• Tidak ada hasil yang ditemukan

persepsi peserta didik tentang keterampilan komunikasi

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "persepsi peserta didik tentang keterampilan komunikasi"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI PESERTA DIDIK TENTANG KETERAMPILAN KOMUNIKASI GURU BK DALAM KONSELING PERORANGAN

(Studi terhadap Peserta Didik Kelas VIII di SMP Negeri 14 Padang) Oleh:

RIKA YULIA FITRI NPM: 11060038

Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya Peserta didik yang enggan datang kembali ke ruang BK untuk mengentaskan masalahnya, Guru BK kurang tepat dalam pemberian konfrontasi, Guru BK menggunakan pertanyaan tertutup, belum sampai kepada pemecahan masalah Guru BK sudah mengakhiri proses konseling. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keterampilan komunikasi Guru BK diantaranya: 1. penghampiran (attending), 2. dalam hal bertanya, 3.

pemberian konfrontasi dan 4. dalam pemecahan masalah terhadap peserta didik di SMP N 14 Padang. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi penelitian ini seluruh peserta didik kelas VIII SMP N 14 Padang. Pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling. Jumlah sampel penelitian sebanyak 61 peserta didik. Data penelitian diperoleh melalui angket. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, hasil penelitian ini mengungkapkan persepsi peserta didik tentang keterampilan komunikasi Guru BK dalam penghampiran (attending) berada pada kriteria baik, dalam hal bertanya berada pada kriteria cukup baik, pemberian konfrontasi berada pada kriteria baik, pemecahan masalah berada pada kriteria baik. Hasil penelitian ini direkomendasikan kepada Guru BK agar masalah yang dialami oleh peserta didik dapat diselesaikan dengan baik dan dapat meningkatkan keterampilan komunikasi dalam proses konseling di sekolah.

Kata kunci: Komunikasi, attending, keterampilan bertanya, konfrontasi, pemecahan masalah A. Pendahuluan

Manusia adalah makluk sosial yang membutuhkan interaksi dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidup. Manusia harus memiliki keterampilan komunikasi dalam membangun interaksi dengan sesama, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Komunikasi akan selalu terjadi di setiap harinya baik dalam lingkungan kelurga, lingkungan masyarakat maupun di sekolah.

Komunikasi di sekolah terjadi di setiap waktu, baik antara personil sekolah dengan peserta didik maupun antara peserta didik dengan peserta didik lainnya. Salah satu proses terjadinya komunikasi di sekolah yaitu pada saat pemberian layanan Bimbingan dan Konseling. Salah satunya layanan konseling perorangan.

Menurut Prayitno dan Amti ( 2013:

289) “ Layanan konseling perorangan merupakan jantung hatinya pelayanan bimbingan secara menyeluruh”.

Layanan BK diberikan oleh seorang konselor kepada peserta didik untuk membantu perkembangan yang optimal dalam diri peserta didik.

Pembahasan masalah dalam konseling perorangan bersifat mendalam serta menyentuh hal-hal penting dalam diri peserta didik dan juga bersifat spesifik menuju kearah pemecahan masalah peserta didik dasar utama dalam pelaksanaan konseling perorangan yaitu komunikasi. Surya (2003: 117) menyatakan ”Konseling pada dasarnya melibatkan komunikasi antara dua pihak yaitu Guru BK dan peserta didik yang berlangsung dalam situasi konseling”. Guru BK dalam pelaksanaan konseling perorangan ini sangat dituntut untuk dapat

(2)

berkomunikasi secara efektif karena komunikasi Guru BK akan sangat berpengaruh terhadap pncapaian tujuan konseling tersebut.

Pelayanan BK di sekolah yang diberikan. Kepada peserta didik sesuai

dengan kebutuhan dan

perkembangannya. Guru BK harus bisa melaksanakan tugasnya dan mempunyai keterampilan komunikasi, karena setiap manusia itu unik sehingga untuk melaksanakan konseling bisa bervariasi setiap individu. Menurut Tohirin (2011: 303) mengemukakan agar proses konseling dapat berjalan dengan lancar dan tujuannya tercapai secara efektif dan efesien konselor harus mampu mengimplementasikan keterampilan - keterampilan yang relevan.

Menurut Geldard Khtryn (2011: 45) “Keterampilan-keterampilan mikro konseling adalah elemen-elemen kecil dari seorang Guru BK”. Terlihat jelas bahwa seorang Guru BK harus memiliki keterampilan berkomunikasi yang baik agar proses konseling dapat berjalan sesuai dengan yang digarapkan. Keterampilan yang diperlukan oleh seorang Guru BK adalah keterampilan berkomunikasi yang dialogis, khususnya dengan peserta didik. Surya (2003: 117) mengemukakan: “komunikasi dialogis pada dasarnya merupakan salah satu bentuk komunikasi interaktif antara satu pihak dengan pihak lain, melalui pnciptaan suatu situasi dalam upaya untuk memperoleh informasi yang diperlukan dalam pembuatan keputusan secara tepat”.

Keterampilan komunikasi seorang Guru BK terjadi dalam proses konseling untuk memudahkan peserta didik dalam mengentaskan masalahnya, sehingga dengan adanya keterampilan komunikasi yang baik dari Guru BK masalah peserta didik akan terselesaikan dan nantinya peserta didik tidak enggan datang kembali melaksanakan konseling perorangan dengan Guru BK tersebut. Menurut Surya (2003: 119) menjelaskan bahwa sekurang-kurangnya ada delapan keterampilan komunikasi yang harus

dikuasai oleh Guru BK dalam melaksanakan konseling, yaitu:

keterampilan penghampiran (attending), keterampilan beremati, keterampilan merangkun, keterampilan bertanya, keterampilan kejujuran, keterampilan asertif, keterampilan konfrontasi, keterampilan pemecahan masalah. Keterampilan-keterampilan tersebut harus dimiliki oleh seorang Guru BK dan dilaksanakan dengan seefektif mungkin dalam pelaksanaan konseling perorangan. Keterampilan komunikasi yang baik oleh Guru BK mempermudah dalam pelaksanaan konseling.

Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan kepada peserta didik dapat terungkap beberapa informasi sebagai berikut: peserta didik enggan datang kembali ke ruang BK untuk mengentaskan masalahnya dikarenakan pada saat pelaksanaan konseling berlangsung. Guru BK kurang memperhatikan peserta didik dalam melaksanakan konseling. Guru BK sering menggunakan pertanyaan tertutup, sehingga peserta didik sering menjawab ya dan tidak. Guru BK belum sampai kepada pemecahan masalah, Guru BK sudah menghakiri proses konseling.

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, jelas tampak kurangnya keterampilan komunikasi Guru BK dalam pelaksanaan konseling perorangan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul persepsi peserta didik tentang keterampilan komunikasi Guru BK dalam konseling perorangan di SMP Negeri 14 Padang.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:

1. Keterampilan komunikasi Guru BK dalam penghampiran (attending) terhadap peserta didik pada awal konseling.

2. Keterampilan komunikasi Guru BK dalam hal bertanya kepada peserta didik saat proses konseling.

3. Keterampilan komunikasi Guru BK dalam memberikan keterampilan konfrontasi kepada peserta didik saat proses konseling.

(3)

4. Keterampilan komunikasi Guru BK dalam memberikan pemecahan masalah terhadap peserta didik dalam proses konseling.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Ada Guru BK yang belum sepenuhnya memusatkan perhatian kepada peserta didik pada saat proses konseling.

2. Ada Guru BK terkesan menuduh peserta didik.

3. Pemberian konfrontasi yang belum efektif dari Guru BK.

4. Ada Guru BK yang belum berempati kepada peserta didik.

5. Ada Guru BK belum mampu mengarahkan peserta didik untuk berkata jujur dalam proses konseling.

6. Ada Guru BK melakukan pertanyaan tertutup.

7. Ada Guru BK belum sampai kepada memberikan pemecahan masalah terhadap permasalahan peserta didik.

Berdasarkan latar belakang, batasan masalah dan fenomena yang terjadi di lapangan, maka rumusan masalah yang akan peneliti rumuskan adalah: Bagaimana persepsi peserta didik tentang keterampilan komunikasi Guru BK dalam konseling perorangan di SMP Negeri 14 Padang .

Adapun manfaat penelitian ini di antaranya:

1. Sebagai bahan masukan Guru BK tentang keterampilan komunikasi yang dimiliki dalam proses konseling dan dapat dijadikan pedoman dalam meningkatkan keterampilan komunikasi Guru BK dalam pelayanan konseling perorangan.

2. Peserta Didik, agar dapat terbuka dan membina hubungan baik dengan Guru BK sehingga terjalin keakraban yang baik.

3. Pimpinan Program Studi Bimbingan dan Konseling, sebagai masukan dalam

miningkatkan

kualitas calon Guru BK terkait

dengan keterampilan komunikasi Guru BK dalam proses konseling perorangan.

4. Penulis, menambah wawasan dan pengetahuan berkenaan dengan keterampilan komunikasi dalam proses konseling dan menerapkannya secara optimal.

5. Penulis selanjutnya, sebagai pengembangan ilmu bimbingan dan konseling dalam bidang keterampilan komunikasi untuk diaplikasikan di lapangan.

B. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah termasuk jenis penelitian deskriptif kuantitatif.

Maksudnya penelitian ini adalah menggambarkan suatu keadaan atau situasi tertentu sebagaimana adanya secara sistematis, faktual dan akurat mengenai persepsi peserta didik tentang keterampilan komunikasi Guru BK dalam konseling perorangan di SMP N 14 Padang.

Waktu pelaksanakan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2016. Tempat pelaksanaan penelitian ini di SMP N 14 Padang.

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah peserta didik kelas VIII yang berjumlah 156 0rang peserta didik di SMP Negeri 14 Padang yang pernah melaksanakan konseling perorangan. Menurut Sugiyono (2013:

80) “Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah peserta didik kelas VIII.2 dan VIII.3 berjumlah 61 orang peserta didik di SMP Negeri 14 Padang yang pernah melaksanakan konseling perorangan. Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 131) bahwa

“sampel merupakan bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti)”. Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi.

(4)

Teknik pengambilan sampel menggunakan rumus dari Taro Yamane yang dikutip oleh Rahmat (Riduwan, 2010: 65):

Dimana:

n: jumlah sampel N: jumlah populasi

D:presisi yang ditetapkan 10%

Dalam penelitian ini jumlah sampel adalah 61 dan tingkat presisi yang ditetapkan sebesar 10%.

Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan simple random sampling adalah cara penggambilan sampel dari anggota populasi dengan menggunakan acak tampa menggunakan strata (tingkatan) dalam anggota populasi tersebut, Sugiyono (2010: 241).

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah kuesioner atau angket, berisikan seperangkat pernyataan yang harus dipilih oleh responden untuk memperoleh berbagai keterangan dari subjek penelitian yang diberikan oleh responden menjadi data.

Untuk kebutuhan penelitian, maka disusun angket dalam bentuk skala dengan alternatif jawaban angket yang disediakan.

Teknik analisis data yang digunakan adalah persentasi untuk mengungkapkan aspek yang diteliti.

Data yang diperoleh lalu dibahas dan kemudian diinterpretasi berdasarkan deskriptif analisis. Data yang terkumpul melalui angket dideskripsikan melalui pengolahan

Dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Memeriksa kelengkapan isi angket yang telah diterima dari sampel penelitian.

2. Membuat tabel pengolahan berdasarkan pernyataan penelitian.

3. Mencari dan menghitung jumlah serta memasukkan ke dalam tabel pengolahan.

4. Menghitung persentase masing- masing frekuensi yang diperoleh, dengan menggunakan teknik analisis persentase, Sudjana (2002:

50)

5. Untuk menafsirkan data, diterapkan kriteria masing-masing seperti yang dikemukakan oleh Riduwan (2010:

89). dengan batasan sebagai berikut:

Klasifikasi Kriteria 0% - 20% Sangat Kurang Baik 21% - 40% Kurang Baik 41% - 60% Cukup Baik 61% - 80% Baik 81% - 100% Sangat Baik C. Hasil dan Pembahasan

1. Hasil penelitian

Hasil penelitan akan dibahas berdasarkan sub variabel dan indikator.

a. Keterampilan Komunikasi dalam Hal Penghampiran (attending)

Berdasarkan data yang diperoleh mengenai persepsi peserta didik tentang keterampilan komunikasi Guru BK dalam konseling perorangan dalam hal penghampiran (attending) di SMP N 14 Padang kategori baik dengan persentase 49,18%. Berikut ini diuraikan pembahasan berdasarkan masing-masing indikator yaitu:

05 1015 2025 30

Sangat Kurang … Kurang Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik

0% - 20%

21% - 40%

41% - 60%

61% - 80%

81% - 100%

Prekuensi

(5)

a. Ungkapan Salam dan Sapaan yang Penuh Sopan dengan Nada yang Baik

Berdasarkan data yang diperoleh mengenai ungkapan salam dan sapaan yang penuh sopan dengan nada yang baik berada pada kategori baik dengan persentase 31,15%.

b. Penampilan diri dengan postur fisik yang meyakinkan

Berdasarkan data yang diperoleh mengenai penampilan diri dengan postur fisik yang meyakinkan berada pada kategori cukup baik dengan persentase 14,75%.

c. Pengakuan, Sentuhan dan Kontak Fisik

Berdasarkan data yang diperoleh mengenai pengakuan, sentuhan dan kontak fisik pada kategori cukup baik dengan persentase 37,70%.

d. Kontak Mata

Berdasarkan data yang diperoleh mengenai kontak mata berada pada kategori baik dengan persentase 32,79%.

e. Mengamati dan Menyimak dengan penuh perhatian

Berdasarkan data yang diperoleh mengenai mengamati dan menyimak dengan penuh perhatian berada pada kategori cukup baik dengan persentase 13,11%.

b. Keterampilan Komunikasi dalan Hal Bertanya

Berdasarkan data yang diperoleh mengenai persepsi peserta didik tentang keterampilan komunikasi Guru BK dalam konseling perorangan dalam hal bertanya di SMP N 14 Padang berada pada kategori baik dengan persentase 31,15%.

Berikut ini diuraikan pembahasan berdasarkan masing-masing indikator yaitu:

a. Pertanyaan terbuka

Berdasarkan data yang diperoleh mengenai pertanyaan terbukaberada pada kategori baik dengan persentase 36,07%.

b. Pertanyaan tertuup

Berdasarkan data yang diperoleh mengenai pertanyaan tertutup barada pada kategori baik dengan persentase 27,87%.

c. Pertanyaan yang diberikan jelas

Berdasarkan data yang diperoleh mengenai pertanyaan yang diberikan jelas berada pada kategori baik dengan persentase 16,39%.

05 1015 2025 30

Sangat Kurang Baik Kurang Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik

0% - 20%

21% - 40%

41% - 60%

61% - 80%

81% - 100%

Prekuensi

(6)

d. Respon balikan terhadap jawaban dengan sikap yang baik dan empati

Berdasarkan data yang diperoleh mengenai Respon balikan terhadap jawaban dengan sikap yang baik dan empati berada pada kategori sangat baik dengan persentase 31,15%.

c. Keterampilan Komunikasi dalam Hal Pemberian Konfrontasi

Berdasarkan data yang diperoleh mengenai persepsi peserta didik tentang keterampilan komunikasi Guru BK dalam konseling perorangan di SMP N 14 Padang mengenai pemberian konfrontasi berada pada kategori baik dengan persentase 32,79%. Berikut ini diuraikan pembahasan berdasarkan masing-masing indikator yaitu:

a. Mengenal perasaan sebagaimana adanya

Berdasarkan data yang diperoleh mengenai mengenal perasaan sebagaimana adanya berada pada kategori cukup baik dengan persentase 11,48%.

b. Menyatakan perasaan dengan jelas dan sederhana

Berdasarkan data yang diperoleh mengenai menyatakan perasaan dengan jelas dan sederhana berada pada kategori baik dengan persentase 29,51%.

c. Memberikan kepada peserta didik untuk menjelaskan perbedaan pernyataan yang muncul dengan raut wajah yang berbeda

Berdasarkan data yang diperoleh mengenai perbedaan pernyataan yang muncul dengan raut wajah yang berbeda berada pada kategori cukup baik dengan persentase 16,39%.

d. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memberikan tanggapan

Berdasarkan data yang diperoleh mengenai Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memberikan tanggapan media audio dan video berada pada kategori baik dengan persentase 36,07%.

d. Keterampilan komunikasi dalam pemecahan masalah

0 5 10 15 20

Sangat Kurang Baik

Kurang Baik

Cukup Baik

Baik Sangat Baik

0% - 20%

21% - 40%

41% - 60%

61% - 80%

81% - 100%

Prekuensi

02 46 108 1214 1618 20

Sangat Kurang Baik Kurang Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik

0% - 20%

21% - 40%

41% - 60%

61% - 80%

81% - 100%

Prekuensi

(7)

Berdasarkan data yang diperoleh mengenai persepsi peserta didik tentang keterampilan komunikasi Guru BK dalam konseling perorangan di SMP N 14

Padang mengenai

keterampilan komunikasi dalam pemecahan masalah berada pada kategori baik dengan persentase 32,79%.

Berikut ini diuraikan pembahasan berdasarkan masing-masing indikator yaitu:

a. Menjajaki masalah Berdasarkan data yang diperoleh mengenai menjajaki masalah berada pada kategori baik dengan persentase26,23%.

b. Memahami masalah Berdasarkan data yang diperoleh mengenai memahami masalah berada pada kategori baik dengan persentase 32,79%.

c. Membatasi masalah Berdasarkan data yang diperoleh mengenai membatasi masalah berada pada kategori baik dengan persentase 32,79%.

d. Menjabarkan alternatif Berdasarkan data yang diperoleh mengenai menjabarkan alternatif berada pada kategori baik dengan persentase 22,95%.

e. Mengevaluasi alternatif Berdasarkan data yang diperoleh mengenai mengevaluasi alternatif berada pada kategori cukup baik dengan persentase 26,23%.

f. Memilih alternatif Berdasarkan data yang diperoleh mengenai memilih alternatif berada pada kategori cukup baik dengan persentase 27,87%.

g. Menerapkan alternatif

Berdasarkan data yang diperoleh mengenai menerapkan alternatif berada pada kategori cukup baik dengan persentase 21,31%.

2. Pembahasan penelitian

a. Keterampilan Komunikasi Guru BK dalam Konseling Perorangan Mengenai Keterampilan Penghampiran (attending)

Berdasarkan data yang diperoleh mengenai persepsi peserta didik tentang keterampilan komunikasi Guru BK dalam konseling perorangan dalam hal penghampiran (attending) di SMP N 14 Padang kategori baik dengan persentase 49,18%. Jadi secara umum persepsi peserta didik tentang keterampilan komunikasi Guru BK dalam konseling perorangan dalam hal penghampiran (attending) di SMP N 14 Padang berada pada ketegori baik.

Keterampilan penghampiran (attending) sangat berpengaruh terhadap proses konseling selanjutnya karena di tahap penghampiran ini peserta didik merasakan apakah dia diterima atau tidak dalam proses konseling.

Sejalan dengan itu Sofyan (2004:

176) menjelaskan bahwa keterampilan penghampiran (attending) dapat dikatakan sebagai penampilan konselor yang menampakan komponen-komponen perilaku non verbal, bahasa lisan dan kontak mata.

Sofyan (2004: 176) mengemukakan bahwa perilaku attending yang ditampilkan Guru BK aka mempengaruhi kepribadian peserta didik yaitu: 1.

Meningkatkan harga diri peserta didik, 2. Dengan perilaku attending dapat menciptakan suasana aman bagi peserta didik, 3. Perilaku attending memberika keyakina pada peserta didik bahwa Guru BK adalah tempat dia mudah untuk

(8)

mencurahkan segala isi hati dan perasaannya.

Surya (2003: 119)

“Penghampiran (attending) merupakan keterampilan dasar dalam setiap komunikasi yang bersifat dialogis karena penghampiran seolah-olah merupakan pembuka pertama untuk melalui suatu komunikasi dialogis”.

Sejalan dengan hal tersebut A.

Supratikya (1995: 50) “salah satu segi paling membahagiakan dalam berkomunikasi dengan orang lain adalah kesempatan untuk saling berbagi perasaan”. Komunikasi juga merupakan sebuah ilmu terapan di dalam kehidupan manusia dan menjadi ilmu sosial untuk dipelajari dan dikembangkan untuk kelangsungan hidup selanjutnya dan berinteraksi dengan individu lainnya. Komunikasi mampu menyatukan antara satu manusia dengan manusia lainnya, sehingga terjalin hubungan yang sangat akrab.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa dengan adanya attending maka peserta didik akan merasa dihargai, merasa memiliki teman untuk berbagi dan peserta didik juga yakin bahwa Guru BK tempat dia mencurahkan isi hatinya.

b. Keterampilan komunikasi dalam hal bertanya

Berdasarkan data yang diperoleh mengenai persepsi peserta didik tentang keterampilan komunikasi Guru BK dalam konseling perorangan di SMP N 14 Padang berada pada kategori baik.

persepsi peserta didik tentang keterampilan komunikasi Guru BK dalam konseling perorangan dalam hal bertanya di SMP N 14 Padang mengenai keterampilan komunikasi dalam hal bertanya berada pada kategori cukup baik dengan persentase 31,15%.

Munro (1979: 49) “Pertanyaan terbuka ialah mengajak peserta didik untuk meneruskan

pembicaraannya dengan memberikan lebih banyak uraian mengenai hal yang telah dikemukakannya.” Keterampilan bertanya salah satu aspek dalam proses komunikasi koseling, baik dalam proses berjalan atau pun dalam mengakhiri Proses konseling perorangan sebaiknya Guru BK lebih menekankan memberikan pertanyaan terbuka sebab pertanyaan terbuka itu penting, terutama dalam tahap-tahap melalui sebuah konseling.

Di dalam proses konseling keterampilan bertanya termasuk salah satu yang penting, karena dengan pertanyaan yang terarah akan dapat membantu peserta didik keluar dari masalahnya. Sejalan dengan itu Munro (1979: 73) menjelaskan bertanya secara langsung adalah keterampilan dalam mengarahkan pembicaraan pada pokok – pokok persoalan tertentu.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa dengan adanya keterampilan bertanya ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum memberikan pertanyaan terbuka.

Jika pertanyaan terbuka sesuai diberikan dengan keadaan yang terjadi maka itu akan memudahkan Guru BK menindak lanjuti permasalahan peserta didik.

c. Keterampilan komunikasi dalam hal pemberian konfrontasi

Berdasarkan data yang diperoleh mengenai persepsi peserta didik tentang keterampilan komunikasi Guru BK dalam konseling perorangan di SMP N 14 Padang mengenai pemberian konfrontasi berada pada kategori baik dengan persentase 32,79%.

Keterampilan konfrontasi ini penting dalam proses konseling karena dengan konfrontasi Guru BK dapat mengungkapkan masalah apa yang sebenarnya dialami oleh peserta didik. Sejalan dengan itu Munro (1979: 78) Konfrontasi

(9)

adalah keterampilan menunjukan secara terus terang dan langsung kepada peserta didik bahwa apa yang dikemukakan tentang dirinya atau tentang keadaan tertentu jelas- jelas tidak sesuai dengan apa yang Guru BK lihat dalam kenyataan yang sama.

Konfrontasi merupakan salah satu keterampilan yang sulit bagi seorang Guru BK karena konfrontasi ini diberikan benar- benar sesuai dengan keadaan yang terjadi dalam proses konseling. Jika konfrontasi ini tidak sesuai dengan kondisi dan keadaan sebenarnya yang diberikan Guru BK maka peserta didik akan merasa dipojokan atau dituduh dan nantinya peserta didik akan beranggapan negatif terhadap Guru BK tersebut.

Konfrontasi sebagai sebuah keterampilan berbeda dengan konfrontasi dalam pandangan umum. Keterampilan konfrontasi berfungsi untuk menumbuhkan kesadaran peserta didik dengan memberikan informasi yang mungkin terlewatkan atau tidak teridentifikasi olehnya.

Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa dalam memberikan keterampilan konfrontasi Guru BK harus benar- benar memahami kondisi atau keadaan peserta didik dalam konseling. Guru BK harus berpusat pada keadaan peserta didik pada saat itu bukan pada masa lampaunya.

d. Keterampilan komunikasi dalam hal pemecahan masalah

Berdasarkan data yang diperoleh mengenai persepsi peserta didik tentang keterampilan komunikasi Guru BK dalam konseling perorangan di SMP N 14 Padang mengenai keterampilan komunikasi dalam pemecahan masalah berada pada kategori baik dengan persentase 32,79%.

Keterampilan pemecahan masalah salah satu tujuan dari adanya konseling perorangan, dimana dengan konseling nantinya masalah yang dialami peserta didik akan terentaskan. Sejalan dengan itu, Surya (2003: 126) menjelaskan keterampilan pemecahan masalah sangat diperlukan dalam komunikasi konseling untuk membantu peserta didik dalam pemecahan masalah yang dialaminya.

Keterampilan pemecahan masalah ini salah satu kajian yang sangat membantu peserta didik terbebas dari masalah yang dialaminya. Bagi seorang Guru BK ada beberapa tahap yang ditempuh dalam pemecahan masalah yaitu: 1.

Menjajaki masalah, 2. Memahami masalah, 3.membatasi masalah, 4.

Menjabarkan alternatif, 5.

Mengevaluasi alternatif, 6. Memilih alternatif, 7. Menerapkan alternatif.

Berdasarkan penjelasan yang telah dijelaskan dapat di lihat ada banyak proses yang dilakukan dalam keterampilan pemecahan masalah. Keterampilan memecahkan masalah ini sangat berperan penting pada tahap pengakhiran dalam konseling perorangan. Pada proses pemecahan masalah Guru BK bekerja sama dengan peserta didik atau disebut juga dengan “curah pendapat” yang mana nantinya peserta didik akan keluar dari masalah yang dialaminya.

D. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan maka dapat di ambil kesimpulan mengenai keterampilan komunikasi Guru BK dalam konseling perorangan di SMP N 14 Padang. Temuan penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Keterampilan komunikasi Guru BK dalam konseling perorangan mengenai keterampilan penghantaran (attending) di SMP N 14 Padang termasuk ke dalam kriteria baik.

(10)

b. Keterampilan komunikasi Guru BK dalam konseling perorangan mengenai keterampilan bertanya di SMP N 14 Padang ke dalam kriteria sangat baik.

c. Keterampilan komunikasi Guru BK dalam konseling perorangan mengenai pemberian konfrontasi di SMP N 14 Padang ke dalam kriteria baik.

d. Keterampilan komunikasi Guru BK dalam konseling perorangan mengenai keterampilan pemecahan masalah di SMP N 14 Padang tergolong ke dalam kriteria baik.

2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan berikut diberikan saran kepada:

1. Guru BK

Untuk hasil penelitian, peneliti ingin mengajukan saran kepada Guru BK, yaitu sebagai berikut:

a. Untuk lebih melatih dan meningkatkan keterampilan komunikasi Guru BK dalam hal penghampiran (attending) dalam melaksanakan konseling perorangan karena di penghampiran (attending) ini peserta didik merasakan apakah dia diterima atau tidak dalam konseling. Jika ia merasa diterima maka untuk selanjutnya ia tidak akan enggan lagi datang ke ruangan BK.

b. Untuk lebih melatih dan meningkatkan keterampilan komunikasi dalam bertanya saat melaksanakan konseling perorangan karena melalui bertanya yang baik dan jelas pada peserta didik akan memungkinkan terungkapnya masalah yang di alami peserta didik.

c. Untuk lebih melatih dan meningkatkan keterampilan komunikasi dalam pemberian

konfrontasi dalam

melaksanakan konseling perorangan karena pada saat

pemberian konfrontasi ini akan ditemukan masalah yang di alami peserta didik dan juga melatih kejujuran dalam diri peserta didik.

d. Untuk dapat meningkatkan keterampilan komunikasi dalam pemecahan masalah peserta didik dalam proses konseling perorangan karena pada keterampilan ini peserta didik akan terbantu dan nantinya kehidupan peserta didik yang KES-T dapat berubah menjadi KES.

2. Peserta Didik

Untuk peserta didik dapat lebih terbuka dengan Guru BK agar masalah yang dialami oleh peserta didik dapat diselesaikan dengan baik, sehingga membina hubungan baik dengan Guru BK dan tidak enggan datang ke ruang BK.

3. Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat

Penelitian ini memberikan saran untuk Program Studi Bimbingan dan Konseling agar dapat melatih calon Guru BK yang nantinya

dapat menerapkan

keterampilan secara optimal.

4. Peneliti selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya peneliti ingin memberikan saran agar dapat meningkatkan penelitian lebih dari ini. Jika peneliti hanya

meneliti beberapa

keterampilan komunikasi, peneliti menyarankan supaya peneliti selanjutnya dapat meneliti semua keterampilan komunikasi yang harus dimiliki oleh Guru BK tersebut.

Kepustakaan

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan.

Jakarta: Rineka Cipta.

(11)

Geldard Khatryn dan Geldard David. 2011.

Keterampilan Praktek Konseling Pendekatan Interaktif.

Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Munro. 1979. Pendekatan Berdasarkan Keterampilan. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Prayitno dan Erma Amti. 2013. Dasar-dasar Bimbingan & Konseling. Jakarta:

Rineka Cipta.

Riduwan. 2010. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung:

Alfabeta.

Sofyan S. Willis. 2004. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung:

Alfabeta

Sudjana. 2002. Metode Penelitian Statistika.

Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Supratikya. 1995. Komunikasi Antar Pribadi. Yogyakarta: Kanisius.

Surya, Mohammad. 2003. Psikologi Konseling. Bandung: Pustaka.

Tohirin. 2011. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta:

Raja Graffindo Persada.

Referensi

Dokumen terkait

bagaimana mungkin mereka yang sudah terpuruk dengan keadaan diri sendiri yang terkucilkan dari lingkungan sosialnya masih harus terbebani dengan harapan-harapan

Senada dengan persepsi yang telah diuraikan oleh peserta didik, saat Peneliti melakukan observasi selama proses pembelajaran berlangsung situasi kelas memang hening ketika guru