• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW sebagai upaya meningkatkan minat dan hasil belajar biologi materi sistem peredaran darah manusia pada siswa kelas VIII SMP Joannes Bosco Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW sebagai upaya meningkatkan minat dan hasil belajar biologi materi sistem peredaran darah manusia pada siswa kelas VIII SMP Joannes Bosco Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
226
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MATERI SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA PADA

SISWA KELAS VIII SMP JOANNES BOSCO YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh :

FRANSISKA SISKA NIM : 091434047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MATERI SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA PADA

SISWA KELAS VIII SMP JOANNES BOSCO YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh :

FRANSISKA SISKA NIM : 091434047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kar ya kecilku ini kuper sem bahkan unt uk :

Tuhan Yesus Kr ist us dan Bunda M ar ia

Kedua or ang t uaku t er cint a, Bapak Paulus

Sunyem dan Ibu Wit ona Anast asia

Abang dan kakakku t er sayang

Pr ogr am St udi Pendidikan Biologi

(6)

v MOTTO

“Ask, and it w ill given t o you; seek, and you w ill

find; knock, and it w ill be opened t o you”

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sungguh-sungguh bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah

Yogyakarta, 25 Juli 2013 Penulis

(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Fransiska Siska

NIM : 091434047

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MATERI SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA PADA SISWA KELAS VIII SMP JOANNES BOSCO YOGYAKARTA”. Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu minta ijin dari saya maupun memberikan royaliti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Yogyakarta

Pada tanggal : 25 Juli 2013

Yang menyatakan

(9)

viii ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Joannes Bosco Yogyakarta dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada materi sistem peredaran darah manusia.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dengan menggunakan model Kemmis dan Mc.Taggart. Tahap penelitian terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan dan pengamatan serta refleksi. Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri atas 2 kali pertemuan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII Tolerance SMP Joannes Bosco Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013. Data yang diperoleh berupa data hasil tes akhir (postest) setiap siklus, data hasil observasi aspek afektif dan hasil pengisian kuisioner minat oleh siswa. Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan minat dan hasil belajar siswa. Untuk minat siswa, skor rata-rata kelas yang diperoleh sebesar 74,47%, dengan kategori berminat. Untuk hasil belajar pada siklus I skor rata-rata hasil belajar kognitif yang diperoleh sebesar 77,15, dengan ketuntasan kelas sebesar 68,18%, sedangkan pada siklus II skor rata-rata yang diperoleh sebesar 87,63, dengan ketuntasan kelas 90,90%. Untuk hasil belajar aspek afektif, rata-rata persentase kelas yang diperoleh pada siklus I sebesar 69,07%, sedangkan pada siklus II, rata-rata persentase kelas hasil belajar aspek afektif yang diperoleh sebesar 80,28%.

Kesimpulan yang diperoleh adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada pelajaran biologi materi sistem peredaran darah manusia meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Joannes Bosco Yogyakarta.

Kata Kunci :

(10)

ix ABSTRACT

The purpose of this research is to increase the interest and the result in studying for the students in the class VIII of Junior High School Joannes Bosco Yogyakarta by applying the cooperative learning model in type of jigsaw to the human’s circulatory system material.

This research is a classroom action research by using the model of Kemmis and Mc. Taggart. The systematic of the research are planning, implementation, observation and reflection. This research was done in 2 cycles which there were 2 meetings in every cycle. The subject of this research is a student in VIII Tolerance Junior High School Joannes Bosco Yogyakarta 2012/2013. The data in this research was from a posttest in every cycle, the result of the observation in the affective side and the questioner about the students’ interest. The analysis was done qualitatively and quantitatively.

The result of this research shows that there is an increasing in the students’ interest and learning result. For the students’ interest, the result average scorer is 74,47% for the category of interest. For the student’s learning result, in the first cycle, the result average scorer of the cognitive is 77,15 by passing of class about 68,18%, while in the second cycle, the result average scorer 87,63 by passing of class about 90,90%. For affective, in the first cycle the result average rate scorer 69,07% while, in the second cycle, the result average rate scorer of the affective side is 80,28%.

As a result, the application of the cooperative learning model in type of jigsaw in Biology’s material learning about human’s circulatory system increases the students’ interest and the result in studying for the students in the class VIII of Junior High School Joannes Bosco Yogyakarta.

Keyword:

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunia-Nya lah, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw sebagai Upaya Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Biologi Materi Sistem Peredaran Darah Manusia pada Siswa Kelas VIII SMP Joannes Bosco Yogyakarta” ini.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Keberhasilan dalam menyusun skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, S.J. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma.

2. Drs. A. Tri Priantoro, M.For.Sc., selaku Kepala Program Studi Pendidikan Biologi sekaligus dosen pembimbing skripsi yang telah berkenan meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan masukan dan motivasi, serta pengarahan kepada penulis selama menyusun skripsi.

3. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Biologi yang telah membimbing, mengajar, dan membuka wawasan peneliti selama dibangku kuliah.

4. Segenap dosen dan staf Sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma.

5. Drs. Y. Sugiarto selaku kepala SMP Joannes Bosco Yogyakarta yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMP Joannes Bosco Yogyakarta.

6. Agnes Indiah Ekowati, S.Si., selaku guru mata pelajaran biologi SMP Joannes Bosco Yogyakarta yang telah membantu dan memberikan pengarahan kepada penulis selama melakukan penelitian.

(12)

xi

8. Kedua orangtuaku tercinta Bapak Paulus Sunyem dan Ibu Witona Anastasia atas doa, dukungan, semangat, dan segalanya yang telah diberikan selama ini. 9. Ketiga saudaraku (Bang Mauried, Bang Patriek, kak Lery dan keluarga) dan

semua keluarga besar yang selalu memberikan dukungan dan doa.

10.Pacarku Doyo, yang selalu memberi semangat dan mau mendengar berbagai keluhan dari Penulis.

11.Sahabat-sahabat terdekatku, Duyunk, Ana, Cio, Prima, Junot, Eran, Mano, Yuni, Putu, Rere, Lana, Riris, Wiwik, dan Iean.

12.Teman-teman Program Studi Pendidikan Biologi angkatan 2009 Universitas Sanata Dharma, atas kebersamaannya selama ini.

13.Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dan mendukung penulis selama penyusunan skripsi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik, saran, dan pendapat yang dapat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.

Yogyakarta, 25 Juli 2013

(13)

xii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii

ABSTRAK ... viii

B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah ... 4

1. Rumusan Masalah ... 4

B. Pembelajaran Biologi... 8

C. Hasil Belajar ... 9

(14)

xiii

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar ... 12

D. Minat Belajar ... 13

E. Model Pembelajaran Kooperatif ... 17

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ... 17

2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... 18

3. Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif... 19

4. Keunggulan Pembelajaran Kooperatif ... 20

5. Kelemahan Pembelajaran Kooperatif ... 21

F. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 21

G. Materi Sistem Peredaran Darah Manusia ... 24

H. Hasil Penelitian yang Relevan... 26

I. Kerangka Pikiran ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 30

G. Rancangan Pelaksanaan Penelitian... 33

a. Siklus I ... 33

b. Siklus II ... 35

H. Instrumen Penelitian ... 36

1. Perangkat Pembelajaran ... 37

a. Silabus ... 37

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)... 37

c. Modul Pembelajaran ... 37

d. Kartu Soal ... 37

2. Instrumen Pengumpulan Data ... 38

a. Tes ... 38

b. Non tes ... 38

1) Kuesioner ... 38

(15)

xiv

K. Indikator Keberhasilan ... 47

L. Personalia ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 49

1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 49

a. Siklus I... 50

b. Siklus II ... 57

2. Hasil Analisis Minat Belajar Siswa ... 66

3. Hasil Analisis Hasil Belajar ... 67

a. Hasil Belajar Aspek Kognitif Siswa ... 67

b. Hasil Belajar Aspek Afektif Siswa ... 73

B. Pembahasan ... 75

1. Peningkatan Minat Belajar Siswa ... 76

2. Peningkatan Hasil Belajar ... 79

a. Hasil Belajar Aspek Kognitif Siswa ... 79

b. Hasil Belajar Aspek Afektif Siswa ... 87

3. Faktor-faktor Pendukung Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 91

4. Faktor-faktor Penghambat Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 92

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 95

B. Saran ... ... 96

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Penjabaran Variabel Terikat dalam Penelitian ... 31

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner ... 39

Tabel 3.3 Kategori Hasil Belajar Kognitif ... 42

Tabel 3.4 Hasil Analisis Hasil Belajar Kognitif ... 43

Tabel 3.5 Kriteria Hasil Persentase Skor Observasi Aspek Afektif ... 44

Tabel 3.6 Hasil Analisis Hasil Belajar Aspek Afektif Siswa ... 45

Tabel 3.7 Skor Minat ... 45

Tabel 3.8 Pedoman Penskoran Kuesioner Minat ... 46

Tabel 3.9 Interval Minat ... 46

Tabel 3.10 Hasil Analisis Minat Belajar Siswa ... 47

Tabel 3.11 Indikator Keberhasilan Penelitian ... 47

Tabel 4.1 Persentase Masing-masing Indikator Minat ... 66

Tabel 4.2 Hasil Analisis Minat Belajar Siswa ... 67

Tabel 4.3 Hasil Analisis Nilai Tes Awal (Pretest) ... 68

Tabel 4.4 Persentase Indikator Soal yang dinilai pada Siklus I... 69

Tabel 4.5 Hasil Analisis Nilai Tes Akhir (Postest) Siswa Siklus I... 70

Tabel 4.6 Persentase Indikator Soal yang dinilai pada Siklus II ... 71

Tabel 4.7 Hasil Analisis Nilai Tes Akhir (Postest) Siswa Siklus II ... 72

Tabel 4.8 Hasil Analisis Hasil Belajar Aspek Afektif Siswa Siklus I ... 73

Tabel 4.9 Persentase Masing-masing Indikator Hasil Belajar Aspek Afektif Siklus I ... 74

Tabel 4.10 Hasil Analisis Hasil Belajar Aspek Afektif Siswa Siklus II ... 74

Tabel 4.11 Persentase Masing-masing Indikator Hasil Belajar Aspek Afektif Siklus II ... 75

Tabel 4.12 Hasil Persentase yang Diperoleh dari setiap Indikator Hasil Belajar Aspek Kognitif yang Dinilai pada Siklus I dan II ... 80

(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Gambaran Kelompok Jigsaw ... 23

Gambar 2.2 Peta Konsep Materi Sistem Peredaran Darah Manusia ... 26

Gambar 3.1 Bagan Model Penelitian Kemmis dan Mc. Taggart... 32

Gambar 4.1 Peneliti Menulis Tujuan Pembelajaran ... 51

Gambar 4.2 Kegiatan Diskusi Kelompok Ahli Siklus I ... 52

Gambar 4.3 Kegiatan Diskusi Kelompok Asal Siklus I ... 53

Gambar 4.4 Kegiatan Presentasi Kelas Siklus I ... 55

Gambar 4.5 Kegiatan Klarifikasi oleh Peneliti ... 56

Gambar 4.6 Kegiatan Menyimpulkan Pembelajaran ... 56

Gambar 4.7 Siswa Mengerjakan Soal Postest ... 56

Gambar 4.8 Kegiatan Awal Pembelajaran Siklus II ... 58

Gambar 4.9 Kegiatan Diskusi Kelompok Ahli Siklus II... 60

Gambar 4.10 Kegiatan Diskusi Kelompok Asal Siklus II ... 61

Gambar 4.11 Kegiatan Awal Pertemuan Kedua Siklus II... 62

Gambar 4.12 Kegiatan Presentasi Kelas Siklus II ... 64

Gambar 4.13 Kegiatan Klarifikasi oleh Peneliti ... 64

Gambar 4.14 Kegiatan Menyimpulkan Pembelajaran ... 65

Gambar 4.15 Siswa Mengerjakan Soal Postest ... 65

Gambar 4.16 Grafik Kategori Hasil Belajar Aspek Kognitif dari tes awal (pretest) ... 68

Gambar 4.17 Grafik Kategori Hasil Belajar Aspek Kognitif dari tes akhir (postest) Siklus I ... 70

Gambar 4.18 Grafik Kategori Hasil Belajar Aspek Kognitif dari tes akhir (postest)Siklus II ... 72

Gambar 4.19 Grafik Hasil Analisis Indikator Minat Siswa ... 76

Gambar 4.20 Grafik kategori hasil belajar aspek kognitif siswa ... 83

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus Kegiatan Pembelajaran ... 100

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ... 103

Lampiran 3 Kartu Soal Siklus I ... 109

Lampiran 4 Kisi-Kisi Soal Tes Awal (Pretest), Tes Akhir Siklus I, Tes Akhir Siklus II ... 111

Lampiran 5 Tes Awal (Pretest), Kunci Jawab dan Pedoman Skor Tes Awal (Pretest) ... 112

Lampiran 6 Tes Akhir (Postest), Kunci Jawab dan Pedoman Skor Tes Akhir (Postest) Siklus I ... 117

Lampiran 7 Jawaban Tes Awal (Pretest) Siswa ... 122

Lampiran 8 Jawaban Tes Akhir (Postest) Siklus I ... 130

Lampiran 9 Lembar Observasi Aspek Afektif Siswa pada Kelompok Asal dan Ahli Siklus I ... 134

Lampiran 10 Hasil Observasi Lembar Observasi Aspek Afektif Siswa pada Kelompok Asal dan Ahli Siklus I ... 136

Lampiran 11 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ... 142

Lampiran 12 Kartu Soal Siklus II ... 148

Lampiran 13 Tes Akhir (Postest), Kunci Jawab dan Pedoman Skor Tes Akhir (Postest) Siklus II ... 150

Lampiran 14 Jawaban Tes Akhir (Post-test) Siklus II ... 154

Lampiran 15 Lembar Observasi Aspek Afektif Siswa pada Kelompok Asal dan Ahli Siklus II ... 162

Lampiran 16 Hasil Observasi Lembar Observasi Aspek Afektif Siswa pada Kelompok Asal dan Ahli Siklus I ... 164

Lampiran 17 Kuesioner Minat ... 168

Lampiran 18 Jawaban Kuesioner Minat ... 170

Lampiran 19 Hasil Analisis Minat Belajar Siswa ... 172

Lampiran 20 Hasil Analisis Tes Awal (Pretest) Siswa ... 174

Lampiran 21 Hasil Analisis Tes Akhir (Postest) Siswa Siklus I ... 176

Lampiran 22 Hasil Analisis Tes Akhir (Postest) Siswa Siklus II... 178

Lampiran 23 Hasil Analisis Aspek Afektif Siswa Siklus I ... 180

Lampiran 24 Hasil Analisis Aspek Afektif Siswa Siklus II ... 182

Lampiran 25 Hasil Analisis Hasil Belajar Kognitif, Afektif dan Minat serta Klasifikasi Hasil Belajar Berdasarkan Kategori Minat ... 184

Lampiran 26 Presensi Tes Awal, Siklus I dan II ... 186

Lampiran 27 Nama Kelompok Siklus I dan II ... 189

Lampiran 28 Modul Pembelajaran ... 193

(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran merupakan setiap usaha yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik melakukan

kegiatan belajar (Sudjana dalam Sugihartono, dkk.,2007). Dalam undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003, pembelajaran adalah

proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam hal ini, peserta didik akan mengalami suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki

perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Menurut Suyono dan Hariyanto (2011), dalam konteks menjadi tahu atau proses memperoleh

pengetahuan, menurut pengalaman sains konvensional, kontak manusia dengan alam diistilahkan dengan pengalaman (experience).

Dalam proses pembelajaran, guru memiliki peran yang sangat

penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakannya. Guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara

seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya (Raharjo, 2012). Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang dapat mengajak siswa terlibat aktif dalam kegiatan

pembelajaran yang dilaksanakan. Seperti dikemukakan oleh Kemp dalam Wena (2009) bahwa perlu ada kegiatan belajar mengajar sebagai pendorong

(20)

kegiatan pembelajaran, diharapkan hasil pembelajaran dapat meningkat dan

kegiatan belajar lebih bermakna. Namun, dalam kenyataannya di sekolah saat ini, seringkali guru yang aktif sehingga murid tidak diberi kesempatan untuk

aktif (Raharjo, 2012).

Hasil observasi di kelas VIII Tolerance SMP Joannes Bosco Yogyakarta menunjukan bahwa, pembelajaran biologi menggunakan model

pembelajaran ceramah yang disertai dengan media power point dan pemutaran video/animasi, serta tanya jawab. Dalam proses pembelajaran

terlihat siswa kurang aktif dan hanya mendengarkan penjelasan dari guru. Sebagian besar siswa sibuk sendiri dan asyik mengobrol dengan teman sebangkunya ketika proses pembelajaran berlangsung. Siswa juga tidak ada

yang bertanya ketika guru memberikan kesempatan untuk bertanya. Hal ini menunjukkan bahwa, minat siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran

sangat kurang.

Dengan menggunakan model pembelajaran yang biasa digunakan dalam pembelajaran biologi yaitu model pembelajaran ceramah dimana siswa

kurang aktifnya dalam proses pembelajaran juga berpengaruh pada hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar pada tahun ajaran

2011/2012 khususnya materi sistem peredaran darah, rata-rata nilai hasil belajar siswa kelas VIII Tolerance SMP Joannes Bosco Yogyakarta hanya 52,75 atau masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Biologi di

SMP Joannes Bosco Yogyakarta yaitu 67. Dari rata-rata skor yang diperoleh tersebut, hasil belajar yang diperoleh tentu masih rendah dari apa yang

(21)

Berdasarkan situasi yang ada, dalam penelitian ini digunakan

model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa. Model pembelajaran kooperatif adalah pendekatan

pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sugianto, 2010). Seperti yang diungkapkan Lie dalam Majid (2013)

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas

empat sampai enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri.

Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori konstruktivis.

Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi

dengan temannya (Trianto, 2009). Melalui pembelajaran kooperatif akan memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas terstruktur sehingga dapat mengaktifkan siswa untuk

menemukan konsep-konsep materi yang sedang dipelajari. Melalui pembelajaran kooperatif, siswa akan menjadi sumber belajar bagi temannya

(Wena, 2009). Menurut Lie dalam Wena (2009) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif dikembangkan dengan dasar asumsi bahwa proses belajar akan lebih bermakna jika peserta didik dapat saling mengajari. Dalam

pembelajaran kooperatif, siswa dapat belajar dari dua sumber belajar utama, yaitu pengajar dan teman belajar lain.

(22)

mengajarkan kepada orang lain, sehingga siswa memiliki tanggung jawab

dalam pelaksanaan pembelajaran (Zaini, dkk., 2008).

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, maka

peneliti melakukan penelitian tentang “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Sebagai Upaya Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Biologi Materi Sistem Peredaran Darah Manusia pada Siswa Kelas VIII SMP Joannes Bosco Yogyakarta”.

B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah 1. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang ada, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Bagaimana minat belajar biologi materi sistem peredaran darah manusia

melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas VIII SMP Joannes Bosco Yogyakarta?

b. Bagaimana hasil belajar biologi materi sistem peredaran darah manusia

melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas VIII SMP Joannes Bosco Yogyakarta?

2. Batasan Masalah

Supaya masalah yang diteliti tidak meluas, maka perlu adanya batasan

(23)

a. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII Tolerance SMP Joannes Bosco Yogyakarta.

b. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah minat dan hasil belajar biologi materi sistem peredaran darah manusia. Hasil belajar yang diukur meliputi aspek

kognitif dan aspek afektif. c. Materi Ajar

Materi yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada Kompetensi Dasar (KD) 1.6. yaitu mendeskripsikan sistem peredaran darah pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan.

C. Hipotesa

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada pelajaran biologi materi sistem peredaran darah manusia dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Joannes Bosco Yogyakarta.

D. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui minat belajar biologi materi sistem peredaran darah manusia melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas VIII SMP Joannes Bosco Yogyakarta.

2. Mengetahui peningkatan hasil belajar biologi materi sistem peredaran darah manusia melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada

(24)

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Melalui penelitian ini, peneliti dapat menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw secara langsung dalam proses pembelajaran di kelas. Selain itu, peneliti dapat mengetahui minat dan hasil belajar siswa terhadap pelajaran biologi materi sistem peredaran darah manusia dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. 2. Bagi Guru/Sekolah

Bagi guru, model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat dijadikan alternatif model pembelajaran agar terjadi variasi penggunaan model pembelajaran ketika mengajar di kelas.

Bagi sekolah, dengan dilakukannya Penelitian Tindakan Kelas ini dapat membantu sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran,

khususnya pembelajaran biologi. 3. Bagi Siswa

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada pelajaran

(25)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar dan Pembelajaran

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan (Slameto, 2010). Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan,

meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian (Suyono dan Hariyanto, 2011). Menurut Santrock dan Yussen dalam

Sugihartono,dkk., (2007) belajar sebagai perubahan yang relatif permanen karena adanya pengalaman. Reber dalam Sugihartono,dkk., (2007) mendefinisikan belajar dalam dua pengertian, yaitu pertama, belajar sebagai proses memperoleh

pengetahuan. Kedua, belajar sebagai perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat. Belajar merupakan suatu aktivitas

mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai sikap (Winkel, 2009).

Menurut Sudjana dalam Sugihartono dkk., (2007) pembelajaran merupakan setiap upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat

(26)

mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan

menghubungkannya dengan anak didik sehingga terjadi proses belajar.

Dari uraian diatas, maka dapat diartikan bahwa belajar dan pembelajaran

merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dan melibatkan peran penting pendidik maupun peserta didik, karena belajar merupakan segala upaya yang dilakukan oleh peserta didik untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan

perubahan tingkah laku. Sedangkan pembelajaran adalah upaya yang dilakukan oleh pendidik untuk mengoptimalkan kegiatan pembelajaran.

B. Pembelajaran Biologi

Dalam Kurikulum KTSP, tujuan pembelajaran biologi di SMP selain

memahami konsep-konsep biologi siswa juga dituntut mampu menggunakan metode ilmiah yang dilandasi oleh sikap ilmiah untuk memecahkan masalah yang

dihadapinya (Depdiknas, 2006). Sebagai salah satu mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) hakikat pembelajaran biologi tidak terlepas dari hakikat pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yaitu produk, proses dan, sikap

(Novelia, 2011 httt://id.scribd.com/doc/63288472/Hakikat-IPA). Sebagai produk, biologi yang merupakan disiplin ilmu dari sains memiliki kumpulan pengetahuan

yang tersusun atas fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori.

a. Fakta merupakan produk sains yang paling dasar, yang diperoleh dari hasil observasi secara intensif dan terus menerus. Contoh : gula rasanya manis.

b. Konsep dalam sains dinyatakan sebagai abstraksi tentang benda atau peristiwa alam. Dalam beberapa hal konsep diartikan sebagai suatu definisi atau

(27)

c. Prinsip adalah generalisasi antar hubungan antar konsep-konsep yang

berkaitan. Contoh : semakin berat aktivitas seseorang, maka semakin cepat denyut jantungnya.

d. Hukum adalah prinsip yang bersifat spesifik.

e. Teori adalah generaisasi tentang berbagai prinsip yang dapat menjelaskan dan meramal fenomena.

Hakikat biologi sebagai proses merupakan cara kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan suatu masalah, sehingga merupakan kegiatan pengumpulan

data, menghubungkan fakta yang satu dengan fakta lainnya, menginterpretasi data dan menarik kesimpulan. Cara kerja sains dikenal dengan istilah metode ilmiah.

Dalam melaksanakan proses sains untuk memperoleh produk yang dapat

dipertanggungjawabkan tidak terlepas dari sikap ilmiah yang meliputi objektif, rasa ingin tahu, tanggung jawab, teliti, terbuka, kritis, dan tidak mudah putus asa.

Dalam proses pembelajaran biologi juga tidak terlepas dari sikap ilmiah sebagai landasan untuk proses dan produk pembelajaran biologi.

C. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2009). Suprijono (2009) mengatakan bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Sementara itu, Lindgren dalam Suprijono (2009) mengatakan bahwa hasil belajar meliputi kecakapan, informasi, pengertian,

(28)

Berdasarkan beberapa pengertian yang ada, maka hasil belajar merupakan

kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah melakukan pembelajaran berupa perubahan yang mencakup tiga aspek, yaitu aspek kognitif, aspek psikomotor, dan

aspek afektif. Masing-masing dari aspek tersebut memiliki kategori-kategori yang disusun secara hirarkis, sehingga menjadi taraf-taraf yang semakin bersifat kompleks.

a. Aspek kognitif

Aspek kognitif adalah aspek yang mencakup kegiatan otak. Artinya segala

upaya yang mencakup aktivitas otak termasuk dalam aspek kognitif (Sudaryono 2012). Menurut Bloom, dkk., dalam Winkel (2009) aspek kognitif mencakup: 1. pengetahuan (C1): mencangkup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari

dan disimpan dalam ingatan. Hal-hal itu dapat meliputi fakta, kaidah, dan prinsip, serta metode yang diketahui;

2. pemahaman (C2): mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari;

3. penerapan (C3): mencangkup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau

metode bekerja pada suatu kasus / masalah yang konkret dan baru;

4. analisis (C4): mencangkup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam

bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik, kemampuan ini dinyatakan dengan menganalisis bagian-bagian dasar, bersama dengan hubungan/relasi antar semua bagian;

(29)

6. evaluasi (C6): mencangkup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat

mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggung jawaban pendapat tersebut.

b. Aspek afektif

Aspek afektif adalah aspek yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Oleh karena itu, sikap seorang dapat diramalkan perubahannya apabila ia telah

memiliki penguasaan kognitif yang tinggi (Sudaryono, 2012). Menurut Kratwohl, dkk., dalam Winkel (2009) aspek afektif mencakup:

1. penerimaan: mencangkup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan ransangan tersebut, seperti buku pelajaran atau penjelasan yang diberikan oleh guru atau mendengarkan dan

memperhatikan jawaban teman sekelas;

2. partisipasi: mencangkup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan

berpartisipasi dalam suatu kegiatan;

3. penilai/penentu sikap: mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu;

4. organisasi: mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam hidup;

5. pembentukan pola hidup: mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan dari materi yang telah dipelajari.

c. Aspek psikomotorik

Aspek psikomotorik adalah aspek yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.

(30)

berprilakau) (Sudaryono 2012). Menurut klasifikasi Simpson dalam Winkel

(2009) aspek psikomotorik meliputi:

1. persepsi: mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat

antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan perbedaan antar ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan;

2. kesiapan: terkait dengan konsentrasi dalam menyiapkan diri;

3. gerak terbimbing: mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan contoh yang diberikan;

4. gerak yang terbiasa: mencangkup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar, karena sudah dilatih secukupnya, tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan;

5. gerak kompleks: mencangkup kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilan, yang terdiri atas beberapa komponen, dengan lancar, tepat dan

efisien;

6. penyesuaian pola gerak: mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau dengan

menunjukkan suatu keterampilan yang telah mencapai kemahiran;

7. kreativitas: mencakup kemampuan untuk melahirkan pola-pola yang baru,

seluruhnya atas dasar prakasa dan inisiatif sendiri. 2. Faktor–faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Slameto (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

dapat digolongkan menjadi dua golongan sebagai berikut.

a. Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang disebut faktor individu

(31)

maka akan mempengaruhi hasil prestasi belajar. (2) Faktor Psikologis,

meliputi: intelegensi, minat dan motivasi serta perhatian ingatan berpikir. (3) Faktor kelelahan, yang meliputi: kelelahan jasmani dan rohani. Kelelahan

jasmani nampak dengan adanya lemah tubuh, lapar dan haus serta mengantuk. Sementara itu, kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu akan

hilang. Faktor dari siswa sendiri juga berupa kemampuan-kemampuan pemahaman siswa (Suprijono, 2009).

b. Faktor yang ada pada luar individu yang disebut dengan faktor eksternal, yang meliputi: (1) Faktor keluarga. Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan terutama serta merupakan lembaga pendidikan dalam ukuran kecil

tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar. (2) Faktor sekolah, meliputi: metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa,

siswa dengan siswa dan berdisiplin di sekolah. (3) Faktor masyarakat. Bentuk kehidupan masyarakat sekitar dapat mempengaruhi presetasi belajar siswa. Jika lingkungan siswa adalah lingkungan terpelajar maka siswa akan terpengaruh

dan terdorong untuk lebih giat belajar.

D. Minat Belajar

Minat merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar. Minat diartikan sebagai kecendrungan subjek yang menetap untuk merasa

tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu (Winkel, 2009). Minat adalah suatu rasa suka dan

(32)

mengenang beberapa kegiatan. Minat akan mempengaruhi keseriusan dalam

mengikuti suatu kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang (Slameto, 2010).

Dari uraian yang ada, maka minat belajar merupakan ketertarikan atau rasa suka yang dimiliki oleh siswa terhadap sesuatu, yaitu materi ajar sebagai aktivitas atau proses untuk memperoleh pengetahuan tanpa adanya paksaan. Minat besar

berpengaruh terhadap belajar karena jika bahan yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tersebut tidak akan belajar sebaik-baiknya (Slameto,

2010).

Aktivitas belajar yang tidak didasari oleh minat akan menimbulkan suatu penolakan atau pertentangan dari dalam batin anak sehingga secara sadar maupun

tidak sadar akan berusaha mengabaikan aktivitas tersebut. Jika aktivitas tersebut dipaksakan, akan memberikan suatu kondisi yang tidak mengenakkan hati,

sehingga timbul rasa malas, jenuh, dan bosan (Surya, 2007).

Minat belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Totok Susanto (dalam Sholahuddin. 2012. edublog. org/faktor-faktor-yang

mempengaruhi-minat-belajar) beberapa faktor yang mempengaruhi minat belajar adalah sebagai

berikut.

1. Motivasi dan Cita-cita

Menurut Sudirman (dalam Sholahuddin. 2012. edublog. org/faktor-faktor-yang mempengaruhi-minat-belajar) motivasi merupakan keseluruhan daya

penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, sehingga tujuan yang kehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai. Cita-cita adalah keinginan

(33)

Timbulnya motivasi belajar siswa, bisa berasal dari dalam diri siswa itu

sendiri dan juga berasal dari luar diri siswa. Motivasi yang timbul dari dalam siswa itu sendiri disebut motivasi instrinsik, contohnya kecenderungan anak,

bakat anak, kemauan, dan bakat. Motivasi yang timbul dari luar diri siswa disebut motivasi ekstrinsik, contohnya: model penyajian materi pembelajaran, suasana pengajaran dan kondisi masyarakat.

2. Keluarga

Keluarga merupakan pusat pendidikan yang pertama dan yang paling utama

karena sebagian besar kehidupan siswa berada dalam lingkungan keluarga. Jadi, keadaan keluarga serta keadaan rumah juga mempengaruhi minat seorang siswa. Suasana rumah yang tenang, damai, tenteram, dan menyenangkan akan

mendukung minat siswa dalam belajar di rumah. Siswa dapat belajar dengan tenang, sehingga menguntungkan bagi kemajuan belajar siswa. Oleh karena itu,

adanya perhatian keluarga terhadap aktivitas dan sarana belajar siswa akan dapat meningkatkan belajar tersebut.

3. Peranan Guru

Selain berperan sebagai fasilitator, guru juga harus dapat berperan sebagai motivator. Dalam hal ini, seorang guru harus mampu menciptakan kondisi belajar

mengajar yang kondusif dan dapat merangsang minat siswa dalam belajar. Menyadari pentingnya minat dan perhatian siswa dalam proses pembelajaran, berikut ini disajikan beberapa pendekatan yang harus diperhatikan guru dalam

meningkatkan motivasi belajar siswa. pendekatan-pendekatan tersebut adalah sebagai berikut.

(34)

b. Kembangkan pengertian kepada siswa secara wajar. Pengertian baru haruslah

disadarkan pengalaman-pengalaman belajar yang lampau. c. Bawalah suasana kelas yang menyenangkan para siswa.

d. Buatlah para siswa ikut andil dalam program yang disusun.

e. Usahakan pengaturan kelas yang bervariasi, sehingga rasa bosan berkurang dan perhatian siswa meningkat.

f. Timbulkan minat siswa terhadap pokok bahasan yang dipelajari. g. Berikan komentar terhadap hasil-hasil yang mereka capai.

h. Berikan kesempatan siswa untuk berkompetisi. 4. Sarana dan Prasarana

Menurut Santoso (dalam Sholahuddin. 2012. edublog.

org/faktor-faktor-yang mempengaruhi-minat-belajar), fasilitas-fasilitas org/faktor-faktor-yang dimiliki sekolah,

seperti perpustakaan, ruang kelas, dan laboratorium juga dapat mempengaruhi

minat belajar siswa. Kurang lengkapnya perpustakaan, sedikitnya jumlah buku-buku yang disediakan untuk siswa, ruang belajar yang sempit, kotor dan gelap juga dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, sehingga hal-hal tersebut dapat

mengurangi minat belajar pada diri siswa. 5. Teman Pergaulan

(35)

mempengaruhi minat belajar siswa. Media massa jenis televisi dan video

misalnya, secara umum lebih banyak pengaruh negatifnya daripada pengaruh positifnya, terutama tayangan iklan dan film dalam televisi. Oleh karena itu, orang

tua harus menyediakan waktu ekstra bagi anak-anaknya dan memperhatikan waktu belajarnya. Selanjutnya, untuk media massa jenis buku-buku, majalah, dan surat kabar sangat bermanfaat dalam meningkatkan minat baca serta dapat

meningkatkan pengetahuan siswa.

E. Model Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran

kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesama

untuk mencapai tujuan bersama (Wena, 2009). Menurut Nurhadi dan Senduk dalam Wena (2009) pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar menciptakan interaksi antarsiswa. Dalam hal ini, sumber belajar bagi siswa

tidak hanya guru dan buku ajar, tetapi juga sesama siswa.

Menurut Lie dalam Wena (2009) pembelajaran kooperatif adalah sistem

pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas terstruktur dan dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator. Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori

konstruktivis. Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling

(36)

sistem pembelajaran yang berusaha memanfaatkan teman sejawat (teman lain)

sebagai sumber belajar, di samping guru dan sumber belajar lain (Wena, 2009).

2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Menurut Ibrahim, dkk., (2000), model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting

yang dirangkum sebagai berikut. a. Hasil Belajar Akademik

Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami

konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar

akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun

kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akedemik. b. Penerimaan Terhadap Perubahan Individu

Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang beda ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidak mampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagi

latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling

(37)

c. Pengembangan Keterampilan Sosial

Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan berkolaborasi.

Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini masih kurang dalam keterampilan sosial.

3. Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Menurut Lie dalam Sugiyanto (2009) ada

beberapa elemen yang merupakan ketentuan pokok dalam pembelajaran kooperatif, yaitu sebagai berikut.

a. Saling Ketergantungan Positif

Dalam sistem pembelajaran kooperatif, guru dituntut untuk mampu menciptakan suasana belajar yang mendorong agar siswa merasa saling

membutuhkan. Siswa yang satu membutuhkan siswa yang lain, demikian pula sebaliknya. Dalam hal ini, kebutuhan antar siswa tentu terkait dengan pembelajaran. Hubungan yang saling membutuhkan antar siswa inilah disebut

dengan saling keterkaitan positif. b. Interaksi Tatap Muka

Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan guru tetapi juga dengan sesama siswa. Dalam hal ini, antar anggota kelompok melaksanakan

aktivitas-aktivitas dasar seperti bertanya, menjawab pertanyaan, menunggu dengan sabar teman yang sedang memberikan penjelasan, berkata sopan, meminta

(38)

para siswa dapat saling menjadi sumber belajar sehingga sumber belajar lebih

variasi.

c. Akuntabilitas Individu

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dalam bentuk kelompok, maka setiap anggota harus belajar dan menyumbangkan pikiran demi keberhasilan pekerjaan kelompok. Untuk mencapai tujuan kelompok (hasil belajar kelompok),

setiap siswa harus bertanggung jawab terhadap penguasaan materi. Kondisi belajar ini akan mampu menumbuhkan tanggung jawab (akuntabilitas) pada

masing-masing individu.

d. Keterampilan untuk Menjalin Hubungan Antarpribadi

Keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman,

mengkeritik ide bukan teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin

hubungan antar pribaditidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak menjalin hubungan antar pribadi akan memperoleh teguran dari guru juga sesama siswa.

4. Keunggulan Pembelajaran Kooperatif

Menurut Sanjaya (2006), keunggulan dari pembelajaran kooperatif antara lain:

a. melalui pembelajaran koopertaif, siswa tidak terlalu bergantung pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber dan belajar dari siswa lain;

b. pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya

(39)

c. dapat membantu anak untuk respek terhadap orang lain dan menyadari segala

keterbatasannya serta menerima segala perbedaan;

d. dapat membantu anak untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar;

e. dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berpikir memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang

dibuat adalah tanggung jawab kelompok;

f. dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan

kemampuan belajar abstrak menjadi nyata. 5. Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

Menurut Sanjaya (2006), kelemahan dari pembelajaran kooperatif adalah:

a. ciri utama pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa belajar kelompok yang efektif, maka dibandingkan

pembelajaran langsung dari guru, dapat menyebabkan apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak dicapai oleh siswa;

b. keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran

kelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang, sehingga tidak mungkin dapat dicapai dengan satu kali atau sekali-sekali penerapan

pembelajaran ini.

F. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dikembangkan oleh Eliot Aronson dari Universitas Texas USA. Kemudian diadaptasi oleh Slaven, dkk., di

(40)

bentuk kelompok kecil. Seperti yang diungkapkan oleh Lie dalam Majid (2013)

bahwa pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini merupakan pembelajaran kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas

empat sampai enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri.

Secara umum penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di

kelas adalah sebagai berikut (Wena, 2009).

1. Kelas dibagi dalam beberapa kelompok. Tiap kelompok siswa terdiri dari 4-6

orang yang bersifat heterogen, baik dari segi kemampuan, jenis kelamin, budaya, dan sebagainya.

2. Tiap kelompok diberi bahan ajar dan tugas-tugas pembelajaran yang harus

dikerjakan.

3. Dari masing-masing kelompok diambil seorang anggota untuk membentuk

kelompok baru (kelompok pakar) dengan membahas tugas yang sama. Dalam kelompok ini diadakan diskusi antara anggota kelompok pakar.

4. Anggota kelompok pakar kemudian kembali lagi ke kelompok semula, untuk

mengajari anggota kelompoknya. Dalam kelompok ini diadakan diskusi antara anggota kelompok.

5. Selama proses pembelajaran secara kelompok guru berperan sebagai fasilitator dan motivator.

6. Tiap minggu atau dua minggu guru melaksanakan evaluasi baik secara individu

maupun kelompok untuk mengetahui kemajuan belajar siswa.

7. Bagi siswa dan kelompok siswa yang memperoleh nilai hasil belajar yang

(41)

Langkah-langkah penerapan metode pembelajaran Jigsaw adalah sebagai

berikut (Zaini, dkk., 2008).

1. Siswa dibagi menjadi menjadi beberapa kelompok yang masing-masing

beranggotakan 4 atau 5 orang dengan karakteristik yang heterogen.

2. Bahan diskusi dibagikan kepada siswa dan setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari satu bagian dari bahan diskusi tersebut.

3. Salah satu anggota dari beberapa kelompok yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari satu bahan diskusi yang sama dan selanjutnya

berkumpul untuk saling membantu mengkaji bahan diskusi tersebut. Kelompok ini dinamakan sebagai kelompok ahli.

4. Selanjutnya, para siswa yang berbeda dalam kelompok ahli kembali ke

kelompok asal untuk mengajar anggota kelompok asalnya mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok ahli.

5. Setelah diadakan diskusi dalam kelompok asal, para siswa dievaluasi secara individual mengenai materi yang telah dipelajari.

Gambar 2. 1 : Bagan Gambaran kelompok jigsaw

Dalam pelaksanaannya, model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memiliki kelebihan dan kekurangan (Ibrahim, dkk., 2000). Kelebihan dari model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah :

1. dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan siswa

lain;

2. siswa dapat menguasai pelajaran yang disampaikan;

Kelompok Asal

(42)

3. setiap siswa berhak menjadi ahli dalam kelompoknya;

4. dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif;

5. dapat melibatkan seluruh peserta didik dalam belajar dan sekaligus

mengajarkan kepada orang lain, sehingga siswa memiliki tanggung jawab dalam pelaksanaan pembelajaran (Zaini, dkk., 2008).

Sementara itu, kekurangannya adalah :

1. membutuhkan waktu yang lama;

2. siswa yang pandai cenderung tidak mau disatukan dengan siswa yang kurang

pandai, dan yang kurang pandai pun merasa minder apabila digabungkan dengan temannya yang pandai, walaupun lama kelamaan perasaan itu akan hilang dengan sendirinya.

G. Materi Sistem Peredaran Darah Manusia

Materi sistem peredaran darah manusia merupakan salah satu materi biologi yang diajarkan di bangku SMP kelas VIII. Standar Kompetensi (SK) dari materi ini adalah: 1. Memahami Berbagai Sistem Dalam Kehidupan Manusia,

dengan Kompetensi Dasar (KD): 1.6. Mendeskripsikan sistem peredaran darah pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan. Materi ajar yang disampaikan

kepada siswa meliputi alat peredaran darah manusia, peredaran darah manusia, komponen penyusun darah manusia, fungsi darah, macam-macam golongan darah, serta gangguan atau kelainan pada sistem peredaran darah manusia. Dari

materi ajar yang ada, banyak konsep-konsep yang harus dapat dipahami oleh siswa. supaya dapat membantu siswa dalam memahami konsep-konsep materi

(43)

kelompok. Masing-masing siswa dalam model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw memiliki tanggung jawab atas satu bagian tugas/soal yang ada. Dalam

proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, dikenal

adanya kelompok ahli dan kelompok asal. Kelompok siswa yang memiliki tanggung jawab atas tugas/soal yang diberikan ini dinamakan sebagai kelompok ahli. Setelah melaksanakan diskusi tentang tugas/soal yang didapatkan dalam

kelompok ahli maka siswa akan kembali ke kelompok asal untuk mengajar anggota kelompok asalnya mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok

ahli.

Hal ini sesuai dengan terapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, dimana siswa dibagi dalam kelompok dengan jumlah empat sampai enam orang

secara heterogen. Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks. Setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari bagian tertentu dari bahan

yaitu soal-soal yang diberikan. Anggota dari kelompok lain yang mendapatkan tugas dengan topik yang sama, berkumpul dan berdiskusi tentang topik tersebut. Kelompok ini dinamakan dengan kelompok ahli (Ibrahim, dkk., 2000). Adapun

(44)

Gambar 2.2. Peta Konsep Materi Sistem Peredaran Darah Manusia

H. Hasil Penelitian yang Relevan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Surur (dalam http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=50045) dengan judul

penelitian “Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk Sistem Peredaran Darah Manusia Pembuluh Darah Nadi (Arteri) P.darah kecil P.darah Besar

(45)

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran biologi kelas

VII B di MTs NU Pakis Malang ”. Hasil penelitian yang telah dilaksanakan, membuktikan bahwa: 1) terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa pada siklus I

dan siklusl II. 2) terjadi peningkatan pada nilai rata-rata kelas pada siklus I dan II. Untuk rata-rata kelas sebelum tindakan sebesar 57,52 kemudian meningkat pada siklus I menjadi 74,29 kemudian meningkat lagi pada siklus II menjadi 78,81. 3)

terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II sesuai dengan jumlah siswa yang mampu mencapai ketuntasan belajar. Sebelum tindakan jumlah

siswa yang dinyatakan tuntas belajar berjumlah 8 siswa (19,05%), kemudian setelah tindakan pada siklus I meningkat menjadi 29 siswa (69,05%) dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 37 siswa (88,10%) dan dinyatakan tuntas

secara klasikal karena angka tesebut melebihi angka minimal yaitu 85%.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Yahya, (dalam

http://wongbio.files.wordpress.com/2011/04/abstrak.doc) dengan judul penelitian

“Meningkatkan Minat Belajar Biologi Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw Pada Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Bangsri Semester

Ganjil Tahun 2006/2007”, hasil yang diperoleh menunjukkan terjadinya peningkatan motivasi/semangat dan minat siswa dalam pembelajaran dari satu

siklus ke siklus berikutnya.

I. Kerangka Pikiran

Hasil observasi di kelas VIII Tolerance SMP Joannes Bosco Yogyakarta menunjukan bahwa, pembelajaran biologi menggunakan model pembelajaran

(46)

hanya mendengarkan penjelasan dari guru. Sebagian besar siswa sibuk sendiri dan

asyik mengobrol dengan teman sebangkunya ketika proses pembelajaran berlangsung. Siswa juga tidak ada yang bertanya ketika guru memberikan

kesempatan untuk bertanya. Hal ini menunjukkan bahwa, minat siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sangat kurang.

Dengan model pembelajaran yang biasa digunakan dalam proses

pembelajaran dikelas, dimana siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran berpengaruh pada hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar pada

tahun ajaran 2011/2012 khususnya materi sistem peredaran darah, rata-rata nilai hasil belajar siswa kelas VIII Tolerance SMP Joannes Bosco Yogyakarta hanya 52,75 atau masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Biologi di SMP

Joannes Bosco Yogyakarta yaitu 67. Dari rata-rata skor yang diperoleh tersebut, hasil belajar yang diperoleh tentu masih rendah dari apa yang diharapkan.

Berdasarkan penelitian relevan yang ada, dimana hasil yang diperoleh menunjukan hasil positif dalam meningkatkan minat belajar dan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, maka

dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw ini adalah untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa.

Dalam meningkatkan minat peran guru sangat penting untuk mampu

menciptakan kondisi belajar mengajar yang kondusif dan menarik bagi siswa. Melalui pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, akan

(47)

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah dapat melibatkan seluruh peserta didik

dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada orang lain, sehingga siswa memiliki tanggung jawab dalam pelaksanaan pembelajaran (Zaini, dkk,. 2008).

Melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat menciptakan suasana kelas yang menyenangkan bagi siswa, dapat melibatkan para siswa ikut andil dalam program yang disusun seperti kegiatan diskusi, pembelajaran dengan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw juga akan menciptakan suasana kelas yang bervariasi, karena selain melakukan kegiatan diskusi dengan kelompok ahli, siswa

juga bekerja sama dalam kelompok asal sehingga rasa bosan berkurang.

Pada akhir pembelajaran, siswa akan dievaluasi secara individu mengenai materi yang telah dipelajari. Dengan adanya tanggung jawab siswa dalam proses

pembelajaran, besar kemungkinan hasil belajar akan meningkat. Selain itu, pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini akan mendorong siswa untuk bekerja

sama dalam menyelesaikan tugas, memiliki sikap terbuka terhadap pendapat teman, membangun rasa ingin tahu untuk menemukan konsep-konsep materi pelajaran serta tanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diberikan baik secara

individu maupun kelompok. Melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, siswa juga dilatih untuk mengkomunikasikan tentang pemahaman terhadap

(48)

30 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang mengangkat masalah-masalah yang

aktual yang dilakukan oleh para guru yang merupakan pencermatan kegiatan pembelajaran yang berupa tindakan untuk memperbaiki dan meningkatkan praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional (Taniredja, dkk., 2010).

Menurut Rochman Natawijaya dalam Muslich (2009) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah pengkajian terhadap permasalahan praktis yang bersifat situasional

dan kontekstual, yang diajukan untuk menentukan tindakan yang tepat dalam rangka pemecahan masalah yang dihadapi, atau memperbaiki sesuatu.

Berdasarkan pengertian diatas, fokus pelaksanaan Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) adalah memecahkan masalah yang bersifat situasional dan kontekstual yang terjadi di kelas, permasalahan tersebut dapat berupa rendahnya

hasil belajar siswa, masalah pengelolaan kelas serta masalah-masalah lain yang dapat mengganggu proses pembelajaran.

B. Variabel Penelitian

Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel

(49)

Tabel 3.1. Penjabaran Variabel Terikat dalam Penelitian terpaksa, serius, tertarik dan perhatian terhadap pembelajaran yang dilaksanakan.

1. Menyebutkan alat-alat peredaran darah manusia

2. Menjelaskan fungsi jantung dan pembuluh darah dalam sistem peredaran darah.

3. Menjelaskan cara kerja jantung 4. Menyebutkan macam-macam

pembuluh darah

5. Menjelaskan peredaran darah pada manusia

6. Menyebutkan komponen

penyusun darah dan fungsi darah 7. Menyebutkan golongan darah

berdasarkan kandungan

aglutinogen dan aglutinin darah 8. Menjelaskan penyakit pada

sistem peredaran darah manusia Afektif Hasil observasi tanggung jawab, rasa ingin tahu dan kerjasama), dan penentuan sikap (percaya diri).

C. Setting Penelitian 1. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah minat dan hasil belajar siswa kelas VIII Tolerance SMP Joannes Bosco Yogyakarta melalui model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw.

2. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VIII Tolerance SMP Joannes

(50)

D. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Joannes Bosco Yogyakarta yang terletak di Jalan Mlati Wetan 51 – 53, Baciro, Yogyakarta.

E. Waktu Penelitian

Waktu : Februari – Maret 2013

F. Desain Penelitian

Sebelum Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan, peneliti terlebih dahulu membuat desain penelitian agar penelitian yang akan dilaksanakan dapat dikelola dengan baik. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model Kemmis

dan Mc.Taggart. Penelitian ini terdiri atas dua siklus, setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Masing-masing siklus terdiri dari beberapa tahap yaitu: rencana

tindakan, pelaksanaan tindakan dan pengamatan (observasi), serta refleksi.

(51)

G. Rancangan Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dirancang dengan dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari beberapa tahap yaitu: rencana tindakan, pelaksanaan tindakan dan

pengamatan (observasi) serta refleksi. Sebelum pelaksanaan penelitian ada beberapa hal yang dilakukan oleh peneliti, yaitu:

1. Identifikasi masalah, hal ini dilakukan dengan menganalisis hasil belajar siswa

berdasarkan hasil ulangan harian pada materi sistem peredaran darah manusia dari tahun sebelumnya yaitu tahun ajaran 2011/2012.

2. Studi pustaka sesuai dengan permasalahan dan judul penelitian.

3. Observasi kegiatan pembelajaran, tujuan observasi adalah agar peneliti mengetahui kondisi dan situasi kelas saat proses pembelajaran serta sebagai

upaya pendekatan diri peneliti dengan siswa agar antara peneliti dan siswa terbangun hubungan yang baik

4. Pelaksanaan tes awal (pretest), tes awal (pretest) yang diperoleh menjadi dasar dari pelaksanaan tindakan penelitian ini, terutama penekanan terhadap konsep-konsep materi yang belum diketahui siswa.

a. Siklus I

1) Rencana Tindakan

Tahap ini merupakan tahap untuk mempersiapkan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang meliputi: (a)analisis materi dan telaah SKKD untuk rencana pembelajaran;

(b)membuat silabus;

(52)

(d) menyusun instrumen penelitian yang sesuai dengan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw yang meliputi lembar observasi, kartu soal, soal tes awal (pretest) dan soal tes akhir (postest) siklus I.

2) Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan (observasi)

Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sesuai dengan rencana

tindakan, kegiatan yang dilakukan meliputi:

(a) mengkondisikan kelas ke dalam suasana belajar;

(b) melaksanakan kegiatan pembelajaran siklus I dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Pada pelaksanaan pembelajaran siklus I, anggota kelompok dipilih sendiri oleh

siswa dengan membentuk 7 kelompok asal, masing-masing kelompok beranggotakan 4 siswa. Setiap siswa kelompok asal bertanggung jawab atas

soal yang diberikan kepadanya.

Pengamatan (observasi) dilakukan selama proses pembelajaran, hal yang diamati antara lain :

(a)mengamati kegiatan diskusi siswa;

(b) mengevaluasi pemahaman siswa melalui tes akhir (postest).

Observasi dilakukan oleh observer dengan mengisi lembar observasi yang telah disediakan. Hasil observasi dan evaluasi yang didapatkan menjadi bahan refleksi bagi peneliti terhadap tindakan yang telah dilakukan dan bagi

penyusunan rencana tindakan berikutnya. 3) Refleksi

(53)

hasil tes akhir (postest) siklus I. Kemudian dari hasil yang telah diperoleh

tersebut, menjadi bahan bagi peneliti untuk mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan selama proses pembelajaran berlangsung dan apa saja yang belum dapat

dicapai pada siklus I. Kegiatan refleksi ini menjadi dasar bagi peneliti dalam perencanaan dan pelaksanaan tindakan untuk siklus berikutnya, yaitu siklus II.

b. Siklus II

Pelaksanaan siklus II didasarkan atas hasil yang telah diperoleh pada siklus I. kegiatan siklus II meliputi :

1) Rencana Tindakan

Tahap ini merupakan tahap untuk mempersiapkan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, yang meliputi :

(a)identifikasi masalah dan perumusan masalah berdasarkan hasil refleksi siklus I; (b)membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP);

(c)menyusun instrumen penelitian yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang meliputi kartu soal, lembar observasi, dan soal tes akhir (postest) siklus II.

2) Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan (observasi)

Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sesuai dengan rencana tindakan, kegiatan yang dilakukan meliputi:

(a)mengkondisikan kelas ke dalam suasana belajar;

(b)melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan metode pembelajaran jigsaw sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Pada pelaksanaan pembelajaran siklus II,

(54)

dibentuk 7, dengan masing-masing anggota kelompok 4. Kelompok pada siklus

II dibentuk oleh guru, dimana setiap anggota kelompok memiliki kemampuan heterogen.

Pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran, hal yang diamati antara lain :

(a)mengamati kegiatan diskusi siswa;

(b)mengevaluasi pemahaman siswa melalui tes akhir (postest).

Observasi dilakukan oleh observer dengan mengisi lembar observasi yang telah

disediakan. Hasil observasi dan evaluasi yang didapatkan menjadi bahan refleksi bagi peneliti terhadap tindakan yang telah dilakukan dan bagi penyusunan rencana tindakan berikutnya.

3) Refleksi

Pada tahap ini, peneliti melakukan refleksi berdasarkan apa yang telah diperoleh dari hasil observasi kegiatan siswa, observasi proses pembelajaran, kuesioner , dan hasil tes akhir (postest) siklus II. Dari hasil yang telah diperoleh

tersebut menjadi bahan bagi peneliti untuk mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan selama proses pembelajaran berlangsung dan apa saja yang belum dapat

dicapai pada siklus II. Kegiatan refleksi ini menjadi dasar bagi peneliti untuk membuat kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah dilaksanakan.

H. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpul data dalam

Gambar

Gambar 2. 1 : Bagan Gambaran kelompok jigsaw
Gambar 2.2. Peta Konsep Materi Sistem Peredaran Darah Manusia
Tabel 3.1. Penjabaran Variabel Terikat dalam Penelitian
Gambar 3.1 : Bagan Model Penelitian Kemmis dan Mc. Taggart Adaptasi Depdiknas, 1999:21
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan salah satu agenda Pemprov Jatim tahun 2006-2008 bahwa di Bangil terpilih menjadi klaster industri kecil bordir karena dipandang sebagai jenis usaha yang relatif

Untuk penyelenggaraan kegiatan tersebut diatas, Pemerintah Kabupaten Tanah Laut memerlukan Event Organizer (EO) sebagai pelaksananyaa. Maka dengan ini kami

Panel zephyr bambu adalah suatu papan atau lembaran tiga lapis dari zephyr bambu atau serat bambu dengan arah serat bersilangan yang direkat dengan menggunakan

Dalam perencanaan dan penyususnan Laporan Akhir yang berjudul “Implementasi IP Camera Untuk Monitoring Ruang Teori dan Lab Praktikum Berbasis Web Server di

JADWAL PELAKSANAAN TES TPA (KEMAMPUAN BIDANG) KUALIFIKASI CALON DOSEN.. PADA UNIVERSITAS DIPONEGORO

Kecerdasan alami dapat mengerjakan pekerjaan dengan terbatas, karena adanya.. keterbatasan

dimasukkan ke dalam sebuah channel decoder untuk melindungi data. Gambar 5.26 Model Umum Sistem Komunikasi Digital Spektrum.. Komentar mengenai jumlah pseudorandom adalah

Sebagai tenaga kesehatan masyarakat onal, tentunya tenaga kesehatan masyarakat ditutut tidak hanya sekedar menyusun rencana Pelaksanaan Pembangunan