• Tidak ada hasil yang ditemukan

(1)PERSEPSI GURU BK TENTANG KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK DALAM LAYANAN KONSELING PERORANGAN DI SMA NEGERI 5 SOLOK SELATAN Muldani Iksan 11060190 Student Guidance and Counseling, STKIP PGRI West Sumatra ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "(1)PERSEPSI GURU BK TENTANG KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK DALAM LAYANAN KONSELING PERORANGAN DI SMA NEGERI 5 SOLOK SELATAN Muldani Iksan 11060190 Student Guidance and Counseling, STKIP PGRI West Sumatra ABSTRACT"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI GURU BK TENTANG KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK DALAM LAYANAN KONSELING PERORANGAN DI SMA NEGERI 5 SOLOK SELATAN

Muldani Iksan 11060190

Student Guidance and Counseling, STKIP PGRI West Sumatra ABSTRACT

This research is motivated by the discovery of individual counseling are not yet effective and efficient. This study aims to look: counselor perceptions about the characteristics of students in basic skills, background, personality differences and aspirations of students in individual counseling services. Results of the study revealed that counselor perception about the characteristics of students in: 1) basic skills students in individual counseling that every student has a different view of the matter and speaking skills diverse students. 2) background of students in individual counseling that every student has a different background and counselor should not discriminate between service provided. 3) personality differences of student in individual counseling that openness and comfort of students in individual counseling is different, it affects the desire of students in counseling. 4) ideals students in individual counseling that preparedness for students in the face of the future are still many shortcomings, it is necessary for the guidance and direction of the counselor. The results of this study recommended to counselor for more attention to the characteristics of students in the implementation of individual counseling services.

*Key word: counselor, the characteristics of students and individual counseling.

Pendahuluan

Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan layanan yang membantu mengentaskan permasalahan yang dialami peserta didik baik itu masalah pribadi, sosial, belajar maupun masalah karir. Untuk mengentaskan masalah yang dialaminya itu, peserta didik dapat mendatangi dan mengkonsultasikan masalahnya dengan guru BK.

Usaha yang dilakukan guru BK di sekolah dalam mengentaskan permasalahan yang dialami peserta didik sangat diperlukan tanggung jawab dan profesionalitas guru BK dalam menjalankan tugasnya. Guru BK yang profesional itu adalah seseorang yang berlatar belakang khusus dari bimbingan dan konseling serta memiliki keahlian dan keterampilan yang sesuai dengan standar profesi konseling.

Keprofesionalan tersebut sangat diperlukan oleh seorang guru BK karena pekerjaan guru BK bukanlah pekerjaan yang ringan. Sebab setiap individu atau peserta didik yang dihadapi oleh guru BK di sekolah mempunyai perbedaan atau keunikan serta kekhasan, baik dari aspek tingkah laku, kepribadian maupun sikapnya.

Guru BK profesional harus memiliki kepribadian dan pengetahuan yang luas, seperti dijelaskan oleh Munro (1993: 29) bahwa “Guru pembimbing atau konselor sekolah dalam melaksanakan kegiatan bimbingan dan

konseling harus memiliki sifat luwes, hangat, terbuka, dapat menerima orang lain, mengenal diri sendiri, tidak berpura-pura, tidak mau menang sendiri dan objektif”.

Salah satu layanan yang bertujuan membantu peserta didik dalam mengatasi permasalahan yang dialaminya adalah dengan layanan konseling perorangan. Menurut Wilis (2010: 18) “konseling perorangan adalah upaya bantuan yang diberikan oleh guru BK yang telah terlatih dan berpengalaman terhadap individu-individu yang membutuhkan, agar individu-individu yang membutuhkannya terus berkembang potensinya secara optimal maupun menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang selalu buruk”.

Pendapat di atas sangat jelas bahwa konseling perorangan merupakan suatu interaksi yang terjadi antara dua individu yang masing-masing disebut guru BK dan peserta didik dalam rangka mengupayakan pemecahan masalah yang dihadapi individu tersebut.

Mencapai interaksi yang baik dalam melaksanakan konseling perorangan diperlukan keterampilan guru BK dalam membina hubungan yang baik antara guru BK dengan peserta didik. Apalagi konseling yang dilakukan dengan remaja atau peserta didik yang sedang duduk di bangku SMA.

Remaja merupakan kelompok yang unik, maka guru BK yang berhadapan dengan remaja

(2)

harus memahami karakteristik remaja atau peserta didik. Danim (2013: 4) menjelaskan ada empat hal dominan dari karakteristik peserta didik yaitu:

1. Kemampuan dasar, misalnya kemampuan kognitif atau intelektual, afektif dan psikomotor,

2. Latar belakang kultural lokal, status sosial, status ekonomi, agama dan sebagainya,

3. Perbedaan-perbedaan kepribadian seperti sikap, perasaan, minat dan lain-lain, 4. Cita-cita, pandangan ke depan, keyakinan

diri, daya tahan dan lain-lain.

Guru BK yang memahami karakteristik peserta didik akan lebih mudah dalam mengentaskan permasalahan yang dialami oleh peserta didik. Hal ini sesuai dengan salah satu karakteristik pribadi guru BK yang efektif menurut Hikmawati (2010: 51) yaitu:

“kesadaran holistik (holistic awareness) yaitu guru BK memahami peserta didik secara utuh dan tidak mendekatinya secara serpihan, akrab dan terbuka berbagai teori, menemukan cara memberikan konsultasi yang tepat, menyadari tentang dimensi kepribadian yang kompleks”.

Berdasarkan penjelasan di atas sangat jelas konseling dengan remaja guru BK sangat perlu memahami karakteristik peserta didik dan memerlukan suatu pendekatan dalam menangani permasalahan yang sedang dihadapi remaja. Dalam pelaksanaan pendekatan tersebut sangat diperlukan kualitas pribadi guru BK yang efektif untuk konseling dengan remaja.

Berdasarkan pengamatan selama Praktik Lapangan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 5 Solok Selatan yang dilaksanakan mulai dari tanggal 11 Agustus 2014 sampai 20 Desember 2014, Peneliti melihat dan mengamati secara langsung banyak problema yang terjadi dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Namun Peneliti tertarik meneliti pelaksanaan layanan konseling perorangan karena belum maksimalnya konseling perorangan yang dilakukan oleh guru BK di sekolah, pemberian nasihat atau arahan dalam konseling tidak memperhatikan karakteristik peserta didik dan peserta didik merasa dihakimi, ditemukan peserta didik yang kurang terbuka dalam menceritakan permasalahannya, guru BK kurang memperhatikan salah satu prinsip bimbingan dan konseling yaitu setiap anak adalah unik, adanya hubungan interaksi dan komunikasi guru BK dengan peserta didik yang belum efektif, guru BK terlalu cepat menyimpulkan keadaan/masalah yang dialami peserta didik dan ditemukan peserta didik yang

belum terbebas dari permasalahannya walaupun telah dilakukan konseling beberapa kali. Pada akhirnya konseling yang kurang efektif berdampak pada tidak terentaskannya masalah peserta didik.

Berdasarkan realita yang Penulis temukan di lapangan tersebut, maka Penulis ingin melakukan penelitian lebih lanjut terhadap temuan kasus tersebut. Adapun judul penelitian ini adalah “Persepsi Guru BK tentang Karakteristik Peserta didik dalam Layanan Konseling Perorangan di SMA Negeri 5 Solok Selatan”.

Mengingat luasnya ruang lingkup penelitian ini maka penelitian difokuskan pada:

1. Persepsi guru BK tentang karakteristik peserta didik pada kemampuan dasar seperti kemampuan kognitif atau intelektual, afektif dan psikomotor dalam pelaksanaan layanan konseling perorangan.

2. Persepsi guru BK tentang karakteristik peserta didik pada latar belakang kultural lokal, status sosial, status ekonomi dan agama dalam pelaksanaan layanan konseling perorangan.

3. Persepsi guru BK tentang karakteristik peserta didik pada perbedaan-perbedaan kepribadian seperti sikap, perasaan dan minat dalam pelaksanaan layanan konseling perorangan.

4. Persepsi guru BK tentang karakteristik peserta didik pada cita-cita, pandangan ke depan, keyakinan diri dan daya tahan dalam pelaksanaan layanan konseling perorangan.

Berdasarkan fokus masalah di atas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana persepsi guru BK tentang karakteristik peserta didik dalam layanan konseling perorangan di SMA Negeri 5 Solok Selatan?

Berkaitan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui tentang:

1. Persepsi guru BK tentang karakteristik peserta didik pada kemampuan dasar seperti kemampuan kognitif atau intelektual, afektif dan psikomotor dalam pelaksanaan layanan konseling perorangan.

2. Persepsi guru BK tentang karakteristik peserta didik pada latar belakang kultural lokal, status sosial, status ekonomi dan agama dalam pelaksanaan layanan konseling perorangan.

3. Persepsi guru BK tentang karakteristik peserta didik pada perbedaan-perbedaan

(3)

kepribadian seperti sikap, perasaan dan minat dalam pelaksanaan layanan konseling perorangan.

4. Persepsi guru BK tentang karakteristik peserta didik pada cita-cita, pandangan ke depan, keyakinan diri dan daya tahan dalam pelaksanaan layanan konseling perorangan.

Metodologi Penelitian

Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian, maka jenis penelitian yang akan peneliti lakukan adalah penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriptif. Menurut Moleong (2010: 6) Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek-subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain.

Secara holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks, khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Yusuf (2005: 87) juga mengatakan, penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta- fakta dan sifat populasi dan mencoba menggambarkan secara detail. Maka penelitian ini mendeskripsikan persepsi guru BK tentang karakteristik peserta didik dalam layanan konseling perorangan di SMA Negeri 5 Solok Selatan.

Informan penelitian pada penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu informan kunci dan informan tambahan. Adapun yang menjadi informan kunci adalah tiga orang guru BK dan informan tambahannya tiga orang peserta didik di SMA Negeri 5 Solok Selatan.

Teknik pengumpul data yang digunakan adalah wawancara. Menurut Bungin (2008:

108) wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.

Data yang telah dikumpulkan seterusnya dianalisis, Miles dan Huberman (Sugiyono, 2011: 338-345) menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif ada tiga tahap analisis yaitu:

1. Reduksi Data (data reduction) merupakan proses merangkul memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,

dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu dari data yang diperoleh dari lapangan.

2. Penyajian data (display data), penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan hubungan antar kategori atau dalam bentuk teks yang bersifat naratif dengan menyajikankan data dapat mempermudah dalam memahami apa yang terjadi.

3. Penarikan kesimpulan (verifikasi) merupakan analisis lanjutan dari reduksi data dan display data dapat disimpulkan dalam bentuk deskriptif sebagai laporan penelitian dan tahap terakhir dari data sudah ada disimpulkan.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pembahasan pada penilitian ini yaitu mengenai persepsi guru BK tentang karakteristik peserta didik dalam layanan konseling perorangan. Adapun uraiannya sebagai berikut:

1. Persepsi Guru BK tentang Karakteristik Peserta Didik pada Kemampuan dasar seperti Kognitif, Afektif dan Psikomotor dalam Layanan Konseling Perorangan

Berdasarkan wawancara yang telah dilaksanakan dengan tiga orang guru BK dan tiga orang peserta didik di sekolah diperoleh informasi guru BK berpendapat bahwa kemampuan dasar yang dimiliki setiap peserta didik berbeda-beda dalam konseling perorangan seperti kognitif, afektif dan psikomotor. Hal itu terlihat dari pemahaman peserta didik terhadap permasalahan yang dihadapinya berbeda- beda ada yang memahami permasalahannya dan ada yang tidak. Daya tangkap peserta didik dalam konseling sangat beragam karena setiap peserta didik mempunyai tingkat intelegensi yang berbeda-beda.

Menurut Hartono dan Soedarmadji (2012: 79) dalam “proses konseling guru BK harus memperhatikan aspek intelegensi peserta didik karena setiap peserta didik memiliki keunikan intelegensinya masing- masing. Hal ini diperlukan untuk memilih strategi konseling yang tepat. Bila hal ini diabaikan oleh guru BK, maka proses konseling bisa mengalami hambatan sehingga tujuan konseling tidak dapat tercapai”.

Menurut pendapat Peneliti daya tangkap atau intelegensi peserta didik dalam konseling sangat perlu diperhatikan karena hal itu berpengaruh terhadap hasil

(4)

dan tujuan yang ingin dicapai dalam konseling. Bila guru BK tidak memperhatikan hal tersebut maka peserta didik akan sulit dalam memahami permasalahan yang dialaminya dan juga akan sulit dalam mencari jalan keluar untuk mengatasi masalahnya. Oleh karena itu diperlukan pendekatan dan cara tersendiri oleh guru BK dalam mengkonselingi setiap peserta didik.

Begitu juga dengan aspek afektif peserta didik, berdasarkan hasil wawancara di sekolah dengan tiga orang guru BK dan tiga orang peserta didik diperoleh informasi bahwa perilaku peserta didik yang beragam dalam konseling merupakan hal yang biasa dalam konseling karena peserta didik tidak pernah salah jadi guru BK harus mengarahkannya supaya berperilaku baik.

Peserta didik yang menampilkan sikap berlebihan disebabkan karena peserta didik tersebut kurang perhatian dan guru BK harus memberikan perhatian lebih kepada peserta didik tersebut.

Menurut Hartono dan Soedarmadji (2012: 82) “setiap peserta didik memiliki sikap yang berbeda-beda, sehingga keterlibatan mereka dalam proses konseling juga tidak sama. Guru BK yang profesional harus mampu mengembangkan sikap peserta didik sehingga konseling dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai”.

Menurut pendapat Peneliti ragam perilaku yang ditampilkan peserta didik dalam konseling merupakan suatu tantangan bagi guru BK untuk dapat bersikap fleksibel. Dengan guru BK bersikap fleksibel terhadap ragam perilaku yang ditampilkan peserta didik akan mempermudah guru BK dalam mendekati peserta didik dan mengentaskan permasalahan yang dialami oleh peserta didik. Oleh karena itu diharapkan kepada guru BK untuk selalu menerapkan prinsip bimbingan dan konseling bahwa peserta didik tidak pernah salah dan peserta didik yang satu berbeda dengan peserta didik yang lainnya serta dibutuhkan kiat-kiat tersendiri dari guru BK untuk mendekati peserta didik dalam konseling.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilaksanakan di sekolah dengan tiga orang guru BK dan tiga orang peserta didik diperoleh hasil guru BK berpendapat psikomotor peserta didik dalam konseling perorangan beragam. Keaktifan peserta didik dalam konseling sangat beragam dan

peserta didik dituntut untuk aktif dalam konseling agar konseling berjalan efektif dan permasalahan peserta didik dapat teratasi dengan tepat. Keterampilan berbicara peserta didik sangat beragam dalam konseling perorangan. Banyak peserta didik yang gugup dalam berbicara karena tidak terbiasa berbicara empat mata dengan guru.

Menurut Desmita (2009: 54)

“kemampuan berbahasa adalah kemampuan seseorang untuk menyatakan buah pikirannya dalam bentuk ungkapan kata dan kalimat yang bermakna, logis dan sistematis. Kemampuan berbahasa peserta didik berbeda-beda, ada peserta didik yang dapat berbicara dengan lancar, singkat dan jelas, tetapi ada pula anak yang gagap, berbicara berbeli-belit dan tidak jelas”.

Pendapat di atas sangat jelas bahwa keterampilan berbicara setiap individu berbeda-beda dan sama halnya dengan peserta didik yang dikonselingi. Peserta didik yang dikonseling ada yang jelas dan lancar dalam berbicara dan mengungkapkan permasalahannya dan ada pula yang gugup dalam berbicara. Oleh karena itu diharapkan kepada guru BK untuk dapat membimbing agar peserta didik dapat terampil berbicara dalam konseling dan tidak menuntut peserta didik lebih dalam konseling.

2. Persepsi Guru BK tentang Karakteristik Peserta Didik pada Latar Belakang seperti Kultural Lokal, Status Sosial, Status Ekonomi dan Agama dalam Layanan Konseling Perorangan

Berdasarkan wawancara yang telah dilaksanakan dengan tiga orang guru BK dan tiga orang peserta didik di sekolah diperoleh informasi guru BK berpendapat bahwa tata cara berbicara peserta didik dalam konseling sangat beragam ada yang mengetahui adat bicara minangkabau (kato nan ampek) dan ada yang tidak. Budaya peserta didik dalam mengikuti konseling perorangan sangat beragam walaupun sama budaya minang namun budaya tempat tinggal peserta didik berbeda satu sama lain. Guru BK tetap memberikan pelayanan yang sama dan tidak membeda-bedakannya walaupun peserta didik berbeda-beda budaya, status sosial dan keadaan ekonominya satu dengan yang lain.

Peserta didik yang merasa rendah diri dengan status sosial dan keadaan ekonominya diberikan penguatan dan motivasi agar bisa menerima keadaan

(5)

dirinya dan keluarganya. Akhlak peserta didik dalam konseling perorangan sangat beragam ada yang baik dan ada yang tidak.

Menanamkan nilai-nilai agama dalam konseling perorangan penting diberikan kepada peserta didik agar peserta didik dapat merubah sikap dan akhlaknya yang buruk dan tidak berputus asa dalam mengatasi masalahnya.

Menurut Lesmana (2005: 67) “seorang guru BK harus sangat sensitif dengan keanekaragaman etnik dan agama yang ada di Indonesia. Hal ini disebabkan guru BK hidup di dalam konteks lingkungan yang sangat kompleks dan faktor-faktor tersebut akan berpengaruh terhadap peserta didik yang dikonseling. Karena itulah guru BK harus mempunyai keterbukaan yang tinggi, kemauan dan kemampuan untuk menerima keadaan lingkungan sekitarnya”.

Menurut pendapat Peneliti keanekaragaman budaya dan agama yang terdapat di Indonesia guru BK harus mampu menghargainya dan tidak membeda-bedakan keaneka ragaman tersebut. Untuk menghadapi hal tersebut dibutuhkan wawasan guru BK yang luas dan kecakapan dalam menjalin hubungan agar proses konseling berjalan dengan baik.

Begitu juga dengan status sosial dan ekonomi peserta didik yang beragam, guru BK harus dapat menghargai dan tidak membeda-bedakan peserta didik dalam konseling perorangan. Apabila peserta didik merasa rendah diri dengan status sosial maupun keadaan ekonominya guru BK harus dapat berempati terhadap keadaan peserta didik tersebut dan memberikan penguatan dan motivasi kepada peserta didik agar dapat menerima keadaan dirinya dan keluarganya serta mensyukuri nikmat yang Allah SWT berikan.

3. Persepsi Guru BK tentang Karakteristik Peserta Didik pada Perbedaan Kepribadian seperti Sikap, Perasaan dan Minat dalam Layanan Konseling Perorangan

Berdasarkan wawancara yang telah dilaksanakan dengan tiga orang guru BK dan tiga orang peserta didik di sekolah diperoleh informasi guru BK berpendapat bahwa sopan santun peserta didik berbeda- beda dalam mengikuti konseling perorangan. Peserta didik yang kurang sopan santunnya diberikan nasihat dan contoh yang baik agar peserta didik dapat merubah sikapnya tersebut. Peserta didik yang tidak terbuka disebabkan peserta didik takut menceritakan masalahnya dan takut

diketahui orang lain. Kenyamanan peserta didik tergantung dari status peserta didik yang datang ke ruang BK karena ada yang peserta didik yang statusnya datang atas keinginan sendiri dan ada yang dipanggil karena bermasalah. Minat peserta didik yang melaksanakan konseling perorangan tentu berbeda-beda namun kebanyakan peserta didik minatnya berubah menjadi lebih baik setelah proses konseling perorangan.

Menurut Hartono dan Soedarmadji (2012: 78) “kepribadian peserta didik adalah totalitas sifat, sikap dan perilaku peserta didik yang terbentuk dalam proses kehidupan. Seorang peserta didik memiliki keunikan dalam aspek kepribadiannya, sehingga perilaku peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lain tidak sama.

Peserta didik juga memiliki minat yang berbeda dalam mengikuti konseling perorangan. Peserta didik yang memiliki intensitas minat yang tinggi akan menunjukan perilaku yang aktif dalam konseling dan begitu sebaliknya. Maka untuk itu guru BK perlu memberikan penguatan kepada peserta didik dalam konseling perorangan agar peserta didik dapat merubah minatnya tersebut”.

Menurut pendapat Peneliti kepribadian peserta didik yang mengikuti konseling perorangan tentu berbeda-beda dan peserta didik yang satu tidak sama dengan peserta didik yang lainnya. Sopan santun peserta didik berbeda-beda dalam konseling dan peserta didik yang tidak terbuka dalam konseling perorangan lebih diyakinkan lagi serta disebutkan janji konselor.

Kenyamanan peserta didik sangat diperlukan untuk keefektifan konseling yang dilakukan, hal itu berpengaruh terhadap minat peserta didik dalam konseling perorangan. Oleh karena itu diharapkan kepada guru BK untuk terus memberikan pendekatan dan cara tersendiri untuk mengatasi keanekaragaman peserta didik tersebut dan tidak menyalahkan peserta didik dengan sikap dan perilaku yang ditampilkannya.

4. Persepsi Guru BK tentang Karakteristik Peserta Didik pada Cita-cita seperti Pandangan ke Depan, Keyakinan Diri dan Daya Tahan dalam Layanan Konseling Perorangan

Berdasarkan wawancara yang telah dilaksanakan dengan tiga orang guru BK dan tiga orang peserta didik di sekolah diperoleh informasi guru BK berpendapat

(6)

bahwa keinginan peserta didik untuk mengubah kehidupannya sangat beragam itu tergantung pada kesadaran diri, niat dan usaha peserta didik tersebut. Tugas guru BK terus memberikan motivasi dan nasihat kepada peserta didik untuk dapat menjadi lebih baik lagi dan dapat keluar dari permasalahan yang dihadapinya. Kesiapan diri peserta didik untuk menghadapi masa depan masih banyak yang kurang, untuk itu diperlukan bimbingan dan arahan dari guru BK. Keyakinan diri peserta didik dalam mengikuti konseling perorangan sangat beragam, ada yang sebelum mengikuti konseling perorangan peserta didik sudah memiliki keyakinan diri dan ada yang sesudah mengikuti konseling perorangan.

Hal ini dikarenakan ada peserta didik yang yakin mendapatkan solusi dari masalah yang dialaminya dan ada yang tidak.

Kesehatan peserta didik dalam konseling perlu diperhatikan karena hal tersebut akan berpengaruh terhadap keafektifan konseling yang dilakukan.

Menurut Hartono dan Soedarmadji (2012: 80) “setiappeserta didik mempunyai cita-cita yang berbeda-beda dan hal ini harus diperhatikan oleh guru BK dalam proses konseling. Potensi yang dimiliki oleh peserta didik memiliki keunikan masing-masing, hal ini akan berpengaruh terhadap kecendrungan-kecendrungan peserta didik dalam berperilaku. Pelayanan konseling pada hakikatnya memfasilitasi perkembangan peserta didik, termasuk perkembangan potensinya”.

Menurut pendapat Peneliti cita-cita peserta didik dalam konseling perlu diperhatikan oleh guru BK karena salah satu tugas guru BK juga mambantu dan membimbing peserta didik untuk menggapai cita-citanya. Cita-cita peserta didik dalam konseling tentu sangat beragam, begitu juga dengan padangan ke depannya dan keyakinan diri peserta didik dalam menggapai cita-cita tersebut. Oleh karena itu guru BK untuk dapat membantu peserta didik dalam merencanakan, memotivasi serta membimbing peserta didik agar cita-citanya dapat diraihnya.

Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan

1. Persepsi Guru BK tentang Karakteristik Peserta Didik pada Kemampuan Dasar seperti Kognitif, Afektif dan Psikomotor dalam Layanan Konseling Perorangan

Guru BK berpendapat kemampuan dasar yang dimiliki setiap peserta didik berbeda-beda dalam konseling perorangan seperti kognitif, afektif dan psikomotor. Hal itu terlihat dari pemahaman peserta didik terhadap permasalahan yang dihadapinya berbeda-beda ada yang memahami permasalahannya dan ada yang tidak. Dalam konseling peserta didik tidak pernah salah jadi guru BK harus mengarahkannya supaya berperilaku baik. Keterampilan berbicara peserta didik beragam dalam konseling perorangan. Banyak peserta didik yang gugup dalam berbicara karena tidak terbiasa berbicara empat mata dengan guru.

2. Persepsi Guru BK tentang Karakteristik Peserta Didik pada Latar Belakang seperti Kultural Lokal, Status Sosial, Status Ekonomi dan Agama dalam Layanan Konseling Perorangan

Guru BK berpendapat latar belakang peserta didik dalam konseling sangat beragam dalam konseling perorangan. Budaya peserta didik dalam mengikuti konseling perorangan sangat beragam walaupun sama budaya minang namun budaya tempat tinggal peserta didik berbeda satu sama lain. Guru BK berpendapat status sosial dan status ekonomi peserta didik sangat bergagam dalam konseling dan guru BK tidak boleh membeda-bedakan pelayanan yang diberikan kepada peserta didik.

Menanamkan nilai-nilai agama dalam konseling penting diberikan kepada peserta didik agar peserta didik dapat merubah sikap dan akhlak yang buruk serta tidak berputus asa mengatasi masalahnya.

3. Persepsi Guru BK tentang Karakteristik Peserta Didik pada Perbedaan Kepribadian seperti Sikap, Perasaan dan Minat dalam Layanan Konseling Perorangan

Guru BK bependapat kepribadian peserta didik dalam konseling berbeda-beda. Keterbukaan peserta didik dalam mengikuti konseling berbeda-beda. Peserta didik yang tidak terbuka disebabkan peserta didik takut menceritakan masalahnya dan takut diketahui orang lain, hal ini dibutuhkan pendekatan dan cara

(7)

tersendiri oleh guru BK. Kenyamanan peserta didik dalam konseling sangat beragam. Kenyamanan tersebut tergantung pendekatan yang dilakukan oleh guru BK karena pada awalnya semua peserta didik merasa canggung dalam mengikuti konseling.

4. Persepsi Guru BK tentang Karakteristik Peserta Didik pada Cita- cita seperti Pandangan ke Depan, Keyakinan Diri dan Daya Tahan dalam Layanan Konseling Perorangan

Guru BK berpendapat cita-cita seperti pandangan ke depan, keyakinan diri dan daya tahan peserta didik dalam layanan konseling perorangan sangat beragam.

Keinginan peserta didik untuk mengubah kehidupannya menjadi lebih baik sangat beragam serta kesiapan diri peserta didik untuk menghadapi masa depan masih banyak yang kurang, untuk itu diperlukan bimbingan dan arahan dari guru BK.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka Peneliti menyarankan kepada berbagai pihak yang terkait, sebagai berikut:

1. Guru BK, diharapkan dapat lebih memperhatikan karakteristik peserta didik dan prinsip bimbingan dan konseling dalam setiap layanan yang diberikan karena hal itu sangat berpengaruh terhadap efektifitas, hasil dan tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan pelayanan kepada peserta didik.

2. Peserta didik, diharapkan dapat menggunakan sebaik-baiknya pelayanan yang diberikan guru BK di sekolah dan lebih memahami lagi fungsi dan tujuan bimbingan dan konseling di sekolah karena banyak peserta didik yang berpandangan negatif kepada guru BK.

3. Kepala sekolah, diharapkan untuk dapat lebih memfasilitasi lagi pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dan mendukung semua aktifitas bimbingan dan konseling di

sekolah. Serta lebih mendukung guru BK untuk mengikuti pelatihan atau seminar-seminar yang berguna bagi peningkatan keprofesionalan guru BK.

4. Peneliti selanjutnya, diharapkan bisa melakukan penelitian lanjutan tentang persepsi guru BK tentang karakteristik peserta didik dalam layanan konseling perorangan dengan variabel lainnya.

Kepustakaan

Bungin, Burhan. (2008). Penelitian Kualitatif.

Jakarta: Kencana.

Danim, Sudarwan. (2013). Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Alfabeta.

Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Remaja Rosdakarya.

Hartono & Soedarmadji, Boy. (2012).

Psikologi Konseling Edisi Revisi.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Hikmawati, Fenti. (2010). Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Lesmana, Jeanette Murad. (2005). Dasar-dasar Konseling. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).

Moleong, Lexy J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Munro, Manthei, & Small. (1993). Penyuluhan (Counselling) Suatu Pendekatan Berdasarkan Keterampilan. Padang:

Ghalia Indonesia.

Sugiyono. (2011). Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Wiliis, Sofyan S. (2010). Konseling Indivisual Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta.

Yusuf, A. Muri. (2005). Metodologi Penelitian.

Padang: UNP Pers.

Referensi

Dokumen terkait

3 Menyampaikan tujuan layanan materi Bimbingan dan Konseling 4 Guru BK menjelaskan langkah-langkah kegiatan, tugas dan tanggung jawab pesertan didik 5 Guru BK mengajak peserta didik

Health systems strengthening, in particular for work- force support, is fundamental to achieving the core capac- ity required under the International Health Regulations 2005.2 The Asia