PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas, yaitu mencapai laba
yang sebesar-besarnya dan memakmurkan pemilik perusahaan atau para pemilik saham
(stockholders). Tujuan perusahaan tersebut sebenarnya secara substansial tidak banyak berbeda, hanya saja penekanan yang ingin dicapai oleh masing-masing perusahaan
berbeda antara yang satu dengan yang lainnya (Harjito & Agus,2005) dalam (Susanto dan
Subekti, 2012) . Di tengah persaingan global yang semakin ketat, perusahaan berlomba
untuk meningkatkan daya saing di berbagai sektor untuk dapat menarik minat investor
untuk berinvestasi. Oleh karena itu, nilai perusahaan menjadi sangat penting karena
mencerminkan kinerja perusahaan yang dapat mempengaruhi persepsi investor terhadap
perusahaan. Peningkatan nilai perusahaan dapat memberikan sinyal positif kepada
investor untuk berinvestasi pada suatu perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi akan
membuat pasar investor percaya tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini namun juga
pada prospek perusahaan di masa depan.
Keberadaan suatu perusahaan pasti memiliki dampak positif dan negatif terhadap
masyarakat dan lingkungan sekitarnya, baik langsung maupun tidak langsung. Di satu sisi
perusahaan menyediakan barang dan jasa yang diperlukan oleh masyarakat maupun
lapangan kerja. Namun di sisi lain dampak yang diberikan dari keberadaan dan kegiatan
produksi suatu perusahaan sering kali merusak lingkungan sekitar dan merugikan
masyarakat, misalnya dampak dari limbah produksi.
Banyak kasus ketidakpuasan publik yang bermunculan, baik yang berkaitan
dengan pencemaran lingkungan, serta eksploitasi besar-besaran terhadap energi dan
sumber daya alam yang menyebabkan kerusakan alam. Beberapa perusahaan di Indonesia
yang sudah pernah mendapatkan kritikan atau kasus antara lain, PT. Freeport Indonesia,
Asia kasus salah satu perusahaan produsen perlengkapan dan alat-alat olahraga, Nike,
pernah menjadi sorotan utama karena dituduh telah mengabaikan etika bisnis dengan
mempekerjakan anak dibawah umur (Khitam,2014). Salah satu penyebab kondisi seperti
ini adalah kurangnya kemaksimalan dalam penerapan tanggung jawab sosial perusahaan
(Corporate Social Responsibility).
Pada tahun 2007, pemerintah mengambil tindakan dengan mengesahkan
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT) dengan memasukan
peraturan mengenai kewajiban setiap entitas bisnis untuk melaksanakan maupun
mengungkapkan tanggung jawab sosial dan lingkungan yang tertuang di dalam Bab V
Pasal 74 dan Pasal 66 ayat (2) bagian C. Isi dari undang-undang tersebut bahwa
perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan
sumberdaya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan, serta harus
mencantumkan laporan terebut pada saat RUPS. Meskipun diterbitkannya undang-undang
tersebut mengubah bahwa laporan tanggungjawab sosial dari yang bersifat voluntary menjadi mandatory atau wajib dilaksanakan, namun pada undang-undang tersebut tidak
dijelaskan bagaimana cara pengungkapan, serta luas pengungkapan laporan tersebut.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang tanggung jawab sosial dan
lingkungan perseroan terbatas, “Tanggung jawab sosial dan lingkungan dilaksanakan oleh
Direksi berdasarkan rencana kerja tahunan perseroan setelah mendapat persetujuan
Dewan Komisaris atau RUPS sesuai dengan anggaran dasar perseroan, kecuali ditentukan
lain dalam peraturan perundang-undangan”. Dari definisi tersebut, corporate social responsibility pada saat ini harus di anggarkan pada awal tahun periode perusahaan, namun dalam undang undang ini tidak menyebutkan besaran dana yang di serahkan untuk
Salah satu tujuan pendirian suatu perusahaan adalah untuk memaksimalkan nilai
perusahaan tersebut yang dapat dicerminkan dari harga sahamnya. Setiap perusahaan
tentunya menginginkan nilai perusahaan yang tinggi sebab hal tersebut juga secara tidak
langsung menunjukkan kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Nilai perusahaan yang
tinggi dapat meningkatkan kemakmuran bagi para pemegang saham, sehingga para
pemegang saham akan menginvestasikan modalnya kepada perusahaan tersebut
(Haruman, 2008).
Informasi merupakan kebutuhan yang mendasar bagi para investor maupun calon
investor dalam mengambil keputusan. Dibutuhkan informasi yang lengkap, akurat serta
tepat waktu yang akan mendukung investor dalam mengambil keputusan secara rasional
sehingga hasil yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan. Perusahaan akan
mengungkapkan suatu informasi jika informasi tersebut akan meningkatkan nilai
perusahaan. Jadi perusahan cenderung akan mengungkapkan informasi yang diharapkan
akan memaksimalkan nilai perusahaannya, yang kemudian akan meningkatkan harga
saham perusahaan tersebut. Informasi-informasi yang diungkapkan oleh perusahaan
adalah good corporate governance (GCG), corporate social responsibility (CSR), struktur
modal, kinerja perusahaan, dan lain-lain.
Tumirin (2007), menyatakan adanya penerapan good corporate governance (GCG) akan mempengaruhi tercapainya nilai perusahaan. Perusahaan tentunya harus memastikan kepada para penanam modal bahwa dana yang mereka tanamkan untuk
kegiatan pembiayaan, investasi, dan pertumbuhan perusahaan digunakan secara tepat dan
seefisien mungkin serta memastikan bahwa manajemen bertindak terbaik untuk
kepentingan perusahaan. Penerapan good corporate governance (GCG) dapat didorong dari dua sisi, yaitu etika dan peraturan. Dorongan dari etika (Ethical Driven) datang dari
kesadaran individu pelaku bisnis untuk menjalankan praktik bisnis yang mengutamakan
menciptakan keuntungan sesaat. Sedangkan dorongan dari peraturan (regulatory driven)
“memaksa” perusahaan untuk patuh terhadap peraturan perundang-undangan yang
berlaku (Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia, 2006). Menurut Bacelius Ruru (Sekretaris-Kementerian BUMN RI), Good Corporate Governance perlu diterapkan di perusahaan-perusahaan di Indonesia karena beberapa hal:
1. Krisis di Indonesia yang diakibatkan masih banyaknya para pelaku dunia usaha belum
secara sempurna menerapkan praktek-praktek good corporate governance.
2. Tingkat inefisiensi yang tinggi di Indonesia dan merupakan yang tertinggi di Asia,
merupakan akibat dari tidak adanya pelaksanaan transparansi dan prinsip-prinsip
GCG lainnya.
3. Iklim globalisasi mendorong perusahaan untuk selalu harus siap untuk bersaing ketat
dengan perusahaan dari negara asing, paling tidak dalam tingkat regional. Corporate
citizen hanya dapat berjalan dengan penerapan prinsi-prinsip GCG yang baik dan konsisten.
Berkaitan dengan struktur modal (capital structure) yang merupakan pembelanjaan jangka panjang suatu perusahaan yang diukur dengan perbandingan hutang
jangka panjang dengan modal sendiri (Sudana, 2012) dalam (Panghulu, 2014). Dalam
memenuhi kebutuhan dana perusahaan, manajer perusahaan harus mengambil keputusan
pendanaan yang tepat baik dari internal maupun eksternal perusahaan. Sumber dana
eksternal perusahaan yang berasal dari hutang akan menimbulkan biaya modal berupa
bunga yang dibebankan oleh kreditur. Sedangkan penggunaan sumber dana internal akan
menimbulkan opportunity cost dari modal sendiri yang digunakan.
Selain itu, informasi mengenai kinerja keuangan juga kerap diinformasikan oleh
perusahaan. Kinerja keuangan adalah hasil banyak keputusan yang dibuat secara
efektif dan efisien (Anwar et al., 2010) dalam (Wardoyo dan Veronica, 2013). Banyak hal
yang menjadi tolok ukur kinerja suatu perusahaan, contohnya adalah kemampuan
perusahaan tersebut dalam menghasilkan laba. Laba perusahaan selain merupakan
indikator kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban bagi para pemilik modal, juga
merupakan elemen dalam penciptaan nilai perusahaan yang menunjukkan prospek
perusahaan di masa yang akan datang.
Setiap perusahaan akan berusaha meningkatkan kinerja keuangannya, karena
berharap dengan kinerja keuangan yang baik maka nilai perusahaan akan meningkat
sehingga akan diminati oleh investor. Banyak penelitian yang melihat pengaruh kinerja
keuangan dengan nilai perusahaan, namun hasilnya tidak konsisten. Tuntutan masyarakat
yang lain pada perusahaan adalah penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial dari perusahaan kepada stakeholder, termasuk masyarakat dan lingkungan. (Anwar et al.2010) dalam (Wardoyo dan Veronica, 2013) mengatakan bahwa
pengungkapan corporate social responsibility dalam laporan tahunan (annual report) memperkuat citra perusahaan dan menjadi sebagai salah satu pertimbangan yang
diperhatikan investor maupun calon investor memilih tempat investasi karena
menganggap bahwa perusahaan tersebut memberikan citra (image) kepada masyarakat bahwa perusahaan tidak lagi hanya mengejar profit semata tetapi sudah memperhatikan
lingkungan dan masyarakat. Dengan melaksanakan corporate social responsibility (CSR)
citra perusahaan akan semakin baik sehingga loyalitas konsumen semakin tinggi.
Terdapat beberapa penelitian mengenai good corporate governance, corporate social responsibility, struktur modal, kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan antara lain Susianti dan Yasa (2013), menunjukan bahwa, pertama kinerja perusahaan yang
diukur dengan return on asset (ROA) tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Kedua Penerapan good corporate governance (GCG) bukan merupakan variabel moderasi terhadap hubungan antara kinerja keuangan (ROA) dan nilai
perusahaan. Ketiga pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan variabel moderasi terhadap hubungan antara kinerja keuangan (ROA) dan nilai
perusahaan. CSR memberi efek memperkuat pengaruh ROA terhadap nilai perusahaan.
Penelitian yang lain dilakukan oleh (Wardoyo dan Veronica, 2013), menunjukkan
bahwa jumlah dewan komisaris, indepedensi dewan komisaris ukuran dewan direksi, dan
keberadaan komite audit, indeks pengungkapan tanggung jawab sosial (corporate social
responsibility), Return on Assets, Return on Equity secara bersama–sama berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Penelitian Kurnia, dkk (2014), manunjukan bahwa kinerja keuangan yang di ukur
dengan Return On Asett, Return On Equity dan pengungkapan corporate social responsibility berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan sektor pertambangan, yang di ukur menggunakan tobin”s Q. Pengungkapan corporate social
responsibility sendiri mampu menjadi variabel yang memperkuat hubungan ROE terhadap nilai perusahaan, dan tidak berpengaruh terhadap hubungan ROA terhadap nilai
perusahaan.
Aryani (2012), menunjukan bahwa good corporate governance tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan baik langsung maupun tidak langsung
good corporate governance mempengaruhi corporate social responsibility secara tidak langsung melalui variabel kinerja perusahaan (sebagai variabel intervening). Kinerja
perusahaan mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan secara langsung, tetapi tidak
mempunyai pengaruh secara tidak langsung melalui variabel corporate social responsibility (sebagai variabel intervening).
Setianingsih (2014), menunjukan bahwa adanya pengaruh positif dan signifikan
terhadap GCG dengan nilai perusahaan. Adanya pengaruh positif dan signifikan terhadap
CSR dengan nilai perusahaan. Pangulu (2014), struktur modal berhubungan positif dan
signifikan dengan nilai perusahaan. Hasil ini konsisten dengan dugaan awal yang
perusahaan. Hubungan yang positif berarti bahwa ketika terjadi peningkatan pada tingkat
struktur modal perusahaan maka akan terjadi peningkatan pula pada besarnya nilai
perusahaan. Agustina, (2013) menunjukan bahwa corporate social responsibility berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan
Penelitian ini mengacu pada penelitian Wardoyo dan Veronica (2013), tentang
pengaruh good corporate governance, corporate social responsibility dan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya yaitu dengan menambahkan variabel bebas yaitu struktur modal. Jika pada
penelitian sebelumnya menggunakan objek seluruh perusahaan perbankan go public, penelitian ini menggunakan objek perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Perusahaan pertambangan dipilih karena pemanfaatan sumber daya alam oleh
perusahaan yang digunakan untuk menjalankan bisnis usahanya. Penggunaan sumber
daya alam tersebut menimbulkan konsekuensi kerusakan alam yang ditimbulkan dalam
proses pengelolaannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh good corporate governance (GCG), corporate social responsibility (CSR), struktur modal dan kinerja keuangan perusahaan terhadap nilai perusahaan pada
perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2014.
1.2 Rumusan Masalah
1) Apakah dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan ?
2) Apakah komite audit berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan ?
3) Apakah kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan ?
4) Apakah pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan?
5) Apakah struktur modal berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan?
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, peneliti menghindari terlalu luas
permasalahan maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut:
1) Pengaruh good corporate governance, corporate social responsibility, struktur modal
dan kinerja keuangan perusahaan terhadap nilai perushaan.
2) Penelitian hanya pada perusahaan pertambangan di Indonesia yang masih beroperasi
pada periode penelitian dan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode
2012-2014.
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini sesuai dengan perumusan masalah diatas adalah:
1) Untuk menemukan bukti empiris adanya pengaruh positif dewan komisaris
independen terhadap nilai perusahaan pada perusahaan pertambangan.
2) Untuk menemukan bukti empiris adanya pengaruh positif komite audit terhadap nilai
perusahaan pada perusahaan pertambangan
3) Untuk menemukan bukti empiris adanya pengaruh positif kepemilikan institusional
terhadap nilai perusahaan pada perusahaan pertambangan
4) Untuk menemukan bukti empiris adanya pengaruh positif pengungkapan corporate social responsibility terhadap nilai perusahaan pada perusahaan pertambangan
5) Untuk menemukan bukti empiris adanya pengaruh negative struktur modal terhadap
nilai perusahaan pada perusahaan pertambangan.
6) Untuk menemukan bukti empiris adanya pengaruh positif kinerja keuangan
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :
1) Bagi Perusahaan Pertambangan
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan bahkan panduan kepada
perusahaan mengenai good corporate governance, pengungkapan corporate social responsibility, struktur modal dan kinerja keuangan perusahaan terhadap nilai perusahaan.
2) Bagi Investor
a. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan pengetahuan mengenai good corporate governance, pengungkapan corporate social responsibility, struktur modal dan kinerja keuangan perusahaan, yang dapat menjadi informasi tambahan
mengenai nilai perusahaan
b. Perusahaan sehingga keputusan yang akan diambil dalam berinvestasi tepat.
3) Bagi Akademisi
Diharapkan penelitian ini menjadi referensi dan memberikan landasan untuk
penelitian selanjutnya mengenai topik yang sejenis.
4) Bagi Penulis
Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana untuk menambah