• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Organizational Citinzenship Behavior (OCB) 1. Pengertian Organizational Citinzenship Behavior (OCB) - Sukman Dyah Ayuni BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Organizational Citinzenship Behavior (OCB) 1. Pengertian Organizational Citinzenship Behavior (OCB) - Sukman Dyah Ayuni BAB II"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Organizational Citinzenship Behavior (OCB)

1. Pengertian Organizational Citinzenship Behavior (OCB)

Baron (2005) mendefinisikan Organizational Citizenship Behavior

(OCB) sebagai perilaku prososial yang terjadi dalam organisasi baik yang

diberi maupun yang tidak diberi imbalan oleh perusahaan. Perilaku

prososial adalah suatu tindakan menolong yang menguntungkan orang lain

tanpa harus menyediakan suatu keeuntungan langsung pada orang yang

melakukan tindakan tersebut, dan mungkin melibatkan suatu resiko bagi

orang yang menolong.

Organ dkk (2006) mendefinisikan OCB merupakan perilaku

individu yang memiliki kebebasan untuk memilih, yang secara tidak

langsung atau secara eksplisit diakui oleh sistem reward dan memberi

kontribusi pada keefektifan dan keefisienan fungsi organisasi. OCB

bersifat bebas dan sukarela, karena perilaku tersebut tidak diharuskan oleh

persyaratan peran atau deskripsi jabatan, yang secara jelas dituntut

berdasarkan kontrak dengan organisasi melainkan sebagai pilihan

personal.

Lebih lanjut Organ dkk (2006), menyatakan OCB adalah kinerja

extra-roleyang merupakan perilaku dimana pekerjaan diluar kewajiban

formal yang tidak berhubungan dengan kompensasi langsung, namun lebih

(2)

apa yang diharapkan. Organ dkk (2006) menjelaskan, dalam melakukan

pekerjaan sesuai dengan tugas yang ada dalam job descriptioni disebut in

role behavior. Sedangkan melakukan pekerjaan yang tidak sebatas dengan

tugas-tugas yang terdapat dalam deskripsi kerjanya disebut extra-role

behavior atau disebut dengan istilah OCB atau perilaku kewarganegaraan

karyawan.

Dari beberapa uraian definisi diatas dapat disimpullkan bahwa

OCB merupakan salah satu perilaku prososial yang terjadi dalam

organisasi dalam bentuk perilaku menolong pekerjaan diluar kewajiban

formal dengan suka rela tanpa adanya kompensasi, dan dapat

menguntungkan orang lain maupun organisasi.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Organizational Citizenship Behavior (OCB)

Baron (2005), faktor-faktor yang dapat menyebabkan munculnya

Organizational Citizenship Behavior (OCB) dalam suatu organisasi, yaitu:

a. Faktor kepuasan kerja

Semakin tinggi kepuasan kerja karyawan, semakin besar

kecenderungan mereka untuk melakukan OCB, khususnya tindakan

yang memunculkan loyalitas terhadap organisasi

b. Keadilan

Ketika seseorang merasa dirinya diperlakukan secara adil oleh

perusahaan, mereka cenderung menunjukkan perilaku OCB

(3)

c. Persepsi pegawai terhadap keluasan pekerjaan mereka

Perilaku yang mana yang merupakan bagian dari tugas, dan

mana yang sukarela. Semakin luas karyawan mendefinisikan pekerjaan

mereka, semakin cenderung mereka melakukan OCB.

Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi OCB adalah dengan adanya kepuasan kerja

pada diri karyawan tersebut dan sistem yang ada dalam organisasi

tersebut, seperti keadilan dalam organisasi, komitmen organisasi,

kepribadian, dan persepsi terhadap pekerjaannya, serta lingkungan

eksternal, strategi, praktik kepemimpinan, pengaturan organisasi, dan

sejarah organisasi.

3. Aspek-aspek Organizational Citizenship Behavior (OCB)

Organ dkk (2006) menjelaskan terdapat lima aspek atau lima

dimensi Organizational Citizenship Behavior (OCB), yaitu:

a. Altruism

Menunjukkan suatu pribadi yang lebih mementingkan kepentingan

orang lain dibandingkan dengan kepentingan pribadinya. Misalnya,

karyawan yang sudah selesai dengan pekerjaannya, membantu

karyawan lain dalam menghadapi pekerjaan yang sulit.

b. Courtesy

Menunjukkan suatu perilaku membantu orang lain secara sukarela dan

bukan merupakan tugas serta kewajibannya. Dimensi ini menunjukkan

(4)

yang dihadapi. Misalnya, membantu dalam menggunakan peralatan

dalam bekerja.

c. Sportmanship

Menunjukkan suatu kerelaan atau toleransi untuk bertahan dalam suatu

keadaan yang tidak menyenangkan tanpa mengeluh.Perilaku ini

menunjukkan suatu daya toleransi yang tinggi terhadap lingkungan

yang kurang atau bahkan tidak menyenangkan.

d. Civic Virtue

Terlibat dalam aktifitas organisasi dan peduli terhadap kelangsungan

hidup organisasi. Secara sukarela berpartisipasi, bertanggung jawab

dan terlibat dalam mengatasi masalah-masalah organisasi demi

kelangsungan organisasi. Karyawan juga aktif mengemukakan

gagasan-gagasannya serta ikut mengamati lingkungan bisnis dalam hal

ancaman dan peluang. Misalnya, aktif dalam rapat organisasi.

e. Conscientiousness

Suatu perilaku yang menunjukkan adanya upaya sukarela untuk

meningkatkan cara dalam menjalankan pekerjaannya secara kreatif

agar kinerja organisasi meningkat. Perilaku tersebut melibatkan kreatif

dan inovatif secara sukarela untuk meningkatkan kemampuannya

dalam bekerja demi peningkatan organisasi. Karyawan tersebut

melakukan tindakan-tindakan yang menguntungkan organisasi

melebihi dari yang disyaratkan, misalnya berinisiatif meningkatkan

kompetensinya seperti mengikuti seminar dan kursus yang disediakan

(5)

B. Iklim Organisasi

1. Pengertian Iklim Organisasi

Forehand dan Gilmers (Prihatsanti & Dewi, 2010) menyatakan

bahwa iklim organisasi adalah serangkaian deskripsi dari karakteristik

organisasi yang bertahan dalam jangka waktu lama. Karakteristik ini

membedakan satu organisasi dari organisasi lain dan mempengaruhi

perilaku orang-orang yang termasuk dalam organisasi tersebut.

Tagiuri dan Litwin (Prihatsanti & Dewi, 2010) mengatakan bahwa

iklim organisasi merupakan kualitas lingkungan internal organisasi yang

secara relatif terus berlangsung, dialami oleh anggota organisasi dan

mempengaruhi perilaku mereka serta dapat dilukiskan dalam satu set

karateristik atau sifat organisasi. Lebih lanjut Litwin dan Stringer (dalam

Toulsan & Mike, 1994) mendefinisikan iklim organisasi sebagai suatu

yang dapat diukur pada lingkungan kerja baik secara langsung maupun

tidak langsung berpengaruh pada karyawan dan pekerjaannya dimana

lingkungan kerja diasumsikan akan berpengaruh pada motivasi dan

perilaku karyawan.

Wirawan (2007) mendefinisikan iklim organisasi adalah persepsi

anggota organisasi (secara individual dan kelompok) dan mereka yang

secara tetap berhubungan dengan organisasi secara rutin, yang

mempengaruhi sikap dan perilaku organisasi dan kinerja anggota

(6)

Gibson dkk (1996) menambahkan bahwa iklim organisasi adalah

sifat lingkungan kerja atau lingkungan psikologis dalam organisasi yang

dirasakan oleh para pekerja atau anggota organisasi dan dianggap dapat

mempengaruhi sikap dan perilaku pekerja terhadap pekerjaanya.

Dari beberapa definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

iklim organisasi adalah kualitas lingkungan internal organisasi yang secara

relatif terus berlangsung, dialami oleh anggota organisasi dan

mempengaruhi perilaku mereka yang diasumsikan akan berpengaruh pada

motivasi dan perilaku karyawan.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Iklim Organisasi

Menurut Timpe (1993) ada empat prinsip faktor-faktor yang

mempengaruhi iklim, yaitu:

1. Manajer/pimpinan.

Pada dasarnya setiap tindakan yang diambil oleh pimpinan atau

manajer mempengaruhi iklim dalam beberapa hal, seperti

aturan-aturan, kebijakan-kebijakan, dan prosedur-prosedur organisasi

terutama masalah-masalah yang berhubungan dengan masalah

personalia, distribusi imbalan, gaya komunikasi, cara-cara yang

digunakan untuk memotivasi, teknik-teknik dan tindakan

pendisiplinan, interaksi antara manajemen dan kelompok, interaksi

antar kelompok, perhatian pada permasalahan yang dimiliki karyawan

dari waktu ke waktu, serta kebutuhan akan kepuasan dan kesejahteraan

(7)

2. Tingkah laku karyawan.

Tingkah laku karyawan mempengaruhi iklim melalui

kepribadian mereka, terutama kebutuhan mereka dan

tindakan-tindakan yang mereka lakukan untuk memuaskan kebutuhan tersebut.

Komunikasi karyawan memainkan bagian penting dalam membentuk

iklim. Cara seseorang berkomunikasi menentukan tingkat sukses atau

gagalnya hubungan antar manusia.

3. Tingkah laku kelompok kerja.

Terdapat kebutuhan tertentu pada kebanyakan orang dalam hal

hubungan persahabatan, suatu kebutuhan yang seringkali dipuaskan

oleh kelompok dalam organisasi. Kelompok-kelompok berkembang

dalam organisasi dengan dua cara, yaitu secara formal, utamanya pada

kelompok kerja; dan informal, sebagai kelompok persahabatan atau

kesamaan minat.

4. Faktor eksternal organisasi

Sejumlah faktor eksternal organisasi yang mempengaruhi iklim

pada organisasi tersebut. Keadaan ekonomi adalah faktor utama yang

mempengaruhi iklim. Contohnya dalam perekonomian dengan inflasi

yang tinggi, organisasi berada dalam tekanan untuk memberikan

peningkatan keuntungan sekurang-kurangnya sama dengan tingkat

inflasi. Seandainya pemerintah telah menetapkan aturan tentang

pemberian upah dan harga yang dapat membatasi peningkatan

keuntungan, karyawan mungkin menjadi tidak senang dan bisa keluar

(8)

ledakan ekonomi dapat mendorong penjualan dan memungkinkan

setiap orang mendapatkan pekerjaan dan peningkatan keuntungan yang

besar, sehingga hasilnya iklim menjadi lebih positif.

Sedangkan menurut Stringer (2002) mengemukakan bahwa

terdapat lima faktor yang mempengaruhi terjadinya iklim suatu organisasi,

masing-masing faktor yang mempegaruhi iklim tersebut yaitu:

1. Lingkungan Eksternal.

Industri atau bisnis yang sama mempunyai iklim organisasi

umum yang sama.

2. Strategi Organisasi.

Kinerja suatu perusahaan bergantung pada strategi (apa yang

diupayakan untuk dilakukan), energi yang dimiliki oleh karyawan

untuk melaksanakan pekerjaan yang diperlukan oleh strategi, dan

faktor-faktor lingkungan penentu dari level energi tersebut. Strategi

yang berbeda menimbulkan pola iklim organisasi yang berbeda.

Strategi mempengaruhi iklim organisasi secara tidak langsung.

3. Pengaturan organisasi.

Pengaturan organisasi mempunyai pengaruh paling kuat

terhadap iklim organisasi.

4. Kekuatan Sejarah.

Semakin tua umur suatu organisasi semakin kuat pengaruh

kekuatan sejarahnya. Pengaruh tersebut dalam bentuk tradisi dan

ingatan yang membentuk harapan anggota organisasi dan mempunyai

(9)

3. Dimensi iklim organisasi

Iklim organisasi bukan hanya pada tataran gaya kepemimpinan dan

perilaku pegawai yang ada dalam organisasi yang bersifat abstrak, akan

tetapi perlu dikaji sejauh mana standar dimensi yang ada dalam iklim

organisasi tersebut. Wirawan, (2007) mengemukakan dimensi-dimensi

iklim organisasi sebagai berikut :

a. Struktur, yakni dimensi yang mencakup perihal:

1) Situasi pelaksanaan tugas, yaitu ketersediaan sejumlah informasi

yang rinci mengenai definisi tugas, prosedur pelaksanaan dan

hambatan-hambatan yang mungkin terjadi.

2) Langkah maupun tindakan dari pimpinan atau manajemen

sehubungan dengan kebijakan, peraturan, sistem hirarkhi dan

birokrasi, penjelasan dan penjabaran tugas serta proses

pengambilan keputusan dan juga sistem kontrol yang diberlakukan

dalam organisasi.

b. Tanggungjawab, dimensi yang menggambarkan rasa tanggungjawab

yang tumbuh dalam organisasi, sehingga anggota organisasi

benar-benar memiliki tanggungjawab yang besar terhadap pelaksanaan tugas,

hasil dari pekerjaan dan mutu output.

c. Resiko, yakni dimensi yang menggambarkan kemampuan organisasi

untuk mengelola resiko. Setiap anggota organisasi akansiapdan mantap

dalam bekerja serta mau menghadapi resiko, jika sejak awal dilibatkan

(10)

d. Imbalan dan sangsi, yakni dimensi yang menunjukkan sistem

pemberian imbalan dan sangsi yang berlaku dalam organisasi. Sistem

pemberian imbalan dan sangsi hendaknya berlaku adil dan

proporsional. Adil dalam arti sistem pemberian imbalan dan sangsi ini

berlaku mengikat setiap anggota organisasi. Proporsional dalam arti

imbalan dan sangsi diberikan sesuai dengan tingkat prestasi dan

kesalahan yang dilakukan oleh anggota organisasi.

e. Kehangatan dan dukungan, yakni dimensi yang menggambarkan

situasi interaksi antara anggota organisasi. Interaksi yang baik dan

harmonis dari seluruh anggota arganisasi akan memberikan kepuasan

pada setiap anggota organisasi. Berkaitan dengan interaksi antar

anggota organisasi.

f. Konflik, yakni dimensi yang menggambarkan situasi yang terjadi bila

ada permasalahan dalam aktivitas organisasi.

Litwin dan Stringer (Prihatsanti & Dewi, 2010) menjabarkan lima dimensi

dari iklim organisasi, yaitu :

1. tanggung jawab,

2. identitas,

3. kehangatan,

4. dukungan,

(11)

C. Kepuasan Kerja

1. Pengertian Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja merupakan bentuk perasaan seseorang terhadap

pekerjaannya, situasi kerja dan hubungan dengan rekan kerja. Dengan

demikian kepuasan kerja merupakan aspek yang penting yang harus

dimiliki oleh seorang karyawan, mereka dapat berinteraksi dengan

lingkungan kerjanya sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik

dan sesuai tujuan perusahaan.

Menurut Suwarno dan Donni (2011) kepuasan kerja adalah cara

individu merasakan pekerjannya yang dihasilkan darisikap individu

tersebut terhadap berbagai aspek yang terkandung dalam pekerjaan.

Pemahaman serupa juga dikemukakan oleh Wibowo (2011) yaitu

kepuasan kerja adalah derajat positif atau negatifnya perasaanseseorang

mengenai berbagai segi tugas-tugas pekerjaan, tempat kerjadan hubungan

dengan sesama pekerja.

Handoko (2000) berpendapat bahwa kepuasan kerja adalah

keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan

mana para karyawan memandang pekerjaan mereka. Perasaan tersebut

merupakan cermin dari penyesuaian antara apa yang diperoleh dengan apa

yang diharapkan.

Sementara menurut Hasibuan (2013) kepuasan kerja adalah sikap

emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjannya. Sikap ini

(12)

Sedangkan pendapat lain tentang kepuasan kerja dikemukakan oleh

Susilo (2007), yaitu: Kepuasan kerja adalah suatu keadaan emosional

karyawan dimana terjadi ataupun tidak terjadi titik temu antara nilai balas

jasa kerja karyawan dari perusahaan/ organisasi dengan tingkat nilai balas

jasa yang memang diinginkan oleh karyawan yang bersangkutan. Balas

jasa merupakan imbalan yang diberikan pada karyawan atas jasadan

prestasi yang telah diberikan untuk perusahaan. Balas jasa dapatberupa

finansial maupun nonfinansial. Apabila kepuasan kerja terjadimaka

karyawan menunjukkan sikap positif terhadap segala pekerjaanyang

menjadi tugasnya dalam lingkungan kerja.

Kepuasan kerja yang dirasakan oleh karyawan pada umumnya

tercermin dalam sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala

sesuatu yang dihadapi ataupun yang ditugaskan kepadanya dilingkungan

kerja. Sebaliknya apabila kepuasan kerja tidak tercapai maka dapat

berakibat buruk terhadap perusahaan. Akibat buruk itu dapat berupa

kemalasan, kemangkiran, mogok kerja, pergantian tenaga kerjadan akibat

buruk yang merugikan lainnya.

Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian kepuasan kerja,

maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah cara individu

merasakan pekerjaan yang dihasilkan dari sikap individu tersebut terhadap

(13)

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja

Kepuasan merupakan sebuah hasil yang dirasakan oleh karyawan.

Apabila karyawan puas dengan pekerjaannya, maka ia akan bertahan

untuk bekerja pada perusahaan tersebut. Faktor-faktor yang dapat

digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan kerja karyawan pada

dasarnya secara praktis dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu

faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor yang

berasal dari diri pegawai dan dibawa oleh setiap pegawai sejak mulai

bekerja ditempatnya bekerja. Sedangkan faktor ekstrinsik menyangkut

hal-hal yang berasal dari luar diri pegawai antara lain kondisi fisik lingkungan

kerja, interaksinya dengan pegawai lain, sistem penggajian dan lainnya.

Pemahaman di atas sesuai dengan pendapat yang dikemukakan

oleh Mangkunegara (2004), faktor-faktor yang mempengaruhikepuasan

kerja adalah:

1) Faktor pegawai, yaitu kecerdasan (IQ), kecakapan khusus, umur, jenis

kelamin, kondisi fisik, pendidikan, pengalamankerja, masa kerja,

kepribadian, emosi, cara berpikir, persepsi dan sikap kerja.

2) Faktor pekerjaan, yaitu jenis pekerjaan, struktur organisasi, pangkat

(golongan), kedudukan, mutu pengawasan, jaminan financial,

kesempatan promosi jabatan, interaksi sosial, dan hubungan kerja.

Banyak faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan.

Faktor-faktor itu sendiri dalam peranannya memberikan kepuasan kepada

(14)

satu dengan yang lain akan memiliki faktor yang berbeda yang akan

mempengaruhi kepuasan kerjanya.

Menurut Susilo (2007) faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan

kerja seseorang adalah:

1) Tingkat absensi karyawan

2) Perputaran tenaga kerja

3) Semangat kerja

4) Keluhan-keluhan

5) Masalah-masalah personalia yang vital lainnya

Tingkat absensi karyawan dapat menjadi faktor penyebab kepuasan

kerja karena apabila karyawan tidak puas dalam bekerja dapat

mengakibatkan karyawan menjadi malas berangkat ke kantor sehingga

tingkat absensi menjadi tinggi. Karyawan kurang semangat dalam

menyelesaikan pekerjaan yang pada akhirnya hasil kerja menjadi tidak

maksimal. Berawal dari melakukan pekerjaan yang kurang semangat

kemudian malas berangkat ke kantor pada akhirnya hal tersebut dapat

menjadikan karyawan berkeinginan untuk pindah kerja.

Sedangkan menurut pendapat Gilmer (As’ad 2012) tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja sebagaiberikut:

1) Kesempatan untuk maju.

2) Keamanan kerja.

3) Gaji.

(15)

5) Kondisi kerja.

6) Pengawasan (supervisi).

7) Faktor intrinsik dari pekerjaan.

8) Komunikasi.

9) Aspek sosial dalam pekerjaan.

10) Fasilitas.

3. Aspek- aspek Kepuasan Kerja

As’ad (2012), aspek-aspek pekerjaan yang akan digunakan untuk

mencari sumber kepuasan atau ketidak puasan kerja dalam suatu

organisasi menggunakan teori dua faktor. Menurut Hezberg (dalam As’ad,

2012) menyimpulkan bahwa karyawan memiliki dua kategori kebutuhan

yang berbeda, yang disebut Hygiene factor dan Motivator.

Hygiene factor berkaitan dengan konteks pekerjaan, yaitu faktor

ekstrinsik pekerjaan yang meliputi faktor-faktor sebagai berikut:

a. Administrasi dan kebijakan perusahaan, yaitu derajat kesesuaian yang

dirasakan karyawan dari semua kebijakan dan peraturan yang berlaku

dalam perusahaan.

b. Kepemimpinan, yaitu derajat kewajaran kepemimpinan yang dirasakan

oleh karyawan.

c. Gaji, yaitu derajat kewajaran dari gaji yang diterima sebagai imbalan

untuk kinerjanya.

d. Hubungan interpersonal, yaitu kesesuaian yang dirasakan dalam

(16)

e. Kondisi kerja, yaitu derajat kesesuaian kondisi kerja dengan proses

pelaksanaan tugas pekerjaannya.

f. Rasa aman, yaitu derajat keamanan yang dirasakan karyawan saat

bekerja.

Faktor dalam Motivator, mencakup faktor-faktor yang berkaitan

dengan isi pekerjaan (faktor intrinsik) dari pekerjaan yang meliputi:

a. Responsibility (Tanggung jawab), yaitu besar kecilnya tanggung jawab

yang dirasakan seorang karyawan.

b. Advancement (Kemajuan), yaitu besar kecilnya kemungkinan

karyawan dapat maju dalam pekerjaannya.

c. Pekerjaan itu sendiri, yaitu besar kecilnya tantangan yang dirasakan

karyawan dari pekerjaannya

d. (Achievement (Capaian), yaitu besar kecilnya kemungkinan karyawan

mencapai prestasi kerja yang tinggi.

e. Recognition (Pengakuan), yaitu besar kecilnya kemungkinan

pengakuan yang diberikan kepada karyawan atas unjuk kerjanya.

Robbins (2003), aspek-aspek yang ada pada kepuasan kerja

terdapat pada unsur-unsur utama dalam pekerjaan, yaitu:

a. Sifat dasar pekerjaan

b. Penyeliaan

c. Upah

d. Kesempatan promosi

(17)

Dari uraian aspek-aspek diatas, dapat disimpulkan bahwa aspek

dalam kepuasan kerja meliputi, diri individu sendiri dan lingkungan

kerjanya.

D. Karyawan PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua 1. Karyawan di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua

Karyawan di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaliguasecara

umum dapa dibedakan menjadi 3 bagian antara lain sebagai berikut :

a. Bagian afdeling, yang terdiri dari sinder kebun,mandor besar, mandor

petik, mandor pemelihara, juru tulis, analisa petik, karyawan.

b. Kantor Induk, terdiri dari sinder kantor, mandor besar, SDM & Humas,

APK & APG, juru tulis produksi, keuangan dan pembukuan, kasir,

keamanan, pengobatan dan karyawan lain.

c. Teknik Pengolahan, terdiri dari sinder teknik, mandor besar, juru tulis,

mandor teknik, mandor terima pucuk, mandor pelayuan, mandor

pengolahan, mandor pengeringan, tea tester, mandor sortasi &

pengepakan, dan karyawan yang lain.

2. Tahap Pengolahan Teh Kaligua

a. Pelayuan, merupakan suatu tahap untuk mengubah kondisi warna dari

daun the segar menjadi layu dengan jalan menguapkan sebagian

kandungan airnya. Tahap ini merupakan kunci utama berhasil tidaknya

proses pengolahan the hitam. Proses pelayuan bertujuan untuk

(18)

tertentu di samping itu proses pelayuan juga membuat daun the lentur

dan mempermudah untuk digulung serta penggilingan.

b. Penggilingan dan sortasi basah adalah pelayuan terhadap pucuk the

yang pada dasarnya merupakan proses mengulung, memeras, memecah

dan memotong dalam bentuk yang lebih kecil. Tujuan dari

penggilingan adalah memeras cairan sel daun segar agar terjadi

perubahan warna dan rasa serta mengupayakan bentuk dan ukuran

tertentu.

c. Fermentasi adalah proses reaksi kimia yang melibatkan enzim yang

terdapat dalam sel daun teh dan sangat mempengaruhi rasa dan warna

yang akan dihasilkan. Tujuan pengoalhannya adalah agar

menghasilkan teh terbaik.

d. Pengeringan bubuk teh bertujuan untuk menghentikan proses

fermentasi penguapan kadar air kurang lebih 3% sehingga teh yang

dihasilkan mempunyai daya simpan tinggi.

e. Sortasi kering pada dasarnya merupakan upaya untuk memperoleh

produk teh hitam yang seragam baik ukuran maupun bentuk dan

beratnya. Dalam proses sortasi the harus dibersihkan dari kotoran,

tulang atau serat-serat daun.

f. Pengepakan bertujuan untuk menciptakan kemudahan transportasi

serta melindungi the agar tidak terjadi perubahan yang dapat

(19)

Panen dilakukan oleh pemetik teh yang bekerja sebagai pekerja harian

lepas, kemudian di setorkan pada kantor pengolahan untuk diolah, ada

penimbangan, bagian pelayuan, pemotongan, pengeringan, dan packing,

dimana setelah karyawan selesai dengan tugasnya, maka hal tersebut

memungkinkan karyawan membantu karyawan lain yang belum selesai

dengan tugasnya.

E. Kerangka Berfikir

Karyawan merupakan aset berharga yang dimiliki perusahaan dalam

mengoperasikan seluruh faktor produksi yang dimiliki oleh perusahaan, antara

lain mesin, modal, material, dan juga metode. Upaya menjalankam suatu

pekerjaan, karyawan memiliki keinginan untuk mencapai kepuasan dalam

bekerja.

Organizational Citizenship Behavior (OCB) adalah merupakan salah

satu perilaku prososial yang terjadi dalam organisasi dalam bentuk perilaku

menolong pekerjaan diluar kewajiban formal dengan suka rela tanpa adanya

kompensasi, dan dapat menguntungkan orang lain maupun organisasi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi OCB cukup kompleks dan saling

terkait satu sama lain. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah : kepuasan

kerja, budaya dan iklim organisasi, kepribadian dan suasana hati, persepsi

terhadap dukungan organisasional, persepsi terhadap kualitas interaksi atasan

bawahan, masa kerja, dan jenis kelamin. kepuasan kerja karyawan dapat

diasumsikan sebagai penentu OCB, karyawan yang puas akan lebih mungkin

(20)

melebihi harapan yang normal dalam pekerjaan, selain itu karyawan akan

menjadi lebih bangga melebihin tuntutan tugas karena ingin membalas

pengalaman positif mereka (Robbins, 2003)

Perilaku OCB akan terjadi jika pegawai memiliki persepsi positif pada

organisasinya, termasuk pada iklim dalam organisasi tersebut, maka pegawai

mampu mengendalikan perilakunya sendiri atau memilih perilaku yang sesuai

untuk kepentingan organisasi. Perilaku ini akan muncul karena memiliki

perasaan sebagai anggota organisasi dan merasa puas bila melakukan sesuatu

yang lebih bagi organisasi.

Berdasarkan uraian di atas Iklim organisasi dan kepuasan kerja dapat

mendorong munculnya OCB karena karyawan yang puas dan memililiki

persepsi yang baik terhadap organisasinya akan memiliki keinginan untuk

loyal dan peduli terhadap organisasinya, karena adanya Iklim Organisasi dan

Kepuasan Kerja dapat memberikan dampak positif terhadap efektivitas dalam

organisasi.

Gambar 1. Kerangka Berfikir Karyawan Tetap

Iklim Organisasi Kepuasan Kerja

(21)

F. Hipotesis

Berdasarkan teori yang telah di uraikan, maka hipotesis dalam

penelitian ini adalah:

1. Ada pengaruh secara signifikan Iklim Organisasi terhadap Organizational

Citizenship Behavior pada karyawan tetap.

2. Ada pengaruh secara signifikan Kepuasan Kerja terhadap Organizational

Citizenship Behavior pada karyawan tetap.

3. Ada pengaruh secara signifikan Iklim Organisasi dan Kepuasan Kerja

Gambar

Gambar 1. Kerangka Berfikir

Referensi

Dokumen terkait

Munculnya faham ekonomi alternatif, misalnya ekonomi kesejahteraan, social-market economy atau ekonomi yang didasarkan pada ajaran agama seperti ekonomi syari'ah,

Pada pelaksanaan prosedur pemberian obat dengan prinsip enam benar yang dilakukan perawat belum 100% dilakukan, hal ini dibuktikan dari hasil penelitian Lestari (2009) dengan

peneliti melakukan penelitian tentang “ Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Sebagai Upaya Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Biologi Materi Sistem

Peserta didik diberikan pekerjaan rumah mempersiapkan diri untuk materi siklus kegiatan ekonomi 4 sektor.. Peserta didik diberikan

Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpadannya terhadap informasi ditandai dengan Pasien mengatakan sudah diberitahu oleh dokter kalau terjadi patah tulang

Untuk menentukan persamaan dari suatu grafik garis lurus yang diberikan dapat ditentukan jika diketahui garis tersebut tegak lurus dengan suatu garis lain dan diketahui

Dengan mengambil studi kasus Orkes Keroncong Norma Nada, penelitian ini akan mengungkap gejala-gejala sikap resistensi dari masyarakat subkultur musik keroncong terhadap

Praktik jual beli makanan ringan yang tidak mencantumkan tanggal kadalursa ini masih ada penjual yang belum memenihu hak-hak konsumen dalam pasal 4 nomor 8