• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN MINAT KONSELING PADA PESERTA DIDIK KELAS X MAN PURWOKERTO I TAHUN PELAJARAN 2011 / 2012 - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN MINAT KONSELING PADA PESERTA DIDIK KELAS X MAN PURWOKERTO I TAHUN PELAJARAN 2011 / 2012 - repository perpustakaan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang Masalah

Keberadaan bimbingan dan konseling di sekolah atau madrasah bertujuan agar peserta didik mampu mencapai tugas-tugas perkembangan dan mengembangkan potensi dirinya.

Desmita (2009) menyatakan bahwa “peserta didik adalah individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri. Dalam perkembangannya peserta didik memiliki kemampuan untuk berkembang ke arah kedewasaan. Dalam perkembangannya peserta didik mengalami perubahan-perubahan pada dirinya secara tidak wajar, baik yang ditujukan kepada diri sendiri maupun yang diarahkan pada penyesuaian dengan lingkungannya. Maka sebagai individu yang sedang berkembang, proses pemberian bantuan dan bimbingan perlu mengacu pada tingkat perkembangannya.

(2)

Tohirin (2011) menyatakan bahwa beberapa masalah psikologis yang menjadi latarbelakang perlunya layanan bimbingan dan konseling di sekolah atau madrasah, yaitu :

1. Masalah perkembangan individu

Peserta didik yang dibimbing merupakan individu yang sedang berada dalam proses perkembangan menuju kedewasaan.

2. Masalah perbedaan individu

Tidak ada dua orang individu yang sama dalam aspek-aspek pribadinya. Individu yang satu berbeda dengan yang lainnya.

3. Masalah kebutuhan individu

Tingkah laku individu berkaitan dengan upaya pemenuhan kebutuhannya. Dalam rangka memenuhi kebutuhan, akan muncul perilaku tertentu dari individu.

4. Masalah penyesuaian diri

Individu harus menyesuaikan diri dengan berbagai lingkungannya baik disekolah, rumah, masyarakat.

5. Masalah belajar

Peserta didik sebagai pelajar akan banyak dihadapkan pada persoalan-persoalan belajar.

(3)

penyesuaian diri, masalah belajar. Jika peserta didik berhasil mencapai tugas perkembangan sebelumnya, maka akan melanjutkan tugas perkembangan selanjutnya. Namun apabila peserta didik tidak berhasil, maka akan mengalami kesulitan untuk melanjutkan tugas perkembangan selanjutnya. Perbedaan peserta didik dapat menimbulkan masalah bagi dirinya sendiri atau lingkungannya.

Perbedaan kebutuhan, apabila peserta didik mampu memenuhi kebutuhannya maka akan merasa puas. Namun, apabila peserta didik tidak mampu memenuhi kebutuhannya maka akan menimbulkan masalah. Peserta didik dalam memenuhi kebutuhannya tidak dapat sendiri, tanpa bantuan pihak lain. Peserta didik harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah atau madrasah. Peserta didik yang tidak dapat menyesuaikan diri maka akan timbul masalah. Peserta didik sebagai pelajar akan mengalami hambatan atau masalah yang timbul dari proses belajar. Seperti dalam memillih jurusan, belajar, mengatur waktu belajar, dan sebagainya.

Untuk mengembangkan potensi peserta didik dan membantu pemecahan masalah yang dihadapinya, perlu ada kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang terorganisir, terprogram, dan terarah.

Hallen (2005) menyatakan bahwa “aspek psikologis yang melatar

(4)

(dalam Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994) menyatakan bahwa “bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka

upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan”. Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi dimaksudkan agar

peserta didik mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri, serta menerimanya secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut. Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi dimaksudkan agar peserta didik mengenal secara obyektif lingkungan, baik lingkungan sosial, lingkungan fisik dan menerima berbagai kondisi lingkungan itu secara positif dan dinamis. Pengenalan lingkungan itu yang meliputi lingkungan rumah, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, alam sekitar, serta lingkungan yang lebih luas, diharapkan menunjang proses penyesuaian diri peserta didik dengan lingkungan yang dimaksud. Sedangkan bimbingan dalam rangka merencanakan masa dimaksudkan agar peserta didik mampu mempertimbangkan dan mengambil keputusan tentng masa depan dirinya sendiri, baik yang menyangkut bidang pendidikan, bidang karier, bidang keluarga. Layanan bimbingan dan konseling di sekolah disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik .

Menurut Prayitno dan Erman Amti (2004) mengatakan bahwa sering muncul persepsi negatif tentang bimbingan dan koseling dari peserta didik. Kesalahan dalam memahami bimbingan dan konseling antara lain :

(5)

2. Bimbingan dan konseling dianggap semata-mata sebagai proses pemberian nasihat.

3. Bimbingan dan konseling dibatasi pada hanya menangani masalah yang bersifat insidental.

4. Bimbingan dan konseling dibatasi hanya untuk klien-klien tertentu saja. 5. Konselor harus aktif dan pihak lain pasif

6. Pelayanan bimbingan dan konseling berpusat pada keluhan pertama saja. 7. Menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien.

8. Pelayanan bimbingan dan konseling dibatasi pada hanya menangani masalah-masalah ringan saja.

Anggapan negatif dari pelayanan bimbingan dan konseling tersebut dapat disebabkan karena kurangnya sosialisasi terhadap peserta didik tentang pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah atau madrasah, oleh karena itu guru pembimbing dituntut mampu berperan aktif dalam pelayanan bimbingan dan konseling.

Pelayanan bimbingan dan konseling tidak dilakukan di ruangan bimbingan dan konseling saja, namun bisa dilakukan di kelas. Pelayanan bimbingan dan konseling tidak hanya memberikan nasihat saja, namun perlu adanya tindak lanjut seperti bimbingan dan konseling yang saling berkesinambungan.

(6)

Dalam membantu memecahkan masalah peserta didik, tidak menyamaratakan metode atau cara bagi semua peserta didik. Karena peserta didik mempunyai karakteristik kepribadian yang berbeda-beda maka masalah yang dialami peserta didik berbeda.

Penelitian yang dilakukan Mulatsih (2006) mengatakan bahwa fungsi layanan konseling perorangan oleh pihak bimbingan dan konseling pada peserta didik kelas XI IPA 2 SMA Negeri I Mataram tahun ajaran 2005 / 2006 memberikan kesan menyenangkan pada peserta didik dengan nilai keterbantuan peserta didik terhadap permasalahan yang dihadapinya sebesar 88,89 % dan mengindikasikan bantuan guru bimbingan dan konseling berkategori baik sekali dan permasalahan peserta didik yang dapat diselesaikan melalui layanan konseling perorangan dengan tuntas sebesar 97,5 dan sisanya belum terselesaikan secara tuntas.

Penelitian yang dilakukan Narti (2007) mengatakan bahwa tingkat efektifitas layanan konseling individual dalam peningkatan prestasi belajar peserta didik kelas X tahun pelajaran 2002-2003 di SMA Negeri 1 Magelang pada semester 1 sebesar 85,11% dan pada semester 2 sebesar 68,82%.

Penelitian yang dilakukan Hakim (2009) mengatakan bahwa kehadiran konselor di sekolah sangat penting,dikatakan demikian sebab peserta didik tidak jarang menemui kendala dalam mengikuti proses pembelajaran.

(7)

kelompok salah satu pilihan tepat bagi konselor di sekolah karena peserta didik memiliki karakter dan persoalan yang beragam.

Penelitian yang dilakukan Masturi (2010) mengatakan bahwa untuk membantu peserta didik yang sering membolos diperlukan layanan bimbingan dan konseling dengan pendekatan konseling behavior.

Penelitian yang dilakukan Wangid (2010) mengatakan bahwa konselor sekolah di Indonesia baik secara langsung maupun tidak langsung berkewajiban menyelenggarakan program pelayanan bimbingan dan konseling yang bernuansa nilai-nilai pendidikan karakter.

Penelitian yang dilakukan Santoadi (2008) mengatakan bahwa ada sebagian kecil SMA Rekanan Prodi BK USD melaksanakan layanan konseling individual, menjalin kemitraan dengan berbagai pihak dalam penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling, menggunakan berbagai cara mensosialisasikan program bimbingan dan konseling.

(8)

Dari beberapa penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa sekolah atau madrasah wajib menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling untuk membantu masalah peserta didik yang dapat ditindaklanjuti dengan layanan konseling. Maka peran guru pembimbing di sekolah atau madrasah sangat penting di sekolah atau madrasah dalam mensosialisasikan layanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik agar terjalin hubungan yang baik dan persepsi positif terhadap layanan bimbingan dan konseling. Layanan bimbingan dan konseling diberikan merata pada seluruh peserta didik, sehingga dibutuhkan kualifikasi sebagai guru pembimbing yang sesuai dengan norma dan peraturan yang berlaku.

Hasil wawancara yang dilaksanakan pada hari Rabu, 21 September 2011 kepada Bapak Samyo. S.Pd.,M.Pd.I selaku guru pembimbing kelas X di MAN Purwokerto I bahwa sudah dua tahun terakhir ini guru pembimbing tidak memberikan layanan bimbingan dan konseling di kelas. Untuk saat ini peserta didik datang kepada guru pembimbing hanya mengurusi surat ijin mengambil ijazah ke SMP, karena pihak sekolah tidak memberikan alokasi waktu kepada guru pembimbing untuk memberikan layanan bimbingan dan konseling di kelas .

(9)

peserta didik yang terkena kasus, mengurusi surat ijin sakit, surat ijin pengambilan ijasah di SMP. Layanan karier hanya melayani tentang jurusan. Peserta didik berharap layanan bimbingan dan konseling berupa layanan pribadi, belajar, sosial, karier diberikan di kelas.

Kegiatan konseling individual yang dilakukan kepada peserta didik kelas X MAN Purwokerto I didasari minat peserta didik sangat rendah dibandingkan dengan kelas XI dan XII. Fakta ini diperoleh melalui dokumentasi berupa daftar hadir konseling peserta didik dari awal masuk tahun pelajaran baru 2011 / 2012 yaitu pertengahan bulan Juli sampai awal bulan Desember 2011 yang konseling kepada guru bimbingan dan konseling yaitu jumlah kelas X yang konseling sejumlah lima peserta didik.

Berdasarkan fenomena di atas, peserta didik yang tidak mau datang kepada guru pembimbing, karena peserta didik menganggap bahwa peserta didik yang datang kepada guru pembimbing berarti telah berbuat kesalahan,terkena kasus. Peserta didik hanya mengetahui bahwa layanan bimbingan dan konseling berupa masalah pribadi dan jurusan.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan antara persepsi terhadap layanan bimbingan dan konseling dengan minat konseling pada peserta didik kelas X di MAN Purwokerto I Tahun Pelajaran 2011 / 2012.

B. Perumusan Masalah

(10)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara persepsi terhadap layanan bimbingan dan konseling dengan minat konseling pada peserta didik kelas X MAN Purwokerto I Tahun Pelajaran 2011 / 2012?

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah khasanah wacana ilmu dan pengetahuan baru dalam bidang psikologi terutama psikologi pendidikan khususnya bimbingan dan konseling.

2. Secara Praktis a. Kepala Sekolah

Bagi Kepala Sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi untuk mengoptimalisasikan layanan bimbingan dan konseling serta meningkatkan minat konseling kepada peserta didik dalam membantu tugas perkembangan dan mengembangkan potensi peserta didik.

b. Guru Pembimbing

(11)

c. Peserta didik

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok dengan teknik diskusi efektif untuk mereduksi persepsi negatif peserta didik terhadap bimbingan dan konseling

Siswa yang mempunyai persepsi positif terhadap layanan bimbingan dan konseling, maka. ia cenderung menilai apa yang telah dilakukan oleh konselor itu bermanfaat

Tujuan penelitian ini yakni untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap layanan bimbingan konseling dengan kemandirian belajar, sehingga penulis mengajukan

Hal ini diperkuat oleh pendapat Suherman (2008) bahwa tujuan dari layanan bimbingan konseling sekolah salah satunya adalah berkembangnya aspek belajar atau akademik,

Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan positif antara persepsi terhadap layanan bimbingan konseling dengan kedisiplinan belajar. Populasi dalam penelitian ini adalah

a) Kegiatan tatap muka nonklasikal dengan siswa dilaksanakan untuk layanan orientasi, konseling perorangan, bimbingan kelompok, konseling kelompok, mediasi, dan advokasi serta

Saran: peserta didik hendaknya dapat memanfaatkan dengan baik layanan konseling individu, guru BK hendaknya dapat mengembangkan potensi dalam menguasai layanan bimbingan dan konseling

Bagi pihak sekolah, agar layanan konseling individu dapat berpengaruh terhadap percaya diri peserta didik, maka pihak sekolah juga perlu mendukung pelaksanaan layanan konseling