• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori - BAB II DEVIKA JENY PRALISHA PGSD'16

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori - BAB II DEVIKA JENY PRALISHA PGSD'16"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Pendidikan Karakter

Karakter merupakan hal yang sangat penting dan mendasar. Karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh seseorang yang membedakan dirinya dengan orang lain. Orang yang memiliki karakter yang kuat dan baik adalah ia yang memiliki akhlak, moral, dan budi pekerti yang baik.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lainnya. Dengan demikian, karakter adalah nilai-nilai yang unik-baik yang terpatri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku (Kementerian Pendidikan Nasional, 2010). Karaker merupakan sifat-sifat khas seseorang yang melekat dalam dirinya dan terwujud dalam tingkah laku atau perilakunya. Karakter ini akan mempengaruhi tingkah laku seseorang dalam kehidupan sehari-harinya.

(2)

mental dari seseorang, suatu kelompok, atau bangsa. Robert Marine (Samani dan Hariyanto, 2012: 42) mengambil pendekatan yang berbeda terhadap makna karakter, menurutnya karakter adalah gabungan yang samar-samar antara sikap, perilaku bawaan, dan kemampuan, yang membangun pribadi seseorang. Karakter seseorang dapat diperoleh karena perilaku bawaan, atau karena memang seseorang itu telah memilikinya ataupun karakter itu dapat dibangun atau dibentuk oleh seseorang dengan kemampuannya sendiri.

Nilai karakter dalam diri seseorang dapat dibangun, tentunya pembentukan dan pembangunan karakter seseorang dapat dilakukan melalui pendidikan. Pendidikan yang dapat dilakukan adalah pendidikan formal di sekolah. Karakter dalam diri seseorang dapat dibentuk ketika menjadi seorang siswa. Dalam hal ini, pendidikan yang tepat adalah saat di SD.

(3)

Karakter adalah nilai-nilai yang khas baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terdapat dalam diri dan terwujud dalam perilaku (Anas dan Irwanto, 2013: 42). Berarti karakter adalah nilai dalam diri seseorang yang dapat terlihat melalui tingkah laku orang tersebut. Dan nilai-nilai tersebut yang tercermin dapat membuat lingkungan tempatnya berada menjadi lebih baik. Seseorang yang berkarakter baik tentunya memiliki sifat dan tingkah laku yang baik pula. Entah itu pada diri sendiri, orang lain, ataupun terhadap lingkungannya. Seseorang yang berperilaku baik dalam kehidupan masyarakatnya dapat mempengaruhi lingkungannya, membuat lingkungannya menjadi baik pula.

(4)

manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat (Zubaedi, 2011: 10). Individu yang berkaraker baik akan selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik, karena bukan hanya baik di mata manusia saja tetapi karena berhubungan dengan Tuhan. Karena seseorang yang memiliki karakter yang baik dapat menjalani kehidupan masyarakat yang nyaman dan aman.

Karakter yang dimiliki seseorang mempengaruhi bagaimana cara seseorang bersikap, dapat menunjukkan baik buruknya sikap yang dimiliki itu. Sikap tersebut dapat tercermin melalui tingkah laku. Karakter baik yang seseorang miliki membuat seseorang bertingkah laku dengan baik. Karakter yang dimiliki seseorang juga dapat menunjukkan motivasi dalam diri orang tersebut. Motivasi baik dalam dirinya dapat memberi pengaruh baik pula terhadap orang lain yang berada di sekitarnya. Karakter dapat menunjukkan seperti apa orang tersebut berdasarkan sikap, tingkah laku, dan keterampilan yang dimiliki.

(5)

memberikan dan membekali siswa dengan pendidikan nilai-nilai dan moral yang berlaku di masyarakat agar mereka memiliki karakter bangsa yang dapat memberikannya bekal untuk berkehidupan yang baik di masyarakat. Tidak hanya itu, siswa juga belajar mewujudkan karakternya dalam kehidupan sekolah. Bagaimana siswa berperilaku di sekolah terhadap teman-temannya, guru-gurunya, serta anggota sekolah lainnya. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya untuk membentuk atau menciptakan siswa yang berkarakter dan mempunyai jati diri.

Pendidikan karakter diartikan sebagai usaha kita secara sengaja dari seluruh dimensi kehidupan sekolah untuk membeantu pengembangan karakter dengan optimal. Hal ini berarti untuk mendukung perkembangan karakter siswa harus melibatkan seluruh komponen di sekolah baik dari aspek isi kurikulum, proses pembelajaran, kualitas hubungan, penanganan mata pelajaran, pelaksanaan aktivitas ko-kurikuler, serta etos seluruh ligkungan sekolah.

(6)

Pendidikan karakter di sekolah menghendaki bahwa siswa harus benar-benar memiliki karakter yang baik sebagai ciri khasnya. Ditulis oleh Arthur (Samani dan Hariyanto, 2012: 45) bahwa Anne Lockwood memerinci ada tiga proposisi sentral dalam pendidikan karakter. Pertama, bahwa tujuan pendidikan moral dapat dikejar/dicapai, tidak semata-mata membiarkannya sekadar sebagai kurikulum tersembunyi yang tidak terkontrol, dan bahwa tujuan pendidikan karakter telah memiliki dukungan yang nyata dari masyarakat dan telah menjadi konsensus bersama. Kedua, bahwa tujuan-tujuan behavioral tersebut adalah bagian dari pendidikan karakter, dan ketiga, perilaku antisosial sebagai bagian kehidupan anak-anak adalah sebagai hasil dari ketidakhadiran nilaai-niali dalam pendidikan.

Pendidikan karakter berarti adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa.

Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik buruk, memelihata yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati (Samani dan Hariyanto, 2012: 45).

(7)

Jadi, pendidikan karakter adalah suatu proses pendidikan yang bertujuan untuk membentuk siswa yang berkarakter dalam segala hal untuk bisa diterapkan dalam kehidupan bermasyarakatnya. Pendidikan karakter mengembangkan potensi dasar siswa agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik, serta memperbaiki perilaku yang kurang baik dan memperkuat perilaku yang baik. Pendidikan kerakter juga dapat diartikan sebagai segala upaya yang dilakukan oleh guru untuk menumbuhkan dan mengembangkan watak siswa, sehingga siswa dapat memahami nilai-nilai dalam hidupnya.

Sebegitu pentingnya pendidikan untuk diadakan yang dianggap sebagai salah satu jalan untuk mengatasi kerusakan moral masyarakat menjadi salah satu alasan kenapa pendidikan karakter harus tetap diadakan. Pendidikan karakter membuat masyarakat memiliki alasan kuat untuk tetap memiliki harapan dan sikap optimis bahwa masyarakat yang lebih baik akan terwujud.

(8)

2. Toleransi

Toleransi merupakan salah satu dari 18 nilai karakter bangsa. Sikap yang seharusnya dimiliki oleh setiap orang karena sikap toleransi ini mengacu pada menghargai segala perbedaan. Menurut Kementerian Pendidikan Nasional (Anas dan Irwanto, 2013: 54), toleransi yang merupakan salah satu dari nilai karakter bangsa adalah sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Dalam menjalani kehidupannya seseorang selalu berusaha menghormati, menghargai, dan peduli terhadap orang lain, agar seseorang tersebut juga dapat diterima dengan baik dalam masyarakat. Namun, sikap-sikap tersebut tidak bisa tumbuh dengan sendirinya dalam diri seseorang, perlu penanaman dan pemahaman agar nilai-nilai tersebut dapat tumbuh dan melekat pada diri seseorang dengan baik, dan menjadi karakter seseorang.

(9)

Toleransi adalah sikap atau sifat menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pandangan, pendapat, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri. Karakter toleransi mengembangkan kebiasaan bersabar, tenggang rasa, dan kemampuan menahan emosi ketika melihat adanya perbedaan.

Dengan toleransi, seseorang juga memperlakukan orang lain secara baik, hormat dan penuh pengertian. Toleransi menuntut untuk menghargai perbedaan. Keadaan ini akan membantu dan menjadikan siswa memahami bahwa semua orang berhak mendapatkan kasih sayang, keadilan, dan rasa hormat meskipun tidak sependapat dengan keyakinan atau perilaku orang lain. Dengan adanya pembiasaan sikap toleransi pada diri siswa, maka akan membuat siswa dapat memperlakukan teman-temannya dengan baik. Dengan itu maka akan tercipta suatu keadaan sekolah yang harmonis.

(10)

Indikator keberhasilan sikap toleransi menurut Fitri (2012: 40), diantaranya:

a. Memperlakukan orang lain dengan cara yang sama dan tidak membeda-bedakan agama, suku, ras, dan golongan.

b. Menghargai perbedaan yang ada tanpa melecehkan kelompok yang lain.

c. Saling membantu antar sesama dalam kebaikan. d. Bekerja dengan baik dalam kelompok yang berbeda.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa ada beberapa indikator sikap toleransi di sekolah, diantaranya yaitu:

Tabel 2.1. Indikator Keberhasilan Sikap Toleransi

Nilai Indikator

Sikap Toleransi Saling menghormati dan menyayangi sesama siswa

Berkata yang sopan, tidak berbicara kotor, baik pada siswa lainnya maupun pada guru, tidak menyinggung perasaan orang lain

Menerima pendapat siswa lain Bisa mendengarkan dengan baik pembicaraan teman/orang lain Menerima teman dalam kelompok

(11)

pembelajaran yang dilakukan oleh guru akan memunculkan pembiasaan siswa dalam bersikap toleransi. Sehingga siswa dapat bersikap toleransi kepada siswa lain dan mayarakat lain.

3. Prestasi Belajar

Kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie.

Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil

usaha Istilah “prestasi belajar” (achievement) berbeda dengan “hasil

belajar” (learning outcome). Prestasi belajar pada umunya berkenaan

dengan aspek pengetahuan sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak siswa (Arifin, 2013: 12).

Kata prestasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan antara lain dalam kesenian, olahraga, dan pendidikan, khususnya pembelajaran.

Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perenial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupanya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing (Arifin, 2013: 12). Prestasi belajar (achivment) mempunyai beberapa fungsi utama ,antara lain :

a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.

b. Prestasi belajar sebagai lambing pemuasan hasrat ingin tahu. Para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai “tendensi keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum manusia”.

(12)

pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik dalam meningkatkan mutu pendidikan.

d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan peserta didik. Indikator ektern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan peserta didik di masyarakat. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan pula dengan kebutuhan masyarakat.

e. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik. Dalam proses pembelajaran, peserta didik menjadi fokus utama yang harus diperhatikan, karena peserta didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran.

Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan. Winkel dalam Hamdani (2011: 138) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Dengan demikian, prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi tersebut dapat memperlihatkan tinggi-rendahnya prestasi belajar siswa.

(13)

Yang tergolong faktor internal adalah:

a. Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya.

b. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh terdiri atas:

1) Faktor intelektif yang meliputi:

a) Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat.

b) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki. 2) Faktor non-intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu

seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri.

c. Aktor kematangan fisik maupun psikis Yang tergolong faktor eksternal ialah:

1) Faktor sosial yang terdiri atas: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan kelompok. 2) Faktor budaya seperti dat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi,

kesenian.

(14)

d. Faktor lingkungan spiritual atau keamanan

Prestasi belajar yang dicapai siswa dapat menunjukkan kemampuan kognitif siswa. prestasi diukur dari hasil evaluasi. Hasil evaluasi yang baik menandakan bahwa siswa memiliki prestasi belajar yang baik pula. Hal ini dapat menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan berhasil. Yang artinya siswa mampu mengikuti pembelajaran dengan baik sehingga meduah untuk memahami materi sehingga siswa dapat mengerjakan evaluasi dengan baik dan benar. Keantusiasan siswa dalam mengikuti pembelajaran dapat dilihat dengan menerapkan berbagai model pembelajaran, dengan tujuan lain untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

4. Model Pembelajaran Take and Give

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan tau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran (Joyce dalam Trianto 2011: 22). Setiap model pembelajaran mengarahkan kita dalam mendesain pembelajaran untuk membantu siswa dalam belajar sehingga mencapai tujuan pembelajaran.

(15)

tentang model-model pembelajaran. Karena dengan penguasaan-penguasaan terhadap model pembelajaran akan membantu dan mempermudah guru untuk melaksanakan proses pembelajaran. Hal tersebut juga akan membantu siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Saat ini berkembang sangat banyak model-model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru untuk membantu proses pembelajaran, salah satunya adalah pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran (Isjoni, 2011: 12).

(16)

Model pembelajaran kooperatif akan membuat siswa aktif terlibat dalam pembelajaran sehingga memberikan dampak positif terhadap tingkat interaksi dan komunikasi siswa, juga dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Dalam kelompok siswa akan saling berbagi pendapat dan pengetahuan untuk mencapai keberhasilan tugasnya. Membuat siswa melatih tanggung jawabnya dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas.

Model pembelajaran Take and Give merupakan model pembelajaran Kooperatif. Menurut Suyatno (2009: 76) pembelajaran Take and Give adalah dimana dalam pembelajaran ini siswa bekerjasama saling menerima dan memberi materi dari teman lain atau pasangannya.Model pembelajaran Take and Give adalah pembelajaran menerima dan memberi dengan sintaks, menuntut siswa mampu memahami materi pelajaran yang diberikan guru dan teman sebayanya (siswa lain).

Beberapa ahli meyakini bahwa mata pelajaran akan benar-benar dikuasai apabila siswa dapat mengajarkannya kepada siswa lain. Model pembelajaran Take and Give ini dapat menjadi solusi untuk pembelajaran antar siswa untuk saling berbagi pengetahuannya. Interaksi antar siswa dalam pembelajaran model ini yaitu saling memberi dan menerima informasi tentang materi pelajaran.

a. Langkah-langkah model pembelajaran Take and Give Beberapa langkah yang harus dilakukan oleh guru: 1) Siapkan kelas sebagaimana mestinya

(17)

3) Untuk memantapkan pengauasaan siswa, tiap sisiwa diberi masing-masing satu kartu untuk dipelajari (kurang dari 5 menit) 4) Semua siswa disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling

menginformasikan materi sesuai kartu masing-masing. Tiap siswa harus mencatat nama pasanganya pada kartu kontrol 5) Demikian seterusnya sampai tiap siswa dapat saling memberi

dan menerima materi masing-masing

6) Untuk mengevaluasi keberhasilan, berikan pertanyaan yang sesuai dengan kartu (kartu orang lain)

7) Strategi dapat dimodifikasi sesuai keadaan b. Kelebihan Model Pembelajaran Take and Give

1) Siswa akan lebih cepat memahami penguasaan materi dan informasi karena mendapatkan informasi dari guru dan siswa yang lain

2) Dapat menghemat waktu dalam pemahaman dan penguasaan siswa akan informasi

c. Kekurangan Model Pembelajaran Take and Give

Bila informasi yang disampaikan siswa kurang tepat (salah) maka informasi yang diterima siswa lain pun akan kurang tepat.

(18)

menerima pendapat dari siswa lain. Selain itu, siswa juga harus menerima teman dengan baik untuk bisa saling bertukar informasi. Hal ini dapat membuat buhungan antar siswa menjadi terjalin dengan baik. Baiknya hubungan antar siswa akan membuat materi yang diberikan satu sama lain dapat diterima dengan baik pula. Sehingga membuat siswa dengan mudah untuk memahami materi pembelajaran.

5. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

(19)

sehari-hari dan memenuhi kebutuhan bagi kehidupan sosial siswa di masyarakat.

Menurut Banks dalam Ahmad Susanto (2013 : 140),

The social studies that part of the elementary and high school curriculum which has the primary responsibility for helping studies to develop the knowledge, skill, attitude, and values needed to participate in the civic life of their local communities the nation-and the world.

Bahwa pendidikan IPS atau yang disebut social studies, merupakan bagian dari kurikulum di sekolah yang bertujuan untuk membantu mendewasakan siswa supaya dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai dalam rangka berpartisipasi didalam masyarakat, negara, dan bahkan di dunia. Banks menekankan begitu pentinngnya pendidikan IPS diterapkan di sekolah-sekolah, mulai dari tingkat dasar sampai ke perguruan tinggi, terutama di sekolah dasar dan menengah. Definisi yang hampir sama dengan yang diberikan oleh Banks adalah definisi pendidikan IPS menurut Jarolimek (Ahmad Susanto, 2013: 141), yang menyatakan bahwa pada dasarnya pendidikan IPS berhubungan erat dengan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang memungkinkan siswa berperan serta dalam kelompok masyarakat dimana siswa tinggal.

(20)

apresiatif terhadap kompleksitas atau kerumitan menjadi manusia dan masyarakat serta budaya yang mereka ciptakan, lebih mengetahui perbedaan gagasansikap, nilai, dan cara berpikir, dalam menjaga dan mengerjakannya, dalam sedikit teori, tentang itu semua ilmu pengetahuan sosial.

Kurikulum pendidikan IPS tahun 1994 sebagaimana yang dikatakan oleh Hamid Hasan (Trianto, 2010: 172), merupakan fusi dari berbagai disiplin ilmu, Martoella (Trianto, 2010: 172) mengatakan bahwa pembelajaran Pendidikan IPS lebih menekankan pada aspek “pendidikan” daripada “transfer konsep”, karena dalam pembelajaran

pendidikan IPS siswa diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral, dan keterampilannya berdasarkan konsep yang telah dimiliknya. Dengan demikian, pembelajaran pendidikan IPS harus diformulasikannya pada aspek kependidikannya. Konsep IPS, yaitu (a) interaksi, (b) saling ketergantungan, (c) kesinambungan dan perubahan, (d) keragaman/kesamaan/perbedaan, (e) konflik dan konsesus, (f) pola (patron), (g) tempat, (h) kekuasaan (power), (i) nilai kepercayaan, (j) keadilan dan pemerataan, (k) kelangkaan (scarcity), (l) kekhususan, (m) budaya (culture), dan (n) nasionalisme.

(21)

manusia dilakukan secara sistemtik. Dengan demikian, menurut Ahmad Susanto (2013: 143) peranan IPS sangat penting untuk mendidik siswa mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan agar dapat mengambil bagian secara aktif dalam kehidupannya kelak sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang baik.

Pendidikan IPS ditingkat sekolah pada dasarnya bertujuan untuk mempersiapkan siswa sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sikap dan nilai (attitudes and values) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk

memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik (Sapriya, 2011: 12). Pendidikan IPS yang diberikan di sekolah memberikan bekal kepada siswa sebagai persiapan diri untuk memiliki dan mengembangkan kemampuan serta kualitas diri untuk berperan serta dalam masyarakat.

(22)

Ilmu Pengetahuan Sosial juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat dimana siswa tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya (Trianto, 2010: 173). Pendidikan IPS berusaha membantu siswa dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi sehingga akan menjadikannya semakin mengerti dan memahami lingkungan sosial masyarakatnya (Kosasih dalam Trianto, 2010: 173).

Pendidikan IPS sebagai bidang studi yang diberikan pada jenjang pendidikanpersekolahan, bukan hanya memberikan bekal pengetahuan saja, tetapi juga memeberikan bekal nilai dan sikap serta keterampilan dalam kehidupan peserta didik di masyarakat, bangsa, dan negara dalam berbagai karakteristik.

(23)

a. Tujuan IPS

Tujuan utama pembelajaran IPS ialah untuk mengambangkanpotensi siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mentak positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupunyang menimpa masyarakat.

Secara terperinci, Mutakin (Ahmad Susanto, 2013: 145) merumuskan tujuan pembelajaran IPS di sekolah, sebagai berikut: 1) Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau

lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.

2) Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang didaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.

3) Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat.

4) Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakanyang tepat.

5) Mampu mengembangakan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat.

Dalam kaitannya dengan KTSP, pemerintah telah memberikan arah yang jelas pada tujuan dan ruang lingkup pembelajaran IPS, yaitu:

1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

(24)

3) Memiliki komitmen dan kesadaranterhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

b. Materi IPS

Materi pelajaran IPS dapat digunakan sebagai penanaman karakter siswa dan pada penelitian ini, materi yang dipilih oleh peneliti adalah materi tentang mengenal permasaahan sosial di daerahnya.

Tabel 2.2. Materi IPS dalam Penelitian

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 2. Mengenal sumber daya

alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi

2.4 Mengenal permasalahan sosial di daerahnya

Adapun materi yang akan diajarkan mencakup: 1) Memahami Pengertian Masalah Sosial

(25)

Suatu hal atau kejadian disebut sebagai masalah sosial jika semua warga masyarakat lain ikut merasakan pengaruh masalah tersebut. Seperti pencurian misalnya, pemilik rumah yang menjadi korban pencurian tidak hanya merasakan sendiri pengaruh dari pencurian tersebut. Tetapi warga masyarakat yang lain juga ikut merasakan pengaruhnya. Karena dengan adanya pencurian itu berarti menunjukkan bahwa tempat tinggal mereka tidak aman. Membuat warga masyarakat ikit merasakan ketidakamanan akan pencurian tersebut.

Masalah pribadi dapat diselesaikan sendiri oleh orang yang bersangkutan. Tidak demikian halnya dengan permasalahn sosial. Masalah sosial harus dipecahkan atau diatasi secara bersama-sama. Seorang warga tidak bisa menyelesaikan seorang diri ketika di lingkungannya sering terjadi pencurian. Masalah ini hanya bisa diselesaikan bersama-sama semua warga masyarakat. Setiap warga harus mendukung upaya penyelesaian tersebut. Turut ronda malam di lingkungan merupakan contoh keterlibatan warga dalam mengatasi masalah sosial.

2) Bentuk-bentuk Masalah Sosial dan Pribadi

(26)

masalah pribadi yaitu dimarahi orang tua, tidak mengerjakan PR, nilai ulangan jelek, dihukum guru, dan lain-lain.

3) Mengenal masalah-masalah Sosial di Lingkungan Setempat Kita tidak bisa bebas dari masalah-masalah sosial. Ada banyak sekali masalah sosial. Contoh-contoh masalah sosial yang ada di lingkungan setempat misalnya masalah kependudukan, keamanan, sampah , kebakaran, pencemaran lingkungan, ketidaktertiban, narkoba, pemborosan energi, kelangkaan barang, ketidakdisiplinan.

Mata pelajaran IPS dapat digunakan sebagai salah satu pembelajaran untuk menanamkan sikap toleransi pada siswa. Pembelajaran IPS selain memberikan pengetahuan akademik bagi siswa juga menekankan pada pengembangan diri siswa, yaitu karakter. Dalam pembelajaran IPS, guru menggunakan model pembelajaran untuk membuat siswa aktif sehingga mudah dalam memahami materi pembelajaran. Selain itu, model pembelajaran juga digunakan sebagai cara untuk menanamkan karakter toleransi pada diri siswa selama proses pembelajaran.

(27)

Setiap siswa harus dapat menerima dan memberi informasi pembelajaran dengan baik, menerima pendapat teman dan juga saling menerima dalam kelompok agar dapat bekerjasama.

Hal tersebut dapat membuat materi pelajaran yang diterima dipahami dengan baik oleh siswa. Apabila siswa dapat memahami materi pelajaran dengan baik, maka hal tersebut dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

B. Kerangka Berpikir

Kondisi awal siswa sebelum dilakukan perbaikan adalah siswa memiliki sikap toleransi yang rendah kepada siswa lainnya, hal ini dapat dilihat saat pembelajaran. Selain itu, dalam mata pelajaran IPS materi yang disajikan terlalu banyak, dan merupakan materi hafalan, membuat siswa tidak maksimal mengikuti pembelajaran. Dalam pembelajaran juga masih berpusat pada guru, guru yang selalu menjelaskan materi. Hal ini menyebabkan siswa kurang aktif.

(28)

Pembelajaran menggunakan model Take and Give ini diduga sikap toleransi dan prestasi belajar siswa dapat meningkat. Berdasarkan uraian di atas maka alur kerangka berfikir dalam penelitian ini disajikan gambar berikut ini:

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Penelitian

Sikap toleransi dan prestasi belajar siswa rendah

Guru

menggunakan metode ceramah Kondisi Awal

Siklus I Guru

menggunakan model

pembelajaran Take and Give Tindakan

Siklus II

Sikap toleransi dan prestasi belajar siswa meningkat Kondisi

(29)

C. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Sari Asih (2013) dengan judul “Upaya

Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar IPS Materi Perkembangan Teknologi Melalui Model Pembelajaran Take and Give di Kelas IV SD N Karangmangu” menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran

menggunakan model tersebut sikap toleransi dan prestasi belajar siswa meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan naiknya persentase yang ditunjukan dari hasil angket siswa. Dan hasil dari pembelajaran yaitu nilai rata-rata pada siklus I sebesar 67,33 dengan 13 siswa memperoleh nilai di atas KKM dan 11 siswa belum tuntas KKM, dengan KKM 64. Sedangkan pada siklus II nilai rata-rata yaitu sebesar 72,3 dengan 21 siswa tuntas KKM dan 3 siswa belum tuntas KKM.

Penelitian yang dilakukan oleh Fitriyaningsih (2014) dengan judul “Keefektifan Model Take and Give Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar IPA” menunjukkan bahwa penggunaan model Take and Give efektif untuk

(30)

Kedua penelitian tersebut relevan dengan penelitian ini karena meneliti variabel yang sama yaitu prestasi belajar dan juga penggunaan model pembelajaran Take and Give. Dari penelitian tersebut juga membuktikan bahwa model pembelajaran Take and Give dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan efektif untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas, maka dapat peneliti rumuskan hipotesis tindakannya, yaitu “terdapat peningkatan sikap

Gambar

Tabel 2.1. Indikator Keberhasilan Sikap Toleransi
Tabel 2.2. Materi IPS dalam Penelitian
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Jam kerja Shift merupakan jam kerja yang digunakan tenaga kerja atau karyawan yang bekerja pada Hotel Citi Inn yang dilakukan setiap hari (Senin- Minggu). Jam kerja Shift

Ledakan penduduk juga terjadi karena rumah tangga tidak direncanakan secara baik dan tidak melihat faktor sebab akibat, banyak rumah tangga yang berdiri tapi tidak

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Identifikasi Bakteri pada Pindang Tongkol (Euthynnus affinis) Produksi Weleri, Jawa Tengah dan Pindang Tongkol yang Direndam Ekstrak

penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul: : “UPAYA REHABILITASI SOSIAL BAGI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DALAM PERSFEKTIF HUKUM ISLAM (Studi kasus

Penerapan media poster untuk meningkatkan partisipasi belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Gejolak emosi dapat mengganggu keseimbangan psikofisiologis seperti gemetar, sakit perut, kejang otot dan sebagainya. Dengan terganggunya keseimbangan fisiologis maka

12 Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis sampaikan pula terima kasih kepada semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu baik

Hasil pengujian adaptifitas yang dilakukan pada game dengan genre Turn-Based Role Playing Game berdasarkan tiga parameter pengujian yakni efektifitas, efisiensi,