• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN GURU BK MENINGKATKAN DISIPLIN PESERTA DIDIK DALAM LAYANAN KONSELING PERORANGAN

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "PERAN GURU BK MENINGKATKAN DISIPLIN PESERTA DIDIK DALAM LAYANAN KONSELING PERORANGAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PERAN GURU BK MENINGKATKAN DISIPLIN PESERTA DIDIK DALAM LAYANAN KONSELING PERORANGAN

DI SMA NEGERI 15 PADANG

Oleh:

Adelina Eka Syafutri Dra.Hj. FitriaKasih, M.Pd.,Kons.

Fuaddillah Putra, M,Pd., Kons.

Program Bimbingan dan Konseling, STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRAK

This research aims to observe roles of counselorto improve student’s discipline toward school rules and regulation the purpose of the research is to describe: 1) The role of counselor to plan service programs inorder to improve student’s discipline, 2) The role ofcounselor to applicate personal counseling service to improve student’s discipline, 3) The role ofcounselor to evaluate the application of service program toward student’s discipline. This research uses qualitative approach and descriptive method. The informants of the research are 2 counselorand 4 student’s.

This research uses interview instrument and documentary study. The data is processed by triangulation. The result ofthis research shows that the student’s are not discipline to school rules and regulation it.s concluded based on the following findings: 1) counselor role in cosidering school facilities, 2) counselor role in application of counseling to indisciplines students, 3) counselorrole in evaluating the application of counseling to student by observing student’s charge of behavior.

Keywords : Discipline, Roles of Counselor, Personal Counseling Pendahuluan

Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang berperan dalam membentuk karakter peserta didik. Sekolah membentuk karakter peserta didik melalui visi dan misi yang telah disusun bersama. Untuk mewujudkan keberhasilan visi dan misi sekolah diperlukan kedisiplinan seluruh warga sekolah termasuk para peserta didik. Rohma (2008:23-24) berpendapat “Disiplin adalah peraturan yang sudah ditentukan dan harus ditaati. Peraturan itu dapat digolongkan menjadi dua yaitu peraturan tertulis dan peraturan yang tidak tertulis (peraturan lisan)”.

Berdasarkan pendapat di atas disiplin perlu diajarkan kepada peserta didik dari dini karena apabila peserta didik sudah menanamkan disiplin dari dini hal tersebut dapat membentuk karakter peserta didik tersebut untuk bertindak dan bertingkah laku sesuai dengan norma dan peraturan yang ada sehingga apabila peserta didik tersebut memasuki lingkungan yang baru, mereka

senantiasa menaati peraturan dan tata tertib yang berlaku.

Disiplin peserta didik adalah suatu keadaan tertib dan teratur yang dimiliki oleh perserta didik di sekolah, tanpa ada pelanggaran-pelanggaran yang merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap peserta didik sendiri dan terhadap sekolah secara keseluruhan. Indikator disiplin disini seperti memakai seragam yang sesuai dengan aturan dan tata tertib sekolah, tepat waktu datang ke sekolah, tidak membuang sampah disembarang tempat, tidak menggunakan atribut yang mencolok ke sekolah, tidak mencontek dalam kegiatan belajar pembelajaran, tidak membuat kegaduhan ketika proses belajar pembelajaran dan sebagainya.

Sehubungan dengan masalah peserta didik di atas Prayitno (2004:1) berpendapat

“Konseling perorangan merupakan layanan konseling yang diselenggarakan oleh seorang konselor terhadap seorang klien dalam rangka mengentaskan masalah pribadi klien dalam suasana tatap muka”.

1

(3)

Sehubungan dengan adanya layanan konseling perorangan ini maka peserta didik diharapkan akan mampu mengembangkan segala potensinya untuk mendisiplinkan diri kearah yang lebih baik, sehingga tercapainya keinginan secara bersama. Pelaksanaan layanan konseling perorangan ini sudah dilakukan oleh guru BK terhadap peserta didik yang sering melanggar aturan dan tata tertib sekolah agar peserta didik dapat meningkatkan disiplin.

Prihatin (2011:88) mengemukakan Strategi guru BK untuk meningkatkan disiplin peserta didik terhadap peraturan sekolah adalah dengan cara menyusun atau merancang program layanan tentang kedisiplinan, misalnya tentang informasi aturan dan tata tertib sekolah, pemberian layanan konseling perorangan terhadap siswa yang sering melanggar dan sebagainya.

Salah satu peran guru BK dalam rangka meningkatkan disiplin peserta didik adalah dengan menanamkan aspek kepribadian kepada setiap peserta didik. Di dalam setiap pemberian layanan aspek kepribadian peserta didik merupakan nilai-nilai dasar yang berhubungan dengan sikap dan perilaku. Untuk mencapai dan memiliki kepribadian yang mantap, diperlukan pribadi peserta didik yang disiplin, giat, gigih, dan tekun, dengan disiplin peserta didik akan berperilaku positif.

Peserta didik yang sering melanggar aturan dan tata tertib sekolah ini disebabkan karena kurangnya pemahaman dan rasa ingin tahu mereka tentang aturan-aturan yang ada di sekolah, sehingga mengakibatkan peserta didik tidak disiplin.

Tindakan pelanggaran yang sering dilakukan oleh peserta didik yang berhubungan dengan pelanggaran aturan yang ada di sekolah seperti sering keluar masuk pada saat jam pelajaran berlangsung, sering datang terlambat, tidak ada kabar apabila tidak masuk sekolah, sering bolos, tidak mengerjakan tugas, tidak memperhatikan ketika guru menjelaskan, dan lain sebagainya.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis pada tanggal 28 September 2015 di SMA Negeri 15 Padang dengansatuorang wali kelas dan satu orang guru BK, terungkap bahwa adanya ditemukan masalah disiplin yang dialami oleh peserta didik.

Peserta didik masih ada yang belum memperlihatkan tingkah laku disiplin berdasarkan aturan dan tata tertib sekolah, seperti datang terlambat, tidak memakai seragam yang sesuai dengan aturan sekolah, ke luar masuk pada saat jam pelajaran berlangsung, tidak memberikan kabar ketika tidak masuk sekolah dan adanya peserta didik yang belum disiplin setelah mendapatkan layanan konseling perorangan.

Dari penjelasan dan studi awal yang penulis lakukan maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah Peran Guru BK untuk Meningkatkan Disiplin Peserta Didik dalam Layanan Konseling Perorangan di SMA Negeri 15 Padang.

Berdasarkan batasan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:

a. Peran guru BK dalam penyusunan program layanan konseling tentang kedisiplinan peserta didik.

b. Peran guru BK dalam pelaksanaan layanan konseling tentang meningkatkan disiplin peserta didik.

c. Peran guru BK dalam mengevaluasi kedisiplinan peserta didik.

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Informan dalam penelitian ini yaitu 2 orang guru BK dan 4 orang peserta diidk. Menurut Musfiqon (2012:70) bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang jenis datanya bersifat non-angka. Bisa berupa kalimat, pernyataan, dokumen serta data lain yang bersifat kualitatif untuk dianalisis secara kualitatif. Makanya, dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan statistik dalam analisis data penelitian. Menurut Yusuf (2005:87) Penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi dan mencoba menggambarkan secara detail.

Melalui pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan terhadap fenomena yang dialami oleh satu orang, keluarga, satu peristiwa atau kelompok yang terbatas untuk mengungkap secara mendalam situasi atau objek dalam bentuk kata-kata atau bahasa.

(4)

Agar pengumpulan data berjalan dengan lancar maka peneliti menjalankan prosedur sebagai berikut:

1. Peneliti membaca berbagi sumber untuk menguatkan kajian teori sehingga

memudahkan peneliti dalam

mengembangkan instrument penelitian.

2. Penyusunan kisi-kisi wawancara, terlebih dahulu ditetapkan variabel, kemudian menjadi sub variabel, setelah itu menjadi beberapa indikator.

3. Untuk menguji instrument wawancara, maka dilakukan judge oleh 3 orang dosen Prodi BK STKIP PGRI Padang.

4. Setelah di judge, peneliti melakukan rekapitulasi untuk memastikan item yang terbuang dan item yang dipakai dalam penelitian.

5. Selanjutnya melakukan wawancara kepada peserta didik yang menjadi subjek penelitian.

Menurut Moleong (2010:132) bahwa Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian.

Informan ditentukan berdasarkan pertimbangan bahwa informan tersebut memiliki pengalaman yang banyak mengenai latar belakang penelitian dan benar-benar terkait dengan permasalahan yang akan diteliti.

Teknik pengumpulan data adalah cara- cara yang ditempuh peneliti untuk memperoleh data, dalam penelitian ini peneliti langsung melakukannya dengan melihat ke lapangan untuk mendapatkan sejumlah data yang dibutuhkan. Ada beberapa teknik yang digunakan peneliti untuk melengkapi data dalam membahas masalah ini yaitu:

a. Studi dokumentasi yaitu sumber informasi yang ditemukan dalam bentuk foto, dalam bahan statistik, dalam dokumen atau dalam berbagai sumber bacaan lainnya baik yang tersimpan dalam perpustakaan umum, pada lembaga resmi maupun yang tersimpan dalam koleks iperorangan.

b. Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya.

Analisis data merupakan suatu proses penyusunan data agar dapat ditafsirkan,

karena penelitian ini adalah bersifat naratif maka analisis yang digunakan adalah gambaran dengan kata-kata. Teknik analisis data yang digunakan adalah:

a. Reduksi data merupakan proses merangkul, memilih hal-hal yang pokok, menfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu dari data yang diperoleh di lapangan. Dalam tahap ini peneliti memilih data mana yang relevan dengan tujuan dan focus penelitian selanjutnya dikelompokkan.

b. Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan hubungan antar kategori atau dalam bentuk teks yang bersifat naratif dengan menyajikan data dapat mempermudah dalam memahami apa yang terjadi, merencanakan apa yang akan dilakukan selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami. Dalam tahap ini peneliti menyajikan data berbentuk teks naratif.

c. Penarikan kesimpulan merupakan analisis lanjutan dari reduksi data dan penyajian data sehingga data dapat disimpulkan dalam bentuk deskriptif sebagai laporan penelitian dan tahap terakhir dari data sudah ada disimpulkan.

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan hasil temuan penelitian yang telah dilaksanakan dapat dilakukan pembahasan. Adapun pembahasan tersebut adalah:

1. Peran Guru BK Meningkatkan Disiplin Peserta Didik Dilihat dari Penyusunan Program

a. Asesmen Lingkungan

Hasil temuan peneliti melalui wawancara dilapangan dapat diketahui bahwa guru BK dalam melakukan asesmen lingkungan ini melalui need asesmen terhadap lingkungan sekolah atau kebutuhan apa saja yang dibutuhkan oleh sekolah dan keadaan peserta didik serta apa saja sarana dan prasarana pendukung dalam pelaksanaan kegiatan yang akan dilaksanakan.

Menurut Kartadinata (2007:36-4) asesmen lingkungan adalah, hal yang terkait dengan mengidentifikasi harapan sekolah/madrasah dan masyarakat (orang tua peserta didik),

(5)

sarana dan prasarana pendukung program bimbingan, kondisi dan kualifikasi konselor, dan kebijakan pimpinan sekolah/madrasah.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa guru BK perlu melakukan need asesmen sebelum membuat program, agar sesuai dengan harapan sekolah dan masyarakat,serta mempertimbangkan sarana dan prasarana yang mendukung.

b. Asesmen Kebutuhan atau Masalah Peserta Didik

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan melalui wawancara di lapangan bahwa kebutuhan atau masalah yang dimiliki oleh peserta didik yang terkait dengan pelanggaran aturan dan tata tertib sekolah meliputi peserta didik datang terlambat, alfa, bolos, keluar pada saat jam pelajaran, tidak memakai seragam yang sesuai dengan aturan sekolah. Jika dilihat dari minat belajar, motivasi belajar, sikap dan kebiasaan peserta didik dalam belajar bahwa peserta didik tidak dapat mengikuti pelajaran dengan baik yang disebabkan karena rendahnya motivasi dan minat belajar peserta didik.

Menurut Kartadinata (2007:36-4) asesmen kebutuhan atau masalah peserta didik, adalah hal yang menyangkut karakteristik peserta didik, seperti aspek-aspek fisik (kesehatan dan keberfungsiannya), kecerdasan, motif belajar, sikap dan kebiasaan belajar, minat-minatnya (pekerjaan, jurusan, olahraga, seni, dan keagamaan), masalah-masalah yang dialami, dan kepribadian atau tugas- tugas perkembangannya, sebagai landasan untuk memberikan pelayanan bimbingan dan konseling.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa guru BK dalam menjalankan perannya untuk meningkatkan disiplin hendaklah mempertimbangkan kebutuhan peserta didik baik kebutuhan fisik,kecerdasan, motif belajar, sikap dan kebiasaan belajar.

2. Peran Guru BK Meningkatkan Disiplin Peserta Didik Dilihat dari Pelaksanaan Program

a. Tahap Pengantaran

Hasil temuan yang peneliti lakukan melalui wawancara di lapangan bahwa pada awal pelaksanaan konseling guru bimbingan konseling tidak melaksanakan penstrukturan sebagaimana mestinya, guru bimbingan konseling langsung mempersilahkan peserta didik untuk duduk dan menanyakan apakah peserta didik mengetahui apa kesalahannya sehingga bisa dipanggil ke ruangan bimbingan dan konseling.

Menurut Prayitno (1998:24) proses pengantaran adalah mengantarkan klien memasuki kegiatan konseling dengan segenap pengertian, tujuan dan asas yang menyertainya. Proses pengantaran ini ditempuh melalui kegiatan penerimaan yang bersuasana hangat, permisif, dan KTPS (“klien tidak pernah salah), serta penstrukturan.

Apabila proses awal ini sukses, klien akan mampu menjalani proses konseling selanjutnya dengan hasil yang lebih menjanjikan.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa guru BK hendaknya melakukan pengantaran agar peserta didik memahami apa yang akan dilaksanakan dalam kegiatan konseling.

b. Tahap Penjajakan

Hasil temuan yang peneliti lakukan melalui wawancara di lapangan bahwa pada tahap penjajakan ini cara guru bimbingan konseling menggali informasi awal dari peserta didik adalah dengan mengamati tingkah laku peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar, melakukan observasi, menanyakan langsung kepada wali kelas, serta bertanya langsung kepada peserta didik yang bersangkutan mengenai apa yang mendasari peserta didik tersebut bertingkah laku demikian.

Menurut Prayitno (1998:24) tahap penjajakan dapat diibaratkan sebagai membuka dan memasuki ruangan sumpek atau hutan belantara yang berisi gatra-gatra klien bersangkut-paut

(6)

dengan perkembangan dan permasalahannya.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa guru BK perlu memahami hal-hal lain yang perlu dipahami tentang diri peserta dididk, agar dapat memahami apa yang selama ini terpendam, sehingga menghambat perkembangan peserta didik.

c. Tahap Penafsiran

Hasil temuan yang peneliti lakukan melalui wawancara di lapangan bahwa hal yang perlu dilakukan guru BK adalah memahami peserta didik secara

mendalam beserta aspek

kepribadiannya melalui berbagai assesmen dan penyajian informasi yang akurat tentang potensi diri dan lingkungan. Usaha yang dilakukan oleh guru BK terhadap peserta didik yang tidak disiplin ini Memberikan nasehat, menyadarkan peserta didik terhadap tingkah laku yang dilakukannya adalah salah dan tidak sesuai dengan aturan yang ada.

Menurut Prayitno (1998:24) tahap penafsiran adalah apa yang terungkap melalui penjajakan merupakan berbagai gatra yang perlu diartikan.

Gatra-gatra klien itu (yang cukup signifikan) perlu diketahui ADD-nya secara tepat dan diberikan ADL-nya secara positif, dinamis dan tepat pula.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa guru BK hendaknya dapat melaksanakan tahapan penafsiran dengan baik sehingga dapat mencari solusi dari permasalahan peserta didik, apabila penafsirannya tidak baik maka pemecahan masalahpun tidak sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

d. Tahap Pembinaan

Hasil temuan yang peneliti lakukan melalui wawancara di lapangan bahwa hal yang perlu dilakukan guru BK adalah Guru BK dapat memberikan contoh yang baik kepada peserta didik seperti datang tepat waktu, berpakaian yang sesuai dengan aturan sekolah, sehingga peserta didik tidak merasa enggan untuk mengikuti perintah yang diberikan.

Menurut Prayitno (1998:24) proses pembinaan ini secara langsung

mengacu kepada pengentasan masalah dan pengembangan diri klien. Upaya pembinaan diarahkan bagi terwujudnya KMA yang telah dihasilkan melalui proses interpretasi.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa peran guru BK dalam melakukan pembinaan hendaklah diarahakan kearah yang lebih baik dan membangun.

e. Tahap Pengakhiran

Hasil temuan yang peneliti lakukan melalui wawancara di lapangan bahwa hal yang perlu dilakukan guru BK adalah membuat komitmen serta mengontrol tingkah laku peserta didik yang terkait dengan disiplin terhadap aturan dan tata tertib yang ada di sekolah.

Menurut Prayitno (1998:24) penilaian dalam konseling dapat dapat diungkapkan segera menjelang diakhirinya proses konseling, dalam jangka pendek beberapa hari kemudian, atau dalam jangka waktu yang lebih panjang. Penilaian pasca konseling yang lebih jauh, baik dalam jangka pendek (beberapa hari) maupun yang lebih panjang, mengacu kepada pemecahan masalah dan perkembangan klien secara menyeluruh.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa guru BK perlu melakukan penilaian baik diakhir proses konseling, jangka pendek maupun jangka panjang. perlu diikuti tindaklanjutnya demi keberhasilan peserta didik yang lebih jauh.

3. Peran Guru BK Meningkatkan Disiplin Peserta Didik Dilihat dari Evaluasi Program

a. Penilaian Proses

Hasil penelitian yang dilakukan melalui wawancara di lapangan dapat diketahui bahwa pelaksanaan evaluasi proses dilihat dari perkembangan peserta didik ketika kegiatan layanan dilaksanakan, namun guru BK mengalami kesulitan untuk memantau peserta didik karena masalah yang dimiliki oleh peserta didik itu berbeda- beda.

Abimanyu (1996:229) penilaian terhadap konseling bertujuan untuk mengetahui hasil konseling dan

(7)

seberapa jauh proses konseling dilaksanakan sesuai dengan rencana dan strategi yang dipilih. Dalam mengevaluasi proses konseling, sasaran penilaiannya adalah alat atau strategi penanganan yang digunakan untuk mencapai tujuan dan faktor-faktor non penanganan yang mungkin menyumbang tercapainya hasil konseling tersebut.

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa guru BK perlu melakukan penilaian proses yang bertujuan untuk melihat apakah peserta didik aktif atau pasif dalam mengungkapkan pemahamannya setelah mendapatkan konseling.

b. Penilaian Hasil

Hasil yang diperoleh berdasarkan wawancara di lapangan dapat diketahui bahwa evaluasi hasil diberikan kepada peseseta didik berupa penilaian segera yang berisi bagaimana perasaan peserta didik setelah proses konseling perorangan dilaksanakan dan juga bagaimana sikap atau tingkah laku peserta didik tersebut untuk ke depannya.

Prayitno (Amirah Diniarty, 2012:75) menjelaskan bahwa ada tiga tahap evaluasi yaitu:

1) Tahapimmediate (Penilaian Segera) yaitu evaluasi segera dapat dilakukan langsung ketika kegiatan selesai.

2) Tahap Short term (Penilaian Jangka Pendek) yaitu penilaian jangka pendek dilakukan setelah beberapa hari kegiatan layanan dilakukan.

3) Tahap Long term (Penilaian Jangka Panjang) yaitu penilaian yang dilakukan dalam jangka waktu bulanan atau satu semester.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa guru BK perlu melaksanakan penilaian hasil untuk mengetahui sejauh mana peserta didik memahami apa yang dilaksanakan pada saat pelaksanaan konseling berlangsung.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang peran guru BK meningkatkan disiplin peserta didik dalam layanan konseling perorangan di SMAN 15 Padang, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Guru BK berperan dalam penyusunan program tentang meningkatkan disiplin peserta didik yaitu melalui asesmen lingkungan dan juga asesmen kebutuhan yang meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah peserta didik serta sarana dan prasarana apasaja yang dibutuhkan dalam pelaksanaan konseling perorangan untuk meningkatkan disiplin peserta didik.

2. Guru BK berperan dalam pelaksanaan program tentang meningkatkan disiplin peserta didik yaitu terkait dengan tahap- tahap yang dilaksanakan dalam pelaksanaan konseling perorangan terhadap peserta didik yang melanggar aturan dan tata tertib sekolah

3. Guru BK berperan dalam untuk mengevaluasi pelaksanaan program yaitu terkait dengan penialain proses yang dilakukan dengan berbagai tanya jawab yang terkait dengan proses konseling perorangan yang dilaksanakan, dan penilaian hasil.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti menyarankan kepada berbagai pihak yang terkait, sebagai berikut:

1. Guru BK, agar bisa memberikan layanan konseling perorangan lebih maksimal kepada peserta didik yang tidak disiplin, serta bias mengatasi kendala-kendala yang ada supaya layanan bimbingan dan konseling bias berjalan dengan optimal.

2. Peserta didik, agar lebih taat terhadap peraturan dan tata tertib sekolah dan dapat memanfaatkan layanan konseling perorangan untuk keberhasilannya . 3. Kepala sekolah, hasil penelitian dapat

dijadikan masukan untuk meningkatkan penyelenggaraan bimbingan dan konseling dan meningkatkan sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan bimbingan dan konseling.

4. Pengelola program studi bimbingan dan konseling, sebagai bahan masukan untuk

lebih mengembangkan dan

meningkatkan kualitas calon guru BK yang akan melaksanakan layanan bimbingan dan konseling di sekolah secara professional.

5. Peneliti selanjutnya, melalui penelitian ini diharapkan bias menjadi pedoman

(8)

dan acuan untuk meneliti lebih lanjut khususnya mengenai bentuk emosi peserta didik dalam mengikuti layanan konseling perorangan.

Kepustakaan

Abimanyu, Soli dan Thoyeb Manrika. 1996.

Teknik dan Laboratorium Konseling. Padang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.

Diniaty, Amirah. 2012. Evaluasi Bimbingan Konseling. Pekanbaru: Zanafa Publishing.

Kartadinata, Sunaryo dkk. 2007. Rambu- rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal dan Rambu-rambu Dasar Kegiatan Profesional Pelayanan Konseling di Sekolah/Madrasah. Bandung:

Departemen Pendidikan Nasional.

Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:

PT RemajaRosda Karya.

Musfiqon. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya.

Prayitno. 2004. L.1-L.9. Padang: Universitas Negeri Padang.

Prayitno. 1998. Konseling Pancawaskita.

Padang: Universitas Negeri Padang.

Prihatin, Eka. 2011. Manajemen Peserta Didik. Bandung: Alfabeta.

Rohma. 2008. Bimbingan dan Konseling.

Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

Yusuf, A., Muri. 2005. Metodologi Penelitian Dasar-dasar Penyelidikan Ilmiah. Padang:

UNP Press.

Zusmelia, dkk. 2013. Pedoman Penulisan Skripsi. Padang: STKIP PGRI SUMBAR.

Referensi

Dokumen terkait

Berikut adalah hasil wawancara terhadap guru BK di SMA Negeri 4 Metro mengenai cara para guru mengendalikan emosi marahnya: Informasi data dari informan 1 guru BK I yaitu “Ibu