i
KOMUNIKASI INTERPERSONAL USTADZ DALAM
MENINGKATKAN AKHLAK SANTRI DI PONDOK
PESANTREN AS’TAIN TINGKIR LOR
SALATIGA
SKRIPSI
Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial
Oleh :
TAUFAN ARDIANSYAH NIM:117-13-025
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM (KPI)
FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
ii
MOTTO
“ BELIEVE
IN YOUR SELF ”
(MTMA)
“ JADILAH BERGUNA KARENA DAKWAH BUKAN
HANYA TUGAS ULAMA”
(TAUFAN, 2017)
. )ىذمرتلا هاور( قح ةملك داهجلا لضفا
. . .. .
“JIHAD YANG PALING UTAMA ADALAH
KALIMATUL HAQ (KALIMAT YANG BENAR)”
(HR. AT-TIRMIDZI)
iii
Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua Segenap keluarga besar almarhum mbah H. Sumaidi
Teman yang selalu meluangkan waktu untuk membantu M Sulhi Mahbub, S.H Rekan-rekan “IPNU-IPPNU” Tingkir Lor (Kang Ilan, Barik, Pak Wil, Iwan, Pak Yam, Umam,
Awin, Puput, Marisal, Pais, Sifa, Fajar, Angga, Fatkhi, Zacky, Noval, Rizaq”PAK BO”, Wahyu “MBEK”, Zidni, Bayu “o.on”, Rofiq “Bokir”, Panji, Piyan “Kepleh”, Enggar, Dani,
Huda, Alfa “Tole”, Ayik “Bardolo” , kumala, Willy, Silmi, Sally, Sila, Maily, Hila, Atik, Yuniar, Sinna, Sinta, Indah)
Terima kasih
Atas doa dan support yang telah diberikan
iv
Ardiansyah, Taufan. 2017. Komunikasi Interpersonal Ustadz Dalam
Meningkatkan Akhlak Santri di Pondok Pesantren Asta’in Tingkir Lor
Salatiga. Skripsi Fakultas Dakwah Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Mukti Ali, M. Hum.
Kata Kunci: Komunikasi Interpersonal, Ustadz, Nilai-nilai Akhlak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Komunikasi interpersonal yang diterapkan ustadz dan meningkatkan nilai-nilai akhlak di pondok pesantren asta’in tingkir lor salatiga. Pertanyaan yang ingin dijawab adalah (1) Bagaimana cara ustadz membangun komuikasi interpersonal dengan santri ? (2) Bagaimana implementasi komunikasi interpersonal dalam menanamkan nilai akhlak (3) Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat komunikasi interpersonal antara ustadz dan santri dalam menanamkan nilai-nilai akhlak di pondok pesantren asta’in ?
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan normatif sosiologis. dengan mengambil lokasi penelitian di Pondok Pesantren Asta’in Tingkir Lor Salatiga. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Data-data yang diperoleh dicek keabsahannya, Selama pengumpulan data, data sudah mulai dianalisis. Data yang terkumpul, dipaparkan berdasarkan klasifikasi sehingga tergambar pola atau struktur dari fokus masalah yang dikaji kemudian diinterpretasikan sehingga mendapatkan jawaban dari fokus penelitian tersebut.
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan didapat beberapa temuan bahwa cara ustadz membangun komunikasi interpersonal dengan santri adalah mengkondisikan santri agar tidak ramai, menanyakan kabar santri, bercerita, mempersiapkan materi yang akan disampaikan. Implementasi komunikasi interpersonal dalam menanamkan nilai-nilai akhlak yaitu dengan menggunakan komunikasi verbal dan non verbal. Sedangkan faktor pendukung dan penghambat komunikasi interpersonal ustadz dengan santri dalam menanamkan nila-nilai akhlak di pondok pesantren asta’in adalah (1) faktor pendukung berupa komunikator, keterbukaan, masyarakat. (2) faktor penghambat sikap santri, orang tua, keadaan-keadaan yang terjadi pada diri santri.
v
Assallamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, taufiq, dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul "KOMUNIKASI INTERPERSONAL USTADZ DALAM MENINGKATKAN AKHLAK SANTRI DI PONDOK PESANTREN ASTA’IN TINGKIR LOR SALATIGA".
Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabatnya, dan orang-orang yang senantiasa mengikuti jejaknya. Semoga kita semua mendapatkan syafa'atnya di hari kiamat kelak. Amiin.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini penulis banyak mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan dan kemampuan yang belum sempurna. Namun berkat adanya bantuan, motivasi dan bimbingan dari berbagai pihak, syukur Alhamdulillah skripsi ini dapat terselesaikan.
Pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Dr. Mukti Ali, M.Hum selaku dekan Fakultas Dakwah IAIN Salatiga 3. Drs. Muh. Choderin selaku dosen pembimbing akademik
4. Dra. Maryatin, M. Pd selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam 5. Dr. Mukti Ali, M.Hum selaku pembimbing skripsi yang telah sudi
meluangkan waktunya untuk membimbing dalam penulisan skripsi
6. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Kepada semua pihak yang telah mendukung penulis, semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan hingga bisa menyelesaikan skripsi
vi
pembaca. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT, penulis memohon petunjuk dan berserah diri memohon ampunan dan rahmatNya.
Salatiga, 2 Mei2017 Penulis,
Taufan Ardiansyah
DAFTAR ISI
vii
NOTA PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Penegasan Judul ... 6
F. Tinjauan Pustaka ... 9
G. Metode Penelitian ... 11
H. Sistematika Penulisan ... 13
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Komunikasi ... 16
B. Komunikasi Interpersonal ... 20
viii
D. Fungsi Komunikasi Interpersonal ... 27
E. Proses Komunikasi Interpersonal ... 29
F. Tujuan Komunikasi Interpersonal ... 32
G. Efektivitas Komunikasi Interpersonal ... 34
H. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal ... 38
I. Tinjauan Tentang Penanaman Nilai-Nilai Akhlak ... 40
BAB III TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 49
B. Temuan Hasil Penelitian ... 55
BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Cara Ustadz Membangun Komunikasi Interpersonal dengan Santri ... 68
B. Analisis Implementasi Komunikasi Interpersonal dalam Menananmkan Nilai-nilai Akhlak ... 72
C. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat Komunikasi Interpersonal antara Ustadz dan Santri dalam Menanamkan Nilai-nilai Akhlak ... 76
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 81
B. Saran ... 82
C. Kata Penutup ... 83
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial untuk saling berinteraksi
antara satu dengan yang lain agar bisa hidup bermasyarakat. Komunikasi
dibutuhkan sebagai dasar dari proses interaksi antar manusia. Selain itu
komunikasi dapat memberikan makna ketika manusia saling bertukar informasi,
pikiran, perasaan, dan kebutuhan dengan lingkungan diluar diri sendiri. Berbagai
bentuk hubungan manusa dilatar belakangi oleh berbagai alasan, kepentingan,
maksud dan tujuan dari tiap individu. Masing-masing hubungan tersebut
memerlukan pola dan bentuk komunikasi yang dapat sama maupun berbeda antara
yang satu dengan yang lainnya.
Komunikasi merupakan suatu proses dua arah yang menghasilkan
pertukaran informasi dan pengertian antara masing-nasing individu yang terlibat.
Komunikasi merupakan dasar dari interaksi seluruh interaksi antar manusia.
Komunikasi merupakan proses pertukaran informasi yang dilakukan oleh
sekelompok kecil orang untuk mendapatkan sesuatu sesuai dengan keinginannya,
selain itu komunikasi juga dapat digunakan sebagai transformasi nilai
agama,sosial, dan pendidikan. Komunkasi merupakan kebutuhan hakiki dalam
kehidupan manusia untuk saling tukar menukar informasi. Karena tanpa
komunikasi, interaksi antar manusia baik yang dilakukan secara perorangan,
kelompok maupun organisasi tidak akan mungkin terjadi, manusia memerlukan
2
Menurut Uchjana (1993: 57) komunikasi dibagi menjadi dua macam yaitu
komunikasi pribadi dan komunikasi kelompok. Komunikasi pribadi sendiri dibagi
menjadi dua yaitu komunikasi intrapersonal dan komunikasi interpersonal. Dalam
penelitian ini, penulis hanya membahas tentang komunikasi interpersonal.
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap
muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara
langsung,baik secara verbal ataupun nonverbal. Komunikasi interpersonal ini
ialah komunikasi yang hanya dilakukan dua orang. Komunikasi interpersonal
merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Setiap individu
akan membutuhkan bantuan orang lain ketika menghadapi masalah. Kita butuh
orang lain untuk berbagi kegundahan dan kebahagiaan. Intinya, kita butuh orang
lain untuk membantu perkembangan kepribadian.
Perlu disadari bahwa peran komunikasi tidak hanya terbaatas pada
kegiatan besosialisasi saja, bahkan proses belajar mengajar pun sangat
memerlukan komunikasi, karena proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah
proses penyampaian peran berupa ilmu melalui dari komunikator (guru/ustadz)
kepada komunikan (murid/santri). Pesan yang diberikan juga berisikan
materi-materi pelajaran yang ada dalam kurikulum. Sumber pesan tersebut dapat
berposisi sebagai guru, murid, ustadz, santri, dan lain sebagainya. Sedangkan
salurannya berupa media pendidikan dan penerimanya adalah murid.
Dalam suatu lembaga pendidikan, baik formal maupun nonformal tidak
akan lepas dari proses pembinaan. Dikarenakan pembinaan memiliki arti penting
3
sebagai lembaga pendidikan formal terus memberikan pembinaan yaitu antara
guru dengan siswanya. Begitupula dalam lembaga pendidikan nonformal seperti
Pesantren, proses pembinaan dilakukan dengan cermat antara ustadz dengan
santrinya.
Ustadz selain sebagai pengajar, juga memiliki peran membina dan
membimbing santri yang melanggar peraturan Pondok, baik itu dalam hal
kedisiplinan ibadahnya, aplikasi nilai keagamaan maupun dalam proses
pengembangan diri dan peningkatan minat belajarnya. Jadi, semua ustadz
diharapkan mampu menanamkan nilai-nilai baik itu secara keagamaan maupun
secara umum dengan memberikan teladan yang baik kepada seluruh santri.
Pesantren sesuai dengan fungsinya sebagai lembaga pendidikan yang
mengajarkan ilmu-ilmu agama yang perannya sangat vital dalam menciptakan
generasi muda yang islami seiring dengan perubahan zaman. Maka dari itu
diperlukan peran ustadz dalam mengarahkan dan membimbing para santri untuk
proses pembelajarannya. Santri pun tidak hanya diajarkan tentang agama,
pendidikan, perilaku dan sikap, namun juga diajarkan untuk hidup mandiri.
Karena pada dasarnya hidup bermasyarakat bukan untuk orang-orang yang manja,
hidup itu sederhana, sehingga para santri telah dicetak untuk kebal akan hal itu.
Komunikasi antara ustadz dan santri sangatlah penting karena dengan
berkomunikasi dengan baik akan memudahkan proses pembelajaran baik
akanemik maupun non akademik. Terutama komunikasi interpersonal antara
ustadz dengan santri, akan langsung memberikan pengaruh terhadap santri, karena
4
Dalam Pesantren, mencari ilmu mungkin sudah menjadi tujuan utama,
bahkan mencari ilmu itu dapat dikatakan wajib, Allah berfirman :
ِسِلاَجَمْلا يِف اوُحَّسَفَت ْمُكَل َليِق اَذِإ اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّيَأ اَي
اَذِإ َوۖ ْمُكَل ُ َّاللَّ ِحَسْفَي اوُحَسْفاَف
َنْيِذلا الله ِعَف ْرَي اوُزُشْناَفاوُزُشْنا َليِق
ا وُتوُا َنْيِذّلا َو ْمُكْـنِم اوُنَما
رـْيِبـَخ َن ْوـُلَمـْعَت اَمِب ُالله َو ٍتـَجَرَد َمْلِعْل
Artinya :
"Wahai orang-orang beriman!Apabila dikatakan kepadamu,"Berilah kelapangan didalam majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat". (Q.S Al-Mujadalah ayat 11)
Adapula sabda Rasulullah yang mewajibkan bagi umat muslim untuk
mencari ilmu.
هيلع الله ىلص الله ل ْوُسَر َلاَق َلَق ٍكِلاَم ُنْبِا ٍسَنَا ْنْع
َدْنِع ِمْلِعلا ًع ِضوو ٍمِلْسُم ّلُك ىلَع ًةَضْي ْرَف مْلِعْلا ُبَلَط مـلسو
َبَهَّذلا َو َؤُلْؤلَلوَرَه ْوَجْل ِرْي ِز اَنَخْلا ِدِّلِقُمَك ِهِلْهأُرْيَغ
Artinya :
"Dari Anas bin Malik ia berkata, Rasulullah saw, bersabda: Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim, memberikan ilmu kepada orang yang bukan ahlinya seperti orang yang mengalungi babi dengan permata, mutiara, atau emas". (HR.Ibnu Majah)
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan
5
USTADZ DALAM MENINGKATKAN AKHLAK SANTRI DI PONDOK
PESANTREN ASTA’IN TINGKIR LOR SALATIGA”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara ustadz membangun komunikasi interpersonal dengan
santri ?
2. Bagaimana implementasi komunikasi interpersonal dalam menanamkan
nilai-nilai akhlak ?
3. Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat komunikasi
interpersonal antara ustadz dan santri dalam menanamkan nilai-nilai
akhlak di Pondok Pesantren astain ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui komunikasi interpersonal yang diterapkan ustadz di Pondok Pesantren Asta’in Tingkir Lor Salatiga.
2. Untuk mengetahui implementasi dalam berkomunikasi interpersonal
antara ustadz dan santri dalam menanamkan nilai-nilai akhlak.
3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat komunikasi
interpersonal antara ustadz dan santri dalam menanamkan nilai-nilai
akhlak.
D. Manfaaat Penelitian
6
Penelitian ini diharapkan bisa memberikan sumbangsih pemikiran
terhadap Program Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) jurusan Dakwah
dan komunikasi Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga untuk
lebih mengembangkan ilmu komunikasi interpersonal.
2. Manfaat secara praktis
a. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi dan masukan
sebagai sumbangan pemikiran dan pertimbangan bagi ustadz diPondok Pesantren Asta’in Tingkir Lor Salatiga atau pun Pesantren
lain dalam meningkatkan aktifitas pembinaan santrinya dalam
menanamkan niali-nilai akhlak.
b. Untuk dapat mengetahui lebih dekat tentang permasalahan yang
terjadi diPesantren serta dapat memberikan masukan yang dibutuhkan.
c. Bagi Peneliti penulis mengetahui peran komunikasi interpersonal
ustadz dengan santri dalam meningkatkan akhlak santri khususnya di Pondok Pesantren Asta’in Tingkir Lor Salatiga.
E. Penegasan Judul
Untuk menghindari adanya salah penafsiran atau pemahaman terhadap
judul skripsi ini, maka penulis akan menjelaskan arti dan maknanya agar
pemahaman dan pembahasannya dapat terarah sesuai dengan tujuan yang hendak
akan dicapai.
1. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal menurut Deddi Mulyana, dalam bukunya
7
Suranto Aw menyatakan Komunikasi interpersonal atau komunikasi antar
pribadi adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang
memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara
langsung, baik secara verbal maupun nonverbal (Aw, 2011:3). Begitu pula
menurut Wiryanto dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Komunikasi,
Komunikasi interpersonal merupakam komunikasi yang berlangsung dalam
situasi tatap muka antar dua orang atau lebih, baik secara terorganisasi
maupun pada kerumunan orang (Wiryanto, 2006:32).
Berdsarkan definisi-definisi di atas, komunikasi interpersonal dapat
disimpulkan sebagai komunikasi yang dilakukan oleh seseorang kepada orang
lain yang dilakukan secara tatap muka mengenai suatu masalah tertentu,
dengan harapan adanya respon dan reaksi terhadap pesan yang mereka
komunikasikan itu. Komunikasi interpersonal yang penulis maksudkan di sini
adalah komunikasi yang dilakukan oleh ustadz kepada santri yang dilakukan
secara tatap muka mengenai suatu masalah tertentu khususnya pada proses
bimbingan yang dilaksanakan pada setiap malam dengan harapan adanya
respon dan perubahan pada diri santri.
2. Ustadz
Menurut J.S Badudu dan Sutan Muhammad Zain mengartikan ustadz sebagai “panggilan kepada seorang guru agama atau orang yang dihormati
karena banyak pengetahuan agamanya” (Badudu dan Zain, 1994:1604).
Ustadz yang penulis maksudkan di sini adalah orang mengajarkan ilmu-ilmu
nilai-8
nilai akhlaq kepada santri yang berada di Pondok Pesantren Asta’in Tingkir
Lor, Salatiga.
3. Santri
Menurut J.S Badudu dan Sutan Muhammad Zain mengartikan santri sebagai “orang yang alim dan banyak melakukan ibadah serta banyak ilmunya
atau yang pergi belajar dan mendalami agama pada suatu lembaga pendidikan khusus (Pesantren)” (Badudu dan Zain, 1994:1222). Santri yang penulis
maksudkan di sini adalah peserta didik yang beljar mengenai ilmu-ilmu agama
yang berkaitan dengan nilai-nilai keagamaan kepada ustadz pada lembaga
pendidikan khusus (Pesantren) dan telah terdaftar sebagai anggota dari Pondok Pesantren Asta’in Tingkir Lor, Salatiga.
4. NIlai-nilai Akhlak
Menurut W.J.S Purwadarminta, nilai merupakan “sifat atau (hal-hal)
yang penting atau berguna bagi kemanusiaan” (Purwadarminta, 1984:677).
Sedangkan menurut paham idealisme, nilai merupakan “sesuatu yang universal, normative dan sebagai ukuran baik dan buruk” (Syam, 1988:134).
Jadi, nilai merupakan tolak ukur yang digunakan seseorang dalam
memberikan persepsi terhadap suatu hal.
Dari definisi-definisi tersebut dapat diketahui bahwa nilai akhlak
merupakan sesuatu yang dianggap sangat penting atau berguna oleh
masyarakat sebagai tolak ukur baik dan buruk mengenai suatu keadaan atau
perbuatan yang berhubungan dengan bidang keagamaan, terutama dalam
9
serta hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya yang
teraktualisasikan dalam tingkah laku manusia.
Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin menegaskan bahwa penelitian
ini adalah penelitian terhadap komunikasi yang dilakukan olehustadz kepada
santri secara tatap muka, yang digunakan untuk mendapatkan umpan balik
atau respon pada proses peningkatan nilai-nilai akhlak di Pondok Pesantren Asta’in Tingkir Lor Salatiga.
F. Tinjauan Pustaka
Penulis telah melakukan penelusuran karya ilmiah yang ada kaitannya
dengan komunikasi interpersonal ustadz dalam meningkatkan akhlak santri.
Adapaun karya ilmiah tersebut adalah sebagai berikut:
Skripsi dari Irama Dhamayanti mahasiswa Universitas Mercubuana yang berjudul “ Efektifitas Komunikasi Internal antara Pimpinan dengan Karyawan PT
Pidi Visual Project”. Dalam skripsi tersebut, beliau memfokuskan penelitian
untuk mengetahui bagaimana efektifitas komunikasi antara pimpinan dengan
karyawan PT Pidi Visual Project.
Skripsi yang ditulis oleh Daniah Barqil dengan judul, “Peran Komunikasi
Antarpersonal antara Pembina dan Santri dalam Meningkatkan Minat Belajar di Pesantren IMMIM Putra Makassar” tahun 2015. Dalam skripsi ini membahas
tentang cara untuk mengetahui bagaimana intensitas pembina dalam melakukan
pembinaan dan bagaimana hasil yang ditimbulkan oleh santri pada proses
10
pembina dalam melakukan komunikasi interpersonal dengan santri untuk
meningkatkan minat belajar diPesantren IMMIM Putra Makassar.
Skripsi yang ditulis oleh Ida Nurhayati dengan judul, “ Komunikasi
Antarpribadi antara Guru dengan Murid dalam Memotivasi Belajar di Sekolah Dasar Annajah Jakarta ”, tahun 2014. Membahas tentang upaya yang dilakukan
oleh guru dalam memotivasi belajar murid dan mengetahui pesan komunikasi
antarpribadi yang diberikan guru kepada murid untuk memotivasi belajar.
Jurnal penelitian yang ditulis oleh Muhammad Arif Ikhsanudin dengan judul, “Pengaruh Komunikasi Interpersonal dan Lingkungan Keluarga terhadap
Intensi Berwirausaha Siswa Smk Muhammadiyah 3 Yogyakarta”, tahun 2012.
Jurnal ini membahas tentang pengaruh komunikasi interpersonal dan lingkungan
keluarga terhadap intensi berwirausaha siswa SMK Muhammadiyah 3
Yogyakarta.
Jurnal penelitian yang ditulis oleh Eva Patriana dengan judul, “Komunikasi Interpersonal yang Berlangsung antara Pembimbing
Kemasyarakatan dan Keluarga Anak Pelaku Pidana di Bapas Surakarta”, tahun
2014. Membahas tentang komunikasi antar pribadi yang berlangsung dalam
proses penggalian informasi antara Pembimbing Kemasyarakatan (PK)
BAPAS Surakarta dan keluarga anak pelaku pidana dalam upaya menggali
informasi terkait sebuah kasus pidana yang melibatkan anak dan faktor yang
mendukung terjalinnya komunikasi antar pribadi dalam proses penggalian
11
keluarga anak pelaku pidana dalam upaya menggali informasi terkait sebuah
kasus pidana yang melibatkan anak.
Pada dasarnya skripsi ini berbeda dengan karya ilmiah terdahulu yaitu
fokus penelitian dari penulis adalah untuk mengetahui komunikasi interpersonal
yang diterapkan ustadz di Pondok Pesantren, mengetahui implementasi dalam
berkomunikasi interpersonal antara ustadz dan santri dalam menanamkan nilai
akhlak, serta mengetahui faktor pendukung dan penghambat komunikasi
interpersonal antara ustadz dan santri dalam menanamkan nilai-nilai akhlak.
G. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian yang dilakukan di kancah atau medan terjadinya gejala (Hasan, 2002:11) guna melakukan penelitian pada objek yang dibahas
yaitu komunikasi interpersonal antara ustadz dengan santri dalam
meningkatkan nilai-nilai akhlak. Serta penelitian kualitatif yang memusatkan
pada studi kasus terhadap satu latar atau satu peristiwa tertentu.
2. Kehadiran peneliti
Dalam penelitian ini kehadiran peneliti merupakan hal yang utama
dan penting karena seorang peneliti secara langsung mengumpulkan data
yang ada di lapangan.
3. Lokasi penelitian
12 4. Sumber data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Sumber data primer, yaitu sumber yang langsung memberikan data
kepada peneliti (Sugiyono, 2007:308), Sumber data ini meliputi para
pihak yang terlibat dalam komunikasi interpersonal antara ustadz dan santri Pondok Pesantren Asta’in Tingkir Lor Salatiga.
b. Sumber data sekunder, yaitu mencakup dokumen-dokumen,
buku-buku, dan hasil penelitian yang lain yang menyangkut komunikasi
interpersonal antara ustadz dan santri.
5. Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk
memperoleh data yang diperlukan. Pengumpulan data tidak lain dari suatu
proses pengadaan data primer untuk keperluan penelitian (Nazir, 1988:211).
Dalam pengumpulan data di sini, peneliti menggunakan beberapa
metode, yaitu:
a. Interview (Wawancara), yaitu proses tanya jawab dalam penelitian
yang berlangsung secara lisan dimana 2 (dua) orang atau lebih
bertatap muka, mendengarkan secara langsung informasi atau
keterangan (Ahmadi, 2009:83). Adapun wawancara ini dilakukan
terkait dengan penelitian ini adalah pihak-pihak yang melakukan
komunikasi interpersonal antara ustadz dan santri di Pondok
13
b. Dokumentasi, yaitu mengumpulkan data-data yang dikumpulkan
berdasarkan arsip-arsip, misalnya berupa berkas penelitian di Pondok Pesantren Asta’in Tingkir Lor Salatiga.
c. Observasi, pengertian observasi menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah peninjauan secara cermat.
6. Analisis data
Setelah penulis mengumpulkan data yang dihimpun, kemudian
menganalisisnya dengan menggunakan metode deskriptif analisis yaitu
mengumpulkan data tentang komunikasi interpersonal antara ustadz dan santri
di Pondok Pesantren Astain Tingkir Lor Salatiga yang disertai analisis untuk
diambil kesimpulan. Dan metode pembahasan yang dipakai adalah induktif
merupakan metode yang digunakan untuk mengemukakan fakta-fakta atau kenyataan dari hasil penelitian di Pondok Pesantren Asta’in Tingkir Lor
Salatiga, kemudian diteliti sehingga ditemukan pemahaman yang terkait
dengan komunikasi interpersonal antara ustadz dengan santri di Pondok
Pesantren Asta’in Tingkir Lor Salatiga.
H. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini penulis mencoba menguraikan secara sistematis yang
terdiri dari lima bab. Setiap bab terdiri dari beberapa sub bab yang terperinci
14
BAB I Berisi pendahuluan yang terdiri latar belakang masalah, penegasan
judul, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka,
metode penelitian, sistematika penulisan.
BAB II Berisi kajian pustaka, dalam bab ini akan menguraiakan kajian
pustaka yang berisi : pengertian komunikasi,pengertian komunikasi interpersonal,
macam-macam bentuk komunikasi interpersonal, fungsi komunikasi
interpersonal, proses komunikasi interpersonal, tujuan komunikasi interpersonal,
efektivitas komunikasi interpersonal,faktor-faktor yang mempengaruhi
komunikasi interpersonal.
BAB III Berisi tentang data penelitian yang meliputi dua bahasan yaitu:
Pertama, sejarah singkat Pondok Pesantren Asta’in, kondisi geografis Pondok Pesantren Asta’in, struktur kepengurusan Pondok Pesantren Asta’in, tata tertib
yang berlaku di Pondok Pesantren Asta’in, visi dan misi Pondok Pesantren, tujuan
berdirinya Pondok Asta’in, program pendidikan Pondok Pesantren Asta’in,
kegiatan di Pondok Pesantren Asta’in,Kedua temuan hasil penelitian yang
meliputi: cara ustadz membangun komunikasi interpersonal dengan santri,
implementasi komunikasi interpersonal dalam menananmkan nilai-nilai akhlak,
serta faktor pendukung dan penghambat komunikasi interpersonal antara ustadz
dan santri dalam menanamkan nilai-nilai akhlak.
BAB IV Berisi tentang analisacara ustadz membangun komunikasi
interpersonal dengan santri, analisa implementasi komunikasi interpersonal dalam
15
komunikasi interpersonal antara ustadz dan santri dalam menanamkan nilai-nilai akhlak di Pondok Pesantren Asta’in Tingkir Lor Salatiga.
BAB V Penutup dalam bab ini berisi : kesimpulan, saran, dan penutup
BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Komunikasi
Komunikasi adalah hubungan kontak antar dan antara manusia baik
individu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak
disadari komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia itu sendiri, bahkan
sejak seseorang dilahirkan ia sudah berkomunikasi dengan lingkungannya. Gerak
dan tangis yang pertama pada saat ia dilahirkan adalah tanda
komunikasi.(Widjaja, 2000:87)
Komunikasi dalam kehidupan manusia dalam konteks apapun merupakan
bentuk dasar adaptasi terhadap lingkungan karena komunikasi merupakan
aktivitas dasar manusia. Tidak ada manusia yang tidak berkomunikasi. dengan
berkomunikasi mnusia bisa berhubungan dengan manusia lain kanpun dan
dimanapun, baik dalam lingkungan keluarga, ditengah masyarakat, dilingkungan
16
Kendala dalam berkomunikasi dapat mempengaruhi proses komunikasi.
Karena luasnya pengertian pesan yang disampaikan, sehingga dapat menimbulkan
efek dan tindakan yang berbeda. Komunikasi akan terjadi atau berlangsung
selama ada persamaan makna antar komunikator dengan komunikan mengenai
apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang dipergukan dalam percakapan
antara komunikator dengan komunikan dapat dikatan komunikatif jika
kedua-duanya dapat mengerti bahasa yang dipergunakan dan paham makna yang
disampaikan. Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia yang
berupa pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan
bahasa sebagai alat penyalurnya.
Istilah komunikasi berasal dari perkataan latin “communication” yang
berarti “pemberitahuan” atau “pertukaran pikiran”. Istilah bersumber pada kata
“communis” yang berarti “sama” yang dimaksud sama disini adalah “sama
makna” (Uchjana, 2005:9). Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga
dapat dilancarkan secara efektif, Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik
untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut :Who, Says what, In Which Channel, To Whom, With and What Effect?.
Berdasarkan cara pandang ini, dapat diuraikan lima unsur komunikasi
yaitu :
1. Sumber (source) atau sering disebut Komunikator, pengirim, penyandi. 2. Pesan (message), apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima
17
3. Saluran atau media, alat yang digunakan sumber untuk menyampaikan
pesannya kepada penerima.
4. Penerima (receiver), sering juga disebut komunikan, orang yang menerima pesan dari sumber/komunikator.
5. Efek, apa yang terjadi pada penerima setelah dia menerima pesan tersebut.
Komunikasi memiliki fungsi dalam menginformasikan (to inform),
mendidik (to educate), menghibur (to entertain) dan mempengaruhi (to influence). Sering dalam kehidupan sehari-hari seseorang gagal dalam melakukan hubungan
atau dalam menyelesaikan suatu masalah karena menganggap ‘sepele’ atau ringan
arti komunikasi. Mereka sering berpersepsi bahwa komunikasi sebagai sesuatu
yang sering dilakukan manusia sehari-hari, dan itu naluri alamiah sehingga tidak
perlu mempelajarinya lagi. Sebenarnya, dalam suatu pergaulan (hubungan)
diperlukan suatu ketrampilan dalam berkomunikasi, perlu taktik dan strategi
dalam penyampaian pesan sehingga sipenerima pesan dapat memahami tujuan
kita apalagi dapat pulakita pengaruhi.
Pentingnya komunikasi bagi manusia tidak dapat dipungkiri begitu juga
halnya bagi suatu organisasi atau pondok pesantren. Dengan adanya komunikasi
yang baik, suatu pondok pesantren dapat berjalan lancar dan berhasil. Dengan
tidak adanya komunikasi dapat mengakibatkan pembelajaran di pondok pesantren
tersebut tidak berjalan lancar.
Komunikasi dapat dibagi secara umum menjadi lima konteks atau
18
1. Komunikasi interpersonal adalah proses komunikasi yang terjadi dalam
diri seseorang, yang menjadi pusat perhatian adalah bagaimana jalannya
proses pengolahan informasi yang dialami seseorang melalui sistem saraf
dan inera.
2. Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi perorangan yang bersifat
pribadi baik yang secara langsung maupun (tanpa medium) maupun tidak
langsung (dengan medium) seperti percakapan tatap muka atau melalui
telepon.
3. Komunikasi kelompok memfokuskan pembahasan pada interaksi diantara
orang-orang dalam kelompok-kelompok kecil, komunikasi kelompok juga
melibatkan komunikasi antar pribadi.
4. Komunikasi organisasi menunjukkan pada pola dan bentuk komunikasi
yang terjadi dalam konteks jaringan organisasi.
5. Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa yang
ditunjukkan kepada sejumlah khalayak yang besar. (Nurudin, 2007:13)
Dilihat dari hakikat dan definisi komunikasi menurut para ahli diatas,
komunikasi mempunyai peran penting untuk dapat membangun suatu hubungan
atau pertukaran informasi kepada orang lain. Komunikai merupakan sarana dalam
penyampaian atau pertukaran ide (informasi) dari komunikan kepada komunikator
yang terjadi secara simbolik, sehingga dari komunikasi yang dilakukan
diharapkan akan merubah tingkah laku seseorang, karena komunikasi berusaha
untuk membujuk, mengajak bahkan mempengaruhi perilaku, persepsi serta sikap
19
Menurut perspektif interaksionisme simbolik, kehidupan sosial pada dasarnya adalah ‘interaksi manusia dengan menggunakan simbol-simbol’. Mereka
tertarik pada cara manusia menggunakan simbol-simbol yang mempresentasikan
apa yang mereka maksudkan untuk berkomunikasi dengan sesamanya, dan juga
pengaruh yang ditimbulkan penafsiran atas simbol-simbol ini terhadap perilaku
pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi social. interaksionisme simbolik
berpandangan bahwa perilaku manusia pada dasarnya adalah produk dari
interpretasi mereka atas dunia dan sekelilingnya. (Ali, 2017:28)
Berdasarkan uraian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
komunikasi dalam melakukan hubungan dengan seseorang atau organisasi tidak
datang dengan sendirinya. Dalam hal ini, sebuah organisasi harus aktif dalam
menyampaikan pesan dengan makna yang dapat di interprestasikan oleh khalayak
sehingga akan terjadi suatu perubahan, baik itu yang positif maupun negatif. Pada
dasarnya komunikasi merupakan proses aktivitas manusia dalam hal
menyampaikan atau pertukaran ide (informasi) dari komunikasi yang dilakukan
diharapkan akan merubah tingkah laku seseorang sesuai dengan yang diharapkan.
B. Komunikasi Interpersonal
Komuniksi interpersonal didefinisikan oleh Joseph A. Devito dalam bukunya “ The Interpersonal Communication Book”. (Devito, 1989:4) sebagai “
Proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara
20
or among a small group of persons, with some effect and some immediate feedback).
Berdasarkan devinisi Devito itu, komunikasi interpersonal atau
komunikasi antarpribadi dapat berlangsung antara dua orang yang memang
sedang berdua-duaan seperti suami istri yang sedang bercakap-cakap, atau antara
dua orang dalam suatu pertemuan, misalnya antara penyaji makalah dengan salah
seorang peserta suatu seminar.
Pentingnya situasi komunikasi interpersonal ialah karena prosesnya
memungkinkan berlangsung secara dialogis. Komunikasi yang berlangsung secara
dialogis selalu lebih baik daripada secara monologis. Monolog meenunjukkan
suatu bentuk komunikasi dimana seorang berbicara, yang lain mendengarka, jadi
tidak terdapat interaksi. Hanya komunikator saja yang aktif, sedang komunikan
bersikap pasif. Situasi komunikasi seperti ini terjadi misalnya ketika seorang ayah
member nasehat kepada anaknya yang nakal, seorang istri cerewet yang tengah
memarahi suami sabar yang memang melakukan kesalahan, seorang istruktur
yang memberikan petunjuk tentang cara mengoperasikan sebuah mesin, dan lain
sebagainya. (Uchjana, 1993: 60)
Dialog adalah bentuk komunikasi interpersonal yang menunjukkan
terjadinya interaksi. Mereka yang terlibat dalam komunikasi bentuk ini berfungsi
ganda, masing-masing menjadi pembicara dan pendengar secara bergantian.
Dalam proses komunikasi dialogis nampak adanya upaya dari para pelaku
21
ekonomi. Melainkan didasarkan pada anggapan bahwa masing-masing adalah
manusia yang wajib, berhak, pantas, dan wajar dihargai dan dihormati sebagai
manusia.
Walaupun demikian derajat keakraban dalam komunikasi interpersonal
dialogis pada situasi tertentu bisa berbeda. Komunikasi secara horizontal
selalumenimbulkan derajad keakraban yang lebih tinggi ketimbang komunikasi
secara vertikal. Komunikasi horizontal adalah komunikasi antara orang-orang
yang memiliki kesamaan dalam apa yang disebut Wilbur Schramm Frame of reference (kerangka referensi) yang kadang-kadang dinamakan juga field of experience(bidang pengalaman). Para pelaku komunikasi yang mempunyai kesamaan dalam frame of reference atau field of experienceitu adalah mereka yang sama atau haampir sama dalam tingkat pendidikan. Jenis profesi atau
pekerjaan, agama, bangsa atau bangsa, hobi, ideologi, dan lain sebagainya.
Dua orang yang sama mahasiswa atau sama petani atau
sama-sama anggota ABRI, apabila terlibat dalam suatu percakapan akan asyik dan
akrab disebabkan frame of referencenya sama.
Pada suatu saat ketika anda akan mengkomunikasikan gagasan, informasi,
nasihat, instruksi, atau apa saja kepada orang lain, apakah orang itu istri, anak,
kawan, rekan, anak buah, atau pengikut anda, maka anda akan dihadapkan pada
pemilihan di antara sejumlah bentuk komunikasi: komunikasi interpersonal,
komunikasi kelompok, komunikasi massa, atau bentuk komunikai lain. Sebabnya
ialah karena setiap bentuk komunikasi mempunyai kelebihan dan kekurangan,
22
komunikasi lainnya. Lalu, timbul pertanyaan kini, kelebihan apa, kekuatan apa
dan keuntungan apa dari komunikasi interpersonalyang kita bahas sekarang ini,
manakala anda ternyata menetapkan bentuk komunikasi interpersonal. Untuk itu
seyogyanya memahami beberapa faktor seputar komunikasi interpersonal itu.
(Uchjana, 1993: 60-61)
1. Keampuhan komunikasi interpersonal
Dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya, komunikasi
interpersonal dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap,
kepercayaan, opini, dan perilaku komunikan.
Alasannya adalah sebagai berikut : (Uchjana, 1993:61)
Komunikasi berlangsung secara tatap muka, komunikasi interpersonal
umumnya berlangsung secara tatap muka (face-to-face). Oleh karena anda dengan komunikan anda itu saling bertatap muka, maka terjadilah kontak
pribadi (personal contact); pribadi anda menyentuh pribadi komunikan anda. Ketika anda menyampaikan pesan anda, umpan balik berlangsung seketika
(immediate feedback); anda mengetahui pada saat itu tanggapan komunikan terhadap pesan yang anda lontarkan, ekspresi wajah anda, dan gaya bicara
anda. Apabila umpan baliknya positif, artinya tanggapan komunikan anda itu
menyenangkan anda, anda sudah tentu akan mempertahankan gaya komunikai
anda, sebaliknya jika tanggapan komunikan anda negatif, anda harus
mengubah gaya komukasi anda sampai komunikasi anda berhasil.
Oleh karena keampuhan dalam mengubah sikap, kepercayaan, opini,
23
acapkali dipergunakan untuk melancarkan komunikasi persuasi (persuasive communication) yakni suatu tekhnik komunikasi secara psikologis manusiawi yang sifatnya halus, luwes berupa ajakan, bujukan atau rayuan, tetapi
komunikasi persuasif interpersonal seperti itu hanya digunakan kepada
komunikan yang potensial saja, artinya tokoh yang mempunyai jajaran dengan
pengikutnya atau anak buahnya dalam jumlah yang sangat banyak, sehingga
apabila ia behasil diubah sikapnya atau ideologinya, maka seluruh jajaran
mengikutinya.
2. Jenis-jenis komunikasi interpersonal
Secara teoritis komunikasi interpersonal diklasifikasikan menjadi dua
jenis menurut sifatnya. (Uchjana, 1993: 62)
a. Komunikasi diadik (dyadic communication)
Komunikasi diadik adalah komunikasi interpersonal yang
berlangsung antara dua orang yakni yang seorang adalah komunikator
yang menyampaikan pesan dan seorang lagi komunikan yang menerima
pesan. Oleh karena perilaku komunikasinya dua orang, maka dialog yang
terjadi berlangsung secara intens. Komunikator memusatkan perhatiannya
hanya kepada diri komunikan itu.
Situasi komunikasi seperti itu akan Nampak dalam komunikasi triadic atau
komunikasi kelompok, baik kelompok dalam bentuk keluarga maupun
dalam bentuk kelas atau seminar.
24
Komunikasi triadik adalah komunikasi interpersonal yang
pelakunya terdiri dari tiga orang, yakni seorang komunikator dan dua
orang komunikan. Jika misalanya A yang menjadi komunikator, maka ia
pertama-tama menyampaikan kepada komunikan B, kemudian kalau
dijawab atau ditanggapi, beralih kepada komunikan C, juga secara
berdialogis.
Apabila dibandingkan dengan komunikasi diadik, maka
komunikasi diadik lebih efektif, karena komunikator memusatkan
perhatiannya kepada seorang komunikan, sehingga ia dapat menguasai
frame of reference komunikan sepenuhnya, juga umpan balik yangb berlangsung, kedua faktor yang sangat berpengaruh terhadap efektif
tidaknya proses komunikasi.
Walaupun demikian dibandingkan dengan bentuk-bentuk
komunikasi lainnya, misalnya komunikasi kelompok dan komunikasi
massa, komunikasi triadic karena merupakan komunikasi interpersonal
lebih efektif dalam kegiatan mengubah sikap, opini, atau perilaku
komunikan.
Demikianlah kelebihan, keuntungan, dan kekuatan komunikasi
interpersonal dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya.
Dalam pada itu komunikasi kelompok dan komunikasi massa juga
mempunyaikelebihan, keuntungan, dan kekuatan, tetapi sifatnya lain.
25
Ada beberapa bentuk komunikasi yang bisa digunakan dalam melakukan
proses komunikasi antarpribadi diantaranya: (Hardjana, 2007: 104-120)
1. Dialog
Dialog berasal dari kata yunani diayang mempunyai arti antara, bersama. Sedangkan legein berarti berbicara, bercakap-cakap, bertukar pikiran, dan gagasan bersama. Dialog sendiri merupakan percakapan yang
mempunyai maksud untuk saling mengerti, memahami, dan mampu
menciptakan kedamaian dalam bekerjasama untuk memenuhi kebutuhannya.
Pelaku komunikasi yang terlibat dalam bentuk dialog bisa menyampaikan
beberapa pesan, baik kata, fakta, pemikiran, gagasan dan pendapat, dan saling
berusaha mempertimbangkan, memahami, dan menerima. Dialog yang dapat
dilakukan dengan baik dapat membuahkan hasil yang tidak sedikit, baik pada
tingkat pribadi, yang dapat meningkatkan sikap saling memahami dan
menerima, serta mengembangkan kebersamaan dan hidup yang damai serta
saling menghormati.
2. Sharing
Dalam bentuk komunikasi antarpribadi yang satu ini lebih pada
bertukar pendapat, berbagi pengalaman, merupakan pembicaraan antara dua
orang atau lebih, di mana diantara pelaku komunikasi saling menyampaikan
apa yang telah mereka alami dalam hal yang menjadi bahan pembicaraan.
Semuanya tidak terlepas dari harapan untuk saling bertukar pengalaman hidup
masing-masing guna memperkaya pengalaman hidup pribadi. Dengan bentuk
26
pengalaman diri dengan masukan yang bisa diambil dari curhatan dari lawan
bicaranya, selain itu kita sendiri akan mampu untuk melepaskan batin yang
mungkin selama ini masih menjadi beban pribadi.
3. Wawancara
Dalam komunikasi wawancara merupakan bentuk komunikasi yang
bertujuan untuk tercapainya sesuatu. Pihak yang terjadi dalam komunukasi
dalam bentuk wawancara ini saling berperan aktif dalam pertukaran informasi.
Selama wawancara tersebut berlangsung pihak yang mewawancarai dan yang
diwawancarai, keduanya terlibat dalam proses komunikasi dengan saling
berbicara, mendengar, dan juga menjawabnya.
Dengan menggunakan bentuk komunikasi wawancara dalam
komunikasi antarpribadi mampu memberikan wawasan yang lebih luas,
memberikan inspirasi dan juga mendorong semangat hidup serta mempunyai
motivasi yang tinggi untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi.
4. Konseling
Bentuk komunikasi antarpribadi yang satu ini lebih banyak
dipergunakan di dunia pendidikan, perusahaan untuk masyarakat. Bentuk ini
biasanya digunakan untuk menjernihkan masalah orang yang meminta
bantuan (counsellee) dengan mendampinginya dalam melihat masalah, memutuskan masalah, menemukan cara-cara pemecahan masalah yang tepat,
dan memungkinkan untuk mencari cara yang tepat untuk pelaksanaan
keputusan tersebut. (Hardjana, 2007: 116)
27
Fungsi komunikasi antarpribadi atau komunikasiinterpersonaladalah
berusaha meningkatkan hubungan insani (human relations), menghindari dan
mengatasi konflik-konflik pribadi, mengurangi ketidak pastian sesuatu, serta
berbagi pengetahuan dan pengalaman orang lain. (Canggara, 2004, 33)
Komunikasi antarpribadi, dapat meningkatkan hubungan kemanusiaan
diantara pihak-pihak yang berkomunikasi. Dalam hidup bermasyarakat seseorang
bisa memperoleh kemudahankemudahan dalam hidupnya karena memiliki banyak
sahabat. Melalui komunikasi antarpribadi, juga dapat berusaha membina
hubungan baik, sehingga menghindari dan mengatasi terjadinya konflik-konflik
diantara kita, apakah dengan tetangga, teman atau dengan orang lain. (Canggara,
2004: 56)
Fungsi komunikasi interpersonal adalah sebagai tujuan di mana
komunikasi digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Fungsi utama komunikasi
ialah mengendalikan lingkungan guna memperoleh imbalan-imbalan tertentu
berupa fisik, ekonomi, dan sosial. Sebagaimana telah dikemukaan bahwa
komunikasi insani atau human communication baik yang non antarpribadi maupun yang antarpribadi semuanya mengenai pengendalian lingkungan guna
mendapatkan imbalan seperti dalam bentuk fisik, ekonomi, dan sosial (Miller &
Steinberg, 1975). Keberhasilan yang relatif dalam melakukan pengendalian
lingkungan melalui komunikasi menambahkemungkinan menjadi bahagia,
kehidupan pribadi yang produktif. Kegagalan relatif mengarah kepada ketidak
28
Sedangkan yang dimaksud dengan imbalan ialah setiap akibat berupa
perolehan fisik, ekonomi, dan sosial yang dinilai positif. Uang sebagai perolehan
ekonomi yang dinilai positif. Jika seorang pegawai berhasil mengendalikan
perilaku atasannya, seperti rajin, prestasi kerja baik, dan jujur, maka menurut
logikanya ia akan memperoleh kenaikan upah atau gaji. Inilah yang disebut
imbalan dalam bentuk ekonomi berupa uang. Sedangkan atasannya juga
mendapatkan imbalan dengan betuk sosial berupa kepuasan karena ia merasa puas
akan kinerja bawahannya yang baik. Demikian pula jika seorang
salesmanmampumengendalikan reaksi pelanggannya yaitu mau membeli produk
yang ditawarkannya, maka ia akan memperoleh imbalan dalam bentuk ekonomi
berupa komisi dari perusahaanya. Imbalan berupa hal-hal yang menyenangkan
seperti yang diperoleh atasan tadi yang bukan berupa nilai materi berupa
senyuman dengan wajah yang menyena menyenangkan sebagai rasa terima kasih
kepada pihak lain. Rasa puas kalau kita dapat menolong orang dalam kesusahan
sebagai imbalan dalam bentuk sosial.
Kita dapat membedakan pengendalian lingkungan dalam dua tingkatan,
yaitu:
1. Hasil yang diperoleh sesuai dengan apa yang diinginkan yang dinamakan
compliance.
2. Hasil yang diperoleh mencerminkan adanya kompromi dari keinginan
semula bagi pihak-pihak yang terlibat, yang dinamakan penyelesaian
29
Adapun fungsi yang lain dari komunikasi interpersonalatau komunikasi
antarpribadi: (Widjaja, 1993)
1. Mengenal diri sendiri dan orang lain.
2. Komunikasi antarpribadi memungkinkan kita untuk mengetahui
lingkungan kita secara baik.
3. Menciptakan dan memelihara hubungan baik antar personal.
4. Mengubah sikap dan prilaku.
5. Bermain dan mencari hiburan dengaan berbagai kesenangan pribadi.
6. Membantu orang lain dalam menyelesaikan persoalan.
Fungsi global dari pada komunikasi antar pribadi adalah menyampaikan
pesan yang feed backnya diperoleh saat proses komuniksi tersebut berlangsung.
E. Proses Komunikasi Interpersonal
Secara bahasa porses dapat diartikan sebagai sebuah urutan pelaksanaan
atau kejadian yang terjadi secara alami atau didesain dan biasanya menggunakan
waktu, ruang, keahlian atau sumber daya lainnya sehingga menghasilkan suatu
hasil. Suatu proses dapatdikenali oleh perubahan yang diciptakan terhadap
sifat-sifat dari satu atau lebih objek di bawah pengaruhnya.
Menurut Luncaid (1987) proses adalah suatu perubahan atau rangkaian
tindakan suatu peristiwa selama beberapa waktu dan yang menuju suatu hasil
tertentu. Proses merupakan rangkain tindakan maupun pembuatan serta
pengolahan yang menghasilkan sesuatu. Jadi apabila suatu perbuatan mulai dari
awal sampai berakhirnya suatu tindakan sehingga membuahkan hasil. Apabila
30
sebagai suatu proses dapat menggambarkan suatu peristiwa atau perubahan yang
susul menyusul, terus menerus dan karenanya komunikasi itu tumbuh, berubah,
berganti, bergerak sampai akhir zaman.
Dalam komunikasi proses komunikasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu
proses komunikasi primer dan sekunder. Proses komunikasi primer adalah proses
penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan lambang (simbol) sebagai media (Hasan, 2005). Biasanya proses
komunikasi ini dilakukan dalam bentuk antarpribadi yang melibatkan dua orang
dalam situasi interaksi, komunikator mengirim pesan kepada komunikan. Disini
komunikator menjadi Encoderdan komunikan menjadi Decoder. Akan tetapi komunikasi antar pribadi bersifat dialogisme, makaterjadilah pertukaran pesan,
dimana komunikator menjadi Encoder (pengirim) sementara komunikan menjadi
decoder(penerima), maka dapat pula terjadi sebaliknya.Dalam komunikasi antarpribadi, karena situasinya adalah tatap muka (face to face communication), tanggapan komunikan dapat diketahui karena umpan baliknya bersifat langsung
dan hal itu dikatakan umpan balik seketika (immediate feed back) berbeda dengan komunikasi bermedia, dimana umpan balik tertunda (delayed feed back). (Uchjana, 2001: 15)
Dalam komunikasi bahasa disebut lambang verbal (verbal symbol) sedangkan lambang-lambang yang bukan bahasa dinamakan lambang non verbal
31
kualitas vokal (vocal qualities), isyarat (gesture), gerakan (movement), penampilan (appearance), ekspresi wajah (facial expression). (Sendjaja, 1994: 228)
Proses komunikasi primer telah dipaparkan diatas. Kemudian proses
komunikasi sekunder yang merupakan bagian kedua dari proses komunikasi
adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan
menggunakan alat atausarana sebagai media kedua setelah memakai lambing
sebagai media pertama. Dalam hal ini biasanya lebih dikenal dengan sebutan
komunikasi bermedia
Berikut merupakan gambar proses komunikasi interpersonal:
Gambar 1.1 model Schramm
F. Tujuan Komunikasi Interpersonal
messege
Encoder Interpreter
decoder
messege Encoder
32
Komunikasi interpersonal mungkin mempunyai beberapa tujuan. Di sini
akan dipaparkan 6 tujuan, antara lain ( Muhammad, 2004: 165-168 ) :
1. Menemukan diri sendiri
Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan
personal atau pribadi. Bila kita terlibat dalam pertemuan interpersonal dengan
orang lain kita belajar banyak sekali tentang diri kita maupun orang lain.
Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada kita untuk
berbicara tentang apa yang kita sukai, atau mengenai diri kita. Adalah sangat
menarik dan mengasyikkan bila berdiskusi mengenai perasaan, pikiran, dan
tingkah laku kita sendiri. Dengan membicarakan diri kita dengan orang lain,
kita memberikan sumber balikan yang luar biasa pada perasaan, pikiran, dan
tingkah laku kita.
2. Menemukan dunia luar
Hanya komunikasi interpersonal menjadikan kita dapat memahami
lebih banyak tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita.
Banyak informasi yang kita ketahui datang dari komunikasi interpersonal,
meskipun banyak jumlah informasi yang datang kepada kita dari media massa
hal itu seringkali didiskusikan dan akhirnya dipelajari atau didalami melalui
interaksi interpersonal.
3. Membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti
Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan
33
dalam komunikasi interpersonal diabadikan untuk membentuk dan menjaga
hubungan sosial dengan orang lain.
4. Berubah sikap dan tingkah laku
Banyak waktu kita pergunakan untuk mengubah sikap dan tingkah
laku orang lain dengan pertemuan interpersonal. Kita boleh menginginkan
mereka memilih cara tertentu, misalnya mencoba diet yang baru, membeli
barang tertentu, melihat film, menulis membaca buku, memasuki bidang
tertentu dan percaya bahwa sesuatu itu benar atau salah. Kita banyak
menggunakan waktu waktu terlibat dalam posisi interpersonal.
5. Untuk bermain dan kesenangan
Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama
adalah mencari kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas kita
pada waktu akhir pekan, berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan cerita
dan cerita lucu pada umumnya hal itu adalah merupakan pembicaraan yang
untuk menghabiskan waktu. Dengan melakukan komunikasi interpersonal
semacam itu dapat memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran
yang memerlukan rileks dari semua keseriusan di lingkungan kita.
6. Untuk membantu
Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakkan
komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesional mereka untuk
mengarahkan kliennya. Kita semua juga berfungsi membantu orang lain dalam
34
teman yang putus cinta, berkonsultasi dengan mahasiswa tentang mata kuliah
yang sebaiknya diambil dan lain sebagainya.
G. Efektivitas Komunikasi Interpersonal
Efektivitas Komunikasi Interpersonal dimulai dengan lima kualitas umum
yang dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality).(Devito, 1997: 259-264).
1. Keterbukaan (Openness)
Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari
komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif
harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti
bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat
hidupnya.memang ini mungkin menarik, tapi biasanya tidak membantu
komunikasi. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri
mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan
pengungkapan diri ini patut. Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada
kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang
datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya
merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Kita ingin orang bereaksi
secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan. Dan kita berhak
mengharapkan hal ini. Tidak ada yang lebih buruk daripada ketidak acuhan,
bahkan ketidaksependapatan jauh lebih menyenangkan. Kita memperlihatkan
35
Aspek ketiga menyangkut kepemilikan perasaan dan pikiran (Bochner
dan Kelly, 1974). Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa
perasaan dan pikiran yang anda lontarkan adalah memang milik anda dan anda
bertanggungjawab atasnya. Cara terbaik untuk menyatakan tanggung jawab ini
adalah dengan pesan yang menggunakan kata Saya (kata ganti orang pertama
tunggal).
2. Empati (empathy)
Henry Backrack (1976) mendefinisikan empati sebagai ”kemampuan
seseorang untuk ‘mengetahui’ apa yang sedang dialami orang lain pada suatu
saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu.” Bersimpati, di pihak lain adalah merasakan bagi orang lain atau merasa
ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang
yang mengalaminya, berada di kapal yang sama dan merasakan perasaan yang
sama dengan cara yang sama. Orang yang empatik mampu memahami
motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan
dan keinginan mereka untuk masa mendatang. Kita dapat mengkomunikasikan
empati baik secara verbal maupun non verbal. Secara nonverbal, kita dapat
mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan (1) keterlibatan aktif
dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai; (2)
konsentrasi terpusat meliputi komtak mata, postur tubuh yang penuh
perhatian, dan kedekatan fisik; serta (3) sentuhan atau belaian yang
sepantasnya.
36
Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat
sikap mendukung (supportiveness). Suatu konsep yang perumusannya
dilakukan berdasarkan karya Jack Gibb. Komunikasi yang terbuka dan
empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Kita
memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap (1) deskriptif, bukan
evaluatif, (2) spontan, bukan strategic, dan (3) provisional, bukan sangat
yakin.
4. Sikap positif (positiveness)
Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal
dengan sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif
mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif
mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama,
komunikasi interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif
terhadap diri mereka sendiri. Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi
pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang
lebih menyenangkan daripada berkomunikasi dengan orang yang tidak
menikmati interaksi atau tidak bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi
atau suasana interaksi.
5. Kesetaraan (Equality)
Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang
mungkin lebih pandai. Lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis
daripada yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam
37
lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan secara
diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa
masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.
Dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan,
ketidak-sependapatan dan konflik lebih dillihat sebagai upaya untuk memahami
perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan
pihak lain.kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui
begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti
kita menerima pihak lain, atau menurut istilah Carl rogers, kesetaraan meminta kita untuk memberikan ”penghargaan positif tak bersyarat” kepada
orang lain.
H. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal
Menurut Lunandi (1994, 85) ada enam faktor yang mempengaruhi
komunikasi interpersonal. Faktor-faktor tersebut adalah :
1. Citra Diri (Self Image)
Setiap manusia merupakan gambaran tertentu mengenai dirinya, status
sosialnya, kelebihan dan kekurangannya. Dengan kata lain citra diri
menentukan ekspresi dan persepsi orang. Manusia belajar menciptakan citra
diri melalui hubungannya dengan orang lain, terutama manusia lain yang
penting bagi dirinya.
2. Citra Pihak Lain (The Image of The Others)
Citra pihak lain juga menentukan cara dan kemampuan orang
38
mempunyai gambaran khas bagi dirinya. Kadang dengan orang yang satu
komunikatif lancar, tenang, jelas dengan orang lainnya tahu-tahu jadi gugup
dan bingung. Ternyata pada saat berkomunikasi dirasakan campur tangan citra
diri dan citra pihak lain.
3. Lingkungan Fisik
Tingkah laku manusia berbeda dari satu tempat ke tempat lain, karena
setiap tempat ada norma sendiri yang harus ditaati. Disamping itu suatu
tempat atau disebut lingkungan fisik sudah barang tentu ada kaitannya juga
dengan kedua faktor di atas.
4. Lingkungan Sosial
Sebagaimana lingkungan, yaitu fisik dan sosial mempengaruhi tingkah
laku dan komunikasi, tingkah laku dan komunikasi mempengaruhi suasana
lingkungan, setiap orang harus memiliki kepekaan terhadap lingkungan tempat
berada, memiliki kemahiran untuk membedakan lingkungan yang satu dengan
lingkungan yang lain.
5. Kondisi
Kondisi fisik punya pengaruh terhadap komunikasi yang sedang sakit
kurang cermat dalam memilih kata-kata. Kondisi emosional yang kurang
stabil, komunikasinya juga kurang stabil, karena komunikasi berlangsung
timbal balik. Kondisi tersebut bukan hanya mempengaruhi pengiriman
komunikasi juga penerima. Komunikasi berarti peluapan sesuatu yang
terpenting adalah meringankan kesesalan yang dapat membantu meletakkan
39 6. Bahasa Badan
Komunikasi tidak hanya dikirim atau terkirim melalui kata-kata yang
diucapkan. Badan juga merupakan medium komunikasi yang kadang sangat
efektif kadang pula dapat samar. Akan tetapi dalam hubungan antara orang
dalam sebuah lingkungan kerja tubuh dapat ditafsirkan secara umum sebagai
bahasa atau pernyataan.
Sering kali dalam komunikasi interpersonal antara komunikator
(bidan) dengan komunikan (klien) tidak saling memahami maksud pesan atau
informasi yang disampaikan. Hal ini di sebabkan beberapa masalah, di
antaranya, (Rakhmat, 1994)
1. Komunikator, kesulitan biologis maupun gangguan psikologis dari komunikator. misal, komunikator yang gagap dan gugup
2. Media, meliputi hambatan teknis, hambatan geografis, hambatan simbol atau bahasa, dan hambatan budaya.
3. Komunikan, hambatan yang berkaitan dengan hambatan biologis seperti komunikan yang tuli. hambatan psikologis, seperti komunikan yang sulit konsentrasi dengan pembicaraan.
4. Interaksi Sosial, hasil dari interaksi dapat bersifat positif, yaitu suatu interaksi yang mengarah kerja sama dan menguntungkan. Dan dapat juga bersifat negatif, yaitu suatu interaksi yang mengarah suatu pertentangan yang berakibat buruk atau merugikan.
5. Kultur, istilah kultur merupakan penyebutan terhadap istilah budaya. Perbedaan kultur menyebabkan terjadinya perbedaan persepsi, perbedaan gaya bahasa, penafsiran yang berbeda hingga tujuan pesan, Dan terjadi penolakan dalam komunikasi interpersonal.
6. Experience (pengalaman), Perbedaan pengalaman antar individu bermula dari perbedaan persepsi masing- masing tentang sesuatu hal. Perbedaan persepsi disebabkan oleh perbedaan kemampuan kognitif, afektif, dan konatif, sehingga kondisi ini akan memberikan perbedaan komunikasi interpersonal.
I. Tinjauan Tentang Penanaman Nilai-nilai Akhlak
40
Mukhtar Effendy mengartikan nilai sebagai hal-hal yang bersifat
abstrak dan mengandung manfaat atau berguna bagi manusia(Bagus, 1996:
713). SedangkanLorens Bagus menyebutkan nilai sebagai harkat kualitas
suatu hal yang dianggap istimewa dan yang disukai, karena mempunyai nilai
yang tinggi.Berbeda dengan kedua pendapat di atas, Peter Salimdan Yeny
Salimyang menyebutkan bahwa nilai merupakan suatu konsep abstrak yang
terdapat dalam diri manusia mengenai sesuatu yang dianggap baik dan benar
dalamhal-hal yang dianggap benar dan salah(Salim, 1996: 1034).
Sedangkan akhlak menurut Ahmad Warson Munawwir merupakan bentuk jama’ (plural) dari kata قلخ yang berarti “tabiat, budi pekerti, kebiasaan”(Munawwir, 1997: 364).
Zainudin dkk mengartikan akhlak sebagai ibarat (sifat atau keadaan)
dari prilaku yang konstan (tetap) yang meresap kedalamjiwa, dari padanya
tumbuh perbuatan-perbuatan dengan wajar dan mudah, tanpa memerlukan
pikiran dan pertimbangan (Zainuddin, 1991: 102). Sedangkan M Ali Hasan
dkk mengartikan akhlak sebagai kualitas dari tingkah laku, ucapan dan sikap
seseorang yang mempunyai nilai tinggi ataupun rendah, yang dilakukan secara
lahir maupun batin (Hasan, 1996: 18).
Al-Ghozali sebagaimana dikutip H. Rachmat Djatnika (1996: 27), Ibnu
Maskawih sebagaimana dikutip A. Mustofa (1999: 12), dan IbrahimAnis
sebagaimana dikutip Asmaran AS (1992:2) yang menyatakan bahwa akhlak
merupakan sifat ataupun keadaan jiwa seseorang yang mendorong manusia