• Tidak ada hasil yang ditemukan

persepsi peserta didik terhadap perilaku nonverbal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "persepsi peserta didik terhadap perilaku nonverbal"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI PESERTA DIDIK TERHADAP PERILAKU NONVERBAL GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM

LAYANAN KONSELING PERORANGAN DI SMA NEGERI 4 PADANG

E - JURNAL

Oleh:

RESA SUSILA SARI NPM. 10060230

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG

2015

(2)

PERSEPSI PESERTA DIDIK TERHADAP PERILAKU NONVERBAL GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM

LAYANAN KONSELING PERORANGAN DI SMA NEGERI 4 PADANG

Oleh:

Resa Susila Sari

Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

This research supported by the condition found in a field that the implementation of individual counseling not in accordance with hoped, because there are looked the students worried and the teacher of BK behavior lacking a smile, frowning. This research purposes for description:

1) The teacher of BK body motion or kenesics behavior, 2) The teacher of BK touching behavior, 3) The teacher of BK paralanguage. This is descriptive quantative research. The population of this research is a students has undergo individual programs, the totaled 262 students. This research used stratified simple random to get the sample, totaled 72 students. The instruments in this research is questionnaire. The result of this research reveal the student perception of the teacher of BK non verbal behavior in individual counseling service include the best criterion. The result of research based of variable, such as: 1) The teacher of BK body motion or kenesics behavior in individuals counseling service include the best criterion, 2) The teacher of BK touching behaviour in individuals counseling service include the best criterion, 3) The teacher of BK paralanguage in individulas counseling service include the best criterion. Based on the research result, the rsearcher suggest of the teacher of BK to maintain nonverbal behaviour which apllied in counseling individual implementation to the students, so that counseling is more effective.

Keyword: perception nonverbal behaviour, motion or kenesics behavior, touching behavior, paralanguage.

PENDAHULUAN

Konseling merupakan perkerjaan profesional. Perkerjaan profesional dilakukan karena menuntut keterampilan tertentu, seperti halnya guru Bimbingan dan Konseling, yang menerapkan keterampilan- keterampilan tertentu. Tujuan dari proses pelaksanaan layanan konseling adalah tercapai dan terentasnya permasalahan yang dialami peserta didik, sesuai dengan Undang- undang No 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 butir 6 menegaskan bahwa konselor (guru BK) adalah pendidik, sebagaimana juga guru, dosen, pamong belajar, tutor dan instruktur.

Pengembangan potensi diri peserta didik dan kepribadian yang baik tidak selalu berjalan dengan baik karena itu diperlukan kegiatan pemberian layanan BK. Melalui pemberian layanan BK diharapkan peserta didik dapat mewujudkan potensi dirinya sendiri. Pemberian layanan konseling dilakukan oleh guru BK kepada peserta didik yang berada di lingkungan sekolah dan di luar sekolah, dalam pelaksanaan pemberian layanan BK terdapat layanan yang mencakup pada BK17+.

Menurut Prayitno (2004:1) ada sembilan jenis layanan, yaitu layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan dan penyaluran, layanan

(3)

penguasaan konten, layanan bimbingan kelompok, layanan konseling peorangan, layanan konseling kelompok, layanan konsultasi, dan layanan mediasi. Serta enam bidang BK yaitu bidang pengembangan pribadi, bidang pengembangan kehidupan sosial, bidang pengembangan kemampuan belajar, bidang pengembangan kehidupan berkeluarga, dan bidang pengembangan kehidupan beragama. Kemudian enam kegiatan pendukung yaitu aplikasi instrumentasi, himpunan data, konferensi kasus, kunjungan rumah, tampilan kepustakaan dan alih tangan kasus. Salah satu layanan konseling di atas adalah layanan konseling perorangan merupakan layanan yang dilakukan secara tatap muka antara muka antara guru BK dengan peserta didik, dan merupakan titik dari semua layanan.

Seperti yang dikemukakan Prayitno dan Amti (2004:105) bahwa:

Bimbingan dan Konseling merupakan suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh guru BK (orang yang ahli/konselor) kepada individu atau kelompok (klien) secara sistematis agar individu/kelompok tersebut dapat menjadi pribadi yang mandiri dan dengan proses tatap muka untuk mengatasi permasalahan yang dialami individu dalam suasana yang selaras, terintegrasi dan bedasarkan norma yang berlaku.

Sejalan dengan itu Sukardi (2008:62) mengemukakan bahwa layanan konseling perorangan merupakan suatu layanan BK yang memungkinkan peserta didik mendapatkan pelayanan langsung tatap muka (secara perorangan) dengan guru BK/konselor dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi yang dialaminya.

Berdasarkan pemahaman di atas bahwa layanan konseling perorangan, merupakan pokok dari layanan BK yang dapat mengatasi permasalahan yang dialami peserta didik secara perorangan. Pelaksanaan layanan konseling perorangan menuntut

melaksanakannya, karena layanan konseling perorangan ini adalah jantung hati dari kegiatan BK.

Menurut Prayitno (2004:27) pelaksanaan layanan konseling perorangan dapat dilihat melalui lima tahap yaitu, tahap penghantaran, tahap penjajakan, tahap penafsiran, tahap pembinaan, dan tahap penilaian. Selama tahap-tahap konseling berlangsung didalamnya terjadi hubungan antara konselor-klien dan didalamnya terlibat pula perilaku nonverbal , seperti: gerak, isyarat, gerak tubuh, air muka, getaran suara, cara duduk, dan sebagainya.

Pelaksanaan konseling perorangan oleh guru BK kepada peserta didik harus menerapkan teknik umum dan teknik khusus agar tujuan konseling untuk memandirikan klien dapat tercapai salah satunya dengan perilaku nonverbal . Menurut Willis (2007:124) perilaku nonverbal mencakup segala ungkapan yang tak disadari dalam bentuk gerak isyarat, gerak tubuh, air muka, nada/getaran suara, dan tarikan nafas. Saat seorang konselor menghadapi klien, dia mengkomunikasikan perilaku verbal dan nonverbal . Dengan demikian semestinya konselor akan efektif dalam tugas mencapai tujuan konseling. Namun tidak semua perilaku verbal dan nonverbal konselor dapat membantu klien sehingga membuat konseling efektif.

Sering terjadi bahwa perilaku konselor kurang bermakna, suka mengkritik dengan tajam, kurang bersahabat, dan sebagainya.

Disamping itu perilaku nonverbal konselor yang membuat klien tidak nyaman akan membuat klien enggan berbicara dengan konselor. Hal ini dapat terjadi karena konselor kurang sensitif dan kurang terlaih dengan perilaku verbal dan nonverbal nya (Willis, 2010:131).

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa prilaku nonverbal sangat diperlukan oleh guru BK untuk memahami peserta didik dalam mengentaskan permasalahannya, agar dapat memperjelas

(4)

klien sehingga klien merasa benar-benar didengarkan oleh guru BK. Tujuannya agar proses pemberian layanan konseling perorangan berjalan dengan baik dan lancar, serta terjadi perubahan tingkah laku terhadap perserta didik yang sedang mengalami permaslahan.

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan selama praktik lapangan di SMA N 4 Padang mulai dari tanggal 1 September sampai tanggal 30 November 2013, penulis memperhatikan praktek pelayanan BK dilihat dari perilaku nonverbal guru BK tidak tampak, seperti tampak raut wajah yang tidak senang dan kurang senyum ketika kedatangan klien, intonasi suara yang kadang terdengar keras, cepat tidak bisa dipahami klien, serta melakukan gerakan-gerakan yang mengacaukan (menggosok-gosok mata, garuk-garuk kepala, menggoyangkan kaki,dll). Penulis juga memperhatikan sikap peserta didik yang setelah selesai melaksanakan konseling perorangan tampak tidak puas.

Dari hasil wawancara dengan beberapa orang peserta didik yang telah melaksanakan konseling perorangan pada tanggal 18 Oktober 2013 di SMA Negeri 4 Padang, menyatakan bahwa ketika peserta didik yang cemas masuk ke ruang BK, kepala terlihat tunduk dan perasaan terasa tegang, serta guru BK sering melotot, mengerutkan dahi, serta intonasi suara yang seolah-olah tidak menginginkan kedatangannya. Apabila guru BK mampu menerapkan perilaku nonverbal dengan baik, masalah yang di alami peserta didik dapat terentaskan, dan peserta didik merasa nyaman saat berada di dalam ruangan BK maupun di luar, dari permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk menggali lagi fenomena ini.

Agar penelitian ini lebih terarah, maka perlu rasanya membatasi masalah sesuai dengan kemampuan dan fasilitas yang penulis miliki, adapun batasan yang akan penulis teliti adalah:

1. Persepsi peserta didik terhadap body motion atau kenesics behavior guru BK dalam layanan konseling perorangan.

2. Persepsi peserta didik terhadap touching behavior guru BK dalam layanan konseling perorangan.

3. Persepsi peserta didik terhadap paralanguage guru BK dalam layanan konseling perorangan.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:

1. Persepsi peserta didik terhadap body motion atau kenesics behavior guru BK dalam layanan konseling perorangan.

2. Persepsi peserta didik terhadap touching behavior guru BK dalam layanan konseling perorangan.

3. Persepsi peserta didik terhadap paralanguage guru BK dalam layanan konseling perorangan.

Manfaat Penelitian

Berkaitan dengan judul penelitian, maka penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

1. Guru BK mengetahui permasalahan yang dialami oleh peserta didik dan melihat sejauh mana guru BK membantu peserta didik mengatasi permasalahannya.

2. Peserta didik merasa nyaman dan terbuka kepada guru BK, dan menarik minat peserta didik untuk masuk ke dalam ruang BK tanpa adanya rasa ketetakutan maupun cemas.

3. Sekolah bahan pertimbangan bagi pihak sekolah dalam menyusun kebijaksanaan sekolah bidang BK.

4. Pengelola program studi BK, sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan program perkulihan untuk menyiapkan tenaga guru BK disekolah, khususnya dalam penerapanperilaku nonverbal dalam pelaksanaan konseling perorangan.

5. Peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk menambah ilmu pengetahuan peneliti

(5)

dalam memahami perilaku nonverbal dalam pelaksanaan konseling perorangan.

6. Peneliti selanjutanya, sebagai sumber informasi dan bisa melakukan penelitian mengenai masalah ini dengan variabel yang berbeda.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 4 Padang. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Menurut Arikunto (2010:10) penelitian kuantitatif adalah penelitian yang dituntut banyak menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya.

Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif, yaitu penelitian yang menggambarkan suatu keadaan atau situasi tertentu sebagaimana adanya secara sistematis, aktual, akurat dan ditentukan hubungan antar variabel yang akan diteliti serta penelitian yang memusatkan penelitian pada permasalahan dan pemecahan masalah yang berlangsung saat ini.

Populasi dalam penelitian ini adalah adalah seluruh peserta didik yang telah menjalani proses konseling perorangan yang berjumlah 262, dengan jumlah sampel sebanyak 72 orang. Data yang telah diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan rumus presentase yaitu:

P = x 100 Keterangan:

P = persentase F = Frekuensi

N = jumlah Responden 100 = jumlah angka mutlak Setelah diperoleh persentase kemudin dilakukan klasifikasi jawaban dengan tingkatan sebagai berikut:

81% - 100% = Sangat Baik 61 % - 80% = Baik 41% - 60% = Cukup Baik 21% - 40% = Kurang Baik 0% - 20% = Sangat Kurang Baik

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan data yang telah diperoleh dari penyebaran angket kepada sampel di lapangan, maka diperoleh gambaran umum tentang persepsi peserta didik terhadap perilaku nonverbal guru bimbingan dan konseling dalam layanan konseling perorangan di SMA Negeri 4 Padang, secara umum diketahui bahwa 39 dari 72 peserta didik (54,17%) menyatakan perilaku nonverbal guru bimbingan dan konseling dalam layanan konseling perorangan termasuk pada kriteria sangat baik. Hasil ini menunjukkan bahwa perilaku nonverbal guru bimbingan dan konseling dalam layanan konseling perorangan sudah sesuai dengan standar pelayanan konseling.

1. Persepsi Peserta Didik tentang Perilaku Nonverbal Guru Bimbingan dan Konseling dalam Layanan Konseling Perorangan Mengenai Body Motion atau Kinesics Behavior

Berdasarkan hasil pengolahan data yang penulis lakukan, dapat diungkapkan bahwa persepsi peserta didik tentang perilau nonverbal guru bimbingan dan konseling dalam layanan konseling perorangan mengenai body motion atau kinesick yaitu dapat diungkapkan bahwa dari 72 responden dilihat dari beberapa aspek yaitu: a) gerak isyarat, yaitu terdapat 38 peserta didik yang menyatakan bahwa body motion atau kinesick termasuk sangat baik dengan persentase 52,78%, b) gerak tubuh, yaitu terdapat 37 peserta didik yang menyatakan bahwa body motion atau kinesick termasuk baik dengan persentase 45,83%, c) mimik wajah, yaitu terdapat 37 peserta didik yang menyatakan bahwa body motion atau kinesick termasuk sangat baik dengan persentase 51,39%, d) gerakan mata, yaitu terdapat 43 peserta didik yang menyatakan bahwa body motion atau kinesick termasuk baik dengan persentase 59,72%.

Berdasarkan hasil analisis data di

(6)

persepsi peserta didik terhadap perilaku nonverbal guru bimbingan dan konseling dalam layanan konseling perorangan terkait dengan body motion atau kinesick, secara umum termasuk baik dengan presentase 55,56%, artinya perilaku nonverbal yang ditampilkan guru bimbingan konseling pada proses konseling perorangan sudah baik dilihat dari beberapa aspek yang disebutkan sebelumnya, tetapi perilaku nonverbal guru bimbingan dan konseling tersebut tetap harus ditingkatkan lagi agar peserta didik lebih termotivasi dalam melakukan konseling perorangan.

Menurut Willis (2007:125) body motion atau kinesics behavior yang termasuk di dalamnya gestures (gerak isyarat), gerakan tangan, gerakan tubuh, gerakan kepala, postur tubuh dan posisi kaki, pernyataan air muka (ekspresi wajah dan tatapan mata).

Menurut penulis keterampilan komunikasi nonverbal merupakan salah satu teknik dalam layanan bimbingan konseling yang harus dikuasai oleh guru BK/konselor. Dalam pemberian layanan konseling seorang konseling akan merasa diterima apabila guru BK/konselor pandai menggunakan ketrampilan komunikasi nonverbal yaitu antara bahasa tubuh yang digunakan seirama dengan ucapan yang dikeluar dari seorang Guru BK/konselor.

Seorang klien/peserta didik akan tidak percaya kepada guru BK/Konselor apabila dia mengucapkan kata senang bertemu dengan klien namun wajahnya sambil cemberut, tidak ada persamaan antara ucapan dan bahasa nonverbal yang ditunjukkan. Oleh karena itu dalam melakukan konseling perorangan sangat perlu perilaku nonverbal yang baik salah satunya adalah body motion atau kinesick.

2. Persepsi Peserta Didik tentang Perilaku Nonverbal Guru Bimbingan dan Konseling dalam Layanan Konseling Perorangan Mengenai Touching Behavior

Berdasarkan hasil pengolahan data yang penulis lakukan, dapat diungkapkan bahwa persepsi peserta didik tentang perilaku nonverbal guru bimbingan dan konseling dalam layanan konseling perorangan mengenai touching behavior yaitu dari 72 peserta didik dilihat dari beberapa aspek yaitu: a) usapan, yaitu terdapat 32 peserta didik yang menyatakan bahwa touching behavior termasuk baik dengan persentase 44,44%, b) salaman, yaitu terdapat 30 peserta didik yang menyatakan bahwa touching behavior termasuk sangat baik dengan presentase 41,67%, c) memegang, yaitu terdapat 44 peserta didik yang menyatakan bahwa touching behavior termasuk sangat baik persentase 48,68%.

Berdasarkan hasil analisis data di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa persepsi peserta didik terhadap perilaku nonverbal guru bmbingan dan konseling dalam layanan konseling perorangan terkait dengan touching behavior, secara umum termasuk pada kriteria sangat baik dengan presentase 52,78%, artinya perilaku nonverbal yang ditampilkan guru bimbingan dan konseling sudah sangat baik terkait aspek-aspek yang disebutkan sebelumnya. Meskipun demikian guru bimbingan dan konseling harus mempertahankan hasil yang sudah sangat baik ini agar peserta didik tetap merasa nyaman dalam melakukan konseling.

Menurut Willis (2007:125) touching behavior yaitu perilaku-peilaku dalam kontak dengan orang lain yang berupa; usapan, salaman ucapan selamat tinggal, memukul, memegang.

Touching behavior merupakan jenis komunikasi yang berupa gerakan seperti sentuhan, pukulan, tindakan memegang dan lain. Perilaku nonverbal amat diperlukan oleh guru bimbingan dan konseling untuk memahami atau memperjelas makna bahasa lisan yang diucapkan seorang klien. Walaupun klien

(7)

tidak berbicara, seharusnya guru bimbingan dan konseling dapat membaca bahasa tubuhnya, sehingga melahirkan sikap guru bimbingan dan konseling yang empati, memahami, dan menghargai klien.

3. Persepsi Peserta Didik tentang Perilaku Nonverbal Guru Bimbingan dan Konseling dalam Layanan Konseling Perorangan Mengenai Paralanguange

Berdasarkan hasil pengolahan data yang penulis lakukan, dapat diungkapkan bahwa persepsi peserta didik tentang perilaku nonverbal guru bimbingan dan konseling dalam layanan konseling perorangan mengenai paralanguage yaitu dari 72 peserta didik dilihat dari beberapa aspek yaitu: a) tekanan suara yaitu terdapat 47 peserta didik yang menyatakan bahwa paralanguage termasuk sangat baik dengan persentase 65,28%, b) irama, yaitu terdapat 34 peserta didik yang menyatakan bahwa paralanguage termasuk sangat baik dengan presentase 41,67% dan 34 peserta didik yang menyatakan bahwa paralanguage termasuk baik dengan presentase 41,67%.

Berdasarkan hasil analisis data di atas dapat diambil kesimpulan bahwa persepsi peserta didik terhadap perilaku nonverbal guru bimbingan dan konseling dalam layanan konseling perorangan terkait paralanguage, secara umum termasuk pada kriteria sangat baik dengan presentase 41,67%, artinya perilaku nonverbal yang ditampilkan guru bimbingan dan konseling sudah sangat baik terkait aspek-aspek yang disebutkan sebelumnya. Meskipun demikian guru bimbingan dan konseling harus mempertahankan hasil yang sudah sangat baik ini agar peserta didik tetap merasa nyaman dalam melakukan konseling.

Menurut Willis (2007:125) paralanguage yaitu hal-hal yang berhubungan dengan lisan/bahasa/suara,

suara, ritme/irama, tempo, artikulasi, resonansi, dan karakteristik vokal.

Menurut penulis paralanguage berkaitan vokal suara. Dimana vokal menangkap indra pendengaran dengan cepat. Suara lirih biasanya menandakan hal penting, misalnya rahasia atau hal kunci. Suara lantang menandakan semangat, komamdo, dan perhatian.

Variasi kecepatan meningkatkan kepentingan pesan seseorang. Dengan mengubah-ubah kecepatan dengan jeda yang sering, irama yang mantap peserta didik akan tetap berminat melakukan konseling perorangan dan akan merangsang ketertarikan dan antisipasi pada pesan yang disampaikan oleh guru BK. Variasi suara bahkan mempengaruhi informasi yang sangat biasa sekalipun.

Dalam melakukan monseling guru BK dapay Menggunakan bisikan untuk hal- hal yang penting, kalimat pendek dan cepat untuk menimbulkan semangat. Pola bicara berirama dengan kecepatan sedang akan menarik peserta didik untuk merangsang keterbukaan klien.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan analisis data dan pembahasan dapat diambil kesimpulan mengenai persepsi peserta didik tentang perilaku nonverbal guru bimbingan dan konseling dalam layanan konseling perorangan, yaitu:

1. Body motion atau kinesics behavior termasuk pada kriteria baik, terlihat dari hasil analisis sebagai berikut:

a. Body motion atau kinesics behavior terkait gerakan isyarat termasuk pada kriteria sangat baik.

b. Body motion atau kinesics behavior terkait gerakan tubuh termasuk pada kriteria baik.

c. Body motion atau kinesics behavior terkait Mimik wajah (ekspresi wajah) termasuk pada kriteria baik.

(8)

d. Body motion atau kinesics behavior terkait gerakan mata termasuk pada kriteria baik.

2. Touching behavior termasuk pada kriteria sangat baik, terlihat dari hasil analisis sebagai berikut:

a. Touching behavior terkait sentuhan termasuk pada kriteria baik.

b. Touching behavior terkait pegangan (jabatan tangan/salaman) termasuk pada kriteria baik.

c. Touching behavior terkait memegang termasuk pada kriteria sangat baik.

3. Paralanguage termasuk pada kriteria sangat baik, terlihat dari hasil analisis sebagai berikut:

a. Paralanguage terkait tekanan suara termasuk pada kriteria sangat baik.

b. Paralanguage terkait Irama termasuk pada kriteria sangat baik.

Berdasarkan kesimpulan di atas maka peneliti ingin mengajukan saran kepada:

1. Guru BK, agar dapat menampilkan perilaku nonverbal yang lebih baik teruama mengenai touching behavior terkait dengan sentuhan dan salaman dalam konseling perorangan.

2. Peserta Didik, agar merasa nyaman dan terbuka kepada guru BK, dan menarik minat peserta didik untuk masuk ke dalam ruang BK tanpa adanya rasa ketetakutan maupun cemas.

3. Kepala Sekolah, sebagai bahan pertimbangan bagi kepala sekolah dalam menyusun kebijaksanaan sekolah dibidang BK.

4. Pengelola Program Studi BK, agar mampu menyiapkan tenaga guru BK yang profesional, khususnya dalam penerapan perilaku nonverbal dalam pelaksanaan konseling perorangan.

5. Peneliti selanjutnya, penulis mengharapkan skripsi ini bisa bermanfaat sebagai pedoman dalam melakukan penelitiaan selanjutnya dengan meneliti berbagai variabel yang berbeda dengan variabel penelitian ini.

KEPUSTAKAAN

Arikunto, Suharsimi, (2010). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik) Edisi Revisi. Yogyakarta:

Rineka Cipta.

Prayitno dan Erman Amti. (2004). Dasar- dasar Bimbingan dan Konseling.

Jakarta: Rineka Cipta.

Prayitno. (2004). L1-L9. Padang: Fakultas Ilmu Pendidikan UNP.

Sukardi, Dewa Ketut. (2008). Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta:

Rineka Cipta.

Undang-undang RI No 20. Tahun. (2003).

Sistem Pendidikan Nasional.

Jakarta: Depdiknas.

Willis, S. Sofyan (2007) Konseling Individual, Teori dan Praktek.

Bandung : CV Alfabeta.

Referensi

Dokumen terkait

Maka dapat disimpulkan bahwa persepsi peserta didik tentang keterampilan attending dalam pelaksanaan konseling perorangan oleh guru BK, yang dilihat dari sub variabel memperhatikan