• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TITIS WIJAYANTO PPKn'15

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TITIS WIJAYANTO PPKn'15"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

A.Hakikat Tentang Prestasi Belajar

1. Pengertian Pretasi Belajar

Arifin (2009: 12) berpendapat bahwa kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda, yaitu prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha”. Istilah “prestasi belajar” (achievement) berbeda dengan “hasil belajar” (learning outcome). Prestasi belajar pada

umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak peserta didik.

Menurut Saiful Bahri Djamarah dalam (dalam, M Rose, 2012) prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Dalam buku yang sama Nasrun harahap, berpendapat bahwa prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan siswa berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada siswa.

(2)

Menurut Siti Partini, Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang dalam kegiatan belajar. Dewa Ketut Sukardi, menyatakan Untuk mengukur prestasi belajar menggunakan tes prestasi yang dimaksud sebagai alat untuk mengungkap kemampuan aktual sebagai hasil belajar atau learning (dalam Azhar M2K, 2012). Dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran berkenaan dengan materi yang telah diajarkan.

2. Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar (faktor eksternal) individu. Penggenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekalai artinya dalam rangka membantu murid dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya.

Ahmadi (2013:138-139) menyebutkan faktor yang mempengaruhi prestasi belajar sebagai berikut :

Yang tergolong faktor intern adalah:

a. Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya.

(3)

1) Faktor intelektif yang meliputi:

a) Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat.

b) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki.

2) Faktor non-intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi dan penyesuian diri.

c. Faktor kematangan fisik maupun psikis. Yang tergolong faktor eksternal adalah: 1) Faktor sosial yang terdiri atas:

a) Lingkungan keluarga. b) Lingkungan sekolah. c) Lingkungan masyarakat. d) Lingkungan kelompok.

2) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.

3) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar dan iklim.

4) Faktor lingkungan sepiritual dan keamanan.

Faktor-faktor tersebut saling berinterakasi secara langsung ataupun tidak langsung dalam mencapai prestasi belajar.

3. Indikator Prestasi Belajar

(4)

Hal ini disebabkan perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat intangible (tidak dapat diraba). Oleh karena itu, yang dapat dilakukan guru dalam hal ini adalaha hanya mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebgai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun yang berdimensi karsa.

Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa sebagaimna yang terurai diatas adalah mengetahui garis-garis besar indikator (penunjuk adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis presatsi yang hendak diungkapkan atau diukur (Syah, 2004: 148). Untuk memahami kunci pokok diatas dan untuk memudahakan dalam menggunakan alat dan kiat evaluasi yang dipandang tepat, reliabel dan valid, dibawah ini diasjikan sebuah tebel dari surya (1982), Barlow (1985) dan Petty (2004) dalam (Syah, 2011: 148-150).

Tabel 2.1 Jenis, Indikator dan Cara Evaluasi prestasi.

Ranah/Jenis Prestasi Indikator Cara Evaluasi

(5)
(6)

Ranah/Jenis Prestasi Indikator Cara Evaluasi

Tabel 2.2 Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan

No Variabel Penelitian Indikator Alat Ukur

(7)

Tabel 2.3 Model Pembelajaran role playing

No Variabel Penelitian Indikator

1 Model Pembelajarna Role Playing 1. Menjelaskan tentang model

pembelajaran role playing pada siswa. 2. Membentuk siswa ke dalam 4 kelompok

yang terdiri dari 7 sampai 8 siswa tiap kelompoknya.

3. Membagikan lembar skenario role playing

4. Menentukan no urut peragaan untuk tiap kelompok

5. Memanggil kelompok sesuai nomor undian untuk maju memerankan skenario role playing yang sudah dibagikan

6. Mengamati peragaan skenario yang sedang diperagakan untuk setiap kelompok lain

7. Memberikan komentar atau masukan terhadap kelompok yang yang sudah memeragakan skenario role playing

4. Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan

Taniredja dalam bukunya yang berjudul “ Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan tinggi Muhammadiyah” (2014: 19-20) menyebutkan bahwa lulusan yang telah menempuh mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan diharuskan memiliki kompetensi:

(8)

b. Civic skill, yaitu kompetensi yang menyangkut kemampuan/keterampilan untuk memasuki masyarakat sebagai warga negara yang baik. Pada dimensi ini keterampilan kewraganegaraan dibagi menjadi dua :

1) Intellectual skill, maksudnya mahasiswa harus mempunyai kemampuan dan kecerdasan yang menyangkut pemecahan hidup kemasyarakatan sebagai warga negara.

2) Partisipatory skill, berupa kemampuan mahasiswa untuk ikut serta dalam kegiatan kemasyarakatan, sehingga dalam masyarakat mereka dapat sepenuhnya berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan warganegara.

c. Civic desposition, yakni terbentuknya watak mahasiswa dari masyarakat yang nantinya akan diterjuni, apabila masyarakat yang akan mereka terjuni adalah masyarakat Indonesia, maka melalui PKn akan terbentuk warga masyarakat yang berwatak dan berjiwa Pancasila, sebagai watak dan jiwa warganegara Indonesia yank baik.

B.Hakikat Tentang Pendidikan Kewarganegaraan

1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

(9)

Zamroni, Muhammad Numan Soemantri, Udin S. Winataputra dan Tim CICED (Center Indonesia for Civic Education). Istilah Pendidikan Kewargaan pada satu sisi identik dengan Pendidikan Kewarganegaraan. Namun disisi alain, istilah Pendidikan Kewarganegaraan secara substantif tidak hanya mendidik generasi muda menjadi warga negara yang cerdas dan sadar akan hak dan kewajibannya dalam konteks kehdiupan bermasyarakat dan bernegara yang merupakan penekanan dalam istilah Pendidikan Kewarganegaraan, meelainkan juga membangun kesiapan warga negara menjadai warga dunia (Global Society). Dengan demikian, orientasi Pendidikan Kewarganegaraan secara substantif lebih luas cakupannya dari istilah Pendidikan Kewarganegaraan. (Rosyada, 2000: 6)

(10)

Sementara itu Zamroni (dalam Rosyada 2000: 7) berpendapat bahwa Pendidikan Kewarganegaaran adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berfikir kritis dan bertindak demokratis, melalui aktivitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan ,masyarakat yang paling menjamin hak-hak warga negara. Selain itu, Pendidikan Kewarganegaaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh lembaga pendidikan dimana seseorang mempelajari orientasi, sikap dan perilaku politik sehingga yang bersangkutan memiliki political knowledege, awareness, attitude,political efficacy, dan political participation serta kemampuan mengambil keputusan politk secara rasional dan menguntungkan bagi dirinya juga bagi masyarakat dan bangsa.

2. Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) merupakan kebutuhan mendesak bagi bangsa Indonesia dalam membangun demokrasi berkeadaban karena beberapa alasan.

Pertama, meningkatnya gejala dan kecenderungan political illiteracy yaitu tidak melek politik dan tidak mengetahuai cara kerja demokrasi dan lembaga-lembaganya dikalangan warga negara.

(11)

Ketiga, masih terjadinya pelanggaran terhadap HAM, baik yang dilakukan negara maupun warganya (Rosyada: 2000: 17).

3. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Djahiri mengemukakan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah sebagai berikut :

a. Secara umum. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan harus ajeg dan mendukung pencapaian keberhasilan Pendidikan Nasional, yaitu :

“Mencerdaskan kehidupan bangsa yang mengembangkan manusia

Indonesia seutuhnya. Yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuahan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti yang luhur, memiliki kemampuan pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian mantap serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.

(12)

4. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan

Hakikat Kewarganegaraan menurut Busrizalti (2013: 7) adalah sebagai berikut :

a. Efective education yaitu merupakan pendidikan yang mengembangakan dan membina sikap.

b. Perkembangan sikap seseorang, ada beberapa tahapan diantaranya : 1) Anomus : tahapan tidak tahu terhadap sesuatau yang biak dan buruk. 2) Heteronomous : sudah memiliki sikap tertentu tetpai masih

ikut-ikutan. Melakukan sesuatu kegiatan hanya karena senang mengikuti apa yang dilakukan oleh orang lain.

3) Socionomous : melakukan sesuatu karena kesadaran dan keyikinan dirinya bahwa sesuatu itu perlu dan baik untuk dilakukan.

4) Aotonomous : melakukan sesuatu sudah melalui proses pemikiran yang matang, sadar dengan sebab akibat dari perbuatan yang dilakukan.

5. Fungsi dan Pernan Pendidikan Kewarganegaraan

(13)

serta cinta nusa, cinta bangsa, cinta tanah air sekaligus memiliki ketahanan yang tinggi. (Busrizalti, 2013: 17).

C.Hakikat Tentang Model Pembelajaran Role Playing

1. Pengertian Role Playing

Zaini menjelaskan role play adalah suatu aktivitas pembelajaran terencana yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang spesifik (2008: 98).

Role play berdasarkan pada tiga aspek utama dari pengalaman peran dalam kehidupan sehari-hari antara lain :

a. Mengambil peran (role taking) yaitu: tekanan ekspektasi-ekspektasi sosaial terhadap pemegang peran.

Contoh: berdasar pada hubungan keluarga (apa yang harus dikerjakan anak perempuan), atau berdasar tugas jabatan (bagaimana seorang agen polisi harus bertindak), dalam situasi sosial.

b. Membuat peran (role making), yaitu: kemampuan pemegang peran untuk berubah secara dramatis dari satu peran ke peran lain dan menciptakan serta memodifikasi peran sewaktu-waktu diperlukan.

c. Tawar menawar (role negotiation), yaitu: tingkat dimana peran-peran dinegosiasikan dengan pemegang peran yang lain dalam parameter dan hambatan interaksi sosial.

2. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Role Playing

Langkah-langkah model pembelajaran role playing adalah sebagai berikut:

a. Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan.

b. Menunjuk beberapa siswa unutk mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari sebelum KBM.

c. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya terdiri dari 5 orang. d. Memberikan penjelasan tenteng kompetensi yang ingin dicapai.

e. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan.

(14)

g. Setelah selesai ditampilkan, masing-masing siswa diberikan lembar kerja unutk membahas penampilan masing-masing kelompok.

h. Masing-masing kelompok menyampikan hasil kesimpulannya. i. Guru memberikan kesimpulan secara umum.

j. Evaluasi.

k. Penutup (Taniredja, 2011: 107).

3. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Role Playing

Kelebihan dan kelemahan model pemebelajaran role playing dalam (eko, 2011) antara lain :

a. Kelebihan model role playing

Kelebihan model role playing melibatkan seluruh siswa berpartisipasi, mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerja sama.

Siswa juga dapat belajar menggunakan bahasa dengan baik dan benar. Selain itu, kelebihan model ini adalah:

1) Dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.

2) Rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi.

3) Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan dapat memetik butir-butir hikmah yang terkandung di dalamnya dengan penghayatan siswa sendiri.

4) Dimungkinkan dapat Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda.

5) Guru dapat mengevaluasi pengalaman siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan.

6) Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa. Disamping merupakan pengaman yang menyenangkan yang saling untuk dilupakan.

7) Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh antusias.

(15)

b. Kelemahan model role playing

Hakekatnya sebuah ilmu yang tercipca oleh manusia tidak ada yang sempurna, semua ilmu ada kelebihan dan kekurangan. Jika kita melihat model role playing dalam cakupan cara dalam prooses mengajar dan belajar dalam lingkup pendidikan tentunya selain kelebihan terdapat kelemahan. Kelemahan model role palying antara lain:

1) Model bermain peranan memerlukan waktu yang relatif panjang/banyak.

2) Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun murid. Dan ini tidak semua guru memilikinya.

3) Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk memerlukan suatu adegan tertentu.

4) Apabila pelaksanaan sosiodrama dan bermain peran mengalami kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak tercapai.

5) Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini.

D.Hakikat Tentang Demokrasi

1. Pengertian Demokrasi

(16)

Demokrasi menurut asal kata berarti „rakyat berkuasa‟ atau

government or rule the people. Menurut Budiardjo Demokrasi berasal dari bahasa Yunani Demos berarti „rakyat” dan Kratos/Kratain berarti „kekuasaan/berkuasa‟ (dalam Taniredja, 2013: 123). Demokrasi juga dapat

diartikan sebagai sebuah sistem yang meliputi persaingan efektif diantara partai-partai politik untuk memperebutkan posisi kekuasaan. Dalam demokrasi ada pemilihan umum yang teratur dan jurdil, yang didalamnya semua anggota masyarakat dapat mengambil bagian. Hak-hak partisipasi demokratis ini berjalan seiring dengan kebebasan warga negara (civil liberties), kebebasan mengungkapkan pendapat dan berdiskusi, beserta kebebasan untuk membentuk dan bergabung dengan kelompok atau asosiasi politik (Giddens dalam Taniredja, 2013:123).

(17)

Abraham Lincoln, mengemukakan pengertian demokrasi tersebut tahun 1863 bahwa demokrasi adalah government of the people, by the people, for the people, yakni suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.

Pemerintahan dari rakyat (government of the people ) berarti pemerintah negara itu mendapat mandat dari rakyat untuk menyelenggarakan pemerintahan. Rakyat adalah pemegang kedaulatan atau kekuasaan tertinggi dalam negara demokrasi. Apabila rakyat telah mendapat mandat dari rakyat untuk memimpin penyelenggaraan bernegara, pemerintah tersebut sah. Seorang pemimpin seperti presiden, gubernur, bupati, kepala desa, pemimpin politik yang telah dipilih oleh rakyat, berarti telah mendapat mandat secara sah dari rakyat. Pemerintahan yang dijalankan adalah pemerintahan demokrasi sebab berasal dari mandat rakyat.

(18)

pemerintah negara sekaligus yang kan mengawasi penyelengaraan pemerintah. Rakyat secara tidak langsung melalui wakil-wakilnya membentuk pemerintahan dan mengawasi jalannya pemerintahan, Inilah yang dinamakan demokrasi tidak langsung.

Pemerintah untuk rakyat (government of for people ) berarti pemerintahan itu menghasilkan dan menjalankan kebijakan-kebijkan yang diarahkan untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat. Apabila kebijakan yang dihasilkan hanya unutk kepentingan sekelompok orang dan tidak berdasarkan kepentingan rakyat maka pemerintahan itu bukan pemerintahan yang demokratis. Karena itu dalam negara demokratis pemerintah harus berusaha sebaik mungkin agar kebijakan yang dikeluarkan adalah berasal dari aspirasi rakyat untuk kepentingan rakyat. Agar kebijakan itu aspiratif dan untuk kepentingan rakyat, pemerintah harus bertanggung jawab kepada rakyat yang diawasi oleh rakyat.

Dalam demokrasi, kekuasaan pemerintahan di negara itu berada ditangan rakyat. Pemerintahan yang menempatkan rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi disebut pemerintahan demokrasi dan pemerintahan demokrasi dapat juga dinyatakan sebagai sistem pemerintahan yang berkedaulatan rakyat (Winarno,2010: 92-93).

(19)

2. Demokrasi Sebagai Bentuk Pemerintahan

Demokrasi pada masa lalu dipahami sebagai bentuk pemerintahan. Demokrasi adalah bentuk pemerintahan. Akan tetapi, sekarang ini demokrasi dipahami lebih luas lagi sebagai sistem pemerintahan atau politik.

Secara klasik, pembagian bentuk pemerintahan menurut Plato dibedakan menjadi:

a. Monarki, yaitu suatu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh seseorang sebgai pimpinan tertinggi dan dijalankan untuk kepentingan rakyat banyak.

b. Tirani, yaitu suatu bentuk pemerintahan yang dipegang seseorang sebagai pimpinan tertinggi dan dijalankan untuk kepentingan pribadi.

c. Aristokrasi, yaitu suatu bentuk pemeritahan yang dipegang oleh sekelompok orang yang memimpin dan dijalankan untuk kepentingan rakyat banyak.

d. Oligarki, yaitu suatu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh sekelompok dan dijalankan untuk kepentingan kelompoknya sendiri. e. Demokrasi, yaitu suatu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh rakyat

dan untuk kepentingan rakyat banyak.

f. Mobokrasi/Okhloasi, yaitu suatu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh rakyat tetapi rakyat yang tidak tahu apa-apa, rakyat yang tidak berpendidikan dan rakyat yang tidak paham tentang pemerintahan yang akhirnya pemerintahan yang dijalankan tidak berhasil untuk kepentingan rakyat banyak.

Bentuk pemerintahan seperti diatas, sekarang ini tidak lagi dianut oleh banyak negara. Adapun bentuk pemerintahan yang dianut dan diterima dewasa ini adalah bentuk pemerintahan modern menurut Nicollo Machiavelli yaitu :

a. Monarki adalah bentu pemerintahan yang bersifat kerajaan. Pemimpin Negara umumnya bergelar raja, ratu, kaisar atau sultan.

(20)

Pembagian dua bentuk pemerintahan tersebut didasarkan pada cara pengangkatan atau peunjukan pemimpin negara. Apabila penunjukan pemimpinan negara berdasarkan keturunan atau pewarisan, bentuk pemerintahannya monarki, adapun bila penunjukan pemimpiun negara berdasarkan pemilihan, bentuk pemerintahnya adalah republik (Winanrno, 2010: 93-94).

3. Demokrasi sebagai Sistem Politik

Pada masa sekarang demokrasi dipahami tidak semata suatu bentuk pemerintahan tetapi sebgai sistem ploitik. Demokrasi sebagai sistem politik menurut bebrapa ahli :

Menurut Henry B Mayo demokrasi sebagai sistem politik merupakan suatu sistem yang menunjukan bahwa kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan yang berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik.

(21)

Adapun Prinsip-prinsip sistem politik demokrasi menurut Sukarna (dalam Winarno, 2010: 95) adalah, sebagai berikut :

a. Pembagian kekuasaan : kekuasaan eksekutif, kekuasaan legislatif dan kekuasaan yudikatif berada pada badan yang bebeda.

b. Pemerintahan konstitusional.

c. Pemerintahan berdasarkan hukum (Rule of Law). d. Pemerintahan mayoritas.

e. Pemerintahandengan diskusi. f. Pemilihan umum yang bebas.

g. Partai politik lebih dari satu dan mampu menjalankan fungsinya. h. Manajemen yang terbuka.

i. Pers yang bebas.

j. Pengakuan terhadap hak-hak minoritas. k. Perlindungan terhadap hak asasi manusia. l. Peradilan yang bebas dan tidak memihak. m. Pengawasan terhadap administrasi negara.

n. Mekanisme politik yang berubah antara kehidupan politik masyarakat dengan kehidupan politik pemerintah.

o. Kebijakan pemerintah dibuat oleh badan perwakilan politik tanpa paksaan.

p. Penempatan pejabat pemerintahan dengan merit system bukan poll system.

q. Peneyelesaian secara damai bukan dengan kompromi.

r. Jamianan terhadap kebebasan individu dalam batasan-batasan tertentu. s. Konstitusi/UUD yang demokratis.

t. Prinsip persetujuan.

4. Demokrasi Sebagai Sikap Hidup

(22)

sehingga mendukung pemerintahan atau sistem politik demokrasi. Perilaku yang mendukung tersebut tentu saja merupakan perilaku yang demokratis.

Perilaku demokratis terkait dengan nilai demokrasi. Perilaku yang senantiasa bersandar pada nilai-nilai demokrasi akan membentuk budaya atau kultur demokrasi. Pemerintahan demokratis membutuhkan kultut demokrasi unutk membuatnya performed (eksis dan tegak). Perilaku demokrasi ada dalam manusia itu sendiri, baik selaku warga negara ataupun pejabat negara.

5. Nilai - Nilai Demokrasi.

Nilai-niali demokrasi menurut Cipto dalam Taniredja, et al (2010: 126-129) meliputi:

a. Kebebasan Menyatakan Pendapat

(23)

Jika persoalan tersebut sangat merugikan hak-haknya selaku warga negara atau warga negara berharap agar kepentingannya dipenuhi oleh negara, dengan sendirinya warga negara berhak menyampaikan keluhan tersebut secara langsung maupun tidak langsung kepada pemerintah.Wraga negara dapat menyampaikan kepada pejabat sperti lurah, camat, bupati, anggota DPRD/DPR atau bahkan presiden baik melalui pembicaraan langsung, lewat surat, lewat media massa, lewat penulisan buku atau wakil-wakilnya di DPRD (Taniredja, et al, 2010: 126-127).

b. Kebebasan Berkelompok.

Berkelompok dalam suatu organisasi merupakan nilai dasar demokrasi yang diperlukan bagi setiap warga negara.Kebebasan berkelompok diperlukan untuk membentuk organisasi mahasiswa, parati politik, organisasi masa, perusahaan dan kelompok-kelompok lain. Dalam era modern kebutuhan berkelompok ini semakin kuat tumbuhnya. Persoalan-persoalan yang muncul ditengah masyarakat yang sedemikian kompleks serignkali memerlukan organisasi untuk menemukan jalan keluar.

(24)

warga negara. Itu semua jaminan bahwa demokrasi mendukung kebebasan kelompok (Taniredja, et al., 2010: 127).

c. Kebebasan Berpartisipasi.

Kebebasan berpartisipasi merupakan gabungna dari kebebasan berpendapat dan berkelompok ada emapat jenis partisipasi.

Pertama, Pemberian suara dalam pemilihan umum, baik pemilihan anggota DPR/DPRD maupun pemilihan Presiden. Di negara-negara demokrasi yang sedang berkembang sperti Indonesia pemberian suara sering diapresiasikan sebagai wujud kebebasan berpartisipasi politik yang paling utama. Pada umunya negara demokrasi yang baru berkembang senantiasa mengahrapkan agar jumlah pemilih atau pastisipan dalam pemberian suara dapat mencapai suara sebanyak-banyaknya.

Kedua, Bentuk partisipasi yang disebut sebagai melakukan kontak/hubungan dengan pejabat pemerintah. Bentuk partisipasi ini belum berkembang luasdi negara demokrasi baru. Kontak Langsung dengan pejabat penerintah ini akan semakin dibutuhkan karena kegiatan pemberian suara secar reguler (pemilihan anggota DPR/DPRD dan Presiden) dalam perkembangannya tidak memberikan kepuasan bagi masyarkat.

(25)

adalah bagian dari proses demokrasi sejauh itu diarahkan untuk memperbaiki kebijakan pemerintah atau swasta dan tidak untuk menciptakan gangguan bagi kehidupan politik

Keempat, Mencalonkan diri dalam pemilihan jabatan publik mulai dari lurah, bupati,walikota, gubernur, anggota DPR hingga Presiden sesuai dengan sistem pemilihan yang berlaku (Taniredja, et al.,2010: 127-128).

d. Kesetaraan Antarwarga.

Kesetaraan atau egalitarianisme merupakan salah satu nilai fundamental yang diperlakukan bagi penmgembangan demokrasi di Indonesia. Kesetaraan ini diartikan sebagai adanya kesempatan yang sama bagi setiap warga negara. Kesetaraan memberi tempat bagi setiap warga negara tanpa membedakan etnis, bahasa, daerah maupun agama. Nilai ini diperlukan bagi masyarakat heterogen seperti indonesia yang sangat multietnis, multibahasa, multidaerah, multiagama. Heterogenitas masyarakat Indonesia seringkali mengundang masalah khusunya bila terjadi miskomunikasi antarkelompok yang kemudian berkembang luas menjadi konflik antarkelompok.

(26)

bagi setiap warga negara tanpa membedakan etnis, bahasa, daerah, agama dan rasuntuk berpartisipasi penuh dalam masyarakat dan diperlakukan sama didepan hukum tanpa kecuali kedualatan rakyat. e. Rasa Percaya (Trust)

Rasa percaya antar politisi merupakan nilai dasar lain yang diperlukan agar demokrasi dapat terbentuk. Sebuah pemerintahan demokrasi akan sulit berkembang bili rasa percaya satu sama lain tidak tumbuh. Bila yang ada adalah ketakutan, kecurigaan, kekhawatiran dan permusuhan maka hubungan antar politisi akan terganggu secara permanen.

(27)

f. Kerjasama.

Kerjasama diperlukan untuk mengatasi persoalan yang muncul dalam masyarakat. Kerjasama yang dimaksud disini adalah kerjasama dalan hal kebijakan. Kerjasama hanya mungkin terjadi jika setiap orang atau kelompok bersedia untuk mengorbankan sebagian dari apa yang diperoleh dari kerjasama tersebut. Kerjasama bukan berarti menutup munculnya perbedaan pendapat anatar individu atau antar kelompok.

Kerjasama saja tidak cukup membangun masyarakat yang terbuka. Diperlukan kompetisi satu sama lain sebagai pendorong bagi kelompok untuk menignktakan kualitas masing-masing. Kompetisi menuju sesuatu yang berkualitas sangat diperlukan, sementar kerjasama diperlukan bagi kelompok untuk menopang upaya persaingan dengan kelompok lain.

Dalam konteks yang lebih luas kerjasama dan kompetisi dan menghasilkan persaingan yang sangat ketat sehingga masing-masign kelompok berpotensi untuk saling menjatuhkan bahkan menghancurkan. Diperlukan nilai-nilai kompromi agar persaingan menjadi lebih bermanfaat karena dengan kmpromi sisi-sisi agresif dari persaingan dapat diperluas menjadi keejasama yang lebih baik.

(28)

E.Kajian Hasil Penelitian

1. Hasil penelitian dari Tri Supriyatun (2008) yang berjudul Upaya peningkatan prestasi belajar pada pokok bahasan gejala-gejala alam menggunakan model role playing pada anak didik kelas VIIA SMP PGRI Baturaden Kabupaten Banyumas menyimpulkan bahwa model pembelajaran role playing dapat meningkatan prestasi belajar siswa.

(29)

F. Kerangka Berfikir

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir

Kondisi Awal Sebelum menggunakan model pembelajaran role

playing

Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa pada materi Demokrasi masih

rendah

Pelaksanaan Tindakan

Dalam pelaksanaan pembelajaran guru menggunaakan model pembelajaran

role playing (pelaksanaan tindakan siklus)

Kondisi Akhhir

adanya peningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas VIIIC SMP Muhammadiyah 2 Purwokerto melalui model

Gambar

Tabel 2.1 Jenis, Indikator dan Cara Evaluasi prestasi.
Tabel 2.2 Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan
Tabel 2.3 Model Pembelajaran role playing
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir

Referensi

Dokumen terkait

Blok rangkaian mikrokontroler Arduino, jika QRCode dapat terpindai dan sesuai dengan yang terdapat dalam database, maka komputer akan memberikan sinyal output

Berdasarkan hasil penelitian di SMAN 1 Ngimbang didapatkan hasil praktik siswi tentang usaha menjaga organ kewanitaan sebanyak 47 responden (59,5%) menjawab menganti

Hasil penelitian Pandey (2011) menyatakan model inquiry training lebih baik digunakan dalam mengajar fisika karena memberikan efek yang sangat baik jika dibandingkan dengan

Proses penempelan primer pada utas DNA yang sudah terbuka memerlukan suhu optimum, sebab suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan amplifikasi tidak terjadi atau

Pemberian pakan tambahan pelet yang dikombinasi dengan ampas tahu, dedak, daun singkong, dan daun kangkung menunjukkan bahwa jenis pakan tersebut masih dapat dikonsumsi oleh

Punk sendiri bukan hanya sebuah komunitas sosial tetapi mencakup di dalamnya ideologi, politik, musik dan gaya hidup yang terangkum dalam sebuah subkultur yang menjadi

Berdasarkan temuan dan analisis tentang Peran Relasi basis pemilih disabilitas dalam meningkatkan partisipasi pemilih di Kota Medan pada Pemilu 2019 dapat disimpulkan bahwa

4) Jika sumber itu merupakan karya tulis seseorang dalam suatu kumpulan tulisan banyak orang. Cara penulisan urut dimulai dari nama pengarang, tahun., judul kumpulan tulisan,