PERSEPSI PESERTA DIDIK TENTANG KEPRIBADIAN GURU BK DALAM PELAKSANAAN KONSELING PERORANGAN (Studi terhadap Peserta Didik
Kelas VIII dan IX di SMP Negeri 25 Padang) Oleh:
Musbinti
Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat
ABSTRACT
This research is motivated by the conditions encountered in the field that the implementation of individual counseling is not as expected, because there are students who are reluctant to do individual counseling. The study aimed to describe: 1) Counselor personality on aspects of psychological health, 2) Counselor personality on aspects trustworthy, 3) Counselor personality on aspects of honesty, 4) Counselor personality on aspects of warmth, 5) Counselor personality on aspects patience. This research is descriptive quantitative. The study population was a student of class VIII and IX were never implement individual counseling in Champaign Junior High School 25 Padang totaling 314 and samples 35 learners.
Results of the study: 1) Counselor personality on aspects of psychological health categorized well enough, 2) Counselor personality on aspects of trustworthy categorized quite well, 3) Counselor personality on aspects of honesty categorized quite well, and 4) Counselor personality aspects of warmth well categorized, 5) Counselor personality on aspects of patience categorized quite well.
KeyWord : Perception, Counselor personality, Individual counseling
Pendahuluan
Peserta didik merupakan unsur yang terlibat langsung dalam proses pendidikan di sekolah. Syah (2003:144) menyatakan bahwa dalam dunia pendidikan sering dijumpai permasalahan yang bisa muncul dari individu itu sendiri, seperti putus asa, konflik, frustasi, malas belajar, tidak memiliki kepercayaan diri dan sebagainya.
Sedangkan yang menyangkut anak didik dapat berupa masalah perasaan, daya pikir,
sikap, tingkah laku, kemampuan fisik maupun masalah perkembangan jiwa dan
kepribadiannya. Salah satu usaha yang dapat diberikan oleh pihak sekolah dalam upaya pengentasan masalah peserta didik tersebut adalah melalui layanan konseling perorangan. Menurut Prayitno dan Amti (2004:294) pelayanan konseling perorangan adalah layanan khusus tatap muka antara Guru BK dan Peserta didik.
Lesmana (2008:57) menyatakan bahwa seorang guru BK yang efektif harus memenuhi beberapa persyaratan supaya dapat berhasil dalam melaksanakan profesinya. Kepribadian seorang guru BK juga turut menentukan keberhasilan proses
konseling. Dalam hubungannya dengan faktor kepribadian seorang guru BK, Comb A (Lubis, 2011:25) mengungkapkan bahwa kepribadian guru BK tidak hanya bertindak sebagai instrumen dalam meningkatkan kemampuan dalam membantu peserta didiknya.
Menurut Sjarkawi (2008:11) kepribadian adalah ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari seseorang yang bersumber dari diri, bentuk-bentuk yang diterima dari ligkungan, misalnya keluarga masa kecil dan juga bawaan sejak lahir.
Kepribadian guru BK yang efektif menurut Lesmana (2008:58-70), diantaranya; Kongruen, penerimaan tanpa syarat, empati, kesadaran tentang diri dan pemahaman diri, kesehatan psikologis yang baik, keterbukaan, jujur, hangat, objektivitas, kompetensi, dapat dipercaya.
Beberapa kepribadian guru BK yang terkait dengan konseling yang dikemukakan Hikmawati (2011:58-60) diantaranya:
kesehatan psikologis, dapat dipercaya, kejujuran, bersikap hangat, dan sabar.
Menurut Lubis (2011:25-30) kepribadian guru BK diantaranya:Spontanitas, konsentrasi, keterbukaan, jujur, hangat,
sabar, stabilitas emosi, berkeyakinan dan kemampuan untuk berubah, pengetahuan guru BK, keterbukaan, dan dapat dipercaya.
Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan kepada peserta didik selama melaksanakan PPLBK Sekolah dan PPLBK Kependidikan (Juli-Desember 2013) yang dilaksanakan di SMP Negeri 25 Padang, terkait dengan layanan konseling perorangan yang dilakukan oleh guru BK terungkap bahwa peserta didik enggan untuk melakukan konseling perorangan karena guru BK kurang dapat dipercaya, kurang hangat, kurang sabar, tidak terbuka, mudah marah dan kurang mampu memberikan solusi tentang masalah peserta didik. Peserta didik berpikir lebih baik masalahnya disimpan sendiri atau diceritakan kepada teman dari pada ke guru BK. Jika hal ini terus berlanjut maka akan timbul perasaan benci kepada guru BK, serta tidak mau untuk mengikuti kegiatan layanan konseling perorangan untuk ke depan, dan masalah peserta didik tidak akan terentaskan selain itu masalah peserta didik akan bertambah seiring berjalannya waktu.
Berdasarkan kenyataan di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian secara ilmiah yang dituangkan dalam sebuah judul penelitian yaitu ”Persepsi Peserta Didik tentang Kepribadian Guru BK dalam PelaksanaanKonseli ng Perorangan (Studi terhadap Peserta Didik Kelas VIII dan IX di SMP Negeri 25 Padang)”.
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah
1. Persepsi peserta didik tentang kepribadian guru BK dalam pelaksanaan konseling perorangan dilihat dari aspek kesehatan psikologis
2. Persepsi peserta didik tentang kepribadian guru BK dalam pelaksanaan konseling perorangan dilihat dari aspek dapat dipercaya
3. Persepsi peserta didik tentang kepribadian guru BK dalam pelaksanaan konseling perorangan dilihat dari aspek kejujuran
4. Persepsi peserta didik tentang kepribadian guru BK dalam pelaksanaan konseling perorangan dilihat dari aspek kehangatan
5. Persepsi peserta didik tentang kepribadian guru BK dalam pelaksanaan konseling perorangan dilihat dari aspek kesabaran
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana persepsi
peserta didik tentang kepribadian guru BK dalam pelaksanaan konseling perorangan?.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan:
1. Persepsi peserta didik tentang kepribadian guru BK dalam pelaksanaan konseling perorangan dilihat dari aspek kesehatan psikologis
2. Persepsi peserta didik tentang kepribadian guru BK dalam pelaksanaan konseling perorangan dilihat dari aspek dapat dipercaya
3. Persepsi peserta didik tentang kepribadian guru BK dalam pelaksanaan konseling perorangan dilihat dari aspek kejujuran
4. Persepsi peserta didik tentang kepribadian guru BK dalam pelaksanaan konseling perorangan dilihat dari aspek kehangatan
5. Persepsi peserta didik tentang kepribadian guru BK dalam pelaksanaan konseling perorangan dilihat dari aspek kesabaran
Menurut (Walgito, 2004:87-88)
”Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indra atau juga disebut proses sensoris”.
Menurut Tohirin (2009:164) menyatakan bahwa konseling perorangan berlangsung dalam suasana komunikasi atau tatap muka secara langsung antara guru BK dengan peserta didik yang membahas berbagai masalah yang dialami oleh peserta didik.
Sjarkawi (2008:11) mengungkapkan bahwa kepribadian adalah ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari seseorang yang bersumber dari diri, bentuk- bentuk yang diterima dari ligkungan, misalnya keluarga masa kecil dan juga bawaan sejak lahir.
1. Kesehatan Psikologis
Menurut Lesmana (2008:66) kesehatan psikologis yang baik adalah guru BK mampu berkonsentrasi dan tidak terpengaruh oleh masalah- masalahnya yang berat dan rumit. Guru BK yang utuh secara psikologis akan lebih mampu membantu peserta didik.
Seorang guru BK yang membawa beban masalah di dalam dirinya akan sulit untuk mendengarkan peserta didiknya dengan objektif.
Menurut Lubis (2011:28) “Kesehatan psikologis yang baik adalah guru BK mampu untuk berkonsentrasi dalam
konseling. Lebih lanjut Hikmawati (2011:48) Guru BK dituntut memiliki kesehatan psikologis yang lebih baik dari peserta didik, hal ini penting karena kesehatan psikologis guru BK akan mendasari pemahamannya terhadap perilaku dan penampilannya. Jika guru BK memahami kesehatan psikologisnya baik, maka dia akan membangun proses konseling yang positif sedangkan jika guru BK kesehatan psikologisnya tidak baik, maka dia akan kebingungan dalam menetapkan arah konseling yang ditempuhnya.
2. Dapat Dipercaya
Menurut Hikmawati (2011:49) Dapat dipercaya adalah guru BK tidak menjadi penyebab kecemasan bagi peserta didik dan tidak pernah membuat peserta didik menjadi kecewa. Menurut Lubis (2011:30) dapat dipercaya artinya dapat menjaga isi pembicaraan yang disampaikan oleh peserta didik, dan mampu memberikan respon empati terhadap permasalahan peserta didik dan tidak pernah membuat peserta didik menyesal atas apa yang telah peserta didik ungkapkan mengenai masalahnya kepada guru BK. Lebih lanjut Lesmana (2008:69) menyatakan dapat dipercaya adalah guru BK mampu menjaga komunikasi dengan peserta didik, merespons dan dinamisme terhadap keprihatinan mengenai masalah peserta didik, dan tidak pernah membuat peserta didik menyesal karena telah mengungkapkan sesuatu kepada guru BK.
3. Kejujuran
Menurut Hikmawati (2011:49) jujur adalah bahwa guru BK harus bersikap terbuka, autentif, dan asli. Sikap jujur ini penting bagi konseling karena kejujuran memungkinkan guru BK dapat memberi umpan balik secara objektif kepada peserta didik. Menurut Lubis (2011:29) guru BK yang jujur adalah guru BK yang bersedia membuka dirinya untuk berbagai macam pengalaman yang ada, asli, tidak dibuat-buat tetapi apa adanya.
Menurut Lesmana (2008:67) guru BK yang jujur adalah guru BK yang memiliki keterbukaan. keterbukaan merupakan persyaratan komunikasi yang jujur. Dengan kata lain, seorang guru BK harus asli, apa adanya, membuka diri, jujur pada peserta didik dan dirinya
untuk segala macam pengalaman yang ada.
4. Bersikap Hangat
Menurut Hikmawati (2011:50) bersikap hangat adalah ramah, penuh perhatian, dan memberikan kasih sayang.
Guru BK yang memiliki sikap hangat akan mempermudah peserta didik untuk sharing dengan guru BK sehingga peserta didik mengalami perasaan yang nyaman. Menurut Lesmana (2008:62) bersikap hangat adalah mampu menumbuhkan perasaan percaya dan yakin dalam diri peserta didik yang dibantunya. Sikap hangat dapat membuat peserta didik merasa diterima, dan diperhatikan oleh guru BK. Menurut Lubis (2011:31) guru BK yang hangat adalah guru BK yang mampu berempati, memahami, menerima dan bersahabat dengan peserta didik.
5. Sabar
Menurut Hikmawati (2011:50) sabar adalah dengan melalui kesabaran guru BK dalam proses konseling dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan dirinya secara alami.
Menurut Lubis (2011:31) sabar adalah guru BK mampu menghadapi cobaan, tidak mudah marah, dan bersikap tenang dalam menghadapi tingkah laku peserta didik.
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Yusuf (2005:83) mengemukakan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta- fakta dan sifat populasi tertentu atau mencoba menggambarkan secara detail.
Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah tanggal 28 September 2014 di SMP Negeri 25 Padang, dan yang menjadi subjek penelitian adalah peserta didik kelas VIII dan IX di SMP Negeri 25 Padang dengan populasi sebanyak 314 orang dan sampelnya menggunakan teknik Purposive Sampling adalah 35 orang dengan pertimbangan peserta didik yang melakukan konseling perorangan lebih dari dua kali tatap muka.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dari peserta didik yang menjadi sampel penelitian peneliti yaitu peserta didik kelas VIII dan IX di SMP Negeri 25 Padang dengan menggunakan angket. Teknik pengolahan data yang digunakan adalah persentase untuk mengungkapkan aspek
yang di teliti, data yang diperoleh, lalu dibahas dan diinterpretasikan dengan langkah sebagai berikut: 1) Seleksi, seleksi data ini dilakukan untuk mengetahui apakah data tersebut memenuhi syarat atau tidak, penyelesaian ini khusus berasal dari angket. 2) Mengklasifikasikan Data, setelah seleksi data, maka langkah selanjutnya adalah memasukkan data yang telah dikelompokkan dalam sebuah tabel lalu diolah dengan menggunakan rumus. Rumus yang digunakan untuk menghitung persentase masing-masing frekuensi yang diperoleh, dengan menggunakan teknik analisis persentase yang dikemukakan oleh Sudijono (2010:43) yaitu:
P = 100 Keterangan :
P = Tingkat Persentase Jawaban F = Frekuensi Jawaban
n = Jumlah Sampel 100% = Jumlah Angka Mutlak Hasil dan Pembahasan Penelitian
1. Persepsi Peserta Didik tentang Kepribadian Guru BK dalam Pelaksanaan Konseling Perorangan Dilihat dari Aspek Kesehatan Psikologis.
Secara umum gambaran persepsi peserta didik tentang peserta didik tentang kepribadian guru BK dalam pelaksanaan konseling perorangan, pada aspek kesehatan psikologis berada pada kategori cukup baik dengan persentase (62,86%) sebanyak 22 peserta didik.
Hal ini mengungkapkan bahwa sebagian besar peserta didik berpersepsi cukup baik tentang kepribadian guru BK pada aspek kesehatan psikologis.
Berdasarkan hal di atas, menurut Lubis (2011:28) kesehatan psikologis yang baik adalah guru BK mampu untuk berkonsentrasi dalam konseling. Guru BK dituntut memiliki kesehatan psikologis yang lebih baik dari peserta didik, hal ini penting karena kesehatan psikologis guru BK akan mendasari pemahamannya terhadap perilaku dan penampilannya. Dari hasil penelitian ini berarti bahwa sebagian besar peserta didik memiliki persepsi yang cukup baik mengenai kepribadian guru BK pada aspek kesehatan psikologis dalam pelaksanaan konseling perorangan.
Dengan mengetahui hal ini maka diharapkan guru BK lebih meningkatkan konsentrasi, pendengaran dan fokus
dalam pelaksanaan konseling agar peserta didik termotivasi untuk mengikuti konseling perorangan untuk kedepannya.
2. Persepsi Peserta Didik tentang Kepribadian guru BK dalam Pelaksanaan Konseling Perorangan Dilihat pada Aspek Dapat Dipercaya
Secara umum gambaran persepsi peserta didik tentang peserta didik tentang kepribadian guru BK dalam pelaksanaan konseling perorangan, pada aspek dapat dipercaya berada pada kategori cukup baik dengan persentase (54,29%) sebanyak 19 peserta didik. Hal ini mengungkapkan bahwa sebagian besar peserta didik berpersepsi cukup baik tentang kepribadian guru BK pada aspek dapat dipercaya.
Berdasarkan hal di atas, menurut Lesmana (2008:69) dapat dipercaya artinya dapat guru BK mampu menjaga komunikasi dengan peserta didik, berespons dan dinamisme terhadap keprihatinan mengenai masalah peserta didik, dan tidak pernah membuat peserta didik menyesal karena telah mengungkapkan sesuatu kepada guru BK. Dari hasil penelitian ini berarti bahwa sebagian besar peserta didik memiliki persepsi yang cukup baik mengenai kepribadian guru BK pada aspek dapat dipercaya dalam pelaksanaan konseling perorangan.
Dengan mengetahui hal ini maka diharapkan guru BK lebih meningkatkan azas kerahasiaan dalam pelaksanaan konseling perorangan agar peserta didik tidak merasa menyesal dalam mengikuti konseling tetapi sebaliknya.
3. Persepsi Peserta Didik tentang Kepribadian guru BK dalam Pelaksanaan Konseling Perorangan Dilihat dari Aspek Kejujuran
Secara umum gambaran persepsi peserta didik tentang peserta didik tentang kepribadian guru BK dalam pelaksanaan konseling perorangan, pada aspek kejujuran berada pada kategori cukup baik dengan persentase (54,29%) sebanyak 19 peserta didik. Hal ini mengungkapkan bahwa sebagian besar peserta didik berpersepsi cukup baik tentang kepribadian guru BK pada aspek kejujuran.
Berdasarkan hal di atas, menurut Hikmawati (2011:49) jujur adalah guru BK harus bersikap terbuka, autentif, dan asli. Sikap jujur ini penting bagi konseling karena kejujuran memungkinkan guru BK dapat memberi umpan balik secara objektif kepada peserta didik.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa semakin baik dalam melaksanakan konseling perorangan, maka persepsi peserta didik akan baik pula kepada guru BK dalam pelaksanaan konseling perorangan, bahwa kepribadian guru BK dalam bersikap jujur, asli dalam membantu peserta didik dalam konseling, akan membuat peserta didik semangat untuk mengikuti konseling perorangan untuk kedepannya. Dari hasil penelitian ini berarti bahwa sebagian besar peserta didik memiliki persepsi yang cukup baik mengenai kepribadian guru BK pada aspek kejujuran dalam pelaksanaan konseling perorangan. Dengan mengetahui hal ini maka diharapkan guru BK lebih meningkatkan azas keterbukaan dalam pelaksanaan konseling perorangan.
4. Persepsi Peserta Didik tentang Kepribadian guru BK dalam Pelaksanaan Konseling Perorangan Dilihat dari Aspek Kehangatan
Secara umum gambaran persepsi peserta didik tentang peserta didik tentang kepribadian guru BK dalam pelaksanaan konseling perorangan, pada aspek kesabaran berada pada kategori baik dengan persentase (51,43%) sebanyak 18 peserta didik. Hal ini mengungkapkan bahwa sebagian besar peserta didik berpersepsi baik tentang kepribadian guru BK pada aspek kehangatan.
Berdasarkan hal di atas, Lubis (2011:31) mengatakan bahwa guru BK yang hangat adalah guru BK yang mampu berempati, memahami, menerima dan bersahabat dengan peserta didik. Dari hasil penelitian ini berarti bahwa sebagian besar peserta didik memiliki persepsi yang baik mengenai kepribadian guru BK pada aspek kehangatan dalam pelaksanaan konseling perorangan. Dengan mengetahui hal ini maka diharapkan guru BK lebih hangat, menerima peserta didik apa adanya,
penyayang, empati, agar peserta didik merasa bersahabat dalam pelaksanaan konseling perorangan. Dan peserta didik termotivasi untuk mengikuti konseling.
5. Persepsi Peserta Didik tentang Kepribadian guru BK dalam Pelaksanaan Konseling Perorangan Dilihat dari Aspek Kesabaran
Secara umum gambaran persepsi peserta didik tentang peserta didik tentang kepribadian guru BK dalam pelaksanaan konseling perorangan, pada aspek kesabaran berada pada kategori cukup baik dengan persentase (71,43%) sebanyak 25 peserta didik. Hal ini mengungkapkan bahwa sebagian besar peserta didik berpersepsi cukup baik tentang kepribadian guru BK pada aspek kesabaran.
Berdasarkan hal di atas, Lubis (2011:31) menyatakan bahwa sabar adalah guru BK mampu menghadapi cobaan, tidak mudah marah, dan bersikap tenang dalam menghadapi tingkah laku peserta didik. Melalui kesabaran guru BK dalam proses konseling dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan dirinya secara alami.
Dari hal ini maka diharapkan kepada guru BK untuk lebih sabar menghadaoi perilaku peserta didik karena peserta didik tidak pernah salah.
Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan:
1. Persepsi peserta didik tentang kepribadian guru BK dalam pelaksanaan konseling perorangan dilihat dari aspek kesehatan psikologis terkategori cukup baik. Maka dapat disimpulkan bahwa cukup baik persepsi peserta didik mengenai kesehatan psikologis guru BK terhadap pelaksanaan konseling perorangan.
2. Pada aspek dapat dipercaya dalam pelaksanaan konseling perorangan terkategori cukup baik. Maka dapat disimpulkan bahwa cukup baik persepsi peserta didik dalam aspek dapat dipercaya terhadap guru BK dalam pelaksanaan konseling perorangan.
3. Pada aspek kejujuran terkategori cukup baik. Maka dapat disimpulkan bahwa cukup baik persepsi peserta didik terhadap kejujuran guru BK dalam pelaksanaan konseling perorangan.
4. Pada aspek kehangatan terkategori baik.
Maka dapat disimpulkan bahwa baik persepsi peserta didik terhadap kehangatan guru BK dalam pelaksanaan konseling perorangan.
5. Pada aspek kesabaran terkategori cukup baik. Maka dapat disimpulkan bahwa cukup baik persepsi peserta didik terhadap kesabaran guru BK dalam pelaksanaan konseling perorangan.
Berdasarkan kesimpulan di atas maka dalam penelitian ini, saran peneliti adalah kepada :
1. Peserta Didik, diharapkan peserta didik agar merasa nyaman kepada guru BK dalam konseling perorangan, agar semua permasalahan yang dialami peserta didik dapat teratasi melalui pelaksanaan konseling perorangan yang dilaksanakan oleh guru BK kepada peserta didik.
2. Guru BK, agar dapat memiliki kepribadian sesuai yang diharapkan oleh peserta didik dalam pelaksanaan konseling perorangan terutama dalam azas kerahasiaan, kejujuran, kehangatan, kesabaran serta dapat memahami dan mengentaskan permasalahan- permasalahan yang dialami oleh peserta didik.
3. Koordinator BK, diharapkan dapat menambah pengetahuannya mengenai kepribadian guru bk yang sesuai dengan harapan peserta didik dalam konseling perorangan.
4. Kepala Sekolah, diharapkan agar dapat membuat pertimbangan dalam menyusun kebijaksanaan sekolah untuk menyeleksi penerimaan yang sesuai dengan yang dibutuhkan oleh peserta didik guru BK pelaksanaan konseling perorangan salah satunya dengan menerapkan kepribadian guru BK yang baik dalam pelaksanaan konseling perorangan serta dapat mendukung dan memfasilitasi baik moril
ataupun materil dalam pelaksanaan program BK yang dikhususkan untuk pelayanan konseling perorangan.
5. Pengelola Program Studi BK, diharapkan sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan program perkuliahan teknik-teknik konseling dan model- model konseling untuk menyiapkan tenaga guru BK di sekolah, khususnya mempersiapkan guru BK yang mempunyai pribadi dalam yang dibutuhkan dalam pelaksanaan layanan konseling perorangan.
6. Peneliti selanjutnya, sebagai sumber informasi dan bisa melakukan penelitian mengenai masalah ini dengan variabel yang berbeda.
KEPUSTAKAAN
Amti Erman, dan Prayitno. 2004. Dasar- dasar Bimbingan dan Konseling.
Jakarta: Rineka Cipta.
Hikmawati, Fenti. 2011. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Lesmana, Murad Jeanette. 2008. Dasar- dasar Konseling. Jakarta: UI-Press.
Lubis, Lumongga Namora. 2011.
Memahami dalam Teori dan Praktik.
Jakarta: Kencana.
Sjarkawi. 2008. Pembentukan Kepribadian Anak. Jambi: PT Bumi Aksara Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar:
Jakarta: PT Grafindo persada.
Tohirin. 2009. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta: PT Rajagrafindo.
Sudijono, Anas. 2010. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Wali Pers.
Walgito, Bimo. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset.
Yusuf, A. Muri. 2005. Metodologi Penelitian. Padang: UNP Press.