PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MATERI SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA PADA
SISWA KELAS VIII SMP JOANNES BOSCO YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh :
FRANSISKA SISKA NIM : 091434047
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW
SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MATERI SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA PADA
SISWA KELAS VIII SMP JOANNES BOSCO YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh :
FRANSISKA SISKA NIM : 091434047
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kar ya kecilku ini kuper sem bahkan unt uk :
Tuhan Yesus Kr ist us dan Bunda M ar ia
Kedua or ang t uaku t er cint a, Bapak Paulus
Sunyem dan Ibu Wit ona Anast asia
Abang dan kakakku t er sayang
Pr ogr am St udi Pendidikan Biologi
v MOTTO
“Ask, and it w ill given t o you; seek, and you w ill
find; knock, and it w ill be opened t o you”
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sungguh-sungguh bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah
Yogyakarta, 25 Juli 2013 Penulis
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Fransiska Siska
NIM : 091434047
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MATERI SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA PADA SISWA KELAS VIII SMP JOANNES BOSCO YOGYAKARTA”. Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu minta ijin dari saya maupun memberikan royaliti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Yogyakarta
Pada tanggal : 25 Juli 2013
Yang menyatakan
viii ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Joannes Bosco Yogyakarta dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada materi sistem peredaran darah manusia.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dengan menggunakan model Kemmis dan Mc.Taggart. Tahap penelitian terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan dan pengamatan serta refleksi. Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri atas 2 kali pertemuan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII Tolerance SMP Joannes Bosco Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013. Data yang diperoleh berupa data hasil tes akhir (postest) setiap siklus, data hasil observasi aspek afektif dan hasil pengisian kuisioner minat oleh siswa. Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan minat dan hasil belajar siswa. Untuk minat siswa, skor rata-rata kelas yang diperoleh sebesar 74,47%, dengan kategori berminat. Untuk hasil belajar pada siklus I skor rata-rata hasil belajar kognitif yang diperoleh sebesar 77,15, dengan ketuntasan kelas sebesar 68,18%, sedangkan pada siklus II skor rata-rata yang diperoleh sebesar 87,63, dengan ketuntasan kelas 90,90%. Untuk hasil belajar aspek afektif, rata-rata persentase kelas yang diperoleh pada siklus I sebesar 69,07%, sedangkan pada siklus II, rata-rata persentase kelas hasil belajar aspek afektif yang diperoleh sebesar 80,28%.
Kesimpulan yang diperoleh adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada pelajaran biologi materi sistem peredaran darah manusia meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Joannes Bosco Yogyakarta.
Kata Kunci :
ix ABSTRACT
The purpose of this research is to increase the interest and the result in studying for the students in the class VIII of Junior High School Joannes Bosco Yogyakarta by applying the cooperative learning model in type of jigsaw to the human’s circulatory system material.
This research is a classroom action research by using the model of Kemmis and Mc. Taggart. The systematic of the research are planning, implementation, observation and reflection. This research was done in 2 cycles which there were 2 meetings in every cycle. The subject of this research is a student in VIII Tolerance Junior High School Joannes Bosco Yogyakarta 2012/2013. The data in this research was from a posttest in every cycle, the result of the observation in the affective side and the questioner about the students’ interest. The analysis was done qualitatively and quantitatively.
The result of this research shows that there is an increasing in the students’ interest and learning result. For the students’ interest, the result average scorer is 74,47% for the category of interest. For the student’s learning result, in the first cycle, the result average scorer of the cognitive is 77,15 by passing of class about 68,18%, while in the second cycle, the result average scorer 87,63 by passing of class about 90,90%. For affective, in the first cycle the result average rate scorer 69,07% while, in the second cycle, the result average rate scorer of the affective side is 80,28%.
As a result, the application of the cooperative learning model in type of jigsaw in Biology’s material learning about human’s circulatory system increases the students’ interest and the result in studying for the students in the class VIII of Junior High School Joannes Bosco Yogyakarta.
Keyword:
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunia-Nya lah, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw sebagai Upaya Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Biologi Materi Sistem Peredaran Darah Manusia pada Siswa Kelas VIII SMP Joannes Bosco Yogyakarta” ini.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Keberhasilan dalam menyusun skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, S.J. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma.
2. Drs. A. Tri Priantoro, M.For.Sc., selaku Kepala Program Studi Pendidikan Biologi sekaligus dosen pembimbing skripsi yang telah berkenan meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan masukan dan motivasi, serta pengarahan kepada penulis selama menyusun skripsi.
3. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Biologi yang telah membimbing, mengajar, dan membuka wawasan peneliti selama dibangku kuliah.
4. Segenap dosen dan staf Sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma.
5. Drs. Y. Sugiarto selaku kepala SMP Joannes Bosco Yogyakarta yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMP Joannes Bosco Yogyakarta.
6. Agnes Indiah Ekowati, S.Si., selaku guru mata pelajaran biologi SMP Joannes Bosco Yogyakarta yang telah membantu dan memberikan pengarahan kepada penulis selama melakukan penelitian.
xi
8. Kedua orangtuaku tercinta Bapak Paulus Sunyem dan Ibu Witona Anastasia atas doa, dukungan, semangat, dan segalanya yang telah diberikan selama ini. 9. Ketiga saudaraku (Bang Mauried, Bang Patriek, kak Lery dan keluarga) dan
semua keluarga besar yang selalu memberikan dukungan dan doa.
10.Pacarku Doyo, yang selalu memberi semangat dan mau mendengar berbagai keluhan dari Penulis.
11.Sahabat-sahabat terdekatku, Duyunk, Ana, Cio, Prima, Junot, Eran, Mano, Yuni, Putu, Rere, Lana, Riris, Wiwik, dan Iean.
12.Teman-teman Program Studi Pendidikan Biologi angkatan 2009 Universitas Sanata Dharma, atas kebersamaannya selama ini.
13.Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dan mendukung penulis selama penyusunan skripsi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik, saran, dan pendapat yang dapat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.
Yogyakarta, 25 Juli 2013
xii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii
ABSTRAK ... viii
B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah ... 4
1. Rumusan Masalah ... 4
B. Pembelajaran Biologi... 8
C. Hasil Belajar ... 9
xiii
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar ... 12
D. Minat Belajar ... 13
E. Model Pembelajaran Kooperatif ... 17
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ... 17
2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... 18
3. Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif... 19
4. Keunggulan Pembelajaran Kooperatif ... 20
5. Kelemahan Pembelajaran Kooperatif ... 21
F. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 21
G. Materi Sistem Peredaran Darah Manusia ... 24
H. Hasil Penelitian yang Relevan... 26
I. Kerangka Pikiran ... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 30
G. Rancangan Pelaksanaan Penelitian... 33
a. Siklus I ... 33
b. Siklus II ... 35
H. Instrumen Penelitian ... 36
1. Perangkat Pembelajaran ... 37
a. Silabus ... 37
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)... 37
c. Modul Pembelajaran ... 37
d. Kartu Soal ... 37
2. Instrumen Pengumpulan Data ... 38
a. Tes ... 38
b. Non tes ... 38
1) Kuesioner ... 38
xiv
K. Indikator Keberhasilan ... 47
L. Personalia ... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 49
1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 49
a. Siklus I... 50
b. Siklus II ... 57
2. Hasil Analisis Minat Belajar Siswa ... 66
3. Hasil Analisis Hasil Belajar ... 67
a. Hasil Belajar Aspek Kognitif Siswa ... 67
b. Hasil Belajar Aspek Afektif Siswa ... 73
B. Pembahasan ... 75
1. Peningkatan Minat Belajar Siswa ... 76
2. Peningkatan Hasil Belajar ... 79
a. Hasil Belajar Aspek Kognitif Siswa ... 79
b. Hasil Belajar Aspek Afektif Siswa ... 87
3. Faktor-faktor Pendukung Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 91
4. Faktor-faktor Penghambat Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 92
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 95
B. Saran ... ... 96
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Penjabaran Variabel Terikat dalam Penelitian ... 31
Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner ... 39
Tabel 3.3 Kategori Hasil Belajar Kognitif ... 42
Tabel 3.4 Hasil Analisis Hasil Belajar Kognitif ... 43
Tabel 3.5 Kriteria Hasil Persentase Skor Observasi Aspek Afektif ... 44
Tabel 3.6 Hasil Analisis Hasil Belajar Aspek Afektif Siswa ... 45
Tabel 3.7 Skor Minat ... 45
Tabel 3.8 Pedoman Penskoran Kuesioner Minat ... 46
Tabel 3.9 Interval Minat ... 46
Tabel 3.10 Hasil Analisis Minat Belajar Siswa ... 47
Tabel 3.11 Indikator Keberhasilan Penelitian ... 47
Tabel 4.1 Persentase Masing-masing Indikator Minat ... 66
Tabel 4.2 Hasil Analisis Minat Belajar Siswa ... 67
Tabel 4.3 Hasil Analisis Nilai Tes Awal (Pretest) ... 68
Tabel 4.4 Persentase Indikator Soal yang dinilai pada Siklus I... 69
Tabel 4.5 Hasil Analisis Nilai Tes Akhir (Postest) Siswa Siklus I... 70
Tabel 4.6 Persentase Indikator Soal yang dinilai pada Siklus II ... 71
Tabel 4.7 Hasil Analisis Nilai Tes Akhir (Postest) Siswa Siklus II ... 72
Tabel 4.8 Hasil Analisis Hasil Belajar Aspek Afektif Siswa Siklus I ... 73
Tabel 4.9 Persentase Masing-masing Indikator Hasil Belajar Aspek Afektif Siklus I ... 74
Tabel 4.10 Hasil Analisis Hasil Belajar Aspek Afektif Siswa Siklus II ... 74
Tabel 4.11 Persentase Masing-masing Indikator Hasil Belajar Aspek Afektif Siklus II ... 75
Tabel 4.12 Hasil Persentase yang Diperoleh dari setiap Indikator Hasil Belajar Aspek Kognitif yang Dinilai pada Siklus I dan II ... 80
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Gambaran Kelompok Jigsaw ... 23
Gambar 2.2 Peta Konsep Materi Sistem Peredaran Darah Manusia ... 26
Gambar 3.1 Bagan Model Penelitian Kemmis dan Mc. Taggart... 32
Gambar 4.1 Peneliti Menulis Tujuan Pembelajaran ... 51
Gambar 4.2 Kegiatan Diskusi Kelompok Ahli Siklus I ... 52
Gambar 4.3 Kegiatan Diskusi Kelompok Asal Siklus I ... 53
Gambar 4.4 Kegiatan Presentasi Kelas Siklus I ... 55
Gambar 4.5 Kegiatan Klarifikasi oleh Peneliti ... 56
Gambar 4.6 Kegiatan Menyimpulkan Pembelajaran ... 56
Gambar 4.7 Siswa Mengerjakan Soal Postest ... 56
Gambar 4.8 Kegiatan Awal Pembelajaran Siklus II ... 58
Gambar 4.9 Kegiatan Diskusi Kelompok Ahli Siklus II... 60
Gambar 4.10 Kegiatan Diskusi Kelompok Asal Siklus II ... 61
Gambar 4.11 Kegiatan Awal Pertemuan Kedua Siklus II... 62
Gambar 4.12 Kegiatan Presentasi Kelas Siklus II ... 64
Gambar 4.13 Kegiatan Klarifikasi oleh Peneliti ... 64
Gambar 4.14 Kegiatan Menyimpulkan Pembelajaran ... 65
Gambar 4.15 Siswa Mengerjakan Soal Postest ... 65
Gambar 4.16 Grafik Kategori Hasil Belajar Aspek Kognitif dari tes awal (pretest) ... 68
Gambar 4.17 Grafik Kategori Hasil Belajar Aspek Kognitif dari tes akhir (postest) Siklus I ... 70
Gambar 4.18 Grafik Kategori Hasil Belajar Aspek Kognitif dari tes akhir (postest)Siklus II ... 72
Gambar 4.19 Grafik Hasil Analisis Indikator Minat Siswa ... 76
Gambar 4.20 Grafik kategori hasil belajar aspek kognitif siswa ... 83
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Silabus Kegiatan Pembelajaran ... 100
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ... 103
Lampiran 3 Kartu Soal Siklus I ... 109
Lampiran 4 Kisi-Kisi Soal Tes Awal (Pretest), Tes Akhir Siklus I, Tes Akhir Siklus II ... 111
Lampiran 5 Tes Awal (Pretest), Kunci Jawab dan Pedoman Skor Tes Awal (Pretest) ... 112
Lampiran 6 Tes Akhir (Postest), Kunci Jawab dan Pedoman Skor Tes Akhir (Postest) Siklus I ... 117
Lampiran 7 Jawaban Tes Awal (Pretest) Siswa ... 122
Lampiran 8 Jawaban Tes Akhir (Postest) Siklus I ... 130
Lampiran 9 Lembar Observasi Aspek Afektif Siswa pada Kelompok Asal dan Ahli Siklus I ... 134
Lampiran 10 Hasil Observasi Lembar Observasi Aspek Afektif Siswa pada Kelompok Asal dan Ahli Siklus I ... 136
Lampiran 11 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ... 142
Lampiran 12 Kartu Soal Siklus II ... 148
Lampiran 13 Tes Akhir (Postest), Kunci Jawab dan Pedoman Skor Tes Akhir (Postest) Siklus II ... 150
Lampiran 14 Jawaban Tes Akhir (Post-test) Siklus II ... 154
Lampiran 15 Lembar Observasi Aspek Afektif Siswa pada Kelompok Asal dan Ahli Siklus II ... 162
Lampiran 16 Hasil Observasi Lembar Observasi Aspek Afektif Siswa pada Kelompok Asal dan Ahli Siklus I ... 164
Lampiran 17 Kuesioner Minat ... 168
Lampiran 18 Jawaban Kuesioner Minat ... 170
Lampiran 19 Hasil Analisis Minat Belajar Siswa ... 172
Lampiran 20 Hasil Analisis Tes Awal (Pretest) Siswa ... 174
Lampiran 21 Hasil Analisis Tes Akhir (Postest) Siswa Siklus I ... 176
Lampiran 22 Hasil Analisis Tes Akhir (Postest) Siswa Siklus II... 178
Lampiran 23 Hasil Analisis Aspek Afektif Siswa Siklus I ... 180
Lampiran 24 Hasil Analisis Aspek Afektif Siswa Siklus II ... 182
Lampiran 25 Hasil Analisis Hasil Belajar Kognitif, Afektif dan Minat serta Klasifikasi Hasil Belajar Berdasarkan Kategori Minat ... 184
Lampiran 26 Presensi Tes Awal, Siklus I dan II ... 186
Lampiran 27 Nama Kelompok Siklus I dan II ... 189
Lampiran 28 Modul Pembelajaran ... 193
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran merupakan setiap usaha yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik melakukan
kegiatan belajar (Sudjana dalam Sugihartono, dkk.,2007). Dalam undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003, pembelajaran adalah
proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam hal ini, peserta didik akan mengalami suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki
perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Menurut Suyono dan Hariyanto (2011), dalam konteks menjadi tahu atau proses memperoleh
pengetahuan, menurut pengalaman sains konvensional, kontak manusia dengan alam diistilahkan dengan pengalaman (experience).
Dalam proses pembelajaran, guru memiliki peran yang sangat
penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakannya. Guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara
seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya (Raharjo, 2012). Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang dapat mengajak siswa terlibat aktif dalam kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan. Seperti dikemukakan oleh Kemp dalam Wena (2009) bahwa perlu ada kegiatan belajar mengajar sebagai pendorong
kegiatan pembelajaran, diharapkan hasil pembelajaran dapat meningkat dan
kegiatan belajar lebih bermakna. Namun, dalam kenyataannya di sekolah saat ini, seringkali guru yang aktif sehingga murid tidak diberi kesempatan untuk
aktif (Raharjo, 2012).
Hasil observasi di kelas VIII Tolerance SMP Joannes Bosco Yogyakarta menunjukan bahwa, pembelajaran biologi menggunakan model
pembelajaran ceramah yang disertai dengan media power point dan pemutaran video/animasi, serta tanya jawab. Dalam proses pembelajaran
terlihat siswa kurang aktif dan hanya mendengarkan penjelasan dari guru. Sebagian besar siswa sibuk sendiri dan asyik mengobrol dengan teman sebangkunya ketika proses pembelajaran berlangsung. Siswa juga tidak ada
yang bertanya ketika guru memberikan kesempatan untuk bertanya. Hal ini menunjukkan bahwa, minat siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
sangat kurang.
Dengan menggunakan model pembelajaran yang biasa digunakan dalam pembelajaran biologi yaitu model pembelajaran ceramah dimana siswa
kurang aktifnya dalam proses pembelajaran juga berpengaruh pada hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar pada tahun ajaran
2011/2012 khususnya materi sistem peredaran darah, rata-rata nilai hasil belajar siswa kelas VIII Tolerance SMP Joannes Bosco Yogyakarta hanya 52,75 atau masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Biologi di
SMP Joannes Bosco Yogyakarta yaitu 67. Dari rata-rata skor yang diperoleh tersebut, hasil belajar yang diperoleh tentu masih rendah dari apa yang
Berdasarkan situasi yang ada, dalam penelitian ini digunakan
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa. Model pembelajaran kooperatif adalah pendekatan
pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sugianto, 2010). Seperti yang diungkapkan Lie dalam Majid (2013)
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas
empat sampai enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri.
Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori konstruktivis.
Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi
dengan temannya (Trianto, 2009). Melalui pembelajaran kooperatif akan memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas terstruktur sehingga dapat mengaktifkan siswa untuk
menemukan konsep-konsep materi yang sedang dipelajari. Melalui pembelajaran kooperatif, siswa akan menjadi sumber belajar bagi temannya
(Wena, 2009). Menurut Lie dalam Wena (2009) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif dikembangkan dengan dasar asumsi bahwa proses belajar akan lebih bermakna jika peserta didik dapat saling mengajari. Dalam
pembelajaran kooperatif, siswa dapat belajar dari dua sumber belajar utama, yaitu pengajar dan teman belajar lain.
mengajarkan kepada orang lain, sehingga siswa memiliki tanggung jawab
dalam pelaksanaan pembelajaran (Zaini, dkk., 2008).
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, maka
peneliti melakukan penelitian tentang “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Sebagai Upaya Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Biologi Materi Sistem Peredaran Darah Manusia pada Siswa Kelas VIII SMP Joannes Bosco Yogyakarta”.
B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah 1. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang ada, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Bagaimana minat belajar biologi materi sistem peredaran darah manusia
melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas VIII SMP Joannes Bosco Yogyakarta?
b. Bagaimana hasil belajar biologi materi sistem peredaran darah manusia
melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas VIII SMP Joannes Bosco Yogyakarta?
2. Batasan Masalah
Supaya masalah yang diteliti tidak meluas, maka perlu adanya batasan
a. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII Tolerance SMP Joannes Bosco Yogyakarta.
b. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah minat dan hasil belajar biologi materi sistem peredaran darah manusia. Hasil belajar yang diukur meliputi aspek
kognitif dan aspek afektif. c. Materi Ajar
Materi yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada Kompetensi Dasar (KD) 1.6. yaitu mendeskripsikan sistem peredaran darah pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan.
C. Hipotesa
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada pelajaran biologi materi sistem peredaran darah manusia dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Joannes Bosco Yogyakarta.
D. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui minat belajar biologi materi sistem peredaran darah manusia melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas VIII SMP Joannes Bosco Yogyakarta.
2. Mengetahui peningkatan hasil belajar biologi materi sistem peredaran darah manusia melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada
E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti
Melalui penelitian ini, peneliti dapat menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw secara langsung dalam proses pembelajaran di kelas. Selain itu, peneliti dapat mengetahui minat dan hasil belajar siswa terhadap pelajaran biologi materi sistem peredaran darah manusia dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. 2. Bagi Guru/Sekolah
Bagi guru, model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat dijadikan alternatif model pembelajaran agar terjadi variasi penggunaan model pembelajaran ketika mengajar di kelas.
Bagi sekolah, dengan dilakukannya Penelitian Tindakan Kelas ini dapat membantu sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran,
khususnya pembelajaran biologi. 3. Bagi Siswa
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada pelajaran
7 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Belajar dan Pembelajaran
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan (Slameto, 2010). Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan,
meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian (Suyono dan Hariyanto, 2011). Menurut Santrock dan Yussen dalam
Sugihartono,dkk., (2007) belajar sebagai perubahan yang relatif permanen karena adanya pengalaman. Reber dalam Sugihartono,dkk., (2007) mendefinisikan belajar dalam dua pengertian, yaitu pertama, belajar sebagai proses memperoleh
pengetahuan. Kedua, belajar sebagai perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat. Belajar merupakan suatu aktivitas
mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai sikap (Winkel, 2009).
Menurut Sudjana dalam Sugihartono dkk., (2007) pembelajaran merupakan setiap upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat
mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan
menghubungkannya dengan anak didik sehingga terjadi proses belajar.
Dari uraian diatas, maka dapat diartikan bahwa belajar dan pembelajaran
merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dan melibatkan peran penting pendidik maupun peserta didik, karena belajar merupakan segala upaya yang dilakukan oleh peserta didik untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan
perubahan tingkah laku. Sedangkan pembelajaran adalah upaya yang dilakukan oleh pendidik untuk mengoptimalkan kegiatan pembelajaran.
B. Pembelajaran Biologi
Dalam Kurikulum KTSP, tujuan pembelajaran biologi di SMP selain
memahami konsep-konsep biologi siswa juga dituntut mampu menggunakan metode ilmiah yang dilandasi oleh sikap ilmiah untuk memecahkan masalah yang
dihadapinya (Depdiknas, 2006). Sebagai salah satu mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) hakikat pembelajaran biologi tidak terlepas dari hakikat pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yaitu produk, proses dan, sikap
(Novelia, 2011 httt://id.scribd.com/doc/63288472/Hakikat-IPA). Sebagai produk, biologi yang merupakan disiplin ilmu dari sains memiliki kumpulan pengetahuan
yang tersusun atas fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori.
a. Fakta merupakan produk sains yang paling dasar, yang diperoleh dari hasil observasi secara intensif dan terus menerus. Contoh : gula rasanya manis.
b. Konsep dalam sains dinyatakan sebagai abstraksi tentang benda atau peristiwa alam. Dalam beberapa hal konsep diartikan sebagai suatu definisi atau
c. Prinsip adalah generalisasi antar hubungan antar konsep-konsep yang
berkaitan. Contoh : semakin berat aktivitas seseorang, maka semakin cepat denyut jantungnya.
d. Hukum adalah prinsip yang bersifat spesifik.
e. Teori adalah generaisasi tentang berbagai prinsip yang dapat menjelaskan dan meramal fenomena.
Hakikat biologi sebagai proses merupakan cara kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan suatu masalah, sehingga merupakan kegiatan pengumpulan
data, menghubungkan fakta yang satu dengan fakta lainnya, menginterpretasi data dan menarik kesimpulan. Cara kerja sains dikenal dengan istilah metode ilmiah.
Dalam melaksanakan proses sains untuk memperoleh produk yang dapat
dipertanggungjawabkan tidak terlepas dari sikap ilmiah yang meliputi objektif, rasa ingin tahu, tanggung jawab, teliti, terbuka, kritis, dan tidak mudah putus asa.
Dalam proses pembelajaran biologi juga tidak terlepas dari sikap ilmiah sebagai landasan untuk proses dan produk pembelajaran biologi.
C. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2009). Suprijono (2009) mengatakan bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Sementara itu, Lindgren dalam Suprijono (2009) mengatakan bahwa hasil belajar meliputi kecakapan, informasi, pengertian,
Berdasarkan beberapa pengertian yang ada, maka hasil belajar merupakan
kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah melakukan pembelajaran berupa perubahan yang mencakup tiga aspek, yaitu aspek kognitif, aspek psikomotor, dan
aspek afektif. Masing-masing dari aspek tersebut memiliki kategori-kategori yang disusun secara hirarkis, sehingga menjadi taraf-taraf yang semakin bersifat kompleks.
a. Aspek kognitif
Aspek kognitif adalah aspek yang mencakup kegiatan otak. Artinya segala
upaya yang mencakup aktivitas otak termasuk dalam aspek kognitif (Sudaryono 2012). Menurut Bloom, dkk., dalam Winkel (2009) aspek kognitif mencakup: 1. pengetahuan (C1): mencangkup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari
dan disimpan dalam ingatan. Hal-hal itu dapat meliputi fakta, kaidah, dan prinsip, serta metode yang diketahui;
2. pemahaman (C2): mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari;
3. penerapan (C3): mencangkup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau
metode bekerja pada suatu kasus / masalah yang konkret dan baru;
4. analisis (C4): mencangkup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam
bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik, kemampuan ini dinyatakan dengan menganalisis bagian-bagian dasar, bersama dengan hubungan/relasi antar semua bagian;
6. evaluasi (C6): mencangkup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat
mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggung jawaban pendapat tersebut.
b. Aspek afektif
Aspek afektif adalah aspek yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Oleh karena itu, sikap seorang dapat diramalkan perubahannya apabila ia telah
memiliki penguasaan kognitif yang tinggi (Sudaryono, 2012). Menurut Kratwohl, dkk., dalam Winkel (2009) aspek afektif mencakup:
1. penerimaan: mencangkup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan ransangan tersebut, seperti buku pelajaran atau penjelasan yang diberikan oleh guru atau mendengarkan dan
memperhatikan jawaban teman sekelas;
2. partisipasi: mencangkup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan
berpartisipasi dalam suatu kegiatan;
3. penilai/penentu sikap: mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu;
4. organisasi: mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam hidup;
5. pembentukan pola hidup: mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan dari materi yang telah dipelajari.
c. Aspek psikomotorik
Aspek psikomotorik adalah aspek yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.
berprilakau) (Sudaryono 2012). Menurut klasifikasi Simpson dalam Winkel
(2009) aspek psikomotorik meliputi:
1. persepsi: mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat
antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan perbedaan antar ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan;
2. kesiapan: terkait dengan konsentrasi dalam menyiapkan diri;
3. gerak terbimbing: mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan contoh yang diberikan;
4. gerak yang terbiasa: mencangkup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar, karena sudah dilatih secukupnya, tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan;
5. gerak kompleks: mencangkup kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilan, yang terdiri atas beberapa komponen, dengan lancar, tepat dan
efisien;
6. penyesuaian pola gerak: mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau dengan
menunjukkan suatu keterampilan yang telah mencapai kemahiran;
7. kreativitas: mencakup kemampuan untuk melahirkan pola-pola yang baru,
seluruhnya atas dasar prakasa dan inisiatif sendiri. 2. Faktor–faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Slameto (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
dapat digolongkan menjadi dua golongan sebagai berikut.
a. Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang disebut faktor individu
maka akan mempengaruhi hasil prestasi belajar. (2) Faktor Psikologis,
meliputi: intelegensi, minat dan motivasi serta perhatian ingatan berpikir. (3) Faktor kelelahan, yang meliputi: kelelahan jasmani dan rohani. Kelelahan
jasmani nampak dengan adanya lemah tubuh, lapar dan haus serta mengantuk. Sementara itu, kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu akan
hilang. Faktor dari siswa sendiri juga berupa kemampuan-kemampuan pemahaman siswa (Suprijono, 2009).
b. Faktor yang ada pada luar individu yang disebut dengan faktor eksternal, yang meliputi: (1) Faktor keluarga. Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan terutama serta merupakan lembaga pendidikan dalam ukuran kecil
tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar. (2) Faktor sekolah, meliputi: metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa,
siswa dengan siswa dan berdisiplin di sekolah. (3) Faktor masyarakat. Bentuk kehidupan masyarakat sekitar dapat mempengaruhi presetasi belajar siswa. Jika lingkungan siswa adalah lingkungan terpelajar maka siswa akan terpengaruh
dan terdorong untuk lebih giat belajar.
D. Minat Belajar
Minat merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar. Minat diartikan sebagai kecendrungan subjek yang menetap untuk merasa
tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu (Winkel, 2009). Minat adalah suatu rasa suka dan
mengenang beberapa kegiatan. Minat akan mempengaruhi keseriusan dalam
mengikuti suatu kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang (Slameto, 2010).
Dari uraian yang ada, maka minat belajar merupakan ketertarikan atau rasa suka yang dimiliki oleh siswa terhadap sesuatu, yaitu materi ajar sebagai aktivitas atau proses untuk memperoleh pengetahuan tanpa adanya paksaan. Minat besar
berpengaruh terhadap belajar karena jika bahan yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tersebut tidak akan belajar sebaik-baiknya (Slameto,
2010).
Aktivitas belajar yang tidak didasari oleh minat akan menimbulkan suatu penolakan atau pertentangan dari dalam batin anak sehingga secara sadar maupun
tidak sadar akan berusaha mengabaikan aktivitas tersebut. Jika aktivitas tersebut dipaksakan, akan memberikan suatu kondisi yang tidak mengenakkan hati,
sehingga timbul rasa malas, jenuh, dan bosan (Surya, 2007).
Minat belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Totok Susanto (dalam Sholahuddin. 2012. edublog. org/faktor-faktor-yang
mempengaruhi-minat-belajar) beberapa faktor yang mempengaruhi minat belajar adalah sebagai
berikut.
1. Motivasi dan Cita-cita
Menurut Sudirman (dalam Sholahuddin. 2012. edublog. org/faktor-faktor-yang mempengaruhi-minat-belajar) motivasi merupakan keseluruhan daya
penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, sehingga tujuan yang kehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai. Cita-cita adalah keinginan
Timbulnya motivasi belajar siswa, bisa berasal dari dalam diri siswa itu
sendiri dan juga berasal dari luar diri siswa. Motivasi yang timbul dari dalam siswa itu sendiri disebut motivasi instrinsik, contohnya kecenderungan anak,
bakat anak, kemauan, dan bakat. Motivasi yang timbul dari luar diri siswa disebut motivasi ekstrinsik, contohnya: model penyajian materi pembelajaran, suasana pengajaran dan kondisi masyarakat.
2. Keluarga
Keluarga merupakan pusat pendidikan yang pertama dan yang paling utama
karena sebagian besar kehidupan siswa berada dalam lingkungan keluarga. Jadi, keadaan keluarga serta keadaan rumah juga mempengaruhi minat seorang siswa. Suasana rumah yang tenang, damai, tenteram, dan menyenangkan akan
mendukung minat siswa dalam belajar di rumah. Siswa dapat belajar dengan tenang, sehingga menguntungkan bagi kemajuan belajar siswa. Oleh karena itu,
adanya perhatian keluarga terhadap aktivitas dan sarana belajar siswa akan dapat meningkatkan belajar tersebut.
3. Peranan Guru
Selain berperan sebagai fasilitator, guru juga harus dapat berperan sebagai motivator. Dalam hal ini, seorang guru harus mampu menciptakan kondisi belajar
mengajar yang kondusif dan dapat merangsang minat siswa dalam belajar. Menyadari pentingnya minat dan perhatian siswa dalam proses pembelajaran, berikut ini disajikan beberapa pendekatan yang harus diperhatikan guru dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa. pendekatan-pendekatan tersebut adalah sebagai berikut.
b. Kembangkan pengertian kepada siswa secara wajar. Pengertian baru haruslah
disadarkan pengalaman-pengalaman belajar yang lampau. c. Bawalah suasana kelas yang menyenangkan para siswa.
d. Buatlah para siswa ikut andil dalam program yang disusun.
e. Usahakan pengaturan kelas yang bervariasi, sehingga rasa bosan berkurang dan perhatian siswa meningkat.
f. Timbulkan minat siswa terhadap pokok bahasan yang dipelajari. g. Berikan komentar terhadap hasil-hasil yang mereka capai.
h. Berikan kesempatan siswa untuk berkompetisi. 4. Sarana dan Prasarana
Menurut Santoso (dalam Sholahuddin. 2012. edublog.
org/faktor-faktor-yang mempengaruhi-minat-belajar), fasilitas-fasilitas org/faktor-faktor-yang dimiliki sekolah,
seperti perpustakaan, ruang kelas, dan laboratorium juga dapat mempengaruhi
minat belajar siswa. Kurang lengkapnya perpustakaan, sedikitnya jumlah buku-buku yang disediakan untuk siswa, ruang belajar yang sempit, kotor dan gelap juga dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, sehingga hal-hal tersebut dapat
mengurangi minat belajar pada diri siswa. 5. Teman Pergaulan
mempengaruhi minat belajar siswa. Media massa jenis televisi dan video
misalnya, secara umum lebih banyak pengaruh negatifnya daripada pengaruh positifnya, terutama tayangan iklan dan film dalam televisi. Oleh karena itu, orang
tua harus menyediakan waktu ekstra bagi anak-anaknya dan memperhatikan waktu belajarnya. Selanjutnya, untuk media massa jenis buku-buku, majalah, dan surat kabar sangat bermanfaat dalam meningkatkan minat baca serta dapat
meningkatkan pengetahuan siswa.
E. Model Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran
kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesama
untuk mencapai tujuan bersama (Wena, 2009). Menurut Nurhadi dan Senduk dalam Wena (2009) pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar menciptakan interaksi antarsiswa. Dalam hal ini, sumber belajar bagi siswa
tidak hanya guru dan buku ajar, tetapi juga sesama siswa.
Menurut Lie dalam Wena (2009) pembelajaran kooperatif adalah sistem
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas terstruktur dan dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator. Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori
konstruktivis. Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling
sistem pembelajaran yang berusaha memanfaatkan teman sejawat (teman lain)
sebagai sumber belajar, di samping guru dan sumber belajar lain (Wena, 2009).
2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Menurut Ibrahim, dkk., (2000), model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting
yang dirangkum sebagai berikut. a. Hasil Belajar Akademik
Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami
konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar
akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun
kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akedemik. b. Penerimaan Terhadap Perubahan Individu
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang beda ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidak mampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagi
latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling
c. Pengembangan Keterampilan Sosial
Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan berkolaborasi.
Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini masih kurang dalam keterampilan sosial.
3. Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Menurut Lie dalam Sugiyanto (2009) ada
beberapa elemen yang merupakan ketentuan pokok dalam pembelajaran kooperatif, yaitu sebagai berikut.
a. Saling Ketergantungan Positif
Dalam sistem pembelajaran kooperatif, guru dituntut untuk mampu menciptakan suasana belajar yang mendorong agar siswa merasa saling
membutuhkan. Siswa yang satu membutuhkan siswa yang lain, demikian pula sebaliknya. Dalam hal ini, kebutuhan antar siswa tentu terkait dengan pembelajaran. Hubungan yang saling membutuhkan antar siswa inilah disebut
dengan saling keterkaitan positif. b. Interaksi Tatap Muka
Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan guru tetapi juga dengan sesama siswa. Dalam hal ini, antar anggota kelompok melaksanakan
aktivitas-aktivitas dasar seperti bertanya, menjawab pertanyaan, menunggu dengan sabar teman yang sedang memberikan penjelasan, berkata sopan, meminta
para siswa dapat saling menjadi sumber belajar sehingga sumber belajar lebih
variasi.
c. Akuntabilitas Individu
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dalam bentuk kelompok, maka setiap anggota harus belajar dan menyumbangkan pikiran demi keberhasilan pekerjaan kelompok. Untuk mencapai tujuan kelompok (hasil belajar kelompok),
setiap siswa harus bertanggung jawab terhadap penguasaan materi. Kondisi belajar ini akan mampu menumbuhkan tanggung jawab (akuntabilitas) pada
masing-masing individu.
d. Keterampilan untuk Menjalin Hubungan Antarpribadi
Keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman,
mengkeritik ide bukan teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin
hubungan antar pribaditidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak menjalin hubungan antar pribadi akan memperoleh teguran dari guru juga sesama siswa.
4. Keunggulan Pembelajaran Kooperatif
Menurut Sanjaya (2006), keunggulan dari pembelajaran kooperatif antara lain:
a. melalui pembelajaran koopertaif, siswa tidak terlalu bergantung pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber dan belajar dari siswa lain;
b. pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya
c. dapat membantu anak untuk respek terhadap orang lain dan menyadari segala
keterbatasannya serta menerima segala perbedaan;
d. dapat membantu anak untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar;
e. dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berpikir memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang
dibuat adalah tanggung jawab kelompok;
f. dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan
kemampuan belajar abstrak menjadi nyata. 5. Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
Menurut Sanjaya (2006), kelemahan dari pembelajaran kooperatif adalah:
a. ciri utama pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa belajar kelompok yang efektif, maka dibandingkan
pembelajaran langsung dari guru, dapat menyebabkan apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak dicapai oleh siswa;
b. keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran
kelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang, sehingga tidak mungkin dapat dicapai dengan satu kali atau sekali-sekali penerapan
pembelajaran ini.
F. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dikembangkan oleh Eliot Aronson dari Universitas Texas USA. Kemudian diadaptasi oleh Slaven, dkk., di
bentuk kelompok kecil. Seperti yang diungkapkan oleh Lie dalam Majid (2013)
bahwa pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini merupakan pembelajaran kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas
empat sampai enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri.
Secara umum penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di
kelas adalah sebagai berikut (Wena, 2009).
1. Kelas dibagi dalam beberapa kelompok. Tiap kelompok siswa terdiri dari 4-6
orang yang bersifat heterogen, baik dari segi kemampuan, jenis kelamin, budaya, dan sebagainya.
2. Tiap kelompok diberi bahan ajar dan tugas-tugas pembelajaran yang harus
dikerjakan.
3. Dari masing-masing kelompok diambil seorang anggota untuk membentuk
kelompok baru (kelompok pakar) dengan membahas tugas yang sama. Dalam kelompok ini diadakan diskusi antara anggota kelompok pakar.
4. Anggota kelompok pakar kemudian kembali lagi ke kelompok semula, untuk
mengajari anggota kelompoknya. Dalam kelompok ini diadakan diskusi antara anggota kelompok.
5. Selama proses pembelajaran secara kelompok guru berperan sebagai fasilitator dan motivator.
6. Tiap minggu atau dua minggu guru melaksanakan evaluasi baik secara individu
maupun kelompok untuk mengetahui kemajuan belajar siswa.
7. Bagi siswa dan kelompok siswa yang memperoleh nilai hasil belajar yang
Langkah-langkah penerapan metode pembelajaran Jigsaw adalah sebagai
berikut (Zaini, dkk., 2008).
1. Siswa dibagi menjadi menjadi beberapa kelompok yang masing-masing
beranggotakan 4 atau 5 orang dengan karakteristik yang heterogen.
2. Bahan diskusi dibagikan kepada siswa dan setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari satu bagian dari bahan diskusi tersebut.
3. Salah satu anggota dari beberapa kelompok yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari satu bahan diskusi yang sama dan selanjutnya
berkumpul untuk saling membantu mengkaji bahan diskusi tersebut. Kelompok ini dinamakan sebagai kelompok ahli.
4. Selanjutnya, para siswa yang berbeda dalam kelompok ahli kembali ke
kelompok asal untuk mengajar anggota kelompok asalnya mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok ahli.
5. Setelah diadakan diskusi dalam kelompok asal, para siswa dievaluasi secara individual mengenai materi yang telah dipelajari.
Gambar 2. 1 : Bagan Gambaran kelompok jigsaw
Dalam pelaksanaannya, model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memiliki kelebihan dan kekurangan (Ibrahim, dkk., 2000). Kelebihan dari model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah :
1. dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan siswa
lain;
2. siswa dapat menguasai pelajaran yang disampaikan;
Kelompok Asal
3. setiap siswa berhak menjadi ahli dalam kelompoknya;
4. dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif;
5. dapat melibatkan seluruh peserta didik dalam belajar dan sekaligus
mengajarkan kepada orang lain, sehingga siswa memiliki tanggung jawab dalam pelaksanaan pembelajaran (Zaini, dkk., 2008).
Sementara itu, kekurangannya adalah :
1. membutuhkan waktu yang lama;
2. siswa yang pandai cenderung tidak mau disatukan dengan siswa yang kurang
pandai, dan yang kurang pandai pun merasa minder apabila digabungkan dengan temannya yang pandai, walaupun lama kelamaan perasaan itu akan hilang dengan sendirinya.
G. Materi Sistem Peredaran Darah Manusia
Materi sistem peredaran darah manusia merupakan salah satu materi biologi yang diajarkan di bangku SMP kelas VIII. Standar Kompetensi (SK) dari materi ini adalah: 1. Memahami Berbagai Sistem Dalam Kehidupan Manusia,
dengan Kompetensi Dasar (KD): 1.6. Mendeskripsikan sistem peredaran darah pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan. Materi ajar yang disampaikan
kepada siswa meliputi alat peredaran darah manusia, peredaran darah manusia, komponen penyusun darah manusia, fungsi darah, macam-macam golongan darah, serta gangguan atau kelainan pada sistem peredaran darah manusia. Dari
materi ajar yang ada, banyak konsep-konsep yang harus dapat dipahami oleh siswa. supaya dapat membantu siswa dalam memahami konsep-konsep materi
kelompok. Masing-masing siswa dalam model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw memiliki tanggung jawab atas satu bagian tugas/soal yang ada. Dalam
proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, dikenal
adanya kelompok ahli dan kelompok asal. Kelompok siswa yang memiliki tanggung jawab atas tugas/soal yang diberikan ini dinamakan sebagai kelompok ahli. Setelah melaksanakan diskusi tentang tugas/soal yang didapatkan dalam
kelompok ahli maka siswa akan kembali ke kelompok asal untuk mengajar anggota kelompok asalnya mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok
ahli.
Hal ini sesuai dengan terapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, dimana siswa dibagi dalam kelompok dengan jumlah empat sampai enam orang
secara heterogen. Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks. Setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari bagian tertentu dari bahan
yaitu soal-soal yang diberikan. Anggota dari kelompok lain yang mendapatkan tugas dengan topik yang sama, berkumpul dan berdiskusi tentang topik tersebut. Kelompok ini dinamakan dengan kelompok ahli (Ibrahim, dkk., 2000). Adapun
Gambar 2.2. Peta Konsep Materi Sistem Peredaran Darah Manusia
H. Hasil Penelitian yang Relevan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Surur (dalam http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=50045) dengan judul
penelitian “Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk Sistem Peredaran Darah Manusia Pembuluh Darah Nadi (Arteri) P.darah kecil P.darah Besar
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran biologi kelas
VII B di MTs NU Pakis Malang ”. Hasil penelitian yang telah dilaksanakan, membuktikan bahwa: 1) terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa pada siklus I
dan siklusl II. 2) terjadi peningkatan pada nilai rata-rata kelas pada siklus I dan II. Untuk rata-rata kelas sebelum tindakan sebesar 57,52 kemudian meningkat pada siklus I menjadi 74,29 kemudian meningkat lagi pada siklus II menjadi 78,81. 3)
terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II sesuai dengan jumlah siswa yang mampu mencapai ketuntasan belajar. Sebelum tindakan jumlah
siswa yang dinyatakan tuntas belajar berjumlah 8 siswa (19,05%), kemudian setelah tindakan pada siklus I meningkat menjadi 29 siswa (69,05%) dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 37 siswa (88,10%) dan dinyatakan tuntas
secara klasikal karena angka tesebut melebihi angka minimal yaitu 85%.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Yahya, (dalam
http://wongbio.files.wordpress.com/2011/04/abstrak.doc) dengan judul penelitian
“Meningkatkan Minat Belajar Biologi Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw Pada Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Bangsri Semester
Ganjil Tahun 2006/2007”, hasil yang diperoleh menunjukkan terjadinya peningkatan motivasi/semangat dan minat siswa dalam pembelajaran dari satu
siklus ke siklus berikutnya.
I. Kerangka Pikiran
Hasil observasi di kelas VIII Tolerance SMP Joannes Bosco Yogyakarta menunjukan bahwa, pembelajaran biologi menggunakan model pembelajaran
hanya mendengarkan penjelasan dari guru. Sebagian besar siswa sibuk sendiri dan
asyik mengobrol dengan teman sebangkunya ketika proses pembelajaran berlangsung. Siswa juga tidak ada yang bertanya ketika guru memberikan
kesempatan untuk bertanya. Hal ini menunjukkan bahwa, minat siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sangat kurang.
Dengan model pembelajaran yang biasa digunakan dalam proses
pembelajaran dikelas, dimana siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran berpengaruh pada hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar pada
tahun ajaran 2011/2012 khususnya materi sistem peredaran darah, rata-rata nilai hasil belajar siswa kelas VIII Tolerance SMP Joannes Bosco Yogyakarta hanya 52,75 atau masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Biologi di SMP
Joannes Bosco Yogyakarta yaitu 67. Dari rata-rata skor yang diperoleh tersebut, hasil belajar yang diperoleh tentu masih rendah dari apa yang diharapkan.
Berdasarkan penelitian relevan yang ada, dimana hasil yang diperoleh menunjukan hasil positif dalam meningkatkan minat belajar dan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, maka
dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw ini adalah untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa.
Dalam meningkatkan minat peran guru sangat penting untuk mampu
menciptakan kondisi belajar mengajar yang kondusif dan menarik bagi siswa. Melalui pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, akan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah dapat melibatkan seluruh peserta didik
dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada orang lain, sehingga siswa memiliki tanggung jawab dalam pelaksanaan pembelajaran (Zaini, dkk,. 2008).
Melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat menciptakan suasana kelas yang menyenangkan bagi siswa, dapat melibatkan para siswa ikut andil dalam program yang disusun seperti kegiatan diskusi, pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw juga akan menciptakan suasana kelas yang bervariasi, karena selain melakukan kegiatan diskusi dengan kelompok ahli, siswa
juga bekerja sama dalam kelompok asal sehingga rasa bosan berkurang.
Pada akhir pembelajaran, siswa akan dievaluasi secara individu mengenai materi yang telah dipelajari. Dengan adanya tanggung jawab siswa dalam proses
pembelajaran, besar kemungkinan hasil belajar akan meningkat. Selain itu, pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini akan mendorong siswa untuk bekerja
sama dalam menyelesaikan tugas, memiliki sikap terbuka terhadap pendapat teman, membangun rasa ingin tahu untuk menemukan konsep-konsep materi pelajaran serta tanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diberikan baik secara
individu maupun kelompok. Melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, siswa juga dilatih untuk mengkomunikasikan tentang pemahaman terhadap
30 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang mengangkat masalah-masalah yang
aktual yang dilakukan oleh para guru yang merupakan pencermatan kegiatan pembelajaran yang berupa tindakan untuk memperbaiki dan meningkatkan praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional (Taniredja, dkk., 2010).
Menurut Rochman Natawijaya dalam Muslich (2009) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah pengkajian terhadap permasalahan praktis yang bersifat situasional
dan kontekstual, yang diajukan untuk menentukan tindakan yang tepat dalam rangka pemecahan masalah yang dihadapi, atau memperbaiki sesuatu.
Berdasarkan pengertian diatas, fokus pelaksanaan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) adalah memecahkan masalah yang bersifat situasional dan kontekstual yang terjadi di kelas, permasalahan tersebut dapat berupa rendahnya
hasil belajar siswa, masalah pengelolaan kelas serta masalah-masalah lain yang dapat mengganggu proses pembelajaran.
B. Variabel Penelitian
Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel
Tabel 3.1. Penjabaran Variabel Terikat dalam Penelitian terpaksa, serius, tertarik dan perhatian terhadap pembelajaran yang dilaksanakan.
1. Menyebutkan alat-alat peredaran darah manusia
2. Menjelaskan fungsi jantung dan pembuluh darah dalam sistem peredaran darah.
3. Menjelaskan cara kerja jantung 4. Menyebutkan macam-macam
pembuluh darah
5. Menjelaskan peredaran darah pada manusia
6. Menyebutkan komponen
penyusun darah dan fungsi darah 7. Menyebutkan golongan darah
berdasarkan kandungan
aglutinogen dan aglutinin darah 8. Menjelaskan penyakit pada
sistem peredaran darah manusia Afektif Hasil observasi tanggung jawab, rasa ingin tahu dan kerjasama), dan penentuan sikap (percaya diri).
C. Setting Penelitian 1. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah minat dan hasil belajar siswa kelas VIII Tolerance SMP Joannes Bosco Yogyakarta melalui model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw.
2. Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VIII Tolerance SMP Joannes
D. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Joannes Bosco Yogyakarta yang terletak di Jalan Mlati Wetan 51 – 53, Baciro, Yogyakarta.
E. Waktu Penelitian
Waktu : Februari – Maret 2013
F. Desain Penelitian
Sebelum Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan, peneliti terlebih dahulu membuat desain penelitian agar penelitian yang akan dilaksanakan dapat dikelola dengan baik. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model Kemmis
dan Mc.Taggart. Penelitian ini terdiri atas dua siklus, setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Masing-masing siklus terdiri dari beberapa tahap yaitu: rencana
tindakan, pelaksanaan tindakan dan pengamatan (observasi), serta refleksi.
G. Rancangan Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian dirancang dengan dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari beberapa tahap yaitu: rencana tindakan, pelaksanaan tindakan dan
pengamatan (observasi) serta refleksi. Sebelum pelaksanaan penelitian ada beberapa hal yang dilakukan oleh peneliti, yaitu:
1. Identifikasi masalah, hal ini dilakukan dengan menganalisis hasil belajar siswa
berdasarkan hasil ulangan harian pada materi sistem peredaran darah manusia dari tahun sebelumnya yaitu tahun ajaran 2011/2012.
2. Studi pustaka sesuai dengan permasalahan dan judul penelitian.
3. Observasi kegiatan pembelajaran, tujuan observasi adalah agar peneliti mengetahui kondisi dan situasi kelas saat proses pembelajaran serta sebagai
upaya pendekatan diri peneliti dengan siswa agar antara peneliti dan siswa terbangun hubungan yang baik
4. Pelaksanaan tes awal (pretest), tes awal (pretest) yang diperoleh menjadi dasar dari pelaksanaan tindakan penelitian ini, terutama penekanan terhadap konsep-konsep materi yang belum diketahui siswa.
a. Siklus I
1) Rencana Tindakan
Tahap ini merupakan tahap untuk mempersiapkan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang meliputi: (a)analisis materi dan telaah SKKD untuk rencana pembelajaran;
(b)membuat silabus;
(d) menyusun instrumen penelitian yang sesuai dengan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw yang meliputi lembar observasi, kartu soal, soal tes awal (pretest) dan soal tes akhir (postest) siklus I.
2) Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan (observasi)
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sesuai dengan rencana
tindakan, kegiatan yang dilakukan meliputi:
(a) mengkondisikan kelas ke dalam suasana belajar;
(b) melaksanakan kegiatan pembelajaran siklus I dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Pada pelaksanaan pembelajaran siklus I, anggota kelompok dipilih sendiri oleh
siswa dengan membentuk 7 kelompok asal, masing-masing kelompok beranggotakan 4 siswa. Setiap siswa kelompok asal bertanggung jawab atas
soal yang diberikan kepadanya.
Pengamatan (observasi) dilakukan selama proses pembelajaran, hal yang diamati antara lain :
(a)mengamati kegiatan diskusi siswa;
(b) mengevaluasi pemahaman siswa melalui tes akhir (postest).
Observasi dilakukan oleh observer dengan mengisi lembar observasi yang telah disediakan. Hasil observasi dan evaluasi yang didapatkan menjadi bahan refleksi bagi peneliti terhadap tindakan yang telah dilakukan dan bagi
penyusunan rencana tindakan berikutnya. 3) Refleksi
hasil tes akhir (postest) siklus I. Kemudian dari hasil yang telah diperoleh
tersebut, menjadi bahan bagi peneliti untuk mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan selama proses pembelajaran berlangsung dan apa saja yang belum dapat
dicapai pada siklus I. Kegiatan refleksi ini menjadi dasar bagi peneliti dalam perencanaan dan pelaksanaan tindakan untuk siklus berikutnya, yaitu siklus II.
b. Siklus II
Pelaksanaan siklus II didasarkan atas hasil yang telah diperoleh pada siklus I. kegiatan siklus II meliputi :
1) Rencana Tindakan
Tahap ini merupakan tahap untuk mempersiapkan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, yang meliputi :
(a)identifikasi masalah dan perumusan masalah berdasarkan hasil refleksi siklus I; (b)membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP);
(c)menyusun instrumen penelitian yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang meliputi kartu soal, lembar observasi, dan soal tes akhir (postest) siklus II.
2) Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan (observasi)
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sesuai dengan rencana tindakan, kegiatan yang dilakukan meliputi:
(a)mengkondisikan kelas ke dalam suasana belajar;
(b)melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan metode pembelajaran jigsaw sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Pada pelaksanaan pembelajaran siklus II,
dibentuk 7, dengan masing-masing anggota kelompok 4. Kelompok pada siklus
II dibentuk oleh guru, dimana setiap anggota kelompok memiliki kemampuan heterogen.
Pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran, hal yang diamati antara lain :
(a)mengamati kegiatan diskusi siswa;
(b)mengevaluasi pemahaman siswa melalui tes akhir (postest).
Observasi dilakukan oleh observer dengan mengisi lembar observasi yang telah
disediakan. Hasil observasi dan evaluasi yang didapatkan menjadi bahan refleksi bagi peneliti terhadap tindakan yang telah dilakukan dan bagi penyusunan rencana tindakan berikutnya.
3) Refleksi
Pada tahap ini, peneliti melakukan refleksi berdasarkan apa yang telah diperoleh dari hasil observasi kegiatan siswa, observasi proses pembelajaran, kuesioner , dan hasil tes akhir (postest) siklus II. Dari hasil yang telah diperoleh
tersebut menjadi bahan bagi peneliti untuk mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan selama proses pembelajaran berlangsung dan apa saja yang belum dapat
dicapai pada siklus II. Kegiatan refleksi ini menjadi dasar bagi peneliti untuk membuat kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah dilaksanakan.
H. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpul data dalam