• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank - PENGARUH CAR, NPL, NPM, ROA, BOPO, LDR TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank - PENGARUH CAR, NPL, NPM, ROA, BOPO, LDR TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA - repository perpustakaan"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bank

2.1.1. Pengertian Bank

Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam

perekonomian suatu negara. Perbankan mempunyai kegiatan yang

mempertemukan pihak yang membutuhkan dana (borrower) dan pihak yang mempunyai kelebihan dana (saver). Bank berasal dari bahasa Itali yakni “Banco” yang berarti “Bangku atau Kursi”. Bank merupakan lembaga keuangan yang fungsi utamanya adalah menghimpun dana dari

masyarakat, menyalurkan dana kepada masyarakat, dan juga memberikan

pelayanan dalam bentuk jasa-jasa perbankan (Ismail, 2010 :12). Menurut

Undang-Undang RI No.10 tahun 1998, mengatakan bahwa Bank adalah

Badan Usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam rangka

meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

2.1.2. Laporan Keuangan Bank

Setiap perusahaan, baik bank maupun non bank pada suatu waktu

(periode tertentu) akan melaporkan kegiatan keuangannya. Informasi

tentang proses keuangan perusahaan, kinerja perusahaan, aliran kas dan

informasi lainnya yang berkaitan dengan laporan keuangan dapat diperoleh

(2)

memberikan informasi keuangan perusahaan, baik kepada pemilik,

manajemen, maupun pihak luar yang berkepentingan terhadap laporan

keuangan tersebut. Laporan keuangan bank menunjukkan kondisi

keuangan bank secara keseluruhan. Dari laporan ini akan terlihat

bagaimana kondisi bank yang sesungguhnya, termasuk kekuatan dan

kelemahan yang dimiliki. Laporan ini juga menunjukkan kinerja

manajemen bank selama periode tertentu. Keuntungan dengan membaca

laporan ini pihak manajemen dapat memperbaiki kelemahan yang ada

serta mempertahankan kekuatan yang dimiliki.

Laporan keuangan yang disajikan manajemen terdiri dari empat

laporan utama yang menggambarkan sumber-sumber kekayaan (assets), kewajiban (liabilities), profitabilitas, dan transaksi-transaksi yang menyebabkan arus kas perusahaan. Dari laporan keuangan tersebut para

investor dapat memberikan gambaran kondisi keuangan perusahaan.

Laporan keuangan kemudian dianalisis untuk diketahui apakah perusahaan

tersebut mempunyai prospek yang bagus di masa yang akan datang.

Dalam menyajikan informsi tentang laporan keuangan, pihak bank

memiliki laporan keuangan tersendiri. Laporan keuangan bank yang

lengkap terdiri dari neraca, laporan komitmen dan kontijensi, laporan laba

rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan

keuangan.

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) No 1, tujuan laporan

(3)

keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan

dalam pengambilan keputusan. Laporan yang disajikan oleh suatu

perusahaan dalam hal ini lembaga perbankan pada periode tertentu

bertujuan, antara lain: (1) Memberikan informasi tentang posisi keuangan

bank menyangkut harta bank, kewajiban bank serta modal bank pada

periode tertentu; (2) Memberikan informasi menyangkut laba rugi suatu

bank pada periode tertentu; (3) Memberikan informasi bagi pihak-pihak

yang berkepentingan dengan laporan keuangan yang disajikan suatu bank;

(4) Memberikan informasi tentang performance suatu bank (Faud dan Rustam, 2005:17).

2.2. Analisis Rasio Keuangan

Dalam menilai dan mengevaluasi kondisi keuangan dan prestasi suatu

perusahaan diperlukan adanya ukuran tertentu. Ukuran yang seringkali

digunakan adalah analisis keuangan adalah rasio. Menurut Riyanto (1998:

239) dalam Nugraheni dan Hapsoro (2007), rasio adalah alat yang dinyatakan

dalam arithmetical term yang dapat digunakan untuk menunjukkan hubungan antara dua data keuangan.

Analisis rasio keuangan merupakan analisis dengan jalan

membandingkan satu pos dengan pos laporan keuangan lainnya secara

individu maupun bersama-sama guna mengetahui hubungan diantara pos

tertentu, baik dalam neraca maupun laporan laba rugi. Analisis dan penafsiran

(4)

terhadap prestasi dan kondisi keuangan daripada analisis hanya terhadap data

keuangan saja. Menurut Husnan (1992) dalam Nugraheni dan Hapsoro

(2007), analisis rasio keuangan pada umumnya melibatkan dua jenis

perbandingan, yaitu:

1. Perbandingan internal yang membandingkan rasio saat ini dengan rasio

masa lalu dan yang diharapkan di masa yang akan datang untuk

perusahaan yang sama.

2. Perbandingan eksternal yang membandingkan rasio suatu perusahaan

dengan perusahaan lain yang sejenis atau dengan rata-rata industri pada

titik yang sama.

Setiap laporan keuangan yang dibentuk memiliki tujuan yang ingin

dicapai oleh masing-masing perusahaan. Tujuan penggunaan rasio keuangan

khususnya untuk perusahaan perbankan dapat digolongkan sebagai berikut :

1. Aspek permodalan : tujuan penggunaannya adalah untuk mengetahui

kemampuan kecukupan modal bank dalam mendukung bank secara

efisien.

2. Aspek likuiditas : tujuan penggunaannya adalah untuk mengukur

kemampuan bank dalam menyelesaikan kewajiban jangka pendek.

3. Aspek rentabilitas : tujuan penggunaannya adalah untuk mengetahui

kemampuan bank dalam menghasilkan keuntungan melalui operasi bank.

4. Aspek resiko usaha : tujuan penggunaannya adalah untuk mengukur

(5)

5. Aspek efisiensi usaha : tujuan penggunaannya adalah untuk mengetahui

kinerja manajemen dalam menggunakan semua aset secara efisien.

Dalam analisa laporan keuangan pada umumnya digunakan

perhitungan rasio. Dengan melakukan analisis terhadap neraca dan

perhitungan laba rugi, akan diketahui hubungan timbal balik antara aktiva,

hutang/ kewajiban dan modal bank. Dari laporan keuangan tersebut dapat

pula diketahui 6 faktor penting untuk menilai usaha bank yaitu permodalan,

kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas (earnings), likuiditas, dan sensitivitas terhadap risiko pasar yang dikenal dengan CAMELS sesuai

dengan Peraturan Bank Indonesia N0. 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004

yang berisi tentang panduan dalam menilai tingkat kesehatan bank.

Faktor permodalan (capital) yaitu sampai dimana bank memenuhi penilaian permodalan bank, kecukupan penyediaan modal terhadap Aktiva

Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). Dengan modal sendiri yang cukup,

bank dapat memanfaatkan sebagian dari padanya untuk membiayai kebutuhan

atas prasarana dan sarana operasi yang memadai. Faktor kualitas aktiva

produktif yaitu sejauhmana bank memelihara kualitas aktivanya seproduktif

mungkin sehingga menjamin hasil yang mendukung rentabilitas.

Penilaian kepada manajemen dibagi dalam 5 kelompok yaitu

manajemen permodalan, manajemen aktiva, manajemen rentabilitas,

(6)

didasarkan untuk mengetahui kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban

jangka pendeknya.

Kinerja suatu perusahaan diukur dari seberapa besar perusahaan

tersebut mendatangkan keuntungan. Sehingga dengan kinerja yang semakin

tinggi, maka keuntungan yang diperoleh perusahaan tersebut akan semakin

banyak. Analisis rasio keuangan dapat digunakan untuk mengukur kinerja

perusahaan. Rasio keuangan perbankan yang digunakan sebagai proksi

kinerja perbankan dalam penelitian ini adalah Capital Adequacy Ratio

(CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Profit Margin (NPM), Return On Assets (ROA), Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional (BOPO),

Loan to Deposit Ratio (LDR). 2.2.1. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit,

penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana

modal sendiri bank, disamping memperoleh dana-dana dari

sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang). Rasio

permodalan ini merupakan komponen kecukupan pemenuhan KPMM

(Kewajiban Penyediaan Modal Minimum) terhadap ketentuan yang

berlaku. Rasio CAR diperoleh dari modal yang dibagi dengan ATMR

(Aktiva Tertimbang Menurut Risiko). Rasio ini dapat dirumuskan sebagai

berikut (SE No.12/11/DPNP Tanggal 31 Maret 2010 lampiran 14):

CAR = 100%

ResikoX rut

imbangMenu AktivaTert

(7)

Modal terdiri dari modal inti dan modal pelengkap. Modal inti terdiri dari :

1. Modal disetor yaitu modal yang telah disetor secara efektif oleh

pemiliknya.

2. Cadangan tambahan modal, terdiri dari :

a. Faktor penambah, yaitu :

1. Agio saham yaitu selisih setoran modal yang diterima oleh bank

sebagai harga saham yang melebihi nilai nominalnya.

2. Modal sumbangan yaitu modal yang diperoleh kembali dari

sumbangan saham, termasuk selisih antara nilai yang tercatat

dengan harga jual apabila saham tersebut dijual.

3. Cadangan umum modal yaitu cadangan yang dibentuk dari

penyisihan laba yang ditahan atau dari laba bersih dikurangi pajak.

4. Cadangan tujuan modal yaitu laba setelah dikurangi pajak yang

disisihkan untuk tujuan tertentu.

5. Laba tahun-tahun lalu setelah diperhitungkan pajak yaitu seluruh

laba tahun lalu setelah diperhitungkan pajak, dan belum ditetapkan

penggunaannya dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

6. Laba tahun berjalan setelah diperhitungkan taksiran pajak yaitu

laba yang diperoleh dalam tahun berjalan setelah dikurangi taksiran

pajak, dan yang diperkirakan dalam modal inti sebesar 50%.

7. Selisih lebih penjabaran laporan keuangan kantor cabang luar

negeri.

(8)

b. Faktor pengurang, yaitu :

1. Disagio

2. Rugi tahun-tahun lalu

3. Rugi tahun berjalan

4. Selisih kurang penjabaran laporan keuangan kantor cabang di luar

negeri

5. Penurunan nilai penyertaan pada portofolio yang tersedia untuk di

jual.

Modal inti diperhitungkan dengan faktor pengurang berupa goodwill. Modal

pelengkap terdiri dari :

1. Cadangan revaluasi aktiva tetap yaitu cadangan yang diterima dari selisih

penilaian aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan dari Direktorat

Pajak.

2. Cadangan umum Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (maksimal

1,25% dari ATMR) yaitu cadangan yang dibentuk dengan membebani

laba rugi tahun berjalan.

3. Modal pinjaman yaitu hutang didukung oleh warkat yang memiliki sifat

seperti modal dengan ciri-ciri tidak dijaminkan oleh bank yang

bersangkutan.

4. Pinjaman subordinasi (maksimal 50% dari modal inti) yaitu pinjaman

yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1) Ada pinjaman tertulis antara pihak bank dengan pemberi pinjaman.

(9)

3) Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan telah disetor penuh.

4) Minimal jangka waktu 5 tahun. Pelunasan sebelum jatuh tempo harus

mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Bank Indonesia, dan

dengan pelunasan tersebut permodalan bank tetap sehat.

5) Hak tagihnya dalam hal terjadi likuidasi berlaku paling akhir dari

segala pinjaman yang ada (kedudukan sama dengan modal).

5. Peningkatan nilai penyertaan pada portofolio yang tersedia untuk dijual

setinggi-tingginya 45%.

Aktiva tertimbang menurut resiko adalah nilai total masing-masing aktiva

bank setelah dikalikan dengan masing-masing bobot resiko aktiva tersebut.

Aktiva yang paling tidak berisiko diberi bobot 0% dan aktiva yang paling

berisiko diberi bobot 100%. ATMR menunjukkan nilai aktiva berisiko yang

memerlukan antisipasi modal dalam jumlah yang cukup. ATMR merupakan

penjumlahan dari ATMR aktiva neraca dan ATMR rekening administratif.

Aktiva neraca terdiri dari:

1. Kas dengan bobot risiko 0%

2. Emas dan mata uang emas dengan bobot risiko 0%

3. Giro pada BI dengan bobot risiko 0%

4. Tagihan pada bank lain

1) Bank Sentral Negara lain dengan bobot risiko 20%

2) Bank lain dengan bobot risiko 0%

(10)

1) SBI, treasury Bill dan Sertifikat Bank Sentral Negara lain dengan bobot risiko 0%

2) SBPU yang diterbitkan terdiri dari Bank Sentral dan Pemerintah pusat

0%, Bank lain 20% dan pihak swasta lainnya dengan bobot risiko 100%

3) Saham dan obligasi yang diterbitkan terdiri dari bank lain 20% dan

pihak swasta lainnya 100%

6. Kredit yang diberikan kepada atau dijamin oleh

1) Bank sentral dan Pemerintah Pusat 0%

2) Bank lain 20%

3) Kredit pemilikan rumah 50%

4) Pihak lainnya 100%

7. Penyertaan 100%

8. Aktiva tetap dan inventaris 100%

9. Antar kantor aktiva 100%

10. Rupa-rupa aktiva

1) Tagihan dalam rangka inkaso 20%

2) Lainnya 100%

Sedangkan rekening administratif terdiri dari:

1. Fasilitas kredit yang belum digunakan

1) Yang disediakan bagi dan dijamin oleh : Bank sentral dan Pemerintah

Pusat 0%, Bank lain 20%, Pihak lainnya 100%

2) Yang disediakan dalam rangka Kredit pemilikan rumah 50%

(11)

1) Dalam rangka pemberian kredit masuk L/C : Bank sentral dan

Pemerintah Pusat 0%, Bank lain 20%, Pihak lainnya 100%

2) Bukan dalam rangka pemberian kredit : Bank sentral dan Pemerintah

Pusat 0%, Bank lain 0%, Pihak lainnya 0%

3) L/C yang masih berlaku : Bank sentral dan Pemerintah Pusat 0%, Bank

lain 0%, Pihak lainnya 0%

3. Kewajiban membeli kembali aktiva bank 0%

4. Posisi neto kontrak berjangka valuta asing dan swap bunga 0%

2.2.2. Non Performing Loan (NPL)

NPL (Non Performing Loan) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang

diberikan oleh bank. NPL dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah

kredit yang bermasalah dibandingkan dengan total kredit. Kredit adalah kredit

sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai penilaian

kualitas aset bank umum. Kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas

kurang lancar, diragukan, dan macet. Kredit bermasalah dihitung berdasarkan

nilai tercatat dalam neraca, secara gross (sebelum dikurangi CKPN/Cadangan Kerugian Penurunan Nilai). Total kredit dihitung berdasarkan nilai tercatat

dalam neraca, secara gross (sebelum dikurangi CKPN). NPL (Non Performing Loan) dapat dirumuskan sebagai berikut (SE No.12/11/DPNP Tanggal 31 Maret 2010 lampiran 14) :

NPL = X100%

t TotalKredi

(12)

Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan,

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank

dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi

utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Kredit

bermasalah disebabkan oleh kegagalan pihak debitur memenuhi

kewajibannya untuk membayar angsuran pokok kredit beserta bunga yang

telah disepakati kedua belah pihak dalam perjanjian kredit. Kredit bermasalah

di bagi menjadi:

1. Kredit Kurang Lancar yaitu kredit yang pengembalian pokok pinjaman

dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan selama tiga bulan

dari waktu yang telah diperjanjikan.

2. Kredit Diragukan yaitu kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan

pembayaran bunganya telah mengalami penundaan selama enam bulan

atau dua kali dari jadwal yang telah diperjanjikan.

3. Kredit Macet yaitu kredit pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran

bunganya telah mengalami penundaan selama lebih dari satu tahun sejak

jatuh tempo dari jadwal yang telah diperjanjikan.

2.2.3. Net Profit Margin (NPM)

Net Profit Margin (NPM) adalah rasio yang menggambarkan tingkat keuntungan (laba bersih setelah pajak) yang diperoleh bank dibandingkan

dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya. Rasio NPM

mengacu kepada pendapatan operasional bank yang terutama berasal dari

(13)

seperti resiko kredit (kredit bermasalah dan kredit macet), bunga (negative spread), kurs valas (jika kredit diberikan dalam valas). Net Profit Margin

(NPM) dapat dirumuskan sebagai berikut (Kasmir, 2003:280) :

NPM = 100%

tanOperasional X Pendapa

LabaBersih

Laba bersih setelah pajak adalah laba bersih bank setelah dikurangi

pajak penghasilan. Pendapatan operasional terdiri dari:

1. Pendapatan Bunga

2. Komisi dan provisi

3. Pendapatan atas transaksi valuta asing

4. Transaksi berjangka valuta asing

5. Swap suku bunga

Pendapatan operasional lainnya terdiri dari penerimaan deviden dari anak

perusahaan atau penyertaan saham, laba rugi penjualan surat berharga pasar

modal dan lainnya.

2.2.4. Return On Assets (ROA)

Return On Assets (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba setelah pajak) secara

keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat

keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank

tersebut dari segi penggunaan aset. ROA dapat dihitung dengan rumus

(Helfert, 1991:64) :

ROA = X100%

(14)

Laba setelah pajak adalah laba bersih bank setelah dikurangi pajak

penghasilan. Total asetmerupakan komponen yang terdiri dari kas, giro pada

BI, penempatan pada bank lain, surat-surat berharga, kredit yang diberikan,

pendapatan yang masih akan diterima, biaya dibayar dimuka, uang muka

pajak, aktiva tetap dan penyusutan aktiva tetap lain-lain.

2.2.5. Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional (BOPO)

Rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi

dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat

kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara,

yaitu menghimpun dana dan menyalurkan dana (misalnya dana masyarakat),

maka beban dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga

dan hasil bunga. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (SE

No.12/11/DPNP Tanggal 31 Maret 2010 lampiran 14) :

BOPO = 100%

tanOperasional X pa

TotalPenda

l Operasiona TotalBeban

Beban operasional merupakan beban yang dikeluarkan dalam

membiayai kegiatan operasional bank. Beban operasional terdiri dari beban

bunga. Beban operasional lainnya terdiri dari beban gaji dan tunjangan, beban

umum dan administrasi, beban promosi, beban premi penjaminan dan

lain-lain. Pendapatan operasional terdiri dari pendapatan bunga, komisi dan

provisi, pendapatan atas transaksi valuta asing, transaksi berjangka valuta

asing, swap suku bunga. Pendapatan operasional lainnya terdiri dari

penerimaan deviden dari anak perusahaan atau penyertaan saham, laba rugi

(15)

2.2.6. Loan to Deposit Ratio (LDR)

Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Loan to Deposit Ratio (LDR) menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit

yang diberikan sebagi sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio LDR

memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang

bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk

membiayai kredit menjadi semakin besar. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai

berikut (SE No.12/11/DPNP Tanggal 31 Maret 2010 lampiran 14) :

LDR = X100%

etiga DanaPihakK

Kredit

Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan,

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank

dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi

utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Dana Pihak

Ketiga adalah kewajiban Bank kepada penduduk dan bukan penduduk dalam

rupiah dan valuta asing. DPK dalam rupiah meliputi kewajiban dalam rupiah

kepada pihak ketiga bukan bank, baik kepada penduduk maupun bukan

penduduk, yang terdiri dari:

1. giro

2. tabungan

(16)

DPK dalam valuta asing meliputi kewajiban dalam valuta asing kepada pihak

ketiga, termasuk Bank di Indonesia, baik kepada penduduk maupun bukan

penduduk, yang terdiri dari:

1. giro

2. tabungan

3. simpanan berjangka/deposito

2.3. Laba

2.3.1. Pengertian Laba

Laba adalah ringkasan hasil aktivitas operasi usaha yang dinyatakan

dalam istilah keuangan. Laba merupakan informasi perusahaan yang

paling diminati dalam pasar uang. Laba juga merupakan pengukuran atas

perubahan kekayaan pemegang saham (perubahan nilai) maupun

merupakan estimasi laba masa depan.

Laba perusahaan dapat tercermin dalam laporan keuangan yang

dihasikan oleh perusahaan yang bersangkutan. Laba merupakan proksi dari

kinerja perusahaan. Dalam penelitian ini kinerja perusahaan diproksikan

dengan ukuran perubahan laba yang dihasikan oleh perusahaan. Oleh

karena itu, laporan keuangan merupakan alat yang dapat digunakan untuk

mengevaluasi kinerja perusahaan.

2.3.2. Konsep Laba

Menurut Fischer (1912) dalam Sofyan Syafri Harahap (1993: 264)

(17)

1. Physical Income yaitu konsumen barang dan jasa pribadi yang sebenarnya memberikan kesenangan fisik dan pemenuhan kebutuhan,

laba jenis ini tidak dapat diukur.

2. Real Income yaitu ungkapan kejadian yang memberikan peningkatan terhadap kesenangan fisik. Ukuran yang dapat digunakan untuk real

income ini adalah biaya hidup.

3. Money Income yaitu hasil uang yangditerima dan dimaksudkan untuk konsumsi dalam memenuhi kebutuhan hidup.

2.3.3. Tujuan Pelaporan Laba

Salah satu tujuan pelaporan laba adalah untuk menyediakan

informasi yang bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan. Menurut

Chariri dan Ghozali (2007) dalam Iswatun Khasanah (2010) informasi

tentang laba perusahaan dapat digunakan untuk:

1. Sebagai indikator efisiensi penggunaan dana perusahaan yang

diwujudkan dalam tingkat kembali

2. Sebagai pengukur prestasi manajemen

3. Sebagai dasar penentuan besarnya pengenaan pajak

4. Sebagai alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomi suatu negara

5. Sebagai dasar kompensasi dan pembagian bonus

6. Sebagai alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan

7. Sebagai dasar untuk kenaikan kemakmuran

(18)

2.4. Kerangka Pemikiran

Suatu perusahaan perbankan dalam menjalankan usahanya

bergantung pada aspek modal, kualitas aktiva yang dimiliki, laba bersih

dari kegiatan operasinya, laba yang diperoleh, jumlah kredit yang

diberikan kepada masyarakat, dan lain-lain. Aspek-aspek tersebut sangat

mempengaruhi perolehan laba perusahaan. Perusahaan dinilai mengalami

peningkatan atau penurunan yaitu dengan melihat perubahan laba yang

dialami dari tahun ketahun.

Kinerja perusahaan merupakan faktor internal perusahaan yang

dapat dilihat melalui rasio-rasio keuangan perusahaan. Dalam dunia

perbankan alat analisis yang digunakan untuk menilai kinerja sebuah bank

adalah rasio CAMELS yang disesuaikan dengan data yang mungkin

tersedia. Dalam penelitian ini, kinerja bank dinilai berdasarkan aspek

permodalan, aset, rentabilitas (earnings) dan likuiditas.

Jumlah modal suatu bank memegang peranan penting. Modal bank

tidak hanya berperan sebagai dana yang siap dioperasikan tetapi juga

merupakan faktor yang kritis dalam mempertimbangkan hubungan antara

risiko-hasil. Disamping itu, modal bank juga berperan dalam menentukan

pertumbuhan kegiatan usaha suatu bank. Bank tidak dapat tumbuh tanpa

dukungan modal minimal yang telah ditetapkan. Kenaikan aktiva harus

didukung oleh kenaikan modal agar bank tersebut memberikan hasil yang

(19)

Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit,

penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana

modal sendiri bank, disamping memperoleh dana-dana dari

sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang). Bank

Indonesia menetapkan pemenuhan kewajiban penyediaan modal minimum

adalah sebesar 8%. Capital Adequacy atau kecukupan modal merupakan faktor yang penting bagi bank dalam rangka pengembangan usaha dan

menampung kerugian, sehingga semakin tinggi nilai CAR

mengindikasikan bahwa bank telah mempunyai modal yang cukup baik

dalam menunjang kebutuhannya, sehingga kenaikan rasio CAR akan

diikuti oleh pemenuhan laba yang lebih baik pula karena dengan naiknya

CAR membuat bank lebih leluasa dalam mengembangkan usahanya dan

lebih baik dalam menampung kemungkinan adanya risiko kerugian

(Susilo, 2000).

Non Performing Loan (NPL) merupakan rasio kredit yang dihadapi bank karena menyalurkan dananya kepada masyarakat dalam bentuk

pinjaman. Non Performing Loan (NPL) menggambarkan besarnya risiko kredit yang dihadapi bank, semakin kecil Non Performing Loan (NPL), maka semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung pihak bank. Jika

NPL tinggi maka kesempatan bank dalam memperoleh laba dari bunga

kredit dan pengembalian kredit akan hilang. Hilangnya kesempatan

(20)

keuntungan yang direncanakan sehingga secara langsung berpengaruh

terhadap pertumbuhan laba.

Net Profit Margin (NPM) merupakan perbandingan antara laba bersih dengan pendapatan operasional. Laba bersih merupakan laba yang

diperoleh bank setelah dikurangi pajak penghasilan. Pendapatan

operasional terdiri dari pendapatan bunga, komisi dan provisi, pendapatan

atas transaksi valuta asing, transaksi berjangka valuta asing, swap suku

bunga dan pendapatan operasional lainnya. NPM mengacu kepada

pendapatan operasional bank yang terutama berasal dari kegiatan

pemberian kredit yang dalam prakteknya memiliki berbagai risiko kredit

(kredit bermasalah dan kredit macet), bunga (negative spread), kurs valas (jika kredit diberikan dalam valas) dan lain-lain. Semakin tinggi NPM

menunjukkan bahwa semakin meningkat laba bersih yang dicapai

perusahaan terhadap penjualan bersihnya. Meningkatnya NPM akan

meningkatkan daya tarik investor untuk menginvestasikan modalnya,

sehingga laba perusahaan akan meningkat.

Return On Assets (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan.

Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai

bank tersebut (Dendawijaya, 2005). Sehingga kemungkinan suatu bank

dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Oleh karena itu dapat

dimungkinkan bahwa kinerja perusahaan juga semakin meningkat. Tinggi

(21)

tinggi berarti rasio rentabilitas juga tinggi, dengan tingginya rentabilitas

berarti perusahaan sukses dalam menghasilkan laba, dengan pencapaian

laba yang tinggi itulah investor dapat mengharapkan keuntungan yang

berasal dari deviden.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Meythi (2005)

menjelaskan bahwa ROA merupakan rasio yang paling baik dalam

memprediksi pertumbuhan laba. Hal ini disebabkan oleh pendapatan yang

stabil dan pengelolaan asset secara efektif dan efisien akan mempengaruhi

kemampuan perusahaan untuk tumbuh. Dengan adanya kemampuan

tersebut maka perusahaan dapat terus tumbuh dengan laba yang mampu

ditingkatkan.

Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional (BOPO) adalah

perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio

biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan

kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Bank yang

efisien dalam menekan biaya operasionalnya dapat mengurangi kerugian

akibat ketidakefisienan bank dalam mengelola usahanya sehingga laba

yang diperoleh juga akan meningkat. Semakin besar rasio BOPO

menunjukkan bahwa kemampuan bank dalam menghasilkan laba menurun

karena bank tidak efiesien dalam pengelolaan biaya operasionalnya.

(22)

membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan

mengandalkan kredit yang diberikan sebagi sumber likuiditasnya. Dengan

kata lain, LDR digunakan untuk mengukur jumlah dana pihak ketiga yang

disalurkan dalam bentuk kredit.

Standar yang digunakan bank Indonesia untuk rasio LDR adalah

85% hingga 110%. Jika angka rasio LDR suatu bank berada pada angka di

bawah 85% (misal 75%), maka dapat disimpulkan bahwa bank tersebut

hanya dapat menyalurkan kredit sebesar 75% dari seluruh dana yang

dihimpun. Jika rasio LDR bank mencapai lebih dari 110%, berarti total

kredit yang diberikan bank tersebut melebihi dana yang dihimpun.

Semakin tinggi rasio LDRmenunjukkan semakin riskan kondisi likuiditas

bank, sebaliknya semakin rendah rasio LDR menunjukkan kurangnya

efektifitas bank dalam menyalurkan kredit sehinggga hilangnya

kesempatan bank untuk memperoleh laba. Jika rasio LDR bank berada

pada standar yang ditetapkan Bank Indonesia, maka laba yang diperoleh

bank tersebut akan meningkat.

Berdasarkan hal di atas maka kerangka penelitian ini di gambarkan

(23)

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

2.5. Hipotesis

Adapun hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:

H1 = Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Profit Margin (NPM), Return On Assets (ROA), Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba

pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

H2 = Capital Adequacy Ratio (CAR) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia.

NPM

ROA

BOPO

LDR

Pertumbuhan Laba

CAR

(24)

H3= Non Performing Loan (NPL) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia.

H4= Net Profit Margin (NPM) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia.

H5 = Return On Assets (ROA) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia.

H6 = Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional (BOPO) secara parsial

berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan

perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

H7 = Loan to Deposit Ratio (LDR) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Bagaimana cara membantu lembaga pendidikan PAUD Aisyiyah 3 Salatiga melakukan manajemen data akademik secara on line dengan melalui website sehingga pengelolaan data

Rekomendasi Rincian Kewenangan klinis untuk dokter mata menjalankan prosedur tindakan medis di Rumah Sakit Bhakti Asih Brebes diberikan dalam rangka

Program ataupun data dimungkinkan untuk disimpan pada sebuah komputer yang bertindak sebagai server (yang melayani komputer-komputer yang akan membutuhkan data

Gel ADU dibuat dengan proses gelasi eksternal menggunakan uranil nitrat dengan variasi konsentrasi uranium dalam larutan UN dan panjang jarum penetes pada proses

Perancangan prototype Turbo Encoder berdasarkan spesifikasi LTE yaitu code rate 1/3 dan Chanel Coding yang digunakan Turbo Coding telah berhasil dilakukan dan

Sharp Elektronik Indonesia Cabang Palembang dimana belum adanya aplikasi khusus yang digunakan dalam pengolahan data pendistribusian dan penjualan barang elektronik

pihak yang telah membantu, dalam penyusunan Landasan Teori dan Program ini.. Ucapan terima kasih ini terutama saya ucapkan

Pada alinea terakhir suratnya disebutkan bahwa: “Dalam usaha mentjari penjelesaian persoalan tersebut, kami sarankan meninjau kemungkinan2 untuk memberikan tambahan ganti