُكِجاَوْزَأ ْنِم ْمُكَل َلَعَجَو اًجاَوْزَأ ْمُكِسُفْ نَأ ْنِم ْمُكَل َلَعَج ُوَّللاَو

ِتاَبِّيَّطلا

ۚ

ِلِطاَبْلاِبَفَأ

َنوُرُفْكَي ْمُى ِوَّللا ِتَمْعِنِبَو َنوُنِمْؤُ ي

(16)

anak cucu keturunan, dan kepada kalian Dia berikan rezeki yang baik-baik

“(QS. An Nahl (16) : 72).

Dari ayat diatas penulis menyimpulkan bahwa allah memberikan nikmat-Nya, yang telah Dia karuniakan pada hamba hambaNya, dimana Dia menjadikan istri-istri dari jenis kelamin mereka sendiri. Seandainya Allah memberikan dari jenis kelamin lain, niscaya tidak akan terwujud keharmonisan, cinta dan kasih sayang. Tetapi berkat rahmat dan kasih sayangNya, Allah menciptkan laki-laki dan perempuan berpasang pasangan, sehingga dapat mewujudkan anak dan cucu-cucu manusia.

Melihat peraturan perundang undangan yang berlaku di Indonesia dalam kaitan definisi nikah Undang Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Intruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 Tentang kompilasi Hukum Islam yang merumuskan demikian : “Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

kekal berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa”, sedangkan definisi perkawinan

menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang merumuskanya sebagai berikut :

“Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat

kuat atau mitsaqan ghalizan untuk menaati perintah Allah dan melaksanakanya merupakan ibadah ( Suna,2005:46).

(17)

Undang Undang mengatur hukum terkait perkawinan secara kompleks. Dalam Agama sbelum melangsungkan akad nikah, sepasang pengantin diperintahkan untuk melakukan kegiatan yang dinamakan serangkaian pendahuluan nikah dengan tujuan utama dari pernikahan itu sendiri yaitu mewujudkan keluarga sakinah yang abadi.

Negara Indonesia dalam UU Perkawinan No.1 tahun 1974 telah menetapkan dasar dan syarat yang harus dipenuhi dalam perkawinan. Salah satu diantaranya adalah ketentuan dalam pasal 7 ayat (1) yang berbunyi:

”Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enam belas)

tahun” (Soimin,2013:18).

Akan tetapi walaupun batas umur di Indonesia relatif rendah, dalam pelaksanaannya sering tidak dipatuhi sepenuhnya. Sebenarnya untuk mendorong agar orang melangsungkan pernikahan diatas batas umur terendah, UU Perkawinan No.1 tahun 1974 pasal 6 ayat (2) telah mengaturnya dengan

berbunyi: “Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai

umur 21 (dua puluh satu) tahun harus mendapatkan izin kedua orang tua” (

Mathlub,2005:9).

(18)

Urusan Agama berhak menolak pernikahan tersebut atau menerima dengan syarat memintakan kedua calon mengajukan Dispensasi Nikah di Pengadilan Agama setempat.

Berbeda dengan hukum Islam, dalam hukum Islam sendiri tidak membahas secara spesifik tentang usia perkawinan. Begitu seorang memasuki masa baligh, maka sebenarnya ia sudah siap untuk menikah. Usia baligh ini menunaikan tugas-tugas biologis suami isteri. Demikian juga pada hukum Adat tidak ada ketentuan batas umur unuk melakukan pernikahan. Biasanya kedewasaan seseorang dalam hukum Adat diukur dengan tanda-tanda bangun tubuh, apabila seorang anak perempuan sudah haid, dadanya menonjol berarti dia sudah dewasa. Bagi laki laki ukuranya dilihat dari perubahan suara, postur tubuh dan sudah mengeluarkan air mani atau memiliki nafsu seks. Jadi berdasarkan hukum Islam pada intinya semua tingkatan umur dapat melakukan ikatan perkawinan atas keluesan dan tanda-tanda kedewasaan manusia.

Pentingnya penetapan pernikahan dari pengadilan Agama sangat berdampak bukan hanya kepada kedua belah pihak pemohon tetapi juga masa depan bangsa, salah satunya agar tidak terjadi nikah sirri yang dapat menimbulkan rentan terhadap perceraian dan terjerumus dalam pergaulan bebas sehingga wanita hamil sebelum perkawinan.

(19)

selayaknya masih bersekolah justru dipaksa berumah tangga sebelum memenuhi batasan usia minimal pernikahan. Data di Pengadilan Agama Salatiga menununjukan naik turun yang cukup banyak jumlah permohonan dispensasi nikah.

Hakim dalam menetapkan hukum khususnya dispensasi pernikahan memerlukan pertimbangan yuridis maupun sosiologis dalam menyelesaikan perkara. Agar dapat menentukan keputusan yang nantinya tidak memperburuk keadaan keluarga pemohon dan keluarganya kedepanya.

Dengan adanya penjelasan dan pemaparan diatas serta permasalahanya maka penulis dapat memberikan keterangan lebih luas dan lebih jelas agar dapat dibaca dan dipahami secara baik sehingga penulis memilih judul ini dan menjadikanya bahan penelitian yang baik menambahkan wawasan penulis khususnya dan kalangan publik umumnya. Judul yang dimaksud ialah “DISPENSASI NIKAH BAGI ANAK DIBAWAH UMUR( STUDI PENETAPAN HAKIM PENGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2013-2016)”

B.Rumusan Masalah

(20)

Dengan demikian penulis hanya menfokuskan penelitian ini terhadap

”DISPENSASI NIKAH BAGI ANAK DIBAWAH UMUR (Studi Putusan

Pengadilan Agama Salatiga Tahun 2013-2016).”

Sehubungan dengan itu, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah faktor yang melatar belakangi diajukannya permohonan dispensasi nikah di bawah umur ?

2. Apakah pertimbangan hakim dalam penetapan Dispensasi Nikah dibawah umur di Pengadilan Agama Salatiga?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan, penelitian ini mempunyai tujuan yaitu untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mendorong untuk pengajuan permohonan dispensasi nikah dan pertimbangan apa saja yang digunakan oleh hakim dalam menetapkan permohonan dispensasi nikah.

D.Manfaat Penelitian

(21)

1. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu pada Hukum Perkawinan, khususnya pertimbangan hakim dalam memutuskan permohonan dispensasi nikah di Pengadilan.

2. Penelitian ini diharapkan dapat merumuskan cara yang tepat dalam hal penetapan hukum yang memperbolehkan adanya dispensasi nikah dibawah umur yang diperbolehkan oleh Pengadilan Agama Salatiga serta pengakuan yang sah dan baik Menurut Agama dan Negara.

3. Dapat memberikan wawasan dan pemahaman kepada masyarakat mengenai dispensasi nikah serta akan dapat memberikan pemahaman tentang baik buruknya persiapan nikah dan menunjukkan ke arah mana sebaiknya hukum di bina berhubung dengan perubahan-perubahan masyarakat.

4. Terakhir dapat menambah ilmu pengetahuan dan pembentukan pola berpikir serta pemenuhan pra-syarat dalam menyelesaikan pembelajaran ilmu hukum Islam dalam bidang hukum keluarga (Ahwal Al-Syakhshiyah) pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

E.Penegasan Istilah

Untuk menghindari kemungkinan terjadinya penafsiran yang berbeda dengan maksud utama penulis dalam penggunaan kata pada judul, maka perlu penjelasan beberapa kata pokok yang menjadi inti penelitian. Adapun yang perlu penulis jelaskan adalah sebagai berikut:

(22)

mempelai yang belum cukup umur untuk melangsungkan perkawinan, bagi pria berumur kurang dari 19 tahun dan wanita berumur kurang dari 16 tahun.

2. Anak dibawah umur menurut undang-undang perkawinan adalah mereka yang melangsungkan pernikahan sebelum mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun bagi seorang laki laki sedangkan perempuan belum mencapai umur 16 (enam belas) tahun.

3. Penetapan hakim adalah keputusan pengadilan atas perkara permohonan (volunter).

F.Tinjauan Pustaka

Selain skripsi yang memiliki tema sama, peneliti juga menemukan judul skripsi yang memilki kaitan dengan masalah dispensasi nikah yaitu:

Pertama Dispensasi Nikah Dibawah Umur (Studi kasus di pengadilan Agama Tangerang tahun 2009-2010) oleh Nurmilah Sari dengan fokus penelitian tentang bagaimana pengaplikasian Dispensasi Nikah di Pengadilan Agama Tangerang pada tahun 2009-2010. Perbedaan dengan skripsi saya pada fokus penelitian saya pada latar belakang permohonan dispensasi serta dasar penetapan hakim dalam menetapkan dispensasi nikah di pengadilan Agama Salatiga. Kedua Dispensasi Kawin Karena Hubungan Luar Nikah (Studi Penetapan Hakim di Pengadilan Agama Salatiga Tahun 2010) yang diangkat

oleh Muhammad arba‟i. Berbeda dengan skripsi yang saya angkat dengan

(23)

teliti dan dianalisa sehingga mengetahui perkembangan selama tahun 2013-2016 serta lebih relevan dengan zaman. Ketiga . Perkawinan Di Bawah Umur Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Analisis terhadap Pasal 7 Undang-undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974) oleh Siti Dayanti, dengan fokus penelitian tentang maksud perkawinan dan kedewasaan dalam perspektif hukum Islam, batas usia perkawinan dalam Undang-undangan Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974, keterkaitan kedewasaan dengan tujuan perkawinan, dan perkawinan di bawah umur menurut Undang-undang Perkawinan dan hukum Islam. Perbedaannya peneliti merumuskan tentang faktor-faktor apa saja yang mendorong untuk mengajukan permohonan dispensasi nikah dan pertimbangan khusus apa yang digunakan oleh hakim dalam menetapkan permohonan dispensasi nikah di Pengadilan Agama Salatiga pada tahun 2013-2016.

G.Jenis Penelitian dan MetodePendekatan

1. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah Penelitian Deskriptif Analisis. Sifat Deskriptif ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran yang baik, jelas, dan dapat memberikan analisa data secermat mungkin tentang obyek yang diteliti. Dalam hal ini untuk menggambarkan semua hal yang berkaitan tentang permohonan dispensasi nikah di Pengadilan Agama Salatiga. 2. Metode Pendekatan

(24)

metode penelitian hukum yang dilakukan dengan meneliti bahan pustaka atau data sekunder dahulu kemudian dilanjutkan dengan mengadakan studi primer dilapangan menyangkut dispensasi nikah.

Sedangkan Pendekatan Kualitatif berarti upaya melakukan kebenaran wilayah konsep mutu, yaitu dengan mendiskripsikan, menguraikan dan menganalisis perkara dispensasi nikah tahun 2013-2016 yang berada di Pengadilan Agama Salatiga sehingga ditemukan kesimpulan yang objektif, logis dan sistematis dengan tujuan yang dikehendaki penulis.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan penulis di Pengadilan Agama Salatiga Jl. Lingkar Selatan, Jagalan, Cebongan, Argomulyo, Salatiga, 50711. Peneliti memilih lokasi tersebut karena Pengadilan Agama Salatiga masih menerima, memproses, dan menetapkan permohonan dispensasi nikah. Dari bulan Januari 2013 sampai dengan Desember 2016 Pengadilan Agama Salatiga telah menerima dan menetapkan permohonan dispensasi nikah.

4. Data dan Sumber Data

(25)

a. Data Primer

Data pokok yang dijadikan obyek kajian. Penelitian ini.Yaitu data-data yang menyangkut penetapan dispensasi nikah yang meliputi : 1) Dokumentasi tentang penetapan dispensasi nikah di Pengadilan Agama

Salatiga dari tahun 2013-2016. Penelitian dengan cara mengumpulkan dri lapangan yang ada relevansinya dengan masalah yang ada di Pengadilan Agama Salatiga.

2) Wawancara terhadap hakim pengadilan hakim pengadilan agama salatiga yang telah menangani dan mengabulkan perkara permohonan dispensasi nikah, teknik wawancara akan dilakukan secara terbuka dengan sebuah pedoman wawancara. Tekhnik ini dilakukan dengan cara agar dapat memperoleh data yang mendalam tentang tema yang menjadi objek sentral penelitian ini.

b. Data Sekunder

Data yang diperoleh dengan jalan studi kepustakaan atau dari dokumen-dokumen seperti Al-Qur‟an, buku-buku ilmiah, undang-undang kompilasi hukum islam (KHI) yang berhubungan erat dengan masalah yang diajukan, serta website resmi atau berita online.

5. Teknik Pengumpulan Data

(26)

mengumpulkan data, penulis menggunakan metodologi penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung secara aktif di Pengadilan Agama Salatiga. Prosedurnya meliputi:

a. Wawancara

Wawancara adalah tanya jawab secara lisan terhadap informan dengan berhadapan secara langsung. Wawancara dilakukan peneliti kepada hakimPengadilan Agama Salatiga, dan panitera.

b. Observasi

Kegiatan ini diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan terhadap informasi yang didapat selama melakukan penelitian. Observasi penelitian ini dilakukan di Kantor Pengadilan Agama Salatiga dengan mengambil beberapa sampel putusan dispensasi nikah selama tahun 2013 hingga 2016.

c. Dokumentasi

Dokumentasi ialah data yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, agenda, dan sebagainya. Dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah salinan penetapan dispensasi nikah kemudian disajikan dalam bentuk presentase.

6. Analisis Data

(27)

permasalahan yang diteliti dan dibahas. Dalam penelitian ini penyusun menggunakan analisa data deduktif yaitu cara memberi alasan dengan berpikir dan bertolak dari pernyataan yang bersifat umum kemudian ditarik pada persoalan yang berkaitan dengan penelitian. Metode ini digunakan dalam rangka mengetahui bagaimana penerapan kaidah-kaidah normatif dan yuridis dalam perkara dispensasi nikah.

7. Tahap-tahap Penelitian

Setelah peneliti menentukan tema yang akan diteliti, maka penulis melakukan penelitian pendahuluan ke Pengadilan Agama Salatiga guna mendapatkan data awal dengan bertanya kepada hakim sehingga menghasilkan sebuah catatan-catatan, kemudian mencari permasalahan yang ada. Data awal dan masalah yang sudah diperoleh kemudian dilanjutkan dengan proses observasi ke lapangan dan melakukan wawancara-wawancara kepada informan. Setelah data dan fakta telah didapatkan langkah selanjutnya adalah proses penyusunan.

H.Sistematika Penulisan Skripsi

Adapun sistematika penyusunan skripsi model penelitian kualitatif dapat dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu:

(28)

Bab II, Pengertian Pernikahan, Tujuan Pernikahan, Prinsip dan Syarat sah nikah menurut Undang undang no.1/1974 dan menurut Hukum Islam, Hukum Nikah, Pernikahan Usia Dini Dalam Perspektif Agama dan Menurut Undang-undang, Dispensasi Nikah, Dampak Pernikahan Dini.

Bab III, Hasil Penelitian dan Pembahasan yang meliputi: Gambaran Umum Tentang Pengdilan Agama Salatiga, gambaran umum tentang Dispensasi Nikah di Bawah Umur Tahun 2013 Hingga Tahun 2016 di Pengadilan Agama Salatiga, Faktor yang melatar belakangi di ajukanya permohonan dispensasi nikah di bawah umur, Pertimbangan hakim dalam memberikan dispensasi nikah di Pengadilan Agama Salatiga,.

Bab IV, Analisis Data yang meliputi: faktor-faktor yang melatar belakangi pengajuan permohonan dispensasi nikah di Pengadilan Agama Salatiga dan pertimbangan-pertimbangan yang digunakan oleh majelis hakim dalam menetapkan permohonan dispensasi nikah.

(29)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Pernikahan

Menurut bahasa pernikahan terambil dari dua kata nakaha, yankihu, nakahan, wanikahaan yang mempunyai arti bersatu, berhimpun, dan berkumpul. Dalam Kamus Bahasa Indonesia nikah diartikan sebagai perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri dengan resmi. Adapula yang mengartikan nikah dengan istilah perkawinan atau secara qiyasan disebut dengan hubungan seks. (Fadhilah,2014:4)

Perkawinan adalah:

“Sebuah ungkapan tentang akad yang sangat jelas dan terangkum atas rukun-rukun dan syarat-syarat”.

Para ulama fiqh pengikut mazhab yang empat (Syafi‟i, Hanafi,

(30)

Allah SWT sangat menganjurkan umatnya untuk melakukan pernikahan apabila telah memenuhi syarat untuk menikah. Sebagaimana firman Allah dalam (Q.S. AR-Ruum : 21) yang berbunyi :

ِوِتََٰياَء ْنِمَو

“Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan di jadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir”. [QS. Ar. Ruum (30):21]

Sedangakan menurut istilah pernikahan atau perkawinan akad yang menghalalkan pergaulan atau hubungan seksual antara seorang laki-laki dan perempuan yang bukan mahram, sehingga menimbulkan hak dan kewajiban antara keduanya. Bisa juga dikatakan sebagai perjanjian seorang pria dan seorang wanita dengan tujuan membentuk rumah tangga yang harmonis, bahagia penuh rasa cinta dan kasih sayang, serta mendapat ridho dari Allah SWT.

(31)

dalam hubungan manusia dengan Tuhannya (ibadah) maupun hubungan manusia dengan manusia (mu’amalah) (Hadikusuma,1990:8).

Adapun di Indonesia telah ada hukum perkawinan yang secara otentik di atur dalam UU. NO.1 Th 1974 Lembaga Negara RI. Tahun 1974 Nomor 1. Undang-undang ini memuat berbagai macam ketentuan dalam pelaksanan pernikahan. Tujuannya yaitu sebagai upaya untuk mewujudkan suatu rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang Maha Esa. Selain itu Undang-undang ini di maksudkan untuk menertibkan pelaksanaan pernikahan, sehingga pernikahan atau perkawinan seorang tercatat dan terdata dengan baik, serta mendapat pengakuan hukum oleh pemerintah Indonesia. Oleh karena itu, Undang-undang perkawinan ini wajib bagi setiap orang yang akan melangsungkan pernikahan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (Fadhillah,2014:38).

Menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 perkawinan dan tujuannya adalah sebagai berikut : “Ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa"

(32)

Menurut para pakar Hukum Perkawinan Indonesia juga memberikan definisi tentang perkawinan antara lain menurut :

1. Menurut Wirjono Prodjodikoro, perkawinan adalah Peraturan yang digunakan untuk mengatur perkawinan inilah yang menimbulkan pengertian perkawinan (Wirjono, 1984:6).

2. Menurut Sajuti Thalib, perkawinan adalah suatu perjanjian yang suci dan luas dan kokoh untuk hidup bersama secara sah antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan membentuk keluarga yang kekal, santun menyantuni, kasih-mengasihi, tentram dan bahagia ( Ramulyo,1996:2). 3. Menurut Prof. Ibrahim Hosen, nikah menurut arti asli kata dapat juga

berarti akad dengannya menjadi halal kelamin antara pria dan wanita, sedangkan menurut arti lain bersetubuh (Hosen, 1971:2).

4. Menurut Subekti, Perkawinan adalah pertalian yang sah antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan untuk waktu yang lama.

(33)

dan mulia serta berfungsi sebagai pertanda bersatunya dua sejoli menjadi satu dalam bingkai bingkai cinta dan kasih sayang.

B.Tujuan Pernikahan

Pada dasarnya tujuan pernikahan seperti yang disebutkan dalam pasal 1 Undang-undang nomor 1 tahun 1974 yaitu untuk membentuk keluarga yang bahagia, kekal berdasarkan Tuhan Yang Maha Esa.

Sesuai dengan tujuan pernikahan yang kekal, maka dapat diartikan bahwa perkawinan itu haruslah berlangsung seumur hidup dan tidak boleh diputuskan begitu saja. Pemutusan oleh karena sebab-sebab lain dari pada kematian, diberikan suatu pembatasan yang ketat. Sehingga suatu pemutusan yang berbentuk perceraian hidup akan menjadi jalan terakhir, setelah jalan lain tidak dapat ditempuh lagi (Saleh,1976:19).

(34)

Di dalam pasal 1 Unndang Undang no 1 tahun 1974 dikatakan bahwa yang menjadi tujuan perkawinan sebagai suami isteri adalah untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Tuhan Yang Maha Esa. Selanjutnya dijelaskan bahwa untuk itu suami isteri perlu saling membantu dan melengkapi agar masing-masing dapat mengembangkan kepribadiannya membantu dan mencapai kesejahteraan spiritual dan material (Hadikusuma,2007: 21).

Tujuan perkawinan menurut perintah Allah untuk memperoleh keturunan yang sah dalam masyarakat, dengan mendirikan rumah tangga yang damai dan teratur. Selain itu tujuan perkawinan dalam Islam selain untuk memenuhi kebutuhan hidup jasmani dan rohani manusia, juga sekaligus untuk membentuk keluarga dan memelihara serta meneruskan keturunan dalam mengalami hidupnya di dunia ini, juga mencegah perzinahan, agar tercipta ketenangan dan ketentraman jiwa bagi yang bersangkutan, ketentraman keluarga dan masyarakat (Ramulyo,1996:26-27).

(35)

perkawinan yang seperti ini tidaklah sesuai dengan maksud dan tujuan perkawinan.

Tujuan perkawinan, dengan demikian kita dapat menyimpulkan pengertian bahwa untuk membentuk suatu kehidupan rumah tangga yang bahagia dan kekal haruslah didasarkan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Pandangan ini sejalan dengan sifat religius bangsa Indonesia yang mendapat realisasinya di dalam kehidupan beragama dan bernegara.

Jika dicermati tujuan pernikahan sangat ideal, karena tidak hanya melihat dari segi lahirnya saja, tetapi sekaligus terdapat adanya suatu pertautan batin antara seorang suami dan isteri yang ditujukan untuk membina suatu keluarga atau rumah tangga yang kekal dan bahagia bagi keduanya dan sesuai dengan kehendak Tuhan yang Maha Esa.

Pernikahan dibawah umur, biasanya membawa banyak kesedihan dalam kehidupan rumah tangga mereka. Maka dimungkinkan tujuan perkawinan untuk membentuk keluarga yang kekal dan bahagia sesuai dengan Tuhan yang Maha Esa tidak dapat tercapai.

C.Prinsip dan Syarat sah nikah menurut Undang undang no.1/1974 dan

menurut Hukum Islam

(36)

1. Prinsip-Prinsip Penikahan

Dalam Undang-undang ini di temukan Prinsip Prinsip mengenai perkawinan dan segala hal sesuatu yang berhubungan dengan perkawinan yang telah disesuaikan dengan perkembangan serta tuntuan zaman.Prinsip prinsip yang tercantum dalam Undang-undang adalah sebagai Berikut : a. Tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia dan kekal.

Untuk itu suami isteri perlu saling membantu dan melengkapi, agar masing masing dapat mengembangkan kepribadianya membantu dan mencapai kesejahteraan spiritual dan materiil.

b. Dalam Undang-undang ini dinyatakan, bahwa suatu perkawinan adalah sah bilamana dilakukan menurut hukum masing masing agamanya dan kepercayaanya itu, dan disamping itu perkawinan harus dicatat menurut perundang-undangan yang berlaku.

Pencatatan tiap-tiap perkawinan adalah sama halnya dengan pencatatan peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan seorang, misalnya kelahiran, kematian yang dinyatakan dalam surat surat keterangan suatu akte yang juga dimuat dalam daftar perceraian.

(37)

d. Undang-undang ini menganut prinsip bahwa, calon suami isteri itu harus telah memasak jiwa raganya untuk dapat melangsungkan perkawinan, agar supaya dapat mewujudkan tujuan perkawinan secara baik tanpa berakhir pada perceraian dan mendapat keturunan yang baik dan sehat. Untuk itu harus di cegah perkawinan dibawah umur.

Sehubungan dengan itu, maka Undang-undang ini menentukan batas umur untuk nikah bagi pria maupun bagi wanita ialah 19 (sembilan belas) tahun bagi pria dan 16 (enam belas) tahun bagi wanita.

e. Karena tujuan perkawinan adalah untuk membentuk keluarga yang bahagia kekal dan sejahtera, maka Undang-undang ini menganut prinsip untuk mempersukar terjadinya perceraian. Untuk kemungkinan perceraian harus ada alasan alasan tertentu serta harus dilakukan didepan Pengadilan.

f. Hak dan kedudukan isteri adalah seimbang dengan kedudukan suami baik dalam kehidupan rumah tangga maupun dalam pergaulan masyarakat, sehingga dengan demikian segala sesuatu keluarga dapat dirundingkan dan dapat diputuskan bersama oleh suami isteri (Soedarsono;2005:7).

Prinsip-prinsip Perkawinan Menurut Hukum Islam Dalam ajaran Islam ada beberapa prinsip-prinsip dalam perkawinan, yaitu:

(38)

terlebuh dahulu untuk mengetahui apakah kedua belah pihak setuju untuk melaksanakan perkawinan atau tidak.

2) Tidak semua wanita dapat dikawini oleh seorang pria, sebab ada ketentuan larangan-larangan perkawinan antara pria dan wanita yang harus diindahkan.

3) Perkawinan harus dilaksanakan dengan memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu, baik yang menyangkut kedua belah pihak maupun yang berhubungan dengan pelaksanaan perkawinan itu sendiri.

4) Perkawinan pada dasarnya adalah untuk membentuk satu keluarga atau rumah tangga tentram, damai, dan kekal untuk selama-lamanya. 5) Hak dan kewajiban suami istri adalah seimbang dalam rumah tangga,

dimana tanggung jawab pimpinan keluarga ada pada suami (Hadikusuma,2003 :34).

Kalau kita bandingkan prinsip-prinsip dalam perkawinan menurut Hukum Islam dan menurut Undang-undang Perkawinan, maka dapat dikatakan sejalan dan tidak ada perbedaan yang prinsipil . 2. Rukun dan Syarat Sah Nikah menurut Undang-undang no.1 tahun 1974

(39)

Syarat intern yaitu syarat yang menyangkut pihak yang akan melaksanakan perkawinan. Syarat-syarat intern meliputi:

a. Persetujuan kedua belah pihak;

b. Izin dari kedua orang tua apabila belum mencapai umur 21 tahun.

c. Pria berumur 19 tahun dan wanita 16 tahun pengecualiannya yaitu ada dispensasi dari pengadilan atau camat atau bupati;

d. Kedua belah pihak tidak dalam keadaan kawin;

e. Wanita yang kawin untuk kedua kalinya harus lewat masa tunggu (iddah). Bagi wanita yang putus perkawinannya karena perceraian, masa iddahnya 90 hari dan karena kematian 130 hari.

Syarat ekstern yaitu syarat yang berkaitan dengan formalitas-formalitas dalam pelaksanaan perkawinan. Syarat-syarat itu meliputi: 1) Harus mengajukan laporan ke Pegawai Pencatat Nikah, Talak, dan

Rujuk;

2) Pengumuman, yang ditandatangani oleh Pegawai Pencatat, yang memuat:

a) Nama, umur, agama/kepercayaan, pekerjaan, tempat kediaman dari calon mempelai dan dari orang tua calon. Disamping itu disebutkan juga nama istri atau suami yang terdahulu;

b) Hari, tanggal, jam. Dan tempat perkawinan dilangsungkan.

(40)

dengan inti atau pokok dalam melangsungkan perkawinan. Syarat materiil ini dibagi dua macam yaitu:

1. Syarat materiil mutlak, merupakan syarat yang berkaitan dengan pribadi seseorang yang harus diindahkan untuk melangsungkan perkawinan pada umumnya. Syarat itu meliputi:

a. Monogami, bahwa seorang pria hanya boleh mempunyai seorang istri, seorang wanita hanya boleh mempunyai seorang suami (Pasal 27 BW);

b. Persetujuan antara suami-istri (Pasal 28 KUH Perdata);

c. Terpenuhinya batas umur minimal. Bagi laki-laki minimal berumur 18 tahun dan wanita berumur 15 tahun (Pasal 29 KUH Perdata); d. Seorang wanita yang pernah kawin dan hendak kawin lagi harus

mengiddahkan waktu 300 hari setelah perkawinan terdahulu dibubarkan (Pasal 34 KUH Perdata);

e. Harus ada izin sementara dari orang tuanya atau walinya bagi anak-anak yang belum dewasa dan belum pernah kawin (Pasal 34 sampai dengan pasal 49 KUH Perdata).

2. Syarat materiil relative, ketentuan yang merupakan larangan bagi seseorang untuk kawin dengan orang tertentu. Larangan itu meliputi: a. Larangan kawin dengan orang yang sangat dekat dalam

(41)

c. Larangan kawin untuk memperbarui perkawinan setelah adanya perceraian, jika belum lewat waktu satu tahun.

Syarat Formil adalah syarat yang berkaitan dengan formalitas-formalitas dalam pelaksanaan perkawinan. Syarat ini dibagi dalam dua tahapan (Sudikno,2002:29). Syarat-syarat yang dipenuhi sebelum perkawinan dilangsungkan adalah:

(42)

3. Rukun dan Syarat Sah Nikah menurut agama Islam 1. Calon suami

Calon suami adalah orang yang akan menjadi mempelai laki-laki dalam suatu akad pernikahan. Adapun syarat yang harus dipenuhi oleh calon suami ialah sebagai beikut:

1) Beragama Islam; maksudnya calon suami adalah muslim, bukan kafir atau non muslim lainya. Sebab Islam melarang seorang muslim menikah dengan seorang non muslim.

2) Benar benar laki-laki; maksudnya seorang calon suami harus betul laki-laki, bukan banci atau mempunyai kelainan seksual, seperti homo(suka dengan sesama lelaki), sehingga nantinya dapat bertanggung jawab memnuhi hak-hak isterinya.

3) Tidak terpaksa; maksudnya calon suami dalam menikah adalah kehendaknya pribadi dan penuh kerelaan hati, bukan karena dipaksa atau terpaksa. Serta dilandasi keikhlasan hanya mengharap ridha Allah SWT. Apabila suami menikah karena terpaksa, niscaya pernikahanya secara otomatis tidak sah.

(43)

dibatalkan. Akan tetapi bila tidak ada hubungan darah, pernikahanya boleh dan siap untuk dilaksanakan. Itulah yang diajarkan dalam

al-Qur‟an dan sunnah nabi Muhammad SAW.

5) Tidak sedang ihram; maksudnya calon suami tidak boleh melaksanakan pernikahan, jika ia sedang melakukan ihram, baik itu ihram haji maupun umrah. Karena dalam Islam melarang orang yang sedang ihram itu menikah. Sebagaimana sabda Rosullah SAW telah

bersabda: ”orang yang sedang ihram tidak boleh menikah dan menikahkan”.(HR.Muslim)

6) Keberadaanya jelas dan nyata; maksudnya calon suami benar benar nyata dan jelas keberadaanya, sehingga pernikahan dapat dipertanggung jawabkan oleh kedua belah pihak.

2. Calon Istri

Calon istri adalah orang yang akan menjadi mempelai perempuan dalam suatu pernikahan. Adapun syarat yang harus dipenuhi sebagai calon istri adalah sebagai berikut :

1. Beragama Islam; maksdunya calon istri adalah muslimah, bukan dari non Islam. Karena Islam melarang pernikahan yang berbeda agama dan tidak seiman.

(44)

3. Tidak karena terpaksa; Maksudnya calon istri dalam melangsungkan pernikahan tidak karena terpaksa, tetapi kehendak hati dan semata mta untuk mencari ridha Allah SWT.

4. Halal bagi calon suami; maksudnya calon isteri bukan mahram dari calon suami, baik hubungan darah maupun satu susuan.

5. Tidak bersuami; maksudnya calon isteri adalah masih seorang diri, baik itu janda maupun perawan. Wanita yang masih mempunyai seseorang suami tidak boleh menikah lagi kecuali bercerai atau meninggal dunia.

6. Tidak sedang ihram; maksudnya calon isteri dalam melangsungkan pernikahan tidak sedang ihram, baik ihram haji atau ihram umrah. 3. Ijab Qabul

Ijab Qabul merupakan bentuk dari akad serah terima dalam pernikahan. Ijab Qabul ini dilakukan oleh orang tua atau wali mempelai perempuan dan calon mempelai laki-laki. Ijab Qabul ini merupakan bentuk kerelaaan dan persetujuan untuk membentuk suami isteri antara kedua calon mempelai. Ijab Qabul adalah pernyataan pertama yang dilakukan oleh orang tua atau wali perempuan untuk menerima atau menyetujui pernikahan tersebut.

(45)

4. Wali Mempelai Perempuan

Wali mempelai perempuan adalah orang tua yang berhak untuk menikahkan calon mempelai perempuan. Wali bertugas menyatakan Ijab kepada calon mempelai laki-laki pada saat pernikahan berlangsung. Tanpa adanya seorang wali mempelai perempuan, maka pernikahanya dianggap batal atau tidak sah.

Sebagaimana Rosullah SAW bersabda; ”perempuan mana saja

yang menikah tanpa izin walinya, maka pernikahan itu batal”(HR. Al

-Khamsah Kecuali Nasa‟i). Dalam hadist lain diriwayatkan dari aisyah bahwa Rosullah SAW bersabda:” siapapun yang menikah tanpa seizin

walinya, maka nikahnya batal, nikahnya batal, nikahnya batal. Jika suaminya telah menyetubuhinya, ia berhak atas maharnya karena ia telah menghalalkan kehormatanya. Jika pihak wali enggan menikahkanya,

hakimlah yang bertindak sebagai wali bagi seorang yang tidak ada walinya”

(HR.Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Maajah dan Tirmidzi).

Untuk menjadi wali mempelai perempuan harus ada beberapa syarat yang harus dipenuhi diantaranya yaitu :

(46)

a) Bapak kandung

b) Kakek (bapak dari bapak) dan seterusnya sampai keatas c) Saudara laki-laki kandung (seibu-sebapak)

d) Saudara laki-laki sebapak

e) Anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung

f) Anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak dan seterusnya kebawah. g) Paman (saudra dari bapak) sekandung

h) Paman (saudara dari bapak) sebapak i) Anak laki-laki paman kandung

j) Anak laki-laki paman sebapak dan seterusnya kebawah

k) Wali hakim (apabila semua yang tersebut diatas tidak ada atau tidak mampu menikahkan).

Dalam penerapan wali nikah di atas, seseorang tidak boleh menjadi wali nikah selama ada keluarga yng lebih dekat sebab ia berhak karena ada pertalian asabah

2. Beragama Islam; Maksudnya adalah menjadi wali dari calon mempelai perempuan haruslah yang beragama Islam.

a. Baligh; Maksudnya seorang wali haruslah yang sudah dewasa, kira-kira usianya telah mencapai lima belas tahun. Hal ini dikarenakan anak belum mengerti dan memahami ketentuan-ketentuan hukum pernikahan.

(47)

c. Merdeka; maksudnya wali mempelai perempuan yang bersangkutan tidak sedang dipenjara atau tidak memungkinkan hadir dalam pernikahan.

d. Adil; maksudnya seorang yang senantiasa dapat menentramkan jiwa keluarga dan orang yang di urusnya. Manakala kelakuanya sudah

melampui batas syari‟at sehingga tidak bisa lagi menentramkan jiwa keluarganya, maka demikian gugurlah haknya menjadi wali pernikahn.

e. Tidak sedang Ihram; maksudnya seorang wali dalam pernikahan tidak sedang melakukan ihram haji ataupun umrah.

5. Dua Orang Saksi

Saksi dalam suatu pernikahan sangatlah penting. Saksi merupakan rukun terakhir dalam pernikahan. Tanpa adanya saksi pernikahan di anggap batal atau tidak sah. Sebagaimana sabda Rosullah

(48)

D.Hukum Nikah

Nikah merupakan amalan yang disyari‟atkan, hal ini didasarkan pada

firman Allah SWT : hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil. Maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada

tidak berbuat aniaya” (QS. An-Nisaa‟ [4]: 3).

Dari keterangan diatas disimpulkan bahwa seorang boleh menikah dengan batas maksimal lima (5) orang tidak boleh lebih dari itu kemudian jika tidak bisa adil dalam pembagian nafkah birahi maupun rohani maka menikahlah sesuai kemampuan dan jadikan istri istrinya layaknya pada umumnya karena dikhawatirkan akan mendholimi istrinya jika diluar kemampuannya. Dalam agama Islam hukum nikah ada lima yaitu:

1. Wajib

(49)

2. Sunnah

Laki-laki yang punya niat dan mampu atau perempuan yang sudah punya niat dan bersedia patuh pada suami atau perempuan yang belum punya niat tetapi membutuhkan perlindungan dan nafkah dari suami.

3. Mubah

Laki-laki yang mempunyai niat tetapi belum mampu mendirikan rumah tangga atau laki-laki yang belum punya niat tetapi secara materi mampu atau perempuan yang belum punya niat untuk menikah.

4. Makruh

Laki-laki yang belum punya niat dan belum mampu mendirikan rumah tangga atau perempuan yang sudah punya niat tetapi ragu-ragu melaksanakannya.

5. Haram

Laki-laki atau perempuan yang menikah dengan tujuan untuk merusak atau menyakiti hati, fisik, dan agama isteri atau suami. Kaidah

syara‟ telah merumuskan masalah ini, bahwa: “Segala perantaraan yang membawa kepada yang haram, hukumnya menjadi haram” (Abidin, 1999:47).

E.Pernikahan Usia Dini Dalam Perspektif Agama dan Menurut Undang-undang

(50)

bolehnya pernikahan pada usia dini/belia. Di antara dalil-dalil tersebut yaitu: Al-Qur‟an QS At-Thalaq : 4

َنْضَِيَ َْلَ يِئلَلاَو رُهْشَأ ُةَثلََث َّنُهُ تَّدِعَف ْمُتْبَ تْرا ِنِإ ْمُكِئاَسِن ْنِم ِضيِحَمْلا َنِم َنْسِئَي يِئلَلاَو

اًرْسُي ِهِرْمَأ ْنِم ُوَل ْلَعَْيَ َوَّللا ِقَّتَ ي ْنَمَو َّنُهَلَْحْ َنْعَضَي ْنَأ َّنُهُلَجَأ ِلاَْحْلا ُتلَّوُأَو

“Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya) maka iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu idah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah

menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya”( QS. At-Thalaq : ayat 4). َنْضَِيَ َْلَ يِئلَلاَو = perempuan yang belum haid diberikan masa „iddah

selama 3 bulan (Tsalasatu ashur). „Iddah itu sendiri terjadi karena kasus perceraian baik karena talak maupun ditinggal mati oleh suaminya. Jadi

(51)

menggaulinya sebagai istri pada umur 9 tahun dan beliau tinggal bersama pada umur 9 tahun pula”.

Rasulullah memulai hidup berumah tangga dengan Aisyah pada bulan Syawwal pada saat Aisyah berumur 9 tahun. Rasulullah meninggal pada saat Aisyah berumur 18 tahun.Berdasarkan hadis tersebut para ulama, di antaranya Imam as-Syaukani, menyatakan bahwa boleh bagi seorang bapak menikahkan anak gadisnya yang masih kecil/belum baligh.

3. Pernikahan Dini Menurut Undang-undang

Dalam masalah batas umur untuk kawin di Indonesia Pasal 7 ayat (1) Undang-undang perkawinan No. 1 tahun 1974 menyatakan bahwa perkawinan hanya diizinkan jika pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun(Siraj,1993:107). Kemudian dipertegas dalam Kompilasi Hukum Islam yang menyatakan, bahwa untuk kemaslahatan keluarga dan rumah tangga, perkawinan hanya boleh dilakukan calon mempelai yang telah mencapai umur ditetapkan dalam Pasal 7 Undang-undang Perkawinan.

Pembatasan usia minimal melangsungkan perkawinan ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kawin dibawah umur. Selain itu juga dimaksudkan untuk menjaga kesehatan suami isteri dan perkawinan mempunyai hubungan erat dengan masalah kependudukan. Ternyata batas usia yang lebih rendah bagi seorang perempuan untuk kawin, mengakibatkan laju kelahiran yang lebih tinggi.

Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

(52)

(delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan” (Pasal 1) dan pada pasal 26 ayat 1 poin c disebutkan, keluarga dan orang tua berkewajiban untuk mencegah terjadinya perkawinan di usia anak-anak. Secara jelas Undang-undang ini mengatakan, tidak seharusnya pernikahan dilakukan terhadap mereka yang usianya masih di bawah 18 tahun.

Perbedaan yang sangat jelas antara persepektif agama Islam dengan Undang-undang negara mengenai batas umur pernikahan, walaupun demikian tidak melanggar aturan agama karena dalam agama tidak ada batasan serta memandang dari Undang-undang Dasar negara bahwa pembatasan usia dini lebih efektif mencegah terjadinya ledakan kependudukan dan berbagai sektor lainya.

F.Dispensasi Nikah

1. Pengertian Dispensasi Nikah

Dispensasi adalah penyimpangan atau pengecualian dari suatu peraturan. (Subekti,1996:36). Dispensasi usia perkawinan memiliki arti keringanan akan sesuatu batasan (batasan umur) didalam melakukan ikatan antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

(53)

usia 19 (sembilan belas) tahun dan wanita belum mencapai usia 16 (enam belas) tahun.

Dispensasi usia nikah diatur dalam pasal 7 ayat 1 dan ayat 2 Undang-undang No.1 Tahun 1974. Dispensasi sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1974 artinya penyimpangan terhadap batas minimum usia nikah yang telah ditetapkan oleh Undang-undang yaitu minimal 19 tahun untuk pria dan 16 tahun untuk wanita. Oleh karena itu, jika laki-laki maupun perempuan yang belum mencapai usia nikah namun hendak melangsungkan pernikahan, maka pengadilan atau pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua belah pihak dapat memberikan penetapan dispensasi usia nikah apabila permohonannya telah memenuhi syarat yang ditentukan dan telah melalui beberapa tahap dalam pemeriksaan, namun sebaliknya apabila pihak yang berperkara tidak memenuhi syarat yang telah ditentukan maka pihak pejabat dalam hal ini Pengadilan Agama tidak memberikan dispensasi untuk pernikahan kedua belah pihak tersebut(Hamami,2013:31). 2. Faktor-Faktor Pendorong Terjadinya Pernikahan di Bawah Umur

(54)

a. Keinginan untuk segera mendapatkan tambahan anggota keluargga b. Tidak adanya pengertian mengenai akibat buruk perkawinan terlalu

muda, baik bagi mempelai itu sendiri maupun keturunannya.

c. Sifat kolot orang jawa yang tidak mau menyimpang dari ketentuan adat. Kebanyakan orang desa mengatakan bahwa mereka itu mengawinkan anaknya begitu muda hanya karena mengikuti adat kebiasaan saja.

Terjadinya perkawinan usia muda menurut Hollean dalam Suryono disebabkan oleh:

1) Masalah ekonomi keluarga

2) Orang tua dari gadis meminta masyarakat kepada keluarga laki-laki apabila mau mengawinkan anak gadisnya

3) Bahwa dengan adanya perkawinan anak-anak tersebut, maka dalam keluarga gadis akan berkurang satu anggota keluarganya yang menjadi tanggung jawab (makanan, pakaian, pendidikan, dan sebagainya) (Soekanto, 1992 : 65).

Selain menurut para ahli di atas, ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya perkawinan usia muda yang sering dijumpai di lingkungan masyarakat kita yaitu :

a) Ekonomi

(55)

b) Pendidikan

Rendahnya tingkat pendidikan maupun pengetahuan orang tua, anak dan masyarakat, menyebabkan adanya kecenderungan mengawinkan anaknya yang masih dibawah umur.

c) Faktor Orang Tua

Orang tua khawatir kena aib karena anak perempuannya berpacaran dengan laki-laki yang sangat lengket sehingga segera mengawinkan anaknya.

d) Media Massa

Gencarnya ekspose seks di media massa menyebabkan remaja modern kian Permisif terhadap seks.Sisi dari kemajuan zaman dan teknologi informasi yang menjulang langit, justru membawa konsekuensi tersendiri. Seiring dengan itu, pengetahuan kita tentang hal-hal yang tak masuk akal pun kian muncul ke permukaan. Diantaranya, fenomena perkawinan di bawah umur (pernikahan dini), ternyata masih marak terjadi.

(56)

e) Faktor Adat

Perkawinan usia muda terjadi karena orang tuanya takut anaknya dikatakan perawan tua sehingga segera dikawinkan.Selain itu, peraturan per Undang-undangan yang berlaku di Indonesia dengan sangat jelas menentang terjadinya pernikahan dini. Jadi, tidak ada alasan bagi pihak-pihak tertentu untuk melegalkan tindakan mereka yang berkaitan dengan pernikahan dini.

G.Dampak Pernikahan Dini

Dampak dari pernikahan dini bukan hanya dari dampak kesehatan, Tetapi punya dampak juga terhadap kelangsungan perkawinan. Sebab perkawinan yang tidak disadari, mempunyai dampak pada terjadinya perceraian (Ahmad, 2008:28).

Pernikahan Dini atau menikah dibawah umur, memiliki dampak negative dan dampak positif pada remaja tersebut. Adapun dampak Negatif pernikahan dini adalah sebagai berikut:

1. Segi Pendidikan

(57)

atau tidak akan terwujud. Hal tersebut dapat terjadi karena motivasi belajar yang dimiliki seseorang tersebut akan mulai mengendur karena banyaknya tugas yang harus mereka lakukan setelah menikah. Dengan kata lain, pernikahan dini merupakan faktor menghambat terjadinya proses pendidikan dan pembelajaran. Selain itu belum lagi masalah ketenaga kerjaan, seperti realita yang ada didalam masyarakat, seseorang yang mempunyai pendidikan rendah hanya dapat bekerja sebagai buruh, Dengan demikian dia tidak dapat mengeksplor bakat dan kemampuan yang dimilikinya. Apabila seseorang tidak menikah dini mungkin dapat menjadi generasi penerus bangsa yang tangguh dan dapat mengisi kemerdekaaan dengan baik.

2. Segi Kesehatan

(58)

usia dini atau dibawah usia 19 tahun. Untuk resiko kebidanan, wanita yang hamil di bawah usia 19 tahun dapat beresiko pada kematian, selain kehamilan di usia 35 tahun ke atas. Resiko lain selanjutnya, hamil di usia muda juga rentan terjadinya pendarahan, keguguran, hamil anggur dan hamil prematur di masa kehamilan. Selain itu, resiko meninggal dunia akibat keracunan kehamilan juga banyak terjadi pada wanita yang melahirkan di usia dini. Salah satunya penyebab keracunan kehamilan adalah tekanan darah tinggi atau hipertensi. Dengan demikian dilihat dari segi kesehatan atau medis, pernikahan dini akan membawa banyak kerugian. Oleh karena itu, orang tua wajib berpikir masak-masak jika ingin menikahkan anaknya yang masih di bawah umur. Bahkan pernikahan dini bisa dikategorikan sebagai bentuk kekerasan psikis dan seks bagi anak yang kemudian dapat mengalami trauma.

3. Segi Psikologi

(59)
(60)

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN TENTANG PERMOHONAN DISPENSASI NIKAH ANAK DIBAWAH UMUR DI PENGADILAN

AGAMA SALATIGA TAHUN 2013-2016

A.Gambaran Umum Tentang Pengdilan Agama Salatiga

(61)

1982 Jo. KMA Nomor 76 Tahun 1983 tanggal 10 Nopember 1982 berdirilah Pengadilan Agama Ambarawa di Ungaran. Adapun penyerahan wilayah yaitu dilaksanakan pada tanggal 27 April 1984 dari Ketua Pengadilan Agama Salatiga Drs. A.M. SAMSUDIN ANWAR kepada Ketua Pengadilan Agama Ambarawa yaitu sebagian wilayah Kabupaten Semarang dan wilayah hukum Pengadilan Agama Salatiga yang ada sekarang tinggal 13.

Sejak diundangkannya Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 posisi Pengadilan Agama Salatiga semakin kuat, Pengadilan Agama berwenang menjalankan keputusannya sendiri tidak perlu lagi melalui Pengadilan Negeri, selain itu hukum acara yang berlaku di Pengadilan Agama sama dengan hukum acara yang berlaku di Pengadilan Negeri. Untuk melaksanakan tugas pemanggilan dan pemberitahuan, sudah ada petugas Jurusita. Untuk menyesuaikan dengan Undang-undang Pengadilan Agama ini, Pengadilan Agama Salatiga mendapatkan bimbingan dan pembinaan dari Departemen Agama RI dan secara teknis Yustisial mendapatkan pembinaan dari Mahkamah Agung RI dan Pengadilan Tinggi Agama.

(62)

tenaga yang direkrut harus malalui seleksi yang ketat dan memenuhi syarat-syarat yang ditentukan. Sejak Pengadilan Agama mendapatkan pembinaan dari Mahkamah Agung RI mulai diadakan pemisahan jabatan antara Kepaniteraan dan Kesekretariatan begitu juga rangkap jabatan antara Jurusita dan Panitera Pengganti, bagi para Hakim juga diberi tugas Pengawasan bidang-bidang. Upaya pembenahan di Pengadilan Agama Salatiga selalu ditingkatkan.

Demikianlah keadaan sejarah Pengadilan Agama Salatiga sampai saat ini sehingga untuk menyesuaikan dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 sebagai Court of Law perlu pembenahan lebih lanjut.

1. Profil Alamat

Gedung Pengadilan Agama Salatiga yang baru, ditempati sejak tanggal 1 Mei 2009 berdiri di atas tanah seluas 5425 m2, dengan luas bangunan 1300 m2. Status gedung tersebut adalah hak pakai dari Pemerintah RI c.q Mahkamah Agung RI.Berikut adalah profil Pengadilan Agama Salatiga :

Jl. Raya Lingkar Selatan, Dusun. Jagalan Kelurahan. Cebongan, Kecamatan. Argomulyo Kota Salatiga, Propinsi Jawa Tengah 50736

Telp : (0298) 322853 Fax : (0298) 325243 Website : www.pa-Salatiga.go.id 2. Wilayah Yuridiksi

(63)

Hukum Pengadilan Tinggi Agama/Mahkamah Syariah Propinsi serta Pengadilan Agama/Mahkamah Syariah, maka Pengadilan Agama Salatiga memiliki wilayah yuridiksi sebagai berikut :

Wilayah Kota Salatiga

a. Kecamatan Sidorejo, terdiri dari 6 kelurahan : 1. Kelurahan Pulutan

2. Kelurahan Blotongan 3. Kelurahan Bugel 4. Kelurahan Salatiga 5. Kelurahan Kauman Kidul 6. Kelurahan Sidorejo Lor

b. Kecamatan Argomulyo, terdiri dari 6 Kelurahan : 1. Kelurahan Cebongan

(64)
(65)

B.Gambaran Umum Tentang Dispensasi Nikah di Bawah Umur Tahun 2013

Hingga Tahun 2016 di Pengadilan Agama Salatiga

Dispensasi pernikhan dibawah umur merupakan sebuah wujud tindakan dari pemohon kepada hakim untuk memohon kebijakan atau dispensasi kepada pihak yang akan mengajukan dikarenakan akan melakukan pernikahan namun belum cukup umur sesuai syarat dan ketentuan undang undang yang berlaku yaitu minimal usia perempuan 16 tahun sedangkan untuk calon pengantin laki laki umur minimal 19 tahun. Adapun permohonan dispensasi kawin yang diterima dan ditolak Pengadilan Agama Salatiga tahun 2013 sampai 2016, dengan rincian sebagai berikut :

No. Tahun

Permohonan Dispensasi Kawin tahun 2013-2016

Diterima Ditolak Jumlah

1. 2013 58 1 59

2. 2014 71 5 76

3. 2015 66 2 68

4. 2016 48 2 50

(66)

Tingkat permohonan dispensasi nikah dalam diagram yaitu:

Dari permohonan dispensasi kawin yang masuk tersebut penulis meneliti penetapan Nomor 0001/Pdt.P/2013/PA.SAL, 0007/Pdt.P/2013/PA.SAL, 0055/Pdt.P/2013/PA.SAL, 0003/Pdt.P/2013/PA.SAL, 0021/Pdt.P/2013/PA.SAL, 0033/Pdt.P/2013/PA.SAL, 0004/Pdt.P/2013/PA.SAL, 0038/Pdt.P/2013/PA.SAL, 0093/Pdt.P/2014/PA.SAL, 0095/Pdt.P/2014/PA.SAL, 0098/Pdt.P/2014/PA.SAL, 0009/Pdt.P/2014/PA.SAL, 0007/Pdt.P/2014/PA.SAL, 0023/Pdt.P/2014/PA. SAL, 0012/Pdt.P/2014/PA.SAL, 0026/Pdt.P/2014/PA.SAL, 0004 / Pdt.P2015PA.SAL, 0031/Pdt.P/2015/PA.SAL, 0035/Pdt.P/2015/PA.SAL, 0001/Pdt.P/2015/PA.SAL, 0002/Pdt.P/2015/PA.SAL,

(67)

0005/Pdt.P/2015/PA.SAL, 0020/Pdt.P/2015/PA.SAL,

Berikut adalah presentase permohonan dispensasi nikah dibawah umur pada tahun 2013

Pada tahun 2013 ada 59 pendaftar perkara sedangkan yang di tolak hanya 1 perkara karena pemohon tidak menghadiri persidangan sehingga dianggap gugur oleh hakim. Sedangkan alasan pemohon 29 ditengarai oleh hamil terlebih dahulu kemudian kekhawatiran orang tua 24 dan 5 karena pendidikan rendah. Berikut adalah tabel faktor yang melatar belakangi di ajukanya permohonan dispensasi nikah di bawah umur pada tahun 2013:

(68)

Tahun 2013 Nomor perkara Alasan pemohon

0001/Pdt.P/2013/PA.SAL - Bahwa hubungan antara anak Pemohon sudah begitu akrab dan saling mencintai.

- Bahwa anak Pemohon II telah hamil 2 bulan hasil hubungan suami isteri .

- Keluarga mempelai pria sudah melamar calon mempelai wanita dan diterima.

0007/Pdt.P/2013/PA.SAL - Bahwa keluarga telah merestui rencana pernikahan dan tidak ada pihak ketiga lainnya yang keberatan.

- Calon isteri anak Pemohon telah

hamil ± 24 minggu.

(69)

0055/Pdt.P/2013/PA.SAL - Hubungan sangat erat bahkan calon istri hamil 4 bulan.

- Kedua calon mempelai siap membina rumah tangga dan calon suami telah melamar pada 20 agustus 2013 dan diterima

0003/Pdt.P/2013/PA.SAL - Calon suami sudah meminang calon pengantin perempuan sejak tanggal 29 Desember 2012, dan hubungan keduanya sudah sedemikian erat.

- Kedua pihak keluarga telah merencanakan dan sudah merestui pernikahan.

0021/Pdt.P/2013/PA.SAL - Keluarga telah dilamar Anak Pemohon dan diterima sejak kurang lebih 5 bulan yang lalu dan hubungan mereka telah sedemikian erat.

(70)

0033/Pdt.P/2013/PA.SAL - Calon laki laki Sudah meminang calon pengantin perempuan sejak tanggal 30 Mei 2013, diterima dan hubungan keduanya sudah sedemikian erat.

- Orang tua khawatir terjadi hal yang melanggar syariat sehingga mendesak menikahkan mereka

0004/Pdt.P/2013/PA.SAL - Tingkat pendidikan calon mempelai perempuan SD dan calon mempelai laki laki SMP. - Keluarga calon laki laki telah

meminang sejak desember dan diterima pihak keluarg calon istri. - Calon suaminya telah tidur bersama akan tetapi belum mengandung diterima oleh orang tuanya.

0038/Pdt.P/2013/PA.SAL - Hubungan calon mempelai biasa-biasa saja,tidak pernah perpergian maupun saling menginap.

(71)

bercanda.

- Hubungan kedua calon mempelai tidak begitu mengkhawatirkan sehingga tidak mendesak untuk dilangsungkan pernikahan.

Pada tahun 2014 ada 76 pendaftar perkara sedangkan yang di tolak hanya 5 perkara. Sedangkan alasan pemohon ditengarai oleh hamil terlebih dahulu ada 41 pemohon kemudian kekhawatiran orang tua 24 pemohon dan karena pendidikan rendah ada 6 pemohon. Berikut adalah presentase permohonan dispensasi nikah dibawah umur pada tahun 2014

Berikut adalah tabel faktor yang melatar belakangi di ajukanya permohonan dispensasi nikah di bawah umur pada tahun 2014 :

Tahun 2014 Nomor Perkara Alasan Pemohon

(72)

0093/Pdt.P/2014/PA.SAL - Sudah meminang calon pengantin perempuan sejak tanggal 12 Nopember 2014 dan hubungan keduanya sudah demikian erat

- Mereka telah berpacaran sekitar 1 tahun dan telah hamil 23 minggu

0095/Pdt.P/2014/PA.SAL - Sudah meminang mempelai perempuan pada tanggal 25 Agustus 2014

- Sudah berpacaran selama 1 tahun lebih hingga hamil 3 minggu

0098/Pdt.P/2014/PA.SAL - Calon mempelai laki laki bekerja sebagai sopir sedangkan istri tidak bekerja dan siap beumah tangga

(73)

- Calon mempelai perempuan telah mengadung anak dari hubungan pacaran mereka

0084Pdt./P2014/PA.Sal - Kedua calon telah berpacaran selama 2 tahun dan calon mempelai laki laki sudah meminang pada tanggal 1 oktober 2014 dan di terima oleh keluarga mempelai perempuan

- Tidak ada hubungan sepersusuan

0005/Pdt.P/2014/PA. Sal - Hubungan kedua mempelai sangat erat bahkan pernah pergi menginap

- Hubungan kedua mempelai sangat mengkhawatirkan dan mendesak untuk di langsungkan pernikahan

(74)

- Calon mempelai laki laki telah meminang pada 7 september 2014 dan diterima oleh calon mempelai perempuan

- Mereka telah bekerja dan siap menjadi suami isteri

0009/Pdt.P/2014/PA.Sal - Calon mempelai laki laki lulusan SD sedangkan Perempuan SMP

- Calon mempelai laki laki bekerja sebagai pedagang sedangkan perempuan penjaga toko dan mereka siap membina rumah tangga

0007/Pdt.P/2014/PA.Sal - Kedua calon mempelai sama sama setuju dan menyatakan siap menikah serta kedua orang tua mengizinkan

- Hubungan kedua mempelai adalah tetangga satu kampung 00023/Pdt.P/2014/PA. Sal - Hubungan calon mempelai

(75)

menginap

- -Dalam berhubungan hanya mengobrol, duduk berduaan, dan bercanda

- -Hubungan kedua calon mempelai tidak begitu mengkhawatirkan sehingga tidak mendesak untuk dilangsungkan pernikahan 0012/Pdt.P/2014/PA.SAL - Telah mendaftarkan pada

register perkara tetapi tidak pemohon tidak hadir dan tidak ada wali yang mewakilinya sehingga di anggap gugur oleh hakim pengadilan

0026/Pdt.P/2014/PA.Sal - Hubungan berpacaran kedua calon mempelai kurang lebih 1 tahun

(76)

Pada tahun 2015 ada 68 pendaftar perkara sedangkan yang di tolak hanya 2 perkara. Sedangkan alasan pemohon yang mendominasi adalah kekhawatiran orangtua hingga mencapai 33 pemohon, sedangkan hamil terdahulu ada 22 pemohon dan karena pendidikan rendah ada 6 pemohon. Berikut adalah presentase permohonan dispensasi nikah dibawah umur pada tahun 2014

Berikut adalah tabel faktor yang melatar belakangi diajukanya permohonan dispensasi nikah di bawah umur pada tahun 2015

Tahun 2015 Nomor perkara Alasan pemohon

0004Pdt.P2015PA.SAL - Calon istri Sudah siap untuk menjadi seorang istri dan/atau ibu rumah tangga. Begitupun calon suaminya sudah siap pula untuk menjadi seorang suami

(77)

dan/atau kepala keluarga serta telah bekerja sebagai Buruh serabutan bahkan telah hamil 20 minggu. 0031/Pdt.P/2015/PA.SAL - Pihak keluarga Pemohon

sudah meminang calon pengantin perempuan sejak tanggal 23 April 2015 - Calon isterinya telah siap

pula untuk menjadi seorang isteri dan/atau ibu rumah tangga bahkan telah hamil 0035/Pdt.P/2015/PASAL - Kedua calon telah

bertunangan sejak 05 Mei 2015, dan hubungan keduanya sudah sedemikian erat

Referensi

Dokumen terkait

Penilaian pada dasarnya adalah langkah-langkah yang dilakukan oleh guru untuk dapat menentukan capaian hasil belajar yang telah dilalui oleh peserta didik selama mengikuti

mengungkapkan / operasi pasar yang dilakukan disesuaikan dengan hari pasaran / sehingga masyarakat dapat langsung membeli beras dari bulog tersebut // Dari data bulog menurut Murino

Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini meliputi metode pengumpulan data dan metode perancangan basis data.. Secara garis besar sistem pengajaran dan

Manfaat yang dapat dicapai adalah mengurangi Computer Vision Syndhrome (CVS), selain itu juga mengurangi atau menghilangkan penyakit mata, mencegah timbulnya tumor

dapat dilihat hubungan antara variabel bebas yakni burnout yang diberi simbol.. (X) dengan motivasi berprestasi yang diberi

Kesimpulan dari penulisan skripsi ini adalah diharapkan dapat membantu pihak yang terkait dalam mempercepat proses penjualan, menyajikan informasi secara lebih akurat, serta

Di samping itu, pengamatan dan analisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran uang (M2) merupakan variabel kunci bagi otoritas moneter untuk menetapkan

Jika daya yang dimasukkan 1300