• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

KABUPATEN BERAU

TAHUN : 2003 NOMOR : 51

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

NOMOR 6 TAHUN 2003

TENTANG

IJIN USAHA DIBIDANG PERTAMBANGAN UMUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BERAU,

Menimbang : a. bahwa bahwa sumber daya alam di Kabupaten Berau sangat potensial untuk dikelola secara berkelanjutan dan dimanfaatkan secara efektif dan efisien untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) ;

b. bahwa untuk maksud tersebut diatas perlu diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Berau.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 27 Tahun 1959 (Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 72) tentang Penetapan Undang - undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan ( Negara Tahun 1953 Nomor 9) sebagai Undang - undang ( Memori Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Nomor 1820 );

(2)

2. Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1967 Tentang Penanaman Modal Asing (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2818), sebagaimana telah diubah dengan Undang - Undang Nomor 11 Tahun 1970 (Lembaran Negara Tahun 1970 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara 2943); 3. Undang - Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2831);

4. Undang – Undang Nomor 6 Tahun 1968 Tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (Lembaran Negara Tahun 1968 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2853 ) sebagimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1970 (Lembaran Negara Tahun 1970 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2944 ) ;

5. Undang – Undang Nomor 23 Tahun 199 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699);

6. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 7. Undang – Undang Nomor 25 Tahun 1999 Tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848) ;

8. Undang–Undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851) ;

(3)

9. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1969 tentang Pelaksanaan Undang - Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan - Ketentuan Pokok Pertambangan (Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2916), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 1992 (Lembaran Negara Nomor 129 Tahun 1992, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3510);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1980 tentang Penggolongan Bahan-bahan Galian (Lembaran Negara Tahun 1980 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3174);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 1998 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Departemen Pertambangan dan Energi dibidang Pertambangan Umum (Lembaran Negara Tahun 1998 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3766) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2000 (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 26, Tambahan lembaran Negara Nomor 3939);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3938);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonomi (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952); 14. Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1996 Tentang

Ketentuan Pokok Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batu Bara ;

(4)

15. Peraturan Daerah Kabupaten Berau Nomor 08 Tahun 1991 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Berau ;

16. Peraturan Daerah Kabupaten Berau Nomor 24 Tahun 2002 tentang Penetapan Kewenangan Pemerintah Kabupaten Berau ;

17. Peraturan Daerah Kabupaten Berau Nomor 26 Tahun 2002 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Berau.

Dengan Persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BERAU

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU TENTANG IJIN USAHA DI BIDANG PERTAMBANGAN UMUM.

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : a. Daerah adalah Daerah Daerah Kabupaten Berau ;

b. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta Perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah ;

c. Kepala Daerah adalah Bupati Berau ;

d. Dinas Pertambangan adalah Dinas Pertambangan Kabupaten Berau ;

(5)

e. Bapelda adalah Badan Pengelola Dampak Lingkungan Kabupaten Berau ;

f. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kabupaten Berau ;

g. Pertambangan Umum adalah pertambangan bahan galian diluar minyak dan gas bumi ;

h. Hak atas tanah adalah hak atas sebidang tanah permukaan bumi menurut hukum Indonesia ;

i. Pertambangan Umum Daerah adalah kegiatan yang terdiri dari kegiatan penyelidikan umum, kegiatan eksplorasi, kegiatan eksploitasi, pengolahan / pemurnian dan pengangkutan dan penjualan serta segala fasilitas penunjang di Wilayah Kabupaten Berau ;

j. Penyelidikan Umum adalah penyelidikan secara geologi umum atau geofisika, didaratan, perairan dan dari udara, segala sesuatu dengan maksud untuk membuat peta geologi umum atau untuk menetapkan tanda-tanda adanya bahan galian pada umumnya ; k. Eksplorasi adalah segala penyelidikan geologi pertambangan

untuk menetapkan lebih teliti / seksama adanya dan sifat letakkan bahan galian ;

l. Eksploitasi adalah usaha pertambangan dengan maksud untuk menghasilkan bahan galian dan memanfaatkannya ;

m. Pengolahan dan Pemurnian adalah pekerjaan untuk mempertinggi mutu bahan galian serta untuk memanfaatkan dan memperoleh unsur - unsur yang terdapat pada bahan galian tersebut ;

n. Pertambangan Rakyat adalah semua atau sebagian kegiatan pertambangan yang dilakukan oleh rakyat setempat secara kecil-kecilan atau secara gotong royong dalam lokasi yang sama ;

o. Ijin Usaha Pertambangan Daerah (IUPD) adalah ijin usaha yang memberikan wewenang untuk melakukan semua kegiatan atau sebagian kegiatan pertambangan umum di wilayah Kabupaten Berau ;

(6)

p. Perjanjian Usaha Pertambangan Daerah (PUPD) adalah perjanjian antara Pemerintah Daerah dan Perseroan Terbatas berbadan hukum Indonesia untuk melaksanakan usaha pertambangan ;

q. Ijin Pertambangan Rakyat (IPR) adalah ijin yang diberikan kepada perorangan / masyarakat setempat yang melaksanakan usaha pertambangan dengan menggunakan alat sederhana ;

r. Pendidikan dan Pelatihan Teknis (Diklat Teknis) adalah pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan untuk memberi keterampilan atau pengawasan pengetahuan di bidang tehnis tertentu kepada Pegawai Negeri Sipil sehingga mampu melaksanakan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya ; s. Penelitian adalah upaya mencari kebenaran ilmiah melalui

proses yang sistematis, logis dan empiris ;

t. Pelaksana Inspeksi Tambang (PIT) adalah Pelaksana Inspeksi Tambang Dinas Pertambangan Kabupaten Berau ;

u. Reklamasi adalah kegiatan yang memperbaiki atau menata kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan umum agar dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya ;

v. Kahar adalah peristiwa yang terjadi diluar kehendak manusia ; w. Penerimaan pajak dan penerimaan bukan pajak adalah iuran

yang dibayarkan kepada Daerah sebagai imbalan atas kesempatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi dan operasi produksi pada suatu wilayah Ijin Usaha Pertambangan Daerah ;

x. Iuran Produksi adalah iuran yang dibayarkan kepada Daerah atas hasil yang diperoleh dari usaha pertambangan ;

y. Mineral Logam adalah unsur-unsur, mineral-mineral dan bijih atau batuan yang merupakan endapan suspensi alam yang secara mineralogi, fisis dan kimia memiliki sifat-sifat kelogaman ;

(7)

z. Mineral Non Logam adalah adalah unsur-unsur, mineral - mineral dan bijih atau batuan yang merupakan endapan suspensi alam yang tidak memiliki sifat dan/atau mengandung sifat-sifat/karakteristik ;

aa. Batubara, Gambut dan Bitumen Padat adalah batuan sedimen organic yang secara geologis merupakan hasil perubahan fisik, kimia dan minerallogi dari materi asalnya yaitu plantae ;

bb. Panas Bumi / Geothermal adalah terjadinya air panas akibat proses geologi, baik akibat proses teknonisme maupun vulkanisme (gunung api) .

BAB II

PENGGOLONGAN USAHA PERTAMBANGAN Pasal 2

(1) Usaha Pertambangan umum dikelompokkan atas 4 (empat) golongan :

a. Pertambangan Mineral Logam ; b. Pertambangan Mineral Non logam ;

c. Pertambangan Batu Bara, Gambut dan Bitumen Padat ; d. Pertambangan Panas Bumi.

(2) Bahan galian yang dimaksud dalam Peraturan Daerah ini adalah bahan galian yang-terdapat di Wilayah Kabupaten Berau.

Pasal 3

(1) Pemindahan bahan galian dari suatu golongan ke golongan lain, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah ;

(8)

(2) Bahan galian yang belum disebutkan dalam pasal 2 ayat (1) yang perlu dimasukkan dalam salah satu golongan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah ;

BAB III

IJIN USAHA PERTAMBANGAN Pasal 4

(1) Usaha Pertambangan Umum diberikan kepada :

a. Badan Usaha Milik Negara / Badan Usaha Milik Daerah. b. Perseroan Terbatas berbadan hukum Indonesia.

c. Koperasi;

(2) Usaha Pertambangan Rakyat diberikan kepada perorangan, khususnya Bitumen Padat ;

(3) Ijin Usaha Pertambangan Umum meliputi : a. Ijin Usaha Pertambangan Daerah (IUPD) ;

b. Perjanjian Usaha Pertambangan Daerah (PUPD) ; c. Ijin Pertambangan Rakyat Daerah (IPRD) ; d. Surat Ijin Pengelolaan dan Pemurnian ; e. Surat Ijin Pengangkutan ;

f. Surat Ijin Penjualan.

(4) IUPD, PUPD, dan IPRD tidak dapat digunakan untuk kepentingan lain selain maksud dari pemberian IUPD, PUPD, dan / atau sesuai isi IPRD ;

(5) Syarat-syarat dan tata cara pemberian Ijin Pertambangan Umum diatur dengan Keputusan Kepala Daerah ;

(9)

BAB IV

PENGHENTIAN SEMENTARA KEGIATAN PENAMBANGAN Pasal 5

(1) Penghentian sementara kegiatan penambangan dapat diberikan kepada pemegang IUPD, pemegang PUPD dan IPRD apabila terjadi keadaan kahar atau keadaan yang menghalangi sehingga menimbulkan terhentinya sebagian atau seluruh kegiatan penambangan paling sedikit selama 3 (tiga) bulan.

(2) Pemberian penghentian sementara kegiatan penambangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak mengurangi masa berlakunya IUPD atau PUPD dan IPRD ;

(3) Permohonan penghentian sementara kegiatan penambangan disampaikan kepada Kepala Daerah dengan menyebutkan kondisi keadaan kahar dan atau keadaan yang menghalangi sehingga mengakibatkan terhentinya sebagian atau seluruh kegiatan penambangan ;

(4) Kepala Daerah sesuai kewenangannya wajib mengeluarkan keputusan tertulis atas permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya permohonan tersebut ;

(5) Apabila penghentian sementara kegiatan penambangan diberikan karena keadaan kahar, maka kewajiban terhadap pemerintah dan pemegang IUPD atau pemegang PUPD dan IPRD tidak berlaku ;

(6) Ketentuan mengenai kahar ditentukan oleh Keputusan Kepala Daerah ;

(10)

Pasal 6

Apabila penghentian sementara kegiatan penambangan diberikan karena keadaan yang menghalangi kegiatan penambangan, maka kewajiban terhadap pemerintah dari Pemegang IUPD atau PUPD dan IPRD tetap berlaku.

BAB V

KEWAJIBAN PEMEGANG IUPD, PUPD DAN IPRD Pasal 7

(1) Pemohon IUPD, PUPD dan IPRD penyelidikan umum, dan eksplorasi wajib menyetor uang jaminan kesungguhan kepada Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

(2) Pemegang IUPD atau PUPD wajib membayar pajak dan penerimaan bukan pajak untuk usaha pertambangan umum, sesuai dengan ketentuan yang berlaku ;

(3) Pemegang IUPD, PUPD dan IPRD wajib mematuhi dan melaksanakan peraturan perundang-undangan di bidang Pertambangan Umum, wajib menyetor Sumbangan Pihak Ketiga ; (4) Pemohon IUPD, PUPD dan IPRD, wajib membayar retribusi yang

akan diatur dengan Peraturan Daerah tersendiri. Pasal 8

(1) Pemegang IUPD, PUPD dan IPRD wajib menyetor dana jaminan reklamasi kepada Pemerintah Daerah ;

(2) Jaminan reklamasi sebagaimana dimaksud ayat (1) berikut bunganya wajib dikembalikan kepada pemegang IUPD atau PUPD setelah secara nyata melaksanakan reklamasi sesuai dengan RTKL yang telah ditetapkan.

(11)

(3) Bagi pemegang IUPD, PUPD dan IPRD yang tidak melaksanakan reklamasi, maka dapat dikenakan sanksi hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan Pemerintah Daerah dapat menunjuk perusahaan yang bergerak dibidang reklamasi untuk melaksanakannya dengan jaminan ;

(4) Setiap usaha pertambangan sesuai ijin yang diberikan Kepala Daerah harus mempunyai Pimpinan yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan usahanya dan mempunyai Kantor yang berkedudukan di Wilayah Kabupaten Berau ;

BAB VI

HAK PEMEGANG IUPD, PUPD DAN IPRD Pasal 9

(1) Pemegang IUPD, PUPD dan IPRD wajib melakukan : a. Penyelidikan Umum;

b. Eksplorasi; c. Studi Kelayakan; d. Konstruksi; e. Operasi Produksi;

(2) Jangka waktu IUPD, PUPD dan IPRD pada masing-masing tahap kegiatan adalah sebagai beikut :

a. Penyelidikan umum paling lama 2 (dua) Tahun;

b. Eksplorasi diberikan paling lama 3 (tiga) Tahun, dan dapat diperpanjang 2 (dua) kali masing – masing 1 (satu) Tahun; c. Studi kelayakan diberikan paling lama 2 (dua) Tahun. d. Konstruksi diberikan paling lama 3(tiga) Tahun.

e. Operasi produksi diberikan paling lama 20 (dua puluh) Tahun dan dapat diperpanjang paling lama 10 (sepuluh) Tahun.

(12)

Pasal 10

Jangka waktu IPRD diberikan untuk 1 (satu) tahun, dan dapat diperpanjang setiap kalinya 1 (satu) tahun.

Pasal 11

(1) Luas wilayah yang dapat diberikan untuk satu IUPD atau PUPD mineral logam tidak boleh melebihi paling banyak 10.000 ( sepuluh ribu ) hektar untuk tahap penyelidikan umum atau eksplorasi, dan luas wilayah yang dapat dipertahankan pada tahap operasi produksi tidak melebihi 20.000 ( dua puluh ribu ) hektar.

(2) Luas wilayah yang dapat di berikan untuk satu IUPD atau PUPD mineral non logam tidak boleh melebihi paling banyak 25.000 ( dua puluh lima lima ribu ) hektar untuk tahap penyelidikan umum atau eksplorasi, dan luas wilayah yang dapat di pertahankan pada tahap operasi produksi tidak boleh melebihi 5.000 ( lima ribu ) hektar.

(3) Luas wilayah yang dapat diberikan untuk satu IUPD atau PUPD Batubara, Gambut, dan Bitumen padat tidak boleh melebihi paling banyak 50.000 ( lima puluh ribu ) hektar untuk tahap penyelidikan umum atau eksplorasi, dan luas wilayah yang dapat di pertahankan pada tahap operasi produksi tidak boleh melebihi 10.000 ( sepuluh ribu ) hektar. (4) Luas wilayah yang dapat di berikan untuk satu IUPD atau

PUPD pana sbumi tidak boleh melebihi paling banyak 200.000 ( dua ratus ribu ) hektar untuk tahap penyelidikan umum atau eksplorasi dan luas wilayah yang dapat di pertahankan pada tahap operasi produksi tidak boleh melebihi 40.000 ( empat puluh ribu ) hektar.

(13)

BAB VII

PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP Pasal 12

(1) Pada tahap eksplorasi atau eksploitasi IUPD dan PUPD diwajibkan membuat RTKL dan RTPL ;

(2) Analisa Dampak Lingkungan, Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup, dan Rencana Pemanfaatan Lingkungan Hidup diajukan oleh pemrakarsa kepada Komisi Penilai Daerah ;

(3) Komisi Penilai Daerah bertanggung jawab atas pemberian persetujuan :

a. Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) terdiri dari Kerangka Acuan Analisa Dampak Lingkungan (ANDAL), Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL), dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) ;

b. Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemanfaatan Lingkungan (UKL-UPL) untuk yang tidak wajib AMDAL, disusun oleh masing-masing pemegang IUPD dan PUPD selaku pemrakarsa dengan mengacu pada pedoman teknis penyusunan AMDAL, UKL – UPL ;

(4) Pengawasan, pengendalian dan pemantauan terhadap pemegang IUPD dan PUPD dilakukan oleh Dinas Pertambangan, dalam hal ini adalah Pelaksana Inspeksi Tambang (PIT).

Pasal 13

(1) Pemerintah Daerah sesuai lingkup kewenangan masing- masing mewajibkan pemegang IUPD, PUPD dan IPRD pada tahap eksploitasi / produksi untuk menyampaikan laporan rencana pelaksanaan tahunan dalam bentuk RKL dan UKL pada awal tahun berjalan ;

(14)

(2) Pemerintah Daerah sesuai dengan lingkup kewenangan masing- masing mewajibkan pemegang IUPD dan PUPD pada tahap eksploitasi / produksi untuk menyampaikan pelaksanaan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (RTKPL), akhir tahun berjalan ;.

(3) Pedoman penyusunan laporan RTKPL, diatur dengan Keputusan Kepala Daerah ;

BAB VIII

USAHA PERTAMBANGAN DAN HAK ATAS TANAH NEGARA Pasal 14

(1) Hak atas wilayah usaha penambangan tidak meliputi hak atas permukaan bumi ;

(2) Kegiatan usaha penambangan tidak dapat dilaksanakan pada : a. Tempat pemakaman, tempat yang dianggap suci, tempat umum,

sarana dan prasarana umum, cagar alam, cagar budaya ; b. Bangunan bersejarah dan simbol-simbol negara.

(3) Pemegang IUPD atau pemegang PUPD yang bermaksud melaksanakan kegiatannya dapat memindahkan bangunan, tempat umum, sarana dan prasarana umum setelah terlebih dahulu memperoleh ijin dari instansi pemerintah, persetujuan masyarakat, dan perorangan yang berkaitan dengan hal tersebut.

Pasal 15

(1) Dalam hal pemegang IUPD dan pemegang PUPD akan menggunakan bidang-bidang tanah hak atau tanah negara di dalam wilayah usaha pertambangannya, harus terlebih dahulu mengadakan penyelesaian dengan pemegang hak atau pemakai tanah di atas tanah negara, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku ;

(15)

(2) Penyelesaian sebagaimana di maksud dalam ayat (1) di lakukan secara musyawarah dan mufakat dengan cara jual beli, tukar menukar , ganti rugi yang layak, atau bentuk penggantian lain kepada pemegang hak atau pemakai tanah di atas negara ;

(3) Pemegang hak atas tanah yang telah mendapatkan penyelesaian dari pemegang IUPD atau PUPD wajib mengijinkan kegiatan pemegang IUPD dan PUPD.

BAB IX

PENANAMAN MODAL DALAM USAHA PERTAMBANGAN Pasal 16

(1) IUPD atau PUPD dalam rangka penanaman modal asing harus dilakukan dalam bentuk usaha patungan antara pemodal asing dan warga negara Indonesia dan / atau Perseroan Terbatas berbadan hukum Indonesia ;

(2) Kepala Daerah sesuai kewenangan dapat menanda tangani IUPD atau PUPD dalam rangka penanaman modal asing setelah mendapatkan persetujuan Gubernur ;

(3) Usaha penambangan PMDN merupakan kewenangan Kepala Daerah ;

Pasal 17

Persyaratan dan tata cara penanaman modal untuk usaha pertambangan sesuai dengan Peraturan Daerah tentang PMDN dan PMA.

(16)

BAB X

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 18

(1) Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan usaha pertambangan umum terhadap pemegang IUPD, PUPD, IPR dan PKP2B dilakukan oleh Kepala Daerah melalui Dinas Pertambangan Kabupaten Berau. (2) Pembinaan dan Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) meliputi: a. Eksplorasi ; b. Operasi Produksi ;

c. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ; d. Pengelolaan Lingkungan hidup dan reklamasi ; e. Konservasi bahan galian ;

f. Pengembangan Tenaga Kerja ; g. Keuangan ;

h. Pemanfaatan barang, jasa, teknologi dan kemampuan rekayasa dan rancang bangun dalam negeri ;

i. Penguasaan pengembangan dan penerapan tehnologi pertambangan.

j. Penerapan kaidah keteknikan yang baik. k. Investasi, divestasi.

l. Pengelolaan bahan galian, jenis dan mutu hasil olahan bahan galian.

Pasal 19

Pembinaan dan pengawasan dilapangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatas dilakukan oleh Pelaksana Inspeksi Tambang (PIT) dengan berpedoman kepada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(17)

BAB XI

SANKSI ADMINISTRASI Pasal 20

(1) Dalam hal pemegang Izin Usaha pertambangan melakukan pelanggaran atas ketentuan dalam Peraturan Daerah ini, Kepala Daerah dapat memberikan sanksi berupa peringatan tertulis ; (2) Kepala Daerah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tersebut

diatas setelah memberikan peringatan tertulis 3 (tiga) kali berturut-turut dapat mengeluarkan Keputusan Penjabutan IUPD dan PUPD ;

BAB XII

KETENTUAN PIDANA Pasal 21

Barangsiapa yang melakukan usaha dibidang pertambangan tanpa ijin sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Daerah ini diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) dan apabila perbuatannya mengakibatkan kerusakan lingkungan dihukum sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

BAB XIII

KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 22

(1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil bertugas dan berwenang untuk melakukan penyidikan terhadap siapapun yang melakukan tindak pidana pelanggaran atas ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Daerah yang berlaku dalam wilayah hukum ditempat Penyidik ditempatkan ;

(18)

(2) Dalam melakukan tugas Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil mempunyai wewenang : a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang

adanya tindak pidana ;

b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat kejadian serta melakukan pemeriksaaan ;

c. Menyuruh berhenti seseorang tersangka dari kegiatannya dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka ;

d. Melakukan penyitaan benda dan/atau surat ;

e. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang tersangka ; f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai

tersangka atau saksi ;

g. Mendatngkan orang ahli yang dibutuhkan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara ;

h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana ; i. Mengdakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk

dari Kepolisian Republik Indonesia bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui Kepolisian Republik Indonesia memeberitahukan hal tersebut kepada Kejaksaan Negeri, kepada tersangka atau keluarganya ;

j. Mengadakan tindakan lainnya menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.

(19)

BAB XIV

KETENTUAN PERALIHAN Pasal 23

(1) Ijin Usaha Pertambangan yang telah diterbitkan sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini, hak dan kewajibannya tetap berlaku sampai berakhir masa ijinnya ;

(2) Pemegang ijin sebagaimana dimaksud ayat (1), wajib mendaftar ulang kepada Kepala Daerah untuk klasifikasi keabsahannya dan kelengkapan dokumen sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pasal 24

Usaha pertambangan yang sudah berjalan secara tradisional yang terdapat di Wilayah Kabupaten Berau, wajib memperoleh ijin sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah ini.

BAB XVI

KETENTUAN PENUTUP Pasal 25

Segala peraturan perundang-undangan yang bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 26

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur kemudian dengan Keputusan Kepala Daerah ;

(20)

Pasal 27

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Berau.

Ditetapkan di Tanjung Redeb pada tanggal 28 Juni 2003

BUPATI BERAU, ttd

Drs. H. MASDJUNI. Diundangkan di Tanjung Redeb

Pada tanggal 08 Juli 2003 SEKRETARIS DAERAH, ttd

Drs. H. SYARWANI SYUKUR. PEMBINA UTAMA MUDA NIP. 010055469

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU TAHUN 2003 NOMOR 51

Referensi

Dokumen terkait

n Hasil interpretasi peta anomali Bouguer daerah Sumatra Selatan yang memperlihatkan anomali tinggi pada umumnya menempati daerah bagian selatan dan barat yang di

Namun, pada pewaraan HE yang digunakan pada penelitian ini, beberapa tipe sel tersebut sulit diidentifikasi, kecuali dengan metode pewarnaan menggunakan marker spesifik untuk tipe

Dengan adanya sistem pencatatan poin pelanggaran siswa ini diharapkan akan membantu sekolah untuk mengurangi pelanggaran – pelanggaran yang sering dilakukan para

Pada tanggal 31 Maret 2010, aset tetap tertentu milik Grup (kecuali aset dalam penyelesaian dan aset sewa pembiayaan) telah diasuransikan terhadap kerugian kehilangan dan

“ Smart Dispenser Pintar Dengan Pengontrol Suhu Dan Penghemat Energi ”.Jurnal Teknik Elektro Industri Politeknik

[r]

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA.

Pusat Agen Chemical Laundry Siap Jual Atau Bahan Setengah Jadi seperti Produk: Bibit Parfum ﴾Waterbase maupun Alkohol/ Metanol Base.. Nama Aroma Kimia Laundry Bahan dasar Alkohol